Вы находитесь на странице: 1из 3

PANDANGAN ALIRAN NEO MALTHUSIAN DAN MASALAH KEPENDUDUKAN

Seiring berjalannya waktu, laju pertumbuhan penduduk dunia semakin pesat. Hal ini juga dialami Negara-negara yang sedang berkembang termasuk Indonesia. Indonesia sendiri menduduki peringkat empat dunia, setelah China, India, dan Amerika Serikat dengan populasi penduduk terbanyak di dunia. Di Indonesia, masalah kepadatan penduduk dan laju pertumbuhan penduduk yang kian meningkat ini pun menimbulkan masalah-masalah lain yang mencakup banyak sekali aspek di dalamnya, aspek pangan, sandang, pemukiman, kesehatan, ketenagakerjaan, lingkungan hidup, dan lain-lain. Tidak cukup itu saja, masalah lanjutan yang muncul kemudian adalah semakin meningkatnya angka pengangguran, urbanisasi besar-besaran, melonjaknya angka kriminalitas serta amblasnya jaminan sosial. Pesatnya pertumbuhan penduduk juga menuntut pemenuhan pangan yang besar, wilayah pemukiman yang luas, tersedianya lapangan kerja disertai fasilitas kerja yang memadai. Namun, pada kenyataanya hal yang terjadi justru sebaliknya, berbeda dengan Negara adidaya seperti Amerika Serikat, Indonesia sebagai Negara berkembang, dengan angka kemiskinan yang tergolong tinggi, belum cukup mampu mengelola masalah kependudukan ini. Tidak dapat dipungkiri, pemerintahpun terus berupaya melakukan inovasi dan membuat kebijakan-kebijakan untuk menangani laju pertumbuhan penduduk ini. Masalah kependudukan ini telah diprediksi oleh Thomas Robert Malthus jauh sebelum berbagai Negara mengalami masalah ledakan penduduk. Dalam bukunya Essay of the Principle Population, Malthus menjelaskan bahwa kecederungan pertumbuhan penduduk suatu Negara tumbuh menurut deret ukur yaitu dua kali lipat setiap 30-40 tahun, sedangkan ketersediaan bahan pangan yang tumbuh berdasarkan deret hitung tidak mampu mengimbangi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat dan tinggi. Malthus memberikan beberapa opsi untuk mengatasi pertumbuhan penduduk yang sangat pesat yakni: 1. Preventive checks, pengurangan penduduk melalui penekanan kelahiran, yaitu dengan moral restain (penekanan nafsu seksual) dan vice control. 2. Positive checks, yaitu pengurangan penduduk melalui kematian, yaitu dengan vice (kejahatan) dan misery (kemelaratan). Pada abad 19 20, Teori Malthus kembali diperdebatkan, muncul kelompok aliran Neo Malthusian yang menyokong teori Malthus, Namun, menurut aliran Neo Malthus, mengurangi jumlah penduduk tidak hanya dengan moral restrain saja, tapi lebih ditekankan pada Preventive check. Misalnya penggunaan alat kontrasepsi untuk mengurangi kelahiran. Tokoh-tokoh dalam aliran neo Malthusian diantaranya adalah: Garreth Hardin, seorang ahli biologi dari Universitas California Paul Ehrlich , yang juga seorang ahli biologi dari Universitas Stanford. Dalam Bukunya the Popolation Domb (1971) yang kemudian direvisi menjadi The Population Explotion, Paul menggambarkan tentang penduduk dan lingkungan di dunia. Ia menyatakan didunia ini sudah terlampau banyak penduduk, sedangkan bahan pangan sudah sangat terbatas, karena populasi manusia semakin meningkat, kerusakan lingkunganpun tak dapat dihindari.

Meadow , dalam bukunya The Limit of Growth (1972) juga menjelaskan variabel antar lingkungan, penduduk, produksi pertanian, produk industri, populasi, dan sumber daya alam. Meadow menyatakan, ketika sumber daya alam melimpah, laju pertumbuhan penduduk, bahan pangan dan hasil industry akan meningkat pula, manun seiring menurunya ketersedian sumber daya alam , pertumbuhan pun akan menurun pula. Meskipun demikian, malapetaka seperti polusi, kelaparan, dan bencana alam tetap saja tak dapat dihindari. Hal yang dapat dilakukan adalah menunggu dan membatasi pertumbuhan penduduk serta mengelola lingkungan dengan baik. Indonesia sendiri sudah menerapkan beberpa cara seperti yang dimaksudkan oleh teori kependudukan neo Malthusian, salah satunya adalah Program Keluarga Berencana (KB) yang didengung-dengungkan sejak masa Orde Baru. Program ini dianggap merupakan salah satu solusi untuk menekan laju pertumbuhan penduduk, Program KB yang selama ini digalakkan, untuk mengentaskan masalah kependudukan ini menunjukkan bahwa Indonesia memang cukup konsisten dalam pembngunan pada bidang kependudukan dan keluarga berencana. Badan Kependudukan dan Keluarga Nasional (BKKBN) saat ini menjalankan misi membangun setiap keluarga Indonesia untuk memiliki anak ideal, sehat, berpendidikan, sejahtera, berketahanan dan terpenuhi hak-hak reproduksinya melalui perkembangan kebijakan penyediaan layanan promosi, fasilitasi, pelindung, informasi kependudukan dan keluarga, serta penguatan kelembagaan dan jejaring keluarga berencana. Dengan tujuan utama membentuk keluarga berkualitas 2015. BKKBN mempuyai tugas pokok melaksanakan tugas pemerintahan dalam bidang keluarga berencana dan sejahtera sesuai ketentuan perundang-undangan. Kebijakan Pemerintah ini diharapkan dapat berlangsung secara konsisten dan menunjukkan hasil positif dalam penanggulangan masalah pertumbuhan penduduk dan masalah aspek sosial yang tercakup didalamnya.

Program KB di Indonesia
KB masuk di Indonesia adalah melalui pintu kesehatan, bukan pintu kependudukan ataupun isu peledakan penduduk. "Penduduk cenderung tumbuh secara deret ukur, sedangkan persediaan makanan cenderung bertumbuh secara deret hitung", merupakan teori Thomas Robert Malthus yang membuat pendeta ini terkenal seantero jagat. Dalam bukunya yang berjudul An Essay on the Principle of Population, tahun 1798 Malthus mengungkapkan pemikirannya bahwa kenaikan suplai makanan terbatas, sedangkan pertumbuhan penduduk tak berbatas, dan bumi tak mampu memproduksi makanan untuk menopang eksistensi manusia. Teori Malthus rupanya menimbulkan inspirasi untuk membatasi kelahiran manusia. Seorang pembaharu Inggris, yaitu Francis Place, yang terpengaruh setelah membaca essay Malthus, menulis buku tahun 1822, yang isinya menganjurkan pelaksanaan kontrasepsi. Place juga menyebarkan informasi mengenai pembatasan kelahiran di antara kelas pekerja. Di Amerika Serikat, Dr. Charles Knowlton, juga menerbitkan buku tentang kontrasepsi tahun 1832. Dalam

buku Seratus Tokoh yang Paling Berpengaruh dalam Sejarah, Michael H. Hart memaparkan, bahwa Lembaga Malthus pertama dibentuk tahun 1860 dan anjuran keluarga berencana semakin bertambah penganutnya. Gerakan pembatasan kelahiran juga sampai di Indonesia. Ternyata faktor kesehatan merupakan alasan Keluarga Berencana (KB) dianggap penting di negeri ini. "KB masuk di Indonesia seperti di negara lainnya adalah melalui pintu kesehatan, bukan pintu kependudukan ataupun isu peledakan penduduk," ujar Dr. Suwardjono Suryaningrat dalam pidato pengangkatan Doctor Honoris Causa di Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran. Pendapat itu seolah menepis hal bahwa awalnya pemikiran Malthuslah yang membuat KB dirasa penting. Malthus sendiri sebenarnya tidak menyetujui atas dasar alasan moral penggunaan alat kontrasepsi. Anjuran pembatasan kenaikan jumlah penduduk dengan menggunakan alat-alat kontrasepsi sering disebut neo-Malthusian. KB pada mulanya belum dimengerti oleh banyak pihak termasuk para pengambil keputusan. Tahun 1950 1966 merupakan perintisan KB di Indonesia oleh para tokoh intelektual, termasuk dokter dan bidan yang termotivasi dengan kematian ibu yang merisaukan. "Pada waktu itu belum ada political will dari pmerintah," ujar Suwardjono yang juga mantan Menteri Kesehatan itu. Tapi berkat dukungan tokoh-tokoh KB pada waktu itu, tahun 1957 resmi didirikan Perkumpulan Keluarga Berencana (PKB). Kegiatan penerangan dan pelayanan masih dilakukan terbatas, karena masih adanya larangan tentang penyebarluasan kontrasepsi. Barulah pada masa orde baru, menurut Suwardjono, masalah kependudukan menjadi fokus perhatian pemerintah yang berpengaruh terhadap keluarga berencana di Indonesia. KB diimplementasikan sebagai program pemerintah dalam waktu singkat. Presiden RepublikIndonesia bersama para pimpinan pemerintah-pemerintah lain di dunia menandatangani Deklarasi Kependudukan Dunia di New York, yang berisi pernyataan akan kesadaran pentingnya menentukan atau merencanakan jumlah anak, dan menjarangkan kelahiran dalam keluarga sebagai hak asasi manusia. Periode implementasi Program KB mengalami tahapan perkembangan dengan terbentuknya kelembagaan Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional (BKKBN).

Вам также может понравиться