Вы находитесь на странице: 1из 7

EXECUTIVE SUMMARY PEMBANGUNAN PENGAMAN PANTAI DI KAWASAN PANTAI BALONGAN INDRAMAYU, JAWA BARAT

Disusun oleh : Rega Permana 230210100030

UNIVERSITAS PADJADJARAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN JATINANGOR 2013

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Pantai Balongan yang terletak di Kecamatan Balongan kabupaten Indramayu Jawa barat merupakan salah satu wilayah pesisir yang mengalami perubahan garis pantai akibat tidak terdapatnya suatu pengaman pantai seperti breakwater. Hal ini akan merugikan masyarakat bila terus menerus terjadi. Tingkat

kerusakan kawasan pantai akan relatif rendah apabila perlindungan alami pantai tetap terjaga. Usaha mengatasi kerusakan fisik dalam skala bangunan maupun lingkungan sudah banyak dilakukan. Untuk melindungi daerah pantai dari serangan gelombang, suatu pantai memerlukan bangunan peredam gelombang atau disebut juga break water. Pembangunan breakwater pada suatu kawasan perairan tentunya akan menimbulkan dampak dampak terhadap lingkungan baik dari segi aspek fisika, kimia, biologi, social, ekonomi dan budaya. untuk meminimalisir dampak dampak negative yang mungkin terjadi maka diperlukan suatu dokumen yang menyajajikan analisis secara structural terhadap proyek pembangunan breakwater ini. 1.2. Tujuan Tujuan dari proyek pembangunan pemecah gelombang ini adalah untuk melindungi kawasan pesisir Pantai Balongan Indramyu dari gelombang sehingga meminimalisir terjadinya abrasi pantai yang berakibat pada mundurnya garis pantai. 1.3.Rencana usaha/kegiatan Pembangunan breakwater di kawasan pesisir Pantai Balongan Indramayu ini terdiri dari tiga tahapan pokok yaitu tahap prakonstruksi, tahap konstruksi dan tahap pasca konstruksi. Tahap konstruksi terdiri dari kegiatan survey dan perijinan, pematokan kawasan pembangunan, penyewaan lahan, mobilisasi peralatan dan rekruitmen tenaga kerja. Kegiatan konstruksi meliputi mobilisasi material,

penyiapan stockyard, pembangunan causeway, pembangunan breakwater, penimbunan lahan dan penanaman mangrove. Tahap pascakonstruksi yaitu demobilisasi alat dan bahan, pelepasan tenaga kerja, pemeliharaan mangrove dan pembersihan lahan kerja.

1.4. Pemrakarsa Pembangunan Pemecah Gelombang (breakwater) di daerah Pesisir Pantai Balongan Kabupaten Indrmayu ini digagas oleh PT. Cerah Ceria Selalu (CCS) yaitu sebuah Perusahaan yang bergerak dibidang property dan infrastruktur juga pendidikan. PT. Cerah Ceria Selalu (CCS) berpusat di Jakarta dan memiliki kantor cabang di 5 Provinsi besar di Indonesia yaitu Jawa Barat, Bali, Yogyakarta, Kalimantan Selatan dan Sulawesi Utara. Perusahaan dipimpin oleh Direktur utama. Perusahaan ini memiliki tugas pokok yaitu di bidang property dan infrastruktur Indonesia. A. Nama Perusahan Nama Perusahaan Alamat Kantor Telp./ Fax. B. : PT. Cerah Ceria Selalu (CCS) : Gedung Cerah Ceria, Jl. Atmajaya 6 Jakarta. : (021) 745245/ (021) 745246

Nama dan Alamat Penanggung Jawab Kegiatan Nama Jabatan : Demitria Aprella : General Manager Proyek Pengembangan Proyek Pesisir Alamat Kantor Telp./ Fax. : Gedung Cerah Ceria, Jl. Atmajaya 6 Jakarta. : (021) 745245/ (021) 745246

BAB II DAMPAK PENTING TERHADAP LINGKUNGAN HIDUP 2.1. Tahap Prakonstruksi Pada tahap prankonstruksi, rencana kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak terhadap lingkungan hidup yang bersifat negative tidak terlalu banyak. Pada tahap awal ini dilakukan survey dan pengurusan perijinan yang akan menimbulkan dampak yaitu berupa presepsi masyarakat yang bersifat positive maupun negative. Selanjutnya adalah kegiatan pematokan kawasan pembangunan yang terbentang sepanjang sisi pantai Balongan. Kegiatan ini dilakukan dilokasi yang terbatas sehingga tidak akan menimbulkan banyak gangguan bagi aktifitas masyarakat. Dampak selanjutnya dari kegiatan prakonstruksi adalah pembelian lahan. Pembelian lahan ini dilakukan pada masyarakat setempat sehingga akan menimbulkan dampak positive berupa presepsi masyarakat dan peningkatan pendapatan masyarakat setempat. Selain itu kegiatan rekruitmen tenaga kerja dari penduduk local juga akan menambah pendapatan masyarakat masyarakat yang menimbulkan dampak turunan berupa presepsi positive dari masyarakat. Kegiatan yang diprakirakan akan menimbulkan dampak negative dari kegiatan tahap prakonstruksi ini adalah mobilisasi alat dan bahan. Alat dan bahan yang didatangkan baik dari daerah setempat maupun luar daerah dengan menggunakan alat berat akan menyebabkan gangguan lalu lintas, kerusakan jalan, polusi udara, kebisingan, peningkatan kadar debu dan menimbulkan dampak turunan yaitu presespi negative dari masyarakat. 2.2. Tahap Konstruksi Tahap konstruksi ini diprakirakan akan menimbulkan berbagai dampak negative terhadap lingkungan hidup. Mulai dari kegiatan mobilisasi material dimana material akan diambil dan dibawa dari luar daerah menggunakan alat berat sehingga menyebabkan gangguan lalu lintas, kerusakan jalan, kebisingan dan lainlain. penyiapan stockyard yang dibangun untuk aktivitas bongkar muat material bangunan akan merubah ruang dan lahan yang ada dan akan menyebabkan

penurunan kualitas udara. Pembangunan penahan gelombang akan mengganggu kualitas air laut dan menambah kekeruhan air laut saat peletakan batu dan kubus beton dan sebagai dampak turunannya terjadinya gangguan pada biota laut. Selain itu akan muncul kebisingan akibat proses konstruksi dan sebagai dampak turunan dari dampak dampak tersebut adalah munculnya presepsi negative dari masyarakat. 2.3. Tahap Pasca Konstruksi Pada tahap ini segala kegiatan pembangunan telah selesai. Dengan berakhirnya kegiatan konstruksi, maka semua peralatan berat dikembalikan kembali ke asalnya dari lokasi proyek. Alat-alat ini dikembalikan melalui jalur darat sehingga akan mengakibatkan gangguan lalu lintas pada darat. Hal ini merupakan dampak negatif. Dilihat dari kualitas udara, maka kegiatan ini mengakibatkan penurunan kualitas udara akibat emisi yang dari kendaraan yang mengangkut alat berat tersebut. Karenanya hal ini dikategorikan sebagai dampak negatif. Dengan berakhirnya kegiatan konstruksi, maka semua peralatan berat dikembalikan kembali ke asalnya dari lokasi proyek. Alat-alat ini dikembalikan melalui jalur perairan sehingga akan mengakibatkan gangguan lalu lintas pda darat dan laut. Hal ini merupakan dampak negatif. Dilihat dari kualitas udara, maka kegiatan ini mengakibatkan penurunan kualitas udara akibat emisi yang dari kendaraan yang mengangkut alat berat tersebut. Karenanya hal in idikategorikan sebagai dampak negatif.

BAB III UPAYA PENGELOLAAN DAN PEMANTAUAN LINGKUNGAN HIDUP

3.1. Dampak yang akan Dikelola Dampak dampak dari pembangunan breakwater di pantai Balongan Indramayu baik dari tahap prakonstruksi, konstruksi maupun pascakonstruksi yang akan dikelola adalah dampak dampak yang diprakirakan penting dan menimbulkan efek terhadap lingkungan sekitar pembangunan. Pada tahap pra konstruksi adalah pembelian lahan, mobiliasi alat dan bahan serta rekruitmen tenaga kerja. Pada tahap konstruksi karena semuanya bersifat penting maka akan dikelola seluruh kegiatan dalam tahap konstruksi yaitu mobilisasi material, penyiapan stockyard dan pembangunan breakwater. Pada tahap pasca konstruksi akan dikelola kegiatan demobiliasasi alat dan bahan. 3.2. Rencana Pengelolaan Lingkungan Pada tahap pra konstruksi rencana pengelolaan lingkungan akan mengatur sosialisasi dan konsultasi kepada masyarakat yang terkait dengan rencana proyek, Optimalisasi dalam pengisian berbagai peluang kerja yang berasal dari wilayah desa setempat, Proses rekrutmen dilakukan secara fair dan terbuka dan perioritas utama diberikan kepada penduduk setempat sejauh masih ada peluang dan persyaratan yang ditentukan dapat dipenuhi dan Mobilisasi peralatan dilakukan secara aman dan tidak menimbulkan pencemaran lingkungan. Pada tahap konstruksi akan dilakukan penyiraman jalan terutama di kawasan pemukiman yang intensitas lalulintas kendaraannya cukup tinggi pada waktu musim kemarau dan pada jalan-jalan yang tidak beraspal, Memperlambat laju kendaraan angkut pada saat melewati jalur yang dekat dengan pemukiman penduduk, yaitu maksimum 40 km/jam untuk jalan kota beraspal serta kecepatan maksimum 20 km/jam untuk jalan yang belum beraspal, Menutup rapat isi bak truk material bahan dengan terpal untuk menghindari jatuhnya material konstruksi (pasir) dan debu pada saat pengangkutan dan diharuskan tidak membawa beban yang melebihi kapasitas angkut kendaraan tersebut, Pengelolaan lalu lintas

dengan cara melibatkan Dinas DLLAJR daerah kawasan Pantai Balongan, Indramayu untuk mengatur arus lalu lintas selama konstruksi berlangsung dan membatasi jumlah dan kapasitas truk pengangkut material konstruksi yang disesuaikan dengan kelas jalan.

3.3. Rencana Pemantauan Lingkungan Pemantauan akan dilakukan dengan cara memantau jalannya kegiatan pembangunan selama tahap prakonstruksi, konstruksi dan pasca konstruksi. Untuk dampak sosial ekonomi dan budaya dipantau dengan menggunakan metode menyebar kuesioner dan melakukan wawancara kepada masyarakat lalu dianalisa secara statistik. Untuk memantau sifat fisik-kimia perairan sekitar pembangunan breakwater dilakukan dengan metode observasi lapangan dan observasi dengan menggunakan sifat datar lalu dianalisis dengan cara deskriptif kualitatif maupun kuantitatif dan juga komputasi pemetaan. Untuk memantau kualitas udara dilakukan dengan cara pengamatan secara periodik kualitas udara dan kebisingan. Pengukuran kebisingan dilakukan dengan menggunakan sound level meter kemudian dibandingkan dengan baku mutu kualitas udara sesuai dengan Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1999. Untuk memantau biota perairan dilakukan dengan metode pengumpulan dari sampel air laut setiap 3 bulan sekali di perairan sekitar proyek. Untuk menjaga sanitasi akan dilakukan pengecekan dan pengontrolan terhadap pengelolaan sampah dan akan dipantau selama 3 bulan sekali dan dilaporkan selama 6 bulan sekali. Analisa dilakukan secara deskriptif. Untuk memantau kualitas air perairan sekitar proyek akan dilakukan sampling kemudian analisa laboratorium untuk kemudian dibandingkan dengan baku mutu kualitas air yang ada.

Вам также может понравиться