Вы находитесь на странице: 1из 21

TEKNOLOGI BETON Konsep Dasar dan Problematikanya

M. Rais Rachman
081354775400

rais.rachman@gmail.com

Beton adalah material komposit yang rumit.


Beton dapat dibuat dengan mudah bahkan oleh

mereka yang tidak punya pengertian sama sekali tentang beton teknologi, tetapi pengertian yang salah dari kesederhanaan ini sering menghasilkan persoalan pada produk, antara lain reputasi jelek dari beton sebagai materi bangunan. Sebagai material komposit, sifat beton sangat tergantung pada sifat unsur masing-masing serta interaksi mereka. Ada 3 sistem umum yang melibatkan semen, yaitu pasta semen, mortar dan beton (Gambar 1.1).

Beton mempunyai kuat tekan yang

besar sementara kuat tariknya kecil. Oleh karena itu untuk struktur bangunan, beton selalu dikombinasikan dengan tulangan baja untuk memperoleh kinerja yang tinggi. Beton ditambah dengan tulangan baja menjadi beton bertulang (reinforced concrete) dan jika ditambah lagi dengan baja prategang akan menjadi beton pratekan (prestressed concrete)

PRESENTASE KOMPOSISI
Pada beton yang baik, setiap butir agregat seluruhnya

terbungkus dengan mortar. Demikian pula halnya dengan ruang antar agregat, harus terisi oleh mortar. Jadi kualitas pasta atau mortar menentukan kualitas beton. Semen adalah unsur kunci dalam beton, meskipun jumlahnya hanya 7-15% dari campuran (Gambar 1.3). Beton dengan jumlah semen yang sedikit (sampai 7%) disebut beton kurus (lean concrete), sedangkan beton dengan jumlah semen yang banyak (sampai 15%) disebut beton gemuk (rich concrete).

Sifat masing-masing bahan juga

berbeda dalam hal perilaku beton segar maupun puda saat sudah mengeras, selain faktor biaya yang perlu diperhatikan. Di lain pihak, secara volumetris beton diisi oleh agregat sebanyak 61-76% (Gambar 1.4). Jadi agregat juga mempunyai pecan yang sama pentingnya sebagai material pengisi beton.

KEUNGGULAN BETON
Ketersediaan (availability) material dasar. 1. Agregat dan air pada umumnya bisa didapat dari lokal setempat. Semen pada umumnya juga dapat dibuat di daerah setempat, bila tersedia. Dengan demikian, biaya pembuatan relatif lebih murah karena semua bahan bisa didapat di dalam negeri, bahkan bisa setempat. Bahan termahal adalah semen, yang bisa diproduksi di dalam negeri. 2. Tidak demikian halnya dengan struktur baja, karena harus dibuat di pabrik, apalagi kalau masih harus impor. Pengangkutan menjadi masalah tersendiri bila proyek berada di tempat yang sulit untuk dijangkau, sementara beton akan lebih mudah karena masing-masing material bisa diangkut sendiri. 3. Ada masalah lain dengan struktur kayu. Meski problemnya

Kemudahan untuk digunakan (versatility). 1. Pengangkutan bahan mudah, karena masing-masing bisa diangkut secara terpisah. 2. Beton bisa dipakai untuk berbagai struktur, seperti bendungan, fondasi, jalan, landasan bandar udara, pipa, perlindungan dari radiasi, insulator panas. Beton ringan bisa dipakai untuk blok dan panel. Beton arsitektural bisa untuk keperluan dekoratif. 3. Beton bertulang bisa dipakai untuk berbagai struktur yang lebih berat, seperti jembatan, gedung, tandon air, bangunan maritim, instalasi militer dengan beban kejut besar, landasan pacu pesawat terbang, kapal dan sebagainya.

Kemampuan beradaptasi (adaptability). 1. Beton bersifat monolit sehingga tidak memerlukan sambungan seperti baja. 2. Beton dapat dicetak dengan bentuk dan ukuran berapapun, misalnya pada struktur cangkang (shell) maupun bentuk-bentuk khusus 3 dimensi. 3. Beton dapat diproduksi dengan berbagai cara yang disesuaikan dengan situasi sekitar. Dari cara sederhana yang tidak memerlukan ahli khusus (kecuali beberapa pengawas yang sudah mempelajari teknologi beton), sampai alat modern di pabrik yang serba otomatis dan terkomputerisasi. Metode produksi modern memungkinkan industri beton yang profesional 4. Konsumsi energi minimal per kapasitas jauh lebih rendah dari baja, bahkan lebih rendah dari proses

Kebutuhan pemeliharaan yang minimal 1.Secara umum ketahanan (durability) beton cukup tinggi, 2.lebih tahan karat, sehingga tidak perlu dicat seperti struktur baja, dan 3.lebih tahan terhadap bahaya kebakaran.

KELEMAHAN BETON DAN CARA MENGATASINYA


KELEMAHAN 1.Berat sendiri beton yang besar, sekitar 2400 kg/m3. 2.Kekuatan tariknya rendah, meskipun kekuatan tekannya besar. 3.Beton cenderung untuk retak, karena semennya hidraulis. Baja tulangan bisa berkarat, meskipun tidak terekspose separah struktur baja. 4.Kualitasnya sangat tergantung cara pelaksanaan di lapangan. Beton yang baik maupun yang buruk dapat terbentuk dari rumus dan campuran yang sama. 5.Struktur beton sulit untuk dipindahkan. Pemakaian kembali atau daur-ulang sulit dan tidak ekonomis.

KELEMAHAN
1. Untuk elemen struktural: Membuat beton mutu tinggi, beton pratekan, atau keduanya, sedangkan untuk elemen nonstruktural dapat memakai beton ringan. 2. Memakai beton bertulang atau beton pratekan. 3. Melakukan perawatan (curing) yang baik untuk mencegah terjadinya retak, memakai beton pratekan, atau memakai bahan tambahan yang mengembang (expansive admixtures). 4. Mempelajari teknologi beton dan melakukan pengawasan dan kontrol kualitas yang baik. Bila perlu bisa memakai beton jadi (ready mix) atau beton pracetak. 5. Beberapa elemen struktur dibuat pracetak (precast) sehingga dapat dilepas per elemen seperti baja. 6. Kemungkinan untuk melakukan beton recycle sedang

PROBLEMATIKA BETON
campuran yang beragam, padahal menginginkan

semua bahan tercampur merata dengan baik. Campuran beton tersebut tidak bisa langsung menjadi benda kaku, tapi proses reaksi hidrasi air dan semen memakan waktu. Masing -masing unsur beratnya tidak sama sehingga yang berat seperti agregat cenderung bergerak ke bawah sedangkan yang ringan seperti air cenderung naik ke atas. Masing-masing unsur sendiri adalah benda yang kompleks. Semen, misalnya, terdiri dari banyak unsur. Demikian pula dengan agregat. Ukuran, bentuk, kualitas permukaan, berat jenisnya juga berbedabeda. Jadi beton dapat dianggap sebagai materi komposit dari komposit. Sifat beton segar sebelum dipadatkan seperti material berbutir (granular), sedangkan setelah menjadi massa yang padat masih

Sifat beton keras juga unik sebab di satu pihak bersifat

elastis tetapi di pihak lain non-elastis. Karena pengikatnya semen hidraulis, reaksi semen dengan air sering mengakibatkan susut selama pengeringan, sehingga beton penuh dengan cacat seperti retak-retak rambut, bahkan sebelum menerima beban. Proses perawatan atau curing setelah beton dipadatkan perlu diperhatikan juga agar beton dapat mencapai kekuatan maksimalnya. Meskipun beton dibuat dengan proporsi yang sudah tertentu, bisa terjadi variasi dari satu takaran ke takaran yang lain. Variasi bisa terjadi pada masing-masing bahan yang masuk ke dalam pengaduk, khususnya agregat. Variasi bisa juga terjadi pada proses, mulai dari penakaran, pengadukan, penuangan, pemadatan maupun perawatannya. Variasi juga bisa terjadi akibat

Pembuatan Aggregat
Penyedia agregat umumnya masih operator skala

kecil yang menggali pasir dan kerikil dengan tangan di sungai. Ukuran di bawah 7 mm pada agregat kasar sering disingkirkan dengan ayakan tangan. Tujuannya untuk membuang tanah liat dan debu tetapi menyebabkan agregat yang bergradasi senjang dengan minimnya material antara 5 - 10 mm. Batu pecah tangan umumnya bermasalah. Ukuran antara 3-10 mm hampir selalu tidak ada, dan umumnya menghasilkan campuran beton yang tidak workable, mudah terjadi lpemisahan dan perdarahan. Batu pecah mesin yang berkualitas baik tersedia di dekat kota-kota besar. Dibuat dengan mesin jenis jaw crushers, meskipun bentuknya sedikit berjarum dan memanjang, merupakan yang terbaik yang tersedia.

Proporsi Campuran dan Produksi Beton

Masih sering dijumpai proporsi campuran

dengan perbandingan 1:2:3, artinya perbandingan volume I semen banding 2 pasir banding 3 kerikil, yang digunakan untuk keperluan apa saja. Lagipula karena jumlah air tidak ditentukan, faktor air-semen sering di atas 0,7. Ini menghasilkan kualitas yang rendah. Ukuran butir maksimum seringkali terlalu besar untuk penulangan yang rapat, sehingga sering terbentuk sarang tawon. Barangkali itu sebabnya struktur beton selalu

Efektivitas Pemakain Semen


Melihat beberapa faktor di atas maka konsekuensi

ekonomis perlu dipertimbangkan. Dari analisis statistik 2190 kubus dari 46 proyek yang diperoleh DPMB Bandung dari tahun 1970 sampai 1977, ternyata campuran dengan perbandingan volume 1:2:3 (sama dengan pemakaian semen rata-rata sebanyak 330 kg per kubik beton) hanya dapat menghasilkan kokoh tekan ratarata 190 kg/cm' saja. Untuk campuran dengan perbandingan volume 1:1:2 (sama dengan pemakaian semen sebanyak 290 kg per kubik beton) hanya didapat kokoh tekan sebesar 213 kg/cmz saja. Kalau dihitung efektivitas pemakaian semen dibandingkan kuat yang dicapai, maka didapat kekuatan hanya sebesar 0,5 sampai 0,6

Koefisien Variasi
Data statistik yang sama menunjukkan koefisien variasi

rata-rata sebesar 25%. Padahal seharusnya hanya 5% untuk beton dengan pengawasan ketat, dan 20% untuk site yang tak terorganisasi. Hanya 16 persen dari kontraktor yang mencapai koefisien variasi di bawah 20%. Data statistik dari Laboratorium Beton dan Konstruksi UK Petra dari tahun 1975 - 1983, dari 1235 kubus dari proyek yang diujikan, didapat kokoh tekan rata-rata 199 kg/cm'. Koefisien variasi rata-rata sebesar 23,78%, dan hanya 33 persen dari kontraktor yang mencapai koefisien variasi di bawah 20%. Jadi ada sedikit perbaikan, meskipun belum seperti yang diharapkan.

Вам также может понравиться