Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
REP | 04 October 2010 | 20:48 188 2 Nihil Epilepsi dapat terjadi pada siapa saja di seluruh dunia tanpa batasan usia, gender, ras sosial dan ekonomi. Data dari WHO menyebutkan bahwa dari banyak studi menunjukkan rata-rata prevalensi epilepsi aktif 8,2 per 1000 penduduk, sedangkan angka insidensi mencapai 50 per 100.000 penduduk. Meskipun di Indonesia belum ada data pasti tentang prevalensi maupun insidensi, tapi sebagai suatu negara berkembang yang berpenduduk berkisar 220 juta, maka diperkirakan jumlah orang dengan epilepsi yang masih mengalami bangkitan atau membutuhkan pengobatan berkisar 1,8 juta. Di Indonesia, epilepsi dikenal sebagai ayan atau sawan. Banyak masyarakat masih mempunyai pandangan yang keliru (stigma) dan beranggapan bahwa epilepsi bukanlah penyakit tapi karena masuknya roh jahat, kesurupan, guna-guna atau suatu kutukan. Hal ini terjadi karena saat serangan epilepsi terjadi di tempat umum, membuat masyarakat yang melihat menyimpulkan berbagai persepsi yang keliru. Mereka juga takut memberi pertolongan karena beranggapan epilepsi dapat menular melalui air liur. Adanya stigma dan mitos yang berkembang di masyarakat membuat orang dengan epilepsi di kucilkan oleh lingkungan, di keluarkan dari sekolah, menghambat karir dan kehidupan berumahtangga, sehingga membuat mereka merasa tertekan dan depresi. Oleh karena itu, banyak keluarga dari orang dengan epilepsi yang menutup-nutupi keadaan, sehingga membuat penanganan epilepsi menjadi tidak optimal. Yayasan Epilepsi Indonesia (Indonesian Epilepsy Foundation). YEI disahkan dihadapan notaris pada tanggal 8 Oktober 1992 di Jakarta, dengan para pendirinya adalah sebagai berikut: 1/ Prof. DR. Dr. Mahar Mardjono (Alm) yang dikenal sebagai Bapak Epilepsi Indonesia; 2/ Ny. Sridjati Kangeaningsih; 3/ Prof.Dr.Sidiarto Kusumoputro; 4/ Dr.Lily Djokosetio; 5/ Ny. Elfi Budio Santoso; 6/ Ny. Mieke Saleh Sastra; 7/ Dr. Hardhi Pranata. Misi yayasan saat ini adalah membantu upaya-upaya penanggulangan epilepsi di Indonesia dengan usaha-usaha terutama pada aspek psikososial. Kegiatan-kegiatan yang dilakukan adalah: 1) mengadakan penyuluhan bagi masyarakat baik melalui sekolah-sekolah, di radio dan televisi; 2) menyelenggarakan berbagai kegiatan ilmiah berupa seminar dan simposium untuk dokter umum dan awam; 3) menghadiri kongres epilepsi nasional dan internasional; 4) menerbitkan bulletin; 5) mendirikan klub epilepsi. Untuk memperingati hari ulang tahun YEI yang jatuh pada tanggal 8 Oktober, pada hari Minggu, 10 Oktober 2010 akan diadakan acara jalan santai bersama. Acara ini akan diadakan di lapangan Monas dari pukul 06.30 sampai pk 10.00. Acara ini terbuka bagi umum. Bagi para penderita epilepsi, keluarga ataupun orang-orang yang peduli dengan eplilepsi. Acara ini disponsori oleh PT. Eisai yang bergerak di bidang obat-obatan. di acara ini pula akan diberikan konsultasi gratis dari dokter syaraf dan juga psikolog, pembagian brosur mengenai penyakit epilepsi, dan juga dimeriahkan dengan games yang akan mendapatkan hadiah untuk para pemenangnya.
http://kesehatan.kompasiana.com/medis/2010/10/04/epilepsi-di-indonesia/
SISI EMIK Penyakit Menular Sebagian masyarakat awam menganggap bahwa epilepsy atau yang biasa mereka sebut Mati-mati Ayam adalah penyakit menular, sehingga bila seseorang terkena epilepsi maka otomatis akan dikucilkan dan tidak boleh didekati atau yang paling parah orang tersebut diusir dari wilayah tempat tinggal mereka, Kemasukan Setan Masyarakat menganggap Epilepsi adalah penyakit kemasukan setan karena gejala yang timbul dari epilepsy adalah kejang-kejang yang tidak terkontrol seperti sedang kerasukan Setan / Roh Halus. Guna-guna / Dikasih-kasih orang Sebagian masyarakat juga beranggapan bahwa epilepsy bukan penyakit melainkan guna-guna atau dikasih-kasih orang karena gejala yang ditimbulkan cukup aneh, yaitu : kejang-kejang dengan mulut yang berbusa. Tidak Boleh Disentuh Pada saat terjadi serangan, penderita tidak boleh disentuh / dibiarkan saja nanti berhenti sendiri. Sebagian masyarakat menganggap jangan disentuh karena menular tetapi ada juga yang beranggapan jangan disentuh karena bisa menyebabkan kematian. Tidak Boleh Kena Air Karena bisa meninggal kalau terkena air walaupun hanya percikan saja.
Bantal Penderita Harus Dibakar Masyarakat menganggap bahwa bantal penderita pasti sudah terkontaminasi dengan air liurnya yang merupakan media penyebaran penyakit tersebut sehingga bantalnya harus dimusnahkan. Tidak Boleh Masuk Kurungan Ayam Sebagian masyarakat menganggap gejala Epilepsi sama dengan mati-mati ayam (Ayam yang sekarat setelah disembelih ), Sehingga orang-orang yang sehat dilarang masuk kurungan ayam karena bisa terkena Epilepsi, sedangkan bagi penderita, tidak boleh masuk Kurungan Ayam karena bisa terkena serangan mendadak / kumat. SISI ETIK Epilepsi adalah penyakit dengan kelainan pada fungsi serebral yang disebabkan oleh pelepasan muatan listrik yang abnormal yang ditandai dengan gejala-gejala kejang ( konvulsi ).Jadi Epilepsi bukan penyakit menular dan tidak disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dsb yang merupakan sumber penularan penyakit. Epilepsi bukan kemasukan setan Kejang-kejang terjadi disebabkan oleh pelepasan muatan listrik yang abnormal diotak sehingga terjadi respon motorik ( kejang-kejang ) sebagai manifestasinya. Epilepsi bukan guna-guna Mulut berbusa ( air liur berlebihan ) terjadi karena terganggunya kesadaran sehingga lidah jatuh kebelakang dan kelenjar saliva tidak dapat mengontrol produksi saliva (air liur). Penderita boleh disentuh
Pada saat terjadi serangan penderita boleh disentuh & sebaiknya disentuh karena : a. Pakaiannya harus dilonggarkan untuk melancarkan pernafasannya. b. Memiringkan kepala ke salah satu sisi untuk membebaskan saluran nafas. c. Memasang spatel lidah yang dibungkus kain kasa untuk mencegah agar lidah tidak tergigit d. Lendir yang berlebihan harus diisap agar tidak menyumbat jalan nafas. e. Memberikan O2 bila kejang terlalu lama atau pernafasan buatan. Boleh terkena air, yang tidak boleh adalah berenang karena bila terjadi serangan tiba-tiba dapat menyebabkan kematian (Tenggelam). Bantal penderita tidak perlu dibakar karena air liur penderita Epilepsi tidak menular. Tidak ada pengaruh antara masuk kurungan ayam dengan terkena Epilepsi karena Epilepsi bukan penyakit dari ayam ANALISA PENYELESAIAN MASALAH Dari beberapa pandangan masyarakat tentang Penyakit Epilepsi, didapatkan bahwa masih banyaknya pandangan yang keliru mengenai penyakit Epilepsi, sehingga masyarakat cenderung untuk bersikap masa bodoh terhadap penyakit tersebut. Oleh karena itu, tugas kita sebagai seorang petugas kesehatan untuk dapat mengubah pandangan tersebut sehingga masyarakat tahu & mampu memberi pertolongan bila dihadapkan pada kasus Epilepsi ini. Adapun upaya-upaya yang harus dilakukan untuk mengubah pola pikir masyarakat adalah : 1. Memberikan penyuluhan tentang Epilepsi, bahwa penyakit ini bukan penyakit menular dan bisa disembuhkan asal berobat dini & teratur serta memberikan pemahaman yang benar tentang pandangan/persepsi yang terlanjur dianut oleh masyarakat. 2. Bagi mereka yang anggota keluarganya menderita Epilepsi, diberi penjelasan khusus mengenai penanganan & perawatan pada saat terjadi serangan. Jadi peran serta keluarga / keterlibatan keluarga sangat diharapkan. 3. Melakukan pendekatan sosial & budaya agar dapat memahami mengapa masyarakat berpandangan seperti itu, sehingga memudahkan kita dalam memberikan pendidikan kesehatan.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Epilepsi didefinisikan sebagai suatu sindrom yang ditandai oleh gangguan fungsi otak yang bersifat sementara dan paroksismal, yang memberi manifestasi berupa gangguan, atau kehilangan kesadaran, gangguan motorik, sensorik, psikologik, dan sistem otonom, serta
bersifat episodik. Defisit memori adalah masalah kognitif yang paling sering terjadi pada pederita epilepsy.
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik.Di Inggris, satu orang diantara 131 orang mengidap epilepsi.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita, yaitu 13% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004 Epilepsy.com).
B. Tujuan penulisan 1. Tujuan Umum Setelah melakukan penyuluhan ini masyarakat akan mampu memahami konsep dan teori epilepsy. 2. Tujuan Khusus Setelah masyarakat mengikuti penyuluhan ini maka mampu : a. Menyebutkan dengan benar pengertian Epilepsi b. Menjelaskan dengan benar pnyebab Epilepsi c. Menjelaskan dengan benar akibat Epilepsi d. Menguraikan dengan benar cara pencegahan / penanggulangan Epilepsi. e. Peserta mengungkapkan pengalaman tentang Epilepsi yang pernah didengar/dilihat.
BAB II
ISI
EPILEPSI
A. Pengertian
Epilepsi yang sukar untuk mengendalikan secara medis atau pharmacoresistant, sebab mayoritas pasien dengan epilepsi adalah bersifat menentang, kebanyakan yang sering terserang terlebih dahulu yaitu bagian kepala. Obat yang bias menenangkan antiepileptik yang standar. Berkaitan dengan biomolekular basis kompleksnya. Sakit kepala yang menyerang sukar sekali untuk diperlakukan secara pharmakologis, walaupun obat antiepileptic sudah secara optimal diberikan,sekitar 30-40% tentang penderita epilepsi yang terjangkit, biasanya pasien melakukan operasi pembedahan untuk menghilangkan rasa sakit sementara. Akan tetapi gejala epilepsi akan timbul sesekali, karena epilepsi sukar untuk dihilangkan rasa sakit kepala yang menyerang.
Epilepsi dapat menyerang anak-anak, orang dewasa, para orang tua bahkan bayi yang baru lahir. Angka kejadian epilepsi pada pria lebih tinggi dibandingkan pada wanita, yaitu 13% penduduk akan menderita epilepsi seumur hidup. Di Amerika Serikat, satu di antara 100 populasi (1%) penduduk terserang epilepsi, dan kurang lebih 2,5 juta di antaranya telah menjalani pengobatan pada lima tahun terakhir. Menurut World Health Organization (WHO) sekira 50 juta penduduk di seluruh dunia mengidap epilepsi (2004 Epilepsy.com).
C. Epidemiologi
Pada dasarnya setiap orang dapat mengalami epilepsi. Setiap orang memiliki otak dengan ambang bangkitan masing-masing apakah lebih tahan atau kurang tahan terhadap munculnya bangkitan. Selain itu penyebab epilepsi cukup beragam: cedera otak, keracunan, stroke, infeksi, infestasi parasit, tumor otak. Epilepsi dapat terjadi pada laki-laki maupun perempuan, umur berapa saja, dan ras apa saja. Jumlah penderita epilepsi meliputi 1-2% dari populasi. Secara umum diperoleh gambaran bahwa insidensi epilepsi menunjukan pola bimodal: puncak insidensi terdapat pada golongan anak dan usia lanjut.
D. Etiologi/Penyabab
Faktor etiologi berpengaruh terhadap penentuan prognosis. Penyebab utama, ialah epilepsi idopatik, remote symptomatic epilepsy (RSE), epilepsi simtomatik akut, dan epilepsi pada anak-anak yang didasari oleh kerusakan otak pada saat peri- atau antenatal. Dalam klasifikasi tersebut ada dua jenis epilepsi menonjol, ialah epilepsi idiopatik dan RSE. Dari kedua tersebut terdapat banyak etiologi dan sindrom yang berbeda, masing-masing dengan prognosis yang baik dan yang buruk.
Epilepsi simtomatik yang didasari oleh kerusakan jaringan otak yang tampak jelas pada CT scan atau magnetic resonance imaging (MRI) maupun kerusakan otak yang tak jelas tetapi dilatarbelakangi oleh masalah antenatal atau perinatal dengan defisit neurologik yang jelas. Sementara itu, dipandang dari kemungkinan terjadinya bangkitan ulang pasca-awitan.
Definisi neurologik dalam kaitannya dengan umur saat awitan mempunyai nilai prediksi sebagai berikut:
Apabila pada saat lahir telah terjadi defisit neurologik maka dalam waktu 12 bulan pertama seluruh kasus akan mengalami bangkitan ulang,
Apabila defisit neurologik terjadi pada saat pascalahir maka resiko terjadinya bangkitan ulang adalah 75% pada 12 bulan pertama dan 85% dalam 36 bulan pertama. Kecuali itu, bangkitan pertama yang terjadi pada saat terkena gangguan otak akut akan mempunyai resiko 40% dalam 12 bulan pertama dan 36 bulan pertama untuk terjadinya bangkitan ulang. Secara keseluruhan resiko untuk terjadinya bangkitan ulang tidak konstan. Sebagian besar kasus menunjukan bangkitan ulang dalam waktu 6 bulan pertama.
Epilepsi grand mal ditandai dengan timbulnya lepas muatan listrik yang berlebihan dari neuron diseluruh area otak-di korteks, di bagian dalam serebrum, dan bahkan di batang otak dan talamus. Kejang grand mal berlangsung selama 3 atau 4 menit.
Epilepsi ini biasanya ditandai dengan timbulnya keadaan tidak sadar atau penurunan kesadaran selama 3 sampai 30 detik, di mana selama waktu serangan ini penderita merasakan beberapa kontraksi otot seperti sentakan (twitch- like),biasanya di daerah kepala, terutama pengedipan mata.
Epilepsi Fokal
Epilepsi fokal dapat melibatkan hampir setiap bagian otak, baik regional setempat pada korteks serebri atau struktur-struktur yang lebih dalam pada serebrum dan batang otak. Epilepsi fokal disebabkan oleh lesi organik setempat atau adanya kelainan fungsional.
E. Patogenesis
Sistem saraf merupakan communication network (jaringan komunikasi). Otak berkomunikasi dengan organ-organ tubuh yang lain melalui sel-sel saraf (neuron). Pada kondisi normal, impuls saraf dari otak secara elektrik akan dibawa neurotransmitter seperti GABA (gamma- aminobutiric acid) dan glutamat melalui sel-sel saraf (neuron) ke organorgan tubuh yang lain. Faktor-faktor penyebab epilepsi di atas menggangu sistem ini, sehingga menyebabkan ketidakseimbangan aliran listrik pada sel saraf dan menimbulkan kejang yang merupakan salah satu ciri epilepsi.
Tekanan,
F. Diagnosis
Evaluasi penderita dengan gejala yang bersifat paroksismal, terutama dengan faktor penyebab yang tidak diketahui, memerlukan pengetahuan dan keterampilan khusus untuk dapat menggali dan menemukan data yang relevan. Diagnosis epilepsi didasarkan atas anamnesis dan pemeriksaan klinik dikombinasikan dengan hasil pemeriksaan EEG dan radiologis.penderita atau orang tuanya perlu diminta keterangannya entang riwayat adanya epilepsi dikeluarganya. Kemudian dilanjutkan dengan beberapa pemeriksaan antara lain:
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan ini menapis sebab-sebab terjadinya bangkitan dengan menggunakan umur dan riwayat penyakit sebagai pegangan. Pada usia lanjut auskultasi didaerah leher penting untuk menditeksi penyakit vaskular. Pada anak-anak, dilihat dari pertumbuhan yang lambat, adenoma sebasea (tuberous sclerosis), dan organomegali (srorage disease).
Elektro-ensefalograf
Pada epilepsi pola EEG dapat membantu untuk menentukan jenis dan lokasi bangkitan. Gelombang epileptiform berasal dari cetusan paroksismal yang bersumber pada sekelompok neuron yang mengalami depolarisasi secara sinkron. Gambaran epileptiform anatarcetusan yang terekam EEG muncul dan berhenti secara mendadak, sering kali dengan morfologi yang khas.
MRI bertujuan untuk melihat struktur otak dan melengkapi data EEG. Yang bermanfaat untuk membandingkan hipokampus kanan dan kiri. Disamping itu juga dapat mengidentifikasi kelainan pertumbuhan otak, tumor yang berukuran kecil, malformasi vaskular tertentu, dan penyakit demielinisasi.
Diagnosis Banding
Kejadian paroksismal
Diagnosis banding untuk kejadian yang bersifat paroksismal meliputi sinkrop, migren, TIA (TransientIschaemic Attack),paralisis periodik,gangguan gastrointestinal, gangguan gerak dan breath holding spells. Diagnosis ini bersifat mendasar.
Diagnosis ini meliputi TIA, migren, hiperventilasi, tics, mioklonus, dan spasmus hemifasialis. TIA dapat muncul dengan gejala sensorik yang dibedakan dengan epilepsi parsial sederhana. Keduanya paroksimal, bangkitan dapat berupa kehilangan pandangan sejenak, dan mengalami penderita lanjut usia.
Diagnosis banding ini berkaitan dengan tingkat kehilangan kesadaran, mulai dari drop attacks sampai dengan pola prilaku yang rumit.secara umum diagnosis ini meliputi sinkrop, migren, gangguan tidur, bangkitan non epileptik, narkolepsi, gangguan metabolik dan transient global amnesia.
Setelah diagnosa ditetapkan maka tindakan terapeutik diselenggarakan. Semua orang yang menderita epilepsi, baik yang idiopatik maupun yang non-idiopatik, namun proses patologik yang mendasarinya tidak bersifat progresif aktif seperti tumor serebri, harus mendapat terapi medisinal. Obat pilihan utama untuk pemberantasan serangan epileptik jenis apapun, selain petit mal, adalah luminal atau phenytoin. Untuk menentukan dosis luminal harus diketahui umur penderita, jenis epilepsinya, frekuensi serangan dan bila sudah diobati dokter lain. Dosis obat yang sedang digunakan. Untuk anak-anak dosis luminal ialah 3-5 mg/kg/BB/hari, sedangkan orang dewasa tidak memerlukan dosis sebanyak itu. Orang dewasa memerlukan 60 sampai 120 mg/hari. Dosis phenytoin (Dilatin, Parke Davis) untuk anak-anak ialah 5 mg/kg/BB/hari dan untuk orang dewasa 5-15 mg/kg/BB/hari. Efek phenytoin 5 mg/kg/BB/hari (kira-kira 300 mg sehari) baru terlihat dalam lima hari. Maka bila efek langsung hendak dicapai dosis 15 mg/kg/BB/hari (kira-kira 800 mg/hari) harus dipergunakan.
Efek antikonvulsan dapat dinilai pada follow up. Penderita dengan frekuensi serangan umum 3 kali seminggu jauh lebih mudah diobati dibanding dengan penderita yang mempunyai frekuensi 3 kali setahun. Pada kunjungan follow up dapat dilaporkan hasil yang baik, yang buruk atau yang tidak dapat dinilai baik atau buruk oleh karena frekuensi serangan sebelum dan sewaktu menjalani terapi baru masih kira-kira sama. Bila frekuensinya berkurang secara banding, dosis yang sedang dipergunakan perlu dinaikan sedikit. Bila frekuensinay tetap, tetapi serangan epileptik dinilai oleh orangtua penderita atau penderita epileptik Jackson motorik/sensorik/march sebagai enteng atau jauh lebih ringan, maka dosis yang digunakan dapat dilanjutkan atau ditambah sedikit. Jika hasilnya buruk, dosis harus dinaikan atau ditambah dengan antikonvulsan lain.
- Obat-obat ini akan memberi efek samping seperti gusi bengkak, pusing, jerawat dan badan berbulu (Hirsutisma), bengkak biji kelenjardan osteomalakia.
Obat kedua yang lazim digunakan: (seperti: lamotrigin, tiagabin, dan gabapetin) - Jika tidak terdapat perubahan kepala penderita setelah mengunakan obat pertama, obatnya akan di tambah dengan dengan obatan kedua. - Lamotrigin telah diluluskan sebagai obat pertama di Malaysia. - Obat baru yang diperkenalkan tidak dimiliki efek samping, terutama dalam hal kecacatan sewaktu kelahiran.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Epilepsi merupakan gangguan susunan saraf pusat (SSP) yang dicirikan oleh terjadinya bangkitan (seizure, fit, attact, spell) yang bersifat spontan (unprovoked) dan berkala. Bangkitan dapat diartikan sebagai modifikasi fungsi otak yang bersifat mendadak dan sepintas, yang berasal dari sekolompok besar sel-sel otak, bersifat singkron dan berirama. Bangkitnya epilepsi terjadi apabila proses eksitasi didalam otak lebih dominan dari pada proses inhibisi.
Setiap orang punya resiko satu di dalam 50 untuk mendapat epilepsi. Pengguna narkotik dan peminum alkohol punya resiko lebih tinggi. Pengguna narkotik mungkin mendapat seizure pertama karena menggunakan narkotik, tapi selanjutnya mungkin akan terus mendapat seizure walaupun sudah lepas dari narkotik. Umumnya epilepsi mungkin disebabkan oleh kerusakan otak dalam process kelahiran, luka kepala, strok, tumor otak, alkohol. Kadang epilepsi mungkin juga karena genetik, tapi epilepsi bukan penyakit keturunan. Tapi penyebab pastinya tetap belum diketahui.
B. Saran
Disarankan kepada pembaca agar menghindari faktor resiko penyebab epilepsi karena epilepsi dapat ditimbulkan karena kebiasaan yang salah.
dr. Jan Tambayang. 2000. Patofisiologi untuk keperawatan, Jakarta Sidharta, Priguna M.D.,Ph. D.1999. Neurology klinis dalam praktek umum, Dian Rakyat, Jakarta.