Вы находитесь на странице: 1из 55

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 1

AMNION PATCH MIRINGOPLASTI PADA RUPTUR MEMBRAN TIMPANI

Jacky Munilson, Yan Edward, Wahyu Triana Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas kedokteran Universitas Andalas / RSUP Dr. M. Djamil Padang

ABSTRAK Ruptur membran timpani dapat disebabkan oleh kecelakaan, benturan atau pukulan pada wajah dan trauma iatrogenik pada saat mengeluarkan benda asing. Ruptur ini mengakibatkan terjadinya tuli konduktif dan dapat menimbulkan infeksi telinga tengah yang berulang. Miringoplasti adalah suatu tindakan penutupan perforasi pada membran timpani dengan menggunakan graft tanpa melakukan pembedahan pada liang telinga dan telinga tengah. Penggunaan amnion untuk menutup membran timpani sudah lama diperkenalkan dan memberikan hasil yang baik. Suatu kasus ruptur membran timpani akibat trauma dilaporkan pada seorang remaja laki-laki berusia 16 tahun yang telah dilakukan amnion patch miringoplasti

Kata kunci : Ruptur membran timpani, miringoplasti, amnion

ABSTRACT

Tympanic membrane rupture commonly caused by an accident, collision or blow to the face and iatrogenic trauma in removing foreign bodies. This rupture can cause conductive hearing loss and recurrent middle ear infections. Myringoplasty is a procedure of closure the tympanic membrane perforation by using a graft without performing surgery on the ear canal and middle ear. Use of amnion for closing tympanic membrane has long been introduced and gives good results. A case of rupture tympanic membrane perforation was reported in aged 16 years old who has done amniotic patch myringoplasty. an adolescent boy

Key words :Tympanic membrane rupture, myringoplasty, amniotic

PENDAHULUAN Miringoplasti adalah suatu prosedur tindakan terhadap perforasi membran timpani yang disebabkan oleh trauma atau infeksi, dimana dilakukan pemasangan graft pada membran timpani tanpa melakukan pembedahan pada liang telinga dan telinga tengah. 1 Miringoplasti juga digunakan sebagai istilah untuk semua rekonstruksi membran timpani yang tidak berhubungan dengan osikuloplasti atau dengan kata lain

disebut juga timpanoplasti tanpa rekonstruksi rangkaian tulang pendengaran. 2

Miringoplasti selain untuk memperbaiki fungsi pendengaran juga bertujuan mencegah infeksi ke telinga tengah bahkan ke telinga dalam. 3,4 Ada 2 prosedur miringoplasti yang biasa digunakan yaitu patch miringoplasti dan graft miringoplasti. 5 Patch miringoplasti dilakukan dengan menempatkan material Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 2

graft di atas membran timpani. Umumnya digunakan kertas rokok yang dikenal dengan nama paper patch miringoplasti sedangkan graft miringoplasti adalah suatu teknik miringoplasti dengan menempatkan

graft pada membran timpani baik secara overlay maupun secara anterior underlay. 2

Penutupan perforasi membran timpani pertama kali dilakukan oleh Yearsley pada tahun 1841 dengan menggunakan gumpalan kapas yang lembut. Hal yang sama juga berhasil dilakukan oleh Toynbee pada tahun 1853 dengan menggunakan material dari bahan karet. Miringoplasti pertama kali dilakukan oleh Berthold pada tahun 1878 yang meliputi pengangkatan epitel membran timpani pada pinggir perforasi dan pemasangan graft yang diambil dari kulit lengan atas. 1

Istilah paper patch pertama kali diperkenalkan oleh Blake tahun 1887. Dalam metode ini, paper patch digunakan untuk memandu migrasi epitel dari pinggir perforasi. Teknik ini efektif dilakukan pada perforasi akibat trauma yang akut atau setelah pengangkatan pipa ventilasi

grommet, meskipun kebanyakan perforasi ini dapat sembuh secara spontan. Sejak studi yang dilakukan oleh Wullstein dan Zollner tahun 1950-an berhasil menutup perforasi membran timpani dengan menggunakan graft yang diambil dari sebagian lapisan kulit, banyak para peneliti berminat meneliti mengenai jaringan atau material yang dapat digunakan sebagai graft. Berdasarkan asalnya, graft dibagi menjadi autograft, homograft, heterograft dan artifisial graft dimana masing-masingnya mempunyai kelebihan dalam menutup perforasi. 6

Penggunaan amnion dalam klinis pertama kali dikenalkan oleh Davis tahun 1910 untuk transplantasi kulit. Selain untuk menutup perforasi membran timpani, amnion juga digunakan pada kasus luka bakar dan rekonstruksi organ-organ seperti kandung kemih, vagina dan sendi. 7

Amnion atau membran amnion merupakan lapisan paling dalam dari plasenta dan berkontak langsung dengan cairan amnion. Secara mikroskopis membran amnion merupakan membran yang tipis, transparan, kuat dan melekat pada plasenta. Ukuran ketebalan normal dari membran amnion adalah 0,02-0,05 mm dan luas permukaan 1600 cm 2 . 3,8

Amnion ini terdiri dari

3 lapisan

yaitu selapis epitel kubus, membran basal yang tebal dan jaringan ikat yang avaskuler (gambar 1). Membran basal amnion berisikan material yang dapat membantu pertumbuhan sel epitel dan sedikit faktor pertumbuhan. Bagian stromanya berisikan zat yang dapat menekan proliferasi fibroblast. Oleh karena itulah membran ini dapat menghambat pertumbuhan sikatrik selama proses epitelisasi berlangsung. Amnion ini sangat kuat dan baik sekali

dijadikan sebagai penutup luka atau graft. 7,8

Gambar 1: Gambaran lapisan amnion dilihat dengan mikroskop electron 9

Amnion mengandung protein anti-angiogenesis dan anti-inflamasi seperti interleukin-1, antagonis reseptor, keempat jenis tissue inhibitors of metalloproteinases (TIMPs), kolagen IV, laminin dan interleukin-10. Disamping itu juga Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 3

mengandung berbagai jenis faktor pertumbuhan seperti basal fibroblast growth factor, transforming growth factor dan hepatocyte growth factor. Faktor pertumbuhan ini sangat bermanfaat dalam merangsang epitelisasi. Kelebihan lain dari amnion ini adalah tidak memproduksi Human leukocyte antigens (HLA-A, B atau

DR), oleh karena itu amnion tidak merangsang timbulnya reaksi imunologi setelah transplantasi. 8

Miringoplasti dapat dilakukan melalui 3 pendekatan yaitu pendekatan

transkanal, endaural dan retroaurikular. Pendekatan transkanal dilakukan melalui liang telinga luar dan diindikasikan apabila liang telinga cukup lapang sehingga pinggir perforasi dapat terlihat dengan jelas. Pendekatan endaural dapat dilakukan melalui insisi antara tragus dan helix, sehingga dapat memperluas lapangan pandang melalui liang telinga sedangkan pendekatan retroaurikular adalah melalui insisi pada daerah retroaurikular yang bertujuan untuk memperlihatkan secara komplit pinggir anterior membran timpani. 2

LAPORAN KASUS Seorang remaja laki-laki berumur 16

tahun (MR 760668), datang ke IGD RSUP Dr. M. Jamil Padang pada tanggal 30 Oktober 2011 pukul 11.19 WIB dengan keluhan utama pendengaran pada telinga kanan terasa berkurang sejak 1 jam yang lalu. Sebelumnya pasien sedang bermain bola kaki bersama temannya, tiba-tiba bola membentur keras ke telinga kanan pasien. Sejak saat itu pasien merasa pendengaran pada telinga kanannya berkurang dan disertai nyeri. Keluar darah dari telinga kanan tidak ada. Pasien tetap sadar saat kejadian dan tidak ada rasa pusing berputar, mual dan muntah. Riwayat telinga berair

sebelumnya tidak ada. Pada pemeriksaan status generalis keadaan umum sedang, kesadaran komposmentis kooperatif, nadi 68x/menit, nafas 18x/menit dan suhu afebris. Pemeriksaan status lokalis THT, pada telinga kanan tidak terdapat jejas, laserasi dan ekskoriasi di sekitar aurikula. Liang telinga lapang, tampak membran timpani (MT) ruptur di bagian anteroinferior, pinggirnya hiperemis dan

terdapat bekuan darah. Telinga kiri dalam batas normal. Pemeriksaan hidung dan tenggorok tidak terdapat kelainan. Pemeriksaan garpu tala didapatkan hasil Rinne -/+, Weber lateralisasi ke kanan dan Schwabach memanjang pada telinga kanan dan sama dengan pemeriksa pada telinga kiri. Kesan yang didapatkan tuli konduktif pada telinga kanan. Pada saat itu pasien didiagnosis dengan ruptur membran timpani auris dextra (AD) akibat trauma tumpul. Pasien diberikan terapi cefixime 2 x 100 mg (tablet) dan asam mefenamat 3 x 500 mg (tablet). Pasien diperbolehkan pulang dan kontrol 3 hari lagi ke poliklinik THT. Pada tanggal 2 November 2011 pasien datang ke poliklinik THT. Pada saat itu keluhan nyeri sudah tidak ada, namun pendengaran pada telinga kanan masih berkurang. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan terdapat perforasi pada membran timpani dengan pinggir yang tidak rata dan tidak terdapat bekuan darah maupun sekret (gambar 2).

Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 4

Gambar 2: Ruptur membran timpani pasien sebelum miringoplasti

Pasien didiagnosis dengan ruptur membran timpani AD dan direncanakan akan dilakukan patch miringoplasti dengan amnion dalam anestesi lokal. Sebelum tindakan, dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni dan didapatkan hasil tuli konduktif ringan pada telinga kanan dengan ambang dengar 32,5dB sedangkan telinga kiri normal dengan ambang dengar 13,75 dB (gambar 3).

Gambar 3 :Audiometri pasien sebelum miringoplasti

Miringoplasti dilakukan dalam anestesi lokal dengan bantuan mikroskop. Pasien tidur terlentang di atas meja operasi. Sebelumnya telinga kanan pasien ditampon dengan kassa yang telah diolesi krim lidokain + prilokain dan ditunggu sekitar 10 menit. Tampon dibuka dan liang telinga dibersihkan dari sisa-sisa krim. Lakukan evaluasi pada liang telinga kanan dengan endoskop 0 o , tampak perforasi membran timpani dibagian anteroinferior. Ukuran perforasi membran timpani diperkirakan 4 mm. Pinggir perforasi membran timpani dilukai dengan menggunakan jarum suntik yang dibengkokkan ujungnya sambil mengangkat epitel pada bagian medial ke lateral. Salep kemicetin dioleskan di sekitar pinggir perforasi. Amnion kering yang

dipotong lebih besar dari ukuran perforasi

diletakkan di atas perforasi membran timpani, tanpa membuka kassa yang melapisinya. Bagian amnion yang dilapisi oleh kassa diletakkan pada sisi lateral. Tutup bagian atas amnion dengan spongostan dan masukkan tampon sofratule ke dalam liang telinga. Pasien diberikan terapi cefixime 2 x 100 mg (tablet),

rhinofed 3 x 1 tablet dan multivitamin 2 x 1 tablet. Pasien dianjurkan kontrol 1 minggu lagi. Pada tanggal 8 November 2011 pasien kontrol pertama kalinya setelah miringoplasti, pasien kadang-kadang merasa nyeri pada telinga kanan. Pilek, batuk dan hidung tersumbat tidak ada. Pada pemeriksaan fisik THT, telinga kanan masih tertutup tampon sofratule, tidak terdapat sekret dan tidak berbau. Pemeriksaan hidung dan tenggorok normal. Pasien didiagnosis pasca amnion patch miringoplasti atas indikasi ruptur membran timpani AD. Terapi dilanjutkan dan ditambahkan dengan asam mefenamat 3 x 500 mg (tablet).

Pada tanggal 16 November 2011 pasien kontrol lagi, pasien mengeluh terasa penuh di telinga kanan. Pilek dan hidung tersumbat ada sejak 2 hari yang lalu, batuk tidak ada. Pada saat itu tampon sofratule di liang telinga kanan dibuka, tampak amnion masih terpasang dan membran timpani bulging. Pada liang telinga kanan juga terdapat sekret berwarna kuning kehijauan, tidak berbau dan hifa tidak ada. Pasien didiagnosis pasca amnion patch Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 5

miringoplasti dengan infeksi telinga tengah dan otomikosis AD. Bersihkan sekret di liang telinga dan oleskan salep mikonazole. Terapi pasien dilanjutkan dan kontrol 2 hari lagi. Pada tanggal 18 November 2011 pasien kontrol. Pilek dan hidung tersumbat sudah tidak ada, telinga kanan terasa berdengung. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan tampak perforasi pada membran

timpani, amnion terlepas dan sekret tidak ada. Setelah membersihkan liang telinga dan sekitar membran timpani dari debris dan sisa amnion, dilakukan pemasangan amnion ulang dengan cara yang sama dengan sebelumnya. Kemudian liang telinga dipasang tampon kassa yang dioles dengan salep kemicetin dan krim ketoconazole. Tampon diganti setiap 3 hari. Terapi yang diberikan sama dengan terapi sebelumnya. Pada tanggal 2 Desember 2011 (14 hari pasca miringoplasti), keluhan pasien tidak ada. Pemeriksaan telinga kanan tampak liang telinga lapang, amnion terpasang baik, vaskularisasi sudah ada terutama di bagian inferior, kassa yang melekat pada amnion masih ada dan tidak terdapat sekret di liang telinga. Sisa kassa yang melekat pada amnion dibersihkan dan bagian atas amnion dioleskan salep kemicetin. Terapi dilanjutkan dan pasien dianjurkan kontrol 2 minggu lagi.

Pada tanggal 7 Desember 2011 (19 hari pasca miringoplasti) pasien kontrol. Pasien mengeluhkan telinga kanannya nyeri.

Satu hari sebelumnya pasien secara tidak sengaja memukul telinga kanannya ketika ingin mengusir lalat yang hinggap di telinganya. Setelah dilakukan pemeriksaan, tampak bekuan darah pada membran timpani di bagian inferior (dekat dengan tempat perforasi). Darah mengalir tidak ada. Bekuan darah dibersihkan. Terapi dilanjutkan dan pasien dianjurkan kontrol 1 minggu lagi. Pada tanggal 13 Desember 2011, pasien kontrol. Nyeri pada telinga kanan sudah tidak ada. Pasien merasakan mulai ada perbaikan pada pendengarannya. Pada pemeriksaan fisik telinga kanan tampak perforasi menutup, vaskularisasi baik namun terdapat jaringan granulasi di bagian inferior membran timpani. Terapi pasien ditambahkan dengan ofloxacin tetes telinga 2 x 5 tetes AD. Tanggal 22 Desember 2011 (5

minggu pasca miringoplasti) pasien kontrol lagi. Keluhan tidak ada dan pendengaran dirasakan membaik. Perforasi pada telinga kanan sudah menutup, jaringan granulasi

berkurang, vaskularisasi pada membran timpani baik dan reflek cahaya sudah ada (gambar 4). Terapi antibiotika oral dan obat tetes telinga dihentikan. Pasien diberikan multivitamin 2 x 1 tablet.

Gambar 4: Membran timpani setela h5 minggu pasca miringoplasti

Pada tanggal 5 Januari 2012 (7 minggu pasca miringoplasti) pasien kontrol. Pada saat itu dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni dan didapatkan hasil ambang dengar pada telinga kanan 12,5 dB dan terdapat gangguan konduksi pada nada rendah (250 Hz dan 500 Hz) sedangkan Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 6

telinga kiri normal dengan ambang dengar 12,5 dB (gambar 5).

Gambar 5 : Audiometri pasien 7 minggu pasca

miringoplasti

DISKUSI Telah dilaporkan suatu kasus ruptur membran timpani AD akibat trauma tumpul pada seorang remaja berusia 16 tahun dan

telah berhasil dilakukan penutupan membran timpani melalui prosedur amnion patch miringoplasti. Berdasarkan penyebabnya, perforasi membran timpani dapat dibedakan menjadi perforasi traumatik dan perforasi karena infeksi. Perforasi traumatik ini biasanya disebabkan oleh kecelakaan, benturan atau pukulan pada wajah dan akibat tindakan ekstraksi benda asing di telinga sedangkan karena proses infeksi terbanyak disebabkan oleh otitis media supuratif kronis (OMSK). 10,11 Penyebab ini dapat mempengaruhi angka keberhasilan miringoplasti. Rehman dkk 3 melaporkan

bahwa angka keberhasilan pada perforasi traumatik mencapai 100% sedangkan pada perforasi karena infeksi hanya 77,3%. Pada pasien ini perforasi terjadi akibat trauma tumpul yaitu benturan pada telinga kanan. Masih terdapat kontroversi mengenai waktu yang tepat dilakukan miringoplasti pada pasien dengan ruptur membran timpani akibat trauma ini. Hildmann dkk 12 mengatakan bahwa 90% ruptur membran timpani akibat trauma akan sembuh spontan. Miringoplasti baru dilakukan bila terdapatnya kegagalan penutupan perforasi setelah 3 bulan. Penutupan segera dapat dilakukan bila terdapat kerusakan tulang-tulang pendengaran, terdapat benda asing dan adanya kerusakan struktur telinga dalam. Hal yang sama juga dibahas oleh Amadasun dkk 10 dalam penelitiannya yang menyimpulkan bahwa penatalaksanaan

ruptur membran timpani yang akut, hanya dilakukan pembersihan telinga secara berkala dan pencegahan infeksi pada telinga. Sebaliknya Fisch dkk 2 mengatakan bahwa pada ruptur membran timpani yang akut dapat dilakukan miringoplasti segera dengan pendekatan transkanal, apabila liang telinganya cukup lapang dan perforasi dapat dilihat dengan jelas. pada pasien ini miringoplasti dilakukan pada hari ke-3 pasca trauma melalui pendekatan transkanal. Hal ini dilakukan karena ukuran perforasinya cukup besar dan ditakutkan terjadinya infeksi. Jenis dan ukuran perforasi juga

dapat menentukan keberhasilan miringoplasti. Jenis perforasi sub total dapat mengalami kegagalan sekitar 50%. 13 Golz dkk 6 pada penelitiannya mengukur

diameter perforasi ini dengan menggunakan hook dan membaginya menjadi 3 bagian yaitu kecil (<3 mm), sedang (3-5 mm)

dan besar ( >5 mm). Hasil yang didapatkan angka keberhasilan miringoplasti pada perforasi kecil 63,2%, sedang 43,5% dan besar 12,5%. Ukuran perforasi yang kecil membutuhkan lebih sedikit pengulangan tindakan dan waktu penutupan perforasi yang lebih singkat. Pada pasien ini ukuran

perforasinya 4mm (sedang) dan membutuhkan 2 kali pengulangan tindakan miringoplasti. Ada bermacam-macam jenis jaringan dan material yang dapat digunakan dalam Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 7

miringoplasti dan masing-masingnya mempunyai angka keberhasilan yang berbeda-beda. 14 Dursun dkk 14

membandingkan angka keberhasilan antara miringoplasti dengan menggunakan paper patch, lemak dan perikondrium. Hasil yang didapatkan adalah angka keberhasilan pada paper patch 66,7%, pada lemak 86,7% dan perikondrium 86,7%. Secara statistik tidak terdapat perbedaan yang signifikan diantara ketiga material tersebut. Penggunaan amnion dalam miringoplasti hanya sedikit dilaporkan. Harvinder dkk 15 melakukan penelitian yang membandingkan hasil miringoplasti dengan menggunakan fasia temporalis dan miringoplasti dengan amnion. Pada penelitian tersebut didapatkan tingkat keberhasilan penutupan membran timpani dengan amnion sebesar 65% sedangkan dengan fasia temporalis hanya sebesar

56,7%. Hal yang berbeda disampaikan oleh Fouad dkk 13 , didapatkan hasil angka

keberhasilan miringoplasti dengan amnion 84,4% sedangkan dengan fasia temporalis sebesar 87,5%, tidak terdapat perbedaan yang signifikan pada kedua grup tersebut. Terdapat 2 jenis bentuk sediaan amnion yang biasa digunakan dalam klinis yaitu membran amnion segar (fresh amniotic membran) dan membran amnion kering (freeze-dried amniotic membran atau lyophilized amniotic membran). 16

penggunaan amnion kering pada perforasi membran timpani telah dilaporkan oleh Turan dkk 17 yang membandingkan penutupan membran timpani dengan menggunakan lyophilized amnion dan lembaran teflon. Hasil yang didapatkan, penutupan membran timpani dengan amnion lebih tipis, vaskularisasinya lebih baik dan kelenturan membran timpani juga lebih baik dibandingkan dengan lembaran teflon. Pada pasien ini miringoplasti

dilakukan dengan menggunakan membran amnion yang kering (gambar 6).

Gambar 6 : membran amnion kering

Keuntungan penggunaan amnion dalam menutup membran timpani adalah amnion mengandung material yang dapat membantu pertumbuhan sel epitel dan faktor pertumbuhan, mempunyai efek antigenesitas yang rendah sehingga tidak pernah dilaporkan adanya reaksi penolakan dari tubuh setelah dilakukan transplantasi dan mempunyai kemampuan menghambat pertumbuhan bakteri. Disamping itu amnion juga mudah didapatkan, mudah disimpan dan harganya relatif murah. 17

Prosedur amnion patch miringoplasti ini dipilih karena prosedur ini cukup sederhana, cepat pengerjaannya, aman, dapat dilakukan di poliklinik rawat jalan, biayanya lebih murah dan resiko

tindakannya ringan. 6 Menurut Amadasun dkk 10 , pada umumnya perforasi membran timpani akibat trauma dapat sembuh secara spontan dalam hitungan bulan atau tahun, tetapi penting bagi dokter dan pasien dengan ruptur membran timpani yang masih baru mempertimbangkan keberhasilan penyembuhan, waktu penyembuhan, kualitas penyembuhan dan ketajaman pendengaran setelah penyembuhan. Oleh karena itu sebaiknya dipilih metode non-operatif yang

mudah pengerjaannya, murah dan tidak menimbulkan resiko yang besar. Disamping Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 8

itu Golz dkk 6 mengatakan bahwa paper

patch miringoplasti mempunyai angka keberhasilan yang tinggi bila dilakukan pada perforasi yang berukuran < 5mm. Sebelum melakukan miringoplasti perlu dilakukan pemeriksaan audiometri nada murni. 3 Pada pemeriksaan audiometri didapatkan kesan tuli konduktif. Derajat ketulian tergantung pada ukuran dan lokasi perforasi, adanya otorrhe dan keadaan rangkaian tulang-tulang pendengaran. 11

Tindakan miringoplasti ini dapat dilakukan dalam anestesi lokal atau anestesi umum tergantung kepada kondisi pasien dan kenyamanan operator. 3 Anestesi umum dipilih untuk tindakan miringoplasti pada pasien berusia di bawah 15 tahun. 18 Pada pasien ini, prosedur miringoplasti dilakukan

dalam anestesi lokal dan dengan bantuan mikroskop. Patch miringoplasti merupakan prosedur yang paling tinggi angka keberhasilannya pada kasus ruptur membran timpani akibat trauma. Penempatan material graft di atas membran timpani dapat memperbaiki perforasi pada membran timpani. Pada perforasi yang kronik membutuhkan pengangkatan pinggir perforasi (trimming) dengan menggunakan pick yang tajam atau mengkauterisasi pinggir perforasi dengan larutan asam trichloroasetat. 5 Hal ini dilakukan karena pada perforasi yang kronik, epitel squamous pada lapisan luar membran timpani di sekitar pinggir perforasi akan tumbuh ke medial dan berkontak dengan lapisan mukosa dalam sehingga akan menghalangi penyembuhan jaringan ikat yang berada pada bagian tengah membran timpani. Ini dapat menghambat penutupan membran timpani.

19 Pada perforasi yang akut, tindakan tersebut tidak perlu dilakukan. Amadasun dkk 10 dalam penelitiannya hanya menggunakan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik dan kortikosteroid pada miringoplasti dengan menggunakan cellophane (plastik pembungkus makanan) pada pasien rupture membran timpani yang akut. Pada pasien ini tidak dilakukan trimming pada membran timpani, tetapi hanya dilakukan pembersihan membran timpani, melukai pinggir perforasi sambil mengangkat epitel pada bagian medial pinggir perforasi kearah lateral dan

mengoleskan salep antibiotik pada pinggir perforasi tersebut sebelum dilakukan pemasangan amnion. Pemberian antibiotik pasca tindakan miringoplasti tergantung kepada jenis material graft yang digunakan dan metode yang dipakai. Pemberian ini masih kontroversi. Beberapa peneliti

merekomendasikan pemberian antibiotik sistemik pada pasiennya pasca miringoplasti sedangkan yang lainnya tidak. 6 Kotecha dkk 20 meneliti bahwa tidak terdapat pengaruh penggunaan antibiotik sistemik sebagai profilaksis terhadap angka keberhasilan miringoplasti. Pada pasien ini tetap diberikan antibiotik sistemik pasca miringoplasti sebagai profilak terjadinya infeksi. Setelah tindakan miringoplasti, ada beberapa nasehat yang harus dipatuhi oleh pasien yaitu menghindari masuknya air ke

dalam telinga, dilarang mengejan, bersin, membuang ingus kuat-kuat dan menghindari bepergian dengan pesawat udara selama 3 minggu setelah tindakan. 5

Kegagalan miringoplasti ini sering disebabkan oleh infeksi pada saluran nafas

atas yang menyebabkan infeksi pada telinga tengah, infeksi jamur dan ketidakpatuhan pasien terhadap larangan tersebut. 3 Pada pasien ini kegagalan miringoplasti yang pertama disebabkan oleh infeksi pada telinga tengah dan infeksi jamur. Bagian Telinga Hidung Tenggorok Bedah Kepala Leher Fakultas Kedokteran Universitas Andalas 9

Follow up pasca miringoplasti dilakukan 2 minggu setelah tindakan, kemudian diteruskan 4 minggu dan kemudian tiap 1 bulan selama 6 bulan berikutnya. 3 Rehman dkk 3 mengatakan bahwa pemeriksaan audiometri pasca miringoplasti diperlukan untuk menilai perbaikan fungsi pendengaran dan dilakukan bila perforasi sudah menutup dan

tidak terdapat tanda-tanda infeksi pada telinga.

DAFTAR PUSTAKA 1. Paparella MM, Mayerhoff WL, Morris MS, Da Costa SS. Mastoidectomy and Tympanoplasty. In : paparella, Shumrick, Gluckman, Meyerhoff, editors. Otolaryngology. 3rd ed. Philadelphia : WB Saunders Co;1991.p. 1405-39. 2. Fisch U, May JS, Linder T et al. Myringoplasty in : Ugo Fisch, editor. Tympanoplasty, Mastoidectomy and Stapes Surgery. 2 nd ed. New York : Thieme;1994. p 10-40 3. Rehman HU, Ullah N, Said M, Shahabi IK, Ullah H, Saleem M. Faktor influencing the success rate of myringoplasty. JPMI 2007;21(02) : 117-21 4. Rahman A, Ilivius P, Dirckx J, Unge MV, Hultcrantz M. Stem cells and enhanced healing of chronic tympanic membran perforation. Acta Oto-Laryngologica 2008;128 : 352-9 5. Poe DS. Perforations of the tympanic membran. In : Nadol JB, McKenna MJ, editor. Surgery of the ear and temporal bone. Massachusetts : Lippincott Williams & wilkins ;2005.p 1-28

6. Golz A, Goldenberg D, Netzer A, Fradis M, Westerman T, Westerman LM et al. paper patching for chronic tympanic membran perforations. Otolaryngology-head and neck surgery 2003;128(4) : 565-70 7. Plummer CE. The use of amniotic membran transplantation for ocular surface reconstruction : a review and series of 58 equine clinical cases (2002-2008). American College of Veterinary Ophthalmologists 2009;12 suppl 1: 17-24 8. Andonovska, GJ Dzokic, L Spasevska, T Trajkovska, K Popovska, I Todorov et al. The advantages of the application of amnion membran in the treatment of burns. Contribution Sec. Biol. Med. Sci 2008. XXIX/1: 183-98 9. Dua HS, Blanco AA. Amniotic membran transplantation. Br J Ophthalmol 1999;83 : 748-52 10. Amadasun JEO. An observasional study of the management of traumatic tympanic membran perforation. The journal of laryngology & Otology 2002; 116 : 181-4 11. Jones RO. Myringoplasty in :Haberman II RS, editors. Middle Ear and mastoid Surgery. New York : Thieme : 2004. p 5-11.

12. Hildmann H, Sudhoff H. Middle ear trauma. In :

Henning Hildmann, Holger Sudhoff, editor. Middle ear Surgery. New York : Springer ; 2006 : p 134-6 13. Fouad T, Rifaat M, Buhaibeh Q. Utilization of amniotic membran graft for repair of the tympanic membran perforation. EJENTAS 2010;11 : 31-4 14. Dursun E, Dogru S, Gungor A, Cincik H, poyrazoglu E, Ozdemir T. Comparison of paper-patch, fat and perichondrium myringoplasty in repair of small tympanic membran perforations. Otolaryngology-Head and Neck surgery 2008;138 : 353-6 15. Harvinder S, Hassan S, Sidek DS, Hamzah M, Samsudin AR, Philip R. Underlay Myringoplasty : comparison of human amniotic membran to temporalis fascia graft. 2005;60(05) : 585-9 16. Ganatra MA. Amniotic membranin Surgery. JPMA 2003;53(1) : 1-7 17. Turan E, Onerci M, Hosal S, Akdas F. Use of liyofilized human amniotic membran as lining the tympanic cavities. Journal of Islamic academy of sciences 1990;3(1) : 66-9 18. Yadaf LK, Pradhananga J. A study of graft uptake rate of myringoplasties in Bir hospital. Journal of college og medical sciences-Nepal 2011;7(1) : 24-7 19. Lee SH, Jin SM, Lee KC, Kim MG. Paper-patch Med J Malaysia

myringoplasty with CO2 laser for chronic TM perforation. 265 : 1161-4 20. Kotecha B, Fowler S, Topam J. Myringoplasty ; a prospective audit study. Clin Otolaryngol 1999;24 : 126-9. Perforasi Gendang Telinga DEFINISI Perforasi Gendang Telinga ( Eardrum Perforation) adalah suatu keadaan dimana ditemukan lubang pada gendang telinga. Gendang telinga (membran timpani) merupakan pemisah antara telinga luar dan telinga tengah. Jika gelombang suara menyentuhnya maka gendang telinga akan bergetar dan hal ini merupakan awal dari proses perubahan gelombang suara menjadi impuls saraf yang akan menuju ke otak. Jika terjadi kerusakan pada gendang telinga maka proses pendengaranpun akan terganggu. Gendang telinga juga bertindak sebagai penghalang masuknya bahan-bahan dari luar telinga (misalnya bakteri). Jika terjadi perforasi gendang telinga, maka bakteri dengan mudah akan masuk ke dalam telinga dan menyebabkan terjadinya infeksi. Eur Arch Otorhinolaryngol 2008;

PENYEBAB Lubang pada gendang telinga bisa terjadi jika suatu benda dimasukkan ke dalam telinga (misalnya cotton-bud) atau jika suatu benda secara tidak sengaja masuk ke dalam telinga (misalnya ranting pohon yang terlalu rendah). Terjadinya lubang pada gendang telinga juga bisa disebabkan oleh peningkatan tekanan yang terjadi secara tiba-tiba (misalnya akibat ledakan, tamparan atau menyelam) atau oleh penurunan tekanan yang juga terjadi secara tiba-tiba.

Infeksi telinga juga bisa menyebabkan perforasi gendang telinga karena terjadi peningkatan tekanan cairan di dalam telinga tengah sehingga mendorong gendang telinga dan akhirnya terbentuklah lubang pada gendang telinga.

GEJALA Perforasi gendang telinga menyebabkan nyeri hebat yang timbul secara tiba-tiba, diikuti oleh perdarahan dari telinga, hilangnya pendengaran dan tinitus (telinga berdenging). Kehilangan pendengaran akan lebih buruk jika disertai oleh gangguan pdada rantai tulang pendengaran atau cedera pada telinga bagian dalam. Cedera pada telinga bagian dalam juga bisa menyebabkan vertigo (perasaan berputar). Dalam waktu 24-48 jam bisa keluar nanah dari telinga, terutama jika telinga kemasukan air.

DIAGNOSA Diagnosis ditegakkan berdasarkan gejala dan hasil pemeriksaan fisik. Dengan menggunakan otoskop, dokter bisa melihat adanya lubang pada gendang telinga.

PENGOBATAN Untuk mencegah terjadinya infeksi, biasanya diberikan antibiotik per-oral (melalui mulut). Penderita harus menjaga agar telinganya tetap kering. Jika terjadi infeksi, bisa diberikan obat tetes telinga yang mengandung antibiotik. Biasanya tanpa pengobatan lebih lanjut, gendang telinga akan membaik. Tetapi jika dalam waktu 2 bulan tidak terjadi perbaikan, maka perlu dilakukan pembedahan untuk memperbaiki gendang telinga (timpanoplasti). Jika hilangnya pendengaran bersifat menetap, diduga telah terjadi gangguan pada tulang pendengaran dan harus diperbaiki melalui pembedahan.

PENCEGAHAN Berhati-hatilah ketika sedang membersihkan telinga dengan menggunakan cotton bud. Jika telinga kemasukan sesuatu, mintalah bantuan dokter umum/dokter ahli untuk mengeluarkannya. Obatilah infeksi telinga secara tuntas. Gendang telinga pecah adalah lubang atau robekan di gendang telinga, membran tipis yang memisahkan kanal telinga dari telinga tengah. Gendang telinga pecah dapat mengakibatkan gangguan pendengaran dan membuat telinga tengah rentan terhadap infeksi atau cedera lainnya. Pada kondisi normal gendang telinga memiliki dua fungsi utama: * Mendengar Ketika gelombang suara masuk, gendang telinga bergetar--telinga dalam menerjemahkan

gelombang suara menjadi impuls saraf. * Pelindung Gendang telinga juga bertindak sebagai pelindung telinga tengah dari air, bakteri dan zat-zat asing lainnya. Penyebab gendang telinga yang pecah, juga dikenal sebagai perforasi membran timpani, dapat meliputi: * Infeksi telinga tengah (otitis media) Seseorang yang terinfeksi di telinga tengah sering menyebabkan akumulasi cairan di telinga tengah. Tekanan dari cairan ini dapat menyebabkan gendang telinga pecah. * Barotrauma Barotrauma adalah tekanan yang diberikan pada gendang telinga ketika tekanan udara di telinga tengah dan tekanan udara di lingkungan tidak seimbang. Jika tekanan tinggi,gendang telinga bisa pecah. * Suara keras atau ledakan (trauma akustik) Suara keras atau ledakan, seperti dari ledakan atau tembakan - pada dasarnya gelombang suara yang sangat kuat - dapat menyebabkan getaran kuat di gendang telinga. * Benda asing di telinga Benda-benda kecil seperti kapas atau jepit rambut dapat tusukan atau merobek gendang telinga. * Parah cedera, seperti fraktur tengkorak, dapat menyebabkan dislokasi atau kerusakan pada telinga bagian dalam struktur, termasuk gendang telinga. Gejala Tanda dan gejala dari gendang telinga pecah dapat meliputi: * Tiba-tiba telinga rasa sakit yang biasanya hilang dengan cepat * Penuh nanah atau berdarah dari telinga * Hilang Pendengaran * Dering di telinga (tinnitus) * Sensasi (vertigo) yang biasanya hilang dengan cepat * Mual atau muntah akibat vertigo Perawatan Kebanyakan gendang telinga pecah sembuh tanpa pengobatan dalam beberapa minggu. Jika robek atau lubang di gendang telinga Anda tidak sembuh-sembuh dengan sendirinya, pengobatan akan melibatkan prosedur untuk menutup perforasi, antara lain dengan pembedahan.

Satriaperwiras Weblog Our greatest glory is not in never falling, but raising in everytime we fall

Tentang Blog Gue

Perforasi Membran Timpani


Juli 6, 2010 6:36 pm Ditulis dalam Presentasi Kasus/Refrat

5 Votes

Pendahuluan Telinga adalah organ penginderaan dengan fungsi ganda dan kompleks (pendengaran dan keseimbangan), anatominya juga sangat rumit . Indera pendengaran berperan penting pada partisipasi seseorang dalam aktivitas kehidupan sehari-hari. Sangat penting untuk perkembangan normal dan pemeliharaan bicara, dan kemampuan berkomunikasi dengan orang lain melalui bicara tergantung pada kemampuan mendengar. Deteksi awal dan diagnosis akurat gangguan otologik sangat penting. Di antara mereka yang dapat membantu diagnosis dan atau menangani kelainan otologik adalah ahli otolaringologi, pediatrisian, internis, perawat, ahli audiologi, ahli patologi wicara dan pendidik. Perawat yang terlibat dalam spesialisasi otolaringologi, saat ini dapat memperoleh sertifikat di bidang keperawatan otorinolaringologi leher dan kepala (CORLN= cerificate in otorhinolaringologyhead and neck nursing). Perforasi membran timpani permanen adalah suatu lubang pada membran timpani yang tidak dapat menutup secara spontan dalam waktu 3 bulan setelah perforasi. Upaya penutupan perforasi membran timpani permanen secara konservatif masih diperlukan oleh karena terapi secara operatif memerlukan peralatan yang tidak selalu tersedia di rumah sakit kabupaten atau kota dan memerlukan biaya yang tidak sedikit. Ada 3 tipe perforasi membran timpani berdasarkan letaknya, yaitu : 1)Perforasi sentral (sub total). Letak perforasi di sentral dan pars tensa membran timpani. Seluruh tepi perforasi masih mengandung sisa membran timpani. 2)Perforasi marginal. Sebagian tepi perforasi langsung berhubungan dengan anulus atau sulkus timpanikum. 3)Perforasi atik. Letak perforasi di pars flaksida membran timpani. Sekret yang keluar dari telinga tengah ke telinga luar dapat

berlangsung terus-menerus atau hilang timbul. Konsistensinya bisa encer atau kental. Warnanya bisa kuning atau berupa nanah. Gendang telinga/membran timpani/tympanic membrane/eardrum adalah suatu membran/selaput yang terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Fungsi membran ini sangat vital dalam proses mendengar. Bila terjadi kerusakan pada membran ini dapat dipastikan bahwa fungsi pendengaran seseorang terganggu. Robeknya membran ini merupakan salah satu kerusakan yang sering dialami baik pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab robeknya membran ini antara lain disebabkan oleh infeksi telinga tengah(otitis), trauma baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya tertusuk alat pembersih kuping, suara ledakan yang berada didekat sekali dengan telinga kita, menyelam dengan kedalaman yang dianggap tidak aman, trauma kepala akibat kecelakaan kendaraan bermotor dsb. Umumnya tanda dan gejala robeknya gendang telinga antara lain nyeri telinga yang hebat disertai keluar darah dari telinga (yang disebabkan trauma) sedangkan yang disebabkan infeksi umumnya terdapat demam yang tak turun-turun, nyeri telinga (otalgia), gelisah dan tiba-tiba keluar cairan/nanah dengan atau tanpa darah. Untuk memahami hal ini lebih lanjut, penting rasanya untuk memahami anatomi dan fisiologi telinga terlebih dahulu secara umum. Anatomi dan Fisiologi Telinga Anatomi Telinga Luar Telinga luar, yang terdiri dari aurikula (atau pinna) dan kanalis auditorius eksternus, dipisahkan dari telinga tengan oleh struktur seperti cakram yang dinamakan membrana timpani (gendang telinga). Telinga terletak pada kedua sisi kepala kurang lebih setinggi mata. Aurikulus melekat ke sisi kepala oleh kulit dan tersusun terutama oleh kartilago, kecuali lemak dan jaringan bawah kulit pada lobus telinga. Aurikulus membantu pengumpulan gelombang suara dan perjalanannya sepanjang kanalis auditorius eksternus. Tepat di depan meatus auditorius eksternus adalah sendi temporal mandibular. Kaput mandibula dapat dirasakan dengan meletakkan ujung jari di meatus auditorius eksternus ketika membuka dan menutup mulut. Kanalis auditorius eksternus panjangnya sekitar 2,5 sentimeter. Sepertiga lateral mempunyai kerangka kartilago dan fibrosa padat di mana kulit terlekat. Dua pertiga medial tersusun atas tulang yang dilapisi kulit tipis. Kanalis auditorius eksternus berakhir pada membrana timpani. Kulit dalam kanal mengandung kelenjar khusus, glandula seruminosa, yang mensekresi substansi seperti lilin yang disebut serumen. Mekanisme pembersihan diri telinga mendorong sel kulit tua dan serumen ke bagian luar tetinga. Serumen nampaknya mempunyai sifat antibakteri dan memberikan perlindungan bagi kulit. Anatomi Telinga Tengah Telinga tengah tersusun atas membran timpani (gendang telinga) di sebelah lateral dan kapsul otik di sebelah medial celah telinga tengah terletak di antara kedua Membrana timpani terletak pada akhiran kanalis aurius eksternus dan menandai batas lateral telinga, Membran ini sekitar 1 cm dan selaput tipis normalnya berwarna kelabu mutiara dan translulen.Telinga tengah merupakan rongga berisi udara merupakan rumah bagi osikuli (tulang telinga tengah) dihubungkan dengan tuba eustachii ke nasofaring berhubungan dengan beberapa sel berisi udara di bagian mastoid tulang temporal. Telinga tengah mengandung tulang terkecil (osikuli) yaitu malleus, inkus stapes. Osikuli dipertahankan pada tempatnya oleh sendian, otot, dan ligamen, yang membantu hantaran suara. Ada dua jendela kecil (jendela oval dan dinding medial telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagian dataran kaki menjejak pada jendela oval, di mana suara dihantar telinga tengah. Jendela bulat memberikan jalan ke getaran suara. Jendela bulat ditutupi

oleh membrana sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh yang agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. anulus jendela bulat maupun jendela oval mudah mengalami robekan. Bila ini terjadi, cairan dari dalam dapat mengalami kebocoran ke telinga tengah kondisi ini dinamakan fistula perilimfe. Tuba eustachii yang lebarnya sekitar 1mm panjangnya sekitar 35 mm, menghubngkan telingah ke nasofaring. Normalnya, tuba eustachii tertutup, namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manuver Valsalva atau menguap atau menelan. Tuba berfungsi sebagai drainase untuk sekresi dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. Anatomi Telinga Dalam Telinga dalam tertanam jauh di dalam bagian tulang temporal. Organ untuk pendengaran (koklea) dan keseimbangan (kanalis semisirkularis), begitu juga kranial VII (nervus fasialis) dan VIII (nervus koklea vestibularis) semuanya merupakan bagian dari komplek anatomi. Koklea dan kanalis semisirkularis bersama menyusun tulang labirint. Ketiga kanalis semisi posterior, superior dan lateral erletak membentuk sudut 90 derajat satu sama lain dan mengandung organ yang berhubungan dengan keseimbangan. Organ ahir reseptor ini distimulasi oleh perubahan kecepatan dan arah gerakan seseorang. Koklea berbentuk seperti rumah siput dengan panjang sekitar 3,5 cm dengan dua setengah lingkaran spiral dan mengandung organ akhir untuk pendengaran, dinamakan organ Corti. Di dalam lulang labirin, namun tidak sem-purna mengisinya,Labirin membranosa terendam dalam cairan yang dinamakan perilimfe, yang berhubungan langsung dengan cairan serebrospinal dalam otak melalui aquaduktus koklearis. Labirin membranosa tersusun atas utrikulus, akulus, dan kanalis semisirkularis, duktus koklearis, dan organan Corti. Labirin membranosa memegang cairan yang dinamakan endolimfe. Terdapat keseimbangan yang sangat tepat antara perilimfe dan endolimfe dalam telinga dalam; banyak kelainan telinga dalam terjadi bila keseimbangan ini terganggu. Percepatan angular menyebabkan gerakan dalam cairan telinga dalam di dalam kanalis dan merang-sang sel-sel rambut labirin membranosa. Akibatnya terjadi aktivitas elektris yang berjalan sepanjang cabang vesti-bular nervus kranialis VIII ke otak. Perubahan posisi kepala dan percepatan linear merangsang sel-sel rambut utrikulus. Ini juga mengakibatkan aktivitas elektris yang akan dihantarkan ke otak oleh nervus kranialis VIII. Di dalam kanalis auditorius internus, nervus koklearis (akus-dk), yang muncul dari koklea, bergabung dengan nervus vestibularis, yang muncul dari kanalis semisirkularis, utrikulus, dan sakulus, menjadi nervus koklearis (nervus kranialis VIII). Yang bergabung dengan nervus ini di dalam kanalis auditorius internus adalah nervus fasialis (nervus kranialis VII). Kanalis auditorius internus mem-bawa nervus tersebut dan asupan darah ke batang otak.

Membran timpani atau gendang telinga adalah suatu bangunan berbentuk kerucut dengan puncaknya, umbo, mengarah ke medial. Membrana timpani umumnya bulat. Penting untuk disadari bahwa bagian dari rongga telinga tengah yaitu epitimpanum yang mengandung korpus maleus dan inkus, meluas melampaui batas atas membran timpani, dan bahwa ada bagian hipotimpanum yang meluas melampaui batas bawah membrana timpani. Membrana timpani tersusun oleh suatu lapisan epidermis di bagian luar, lapisan fibrosa di bagian tengah dimana tangkai maleus dilekatkan, dan lapisan mukosa dibagian dalam. Lapisan fibrosa tidak terdapat di bagian atas prosesus lateralis maleus dan ini menyebabkan bagian membrana timpani yang disebut membrana Shrapnell menjadi lemas (flaksid).

Gendang telinga atau membrana tympani adalah selaput atau membran tipis yang memisahkan telinga luar dan telinga dalam. Ia berfungsi untuk menghantar getaran suara dari udara menuju tulang pendengaran di dalam telinga tengah. Gendang telinga secara anatomi dibagi 2 yaitu pars tensa (tegang) dan pars flaksida, 1. Pars tensa, sebagain besar gendang telinga merupakan pars tensa, terdiri dari 3 lapis, bagian luar lanjutan kulit liang telinga, di tengah jaringan ikat, dan bagian dalam yang mengarah ke telinga tengah, merupakan lanjutan mukosa telinga tengah. 2. Pars flaksida, bagian atas gendang telinga (daerah atiq), hanya terdiri dari dua lapis tanpa jaringa ikat di bagian tengah. Kerusakan gendang telinga berupa bolong/pecah (perforasi) terutama disebabkan infeksi telinga tengah (Otitis Media), namun dapat juga karean trauma. Kerusakan pada gendang telinga dapat menyebabkan tuli yang konduktif. Tuli konduktif adalah hilangnya pendengaran karena tidak dapat tersampaikannya getaran suara. Jenis tuli lainnya yaitu tuli sensorik yang disebabkan rusaknya sistem saraf pendengaran. Gendang telinga / membran timpani /tympanic membrane / eardrum adalah suatu membran/selaput yang terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Fungsi membran ini sangat vital dalam proses mendengar. Bila terjadi kerusakan pada membran ini dapat dipastikan bahwa fungsi pendengaran seseorang terganggu. Robeknya membran ini merupakan salah satu kerusakan yang sering dialami baik pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab robeknya membran ini antara lain disebabkan oleh infeksi telinga tengah(otitis), trauma baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya tertusuk alat pembersih kuping, suara ledakan yang berada didekat sekali dengan telinga kita, menyelam dengan kedalaman yang dianggap tidak aman, trauma kepala akibat kecelakaan kendaraan bermotor dsb. Umumnya tanda dan gejala robeknya gendang telinga antara lain nyeri telinga yang hebat disertai keluar darah dari telinga (yang disebabkan trauma) sedangkan yang disebabkan infeksi umumnya terdapat demam yang tak turun-turun, nyeri telinga (otalgia), gelisah dan tiba-tiba keluar cairan/nanah dengan atau tanpa darah. Umumnya dokter THT akan menangani keadaan akut ini dahulu dengan meredakan gejala dan sumber penyebabnya sambil dievaluasi kondisi membran/gendang telinganya. Bila gejala dan sumber penyebabnya telah tertangani dan dalam penilaian selama 1 bulan gendang telinga ini tidak menutup spontan, biasanya akan disarankan penutupan gendang telinga ini melalui prosedur pembedahan/operasi (tentu setelah dievaluasi manfaat penutupan membran ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi pendengaran, mencegah bahaya infeksi berulang pada telinga tengah) Epidemiologi Membran timpani lebih sering mengalami trauma dibandingkan dengan telinga tengah atau telinga dalam. Tetapi biasanya dalam derajat keseriusan yang rendah. Insidensi pertahun dari perforasi traumatik bervariasi antara 1,4-8,6 per 100,0000. Hal ini timbul pada semua kelopok umur dengan predisposisi pada anak yang lebih sering dibandingkan dengan kebiasaan memasukkan benda asing ke dalam kanalis aurikula eksternal. Laki-laki dewasa muda lebih sering mengalami cedera perforasi. Hal ini dikarenakan meningkatnya kekerasan domestik, wanita yang secara meningkat menjadi korban dari tamparan tangan terbuka dengan perforasi TM setelahnya. Ketergantungan terhadap trasportasi telah secara besar meningkatkan resiko dari cedera kepala. Telah dijumlahkan sekitar 30-75% dari cedera kepala tumpul dikaitkan dengan lesi tulang

temporal. Luka tembak berada dalam sumber yang meningkat dari trauma tulang temporal. Peningkatan mortalitas lebih sering terlihat dalam kelompok ini dikarenakan tingginya keterkaitan dengan trauma intrakranial. Peraturan pemerintah yang baru dalam penggunaan keamanan dan tempat duduk anak-anak untuk MVAs dan proteksi kepala untuk kendaraan sangat menguntungkan sebagai bentuk dari pencegahan sekunder. Ketergantungan pada transportasi kendaraan bermotor telah menambah peningkatan resiko akan terjadinya cedera kepala. Etiology Perforasi TM timbul oleh mekanisme yang bervariasi dan sumber energi, dan untuk itu dapat menjadi berbagai bentuk dan ukuran. Mereka dijelaskan dalam kaitannya dengan empat kuadran TM yang dibedakan dari tangan malleus. Ukuran secara normal dijelaskan sebagai persentase perforasi (40% perforasi) atau secara langsung untuk perforasi yang kecil (contoh, 2, 3, atau 4 mm perforasi). Klasifikasi lebih jauh dari perforasi marginal versus sentral adalah penting untuk management selanjutnya. Cedera Kompressi: Perubahan mendadak dalam tekanan udara sebagaimana dengan perubahan gradual (barotrauma) dapat menimbulkan kerusakan TM yang signifikan. Cedera akibat ledakan lebih berat ketika refleksi sedikit atau kerusakan dari gelombang energi ledakan pada rute TM. Kecelakaan ski air seringkali terlihat selama musim panas. Perubahan pada tekanan air selama penyelaman dapat menimbulkan cedera tipe tekanan. Cedera Tembus: Penyebab sering kedua dari perforasi TM termasuk Q-tips, bobby pins, kunci, dan klip kertas yang seringkali digunakan untuk membersihkan saluran telinga luar Cedera Suhu: Pada komunitas industri, In industrial communities such as ours, hot welding slag is occasionally encountered as the culprit for TM injuries. Dikarenakan kerusakan jaringan dan dikaitkan dengan resiko infeksi, hal ini dirasakan untuk menjadi kurang setuju jika hanya mendapatkan terapi observasi Cedera listrik: Konduksi elektrik yang instan dari sengatan listrik diduga dapat menyebabkan kerusakan pada TM baik berupa penekanan atau perubahan tekanan rarefaksi. Cedera ini juga kurang untuk bisa sembuh dengan sempurna. Traumatic Perforasi TM yang dapat terluka dalam berbagai cara. Skenario seringkali melibatkan orang yang membersihkan telinga dengan alat, yang akan dijelaskan pada bab akhir nanti, adalah cara pertama yang langsung, cedera penetrasi. Sering kali, orang kedua kurang hati-hati menyikutkan sikunya ke telinga hingga menyebabkan cedera. Penyebab lain adalah ledakan membran karena tamparan atau kepalan tangan ke telinga. Jenis perforasi ini biasanya di anterior dan inferior. anggota keluarga yang Kasar mungkin terlibat, dan kadang-kadang, dgn menyedihkan, korban akan mencoba untuk menyembunyikan setiap detail kejadian saat datang ke kantor. Kecelakaan menyelam dan ski air mungkin juga dapat meledakkan drum. Jarang, sebuah ledakan kuat di dekat telinga juga dapat meledak pada drum, akustik biasanya menyebabkan kerusakan pada labirin juga. Akhirnya, particle panas dapat menembus TM, mengkauterisasi ujung-ujungnya

seperti berjalan melalui ke dalam telinga. Dalam hal ini, penyembuhan yang spontan sangat jarang dan infeksi berulang dan drainase dapat terjadi. Perforasi trauma berbeda dalam ukuran dan lokasi. Beberapa mungkin akan sulit untuk dilihat pada pemeriksaan. Mereka mungkin kecil dan tersembunyi di balik exudates atau sumbatan darah atau juga akan dikaburkan dengan tulang punuk dari kanal anterior dinding. Jika pemeriksa dapat melihat bagian dari drum, yang pneumatic otoscope, dengan udara yang cukup di kanal, merupakan kunci untuk diagnosa. TM yg tak bergerak akan terlihat dengan perforasi. ( sangat berbakat TM atau lem tglue ear juga dapat menampilkan imobilitas). Sebaliknya, jika drum adalah mobile, tidak ada perforasi. Perforasi Membran Timpani biasanya hadir pada pars tensa. Perforasi Pars flaccida umumnya terkait dengan epitympanic cholesteatoma. Jika perforasi membrane timpani tidak sembuh secara spontan, lapisan epithelial dan mucosal merayap dan bertemu di sepanjang batas-batas yang perforasi. komunikasi patologi ini terletak di tengah dan telinga luar dan dapat dianggap sebagai hiliran udara yang benar. Dengan adanya perforasi membrane timpani, pasien akan terganggu berulang karena infeksi telinga dan keluar air dari telinganya. Kapanpun membran timpani yang didiagnosis perforasi, tiga hal berikut harus menjadi pertimbangan dipenuhi: 1) Pada tingkat yang perforasi situs, ukuran, dan sisanya dari keadaan di sekitar membran timpani perforasi harus ditentukan. 2) Pada tingkat tengah telinga, keadaan mucosa, kondisi yang ossicular rantai (jika mungkin), dan keberadaan atau ketiadaan epithelialization harus dievaluasi. 3) pemeriksaan otoscopic harus dilengkapi dengan audiometry nada murni untuk memiliki pemahaman yang lebih baik dari ossicular rantai (kemungkinan erosi yang incus, ketetapan dari rantai). Perforasi Pars tensa dapat berupa sentral atau marjinal. Perforasi Marginal terletak di pinggiran dari membran timpani dengan ketidakhadiran dari annulus fibrosus. Perforasi Marginal dianggap tidak aman karena kulit yang berhubungan dgn kanal eksternal, karena ketiadaan dari annulus, dapat dengan mudah maju ke arah telinga, sehingga menimbulkan cholesteatoma. Pemeriksaan Otoscopic sering dapat menentukan persambungan antara kulit dan mucosa pada batas-batas perforasi membran timpani. Pada persambungan ini squamous epithelium memiliki seperti beludru penampilannya. Adanya cincin merah de-epithelialized sepanjang perforasi rim menunjukkan evagination dari mucosa ke arah luar permukaan membran timpani residu. Namun, invagination dari kulit terhadap sisa permukaan membran timpani lebih sulit untuk didiagnosa. Migrasi kulit ini disukai dengan atrophi mucosa yang terjadi sebagai akibat dari perforasi. Pada saat myringoplasty, perforasi tidak hanya meninggalkan kulit yang terperangkap pada permukaan drum, tetapi juga sangat mengurangi risiko yang dapat mengakibatkan iatrogenic cholesteatoma. Kehilangan pendengaran konduktif yang disebabkan oleh perforasi membran timpani mempunyai dua penyebab utama: 1) Pengurangan permukaan daerah membran timpani dimana tekanan akustik melebihi tindakannya. 2) Pengurangan dari gerakan vibrasi cairan cochlear karena suara mencapai kedua jendela hampir di waktu yang sama tanpa pemendekan dan tahap perubahan -efek dari membran timpani yang utuh

Tempat perforasi tidak dapat dikaitkan dengan pola audiomerik tertentu. Namun, secara umum diamati bahwa kehilangan pendengaran terjadi di frekuensi yang lebih rendah dan perforasi untuk ukuran yang sama, kehilangan pendengaran lebih sering terjadi lagi di perforasi posterior dibandingkan di anterior . Mayoritas posttraumatic dan postotitic perforasi sembuh spontan. Ketika bagian besar dari membran timpani yang hilang atau bila infeksi kronis atau berulang terjadi, perforasi dapat menjadi permanen. Dalam kasus ini, membran timpani harus diperbaiki (myringoplasty) untuk mengembalikan fisiologi normal telinga. Pada semua perforasi trauma, kerusakan telinga tulang kecil bagian tengah, dengan oval atau jendela sepanjang perpecahan, mungkin terjadi. Lihat untuk kehilangan pendengaran dengan inordinate yang besar (> 35 dB HL) atau keberadaan vertigo sebagai petunjuk. Tes Weber dan tes Rinne bermanfaat di sini. Kebanyakan trauma perforasi (mungkin 90%) dapat sembuh spontan. Hindari diri dari air dan observasi awal adalah satu-satunya perawatan yang diperlukan. obat tetes telinga antibiotik Topical mungkin ditunjukkan jika drainase dan infeksi ada. Trauma perforasi yang sangat besar sedikit sekali untuk sembuh. Hal Ini akan memerlukan pembedahan jika mereka tidak menunjukkan tanda-tanda penutupan setelah pengamatan selama beberapa bulan. Perforasi dari Infeksi Akut Trauma yang paling sering terjadi adalah perforasi, untungnya , yang paling shortlive. Hal Ini adalah salah satu yang dihasilkan dari otitis media akut. Disini, TM jadi merah, basah, dan pembukaan kecil tersebut tidak selalu terlihat. Hampir semua ini dapat sembuh dalam beberapa hari, dengan asumsi yang diberikan antibiotic. Sebuah pengceualian timbul dengan langka, agresif, necrotizing otitis media akut. Hal Ini biasanya disebabkan oleh streptococcus beta dalam kaitannya dengan keparahan seperti infeksi virus campak. Di negara-negara lain, demam berdarah masih menjadi penyebabnya. Dalam kasus ini, sebagian besar perforasi tetap dibuat. Nekrosis dari TM sentral secara typikal besar meninggalkan bentuk ladam-lubang yang besar di drum disekeliling manubrium. Pada era pra-antibiotik hal ini merupakan salah satu penyebab kronis perforasi. Chronic Perforasi Perforasi yang Lama dapat dilihat pada pasien yang mengalami masaalah tuba Eustachio bercampur dengan masalah infeksi bertahun-tahun. Ventilasi tuba mungkin telah dimasukkan berulang kali. sekitar TM seringkali menebal dan berparut. Individu yang terkena mempunyai kehilangan pendengaran konduktif dan mungkin timbul dengan drainase berulang melalui perforasi. Episode dari drainase ini (otorrhea) sering dilakukan oleh air di dalam telinga atau infeksi pernafasan atas. exudates biasanya mempunya organism yang sama seperti yang terlihat pada otitis eksterna, yaitu Pseudomonas, Staphylococcus, Proteus, dan Enterobacter. Secara insidentil, otorrhea dari infeksi telinga tengah dapat menyebabkan otitis eksternal, sebagai pengecualian terhadap pernyataan kami bahwa kebanyakan masalah telinga hanya melibatkan satu komponen.

Otorrhea Persisten atau berulang melalui perforasi dikenal sebagai otitis media kronis suppurative. Topical antibiotik / steroid obat tetes telinga dapat membersihkan drainase. Tympanoplasty, bedah rekonstruksi TM (dan eroded ossicles, jika diperlukan), dapat dilakukan jika dan ketika tidak ada infeksi. Sering ada mastoiditis kronis di rongga berdekatan, dan mastoidectomy dapat menyertai prosedur ini. Dengan munculnya AIDS di dekade belakangan ini, otitis media tuberculosis menyebutkan hal ini. Hal Ini sangat jarang yang biasanya dimulai dengan tidak adanya rasa sakit dari penipisan TM diikuti oleh beberapa perforasi, dengan jelas keluarnya. Kehilangan pendengaran ini besar secara inordinate dikarenakan keterlibatan telinga dalam dengan basil. Temuan ini harus curiga dan waspada, dan kultur yang positif untuk pewarnaan organisme asam akan mengkonfirmasikan diagnosis. Summary Sesuai menurut perforasi secara umum, penyebab, dapat dipastikan dari riwayat pasien, pengobatan dan penentuan prognosis. Yang otitis media akut, jika bukan jenis streptococcal necrotizing, akan sembuh, terutama jika infeksi akan dibersihkan dengan antibiotic oral. Pada kenyataannya, antibiotics awal membantu necrotisasi. Jangan lupa untuk mengevaluasi pendengaran. Kehilangan pendengaran sebesar (> 35 dB HL) dapat menunjukkan kerusakan trauma ossicular; ini juga perlu perhatian pembedahan. Akhirnya, beberapa perforasi menunjukkan tuberkulosis, terutama di hadapan AIDS. Keberadaan sebuah lubang membran timpani yang tidak sembuh secara spontan kronis seperti otitis media merupakan cacat anatomis dan fungsional yang memerlukan koreksi bedah dalam mayoritas kasus. Myringoplasty ditunjukkan dalam kasus dengan dan tanpa otorrhea, dengan kecil atau besar udara-tulang, dan tanpa batas usia. Hal ini dikontraindikasikan ketika perforasi membran timpani hadir hanya dalam liang telinga. Myringoplasty secara umum dilakukan dengan menggunakan insisi postauricular di bawah anestesi lokal-kecuali untuk anak-anak di mana anestesi umum digunakan. Membran timpani diperbaiki dengan graft autologous temporalis. Kami lebih mengutamakan teknik dasar dalam mayoritas kasus, karena memberikan hasil yang lebih baik secara anatomis dan fungsional. teknik Overlay yang digunakan di beberapa kasus bila sisa anterior dari membran timpani adalah pathologic atau tidak ada. Ketika dilakukan dengan benar, maka teknik Overlay memberikan hasil yang optimal dalam kasus ini. Canalplasty dilakukan kapanpun tulang punuk dari saluran luar hadir yang membatasi kontrol dari batas perforasi. Jika reperforation terjadi setelah myringoplasty (sekitar 5% dari kasus), revisi operasi yang diindikasikan setelah beberapa bulan. Hasil operasi pertama dan kedua dari segi graft yang diambil dan reperforasi biasanya secara umum sebanding. DAFTAR PUSTAKA 1. Kelompok studi otologi PERHATIKL. Panduan Penatalaksanaan Baku Otitis Media Supuratif Kronik (OMSK) di Indonesia. Jakarta, Mei, 2002.

2. Browning G.G. Aetiopathology of Inflammatory Conditions of the External and Middle Ear. In: Scott-Browns Otolaryngology. 6th edition. Vol. 3. Butterworth-Heinemann, 1997; 3/3/15. 3. Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Dalam: Helmi. Otitis Media Supuratif Kronis. Balai Penerbit FK-UI, Jakarta, 2005; 55 7. 4. World Health Organization. Chronic suppurative otitis media: Burden of Illness and Management Options. Geneva, Switzerland, 2004. 5. Murakami Y. Surgical anatomy and pathology for reconstructive middle ear surgery. In: Suzuki JI et al. Reconstructive Surgery of the Middle Ear. Elsevier, Amsterdam, 1999, 1168. 6. Healy G.B., Rosbe K.W. Otitis Media and Middle Ear Effusions. In: Ballengers Otorhinolaryngology Head and Neck Surgery, Sixteenth edition, BC. Decker, Hamilton, Ontario, p. 249-50. 7. Adenan A. Kumpulan Kuliah Telinga. Bagian THT Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 8. Ovesen T., Borglum J.D. New Aspects of Secretory Otitis Media, Eustachian Tube Function and Middle Ear Gas. Ear, Nose and Throat Journal; Sep 1998; 77, 9; 770-6. 9. Ryan A.F., Juhn S.K., Andalibi A., et al. Biochemistry. In: Lim DJ, ed. Recent Advances in Otitis Media Report of The Eighth Research Conference, The Annals of Otology, Rhinology and Laryngology; Jan 2005; 114, 1; 50-4. 10. Sato K., Nonomura N., Kawana M., Nakano Y. Course of IL-1, IL-6, IL- 8, and TNF- in the Middle Ear Fluid of the Guinea Pig Otitis Media Model Induced by Nonviable Haemophilus Influenzae. The Annals of Otology, Rhinology & Laryngology; Jun 1999; 108, 6; 559-63. Penanganan Gendang Telinga Robek dengan Miringoplasti cangkok lemak Oktober 11, 2008 oleh Dr. Kris

Gendang telinga / membran timpani /tympanic membrane / eardrum adalah suatu membran/selaput yang terletak antara telinga luar dan telinga tengah. Fungsi membran ini sangat vital dalam proses mendengar.

Bila terjadi kerusakan pada membran ini dapat dipastikan bahwa fungsi pendengaran seseorang terganggu. Robeknya membran ini merupakan salah satu kerusakan yang sering dialami baik pada anak-anak maupun dewasa. Penyebab robeknya membran ini antara lain disebabkan oleh infeksi telinga tengah(otitis), trauma baik secara langsung maupun tidak langsung misalnya tertusuk alat pembersih kuping, suara ledakan yang berada didekat sekali dengan telinga kita, menyelam dengan kedalaman yang dianggap tidak aman, trauma kepala akibat kecelakaan kendaraan bermotor dsb. Umumnya tanda dan gejala robeknya gendang telinga antara lain nyeri telinga yang hebat disertai keluar darah dari telinga (yang disebabkan trauma) sedangkan yang disebabkan infeksi umumnya terdapat demam yang tak turun-turun, nyeri telinga (otalgia), gelisah dan tiba-tiba keluar cairan/nanah dengan atau tanpa darah. Umumnya dokter THT akan menangani keadaan akut ini dahulu dengan meredakan gejala dan sumber penyebabnya sambil dievaluasi kondisi membran/gendang telinganya. Bila gejala dan sumber penyebabnya telah tertangani dan dalam penilaian selama 1 bulan gendang telinga ini tidak menutup spontan, biasanya akan disarankan penutupan gendang telinga ini melalui prosedur pembedahan/operasi (tentu setelah dievaluasi manfaat penutupan membran ini diharapkan dapat mengembalikan fungsi pendengaran, mencegah bahaya infeksi berulang pada telinga tengah). Miringoplasti merupakan prosedur pembedahan yang dirancang khusus untuk menutup perforasi/lubang membran timpani atau gendang telinga. Ini merupakan prosedur yang sering dilakukan dan membutuhkan metode yang sangat teliti dimana ahli bedah THT tidak hanya bertindak sebagai tukang tempel saja. Pembedahan ini bertujuan mengembalikan fungsi membran timpani (MT) sebagai reseptor gelombang suara. Hampir sebagian besar perforasi MT baik pada anak-anak maupun orang dewasa ukurannya kurang dari 50% dari seluruh luas permukaan MT dan lokasi biasanya di daerah tepi (marginal). Perdileksi tersering lokasinya berada di area timpani anterior. Berdasarkan metodenya, miringoplasti dapat dilakukan melalui pendekatan transkanal, endoaural dan postaurikular. Keputusan penggunaan metode pembedahannya bergantung pada kondisi patologis (luas perforasi), anatomi regional MT, keahlian individu operator.

Berdasarkan pertimbangan kekambuhan/kegagalan bahkan komplikasi pembedahannya, penggunaan metode miringoplasti transkanal menggunakan cangkok lemak dengan bantuan endoskopi merupakan pembedahan yang potensial dan secara signifikan memberikan hasil yang baik kerena menggunakan metode invasive minimal. Metode ini juga dapat dikerjakan didalam ruang praktek klinik sehari-hari menggunakan anastesi lokal. Beberapa ahli telah memulai menggunakan miringoplasti dengan cangkok lemak sejak tahun 1962 diawali oleh Ringenberg melakukan miringoplasti terhadap 25 pasien dengan tingkat keberhasilan 86,5%. Gross tahun 1989 melaporkan keberhasilan 79,2% dari 28 pasien. Deduens tahun 1993 melaporkan tingkat keberhasilan 89% dari 30 pasien. Thomasin tahun 2000 dari 81 pasien tingkat keberhasilannya 92%.1

INDIKASI DAN KONTRAINDIKASI MIRINGOPLASTI CANGKOK LEMAK Dahulu penggunaan cangkok lemak diindiksasikan pada perforasi yang masih tersisa setelah dilakukannya miringoplasti konvensional. Saat ini setelah dilakukan serangkaian percobaan dan berdasarkan pengalaman empiris inidikasi miringoplasti cangkok lemak adalah :

-marginal (annulus, malleus handle)

Kontraindikasi miringoplasti cangkok lemak antara lain :

kegagalan tidak teridentifikasi. Telinga merupakan indra pendengaran, terbagi atas beberapa bagian seperti: telinga luar, tengah, dan dalam.

Klik untuk perbesar I. Telinga Luar => merupakan bagian paling luar dari telinga. Terdiri dari : 1. Daun telinga / Pinna/ Aurikula => merupakan daun kartilago => fungsinya : menangkap gelombang bunyi dan menjalarkannya ke kanal auditori eksternal (lintasan sempit yang panjangnya sekitar 2,5 cm yang merentang dari aurikula sampai membran timpani).

Klik untuk perbesar 2. Membran timpani (gendang telinga) => merupakan perbatasan telinga bagian luar dengan tengah. Berbentuk kerucut, dilapisi kulit pada permukaan eksternal, dilapisi mukosa pada permukaan internal. =>memiliki ketegangan, ukuran, dan ketebalan yang sesuai untuk menghantarkan gelombang bunyi secara mekanis. Bagian-bagiannya : o Bagian atas atau Pars Flaksid (membran shrapnell), terdiri dari 2 lapisan : luar : lanjutan epitel telinga dalam : epitel kubus bersilia

Terdapat bagian yang diseut dengan atik. Ditempat ini terdapat auditus ad antrum berupa lubang yang menghubungkan telinga tengah dengan antrum mastoid.
o

Bagian bawah atau Pars tensa(membran propria), terdiri dari 3 lapisan : tengah : terdiri dari serat kolangen dan sedikit serat elastin

Bayangan penonjolan bagian bawah malleus pada membran timpani disebut dengan umbo. Dari umbo, bermula suatu refleks cahaya (cone of light) ke arah bawah, yaitu pukul 7 pada membran timpani kiri dan pukul 5 pada membran timpani kanan. Pada membran timpani terdapat 2 serat, sirkuler dan radier. Serabut inilah yang mengakibatkan adanya refleks cahaya kerucut. Bila refleks cahaya datar, maka dicurigai ada kelainan pada tuba eustachius. Membran timpani dibagi atas 4 kuadran untuk menentukan tempat adanya perforasi :
o o o o

atas depan atas belakang bawah depan bawah belakang => tempat dilakukannya miringotomi

II. Telinga Tengah => terletak di rongga berisi udara dalam bagian petrosus (canalis facialis) tulang temporal Terdiri dari : 1. Tuba Eustachius => menghubungkan telinga tengah dengan faring => normalnya tuba ini menutup dan akan terbuka saat menelan, mengunyah, dan menguap. => berfungsi sebagai penyeimbang tekanan udara pada kedua sisi membran timpani. Bila tuba membuka => suara akan teredam. 2. Osikel auditori (tulang pendengaran) => terdiri dari 3 tulang, yaitu : Maleus (martil) , Inkus (anvill), Stapes (sanggurdi) => MIS. => berfungsi sebagai penghantar getaran dari membran timpani ke fenesta vestibuli

3. Otot => bantu mekanisme kompensasi tubuh untuk melawan suara dengan nada tinggi (peredam bunyi). o m. stapedius => berkontraksi => stapes jadi kaku => suara dipantulkan o m. tensor timpani => menegangkan gendang telinga => suara teredam

III. Telinga dalam => berisi cairan dan terletak dalam tulang temporal Terdiri dari 1. Labirin Terdiri dari: o Labirin tulang => ruang berliku berisi perilimfe (cairan yang serupa dengan cairan serebrospinal).

Terdiri dari 3 bagian:


Vestibular => bagian sentral labirin tulang yang menghubungkan koklea dengan saluran semisirkular. Saluran semisirkularis S. semisirkular anterior(superior) dan posterior mengarah pada bidang vertikal di setiap sudut kanannya. S. semisirkular lateral => terletak horizontal

Koklea => membentuk 2,5 putaran di sekitar inti tulang, mengandung reseptor pendengaran (cabang N VIII = vestibulokoklear, pemb. darah. Frekuensi tertinggi berada di bagian depan. Sekat membagi koklea menjadi 3 bagian : duktus koklear (skala medial) => bagian labirin membranosa yang terhubung ke sakulus, berisi cairan endolimfe dua bagian labirin tulang yang terletak di atas dan di bawah skala media => skala vestibuli dan skala timpani => mengandung cairan perilimfe dan terus memanjang melalui lubang pada apeks koklea yang disebut helikotrema. membran reissner (membran vestibuler) => pisahkan skala media dari skala vestibuli yang berhubungan dengan fenestra vestibuli membran basilar => pisahkan skala media dengan skala timpani, berhubungan dengan fenestra koklear skala organ korti=> terletak pada membran basilar, terdiri dari reseptor yang disebut sel rambut dan sel penunjang. Sel rambut tidak memiliki akson dan langsung bersinaps dengan ujung saraf koklear

Labirin membranosa => serangkaian tuba berongga dan kantong yang terletak di dalam labirin tulang berisi cairan endolimfe (cairan yang serupa dengan cairan intraseluler). Merupakan awal 2 kantong (utrikulus dan sakulus) yang dihubungkan dengan duktus endolimfe. Setiap duktus mengandung reseptor untuk ekuilibrium statis ( bagaimana kepala berorientasi terhadap ruang bergantung gaya grafitasi) dan ekuilibrium dinamis (apakah kepala bergerak atau diam, berapa kecepatan serta arah gerakan). Utrikulus terhubung dengan duktus semilunaris Sakulus terhubung dengan duktus koklear di dalam koklea.

2. Nervus
o o

Nervus vestibular Nervus koklear

Ekuilibrium dan aparatus vestibular Aparatus vestibular merupakan istilah yang digunakan untuk utrikulus, sakulus, dan duktus semisirkularis yang mengandung reseptor untuk ekuilibrium dan keseimbangan. 1. Ekuilibrium Statis => kesadaran akan posisi kepala terhadap gaya gravitasi jika tubuh tidak bergerak. Ini juga merupakan kesadaran untuk merespon perubahan dalam percepatan linear seperti kecepatan dan arah pergerakan kepala dan garis tubuh dalam suatu garis lurus. o Makula adalah reseptor ekuilibrium statis. Satu makula terletak di dinding utrikulus dan satu lagi terletak pada sakulus o Setiap makula terdapat sel rambut yang mengandung endapan kalsium yang disebut otolit (otokonia, statokonia). o Aktivitas reseptor ditransmisikan ke ujunga saraf vestibular (CN VIII) yang melilit di sekeliling dasar sel rambut. 2. Ekuilibrium Dinamis => kesadaran akan posisi kepala saat respon gerakan angular atau rotasi o Ampula merupakan reseptor untuk ekuilibrium dinamis. Setiap saluran semisirkularis mengandung suatu bidang pembesaran, ampula, yang berisi krista (teridiri dari sel penunjang dan sel rambut menonjol yang membentuk lapisan gelatin = disebut kupula)

Fisiologi pendengaran Energi bunyi ditangkap daun telinga dalam bentuk gelombang > getarkan membran timpani > melewati tulang pendengaran MIS (maleus, inkus, stapes) > energi diamplifikasi > diteruskan ke stapes yang menggerakkan tingkap jorong sehingga perilimfe pada skala vestibuli bergerak > getaran diteruskan ke membrana reissner yang mendorong endolimfe > timbulkan gerak relatif antara membran basalis dan membran tektoria > terjadi defleksi stereosilia sel rambut sehingga kanal ion terbuka dan terjadi pelepasan ion bermuatan listrik dari badan sel > terjadi depolarisasi rambut > lepaskan neurotransmiter ke dalam sinaps yang akan timbulkan potensial aksi pada saraf auditorius > lanjut ke nukleus auditorius > korteks pendengaran (area 39-40) di lobus temporalis. didinding media telinga tengah, yang memisahkan telinga tengah dengan telinga dalam. Bagiandataran kaki stapes menjejak pada jendela oval, dimana suara dihantarkan ketelinga tengah. Jendelabulat memberikan jalan keluar getaran suara. Jendela bulat ditutupi oleh membrana yang sangattipis, dan dataran kaki stapes ditahan oleh anulusyang sangat tipis, dan dataran kaki stapes ditahanolehanulus yamg agak tipis, atau struktur berbentuk cincin. Baik anulus jendela bulat maupun jendela oval sangat mudah mengalami robekkan. Bila ini terjadi, cairan dari telingah dalam dapatmengalami kebocoran ketelinga tengah, kondisi ini dinamakan fistura ferilinfe.Tuba eustachii, yang lebarnya sekitar satu mellimeter dan panjangnya sekitar tiga limamelimeter, menghubungkan telinga tengah kenasofaring. Normalnya, eustacii selalu

tertutup,namun dapat terbuka akibat kontraksi otot palatum ketika melakukan manufer falsalfa atau denganmenguap atau menelan. Tuba bertindak sebagai saluran drainase untuk sekresi abnormal telingatengah dan menyeimbangkan tekanan dalam telinga tengah dengan tekanan atmosfer. C. Patofisiologi Kuman masuk kebagian eksterna melalui lobang telinga atau melalui tuba eustaci kemudianmenimbulkan infeksi. Infeksi labrinth (telinga interna) merupakan perluasan telinga media, pengaruhyang paling utama ialah mengenai keseimbangan.Infeksi dari telinga dari telinga luar, otitis eksterna seringkali oleh bakteri (stavilokokus, gramnegatif organisme atau fungus). Sejenis dermatitis seborrhcic dapat disebabkan karena pemakaianearkone yang lama. Infeksi terjadi pada selaput rongga telinga, membengkak dan getah radangdapat mengisi saluran. Furunkel dapat juga tumbuh pada saluran. Rasa sakit terjadi karena tekananpada kulit yang sangat sensitif, menghebat sakitnya karena tidak ada ruang untuk menggelembungdalam saluran yang bertulang. Kegiatan berenang terutama pada air yang terkontaminasi sangatmungkin bisa menimbulkan infeksi telinga luar. Infeksi telinga tengah, otitis media merupakangangguan yang paling sering terjadi. Infeksi bisa serous, purulen, akut dan kronik, otitis media yangserous dapat terjadi karena terkumpulnya serum yang steril didalam telinga tengah bila tuba eustaciitersumbat oleh infeksi yang terdahulu atau alergi. Otitis media urolenta terjadi karena infeksi bakteribisa akut atau kronis. Yang kronis bisa menjalar mastoid, menimbulkan mastoiditis kronismenyebabkan nekrose kepada gendang telinga, atau radang tulang telinga, timbul tuli.Mastoiditis akut jarang terjadi karena pengobatan otitis media akut dengan antibiotik. Persamandengan mastoititis kronik dapat tumbuh cholestheatoma (tumor jinak) yang merupakan kantongberisi kotoran yang infeksi. Tumor ini bisa timbul kembali bila diangkat. D. Manifestasi Klinik Gejala otitis media dapat berfariasi beratnya infeksi dan bisa sangat ringan dan sementara atausangat berat. Keadaan ini biasanya unilateral pada orang dewasa, dan mungkin terdapat otalgia.Spontan membrana timpani atau setelah miringotomi (insisi membrana timpani). Gejala lain dapatberupa keluarnya cairan dari telinga, demam, kehilangan pendengaran, dan tinitus. Padapemeriksaan otoskopis, karena auditorius asternus sering tampak normal, dan tak terjadi nyeri bilaaurikula digerakkan. Membrana timpani tampak merah dan sering menggelembung.Pasien mungkin mengeluh kehilangan pendengaran, rasa penuh dalam telinga atau perasaanbendungan, dan bahkan suara letup atau berdering, yang terjadi ketika tuba eustacii berusahamembuka. Membrana timpani tampak kusam pada ostokopi, dan dapat terlehit gelembung udartadalam telinga tengah. Audiogram biasanya menunjukkan adanya kehilangan pendengaran konduktif.Gejala dapat minimal, dengan berbagai derajat kehilangan pendengasran dan terdapat otoreainterniten atau persisten yang berbau busuk biasanya tidak ada nyeri kecuali pada kasus mastoiditisakut, dimana daerah post-aurikuler menjadi nyeri tekan dan bahkan merah dan edema.Kolesteatoma, sendiri, biasanya tidak menyebabkan nyeri. Evaluasi otoskopik membran timpanimemperlihatkan adanya porforasi, dan kolesteatoma dapat terlihat sebagai masa putih dibelakangmembran timpani atau keluar kekanalis eksternus luang perforasi. Kolesteatoma dapat juga tidakterlihat pada pemeriksaan oleh ahli otoskopi. Hasil audiometri

pada kasus kolesteatoma seringmemperlihatkan kehilangan pendengaran konduktif atau campuran. E. Diagnosis Penunjang Kebanyakkan perforasi membrana timpani dapat sembuh spontan dalam beberapa minggusetelah ruptur, meskipun ada beberapa yang baru sembuh setelah berbulan-bulan. Selama prosespenyembuhan telinga harus dilindungi dari air. Ada perforasi yang menetap karena terjadipertumbuhan jaringan parut pada tepi perforasi, sehingga menghambat penyebaran sel epitelmelintasi batas dan akhir penyembuhan. Perforasi yang tak dapat sembuh dengan sendirinyamemerlukan pembedahan. Bila terjadi cedera kepala atau patah tulang temporal, pasien harusdiobservasi bila ada cairan serebrospinal otorea atau rinorea-cairan jernih cair dari telinga atauhidung.Pasien harus dilindungi dari air ketika terjadi perforasi membrana timpani. Keputusanmelakukan timpanoplasti ( perbaikan membrana timpani ) biasanya didasarkan pada perlunyamencegah potensial infeksi dari air yang memasuki telinga atau keinginan memperbaikipendengaran pasien. Terdapazt berbagai pembedahan semua pada dasarnya dengan meletakkan pada lubang porforasi untuk memungkinkan penyembuhan. Pembedahan biasanya berhasilmenutup porforasi secara permanen dan memperbaiki pendengaran, biasanya dilakukan padapasien rawat jalan.Hasil penatalaksanaan otitis media bergantung efektifitas terapi (mis dosis antibiotik oral yangdiresepkan dan durasi terapi), virulensi bakteri dan status fisik pasien. Dengan terapi antibiotikaspektrum luas yang tepat dan awal, otitis media dapat hilang tanpa gejala sisa yang serius. Bilaterjadi pengeluaran cairan, biasanya perlu diresepkan preparat otik antibiotika. Kondisi bisaberkembang menjadi subakut ( mis berlangsung tiga minggu sampai tiga bulan ), denganpengeluaran cairan purulen menetap dari telinga. Jarang sekali terjadi kehilangan pendengaranpermanen. Komplikasi sekunder mengenai mastoit dan komplikasi intrakranier serius, sepertimeninitis atau abses otak, dapat terjadi meskipun jarang.Otitis media serosa tidak perlu ditangani secara medis kecuali terjadi infeksi (otitis media akut).Bila kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan efusi telinga tengah menimbulkan masalahbagi pasien maka bisa dilakukan miringotomi dan dipasang tabung untuk menjaga telinga tengahtetap terventilasi. Kortikosteroid, dosis rendah, kadang dapat mengurangi edema tuba eustacii padakasus barotrauma.Penanganan meliputi pembersihan hati-hati telinga mengunakan mikroskop dan alat pengisap.Pemberian tetes antibiotika atau pemberian bubuk antibiotik sering membantu bila ada cairanpurulen. Antibiotik sistemik biasanya tidak diresepkan kecuali pada kasus infeksi akut. F. Klasifikasi 1. Otitis media akut adalah infeksi akut telinga tengah. Penyebab utama otitis media akut adalahmasuknya bakteri patogenik kedalam telinga yang normalnya steril. Paling sering terjadi bila terjadidisfungsi tuba eustacii seperti obtruksi yang diakibatkan oleh infeksi saluran pernapasan atas,inflamasi jaringan disekitarnya (mis sinusitis, hipertropi adenoit), atau reaksi alergi (mis rinitisalergika). Bakteri yang umum ditemuakn sebagai organisme penyebab adalah

streptokokuspneumoniae, hemophylus influensae, dan maroksella catarhaelis. Cara masuk bakteri padakebanyakkan pasien kemungkinan melalui tuba eustacii akibat kontaminasi sekresi dalam nasofaring.Bakteri juga dapat masuk telinga tengah bila ada porforasi membran timpani. Eksudat purulenbiasanya ada dalam telinga tengah dan mengakibatkan pendengaran konduktif. Apa yang harus dilakukan setelah operasi dilakukan?miringoplasti

Selalu gunakan penutup telinga selama 2 minggu Gunakan penyumbat telinga yang lembut saat mandi sehingga air tidak masuk ke telinga Bersihkan telinga dengan lembut menggunakan kapas Jangan bepergian dengan pesawat atau berenang hingga dokter bedah anda mengijinkan Hindari berolahraga atau beraktivitas berat selama 5-6 minggu setelah operasi Lakukan pemeriksaan ulang ke dokter sehingga perkembangan penyembuhan gendang telinga terkontrol

Вам также может понравиться