Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Disusun oleh
Miftachul Machsun
Makalah ini saya susun untuk menindaklanjuti permintaan Pengurus Pust lkaAn
Ndtans lndonesia (P.P - 1.N.0, di mana aya diminta selaku slah satu nan sumber
dalam materi'Persalan Hukum Eerikut Solusinla'yang merupkan salah satu materi
dalah aaftt tlpgnding & Refreshng @urse pada Kongres Ke XX yang berlangsung di
Sumbap.
\ lnengingat ankup bdnyaktya percoalan yang aihadapi Notanls dan P.P.A.T dalam
melaksanal<art tugas jdhdltnya, naka pokok percoalan yang akan aya paparkan, ddn
mungkn Oeitcut usulan solusinya adalah irk"ruu, dan / atau berhubungan
"pAOiU
dengan hal tersebut dleh karcnd itu makalah ini saya beri judul 'Bebenp persoatan
Yang Dihadapi Atau lilungkin Dihadapi Notarts Dan P.P.A.T. Dalam Melaksanakan
Jataartnla Berikut Solusinya'.
Sala sangat menfrdai apabila dalam makalah ini teftandung berbagai maarh
kekurangan, sekalipun demikrbn, saya masih tetap befianp semoga makalah ini masih
tEn digunakan untuk mempefuahyak waane, ekatigus men@n slusi a is berbagai
rnadh percoalan ydnd dihdiapi oteh rekan-rekan Noaris dah P.P.A.T. dalam
mela&nal<afl tugas jAbebhnyd, *hingga kepentingan maslankat tang memeilukan
jas Nobris dan P.P.A.T. tidak terhambat.
PENDAHULUAN
pada bagian ini, tedebih dahulu alcan akan saya unikan seeila singkat mengenai
bebenpa hal yang berkenaan dan / atau berhubungai dengan Notais dan P-P-A.T-,
denga n ma ksud aga r pembahaan da niutnp meniadi runtut'
Berbda dengan lembaga Pejabat Pembuat AKa Tanah (P.P.A.T) yang baru dikenal
elbk Ehun l()61, yaitu se1?k ditetapkannla Pentunn Menteri Agnia Nomor l0 Tahun
lg6l, Lembaga Notariat sudah dikenal di Nusantan tercinta ini lebih dai 400 tahun
yang lalu. antan tain tetbuQi dai diangkatnla Melchior Kerchem, Sekrehnie dari
"College uan Schepenen" di Jaatm (kemudian diubah meniadi Batavia) pada tanggal2T
Agustus 1920, di mana dia sebagai Notaris peftama di Nusantam ini-
pada tanggal 26 Januai 1860 ditetapkan Stb. Nomor 3 tentang Reglement op Het
Notaris Ambt, )ang mulai beddku pada tanggal I Juli 1860, dan pada tanggal6 Oktober
tahun 2004 diundangkan tJndang-Undang Nomor 30 tentang Jabatan Notans yang
menggantikan Reglement op Het Notan's Ambt yang sudah berusia lebih dari 144 tahun
tersebut.
Adapun mengenai lembaga P.P.A.T. telah kita ketahui bahwa sampai saat ini belum
ncmpunlai Undang-tlndang yang.mengaturtenangiafutan P.PA.T, sehingga sampi
ffit ini at<ta drbaat di hadapn P.PA.T. tidak mempunlai kekuadn pembuktian
Fng
enryfiE, *bagaimana dimaksud dalam pasal 1870 KU.H. Petdata, paal 165 H.l.R.
Munn perundang+ndangan tertinggi Fng ada dan berlaku hingga saat ini yang
npng1tur tentang jabatan P.P.A.T. adalah Pentunn Pemerthbh Nomor 37 Tahun 1998
ffing peqtunn Jafutan PP.A.T. Jang diundangkan dan mulai bedaku Pda tanggal S
krct bhun 1998.
En hnyi konsidenn (Mgian menimbang) huruf b dan huruf cdapat kita ketahui tuhwa
wttgguhnp penturan Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 merupalen pentunn
pelakanaan dari Pentunn Pemerintah Nomor 24 tahun 1997 tentang Pendaftann
Tanah yang mulai bedaku sejak tanggal 6 Oktober 2007 (3 bulan x1?k diundangkan).
Hal yang demikian ini cukup aneh, sebab semeslinya Pentunn Pemerintah itu dibuat
untuk melaksnakan Undang-Undang, dan bukan untuk melaksnakan Pemtunn
Pemerintah lainnya. Demikbn itu sesuaidengan ketentuan yang tercantum dalam paal
5 apt (2) Undang-Undang Dasar 19$ png berbunyi sebagai berikut 'Prcsiden
menetapkan peatuan pemerinHh untuk menjalankan undang-undang sebagaimana
mestinla'.
Dalam pasal I angka I Peraturan Pemerintah Nomor 37 tahun /998, demikian pula
dalam pasal I angka I Pentunn Kepala B.P.N. Nomor I Tahun /9BO dinptakan bahwa
P.P.A.T adalah pejabat umum yang difuri kewenangan untuk membuat akta-afta
otentik mengenai pefuuatan hukum teftentu mengenai hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun.
Pengeftian tentang P.P.A.T yang termuat dalam Peratunn Pemenntah inilebih lengkap
bila dibandingkan aengan yang tercantum dalam pasal / angka 24 Pentunn
Pemerintah Nomor 24 tahun 1997, yang membeikan defint'si tentang P.P.A.T. sebagai
'Pejafut umum lang diberi kewenangan untuk membuatakb-akb tanah tertentu".
Dari bebenpa pengertbn tentang P.P.A.T. sebagaimana teruai di atas dapat kita lihat
bahwa antaat pengertian yang satu dengan yang lain te*andung bebenp ma@m
pffian, padahal semestinla keadaan seperti ini tidak pedu teqadi, sebab bukan
mustahil akan menimbulkan bebagai maam perco;ilan hukum.
ffinjuttp yang perlu kita fahami adalah mengenai fungsi dari akta-a&a yang dibuat di
hdapan (bulcan oleh) P.P.A.T., sebagatmana diatur dalam pasal2 ayat (l) Pentumn
Penerinah Nomor 37 Tahun 7998, yaitu rebagpi buirti telah dilaktkannp perbuatan
hLdan tertentu mengenai hak aAs tanah atau Hak fulilik Atas Satuan Rumah Susun,
yae al:an dipiikan dasar Mgi penda*ann prubahan data pendaftann tanah )ang
dbkibatkan oleh perbuatan hukum itu.
Dengan mengingat fungsi akta png dibuat di hadapan P.P.A.T. sebagaimana terunidi
abs, insya Allah dapat kita fahami bahwa P.P.AT. bukan sebagai dan tidak merupakan
k&r$uan dari Crrerdtrijntngambtenaar (Pejabat Ealik Nama) Fng membuat aQa
ptyenhan (akte van tnnsport) untuk keperluan /evering mengenai benda tidak
brgenk, *fugaimana diatur dalam Ordonansi Balik Nama
(Overcalrijuingndorantie), S. l&U -27 juncto perubahan-perubahannla juncto pasal
584 KU.H. Perdata.
Selanjutnp yang pedu kita fahami adalah tentang perbuatan hukum apa saja reng
tetmasuk dalam pengertian peftwbn hukum teftentu, sebagaimana tersebut dalam
paal 1 angka f Pentunn Pemerintah Nomor 37 tahun 1998 maupun dalam paal I
angka 24 Pentunn Penerintah Nomor24 Ehun 1997.
Berdasar ketentuan yang tetantum dalam pael 2 alat (2) Pentunn PemenhHh
Nonor 37 Tahun 1998 jundo pael 37 dan Fel 44 Pentunn Pemerintah Nomor 24
Tahun l99Z Pebuatan hukum tert€ntu tercebut meliputi:
a. jual beli;
b. tukarmenukac
c. hibah;
d. piemasukan ke dalam peruahaan (inbreng);
e. p;embagian hak bercamd;
f, pemberian Hak Guna Bangunanlllak Pakai atas tanah Hak
Milik;
g. pemberian Hak Tanggungan; dan
h. pemben?n kuasa membebankan Hak Tangpungan.
Bebenpa persoalan lang saya maksudkan tersebut, antaa lain yang berkenaan dan /
atiiu berhubungan dengan :
/. B.P.H.T.B. , dalam hal ini atas petolehan hak atas tanah dan /atau bangunan yang
terTadi karena pemindahan /peralihan hak;
2. Pembuatan afta penlihan hak yang merupakan kelaryutan dari atau berdasar
pada lkatan Jual Beli dan Kuas;
3. Kuasa Membebankan Hak Tanggungan dan Saat lahimya Hak Tanggungan;
4. Perolehan hak karena waisan;
5. Perubahan Nama din; dan menjenai
6. Pengambilan Minuta dan Pernartggilan Notais
Untuk lebih jelasnya, hal-hal igrsebut akan saya cobd umikan satu demi satu, seperi di
bawah ini :
Ad. l. B.PH.TB. , daldlh n'Eiini dtgs perclehan hak atas tanah dan / aau bangunan
png teiadi *ardha p[rnrnAahan / peniihan llak
Berdasar ketentudn lanQ tdrantum dalam pasal 2 ayat (2) Undang-Undang
Nomcr 2f Tahun t99Z iuncto tlndang-Undang Nomor 20 Tahun 2000,
perolehan hakyang di@hakan B.P.H.T.B. meliputi perbuatan hukum :
a. Pemin&han hak karena :
/. jualbeli;
2. tukar-menukar;
3. hibah;
4. hibah wasiat;
5. wans;
6. pemasukan dalam perseroan atau badan hukum lainnp;
7. pemisahan haklang mengakibatkan penlihan;
8. penuniukan Pmbeli dalam lelang;
g. pelakaraan gtfi.tan hakim yang mempunlai kekuatan hukum
tetaP;
10. penggabungan usaha;
ll. pelebunn usha;
12. pemelcann ugha;
13. hadiah.
(2) Pajak png terutang harus dilunasi pada saat teq?din1a perctehan hak
sebagaimdld dllnaksud dalam aya(l ).
(3) Tethadap pendafunn )enman hak atas bnah t<arctp vdb aal
hibah wasiat hanla dapat dilakukan oleh Pejabat furtutdwt
Kabupaten/Kota pada aat lUajib Pajak menyenhkan buktipmbsaran
PaJak berupa Sunt Setodn Bea Perolehan Hak atas Tanah dan
Bangunan.
Pasl25
(/) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notans dan Kepala Kantor Lelang Nqan
meldpodcan pembuabn akta atau risalah lelang perclehan hak atas
tanah dan atau fungunan kepada DircRont Jendenl pajak selambaF
ldmbatnya pada tanggal l0 (sepuluh) bulan berikutnp.
(2) Tata an pelapnn bagi pejabat sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diatur dengan Pentunn Pemerintah.
Pasl26
(l) Pejabat Pembuat Akta Tanah/Notans dan pejalat Letang Negan yang
melanggar ketentuan dimaksud dalam pasl24 asat (l)
dan ayat (2), dikenakan snlei administnsi dan denda sebesar Rjt
7.500.000,00 (ujuh juta lima Ettus nbu rupiah) untuk etiap
pelanggann.
lambatnya proses validasi atas Sunt Setonn B.P.H.t B., salah satu di
anfaanya disebabkan karcna terJ'adinp kqkunngan syaat tang
dipeflukan, misalnya ll.P.y|1P. pihak penjual, padahal seam nil
sesdngguhnla pihak penjual ini tidak bekery'a dan / atau tidak
menlpunyai penghasilan yang melebihi P.T.K.P. ateu teiadin;a
*esdAhan tulb mengilnai identi4s diri dari slah satu atau kedua tulah
pihak;
- tnn*aksi pemlihan hAk ditakukan pda awal tahun, di mana S.P.P.T.-
P.B.B atas objek yan! berwngkutan belum dikeluaftan;
Ad.2. Pemhtabn akg pentihan hak lang merupkan kelaniuhn dari atau betdasr
pada ll<atan Jual Beli dan Kuasa
Dalam kehidupan sehan:-hari sering kali kita jumpai suatu keadaan di mana
karena alasan-alasn tertentu, omng'omng membuat suatu perianiian
pendahuluan (padum de ontnhendo), di mana pam pihak dalam perianiian
pendahuluan inisaling mengikatkan diri untuk mewuiudkdn suatu perianiian baru
atau pg?niian pokokpng merupakan tuircn mercka-
Salah satu @ntoh yang sering kita temukan adalah peq'aniian pendahuluan
untuk melakukan jual beli, yang biasanla disebut dengan istilah : tkatan Jual
Beli, Pengikatan Jual Beli, Perjanjian Pengikahn Jual Beli, Ferianiian Fengixatan
Diri untuk Melakukan Jual Beli dan sebagainp-
Mengenai apa yang dimaksud dengan perianir?n dapat kita temukan dalam
ketentuan pase,t 1gl3 KIJ.H.Perdata, yang menyatakan bahwa yang dimaksud
dengan prjanjian adalah peftmAn di mana stu orang atau lebih rnengikakan
Sehubungan rlengan pengertian tentang perianiian in!, Dr. Hen'ien Btrtiono, S.H.
dalam maP.alahnya yang disampaikan pada pertemuan Antar Cabang lkatan
Nataris lndanesia, Pengurus Daenh Jawa Bant di Bekasi, tanggal 17 Januari
2004 yang dimuat dalam Medb Notaiat, Januari - Maret 2004, memberikan
definisi yaag iebih tenEkap bila dibandingkan dengan ketentuan yang tercantun
dalam pasal /3/3 K.U.H. Peroata diatas, yaitu merupakan:
perbm2n hukum yang dengan mengicdahkan ketenfinn undarg'undarp,
timbul karena kesepakaAn dari dua pihak atau lebih yang aling mengikatkan diri
dengan tujuan menimbulkan, benlih, brubah, atau benkhimya suatu hak
kebndaani
Dengan mehgingat ketentuan yang tercantum dalam pasal 1233 K.U-H. Pedata
)ang menlatakan bahnra 'Perikatan lahir karena perianiian aEu katena undang'
undangl dapat kita mengerti bahwa sesunggunya yang dimaksud dengan
perjanjian lang terantum dalam paal l3l3 K.U.H. Perdata adalah perianiian
ya ng mela h irka n / men imbulka n perikatan I
selanjutnya dari ketentuan J/ang ter@ntum dalam paal 1233 dan l3l3 K.U.H.
Perdata tercebut dapat kita ambil kesimpulan bahwa 'selain karena dua hal
(perjanjian &n undang<tndarg) terrebut ti&k al<an ada atau teqladi perikatan'-
perJanjian yang melahirkan atau menimbulkan peikatan sebagaimana diatur
datam pasal l3l3 juncto pasal 1233 K.u.H. Perdata biasanya dinamakan
perprtjian obwatoir (obligatoire overcenkomst)'. Dalam perianiian in!pan pihak
atau slah satu pihak beftewajiban untuk memberikan ptestasi tertentu, oleh
karena itu penyenhan prestasinya *ndii bisa sa1? atau mungkii'baru dilakul<an
kemudrbn.
Salah satu @ntoh perjanjian obligatoir adalah luat beti', sebagaimana diatur
dalam pfil 1457 K.U.H. Perdata, yang menladkan Mhwa :Jual breli adalah
perjanjian, dengan mana pihak ldng satu mengikatkan diri untuk menlenhlan
suattt kehnhn, dan pihak yang lain untuk membalar harg lang telah
dijanjikan'.
Dari ketentuan yang tet@ntum dalam psat ini dapat kita ketahui bahwa dengan
adanya jual beli saja, pembeli belum berctatus sebagai perhilik atas banng yang
dibelinya, dan penjual belum meniadi pemilk atas uang harya bamng yang
dijualnya, berhubung jual beli, demikian pula peqaniian'perianiran lainnya yang
diatur dalam Buku ttl K.u.H. Perdab (keaali perjanjian riel), baru menimbulkan
kewajiban untuk menyenhkan obiek perianibn-
Selanjutnp pdrlu sala kemukakan Mhwa berdasar ketentuan lang tetuntum
dalam pasal 1458 K.U.H. Perddb, Jual beli dianggap telah teriadiantan kedua
belah pihak, segen setelah onngoft,ng itu menapi keryalabn tentang
banng tercebui beserta harganya, meskipun banng ltu belum disenhkart dan
harganp belum difuYar.
Keadaan sebagaimana tentni di atas terjadi berhubung sistem K.U.H. Pbrdae
membedelan. antaa, prianiiarl obligatoir dEngan perianiian penyenhth aPls
o bje k 1a ng dipe ria niika n.
Adapun mengenai kewajiban _png timbul atau teriadi dari suatu pbfianiian
obligatoir biba berupa "meberikan sesuatit, melakukan .s"esuattJ abu tidak
metakulan *suatu', efugaitfinna dimaksud dalam Pst l2g KU-H- forda4-
Apabila kernjiban tercebut uhfuk membeikan sesuatu ke datam pemitikan pihak
lain (tulam hal ini kreditur), rnaka pe7bniian obligatoir redu diikuti perianiian
kebndan (akelijke overqnkomst), yaitu perianiian untuk mengadakan,
mengubh, dan merghaptskan hakhak kebndaan-
Dari tujuan *rA sat dibuanya tkaHn &nl Befi, dapat kita simpulkan bahwa
lkatan Jual Beli merupakan suatu perianinn obligatOlr, sebagaimana yang tetah
'*aya
umikan dt'atas.
Dari unian tentang kuasa yang diberikan oleh Calon penjual kepada Calon
pembeli di atas dapat kia fahami bahwa pembeian kuas tersebut tidak fudin
ser'dn sekalipun mungkin dibuat dalam akta lang terpisah, sebab pemberian
kuasa ini merupakan salah satu isi dan merupakan satu kestuan png tidak
terpiahkdn dari lkatan Judl Beli, oleh karcna itu berdasr ketentuan lang
terantum dalam pasal 1338 apt (2) K.U.H. Perdata tidak dapat ditarik kemfuli
selain derlgan kesepatcaHn kAua belah pihak, atau karcna alaanalasn tdng
dftentuka n oleh undang-urtdangi
Selain hal-hal yang teruni di alas, hal-hal lain yang perlu juga ulttuk diperhatikan
adalah kemungkinan teq'adinya keadaan dirnana karena alasan-alasn tedentu,
Calonpembeli tidak bisa atau tidak befteinginan untuk melanjutlcan lkatan Jual
Beli png telah dibudt. Untuk mengantisipasi timbulnya akibat hukum
sehubungan dengan itu, maka dalam lkatan Jual Beli perlu dimuat klausul yang
bisa digunakan dalam menari solusi, antan lain berupa pemben?n kaasa
kepada Calon pembeli atau dengan pemberian hak substitusi atas pemberian
kuasa untuk menjual yang telah ditenmanya, dengan ketentuan penerima kuas
dibehslen dari perAnggmgjawabn ebagai kuae, keanali atas kewajiban-
kewajiban kepda PemberiKuaa lang belum aiwniiten.
Mengenai bentuk lkatan Jual Beli (Perjanjbn Pengikatan Jual Beli), peatuan
perundang-undangan tidak memperclantkan harus dalam bentuk teftenta,
berhubung perJ?njian ini bukan merupkan perjanjian fotmil, xhingga tidak
diharuskanseaft, teftulrs, bak dalam akta otentik maupun akta di bawah tangan
atau dengan kata lain, peq'anjian ini furfuntuk bebas, namun demikian, dalam
nngka menjamin adanya kepastian hukum, sudah selayaknyalah perjanjian ini
dibuat sean tertulis, sekalipun bukan dalam bentuk akta otentik.
Pemberi kuasa dalam segala ha!, dapat sean langsung mengaiukan tuntutan
kepada omng lang telah dituniuk oleh penenma kuas sebagai pnggantinya".
Dai ketentuah yang terantum dalam pasal di atas yang menyatakan bahwa
benerima kuas betunggung iAl4db atas oang tain png dituniuknp sefugai
[enggantinp dalam kua*n1A:...', dapat kita simputkan bahwa
tndang-undahg tidak mengharuskan peneima kuasa melaksnakan sendiri
perbuaan hukum yang telah dikuasakan kepadanya oleh pembei kuasa,
sekalipun mengenai hal ini tidak diperJ'anlTkan dalam pemberian kuasa tersebut.
Selaniutnya perfu saya sampaikan bahwa pada umumnya penenma kuasa dalam
melakukan suatu pefuuahn huktmlang dikuasakan kepadanla adalah untuk
kepentingan, di amping atas nama pembei kuasa. Peruakilan seperti ini
dikenal sebagai peruakilan largsung, seperti pada makelar. sedangkan dalam
peruakiian tidak langsung, sepefti pada komisioner, perbuatan hukumnya
dilakukan atas namanya endiri, tetapi untuk kepentingan komitennla.
Pada proanntio in rem suam, perbuatan hukum yang dikuasakan dilakukan oleh
penerima kuasa atas nama pemberi kuaa, akan tetapi untuk kepentfugan
penerima kuasa. Hal ini adalah vnjaf sebab dibenkannya kuasa adalah untuk
kepentingan penenma kuasa rang merupakan tujuan dari pembeian kuasa
tersebut.
Salah satu @ntohnya adalah paCa peq'anjian pengikatan jual beli mengenai hak
atds tanah, dimana alon penjual memberi kuasa kepada calon pembeii untuk
apabila syant lang diperlukan untuk melakukan jual beli tetah dipnuhi, mewakili
dlon penJualmelaksanakan jualbelinya (membuat ikta jual belinya).
Dari antoh di atas dapat kin tihat bahwa penerima kuasa trdak hanya
mempunydi kekuasaan rti€wakili (vertEgenwnrdpingsrnachi), tetapi juga
m e mp u n yd i h a k m e wa k iIi (ve rtqe n rwo rdig ings rcdt t).
tJntuk menjawab persoalan ini marilah kita hubungkan dengan tuiuan Undang'
Undang Nomor 5Tahun 1960 tentang Pentunn Dasar Pokok-Pokok Agraria
(tlndang-undang Pokok Agmna), sebagaimana terantum dalam Penielzan
Umum angka l, yaitu untuk:
e. meletakkan dasar4asar bagi penyusunan hukum agnna nasional, yang
akan merupakan alat untuk membawakan kemakntunn, kebahagiaan dan
keadilan bagi Negara dan rakyat, terutama nkyat tani, dalam mngka
masyanket Fng adildan makmur.
b. meletakan dasr4agr untuk mengadakan kestuan dan kesderfianaan
dalam hukum perta na ha n.
c. meletakkan dasar4asar untuk menlberikan kepastian hukum mengenai hak-
hak atas tanah bagirakyat seluruhnya.
Berkaibn dengan bentuk iual belinya yang bebas ini, dapat kita simpulkan
bahwa fungsi akta jual beli yang dibuat di hadapan kita dalam kedudukan selaku
Pq'abat pembuat Akta Tanah atlillah sekdar sebagai alat bukti atas petbuatan
jual beli yang telah dilakukan, sEkaligus untuk keperluan pendaftann perclihan
halaya, sebagaimana lang dbmanatkan oleh paat 37 alat (l) Pentunn
Pemeintah Nomor 24 Tahun t99Z iunao pasal 19 ayat (2) IJndang-lJndang
PokokAgnria, yang *@n berturut-turut befuunyi sebagai berikut :
Paal STapt (l) Pentunn Pemeintah Nomor24 Tahun 1997:
!l) penlihan hak atas bnah dan hak milik atas satuan rumah susun melaluiiual
ieli, tukar menukar, hibah, pemasukan dalam perusahaan dan perbuatan hukum
p"ina"n"n hak lbinnya kecuali pemindahan hak melalui lelang hanya dapat
'didaftarkan
jika dibuktikan dengan apta png dibuat oleh PPAT yang berwenang
men urut keientua n pentu n n perundang-undangan ya ng berla ku. "
Pasal 19 apt (2) Undang-Undang Pokok Agnria :
"(2) Pendaftann tercebut dalam ayat (/) pasalini meliputi:
a. Pengukunn, perpetaan dan pembukuan tanah;
b. pendaftamn hakiak atas tanah dan penlihan hak-hak tersebut .
Dari segala sesuatu yang telah saya unikan di atas, insya Allah dapat kita
simpulkan bahwa pengatutan jual beli mengenai hak atas tanah sebagaimana
yang diatur dalam K.U.H. Perdata lang bersibt obligatoir tidak diikuti oleh
Un dan g-Un da ng Pokok Ag n na be riku t pera tun n pe la ksa na a n n ya.
Sehubungan dengan itu, perlu kita tegaskan mengenai bebenpa hal tentang
ikatan jual beli (perjanjian pengikatan jual beli) dengan objek hak atas tanah ini,
yaitu:
a. bahwa berdasar Undang-Undang Pokok Agnria beikut pemtumn
pelakanaannya, jual beli mengenai hak atas tanah adalah berdasar hukum
adat yang menganut azas tenng dan tunaf, oieh karena itu tidak mengikuti
jual beli yang diatur dalam K.U.H. Perdata, Buku lll, Bab V mulai paal 1457
s/d pasal /540;
b. bahwa sekalipun berdasar hukum positif (Undang-Undang Pokok Agnn'a
benkut penturan pelaksanaannya), jual beli mengenai hak atas tanah
menganut azas tenng dan tunai', ikatqn jual beli (peq:anjian pendahuluan
untuk,meEkulan jual helfl yang beiunlsi mempersiapkan hubungan hukum
jual beli mengenai hak atas tanah tetap dapat dilakukan;
c. bahwa sesudi dengan azas kebebasan berkohtrdk, pan pihak dalam ikatan
jual beli (mehlenai hdk atas tanah) dapat merletdpkan slant-s1ant atau
ketcnfrtan-ketEhfuan yang dikehehidaki, sepanjang syarat-gant atau
ketentuan-ketentuan tErcebut tidak beftenAngai dengan undang-undang,
keteftiban umum, dan fususilaan; :
be*aa dengan bentuk aiii pert oeriu, nak aiiiigungan, bentuk buku tanah
hak bhggungan, dan hal-iai ldin yarrg beftaitah dengan tata an pemberian dan
penddhann hak tangguhgdh ydhg oerdasarphsal 17 t/ndang-Undang Nomor4
tanun bbdbsa*an Pentunn Pemerintah
1996 ditetapkah dah'dfbClenggankan
sebagaimana dimaksud aAtail basat tg unddhd"lJndang Nomor 5 tahun 1960,
benwk S.KM.H.T tidak AsCUh ffima sekali'&'b, pael ini. Dalam hal ini
mungkin Pembuat Undang-Undang telah menyadari bahwa bentuk S.K.M.H.T.
dierahlan *pnuhnla pada pentunn perurdang<tndangan lang mengatur
tenhng jafutan Nobis maupun Jahtart'P.P.A.T.
Sekalipun dalam paal /5 dan paxl /7 Undang-Undang Nomor 4 tahun 1996
dinyatakan sepeftiitu, temlata Menteri Negan Agnria / Kepala Badan
Pertanahan Nasional telah mengeluarkan Pentunn Nomor 3 Tanun 1996
tentang Bentuk Sunt Kuas Membefunlan Hak Tanggungan, Akta Pemben?n
fiak Tanggungan, Buku Tanah Hak Tanggungan, dan Sertipikat Hak
Tanggungan, png isinp melampaui kewenangan yang diben'kan oleh dan
dalam pasal /5 dan pasal /7 Undang-Undang Nomor 4 tahun /996 di atas,
sebagaimana temyab dalam Lampinn f tentang Suat Kuas Memfufunl<an
Hak Tanggungan, di mana di dalamnya diantumkan kata "Notaris".
Hal yang demkiart ini semestinya tidak perlu teqTdi, sebab Undang-Undang
Nom,or 4 Tahun 1996 sama sekali tidak memeintahkan dan lebih dai itu,
Menteri Negan Agmria / Kepala Badan ,oertanahan Nasional tidak mempunlai
kewenangan dalam mengatur hal ihwal yang berkenaan dan / atau berhubungan
dengan jabatan Notans, sebab jabatan Notan's telah diatur sendiri dalam
Reglement op Het Notans Anbt, S. /860 - Nomor 3 (pada ffiat ini diatur dalam
Undang-Undang Nomor 30 Tahun 20U tentang Jabatan Notaris, Fng
diundangkan dan mulaiberlaku pada tanggal6 Oktober20M).
Pemtunn lang kunng tepat tercebut temyata diiukuti oleh dan dalam pasl 96
Fentunn Pemerintah hlenteri Agnia / Kepala Badan Pahnahan Nasional
Nomor3 bhun 1997.
llengenai bentuk, demlkian pula proses dan prosedur pembuatan akta Notaris,
baik berupa akta parti maupun akta relaas telah diatur se@n lengkap dalam
tsab Utt Undang-undahg Nomdr 30 tahun 2004, oleh karena itu sangat aneh
apdbila sampai saat ini :
Contoh konknT mengenai maslah ini terlihat dari dan dalam sunt Kepala
Kantor Wlayah Eadan Perhrnhan Nasional Propinsi Jawa Timur, tanggal2
April2O0Z Nomor 500.35.3910- yang salah satu tembuannyi disampaikan
kepda semua anggota |.P.P.A.T dalam kepengurusan Wayah Jawa fimur.
Hal yang lebih aneh adalah adanya ketentuan yang tercantum dalam paal 5l
Pentunn Kepla Badan Pefianahan Naqional Nomor f Tahun 2006, yang
antan lain berisi ketentuan bahwa )ang boleh membeli blanko hanlalah
P.PA.T, P.PAT Pengganti P.PA.T Semenbn atau P.PA.T Kltttsus,
sehingga tidak dimungkinkan Notaris membelinya (dalam hal ini membeli blanko
s.K.M.H.T.).
Llntuk menghindari timbulnya halhal yang tidak kita inginkan, antan lain namun
tidak teftatas pada bablnya a?ta pembeian hak tanggungan bethubung
@etry/a S.K.M.H.T. )ang dibuat di hadapan Notants, maka seroglanya semua
pihak beilapang dada urttuk benni menlatakan bahwa JarU benar itu benar,
sekalipun terlamht.
Hat ini saya mengingat peintah yang termuat dalam pasal 15 arct (l)
Tmpakan
Undang-Undang Nomor 4 tahun /gg7 untuk membuat Surat Kuas
Membebankan Hak Tanggungan dalam bentuk akta otentik merupalan suatu
syant mutlak (beesdhsvooruEatde) untuk adanya perbuatan hukum ir.i, di mana
hal ini berkaitan dengan ketentuan yang mengatur tentang lahimya hak
:
E!ggungan
I
Ketentuan ini sangat pentittgl,.dan menurut herhat sdya tdak #rta mefta atau
searE otomatis bahwa dengan adanla ketentuan ini lahimya hak tanggungan
adalah tanggat hari ke Wiuh atau apbila hari ke tuiuh itu iatuh reda hai libun
pada tanggal hari keria berikutnla, sebab akan menimbulkan
per4nlaan :bagaimana bila p& hari ke tuiuh atau hai berikuhp tet#ut
buku tanah Hak Tanggungan belum dibuat atau belum selesai dibuat ahu
bagaimana bila sebelum hari ke tuluh, bttku tanah Hak' Tanggungan telah
selesi ?
Persoalan ubma lang berkenaan dengan perolehan hak karena wanlsan ini
sebetulnya berkaitan dengan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan / atau
Bangunan (B.P.H.TB.), namun dengan pertimbangan bahwa belum tentu pada
waktu pendaftann perclehdn haknya pada Kantor Peftanahan diseitai dengan
akta pembagian warisan, sehingga apabila nantinya hendak dilakukan
pemisahan dan pembagian akan dilakukdn dengan akta pembagian hak
bersama yang dbuat di hadapan P.P.A.T, maka saya temptkan sffiIa
tersendiri.
Ketentuan yang lebih lengkap rhengenai peatihan hak karena pewan'san ini
diatur dalam ft*t lll Adn ll2 Penlunn Merlteri Nqan Agmn? / Kepala
Badan Pertanahan NasloanalNorhor3 tahun 1997 yang beisi gebagai berikut:
, Fbsatttt
(l) Permohonan pehdaftann penlihan hak dtas tanah atau Hak Milik Atas
Satuan Rumah Susun dlajukan oleh ahli waris atau kuasanya dengan
melampirkan:
a. seitipikat hak atas tdnah atau sertipikat Hak Milik Atas Satuan Rumah
Susun atas nama pewaris, atau, apabila mengenai tanah png bet'um
terdaftar, bukti pemilikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
24 Pentunn Pemeintah Nomor24 Tahun 1997;
b. sunt kematrbn .atas nama pemegang hak yang tet@ntum dalam
seftipikat lang bervngkutan dari Kepla DestLumh tempat tinggal
pewais waktrr meninggal dunia, rumah sakit, petugas k€sehatan., atau
intansi lain yang berwenang;
c. sunt Enda buffii sebagai ahli wan:s yang dapat berupa :
l) wasiat dari Pewan:s, atau
2) putusan Pengadilan, atau
3) penetapan hakim/Ketua Pengadilan, atau
4) - bagi watganegan lndonesia pendudukasli : sunt ketenngan
ahli wans yang dibuat oleh pan ahli wais dengan disaksikan oleh
2 (dua) onng sksi dan dikudtkan oleh Kepala DesatKelunhan
dan Camat tempat tinggal petnris pada waffiu neninggal dunia;
- bagi wE tganqaft, lndonesia keturunan fionghoa akta :
ketemngan hak mewanls dari Nptaris;
- bagi warganegaft, lndonesia keturunan TimurAsing lainnla: sunt
ketenngan wan's dari Balai Harta Peninggalan.
d. surat kuas tertulis dari ahli waris apabila tang mengaiukan
pennohonan pendaftann penlihan hak bulcan ahli waris yang
beRangkutan;
e.bukti identitas ahli wan's;
(2) Apabila @da waKa petmohonan pendaftann pemlihan sudah ada
putusan abu penetapn hakim / Ketua Pengadilan -atau akta
mengenai p-enbagian waris sebaidimana dintaksud Pasal 42 ayat (4)
Pegtunn Pemerintah Nomor 24 Tahun /997, maka putusan / penetapan
atau afta tersebut juga dilampiftan padd permohonan sebagaimana
Pada aYat ( 1 ),
-*'fiAeiai'ithoibpn
dimaksud
O InJ twrts sebagaindha dimaksui pada ayat (2)
aapat dibiat dalam Oeitul< akta di balmh taltpan oleh semua ahli natls
denglan dlsksilan oleh 2 oeng sksi abu dErEan akE notanls.
H ApiOita ahli wan's lebih dai I (satu) orcng dan belum ada pembagian
iilfisan, maka p:endafta#n peftilihan hakny,a.dilakukan kepada pan ahli
wdrls gebdgai pemilikan tarcAma, dan pqrrtbagian hak selaniuinp dapat
dildkukan
-*slai ketenfiran paal 5f Peratunn Pemen:rltdh Nomor 24
Tahun 1997.'
6 ApaOila ahti.vlaris tebih dAfi I (satu) onng dan pada vtaktu pendaftamn
iefltihan hakhya disertai dertgan akta pembagian thn! memuat
'kEtbnngan atau Hak. ttlilik Atas Satuan Rumah
bah:un hak akis tanah
J"tuh kepada I
"iert"ntu' (stu)
i;in of1hg penerima warisan, maka
pehcAtefih henlihan hakhya dilakukan HpAde penerima warisan yang
'bersangkutAh
beraasa*ai akta pembagian vhris tersebut
(6) penahlert pEhdaftann penlihan hak sebagaimana dimaksud Pasal ini
dalam daftar4Qfur penddftann bnah dilakukdn sefugaimana dimaksud
dalam Pasdl 106.
Pasal I 12
(l) Dalam hat pewdtlsan di*rbidetgan hifuh wasiat maka:
a. jika hik atas tanah atau Hak Milk Atas Satuan Rumah Susun lang
TihiOah*an sudah tertentu, maka pendaftann pemlihan haknya
ditakukan atas permohonan penerima hibah dengan melampiftan:
t) sertipikat hak atas tanah ata| Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun
atas nama pewan's, atau apabila hak atas bnah yang dihbahkan
belum terdaftar, bukti pemilikan tanah atas nama pemberi hibah
sebagaimana dimaksud Pasal 24 Peraturan Pemeintah Nomor 24
Tahun /997;
2) sunt kematian pemberi hibah wasiat dari Kepala DesatLunh
tempat tinggal pemfun hibah wasiat tersebut waktu meninggal
dunia, rumah sakit, petugas kesehatan, atau intansi lain yang
berwenang;
J) a) Putusan Pengadilan atau Penetapan Hakin/Ketua Pengadilan
mengenai pembagian hafta waris yang memuat penuryukan hak
atas tanah atau Hak Milik Atas Satuan Rumah Susun yang
bersangkutan sebagai telah dihibah wasiatkan kepada pemohon,
atau
b) Akta PP.AT mengenai hibah yang dilakukan oleh Pelaksna
Wasbt atas nama pemberi hibah wasiat sebagaipelaksanaan dai
wasiat yang dikuasakan pelaksanaannya kepada Pelaksana
Wasiat tercebut, atau
c) akta pemfugian wans sebagaimana dimaksud dalam Pasl / / 1
ayat (2) yang memuat penuniukan hak atas tanah atau Hak Milik
Atas Satuan Rumah Susun yang bersangkutan sebagai telah
dihibah wasiatkan kePada Pemohon,
4) surat kuas tertutis daripenerima hibah apabila lang mengaiukan
permohonan pendaftaran penlihan hak bukan penerima hibah;
5) bukildentitas Penerima hibah;
6) buki pelunasan pemba5aran Bea Perolehan Hak atas Tanah
dan Bangunan sebagainana dimaksud dalam Undang-undang
Nomor2/ Tahun 1997, dalam halbea tersebut terutang;
7) bukti pelunasan pembayann PPh sebagaimana dimaksud
dalam Peratumn Pemerintah Nonrcr 48 Tahun /994 dan
Pentunn Pemerintah Nonor 27 Tahun /996, dalam hal paiak
tersebut terutang.
jika
b. 'dihibahkan
hdk atas tanah atau Hak Milik Atas satuan Rumah susun ydng
belum tertentu, maka pendaftann penlihan haknya
dilakukan kepada pan ahli waris ddn penerima hibah wasiat sebagai
harta bersdma.
(2) penatatan pendaftann peralihan hak sebagaimana dimaksud dalam pasal
ini dalam dafrar4aftar penciaftamn tanah dilakukan sesuai ketentuan
sebagaimarta dimaksud dalam Pasal /05.
Hal lainnya yang merupakan percoalan adalah pelaksanaan hibah wasiat dengan
carct membuat akta hibah yang dilakukan oleh Pelaksana Wasiat atas nama
pemberi hibah wasiat sebagai plakanaan dari wasiat yang dikuasakan
pelaksanaannya kepada Pelaksana Wasiat tersebut, sebagaimana diatur dalam
paat l12 alat (l) Pentunn Menteri Negan Agan'a / Kepala B.P.N. di atas, di
mana penturan ini aneh dan bahkan bertentangan dengan ketentuan yang
terantum dalam pasal 1813 K-U.H. Perdata, berhubung oang png sudah
meninggal dunia masih bisa melakukan perbuatan hukum, hanya saia dalam
kenlatdannya bisa dilaksnakan, sebagaimana telah saya kemukakan pada
bagian sebelumnya.
Lebih dari itu, timbul pUla peftanpan tentang B.P.ii.T'9. yang harus dibayar,
apakah disarflakan dengan pntihan hak karena hibah abukah ptolehan hak
karena ttdrisan ?
Seperti halnfa perclehan hak kdrena pewarisan, persoalan perubahan nama ini
sesungguhnya lebih terkait dertgan persoalan B.P.U.T.B. , yditu sehubungan
dengan ketentudh lang terantum dalam past 3 apt (l) huruf d Undang'
Apabila pe9oalan perubahan nama ini ditanyaan oleh klien tehadap seoft,ng
Notaris atau P.P.A.T, maka bukan mustahi! akan menimbulkan persmlan yang
berkepanpngan, sebab bisa jadi tatkala liawaban si Notaris atau P.P.A.T diikuti
temlata melimbulkan Abrugidh terhadap klien yang bersangkutan.
Uraian
A. Pendahuluan
a. Kdudukan
A,taptrS Pengawas Notans berkedudukan sebagai badan yang
metufukan kepnlbngan tangan dari Menteri Hukum dan Hak Azasi
Mahusn. Hal ini terbukti dari ketentuan yang tercanturn dalam pasat
67'alqt (l) dan ayat (2) tJndang-undang Jabatan Notans, yang
belburtyi sebaSai beikut :
b. Fungsi
Sesuai deligdn pEllgertian tentang Maielis Pengawas Notaris
sebagalhtdna teruAt di itds, makd fungsi Maielis adalah melakuhan
:_ r.'
pengefusan, tennAst)k di dalamhla pmbinaan terhadap Notanls-
Di antara aturan hukum yang mengatur tentang pembuktian atau bukti tersebut
terdapat ketentuan tentang beban pembuftian, sebagaimana yang tercantum
dalam pasal 1865 K.U.H. Perdata maupun paal /63 H.t.R. / pasal283 R.B.G.
yang pada pkoknp menlatakan bahwa : '*tiap oang Sang mendalitkan
bahwa ia rttenpunyai sesuatu hak atau menunjuk .suatu peristiwa guna
rhenquhkan ftdkh;a abu membanfuh hak onng tain diwajibkan membuktikan
adanla hak atdu peristiwa tersebut".
Selanjutnya, yang pedu kita jawab adalah pertanyaan tentang siapakah yang
dimaksud dengan Pepbt Umum' ?
Sesuai d€ngan ketehtuan yang terantum dalam pasal / Reglement op Het
Notaris Ambt (Pentunn Jabatan Notaris / P.J.N), S. 1860 Nomor 3 iuncto p#l
I angka I dan pasal 15 ayat (l) Undang-undang Nomor 30 Tahun 2004, yang
se@ft, befturut-turut befiunyi selagai berikut :
i"
- Notais adalah pEjabat ltmum yang satu-satunya berwenang untuk
membuat akta otentk mengenai semua perbuatan, perianiian dan
penetapan ydng diharuskan oleh suatu peratunn umum atau oleh yang
berkepenttrtgan dikehendaki untuk dinptakan datam suatu akta otentik,
menjamin kePastdn tanggalnla, menyimpan aktanya dan membeikan
gpsse, shhan ddn kutipnnla, semuanya sepaniang pembuatan akta itu
oleh suatu peEtUEn umum tidakjuga ditugaskan atau dikecualikan kepada
pejabataau onng lain (pael I P.J.N);
- Notaris adalah pejabat umum yang berwenang untuk membuat akta otentik
dan kewenangan lainnla *Mgaimana dimaksud dalam undang-undang ini
(pasal I angka 1 Undang-undangNomor4 Tahun2004).
Notans berwenang membuat akta otentik mengenaisemua perbuatan, perianjian
dan ketetapan yang diharuskan oleh pentunn perundang<tndangan dan / atau
ciikehendaki oleh yang berkepentingan untuk dinyatakan dalam akta otentik,
menjamin kepastian tanggal afta, nenyimpan akta dan membenkan grosse,
salinan dan kutipan akta, semuanya itu sepanjang pembuatan akta-akta itu tidak
juga ditugaskan atau dikeanatikan kepada peiabat lain atau onng lain png
ditetapkan oleh undang-undang (pasal /5 ayat / Undang-undang Nomor 4
Tahun 20M);
semestinya yang dimaksud dengan Pejabat Umum dalam hukum positif kita tidak
lain adalah Nobn:s, hal mana sesuai dengan bunyi kalimat bagian akhir dari
pasal / P.J.N. dan pasal 15 ayat (/) Undang-Undang Nomor 30 Tahun 20M
tercebut yang pada prinsipnya *azt ieias dan tegas menyebut : 'sepniang
pbmbuatan akta-aka itu tidak juga ditugaskan abu dikecualikan kepada pejabat
ldin atau oang lain lang diteEplan oleh undang-undang'.
Apabila ada Pejabat Umum lain, nisaya dalam undang-undang tersebut pasti
disebut'pejafut unum lain dan bulan piaOat tain:
Timbul tanda tanya kembali kepada dirikita, bagaimana dengan ketentuan yang
terantum dalam Peptunn Pemeintah ftomor 24 Ta.7un /gg7, Pemtunn
Pemerihtah Nomor 37 Tahun /99E berikut peraturan pelaksanaannya yang
menyatakan di dalamnp bahwa Pejaht Pembuat Akta Tanah adalah sebagai
Pejabat Umum ?
Dari segala sesuatu yang telah saya unikan di atas, insya Allah dapat kita
mengertibahwa :
a. kebndaan, kdudukan dan fungsi Notaris adalah berhubungan seaft,
langsung dengan hukum pembuktian, terubma dalam nngka pembuatan
alat bukti teftult's png berup akb otentik aHs segala perbuatan, perjanjian
dan ketehpan yang diharuskan oleh pentunn prundang-undangan atau
Fng dikehendaki oleh paa pihak;
b. perbuabn, pery'anjian dan ketebpan yang diharuskan oleh pentunn
perundang-undangat? abu Fng dikehendaki oleh lang be*epentingan
uhtuk dinlatakan abu dibuat dalam akE otentik tercebut adalah petbuabn,
perjanjian dan ketetapan hlam ruang tingkup hukum petdab.
Majelis Pengawas Nob ris
Pengambilan minuta akta, fotokopi minuta akta atau surat-sunt lain png
dilekatkan pada minuta akta atau protokol Notaris sefta pemanggi/an Notans
oleh penyidik, penuntut umum maupun hakim sebagaimana .ang diatur dalam
pasal 66 Undang-undang Jabatan Notaris berikut peraturan perlaksanaannya
yang penulrs bahas dalam tulisan ini berhubungan langsung dengan
kewenangan Majelis Pengawas Notaris, berhuoung untuk keperluan tersebut
harus ada persetujuan dari Maielis Pengawas Daenh.
lJntuk lebih memperjelas analisa tentang ha/-ha/ tersebut, pada bab ini saya
pandang perlu untuk mengunilran serba sedikit tentang Ma.ielis Pengawas
Notaris sebagaimana terurai di bawah ini.
Dalam hal pada suatu daenh tidak terdapat unsur instansi pemerintah, maka
keanggotaan dalam Majelis Pengawas dit'si dari unsur lain yang ditunjuk oleh
Mentei (pasal 67 ayat 4 U.U. No. 30 tahun 2004), dan dalam hal pada suatu
kabupaten / kota dan propinsi tidak terdapat fakultas hukum atau sekolah tinggi
ilmu hukum, maka penunjukan unsur ahli / akademisi ditentukan seara
berturut-turut oleh Kepala Kantor Wlayah dan Direktur Jendeml Administnsi
Hukum Umum Departemen Hukum dan Hak Azasi Manusia (pasal 3 ayat 2 dan
pasal 4 apt 2 Pentunn Menteri Hukum dan Hak ,Azasi Manusb ianggal 7
Desember 2004, Nomor M 02.PR.08.10 Tahun 2004).
Dari makna atau pengertian yang teruni di atas, dapat kita mengerti bahwa
dalam menggunakan atau memalcai, menempatkan atau menghubungkan istilah-
istilah di atas harus tepat dan tidak boteh sembanngan, lebih-lebih dalam
pemtunn perundang-undangan agar tidak menimbulkan kenncuan.
pelanggannkodeetikNotan.sataupelanggannketentuandalam
Un da n g-u n da n g Ja bata n Nota n's ;
memberiparafdanmenandatanganidaftarakta,claftar
surat di bawah tangan yang disahkan, dan daftar surat di
bawahtanganyangdibukukan,dandaftarsuratlainyang
d iwajibka n Un da n g - u n da n g ;
menerimapenyampaiansecaratertulissalinandaridaftar
akta,daftarsural.dibawahtanganyanEdisahkan'daftar
surat cli bawah tangan yang dibukukan yang telah
disahkan, paling tambat l5 (tima belas) hari kalender
pada bulan berikutnYa.
petsetuiwn
Kewenangan Majelis Pengawas Daemh yang memedukart
npat meliPuti:
- menuniuk Notaris yang akan bertindak sebagai pemegang
protokol Notaris yang diangkat sebagai peiabat negara
dan Yang menihggdt dunia;^
- memberikan pErsetuiuan atas permintaan' penyidik'
penuntut umuni, dtau hakim untuk kepentingan proses
peradilan daldrn :
o tn€ngambti fdfo?opi minuta akta dan / atau surat'
surat yanq dllekatkan pada minuta akta diau
protokol
. Notaris daldn) penyimpanan Notaris;
t tn€tTtanggii Notaris untuk hadir dalam p'emeriksaan
yang berkaitan dengan akta yang dibuatnya atau
protokol Notaris yang berada dalary penyimpanan
Notaris-
Kewenangan Ma1?lis Pengawas Wilayah dan Majelis Pengawas Pusat yang
tidak memedukan peaetuiuan npat adalah pemberian bin anti, berturut-
turut untuk 1?ngka waktu 6 (enam) bulan sampai / (satu) tahun dan lebih
dai / (satu) tahun.
Kewajiban
a. Majelrls Pengawas Daenh :
- mencatat pada buku daftar yang termasuk dalam protokol
Notaris dengan menyebutkan tanggal pemeriksaan, iumlah akta
serta iumlah surat di bawah tangan yang di sahkan dan
dibukukan yartg dibuat seiak tanggal pemenksaan tenkhir;
- membuat berita acara pemeriksaan dan menyampaikannya
kepada Majelis Pengawas wilayrllT setempat' dengan tembusn
kepada Notais yang bersangkutan, organisasi Notaris dan
Maie /is Pe n ga wa s P u sa t;
- menhasiakan isiakta dan hasilpemeriksaan;
- menerima salinan yang telah disahkan dari daftar akta dan
daftar lain dariNotaris dan merchasiakannya;
- memerik:sa tapomn masyankat terhadap Notaris dan
menyampaikan hasil pemeriksaan tersebut kepada Maielis
Pengawas Wilayah dalam waktu 30 (tiga puluh) hari, dengan
tembusankepadapihakyangmelaporkan,Notarisyang
bercang kutd n, Maielis Pengawas Pusat da n orga n isasi Notais ;
-menyampaikanpermohonanbandingterhadapkeputuan
oenolakan anti.
atds selata p|tuuatdn, peianibn dan ketetapan ddtdn ruang titikup huAum
pedata yang diharuskdn oleh peratunn perundang"undangan tang berlaku atau
yang dikeh)hdaki oleh pihak (pihak) yang berkepentingan'
Dari ketentuan lang terantum dalam paal ini dapat kita mengertibahwa
:
a. penyidik, penuntut umum maupun hakim hanya diperkenankan untuk:
- mengambilfotokopi minuta akta dan /atau surct-sumt yang dilekatkan
pada minuta awa atau protokol Notans dalam penyimpanan Notaris,
maupun
- memanggit Notaris untuk hadir dalam pemeiksaan yang berkaitan
dengan afta lang dibuat atau protokol NotarE yang bemda dalam
PenYimPanannln,
sepanjang untuk kepentingan proses pendilan dan telah memperoleh
persetujua n Majelis Pengawas Daenh ;
Latar belakang pemikinn dari Majelis Pengawas Pusat yang berpendirian bahwa
pemberian peaetujuan atas pemanggilan Nobris *bagai tervngla tehp
diperlukan, sesungguhnya mudah difuhami oleh onng'onng atau pihak'pihak
yang mengefti seaa baik dan benar tentang kedudukan dan fungsi Notaris
serta akta yang dibuat oleh atau di hadapannya, mengingat:
o. keberadaan dan pelaksanaan tugas iabatan Notaris adalah terubma
dalam rangka pembuatan alat bukti yang furuF akta otentik atas
petbuabn, peqanjian dan ketetapan dalam lapangan hukum petdab yang
diharuskan oleh pentumn perundangundangan ahu lang dikehendaki
oleh pn pihak;
b. cialam pelakenaan tugas iabatannya untuk membuat akta otentik, pada
pokoknya Notais hanya mengkonstatir atau merelatir kenyataan yeng
terTadi di hadapannya yang berupa petbuatan, perianiian dan ketetapan
yang dikehendakioleh pihak (pihak) yang berkepentingan;
c. apabila Majelis Pemeriksa Notaris menemukan dugaan adanya unsur
pidana yang dilakukan oleh tedapor (Notans), maka Maielis Pemeriksa
wajib membenTahukan kepada Maielis Pengawas, dan selaniutnp Maielis
Pengawas melaporkan adanya dtEaan terrebut kepada insbnsi .yang
berwenang, sefugaimana diatur dalam pasl 32 Peatural+ Menteri Hukum
dan Hak,4zas,i ManusiA NOmor M.02.PR.08./0 Tahun 2004 maupun dalam
Lampiran Keputuan lVlenteri Hukum dan Hak,A.nsi Manusia iangEAl 28
Desember 2004 Nomor M.39.PW.07./0 Tahun 2004 Bagian Ke lll tenbng
Tugas maielis Pengawas.
Pasal9
p en ga wa s Dae e h m e m b e rika n pe rs e tui ua rt u n,tuk, pe nga m b ila n lf in tna
:
Maje Iis
AKa tJan/abu suiat-sumtpng dilekatkan pada Minula Af<ta atau Prctokol
Notaris dalam penyimpanan Notaris sefugaimana dimtiksud ddlam Pasal S alat
(1) apabila:
a. ada dugaan tindak pidana berkaitan dengan lrlinuta Akta atau Protoko!
Nota ris dalam penyimpanan Notaris;
b. belum gugur'hak menuntut berddsarkan ket€ntuan tbntang daluwarsa
dalam ientunn perundang-undangan di bidang pidana;
c. ada penpngkaldn keabsahan tanda tangan dan p99 pihak;
d. ada'dugaai pengunngan atau penambahan dad Minuta l$a; 79u
e. ada digaan Notbis melakukan pengundumn tartggal aQd (antidatum).
Pasal l0
Persetujuan Majetis Pengawas Daenh dimaksud dalam Pasl 9
diberiki n *telah mendenga r keten nga n NoA is ya ng bersangkub n.
Pasl 11
Pasal /3
(l) Penyidik, PElur)hx lJmum, atau Hakim setelah mendapdt persetbiuan dari
Maj,elis Pengdvtds Daenh, meminta Notaris untuk merTlbawEt Minuta Akb
tang dibuatnla dan / abu Minuta Akb Nobris lain png benda dalam
'penytmpanai
protokolnp untuk dtpen*sa di Pust timEtorium Forensik
mengenai keabshdn tanda tangdh Qan / atau azp iempol yang terten
pada Minuta Afta pada ha,ri yang ditbntukan
(2) Dalam hal pemeril<saah hlinua 'q*ta lrahg dibuatrya dan /atau ltlinub Al<t:a
Notaris lain lang benda dalam pehylrhpanan protokolnla tidak dapat
ciiselesaikan pada hari yang ditentukarl Sbbagaimana dimdksud pdda alat
'ai'aumaka N)taris mCmbawa
(1), kembali Minua AHa yang dibuatnya dan /
Minuta A*ta NoArts lain lang betdda datam peiyim-panan ptotokolnp
untuk dipriksa ulang pda hari Sang akah ditentukan.
(3) Dalam hal pemeriksdart Minuta AKa yahg dibuahya dan / atau Minub Akta
Notaris tain yang betdda dalam pertyirtlpanan protokohp telah selesi
dilaksanakan, maka ll,linuta Akb png dibuatnp dan / atau Minuta A!fr
Notan's lain lang beruda dalam penyinpnan protokolnla disenhkan
kembali kepada Nota ris.
lJntuk lebih objektifnp sala salin bebeEpe pasal dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Aan Pidana (K.U.H.A.P.) sebagaimana lang tercebut di bawah ini :
Pasal 39
(l) Yang dapat dikenakan penyitaan adalah:
a. benda atau tagihan tersangka atau terdakwa yang seluruh atau
sebagian diduga diperoleh dait tindak pidana atau sebagai hasil dan
tindak pidana,'
b. benda yang telah dipergunaxan *am langsung untuk melakukan
tindak pidana atau untuk mempersiapkannya,'
c. henda yang dipergunakan untuk menghalang-halangi penyidikan
tindak pidana,'
d. benda tang khusus dibuat aHu Tiperuntuklcan melakukan tindak
pidana;
e. benda lain ya'ng mempunyai hubungan langsung dengan tindak
pidana yang dilakukan.
(2) Benda yang bemda dalam sitaan karena perkara perdata atau karena pailit
dapat juga disita untuk kepentingan penyidikan, penuntuan dan mengadili
perkan pidana, sepanjang memenuhi ketentuan ayat (/).
Pasal40
Dalam hal tertangkap tangan penyidik dapat menyita benda dan alat lang
temlata atau lang patut diduga telah diprgunakan untuk melakukan tndak
pidana atau benda lain yang dapat dipakai sebagai bdrang bukti.
Paal4l
Dalam hal tertangkap tangan penyidik berwenang menyita paket atau sunt atau
benda yang pengangkutawTya aHu pengiimannya dildkukan oleh kantorpos dan
telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi atau pengangkubn,
sepanjang paket, sunt atau benda tercebut diperuntukkan bdgi tersangka atau
ybng bensal danpadanya dan untuk itu kepada tersdngka'dan atau kepada
pbjabat kantor pos dan telekomunikasi, jawatan atau perusahaan komunikasi
atau pengangkubn yang bersaugkutan, harus dibenkan sumt bnda
pbnenimaan.
Pasal 42
(l) Penyidik berwenang memerintahkan kepada onhg 5ang menguasai benda
yang dapat disitat benda tertebut kepadanya untuk
kepentingan pemeill:sdan dan kepada ydng mehyeldhkan benda itu harus
dibenkan sunt tanda peneimaan.
(2) Sunt atau tulisan lan hanya dapat diperintahkan untuk dsemhkan kepada
penyidif:
'ata[t
jika sunt atau tulisan itu bensal dari tercangl<a atau terdakwa
aitiiut<an kepdddhya dtau kepunyaannya alau drpiruntukkdn baginya
atau jikalau bencia tersebut merupakah alat untuk melakukan tindak pidana.
Pasal4J
Penyitaan sunt atau tulisan lain dan mereka yahg berkewaiiban menurut
hhdang-undang untuk nlenhasiakannya, sepaniang tidak menpngkut nhasia
negan, hanla dapt dilakukan atas pesetujuan medka atau abs izin khusus
ketua pengadilan negeni setempat kecuali undanO-undalg ntenentulcan lain-
Dai berbagai macam ketentuan yan; bruni di atas timbul pertanpan pda diri
kita masing-masing: 'apkah anbla ketentuan-ketentuan Wng tEtantum dalam
paat 66 |Jndang-lJndang Jabatan Notaris dengan Penturart lvlenteri maupun
ketentuan-ketentuan dalam K U. H.A. P. teqbdi pertenhngan ?'
Apabila kita berkenan melakukan analisa seaftt cermat dan objektif, insla Allah
dapat krta fahami bahwa di antan berbagai maam ketentuan tercebfi tidak
terjadi pertenHngan, mengingat :
a. judul Bab Wll Stang memuat I (atu) pasal, yaitu pasal 66 adalah tentang
'Pengambilan Minuta Akta Dan Pemanggilan Nohris';
b. dalam paal 66 tercebut tidak ada lanngan se@ftt tegas tentang
pen ga m b ila n min uta a ka ;
c. pengambilan minuta sebagaimana dimaksudkan dalam Pentumn menteri
Nomor : 1v1.03.HT.03./0 Tahun 2007 bukan dimalcsudlan untuk dbmbil alih
oleh Penyidik, Penuntut Umum maupun Hakim, melainkan sekedar
dipr:njam untuk keperlua n pemen'ksaan Fda Labontorium Forensk;
d. Segala vnrga negarct (termasuk di dalamnya yang berctatus sefugai
Notaris) bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemeintahan dan
wajib menjunjung hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada
kecualinya, paal27 apt (l) U.U.D. Lqls.
e. Syantsyarat yang diperlukan dalam pengambilan Minuta AKa sedemikian
bent, yang slah satu di antaanya termuat dalam pasal 43 K.U.H.A.P.
yang selengkapnya berbunyi "Penyitaan sunt eitau tulisan lain dari mereka
)ang berkwajban menurut undang<tndang untuk henhasialcannla,
sepnjang tidak menyangkut nhasia nqata, hanya dapat dilakukan atas
persetujuan mercka ahu aEs izin khusus ketua pengadilan nqeni
setempat kecua li unda ng-undang menentukan la in ".
Selain hal-hal yang telah saya uraikan diatas, pedu pula saya kemukakan di sini
bahu.,a sekalipun kebemdaan pasal 66 ini cukup cian bahkan engat
menbentkan Majelis Penganas daiam melaksanakan tugasr4a, nanun patut
disyukuri oieh semua pihak, mengingat dengan adanp ketentuan ini bis
dihanpkan:
a. sean pedahan-lehan maqrankat mengetahui sean bnar tenbng
kedudukan dan fungsi iiotaiis serta akta rcng dibuat oleh atau
dihadapnnla;
b. dapat mengunngi kecenderungan pihak-pihaK teltentu yanE beritikat tidak
atau kumng baik dalam usaha mendapatkan sesuatu hak aEu mengingkai
suatu ke'wajiban dengan an melaporkan kepada lnstansiyang berwenang
dengan menggunakan dalil ketidakabsahan suatu akta Notan:s;
dapat mengunngi beban penyidik, penuntut Ltmum dan hakim dalam
ptoses pndilan, mengingat setidaklidaknla saksi yang diperik'a
be*unng;
pan Notan's harus lebih profesiona.' dan oblektif dalam melaksanakan
tugas jabatannSa, sebab seaftt tidak langsung adanya persetuiuan Maielis
Penga wa s bisa d ita b irka n a ta u se tida klida kn1a m e rup a ka n s u a t u,oe tu nj u k
bahwa dalam prosbs, progres ddn prosedur pembuatan akta Notans yang
bercangkubn telah terjacli sesuatu yang tidak abu kunng sesuai dengan
atuan hukum yang berfaku.
PENUTUP
Sekalipun saya telah berusaha searct sungguh-sungguh, namun saya yakin bahwa
penulisan makalah sederhana initiddk bisa meri'tenuhi harapan para pesefta Upgrading
b Refiesning Cource ini, hal mdna disebabkan oleh dangkalnya ilmu pengetahuan
maupun pengalaman yang saya miliki, oleh karena itu saya sangat berhanp agar pan
peserta tJpgmding & Refreshing Course ini maupun siapapun yang membaca makalah
ini berkenan menyampaikan samn dan kritik demi perbaikan penu/isan saya di masa
yang akan datang.
Semoga Allah S.W.T, Tuhan yang f,Laha Kuasa selalu melimpahkan rahmat dan
hidayahNya kepada kita semua.
Miftadtul Madtsun