Вы находитесь на странице: 1из 11

Artikel Ilmiah

PENGARUH PEMBERIAN FRAKSI ALKALOID DAUN JARONG (Achyranthes aspera linn) TERHADAP TINGKAT KERUSAKAN SEL PARU MENCIT YANG DIINFEKSI MYCOBACTERIUM TUBERCULOSIS

Oleh : ANGGORO JUNI KUNCAHYO NIM 060610215

FAKULTAS KEDOKTERAN HEWAN UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA 2010

The effect of jarong (Achyranthes aspera linn) leaves alkaloid fraction supply towards the level of lungs cell damage in mice that are infected Mycobacterium tuberculosis

Anggoro Juni K1), Dewa Ketut Meles2), Wurlina3) )Mahasiswa, 2) Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, 3) Reproduksi

ABSTRACT This study aims to detect the effect of jarong ( Achyranthes aspera linn) leaves alkaloid fraction supply towards the lungs cell damage in mice that are infected Mycobacterium tuberculosis. There are 35 samples of mice that are used with average weight 20 grams that are divided into 5 treatment groups. Those treatments are: PO, which was given CMC 5%; P1, which was given alkaloid 60 mg/kg body weight; P2, which was given 120 mg/kg body weight; P3, which was given 180 mg/kg body weight; and K+, which was given rifampisin 600mg/50 kg body weight during 1 month according to per oral. Then, the study was done the microscopic investigation with expansion into 400x. The study was analyzed by Kruskal Wallis test and was continued by Mann Whitney test. As the result, alkaloid 60 mg/kg body weight can decrease the lungs cell damage in mice that are infected Mycobacterium tuberculosis. While, P2 and P3 are not much different with PO Key word: Alkaloid, Achyranthes aspera linn, Mycobacterium tuberculosis, lungs, mice Menyrtujui untuk dipublikasikan dengan Author Mahasiswa Menyetujui Dosen Pembinbing I Menyetujui Dosen Pembinbing II

(Anggoro Juni K) NIM.060610215 Menyetujui Dosen Terkait I

(Prof. Dr. Wurlina, M.S.,drh) NIP.131257033 Menyetujui Dosen Terkait II

(Dr. I Komang W.S, drh) NIP. 195103131978031002 Menyetujui Dosen Terkait III

(Dr. D. K.Meles,

(Yuni P, Apt, Sp.FRS.)

(Arimbi, drh, M.Si)

M.S.,drh) NIP.1954123197901100 2

NIP.197306212007012000 1

NIP.1956082919860320 01

Pengaruh Pemberian Fraksi Alkaloid Daun Jarong (Achyranthes aspera linn) terhadap Tingkat Kerusakan Sel Paru Mencit yang Diinfeksi Mycobacterium tuberculosis Anggoro Juni K1), Dewa Ketut Meles2), Wurlina3) )Mahasiswa, 2) Departemen Ilmu Kedokteran Dasar, 3) Reproduksi Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efek pemberian fraksi alkaloid Daun Jarong (Achyrantes aspera linn) terhadap tingkat kerusakan sel paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Digunakan 35 ekor mencit dengan berat rata rata 20 gram kemudian dibagi kedalam lima kelompok perlakuan. Perlakuan tersebut terdiri dari PO, diberikan CMC 5%; P1,diberikan fraksi alkaloid dengan dosis 60 mg/kg BB; P2, diberikan fraksi alkaloi dengan dosis 120 mg/kg BB; P3, diberikan fraksi alkaloid 180 mg/kg BB dan K+, yang diberikan rifampisin 600mg/kg BB selama satu bulan secara per oarl. Penelitian dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik dengan pembesaran 400x. Kemudian dilanjutkan dengan Uji Kruskal Wallis dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan Uji Mann Whitney. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian fraksi alkaloid dengan dosis 60 mg/kg BB dapat menurunkan kerusakan sel paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis sedangkan P2 dan P3 tidak terdapat perbedaan dengan PO Keywords : Alkaloid, Achyranthes aspera linn, Mycobacterium tuberculosis Paru paru mencit

Pendahuluan Tuberculosis (TBC) adalah suatu penyakit yang disebabkan oleh bakteri Mycobacterium tuberculosis. Penyakit tuberculosis dapat

terjadi pada manusia dan hewan. Penyakit ini bersifat zoonosis yang dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Selain itu, penyakit

tuberculosis dapat bersifat kronik karena setelah beberapa lama gejala penyakit ini baru dapat diketahui jika sudah parah. Tuberculosis juga dapat bersifat akut dan progresif apabila menyerang hewan muda (Muchtar, 2006). Menurut WHO (2003) diperkirakan di Indonesia terdapat 583.000 penderita TBC baru setiap tahun. Jumlah ini akan terus meningkat, karena setiap satu penderita TBC positif dapat menularkan kepada 1015 orang penduduk. Sebanyak 262.000 adalah kasus BTA (Basilus Tahan Asam) positif yang dapat menularkan ke orang lain (Iseman, 2002). Penyebab utama penyakit TBC di Indonesia, antara lain :

pertama, Indonesia memiliki jumlah penduduk yang besar dengan kepadatan yang tinggi serta penyakit mudah menular. Kedua,

pengobatan membutuhkan waktu yang lama dengan biaya yang mahal, sehingga banyak penderita yang tidak menyelesaikan

pengobatan. Tingkat kedisiplinan penderita minum obat anti TBC masih rendah sehingga dibutuhkan pengawas minum obat (Depkes, 2005).

TBC di Indonesia merupakan penyakit yang menyebabkan kematian ketiga. Selain itu Indonesia juga merupakan negara ketiga terbesar Penyakit ini sering melanda

pengidap TBC setelah Cina dan India.

daerah dengan sosial ekonomi menengah kebawah dan menyerang penduduk usia produktif (Depkes, 2005). Bakteri Mycobacterium tuberculosis mudah mengalami resistensi terhadap beberapa jenis obat sehingga terapi terhadap penderita TBC harus menggunakan kombinasi dari beberapa jenis obat. Selain itu resistensi bakteri ini terus meningkat terutama di negara negara berkembang (Muchtar, 2006). Menurut Iseman (2002) menyatakan

bahwa resistensi terhadap isiniazid dan streptomycin sekitar 5%, resistensi terhadap rifampisin sekitar 5%. Infeksi Mycobacterium tuberculosis menyebabkan bentukan yang khas yaitu tuberkel. Bentukan tuberkel terdiri dari pusat

pengkejuan/nekrosis kaseosa yang dikelilingi sel epitheloid, sel giant, dan semua ini dikelilingi dengan kumpulan limfosit dan fibroblast. Tuberkel terjadi karena neutrofil tidak mampu memfagosit dan menetralkan infeksi Mycobacterium tuberculosis (Arimbi, 2010). Salah satu kandungan Daun Jarong adalah alkaloid yang menurut Wurlina (2002) bersifat antimitosis. Diduga pemberian fraksi alkaloid Daun

Jarong dapat mencegah perluasan tuberkel yang disebabkan oleh infeksi mitosis. Mycobacterium tuberculosis dengan menghambat proses

Alkaloid mempunyai kemampuan mengikat tubulin yaitu

protein yang menyusun mikrotubulus dengan menghambat atau memblokade polimerasi protein ke dalam mikrotubulus sehingga

terjadi penghancuran mikrotubulus yang berakibat pada gangguan fungsi mikrotubulus dan gangguan enzim telomerase sehingga mitosis berhenti pada fase metafase. Menurut Kumar et al (2002) proliferasi sel yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis lebih cepat dari pada sel normal sehingga dibutuhkan lebih banyak tubulin untuk proses polimerasi. Semakin banyak tubulin yang dibutuhkan, semakin banyak pula alkaloid yang mengikat tubulin pada sel yang terinfeksi

Mycobacterium tuberculosis. Diharapkan dengan proses mitosis yang tidak berlangsung pada sel yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis menyebabkan perluasan tuberkel dapat dihambat sehingga tingkat kerusakan sel paru mencit yang terinfeksi Mycobacterium tuberculosis berkurang. Selain itu apabila perluasan tuberkel dapat dihambat maka perkembangbiakan bakteri Mycobacterium tuberculosis juga menurun dengan demikian TBC penyebaran dapat bakteri serta juga berkurang sehingga yang

penularan

dicegah

penanganan

TBC

membutuhkan biaya yang mahal dapat ditekan karena Daun Jarong mudah didapatkan dan berharga murah.

Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan 35 ekor mencit yang dibagi kedalam lima kelompok perlakuan. Mencit yang telah diadaptasikan selama Mycobakterium secara

satu minggu kemudian diinfeksi dengan 0,5 cc tuberculosis yang mengandung 10000

bakteri/ml

intraperitoneal. Kemudian diinkubasikan selama satu bulan. Setelah

itu setiap kelompok diambil secara acak satu mencit untuk dijadikan preparat ulas dengan pewarnaan Ziechl Nielsen yang digunakan untuk mengetahui telah terjadi infeksi Mycobakterium tuberculosis. Mencit diberikan lima perlakuan sebagai berikut : PO, diberikan CMC 5%; P1, diberikan fraksi alkalois dengan dosis 60 mg/kg BB; P2 fraksi alkaloid dengan dosis 120 mg/kg BB; P3, diberikan fraksi alkaloid dengan dosis 180 mg/kg BB dan K+, diberikan rifampisin 600mg/50kg BB dengan setiap perlakuan diberikan 0,5 cc selama satu bulan secara peroral. Setelah diberikan perlakuan selama satu bulan, mencit dinekropsi untuk mengambil organ paru yang akan dijadikan preparat

histopatologi.

Kemudian diperiksa menggunakan mikroskop cahaya

dengan pembesaran 400 kali. Pada setiap lapangan pandang diamati luas tuberkel yang terbentuk akibat infeksi Mycobacterium

tuberculosis.

Setiap preparat digeser empat kali lapangan pandang Data hasil penghitungan

dan dihitung rata rata pemeriksaan.

mikroskopik diolah dengan Uji Kruskal Wallis dan jika terdapat perbedaan dilanjutkan dengan uji Mann Whitney.

Hasil dan Pembahasan Pada akhir penelitian terdapat 19 ekor mencit yang masih hidup kemudian dilanjutkan dengan pemeriksaan mikroskopik. Hasil

pemeriksaan mikroskopik seperti tabel di bawah ini : Perlakuan P0 P1 P2 P3 Rata-rata 18,25 0,1767d 6,5 0,1369b 11,88 0,2041c 15,25 0,125cd

K+

2 0,25a

Data Uji Kruskal - Wallis menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata karena didapat nilai 0,002 yang lebih kecil dari (0,05). Dilanjutkan dengan Uji Mann Whitney, Pada perlakuan P1 tidak terdapat perbedaan yang nyata dengan pemberian fraksi kelompok K+. dengan Hal ini menunjukkan bahwa dosis 60 mg/kg BB dapat

alkaloid

menghambat perluasan tuberkel pada paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis. Antimitosis tersebut mempunyai

kemampuan mengikat tubulin, yaitu suatu protein yang menyusun mikrotubulus dengan menghambat polimerasi protein kedalam

mikrotubulus sehingga terjadi penghancuran di mikrotubulus yang berakibat terjadi gangguan fungsi mikrotubulus dan gangguan enzim telomerase yang mengakibatkan proses mitosis terhenti. Benang

mitosis yang tidak terbentuk secara utuh menyebabkan kromosom tidak terikat oleh benang benang kromosom dan tidak dapat bergerak ke kutub kutub sel sehingga kromosom bergerombol seperti bola atau bintang yang disebut dengan explode mitotic. Penghentian proses mitosis dapat menghambat perluasan tuberkel pada paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis sehingga tingkat kerusakan yang terjadi berkurang sedangkan pemberian fraksi alkaloid dengan dosis 120 mg/kg BB dan 180 mg/kg BB tidak hanya menghambat perluasan tuberkel tetapi juga pada paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis tetapi juga menghambat sel normal lain sehingga kerusakan sel paru menjadi semakin parah.

Kesimpulan Dari penelitian pengaruh fraksi alkaloid Daun Jarong

(Achyranthes aspera linn) terhadap tingkat kerusakan sel paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis dapat disimpulkan bahwa fraksi alkaloid Daun Jarong (Achyranthes aspera linn) dapat

menghambat perluasan tuberkel sehingga tingkat kerusakan sel paru mencit yang diinfeksi Mycobacterium tuberculosis berkurang

sedangkan dosis efektif untuk menghambat perluasan tuberkel adalah 60 mg/kg BB.

Ucapan Terima Kasih 1). Prof. Hj. Romziah Sidik, Ph.D., drh. Selaku Dekan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga yang telah memberikan fasilitas dan kemudahan selama masa studi saya, 2).Ibu Sunarni Zakaria, M. Kes., dr. yang telah bersedia memberikan izin untuk

bersama sama mengikuti penelitian tentang TBC, 3).Prof. Dr. Wurlina Meles, M.S.,drh. dan Dr. I Komang Wiarsa Sarjana, drh. selaku dosen pembimbing pertama dan kedua yang dengan penuh perhatian telah memberikan dorongan, bimbingan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini dan Dr. I Dewa Ketut Meles, M.S., drh, Yuni Priyandani, Apt, Sp.FRS. Arimbi, drh, M.Si, selaku dosen penguji yang telah berkenan menguji saya.

Daftar Pustaka

Adnyana. I.D.P. 2006. Efek Antitelomerase Fraksi Alkaloid Terhadap Pembelahan Dan Mitosis Sel Mieloma Mencit. Skripsi. Fakultas Kedokteran Hewan Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Surabaya. Arimbi. 2010. Pengantar Kuliah Radang Akut dan Kronis . Departemen Patologi Veteriner Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga. Chabner, B. A., S. M. Bone, B. M. Coelin, I. I. Meinik, B. N. Duona, S. W. Canter, T. E. Wiese, T. E. Cleveland and J. A. Mc.Lachian. 2001. Phytochemical Gliceolin Isolated from Soy Mediate Antihormonal Effect Throuhg Estrogen Receptor Alpha and Beta. J.Clin.Endocrin.Metab.Apr.86(4) 1750 1758 Depkes R.I. 2005. Survei Prevalensi Tuberculosis di Indonesia 2004. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan. Jakarta Fawcett, W. D. 2002. Buku ajar Histologi. Edisi 12. Kedokteran EGC. Jakarta Penerbit Buku

Iseman, M. D. 2002. Antibiotic in Tuberculosis : Clinical impact. A. Clinicians Guide to Tuberculosis. Philadelphia : Lipincott Williams & Wilkins Kumar, V., S. R. Cotran and L. S. Robbins. 2002. Basic Pathology.7 th edition. Independence Square West. Philadelphia USA. Meles, D.K., Wurlina dan W. Sastrowardoyo. 2004. Efek Antifertilitas dan Uji Reversibilitas Spermatogenik Achyrantes Aspera linn pada Staging dalam Upaya Penemuan Obat kontrasepsi. Lembaga penelitian Universitas Airlangga. Surabaya. Meles, D.K. 2005. Efek Antimitosis Fraksi Alkaloid Achyrantes Aspera linn Pada Pembelahan Sel Embrio. Disertasi. Pasca Sarjana Universitas Airlangga. Surabaya. Muchtar, A. Farmakologi Obat Antituberkulosis (OAT) Sekunder. JTI 2006.3(2): 24 Price, A. S. and L. M. Wilson. 2006. Patofisiologi Konsep Klinik Proses Proses Penyakit.Edisi 6. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.

Santhananthan, A. H and O. A Trouson. 2000. Mitochondrial Morphology During Preimplantation Human Embryogenesis. J. Human Reproduction Suppl Syarif, A. 2005. Tuberkulostatik dan Leprostatik. Penerbit Gaya Baru. Jakarta WHO. 2003. Treatment of Tuberculosis: Guidelines For National Programmes,3rd edition. Geneva.

Wurlina, W. Sastrowardoyo dan D.K. Meles. 2002. Efek Alkaloid Achyrantes Aspera linn Terhadap Pembelahan dan Perkembangan Embrio (Cleavage) Mencit. Lembaga Penelitian Universitas Airlangga. Surabaya.

Вам также может понравиться