Вы находитесь на странице: 1из 27

1

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dimasa sekarang ini hamil diluar nikah merupakan fenomena yang sering terjadi pada anak remaja.Hal tersebut dikarenakan anak remaja zaman sekarang banyak yang menganut gaya hidup seks bebas. Pada awalnya para anak muda tersebut hanya berpacaran biasa, akan tetapi setelah cukup lama berpacaran mereka melakukan hubungan di luar nikah. Apalagi saat ini untuk melakukan hubungan di luar nikah sangat memungkinkan dan tidak perlu mengeluarkan biaya besar karena dapat dilakukan di hotel,motel,kost atau bahkan rumah sendiri, Ketika hubungan mereka membuahkan janin dalam kandungan, timbul masalah karena mereka belum menikah dan kebanyakan masih harus meyelesaikan sekolah atau kuliahnya. Ditambah adanya rasa takut ketahuan dan rasa malu apabila masalah kehamilan itu ketahuan oleh orang tua dan orang lain, maka ditempuh aborsi untuk menghilangkan janin yang tidak dikehendaki tersebut. Ensiklopedi Indonesia mengartikan abortus/aborsi sebagai pengakhiran kehamilan sebelum masa gestasi 28 minggu atau sebelum janin mencapai berat 1000 gram. Pembatasan ini tidak mengecualikan apakah abortus itu termasuk abortus spontan atau abortus buatan. Abortus spontan adalah abortus yang tidak disengaja dan tanpa tindakan apa pun. Abortus macam ini lebih sering terjadi karena faktor di luar kemampuan manusia, misalnya pendarahan atau kecelakaan. Adapun abortus buatan (abortus provocatus) adalah abortus yang terjadi sebagai akibat tindakan tertentu. Abortus macam ini masih dapat dibagi lagi ke dalam abortus artificialis therapicus atau abortus yang dilakukan berdasarkan pertimbangan medik, dan abortus provocatus criminalis atau abortus yang dilakukan tanpa berdasarkan pertimbangan medik.

Dari data aborsi yang dikeluarkan WHO, tercatat bahwa di Indonesia lebih dari separuh atau 57% pelaku aborsi adalah perempuan yang berusia di bawah 25 tahun. Bahkan 24% dari mereka adalah wanita remaja berusia di bawah 19 tahun.Keadaan tersebut menempatkan Indonesia di urutan pertama jumlah kematian ibu dan anak di Asia Tenggara. Karena diperkirakan 19.000 perempuan Indonesia meninggal dunia akibat komplikasi saat kehamilan, persalinan, dan setelah melahirkan. Untuk kejadian aborsi sendiri di Indonesia mencapai lebih dari 2,5 juta aborsi dalam setahun. Penelitian WHO, 20-60 persen aborsi di Indonesia adalah aborsi disengaja (induced abortion). Penelitian di 10 kota besar dan enam kabupaten di Indonesia juga memperkirakan sekitar 2 juta kasus aborsi, dengan 50% terjadi di perkotaan. Yang mengkhawatirkan kasus aborsi di perkotaan dilakukan secara diam-diam oleh tanaga kesehatan (70%), sedangkan di pedesaan dilakukan oleh dukun (84%). Data-data hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa kasus aborsi merupakan masalah yang sangat serius dihadapi bangsa Indonesia. Walaupun aborsi dilarang, ternyata perbuatan aborsi semakin marak dilakukan.Hal ini membutuhkan penegakan hukum yang sungguh-sungguh dari aparat penegak hukum di Indonesia. Penegakan hukum ini harus diintensifkan mengingat buruknya akibat aborsi yang tidak hanya menyebabkan kematian bayi yang diaborsi, tetapi juga ibu yang melakukan aborsi.

Pertentangan moral dan agama merupakan masalah terbesar yang sampai sekarang masih mempersulit adanya kesepakatan tentang kebijakan penanggulangan masalah aborsi. Oleh karena itu, aborsi yang ilegal dan tidak sesuai dengan cara-cara medis masih tetap berjalan dan tetap merupakan masalah besar yang masih, mengancam. Adanya pertentangan baik secara moral dan kemasyarakatan dengan secara agama dan hukum membuat aborsi menjadi suatu permasalahan yang mengandung kontroversi. Dari sisi moral

dan kemasyarakatan, sulit untuk membiarkan seorang ibu yang harus merawat kehamilan yang tidak diinginkan terutama karena hasil perkosaan/hubungan diluar nikah, hasil hubungan seks komersial (dengan pekerja seks komersial) maupun ibu yang mengetahui bahwa janin yang dikandungnya mempunyai cacat fisik yang berat. Di samping itu, banyak perempuan merasa mempunyai hak atas mengontrol tubuhnya sendiri. Di sisi lain, dari segi ajaran agama, agama manapun tidak akan memperbolehkan manusia melakukan tindakan penghentian kehamilan dengan alasan apapun.

Di dalam sistem hukum Indonesia, perbuatan aborsi dilarang dilakukan. Bahkan perbuatan aborsi dikategorikan sebagai tindak pidana sehingga kepada pelaku dan orang yang membantu melakukannya dikenai hukuman. pengaturan masalah pengguguran kandungan tersebut terdapat pada Pasal 346, 347, 348, 349 dan 350 KUHP. Berdasarkan uraian diatas maka kami akan membahas tentang aborsi yang dilihat dari pandangan agama,normanorma,social-budaya,kesehatan dan hukum. 1.2 Tujuan 1. Tujuan Umum Mahasiswa mengetahui tentang masalah aborsi yang dilihat dari sudut pandang agama.norma-norma,social-budaya,kesehatan dan hukum. 2. Tujuan Khusus Mahasiswa memahami konsep aborsi Mahasiswa mengetahui dampak yang terjadi jika dilakukan aborsi Mahasiswa mengetahui pandangan agama,norma,social-

budaya,kesehatan dan hokum terhadap tindakan aborsi.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pengertian Abortus adalah keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Kelainan dalam kehamilan ada beberapa macam yaitu abortus spontan, abortus buatan, dan terapeutik. Biasanya abortus spontan dikarenakan kurang baiknya kualitas sel telur dan sel sperma. Abortus buatan merupakan pengakhiran kehamilan dengan disengaja sebelum usia kandungan 28 minggu. Pengguguran kandungan buatan karena indikasi medik disebut abortus terapeutik. Pada awal abortus terjadi pendarahan yang menyebabkan janin terlepas. Pada kehamilan kurang dari 8 minggu janin biasanya dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong amnion kosong dan kemudian plasenta (Prawirohardjo, S, 2009). 2.1 Jenis Abortus Menurut Terjadinya Ada 2 jenis abortus menurut terjadinya, yaitu : 1. Abortus Spontanea Abortus yang berlangsung tanpa tindakan apapun, yang terdiri dari : 1) Abortus Imminen Peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, dimana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks. Diagnosisnya terjadi perdarahan melalui ostium uteri eksternum disertai mual, uterus membesar sebesar tuanya kehamilan, serviks belum membuka, dan tes kehamilan positif.

Penanganannya : (a) Berbaring, cara ini menyebabkan bertambahnya aliran darah ke uterus dan sehingga rangsang mekanik berkurang. (b) Pemberian hormon progesterone. (c) Pemeriksaan USG (Sarwono Prawirohardjo, 2009). 2) Abortus Insipien Peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri yang meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Diagnosisnya rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran janin dengan kuret vakum atau cunam ovum, disusul dengan kerokan. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu bahaya peforasi pada kerokan lebih besar, maka sebaiknya proses abortus dipercepat dengan pemberian infuse oksitosin. Sebaliknya secara digital dan kerokan bila sisa plasenta tertinggal bahaya perforasinya kecil (Sarwono

Prawirohardjo,2002). 3) Abortus Inkompletus Pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Pada pemeriksaan vaginal, servikalis terbuka dan jaringan dapat diraba dalam kavum uteri atau kadang kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum. Perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin dikelurkan, dapat menyebabkan syok. Penanganannya, diberikan infuse cairan NaCl fisiologik dan transfusi, setelah syok diatasi dilakukan kerokan. Saat tindakan disuntikkan intramuskulus

ergometrin untuk mempertahankan kontraksi otot uterus (Sarwono Prawirohardjo, 2002). 4) Abortus Kompletus

Semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan, pada penderita abortus kompletus ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil dan tidak memerlukan pengobatan khusus, apabila menderita anemia perlu diberi sulfas ferrosus atau transfuse (Sarwono Prawirohardjo, 2002). 2. Abortus Provokatus Abortus yang sengaja dibuat, terdiri dari : 1) Abortus Provokatus Medisinalis Adalah pengguguran kandungan yang dilakukan atas indikasi medis atau therapeutik. Abortus jenis ini dilakukan jika ada indikasi yang membahayakan bagi ibu atau jika janin sudah meninngal di dalam kandungan ibu. Aborsi medisinalis hanya boleh dilakukan oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk melakukannya. 2) Abortus Provokatus Kriminalis Adalah aborsi yang sengaja dilakukan tanpa adanya indikasi medik ( ilegal ). Biasanya pengguguran dilakukan dengan menggunakan alat alat atau obat obat tertentu. sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Aborsi ini dilakukan oleh sebagian besar wanita dengan alasan kehamilan di luar nikah. 2.3 Latar Belakang Terjadinya Aborsi ,Suatu peristiwa atau kejadian mesti ada penyebabnya, ada latar belakang atau alasannya. Demikian pula halnya dengan aborsi. Kesehatan merupakan faktor yang paling penting dalam kehidupan manusia, seorang wanita adakalanya mendapat gangguan pada kesehatannya apabila ia sedang mengandung, yang ada kalanya kondisi tubuhnya tidak sanggup untuk terus mengandung. Jika kandungan itu tidak segera digugurkan, maka jiwa akan terancam. Dengan demikian, untuk menyelamatkan jiwa ibu tersebut, maka tidak ada jalan lain selain melakukan aborsi. Biasanya tindakan ini

dilakukan dirumah sakit, dan harus ditentukan apakah aborsi yang akan dilakukan itu benar-benar untuk menghindarkan ibu dari penyakit berat atau menghindarkan kematian akibat dari mengandung itu. Untuk menentukan memberi izin atau menolak suatu aborsi merupakan suatu tanggung jawab yang berat. Keputusan demikian membutuhkan tidak saja pengetahuan yang mendalam mengenai penyakit yang diderita, akan tetapi juga pengalaman yang luas dan pengetahuan banyak mengenai prognosa penyakit dalam kehamilan dan persalinan sehingga dapat menjadi alasan untuk melakukan aborsi. Beberapa alasan, latar belakang mengapa kehamilan yang terjadi itu kemudian harus digugurkan, antara lain: Alasan medis Adakalanya kelainan yang dapat membahayakan jiwa ibu jika ia hamil dengan penyakit jantung. Meskipun sudah diperingatkan oleh dokter, adakalanya kehamilan terjadi tanpa direncanakan. Jika hal itu terjadi maka dokter dihadapkan kepada pilihan menolong jiwa ibu dengan menggugurkan kandungan ataukah membiarkan janin tumbuh menjadi bayi dan ibu meninggal. Ny Nani soewando, SH., memperinci alasan-alasan medis sebagai berikut: Untuk menyelamatkan jiwa ibu/wanita. Menjaga kesehatan ibu/wanita Untuk mencegah gangguan berat terhadap kesehatan ibu/wanita Untuk mencegah bahaya terhadap kesehatan fisik atau mental ibu/wanita atau salah satu anak dalam keluarga Untuk mencegah bahaya terhadap jiwa atau kesehatan Untuk mencegah kelahiran dengan cacat fisik atau mental yang berat.

Hamil karena perkosaan Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta globalisasi memberikan dampak meningkatnya kejahatan terutama para remaja yaitu kejahatan seks. Dan sering kali yang menjadi korban adalah anak di bawah umur yang kemudian menyebabkan kehamilan,sehingga untuk menyelesaikan masalah tersebut di tempuh jalan aborsi.

Bayi yang dikandung cacat Kemajuan teknologi memungkinkan manusia mengetahui janin dalam kandungan bukan saja tentang kelaminnya tapi juga adanya kelainan atau tidak.Jika terjadi kelainan maka dokter akan

memberitahukan pada orang tua.Maka orang tua akan memilih untuk meneruskan kandungan atau menggugurkannya. Social-Ekonomi Kebutuhan manusia semakin lama semakin meningkat sehingga tidak dipungkiri akan menjadi salah satu penyebab aborsi karena tidak sanggup membiayai kehidupan anak tersebut kelak. Hamil diluar nikah Kemajuan zaman yang terus berkembang pada saat ini membuat pergaulan diantara masyarakat terutama anak muda tidak

terkontrol.Perlakuan dan tingkah negative yang dilarang norma-norma masyarakat pun menjadi tren dikalangan anak muda saat ini.Salah satunya adalah seks bebas diantara anak muda yang menyebabkan kehamilan diluar nikah.Setelah terjadi demikian maka jalan yang ditempuh adalah aborsi karena tidak ada kesiapan untuk mempunyai anak serta rasa malu kepada masyarakat

2.4 Aborsi Dilihat Dari Berbagai Sudut Pandang 2.5.1 Sudut Pandang Agama 1. Agama islam Majelis Ulama Indonesia memfatwakan bahwa : Aborsi haram hukumnya sejak terjadinya implantasi blastosis pada dinding rahim ibu (nidasi). Aborsi dibolehkan karena adanya uzur, baik yang bersifat darurat ataupun hajat. Keadaan darurat yang berkaitan dengan kehamilan yang membolehkan aborsi adalah: 1) Perempuan hamil menderita sakit fisik berat seperti kanker stadium lanjut, TBC dengan caverna dan penyakit-penyakit fisik berat lainnya yang harus ditetapkan oleh Tim Dokter. 2) Dalam keadaan di mana kehamilan mengancam nyawa ibu. Keadaan hajat yang berkaitan dengan kehamilan yang dapat membolehkan aborsi adalah: 1) Janin yang dikandung dideteksi menderita cacat genetic yang kalau lahir kelak sulit disembuhkan. 2) Kebolehan aborsi sebagaimana dimaksud harus dilakukan sebelum janin berusia 40 hari. Aborsi haram hukumnya dilakukan pada kehamilan yang terjadi akibat zina. Maka dapat dijelaskan bahwa aborsi ini haram karena merupakan

penganiayaan terhadap jiwa manusia yang terpelihara darahnya dan merupakan suatu tindak kriminal yang mewajibkan diyat (tebusan). Didasarkan berfirman Allah: "Barang siapa yang membunuh seorang manusia, bukan karena sebab-sebab yang mewajibkan hukum qishash, atau bukan karena kerusuhan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh manusia seluruhnya. Dan barang siapa yang memelihara keselamatan nyawa seorang manusia, maka seolah-olah dia telah memelihara keselamatan nyawa manusia semuanya." (QS Al-Maidah:32)

10

Dan janganlah kamu membunuh jiwa yang diharamkan Allah (membunuhnya) melainkan dengan sesuatu (sebab) yang benar[518]". demikian itu yang diperintahkan kepadamu supaya kamu memahami(nya). (QS. Al Anam: 151) Sedangkan boleh dilakukan jika setelah didiagnosis oleh dokter ahli kebidanan dan kandungan ternyata apabila kehamilan diteruskan maka akan membahayakan keselamatan ibu, atau bahkan bisa menjadi wajib jika memang tidak ada alternatif lain. 2. Agama Kristen Secara singkat di dalam Al Kitab dapat disimpulkan bahwa aborsi dalam bentuk dan alasan apapun dilarang karena: 3. Apabila ada sperma dan ovum telah bertemu maka unsure kehidupan telah ada. Abortus pada janin yang cacat tidak diperbolehkan karena Tuhan mempunyai rencana lain pada hidup seorang manusia. Anak adalah pemberian Tuhan. Bila terjadi kasus pemerkosaan, diharapkan keluarga serta orangorang terdekat dapat memberi semangat. Aborsi untuk menyembunyikan aib tidak dibenarkan.

Agama Katolik Hampir sama dengan pernyataan agama Kristen, dalam agama katolik aborsi juga dilarang

4.

Agama Hindhu Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada perbuatan yang disebut "Himsa karma" yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa, maka aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan

5.

Agama Budha Dalam agama budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi.

11

2.5.2 Sudut Pandang Sosial-Budaya Aborsi dalam pandangan masyarakat Indonesia yang memiliki nilai dan norma yang sangat tinggi masih belum bisa diterima. Sehingga akan menjadi salah satu penyebab tingginya aborsi di masyarakat.Pada kehamilan di luar nikah dengan adanya stigma di masyarakat bahwa anak yang dilahirkan akan dianggap sebagai anak haram hasil perzinaan maka akan meningkatkan tekanan seseorang sehingga akan nekad melakukan aborsi.Masyarakat sendiri tidak melihat kehamilan itu sebagai anugerah, tapi justru mencela dan mengejek sebagai aib. Seandainya masyarakat atau paling tidak orang tua bertindak bijak dengan memberikan support, maka bisa jadi si calon ibu tidak sampai berpikir pendek dan nekad. 2.5 Sudut Pandang Kesehatan Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) sebelum buah kehamilan tersebut mampu untuk hidup di luar kandungan.Beberapa resiko kesehatan terhadap wanita yang melakukan aborsi ada 2 macam yaitu: Resiko kesehatan dan keselamatan fisik Kematian mendadak akibat perdarahan hebat Kematian secara lambat akibat infeksi yang serius di sekitar kandungan Perforasi Pelekatan pada kavum uteri Berbahaya bagi ibu dan juga janin yaitu bisa menyebabkan kematian pada keduanya

12

Resiko Gangguan Psikologis Gejalanya dikenal dalam dunia psikologi sebagai Post Abortion Syndrom, yaitu : Kehilangan harga diri/rendah diri Ketakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri Berteriak teriak histeris Mimpi buruk berkali kali mengenai bayi Ingin melakukan bunuh diri Mulai mencoba menggunakan obat obat terlarang Tidak bisa menikmati lagi hubungan seksual Dipenuhi perasaan bersalah yang tidak akan pernah hilang selama bertahun tahun dalam hidupnya. Dengan demikian Aborsi biasanya hanya dilakukan atas indikasi medis yang berkaitan dengan ancaman keselamatan jiwa atau adanya gangguan kesehatan yang berat pada ibu, misalnya tuberkulosis paru berat, asma, diabetes melitus, gagal ginjal, hipertensi, penyakit hati menahun. 2.5.3 Sudut Pandang Hukum

Abortus telah dilakukan oleh manusia selama berabad-abad, tetapi selama itu belum ada undang-undang yang mengatur mengenai tindakan abortus. Peraturan mengenai hal ini pertama kali dikeluarkan pada tahun 4M di mana telah ada larangan untuk melakukan abortus. Sejak itu maka undang-undang mengenai abortus terus mengalami perbaikan, apalagi dalam tahun-tahun terakhir ini di mana mulai timbul suatu revolusi dalam sikap masyarakat dan pemerintah di berbagai negara di dunia terhadap tindakan abortus. Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni :

13

Abortus buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan: Pasal 75 (1) Setiap orang dilarang melakukan aborsi. (2) Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan berdasarkan: a. indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit genetic berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau b. kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis bagi korban perkosaan. (3) Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan berwenang. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan, sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 76 Aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 hanya dapat dilakukan: a. sebelum kehamilan berumur 6 (enam) minggu dihitung dari hari pertama haid terakhir, kecuali dalam hal kedaruratan medis;

14

b. oleh tenaga kesehatan yang memiliki keterampilan dan kewenangan yang memiliki sertifikat yang ditetapkan oleh menteri; c. dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan; d. dengan izin suami, kecuali korban perkosaan; dan e. penyedia layanan kesehatan yang memenuhi syarat yang ditetapkan oleh Menteri. Pasal 77 Pemerintah wajib melindungi dan mencegah perempuan dari aborsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) dan ayat (3) yang tidak bermutu, tidak aman, dan tidak bertanggung jawab serta bertentangan dengan norma agama a. Dan ketentuan peraturan perundang-undangan.Abortus Provocatus Criminalis (Abortus buatan illegal) Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) :

Pasal 299 ayat 1 : Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah Pasal 346 : Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun Pasal 348 ayat 1 : Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seseorang wanita dengan persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan.

15

Ayat 2 : Jika perbuatan tersebut mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikarenakan pidana penjara paling lama tujuh tahun Pasal 349 Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346, ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348, maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam mana kejahatan dilakukan. Pasal 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terangterangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terangterangan atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa : Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut.

16

BAB III TINJAUAN KASUS 3.1 Kasus Nn. N , 17 tahun, seorang mahasiswi semester pertama pada sebuah Perguruan Tinggi Swasta di kota X. Saat ini Nn. N sangat gelisah karena dokter menyatakan bahwa Nn. N saat ini sedang hamil 2 bulan. Nn. N sangat khawatir dengan studinya dan takut dengan kemarahan orang tua serta cemoohan dari lingkungan sekitarnya karena status Nn.N saat ini belum menikah. Teman dekat (kekasih) Nn.N menyarankan agar Nn.N menggugurkan kandungannya sesegera mungkin sebelum kandungannya terlihat oleh orang lain dan tidak mengganggu studi kekasihnya yang juga belum siap untuk menikah. Nn.N semakin bingung karena didera rasa berdosa akibat perbuatannya yang sangat bertentangan dengan nilai-nilai masyarakat yang telah diajarkan oleh orang tuanya. Nn.N juga merasa menjadi manusia yang sangat tidak bermoral apabila sampai hati membunuh anak kandungnya sendiri. Namun di sisi lain Nn. N juga belum siap dengan kehamilan dan kelahiran anaknya kelak.

3.2 Pengkajian Masalah 3.2.1 Tinjauan kasus dilihat berdasarkan berbagai sudut pandang a. Dilihat dari sudut pandang agama Jika dilihat dari sudut pandang agama, maka dapat disimpulkan seluruh agama mengharamkan tindakan aborsi.Tidak berbeda dengan Islam, agama Kristen juga melarang aborsi seperti yang tertulus pada AlKitab yang bisa disimpulkan secara singkat yaitu bila terjadi kasus pemerkosaan, diharapkan keluarga serta orang-orang terdekat dapat memberi semangat dan aborsi untuk menyembunyikan aib tidak dibenarkan. Hampir sama dengan Agama Kristen, Agama Khatolik pun melarang adanya aborsi. Aborsi dalam Teologi Hinduisme tergolong pada

17

perbuatan yang disebut "Himsa karma" yakni salah satu perbuatan dosa yang disejajarkan dengan membunuh, meyakiti, dan menyiksa. Oleh karena itulah perbuatan aborsi disetarakan dengan menghilangkan nyawa, maka aborsi dalam Agama Hindu tidak dikenal dan tidak dibenarkan. Dalam Agama Budha perlakuan aborsi tidak dibenarkan karena suatu karma harus diselesaikan dengan cara yang baik, jika tidak maka akan timbul karma yang lebih buruk lagi Pada kasus Nn. N tidak ada hal-hal yang mengarah pada suatu yang membahayakan atau kegawat daruratan pada kelangsungan hidup baik ibu maupun janinnya, jadi dilihat dari sudut pandang agama, Nn. N tidak tepat jika akan melakukan aborsi. b. Dilihat dari sudut pandang Sosial Budaya Jika dilihat dari sudut pandang sosial budaya, kasus Nn. N ini sudah jelas bertentangan dengan nilai-nilai budaya masyarakat Indonesia, mengingat negara dan masyarakat Indonesia adalah Negara yang masyarakatnya sangat menjunjung tinggi nilai dan norma kehidupan. Sedangkan hamil diluar pernikahan itu sudah tidak sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat indonesia, apalagi mengaborsi janin yang kelak nanti akan tumbuh menjadi manusia penerus generasi bangsa. c. Dari sudut pandang kesehatan Secara umum wanita yang melakukan aborsi itu akan mengalami dua resiko, yaitu resiko kesehatan dan kelemahan fisik serta yang kedua gangguan secara psikologis. Berdasarkan kasus Nn. N, kemungkinan akan lebih besar mengalami kedua resiko tersebut mengingat umur Nn.N yang masih belum ideal untuk melakukan aktivitas reproduksi seperti aborsi, dari segi fisik pun Nn.N masih lemah, organ-organ reproduksinya belum siap selayaknya orang dewasa. Selain itu aborsi juga akan mempengaruhi psikologisnya yaitu ketakutan, kecewa, menyesal dan rendah diri. Dampak terberat adalah ketika pasangan yang menghamili tidak mau bertanggung

18

jawab. Perasaan bersalah membuatnya tidak berani berterus terang pada orang tua. Seringkali terjadi frustasi,lalu nekad berusaha melakukan pengguguran kandungan dengan pijat ke dukun atau mendapat informasi dari teman - teman sebaya agar minum obat - obatan tertentu untuk menggugurkan kandungan padahal mereka tidak tahu bahwa obat tersebut sangat berbahaya bagi keselamatan jiwa.

d. Dari sudut pandang Hukum Ditinjau dari aspek hukum ada dua pandangan yaitu aborsi dilegalkan atau abortus atas indikasi medik (keadaan darurat) yang diatur menurut syarat dan cara-cara dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yaitu pasal 75, 76, dan 77. Sedangkan pada Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal ) yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undangundang. Diatur dalam alam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP) terdapat pada Pasal 346, 347, 348, 349 dan 350 KUHP. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa: Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun penjara. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut, diancam hukuman penjara 12 tahun, dan jika ibu hamil tersebut mati, diancam 15 tahun penjara. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamilnya mati diancam hukuman 7 tahun penjara. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan)

19

ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk berpraktek dapat dicabut. Dengan demikian pada kasus Nn.N jika melakukan aborsi maka akan melanggar hukum kerena yang termasuk pada aborsi Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal ) yang pengaturannya jelas dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP). 3.2.2 Penentuan dalam pengambilan keputusan Dalam kasus diatas jelas bahwa pengambilan keputusan ada pada klien sendiri, jika ada anggota keluarga atau orang terdekat yang mengetahui maka dapat melibatkan anggota keluarga atau orang terdekat tersebut. Hal tersebut dilakukan agar dapat memberikan dukungan pada Nn.N sehingga tindakan yang dilakukan tidak melanggar hukum,agama dan norma atau budaya dalam masyarakat. 3.2.3 Pengumpulan informasi yang relevan Dalam permasalahan diatas maka perlu diketahui hubungan Nn.N dengan keluarga sehingga akan memudahkan bagi Nn.N untuk mengutarakan permasalahan yang dihadapi serta keluarga juga dapat terlibat dalam penyelesaian masalah. 3.2.4 Mengapa masalah tersebut biasa terjadi Masalah tersebut biasa terjadi karena kurangnya informasi / edukasi tentang kesehatan reproduksi memungkinkan adanya

pemahaman informasi yang salah dan juaga perhatian dari keluarga serta pengaruh dari globalisasi yaitu adanya pergaulan bebas pada anak remaja yang tidak didasari oleh pendidikan agama yang kuat.

20

BAB IV STRATEGI PENYELESAIAN KASUS Jadi menurut analisis kelompok kami berdasarkan sudut pandang sosial budaya meneruskan kehamilan Nn. N itu memang lebih baik daripada mengaborsinya walaupun hal itu juga tidak sesuai dengan nilai dan norma yang ada di masyarakat kita, tetapi tidak ada pilihan lain selain itu karena selain tidak sesuai dengan normanorma yang berlaku di masyarakat aborsi juga bisa membahayakan nyawa klien/ibu tetapi bukan berarti kita melestarikan atau mendukung budaya hamil sebelum pernikahan. Masyarakat akan menilai sendiri dan secara tidak langsung akan memberikan sanksi sosial yang sangat berperan dalam masa depannya kelak dan bisa memberikan efek jera kepada klien ataupun para remaja lain agar tidak melakukan hubungan sexual sebelum menikah, sehingga tindakan yang terbaik dan untuk meminimalkan resiko yang akan terjadi adalah menjaga kehamilanya tetap sehat, daripada harus mengaborsi yang sudah jelas-jelas ada pihak yang dirugikan dalam hal itu walupun harus menanggung malu karena itu merupakan konsekuensi yang harus diterima akibat dari perbuatannya itu, tetapi rasa malu itu menurut kelompok kami bisa di kurangi dengan dukungan yang kuat dari keluarga ataupun orang-orang terdekatnya. a. Pemecahan masalah secara umum Dalam membahas abortus biasanya dilihat dari dua sudut pandang, yaitu moral dan hukum. Secara umum ada tiga pandangan yang dipakai dalam memberi tanggapan terhadap abortus yaitu pandangan konservativ, moderat dan liberal (Megan,1991) Pandangan konservativ Menurut pandangan ini abortus secara moral jelas salah, dan dalam situasi apapun abortus tidak boleh dilakukan termasuk dengan alasan penyelamatan misalnya bila kehamilan dilanjutkan apa yang menyebabkan ibu meninggal dunia.

21

Pandangan moderat Menurut pandangan moderat abortus hanya merupakan suatu prima facia, kesalahan moral dan hambatan penentangan abortus dapat diabaikan dengan pertimbangan moral yang kuat, contoh abortus dapat dilakukan selama tahap presentience (sebelum fetus mempunyai kemampuan merasakan). Atau abortus dapat dilakukan bila kehamilan merupakan hasil pemerkosaan atau kegagalan kontrasepsi.

Pandangan liberal Pandangan liberal menyatakan bahwa abortus secara moral diperbolehkan atas dasar permintaan. Secara umum pandangan ini menganggap bahwa fetus belum menjadi manusia. Fetus hanyalah sekelompok sel yang menempel di dinding rahim wanita. Menurut pandangan ini secara genetik fetus dapat dianggap sebagai bakal manusia, tetapi secara moral fetus bukan manusia.

b. Pemecahan masalah dengan melibatkan peran tenaga kesehatan Sesuai dengan contoh kasus di atas dimana perawat sangat dibutuhkan untuk membantu dalam pelaksanaan aborsi terapeutik pada klien, padahal perawat tersebut berkeyakinan bahwa aborsi merupakan tindakan yang berdosa. Pada kasus ini, perawat tersebut berhak untuk menolak tugas karena bertentangan dengan nilai pribadinya dan dia dapat mengalihkan tugas tersebut pada perawat lain yang mempunyai pandangan yang berbeda. Dalam pengambilan keputusan dari kasus diatas langkah pertama yang harus dilakukan adalah: 1. Mengindentifikasi masalah Hal pertama yang perlu diketahui perawat adalah adakah saya terlibat langsung dalam nya?. Target tahap ini adalah terkumpulnya data dari seluruh pengambil keputusan, dengan bantuan pertanyaan yaitu : Apa yang menjadi fakta medik? Apa yang menjadi fakta psikososial?

22

Apa yang menjadi keinginan klien? Apa nilai yang menjadi konflik?

Yang harus dilakukan disini adalah kita harus mengumpulkan informasiinformasi terkait yang berhubungan dengan keputusan yang akan diambil. Informasi yang dikumpulkan dalam tahap ini meliputi orang yang dekat dengan klien, yang terlibat dalam membuat keputusan bagi klien, harapan/keinginan klien dan orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan. Selain itu apakah klien secara tersirat atau tersurat pernah mengindikasikan untuk aborsi. Langkah yang dilakukan berikutnya adalah membuat sebuah resume berdasarkan data dan informasi yang telah dikumpulkan. 2. Melaksanakan perencanaan Untuk merencanakan dengan tepat dan berhasil, setiap orang yang terlibat dalam pengambilan keputusan harus masuk dalam proses tersebut. Thomson and Thomson (1985) mendaftarkan 3 (tiga) hal yang sangat spesifik namun terintegrasi dalam perencanaan, yaitu : Tentukan tujuan dari treatment. Tujuan dari keputusan yang akan diambil nantinya adalah semata-mata demi kebaikan klien tanpa mengacuhkan masalah etik. Dalam kasus ini keputusan untuk menentukan apakah klien akan tetap dipertahankan untuk tidak melakukan aborsi. Identifikasi pembuat keputusan Pembuat keputusan disini adalah klien setelah diberikan opsi-opsi, alasan, manfaat serta gambaran yang menyertai opsi tersebut untuk dipilih. Ini berarti bahwa pembuat keputusan memilih tindakan yang menurut keputusan mereka paling baik bagi kebaikan klien. Tahap ini menjawab pertanyaan etika apa yang harus dilakukan pada kondisi tertentu?. Daftarkan dan bandingkan serta pilih salah satu keputusan yang terbaik.

23

Dalam kegiatan ini perawat harus mempertimbangkan nilai dasar manusia yang penting bagi individu, nilai manusia yang jadi pusat masalah, dan prinsip etis yang dapat dikaitkan dengan masalah. Semua tindakan yang mungkin harus dilakukan, termasuk hasil yang akan terjadi nantinya beserta dampaknya. 3. Implementasi Setelah semua alternative diuji terhadap nilai yang ada di dalam profesi maupun yang ada di masyarakat dan ternyata dapat diterima oleh semua pihak baik oleh keluarga, tim medis maupun perawat maka hal tersebut dikatakan valid secara etis. Selama proses implementasi harus terjadi komunikasi terbuka dan kadang diperlukan bernegosiasi. Peran perawat selama implementasi adalah menjaga agar komunikasi tak memburuk, karena dalam komunikasi seringkali menimbulkan efek emosional seperti rasa bersalah, sedih/ berduka, marah, dan emosi kuat yang lain. Pengaruh perasaan ini dapat menyebabkan kegagalan komunikasi pada para pengambil keputusan. Perawat harus ingat Saya disini untuk melakukan yang terbaik bagi klien. 4. Evaluasi Tujuan dari evaluasi adalah terselesaikannya masalah yang terjadi seperti yang ditentukan sebagai outcome-nya. Bila belum berhasil kita harus kembali mengkaji lagi hal-hal apa yang menyebabkan kegagalan, dan menjadi umpan balik untuk menyelesaikan masalah secara ulang atau untuk pembanding bila ada masalah etik yang sama dilain kesempatan. Kesimpulan : Apapun alasan yang dikemukakan, abortus sering menimbulkan konflik nilai bagi perawat bila ia harus terlibat dalam tindakan abortus. Di beberapa Negara, seperti Amerika Serikat, Inggris ataupaun Australia, dikenal tatanan hukum Conscience Clauses, yang memperbolehkan dokter, perawat, atau petugas rumah sakit untuk menolak membantu pelaksanaan abortus. Di Indonesia, tindakan abortus dilarang sejak tahun 1918

24

sesuai dengan pasal 299 sampai dengan 3349 KUHP, dinyatakan bahwa barang siapa melakukan sesuatu dengan sengaja yang menyebabkan keguguran atau matinya kandungan, dapat dikenai penjara atau hukuman denda. Masalah abortus memang kompleks, namun perawat professional tidak diperkenankan memaksakan nilai-nilai yang ia yakini kepada klien yang memiliki nilai berbeda, termasuk pandangan terhadap abortus.

25

BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Abortus merupakan keluarnya janin sebelum mencapai viabilitas. Dimana masa getasi belum mencapai 22 minggu dan beratnya kurang dari 500gr (Derek liewollyn&Jones, 2002). Di Indonesia terdapat dua macam jenis abortus menurut proses terjadinya, yaitu abortus spontanea dan abortus provokatus atau aborsi yang dilakukan dengan sengaja dimana di dalam abortus provokatus terdapat dua jenis, yaitu abortus provokatus medisialis dan abortus provokatus kriminalis. Dalam kasus ini disebutkan bahwa si ibu atau klien masih bingung dalam mengambil keputusan, yaitu menggugurkan kandungannya atau mempertahankan kandungannya. Dalam hal ini tugas kita sebagai perawat hanya bisa memberikan konseling tentang dampak atau konsekuensi yang harus diterima jika ibu melakukan aborsi dengan tujuan agar si ibu dapat membuat suatu keputusan yang bijak bagi dirinya dan calon bayi yang sedang dikandung.

5.2 Saran 1. 2. Pentingnya memperkenalkan pendidikan sex pada anak usia dini. Menanamkan nilai-nilai moral,agama,dalam berperilaku sehari-hari dan meningkatkan pengetahuan agama agar selalu terhindar dari perbuatan yang dilarang oleh agamanya. 3. Mengajarkan pada anak untuk bertanggung jawab terhadap semua tindakan yang mereka lakukan. 4. Peran serta orang tua untuk pendidikan,pergaulan dan masa depan anak merupakan dasa utama anak berkenbang mejadi seseorang yang lebih baik 5. Pengenalan hukum juga dapat membantu untuk membentengi diri melakukan perbuatan salah. 6. Sedapat mungkin menghindari hubungan suami isteri pada pasangan yang tidak/belum menikah.

26

7.

Bagi para suami isteri yang tidak merencanakan untuk menambah jumlah anak, agar mengikuti program KB.

8.

Selalu menggunakan kondom pada saat melakukan hubungan intim dengan pasangannya.

9.

Menuntut pada pemerintah agar memberikan tindakan hukuman yang seberat-beratnya bagi para pemerkosa ataupun pelaku tindakan

pelecehan/kekerasan seksual lainnya, agar para kriminal maupun calon pelaku kriminal ini berpikir panjang untuk melakukan tindakan-tindakan tersebut.

27

DAFTAR PUSTAKA Prawirohardjo, Sarwono.( 2002). Ilmu Kebidanan. Jakarta : Tridasa Printer. Derek liewollyn & Jones. (2002). Dasar Dasar Obstetri & Ginekologi. Jakarta : Hipokrates. Arif mansjoer,dkk. (2004). Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius. Sarwono And S. Wirawan. (2000). Berkenalan Dengan Aliran-Aliran Dan TokohTokoh Psikologi. Jakarta : Bulan Bintang. Laily Hanifah.(2002). Aborsi Ditinjau Dari Tiga Sudut Pandang.

http://situs.kesrepro. Info/gendervaw/gvawol.htm, diakses tanggal , jam 12.00 http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/1552/1/pid-syafruddin6.pdf http://www.kesrepro.info/?q=node/203 K. Bertenens, Aborsi Sebagai Masalah Etika, Grasindo, Jakarta, 2002 hlm 35

Apuranto, H dan Hoediyanto. 2006. Ilmu Kedokteran Forensik Dan Medikolegal. Surabaya: Bag. Ilmu Kedokteran Forensik dan Medikolegal Fakultas Kedokteran UNAIR

Loqman, Loebby, 2003, Jurnal Obsetri dan Ginekologi Indonesia, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo,Yogyakarta, Hal 232.

http;//www.yakita.or.id/aborsi1.htm, Aborsi, Tanggal 20 April 2009 2 Musa Perdana Kusuma, Bab-bab Tentang Kedokteran Forensik, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, Hal. 192.

Вам также может понравиться