Вы находитесь на странице: 1из 23

Makalah Etilen dan ABA 11 December 2012 Goto commentsLeave a comment BAB I PENDAHULUAN 1.

1 Latar Belakang Makhluk hidup selalu mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Pertumbuhan adalah proses kenaikan volume yang bersifat irreversible (tidak dapat balik) karena adanya penambahan substansi termasuk di dalamnya ada perubahan bentuk yang menyertai penambahan volume tersebut. Sedangkan perkembangan adalah proses menuju kedewasaan pada makhluk hidup yang bersifat kualitatif yaitu makhluk hidup dikatakan dewasa apabila alat perkembangbiakannya telah berfungsi. Seperti pada tumbuhan apabila telah berbunga maka tumbuhan itu sudah dikatakan dewasa. Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator). Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Terdapat banyak hormon dalam tumbuhan itu sendiri, tapi khusus kali ini dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai Gas Etilen dan asam absisat.

1.2 Tujuan Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah agar mahasiswa mampu memahami dan mengerti tentang apa yang dimaksud dengan hormone gas etilen dan hormone asam absisat, dan mengerti bagaimana proses penerapan pada tumbuhan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Definisi Etilen Hormon Gas Etilen adalah hormon yang berupa gas yang dalam kehidupan tanaman aktif dalam proses pematangan buah. Aplikasi mengandung ethephon, maka kinerja sintetis ethylen berjalan optimal sehingga tujuan agar buah cepat masak bisa tercapai. (misalnya: Etephon, Protephon) merk dagang antara lain: Prothephon 480SL. Gas Etilen banyak ditemukan pada buah yang sudah tua.

2.2 Struktur kimia ethylene Struktur kimia ethylen sangat sederhana sekali yaitu terdiri dari dua atom karbon dan empat atom hidrogen seperti yang terlihat pada struktur kimia pada skema 1 :

Etilen

merupakan hormon tumbuh

yang

diproduksi

dari

hasil metabolisme normal

dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane. Selain itu Etilen ( IUPAC nama: etena) adalah senyawa organik,

sebuah hidrokarbon dengan rumus C2H 4 atau H2C = CH2. Ini adalah gas mudah terbakar tidak berwarna dengan samar manis dan musky bau ketika murni. Ini adalah yang paling sederhana alkena (hidrokarbon dengan karbon-karbon ikatan rangkap ), dan paling

sederhana hidrokarbon tak jenuh setelah asetilena (C2H 2). 2.3 Peranan ethylene dalam fisiologi tanaman Di dalam proses fisiologis, ethylene mempunyai peranan penting. Wereing dan Phillips (1970) telah mengelompokan pengaruh ethylene dalam fisiologi tanaman sbb:

1. mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah 2. mendukung epinasti 3. menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa species tanaman walaupun ethylene ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi. 4. Menstimulasi perkecambahan 5. Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan dengan pertumbuhan secara longitudinal 6. Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar 7. Mendukung terjadinya abscission pada daun 8. Mendukung proses pembungaan pada nanas 9. Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek 10. Menghambat transportasi auxin secara basipetal dan lateral 11. Mekanisme timbal balik secara teratur dengan adanya auxin yaitu konsentrasi auxin yang tinggi menyebabkan terbentuknya ethylene. Tetapi kehadiran ethylene menyebabkan rendahnya konsentrasi auxin di dalam jaringan. Hubungannya dengan konsentrasi auxin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auxin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis ethylene dan precursor.

2.4 Biosintesis Etilen Biosintesis ethylen terjadi di dalam jaringan tanaman yaitu terjadi perubahan dari senyawa awal asam amino methionine atas bantuan cahaya dan FMN ( Flavin Mono Nucleotida ) menjadi methionil. Senyawa tersebut mengalami perubahan atas bantuan cahaya dan FMN menjadi ethylen, methyl disulphide dan formic acid. Akhir-akhir ini zat tumbuh etilen hasil sintetis (buatan manusia) banyak yang beredar dan diperdagangkan bebas dalam bentuk larutan adalah Ethrel atau 2 Cepa. Ethrel inilah yang dalam praktek sehari-hari banyak digunakan oleh petani-petani melon di Jawa Timur, khususnya karesidenan Madiun untuk mempercepat proses pemasakan buah melon. Ethrel adalah zat tumbuh 2 Chloro sthyl phosphonic acid (2 Cepa ) dengan rumus bangun pada skema 3Pada

pH di bawah 3,5 molekulnya stabil, tetapi pada pH di atas 3,5 akan mengalami disintegrasi membebaskan gas etilen, khlorida dan ion fosfat. Karena sitoplasma tanaman pHnya lebih tinggi daripada 4,1 maka apabila 2 Cepa masuk ke dalam jaringan tanaman akan membebaskan etylen. Kecepatan disintegrasi dan kadar etylen bertambah dengan kenaikan pH. Sudah diketahui bahwa untuk mempercepat proses pemasakan buah dipakai karbit yang juga mengeluarkan gas etylen tetapi jika dibandingkan dengan penggunaan ethrel atau 2 Cepa ternyata bahwa penggunaan ethrel atau 2-Cepa lebih baik pengaruhnya daripada karbit baik dari segi waktu, warna, aroma dan cara penggunaannya pada buah yang telah masak. 2.5 Interaksi Ethylene dengan Auxin Di dalam tanaman ethylene mengadakan interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi auxin meningkat maka produksi ethylen pun akan meningkat pula. Peranan auxin dalam pematangan buah hanya membantu merangsang pembentukan ethylene, tetapi apabila konsentrasinya ethylene cukup tinggi dapat mengakibatkan terhambatnya sintesis dan aktifitas auxin.

2.6 Produksi dan Aktifitas Ethylene Pembentukan ethylene dalam jaringan-jaringan tanaman dapat dirangsang oleh adanya kerusakan-kerusakan mekanis dan infeksi. Oleh karena itu adanya kerusakan mekanis pada buahbuahan yang baik di pohon maupun setelah dipanen akan dapat mempercepat pematangannya. Penggunaan sinar-sinar radioaktif dapat merangsang produksi ethylene. Pada buah Peach yang disinari dengan sinar gama 600 krad ternyata dapat mempercepat pembentukan ethylene apabila dibeika pada saat pra klimakterik, tetapi penggunaan sinar radioaktif tersebut pada saat klimakterik dapat menghambat produksi ethylene. Produksi ethylene juga dipengaruhi oleh faktor suhu dan oksigen. Suhu renah maupun suhu tinggi dapat menekan produk si ethylene. Pada kadar oksigen di bawah sekitar 2 % tidak terbentuk ethylene, karena oksigen sangat diperlukan. Oleh karena itu suhu rendah dan oksigen renah dipergunakan dalam praktek penyimpanan buahbuahan, karena akan dapat memperpanjang daya simpan dari buah-buahan tersebut. Aktifitas ethylene dalam pematangan buah akan menurun dengan turunnya suhu,

misalnya pada Apel yang disimpan pada suhu 30 C, penggunaan ethylene dengan konsentrasi tinggi tidak memberikan pengaruh yang jelas baik pada proses pematangan maupun pernafasan. Pada suhu optimal untuk produksi dan aktifitas ethylene pada buah tomat dan apel adalah 320 C, untuk buah-buahan yang lain suhunya lebih rendah.

Etiolasi Etiolasi adalah pertumbuhan tumbuhan yang sangat cepat di tempat gelap namun kondisi tumbuhan lemah, batang tidak kokoh, daun kecil dan tumbuhan tampak pucat. Gejala etiolasi terjadi karena ketiadaan cahaya matahari. Kloroplas yang tidak terkena matahari disebut etioplas. Kadar etioplas yang terlalu banyak menyebabkan tumbuhan menguning.

Senescence Penuaan (dari bahasa Latin: senescere, yang berarti untuk menjadi tua, dari senex) at au penuaan biologis adalah proses endogen dan turun-temurun dari perubahan akumulatif dengan struktur molekul dan seluler mengganggu metabolisme dengan berlalunya waktu, mengakibatkan kerusakan dan kematian. Penuaan terjadi baik pada tingkat seluruh organisme (penuaan organisme) serta pada tingkat sel individu (penuaan seluler).

Epinasti Epinasti adalah gerak membengkok ke bawah yang biasanya terjadi pada tangkai daun, sehingga posisi ujung daun membengkok arah ke tanah. Hal ini disebabkan oleh perbedaan jumlah auksin yang diangkut ke bagian atas dan bawah tangkai daun dari daun, yang menimbulkan perbedaan pertumbuhan pada tangkai daun tersebut. Kebalikan dari epinasti adalah hiponasti dapat terjadi kalau diinduksi dengan memberikan asam giberelat (GA). Sering gerak dedaunan ini akibat adanya pulvinus di pangkal tangkai daun, helai daun, atau anak daun, tapi juga terjadi pada banyak tumbuhan yang tak memiliki pulvinus. Misalnya epinasti terjadi bila sel di bagian atas tangkai atau helai daun, khususnya di urat pokok, tumbuh (memanjang secara tak terbalikkan) lebih cepat daripada sel di bagian bawah.

Pertumbuhan rambut akar Akar tumbuhan berbiji merupakan bagian tumbuhan yang biasanya terdapat di dalam tanah, dengan arah tumbuh ke pusat bumi (geotrop) atau menuju ke air (hidrotrop). Badan akar tidak memiliki buku (node) dan ruas (internode) sehingga tidak mendukung daun atau bagian yang lain. Warna akar tidak hijau, melainkan dengan pola warna keputihan sampai kekuningan. Pertumbuhan ujung akar lebih lambat dibandingkan bagian batang . ujung akar berbentuk runcing sehingga mudah menembus tanah secara mekanik maupun kimiawi. Akar tumbuhan berfungsi untuk memperkuat berdirinya tubuh tumbuhan, menyerap air dan unsur hara tumbuhan dari dalam tanah, mengangkut air dan unsur hara ke bagian tumbuhan yang memerlukan, dan kadang kala sebagai tempat pertumbuhan zat makanan cadangan (Nugroho dkk, 2006). Untuk dapat diserap oleh tanaman, molekul-molekul air harus berada pada permukaan akar. Dari permukaan akar ini air (bersama bahan-bahan terlarut) diangkut menuju pembuluh xylem. Lintasan pergerakan air dari permukaan akar menuju pembuluh xylem ini disebut lintasan radial pergerakan air. Xylem dan floem dikelilingi oleh satu lapisan sel-sel yang hidup yang disebut perisikel. Jaringan vaskular dan perisikel membentuk suatu tabung yang disebut stele. Di sebelah luar stele terdapat sel-sel endodermis. Sel-sel endodermis ini pantas untuk mendapat perhatian khusus sehubungan dengan pergerakan air pada lintasan radial, karena pada bagian dinding radial dan transpersalnya terdapat penebalan yang dipadati oleh pita casparian. Ujung akar akan terus tumbuh di dalam tanah. Hal ini tentunya juga akan memperluas permukaan kontak antara akar dan tanah. Juga memperluas wilayah penjelajahan akar di dalam tanah. Pada bagian ujung akar terdapat tudung akar yang berfungsi melindungi sel-sel meristematik pada bagian ujung akar tersebut. Dalam proses pertumbuhan akar, bagian tudung yang rusak akan diganti kembali oleh aktivitas pembelahan sel pada bagian meristematik (Lakitan, 1991). Perkembangan ontogenik dari sistem pembuluh primer akar itu lebih sederhana dibanding dengan batang, karena diferensiasi sistem vaskuler pada batang itu berkaitan dengan perkembangan daun. Sistem pembuluh pada akar berkembang secara terpisah dari organ lateral dan prokambium berkembang secara akropetal sebagai kelanjutan tak terputus jaringan pembuluh pada bagian-bagian akar yang lebih matang. Diferensiasi dan pematangan xilem dan floem juga secara akropetal dan mengikuti proses pada prokambium. Dari penelitian yang amat cermat yang dilakukan sampai sekarang itu ternyata bahwa unsur-unsur protofloem menjadi

matang lebih ke arah maristem apikal dibandingkan dengan unsur-unsur trakea yang pertamatama. Pada umumnya diferensiasi jaringan akar dibelakang promaristem apikal dapat dirangkum sebagai berikut : pembelahan periklinal dalam korteks berhenti dekat tingkatan dengan unsur tipis menjadi matang; diluar daerah ini akar mengalami pemanjangan cepat, dan pematangan protoxilem biasanya hanya berlangsung pada saat proses pemanjangan hampir selesai; jalur caspari berkembang dalam sel-sel endodermis sebelum pematangan unsur-unsur protoxilem dan pada umumnya juga sebelum timbulnya rambut-rambut akar (Bardgett, 1989).

Absisi Absisi adalah suatu proses secara alami terjadinya pemisahan bagian atau organ tanaman, seperti: daun, bunga, buah atau batang. Menurut Addicot (1964) maka dalam proses absisi ini faktor alami seperti: panas, dingin, kekeringan akan berpengaruh terhadap absisi. Proses penurunan kondisi yang menyertai pertumbuhan umur, yang mengarah kepada kematian organ atau organisme, disebut penuaan (senensensi). Peranan etilen dalam memacu gugurnya daun lebih banyak diketahui daripada peranannya dalam hal perubahan warna daun yang rontok dan pengeringan daun. Pada saat daun rontok, bagian pangkal tangkai daunnya terlepas dari batang. Daerah yang terpisah ini disebut lapisan absisi yang merupakan areal sempit yang tersusun dari sel-sel parenkima berukuran kecildengan dinding sel yang tipis dan lemah. Setelah daun rontok, daerah absis imembentuk parut/luka pada batang. Sel-sel yang mati menutupi parut untuk membantu melindungi tumbuhan terhadap patogen.

2.7 Hubungan etilen dengan respirasi Pematangan buah-buahan biasanya juga dipercepat dengan menggunakan karbit atau kalsium karbida. Karbit yang terkena uap air akan menghasilkan gas asetilen yang memiliki struktur kimia mirip dengan etilen alami, zat yang membuat proses pematangan di kulit buah. Proses fermentasi berlangsung serentak sehingga terjadi pematangan merata. Proses pembentukan ethilen dari karbit adalah CaC2 + 2 H2O C2H2 + Ca(OH)2. Dengan penambahan karbit pada pematangan buah menyebabkan konsentrasi ethilen menjadi meningkat. Hal tersebut menyebabkan kecepatan pematangan buah pun bertambah. Semakin besar konsentrasi gas

ethilen semakin cepat pula proses stimulasi respirasi pada buah. Hal ini disebabkan karena ethilen dapat meningkatkan kegiatan-kegiatan enzim karatalase, peroksidase, dan amilase dalam buah. Selain itu juga, ethilen dapat menghilangkan zat-zat serupa protein yang menghambat pemasakan buah. Respirasi merupakan proses pemecahan komponen organik (zat hidrat arang, lemak dan protein) menjadi produk yang lebih sederhana dan energi. Aktivitas ini ditujukan untuk memenuhi kebutuhan energi sel agar tetap hidup (Muzzarelli, 1985). Kecepatan respirasi merupakan indeks yang baik untuk menentukan umur simpan komoditi panenan. Intensitas respirasi merupakan ukuran kecepatan metabolisme dan seringkali digunakan sebagai indikasi umur simpan. Suatu proses respirasi yang kecepatannya tinggi biasanya dihubungkan dengan umur simpan yang pendek. Keadaan ini juga dapat menunjukkan kecepatan penurunan mutu komoditi simpanan dan nilai jual (harga). Respirasi merupakan suatu proses komplek yang dipengaruhi atau diatur oleh sejumlah faktor. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi respirasi penting artinya untuk penanganan dan penyimpanan komoditi panenan. 2.8 Definisi ABA Asam absisat adalah molekul seskuiterpenoid (memiliki 15 atom karbon) yang merupakan salah satuhormon tumbuhan. Selain dihasilkan secara alami oleh oleh tumbuhan, hormon ini juga dihasilkan oleh alga hijau dan cendawan. Hormon ini ditemukan pada tahun 1963 oleh Frederick Addicott. Addicott berhasil mengisolasi senyawa abscisin I dan II dari tumbuhan kapas. Senyawa abscisin II kelak disebut dengan asam absisat, disingkat ABA. Pada saat yang bersamaan, dua kelompok peneliti lain yang masing-masing dipimpin oleh Philip

Wareing dan Van Steveninck juga melakukan penelitian terhadap hormon tersebut. Asam absisat berperan penting pemulaian (inisiasi) dormansi biji. Dalam keadaan dorman atau "istirahat", tidak terjadi pertumbuhan dan aktivitas fisiologis berhenti sementara. Proses

dormansi biji ini penting untuk menjaga agar biji tidak berkecambah sebelum waktu yang tidak dikehendaki.Hal ini terutama sangat dibutuhkan pada tumbuhan tahunan dan tumbuhan dwimusim yang bijinya memerlukan cadangan makanan di musim dingin ataupun musim panaspanjang. Tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan. ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi cekaman lingkungan, sepertikekeringan. Hormon ini merangsang penutupan stomata pada epidermis daun dengan menurunkantekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan turgor sel. Akibatnya, kehilangan

cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasi melalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tubuh tumbuhan dengan membentuk

lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi.Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder.Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daun menjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh. 2.9 Penyusun hormon ABA ABA adalah seskuiterpenoid berkarbon 15, yang disintesis sebagian di kloroplas dan plastid melalui lintasan asam mevalonat (Salisbury dan Ross 1995). Reaksi awal sintesis ABA sama dengan reaksi sintesis isoprenoid seperti gibberelin sterol dan karotenoid. 2.10 Peranan ABA Oleh karena itu, tumbuhan menghasilkan ABA untuk maturasi biji dan menjaga biji agar berkecambah di musim yang diinginkan. ABA juga sangat penting untuk menghadapi kondisi lingkungan yang "mencekam" seperti kekeringan. Hormon ini dapat menutup stomata pada daun dengan menurunkan tekanan osmotik dalam sel dan menyebabkan sel turgor. Akibatnya, kehilangan cairan tanaman yang disebabkan oleh transpirasimelalui stomata dapat dicegah. ABA juga mencegah kehilangan air dari tanaman dengan membentuk lapisan epikutikula atau lapisan lilin. Selain itu, ABA juga dapat menstimulasi pengambilan air melalui akar. Selain untuk menghadapi kekeringan, ABA juga berfungsi dalam menghadapi lingkungan dengan suhu rendah dan kadar garam atau salinitas yang tinggi Peningkatan konsentrasi ABA pada daun dapat diinduksi oleh konsentrasi garam yang tinggi pada akar. Dalam menghadapi musim dingin, ABA akan menghentikan pertumbuhan primer dan sekunder Hormon yang dihasilkan pada tunas terminal ini akan memperlambat pertumbuhan dan memicu perkembangan primordia daunmenjadi sisik yang berfungsi melindungi tunas dorman selama musim dingin. ABA juga akan menghambat pembelahan sel kambium pembuluh. 2.11 Struktur kimia ABA

2.12 Biosintesis ABA Biosintesis ABA dapat terjadi baik secara langsung maupun tidak langsung dengan memanfaatkan karotenoid, suatu pigmen yang dihasilkan oleh kloroplas. Ada dua jalur metabolisme yang dapat ditempuh untuk menghasilkan ABA, yaitu jalur asam mevalonat (MVA) dan jalur metileritritol fosfat (MEP). Secara tidak langsung, ABA dihasilkan dari oksidasi senyawa violaxanthonin menjadi xanthonin yang akan dikonversi menjadi ABA. Sedangkan pada beberapa jenis cendawan patogenik, ABA dihasilkan secara langsung dari molekul isoprenoid C15, yaitu farnesil difosfat.

Pengangkutan hormon ABA dapat terjadi baik di xilem maupun floem dan arah pergerakannya bisa naik atau turun. Transportasi ABA dari floem menuju ke daun dapat dirangsang oleh salinitas (kegaraman tinggi). Pada tumbuhan tertentu, terdapat perbedaan transportasi ABA dalam siklus hidupnya. Daun muda memerlukan ABA dari xilem dan floem, sedangkan daun dewasa merupakan sumber dari ABA dan dapat ditranspor ke luar daun. Menurut Crellman (1989) biosintesis ABA pada sebagian besar tumbuhanterjadi secara tak langsung melalui peruraian karotenoid tertentu (40 karbon) yang ada di plastid. ABA pergerakannya dalam tumbuhan sama dengan pergerakan gibberelin yaitu dapat diangkut secara mudah melalui xilem floem dan juga sel-sel parenkim di luar berkas pembuluh. 2.13 Grafik Hubungan ABA dan Stomata Menurut Kartasaputra (1998), stomata berkembang dari sel protoderma. Sel induk membagi diri menjadi dua sel yang terdiferensiasi yaitu dua sel penjaga. Pada mulanya sel tersebut kecil dan bentuknya tidak menentu, tetapi selanjutnya berkembang melebar dan bentuknya khas. Selama perkembangan, lamela tengah diantara dua sel penjaga menggembung dan bentuknya seperti lensa sejenak sebelum bagian tersebut berpisah menjadi aperture. Stomata dan klorofil merupakan komponen biologi yang sangat menentukan sintesis awal senyawa organik yang digunakan untuk prosesproses fisiologis sepanjang daur hidup tanaman. Selain itu, stomata dapat digunakan sebagai salah satu ciri genetika untuk seleksi, karena berhubungan dengan tingkat produksi dan ketahanan terhadap cekaman kekeringan (Fahn, 1991).

Stomata pada kondisi cekaman kekeringan akan menutup sebagai upaya untuk menahan laju transpirasi. Senyawa yang banyak berperan dalam membuka dan menutupnya stomata adalah Asam Absisat (ABA). ABA merupakan senyawa yang berperan sebagai sinyal adanya cekaman kekeringan sehingga stomata segera menutup. Beberapa tanaman beradaptasi terhadap cekaman kekeringan dengan cara mengurangi ukuran stomata dan jumlah stomata. Mekanisme membuka dan menutup stomata pada tanaman yang toleran terhadap cekaman kekeringan sangat efektif, sehingga jaringan tanaman dapat menghindari kehilangan air melalui penguapan (Champbell et al., 2003). Salah satu penelitian tentang hubungan antara kerapatan stomata dengan ketahanan kekeringan pada tanaman yaitu oleh Lestari (2005), kalus tanaman padi somaklon Gajahmungkur, Towuti dan IR 64 yang diinduksi mutasi menggunakan irradiasi sinar Gamma dengan dosis radiasi 0,5 krad, 0,7 krad dan 1 krad, mendapatkan hasil somaklon Gajahmungkur, Towuti dan IR 64 yang dianggap tahan kekeringan, pada umumnya mempunyai kerapatan stomata lebih rendah dibanding tanaman induknya. Efek dari asam absisik tambah (ABA) pada perilaku stomata dari Commelina communis 1. diuji menggunakan tiga yang berbeda sistem. ABA diterapkan pada epidermis terisolasi atau potongan daun diinkubasi dalam terang dalam solusi mandi perfusi dengan C02 bebas udara. ABA juga diumpankan ke daun terpisah dalam bioassay transpirasi. Sensitivitas jelas stomata ke ABA adalah sangat tergantung pada metode yang digunakan untuk memberi makan ABA. Stomata epidermis terisolasi yang tampaknya paling sensitif terhadap ABA, sehingga konsentrasi dari 1 p ~ menyebabkan penutupan stomata hampir selesai. Ketika potongan daun utuh yang melayang pada solusi dari ABA konsentrasi yang sama, stomata yang hampir benar-benar terbuka. Sama konsentrasi ABA makan melalui pelepah transpiring terlepas daun menyebabkan respon menengah. perbedaan-perbedaan insensitivitas stomata untuk ABA tambah ditemukan untuk menjadi sebuah fundion perbedaan konsentrasi ABA di epidermes. Perbandingan dari tiga sistem aplikasi menyarankan bahwa, ketika daun potongan diinkubasi di ABA atau makan dengan ABA melalui pelepah tersebut akumulasi ABA dalam epidermes dibatasi oleh kehadiran dari mesofil tersebut. Bahkan telanjang mesofil diinkubasi dalam larutan ABA Tidak menumpuk ABA. Akumulasi radioaktivitas oleh daun potongan melayang pada serapan [3H] ABA ABA dikonfirmasi dalam sistem ini. Percobaan dengan tetcyclacis, penghambat pembentukan asam phaseic, menyarankan bahwa metabolisme yang cepat dari ABA di mesofil dapat memiliki

mengendalikan pengaruh konsentrasi ABA di kedua mesofil yang dan epidermis. lnhibition dari ABA katabolisme dengan tetcyclacis memungkinkan akumulasi ABA dan meningkatkan sensitivitas jelas stomata untuk diterapkan ABA. Hasilnya dibahas dalam konteks peran penting untuk metabolisme ABA dalam regulasi stomata perilaku.

DAFTAR PUSTAKA

Anonimb. 2010. http://ilmubiologi-belajarbiologi.blogspot.com/2010/01/hormon-gas-etilen.html Anonimc. 2012. http://pawzoa.wordpress.com/tag/gas-etilen/ Anonima. 2012. http://phyovhyo.wordpress.com/2012/03/18/gas-etilen/ Dewi I. 2008. Peranan dan Fungsi Fitohormon bagi Pertumbuhan Tanaman. Universitas Padjadjaran Bandung. Ganggus, Arianto. 2010. http://ariantoganggus.blogspot.com/2010/01/horrmon-ethylen.html Lakitan, B. 1993. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. Raja Grafindo Persada. Jakarta. Hal : 58 60 Salisbury, F.B dan Ross, C.W. (Terjemah). 1995. Fisiologi Tumbuhan. Bandung : ITB. Subandi, J. 1983. Pertumbuhan dan perkembangan Tanaman. Fakulas Pertanian UGM.

Hormon Gas Etilen pada tumbuhan

ETILEN

1.

Pengertian

Hormon adalah salah satu diantara banyak jenis sinyal kimiawi yang beredar pada semua organisme multiseluler yang dibentuk dalam sel-sel terspesialisasi, yang berkelana dalam cairan tubuh, dan mengkoordinasikan berbagai bagian organisme dengan cara berinteraksi dengan sel-sel target. Sedangkan etilen merupakan satu-satunya hormon

tumbuhan

berwujud

gas,

bertanggungjawab

atas

pematangan

buah-buahan,

penghambatan pertumbuhan, gugur daun, dan penuaan. Menurut Shirsat et al. 1999, etilen merupakan zat pengatur tumbuh yang dapat merangsang perkembangan tanaman. Tanaman yang diberi perlakuan etilen dapat mengalami gutasi, gumosis atau perlakuan lateks (Abeles, 1973). Agrios (2004) juga menyatakan bahwa etilen mampu merangsang pembentukan fitoaleksin dan sintesis atau aktivitas beberapa enzim yang berperan dalam meningkatkan pertahanan tanaman terhadap infeksi. Etilen juga merupakan senyawa volatil (mudah menguap) yang dibebaskan ketika terjadi proses pematangan. Etilen baru dapat menunjukan peranannya setelah terikat dengan bagian reseptor dari enzim.

2.

Sejarah Penemuan ahli fisiologi

Seorang

berkebangsaan Rusia, Dimitry N Neljubow (1876-1926), adalah orang pertama yang menyatakan bahwa etilen mempengaruhi pertumbuhan tumbuhan. Pada tahun 1901, ia mencirikan etilen didalam gas bercahaya dan menunjukan behwa etilen menyebabkan tiga respon pada kecambah kapri, yaitu terhambatnya pemanjangan batang, semakin menebalnya batang dan munculnya kebiasaan untuk tumbuh mendatar. Selanjutnya, perluasan helai daun terhambat serta pembukaan normal bengkokan epipotil terlambat.

3.

Struktur Kimia

Struktur kimia etilen sangat sederhana yaitu terdiri dari 2 atom karbon (C) dan 4 atom hidrogen (H). Dengan rumus kimia C2H4. Etilen diformulasikan dengan senyawa-senyawa lain, membentuk formula misalnya etepon. Etepon adalah zat pengatur pertumbuhan tanaman yang bekerja secara sistemik. Etepon dapat terdekomposisi menjadi etilen, fosfat dan ion klorida saat dilarutkan dalam air pada pH diatas 4-5. Menurut Haryati (2003) pemberian Etepon dapat merangsang

pembungaan tanaman nanas sehingga tanaman nanas dapat berbuah lebih cepat daripada tanaman yang tidak diberi Etepon. Selain itu, penggunaan 2,5% (Dey et al. 2004) atau 2,02 % Etepon (Nurkholis 2005) pada tanaman karet dapat meningkatkan hasil lateks. Sedangkan LET 200 (etilen dalam bentuk gas) dapat meningkatkan produksi karet kering sangat nyata (Junaidi et al. 2007).

1.

Organ atau Tempat Sintesis Hormon

Hormon etilen berbeda dengan hormon tumbuhan lainnya kerena hormon etilen berwujud gas. Etilen berdifusi kedalam tumbuhan melalui ruangan udara di antara sel-sel. Etilen yang terlarut dapat masuk dari satu sel ke sel lain melalui simplas.

1.

Sintesis Etilen

Produksi etilen oleh berbagai macam organisme sering mudah dilacak dengan kromatografi gas, sebab molekulnya dapat diserap dari jaringan dalam keadaan hampa udara dan juga karena kromatografi gas sangat peka. Hanya beberapa jenis bakteri yang dilaporkan menghasilkan etilen, dan belum diketehui adanya ganggang yang mensintesis etilen. Etilen biasanya berpengaruh kecil pada pertumbuhan organisme tersebut. Sesungguhnya, semua bagian dari semua tumbuhan berbiji menghasilkan etilen. Pada kecambah, apeks tajuk merupakan tapak produksi yang penting. Buku pada batang kecambah dikotil menghasilkan jauh lebih banyak etilen dari pada ruasnya, dengan perbandingan bobot jaringan yang sama.

1.

Fungsi Hormon

Di dalam proses fisiologis, etilen mempunyai peranan penting. Wereing dan Philips (1970) telah mengelompokan pengaruh etilen dalam fisiologi tanaman sebagai berikut :

mendukung respirasi climacteric dan pematangan buah

mendukung epinasti menghambat perpanjangan batang (elengation growth) dan akar pada beberapa

spesies tanaman walaupun etilen ini dapat menstimulasi perpanjangan batang, coleoptyle dan mesocotyle pada tanaman tertentu, misalnya Colletriche dan padi.

Menstimulasi perkecambahan Menstimulasi pertumbuhan secara isodiametrical lebih besar dibandingkan

dengan pertumbuhan secara longitudinal


Mendukung terbentuknya bulu-bulu akar Mendukung terjadinya abscission pada daun Mendukung proses pembungaan pada nanas Mendukung adanya flower fading dalam persarian anggrek Menghambat transportasi auksin secara basipetal dan lateral

1.

Hubungan dengan Hormon lain

Auksin dosis tinggi atau konsentrasi auksin yang tinggi merangsang atau menyebabkan terbentuknya etilen. Tetapi kehadiran etilen menyebabkan rendahnya konsentrasi auksin di dalam jaringan. Kelebihan etilen juga dapat menghalangi pertumbuhan, menyebabkan gugur daun atau membunuh tanaman. Hubungannya dengan konsentrasi auksin, hormon tumbuh ini menentukan pembentukan protein yang diperlukan dalam aktifitas pertumbuhan, sedangkan rendahnya konsentrasi auksin, akan mendukung protein yang akan mengkatalisasi sintesis etilen dan prekursor.

dari http://mitrapustaka.blogspot.com/2010/07/etilen.html(tanggal akses 8desember 2012)

1.1 Latar Belakang

Pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan tumbuhan dikendalikan beberapa golongan zat yang secara umum dikenal sebagai hormon tumbuhan atau fitohormon. Penggunaan istilah hormon sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan,

hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Mereka lebih suka menggunakan istilah zat pengatur tumbuh (bahasa Inggris plant growth regulator).

Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi. Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Terdapat banyak hormon dalam tumbuhan itu sendiri, tapi khusus kali ini dalam makalah ini hanya akan membahas mengenai Gas Etilen.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan masalah dalam makalah ini, yaitu:

1. Sejarah Gas Etilen. 2. Pengertian Gas Etilen. 3. Fungsi, dampak, produksi, serta faktor yang mempengaruhinya.

C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah:

1. Untuk mengetahui sejarah dari Gas Etilen.

2. Untuk mengetahui pengertian tentang Gas Etilen. 3. Untuk mengetahui fungsi, dampak, produksi, serta faktor yang mempengaruhi Gas Etilen itu sendiri.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Sejarah Gas Etilen

Etilen telah digunakan sejak Mesir kuno, yang akan luka buah ara untuk merangsang pematangan (melukai merangsang produksi etilen oleh jaringan tanaman). Orang Cina kuno akan membakar dupa di kamar tertutup untuk meningkatkan pematangan pir. Pada tahun 1864, ditemukan bahwa gas bocor dari lampu jalan menyebabkan pengerdilan pertumbuhan, memutar tanaman, dan penebalan abnormal dari batang. Pada tahun 1901, seorang ilmuwan Rusia bernama Dimitry Neljubow menunjukkan bahwa komponen aktif adalah etilen Keraguan menemukan bahwa etilen merangsang absisi pada tahun 1917. Ia tidak sampai 1934 yang Gane melaporkan bahwa tanaman mensintesis etilen. Pada tahun 1935, Crocker mengusulkan bahwa etilen adalah hormon tanaman yang bertanggung jawab untuk pematangan buah

serta penuaan dari vegetatif jaringan.

B. Pengertian Gas Etilen

Etilen

merupakan hormon tumbuh

yang

diproduksi

dari

hasil metabolisme normal

dalam tanaman. Etilen berperan dalam pematangan buah dan kerontokan daun. Etilen disebut juga ethane. Selain itu Etilen ( IUPAC nama: etena) adalahsenyawa organik ,

sebuah hidrokarbon dengan rumus C2H 4 atau H2C = CH2. Ini adalah gas mudah terbakar tidak berwarna dengan samar manis dan musky bau ketika murni. [3] Ini adalah yang paling sederhana alkena (hidrokarbon dengan karbon-karbon ikatan rangkap ), dan paling

sederhana hidrokarbon tak jenuh setelah asetilena (C2H 2) .

Rumus kimia etilen

C. Fungsi Gas Etilen

Fungsi utama dari gas etilen sendiri adalah berperan dalam proses pematangan buah. Tapi, selain itu ada fungsi lain dari gas etilen yaitu :

Mengakhiri masa dormansi Merangsang pertumbuhan akar dan batang Pembentukan akar adventif Merangsang absisi buah dan daun Merangsang induksi bunga Bromiliad

Induksi sel kelamin betina pada bunga Merangsang pemekaran bunga Bersama auksin gas etilen dapat memacu perbungaan mangga dan nenas. Dengan giberelin, gas etilen dapat mengatur perbandingan bunga jantan dan bunga betina pada tumbuhan berumah satu. D. Dampak Gas Etilen

Selain dampak yang menguntungkan, ternyata gas etilen itu sendiri memiliki dampak yang tidak di inginkan, yaitu :

Mempercepat senensen dan menghilangkan warna hijau pada buah seperti mentimun dan sayuran daun

Mempercepat pemasakan buah selama penanganan dan penyimpanan Russet spoting pada selada

Pembentukan rasa pahit pada wortel

Pertunasan kentang

Gugurnya daun (kol bunga, kubis, tanaman hias)

Pengerasan pada asparagus

Mempersingkat masa simpan dan mengurangi kualitas bunga

Gangguan fisiologis pada tanaman umbi lapis yang berbunga

Pengurangan masa simpan buah dan sayuran

E. Produksi Gas Etilen

Etilen diproduksi oleh tumbuhan tingkat tinggi dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhan. Produksi etilen bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan. Etilen dibentuk dari metionin melalui 3 proses:

ATP merupakan komponen penting dalam sintesis etilen. ATP dan air akan membuat metionin kehilangan 3 gugusfosfat.

Asam

1-aminosiklopropana-1-karboksilat

sintase(ACC-sintase)

kemudian

memfasilitasi

produksi ACC dan SAM (S-adenosil metionin).

Oksigen dibutuhkan untuk mengoksidasi ACC dan memproduksi etilen. Reaksi ini dikatalisasi menggunakan enzim pembentuk etilen. E. Faktor yang mempengaruhi aktifitas Gas Etilen

Adapun yang mempengaruhi aktifitas etilen yaitu: Suhu. Suhu tinggi (>350C) tidak terjadi pembentukan etilen. Suhu optimum pembentukan etilen (tomat,apel) 320C, sedangkan untuk buah-buahan yang lain lebih rendah.

Luka mekanis dan infeksi. Buah pecah, memar, dimakan dan jadi sarang ulat

Sinar radioaktif

Adanya O2 dan CO2. Bila O2 diturunkan dan CO2 dinaikkan maka proses pematangan terhambat. Dan bila keadaan anaerob tidak terjadi pembentukan etilen

Interaksi dengan hormon auxin. Apabila konsentrasi auxin meningkat maka etilen juga akan meningkat

Tingkat kematangan

BAB III

PENUTUP

III.1 Kesimpulan

Adapun kesimpulan yang di ambil dari makalah ini, yaitu :

1. Sejarah dari Gas Etilen dimulai dari Mesir kuno, di kenal pada tahun 1901 dan berkembang dari tahun 1935 sampai sekarang 2. Gas Etilen itu merupakan hormon yang dihasilkan oleh buah yang sudah tua atau matang, dan merupakan senyawa organik dengan rumus kimia C2H4. 3. Fungsi utama dari Gas Etilen adalah membantu dalam proses pematangan buah, tapi dampak negatifnya masa penyimpanan menjadi lebih pendek. 4. Produksi Gas Etilen di dapat dari asam amino metionin yang esensial pada seluruh jaringan tumbuhandan sangat bergantung pada tipe jaringan, spesies tumbuhan, dan tingkatan perkembangan 5. Aktifitas Gas Etilen Di pengaruhi oleh Suhu, luka, sinar radioaktif, adanya O2 dan H2O, Hormon auksin, dan tingkat kematangan buah itu sendiri.

III.2 Saran

Agar dalam proses pemberian materi kepada mahasiswa, ada baiknya ada buku atau diktat untuk di jadikan landasan dalam mata kuliah ini.

Вам также может понравиться