Вы находитесь на странице: 1из 10

JURNAL ILMIAH ON-LINE UNSOED GEOLOGI DAN ANALISIS POTENSI LONGSORAN DI DESA TIPAR DAN SEKITARNYA, KECAMATAN RAWALO,

KABUPATEN BANYUMAS, PROVINSI JAWA TENGAH Geology and Analysis of Landslide Potential in Tipar Village and Its Surrounding Areas, Rawalo District, Banyumas Regency, Central Java Province D. Permana1, I. A. Sadisun2, dan Suwardi3 1Penulis Jurnal, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) 2Dosen Pembimbing 1, Program Studi Teknik Geologi, Fakultas Ilmu dan Teknologi Kebumian, Institut Teknologi Bandung (ITB) 3Dosen Pembimbing 2, Program Studi Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) Alamat korespondensi: dimas_permana@rocketmail.com ABSTRAK Daerah penelitian terletak di Desa Tipar dan sekitarnya, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Provinsi Jawa Tengah. Secara geografis daerah ini terletak pada koordinat 109 8' 13.4808" - 109 10' 56.7552" Bujur Timur dan 7 30' 29.79" - 7 27' 47.9124" Lintang Selatan. Daerah penelitian terbagi menjadi 3 satuan geomorfologi antara lain: Satuan Perbukitan Struktural Karangendep, Satuan Lembah Struktural Karangmangu, dan Satuan Dataran Aluvial Tipar. Satuan batuan daerah penelitian terbagi menjadi 4 satuan tidak resmi, yaitu Satuan Perselingan Batupasir - Batulempung, Satuan Breksi, Satuan Batupasir, dan Satuan Endapan Aluvial. Umur pengendapan daerah penelitian berkisar antara Miosen Akhir Pliosen Awal (N18-N19). Lingkungan pengendapan daerah penelitian berkisar di laut dalam (Satuan Perselingan Batupasir - Batulempung), zona batyal atas (Satuan Breksi), dan zona neritik (Satuan Batupasir). Struktur geologi daerah penelitian dipengaruhi pembentukan lipatan yang mengindikasikan aksi gaya utara selatan serta sesar mendatar mengiri dengan arah NE-SW. Perhitungan kestabilan terhadap lereng menggunakan konsep kesetimbangan batas dengan Metode Bishop Disederhanakan. Berdasarkan perhitungan kestabilan lereng, didapatkan nilai faktor keamanan lereng daerah penelitian antara 2,32 (Lereng 1) yang merupakan lereng aman dan 0,993 (Lereng 2) yang merupakan lereng kritis terhadap longsoran. Konsep mitigasi dilakukan terhadap lereng kritis dengan cara pengaturan geometri, menerapkan dinding penahan lereng, dan pengaturan drainase lereng.

Kata Kunci : Tipar, geologi, kestabilan lereng, longsoran ABSTRACT Research area is located at Tipar Village and its surroundings, Rawalo District, Banyumas Regency, Central Java Province. Geographically, this area is located at 109 8' 13.4808" - 109 10' 56.7552" East Longitude and 7 30' 29.79" - 7 27' 47.9124" South Latitude. Research area can be divided into three geomorphological units, which are: Karangendep Structural Hills Unit, Karangmangu Structural Valleys Unit, and Tipar Alluvial Lowland Unit. Lithological units of research area are divided into four units, which are: Intercallation Unit of Sandstone-Claystone, Breccias Unit, Sandstones Unit, and Alluvial Deposits Unit. Ages of lithological units in research area are ranged from Late Miocene Early Pliosen (N18 N19). Depositional environtment of the lithology are ranged from deep marine, upper bathyal, and neritic. Geological structure of research area is controlled by fold which indicated north south stress and sinistral slip fault with NE SW direction. The measurements of slope stability are using Equilibrium Limits Concept of Bishop Simplified Methods. According to slope stability measurement, the value of slopes safety factors in research area are: 2,32 (Slope 1) which is belonged to stable slope, and 0,993 (Slope 2) which is belonged to critical slope for landslide. Mitigation concepts are given to the critical slope by controlling geometry of slope, applying retaining wall into the slope, and controlling slope drainages. Keywords : Tipar, geology, slope stability, landslide PENDAHULUAN Keberadaan jalur gunungapi menyebabkan beberapa wilayah Indonesia, khususnya di Pulau Jawa memiliki bentuk lahan pegunungan dan perbukitan dengan lereng yang terjal. Kondisi tersebut menyebabkan daerah Pulau Jawa memiliki potensi bencana gerakan tanah atau longsoran dengan tingkat kerentanan tinggi. Longsoran merupakan fenomena geologi yang tidak terlepas sebagai konsekuensi proses dinamika bumi untuk membentuk keseimbangannya. Faktor alam penyebab longsoran antara lain tingginya curah hujan, kondisi tanah, dan kegempaan. Aktivitas manusia turut berperan dalam menyebabkan longsoran antara lain penggunaan lahan yang tidak tepat seperti pembuatan areal persawahan pada lereng terjal, pemotongan lereng yang terlalu curam, penggalian, dan penimbunan. Berdasarkan hal-hal tersebut di atas, skripsi ini mengambil tema pemetaan geologi permukaan dan studi khusus mengenai analisis potensi longsoran, dengan mengambil lokasi di Desa Tipar, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas (Lihat Gambar 1).

Tujuan skripsi ini antara lain: penyelidikan tatanan geologi yang meliputi geomorfologi, stratigrafi, struktur geologi, dan sejarah geologi, serta analisis terhadap potensi longsoran dengan menggunakan konsep kesetimbangan batas. Adapun manfaat-manfaat yang diharapkan dari penelitian ini antara lain: mengetahui kondisi geologi daerah penelitian, memahami sifat fisik dan sifat mekanik tanah, memahami nilai kestabilan suatu lereng, serta memahami tingkat kerentanan tanah daerah penelitian terhadap longsoran. GEOLOGI REGIONAL Wilayah fisiografi daerah penelitian terletak di dalam zona fisiografi Pegunungan Serayu Selatan. Jalur ini memanjang dari Majenang sampai Pegunungan Manoreh di daerah Kulon Progo (van Bemmelen, 1949). Zona ini dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian barat dan timur. Bagian barat merupakan akibat dari pengangkatan yang sekarang merupakan zona depresi Bandung dari Jawa Barat atau sebagai struktur baru yang terdapat di Jawa Tengah sedangkan bagian timur merupakan Pegunungan Serayu Selatan yang membentuk antiklin. Stratigrafi daerah Jawa Tengah berdasarkan peta Geologi lembar Purwokerto Tegal dan lembar Banyumas sebagian besar tersusun oleh batuan yang berumur dari Tersier hingga Kuarter. Berdasarkan pengamatan pada Peta Geologi Lembar Purwokerto Tegal dan Lembar Banyumas, daerah penelitian berada pada Formasi Halang (Tmph) dan Formasi Tapak (Tpt). Proses tektonik yang terjadi di Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh subduksi lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda. Berdasarkan berbagai macam data (data foto udara, penelitian lapangan, citra satelit, data magnetik, data gaya berat, data seismik, dan data pemboran migas) dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya di Pulau Jawa ada 3 arah kelurusan struktur dominan yaitu arah Meratus, arah Sunda, dan arah Jawa, Pulunggono dan Martodjojo(1994). METODE PENELITIAN Penelitian tugas akhir di Desa Tipar berupa pemetaan geologi permukaan. Metode penelitian menggunakan metode survei dan metode analisis laboratorium. Metode survei yaitu metode penelitian yang diadakan untuk memperoleh fakta dari gejalagejala yang ada dan mencari keterangan secara faktual di lapangan. Secara sistematik metode tersebut diatas termasuk ke dalam empat tahap penelitian. Keempat tahap penelitian tersebut antara lain: 1.Tahap Persiapan Pra Lapangan Tahap ini merupakan persiapan untuk mendapatkan gambaran umum

mengenai lokasi penelitian. Adapun tahap persiapan diantaranya studi literatur, survei awal, dan penyusunan proposal skripsi. 2.Tahap Penelitian Lapangan Tahap penelitian lapangan merupakan pengamatan langsung di lapangan untuk mendapatkan data dan fakta yang diperlukan sebagai materi penelitian. Tahap ini terdiri dari: Observasi geomorfologi, observasi litologi, observasi struktur geologi, observasi daerah berpotensi longsor, dan pengambilan sampel (batuan untuk analisis petrografi dan analisis mikropaleontologi serta tanah untuk analisis sifat fisik dan sifat mekanik tanah). 3. Tahap Analisis dan Pengolahan Data Pada tahap ini dilakukan analisis dan pengolahan data hasil pengujian sampel di laboratorium. Adapun analisis yang dilakukan pada tahap ini: analisis mikropaleontologi, analisis petrografi, analisis sedimentologi, analisis struktur, analisis sifat fisik dan sifat mekanik tanah, serta analisis kestabilan lereng. 4.Tahap Penyusunan Laporan Skripsi Penyusunan laporan skripsi dilakukan setelah melakukan pengamatan lapangan dan analisis laboratorium. Penulisan laporan ini mengacu pada data primer yang didapatkan langsung dilapangan dan juga data sekunder yang merunut kepada para peneliti terdahulu yang berkaitan dengan lokasi penelitian. Laporan skripsi ini akan dipresentasikan pada seminar skripsi. GEOLOGI DAERAH PENELITIAN Geomorfologi Daerah Penelitian Satuan geomorfologi pada daerah penelitian ditentukan berdasarkan adanya perbedaan geometri / morfologi (lihat Gambar 2), genesa morfologis (prosesproses endogeneksogen), dan nama geografis. Klasifikasi geomorfologi daerah penelitian menggunakan klasifikasi Bentuk Muka Bumi (Brahmantyo dan Bandono, 1992). Satuan geomorfologi pada daerah penelitian terdiri atas 3 satuan geomorfologi (lihat Gambar 3), antara lain: Satuan Perbukitan Struktural Karangendep, Satuan Lembah Struktural Karangmangu, dan Satuan Dataran Aluvial Tipar. Pola aliran sungai pada daerah penelitian merupakan pola subdendritik. Tipe genetik sungai yang ada pada daerah penelitian berupa tipe konsekuen, obsekuen dan subsekuen. Tahap geomorfik daerah penelitian berada pada stadia dewasa.

Stratigrafi Daerah Penelitian Penamaan satuan batuan di daerah penelitian berdasarkan pada batuan yang ditemukan dilapangan, dominasi batuan, posisi stratigrafi batuan tersebut, kedudukannya terpetakan dalam peta dan hubungan antar satuan batuan lainnya. Sedangkan untuk penamaan batuan didasarkan pada deskripsi batuan yang teramati di lapangan (lihat Gambar 2) maupun analisis di laboratorium. Berdasarkan pemaparan tersebut di atas, terpetakan empat satuan batuan pada daerah penelitian (lihat Gambar 4), antara lain: Satuan Perselingan Batupasir Batulempung, Satuan Breksi, Satuan Batupasir, dan Satuan Endapan Aluvial. Struktur Geologi Daerah Penelitian Tatanan struktur geologi yang bekerja pada daerah penelitian tidak lepas dari pengaruh pembentukan lipatan. Lipatan ini mengindikasikan adanya aksi gaya dengan arah utara-selatan yang menimbulkan reaksi bentukan struktural tersebut. Gaya ini tidak saja menghasilkan lipatan namun juga menghasilkan sesar mendatar sinistral dengan arah NE-SW (M.Djuri. dkk, 1996). Arah bidang sesar daerah penelitian bearah N 300 E/ 450 SW di daerah Tipar dan di daerah Sawangan berarah N 200 E/350 SE. Ditemukan breksiasi, rekahanrekahan dan juga shear fracture yang merupakan indikasi keterdapatan struktur geologi daerah tersebut. Sejarah Geologi Daerah Penelitian Sejarah geologi daerah penelitian tidak terlepas dari proses sedimentasi pada material di zona marin. Pengendapan Satuan Perselingan Batupasir- Batulempung (kala Miosen Tengah hingga Miosen Akhir) berada pada fase awal pembentukan stratigrafi daerah penelitian dan berada pada lingkungan pengendapan laut dalam. Setelah terbentuk Satuan Perselingan Batupasir- Batulempung, fase selanjutnya yaitu pengendapan Satuan Breksi secara selaras di atas Satuan Perselingan Batupasir-Batulempung pada kala Miosen Akhir. Lingkungan pengendapan Satuan Breksi berada pada zona batial bagian atas. Satuan Batupasir terendapkan selanjutnya secara selaras di atas Satuan Breksi pada kala Pliosen Awal. Satuan Batupasir berada pada lingkungan pengendapan neritik. Satuan Endapan Aluvial terbentuk tidak selaras di atas ketiga satuan lainnya dan merupakan satuan termuda. Satuan endapan ini tersusun dari material hasil fluviasi berupa fragmen batuan, lumpur, pasir, dan tanah erosi. Potensi Sumberdaya dan Bencana Geologi

Karakteristik morfologi daerah penelitian yang terdiri dari dataran dan perbukitan, serta sebaran batuan yang didominasi batupasir, menjadikan potensi sumberdaya maupun bencana geologi perlu diketahui oleh masyarakat setempat. Potensi sumberdaya geologi merupakan aspek yang dapat dikembangkan karena bermanfaat bagi kehidupan serta perekonomian masyarakat. Potensi sumberdaya geologi pada daerah penelitian diantaranya air tanah, tambang batupasir, dan tanah laterit. Potensi bencana geologi yang perlu diwaspadai masyarakat berupa tanah longsor (landslide) dan tanah amblas (subsidence). ANALISIS POTENSI LONGSORAN Berdasarkan hasil analisis kestabilan lereng yang telah dilakukan, didapatkan kesimpulan tentang potensi gerakan tanah atau longsoran pada masing-masing lereng. Lereng 1 (sudut lereng 200) memiliki jenis tanah dominan lempung non organik plastisitas tinggi dan faktor keamanan 2,32 (lihat Gambar 5). Data lereng tersebut memberikan penilaian bahwa lereng pertama relatif stabil (Bowles, 1989 dalam Zakaria, 2009). Walaupun lereng relatif stabil, namun tetap memiliki potensi longsoran dengan skala kecil. Pengaruh erosi permukaan menjadikan tanah terkikis dan hilang ketahanan gesernya. Bila dilihat dari sudut lereng dan karakteristik tanah, kecepatan gerak tanah diperkirakan lambat yaitu 50 x 10-6 mm/detik (Cruden dan Varnes, 1992 dalam Hardiyatmo, 2006). Hasil analisis kestabilan lereng 2 (sudut lereng 450) memiliki jenis tanah lanau non organik dengan plastisitas rendah dan faktor keamanan 0,993 (lihat Gambar 6). Data lereng tersebut memberikan penilaian bahwa lereng kedua relatif labil (Bowles, 1989 dalam Zakaria, 2009). Sudut lereng dan bidang gelincir yang relatif terjal (450) menjadikan gaya dorong terhadap massa tanah relatif tinggi dan tanah kehilangan kuat gesernya, hal tersebut mengakibatkan lereng rentan terhadap longsoran. Bila dilihat dari kemiringan bidang gelincir dan karakteristik tanah, kecepatan gerak tanah diperkirakan sedang-cepat 5 x 10-3 mm/detik (Cruden dan Varnes, 1992 dalam Hardiyatmo, 2006). Faktor yang berperan dalam menyebakan longsoran di daerah penelitian antara lain: curah hujan yang cukup tinggi, karakteristik tanah, dan morfologi lereng yang curam. Pada pengamatan morfologi perbukitan di daerah penelitian terlihat banyaknya lereng dengan kemiringan yang curam dan karakteristik tanah berjenis lempunglanau, serta intensitas curah hujan yang tinggi antara bulan November-Maret menjadikan potensi longsoran pada daerah penelitian berada pada tingkat kerawanan yang tinggi. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan mitigasi yang tepat untuk menghadapi ancaman bencana longsoran di kemudian hari. Beberapa cara pencegahan atau upaya stabilitas lereng pada daerah penelitian antara lain:

1. Pengaturan geometri lereng Pengaturan geometri lereng dilakukan dengan cara: pemangkasan lereng, pemotongan lereng atau cut, biasanya digabungkan dengan pengisian/pengurugan atau fill di kaki lereng. Pada daerah penelitian pemangkasan lereng terutama dilakukan pada lereng 2 yang memiliki faktor keamanan kritis bernilai 0,993 dan memiliki sudut lereng 450. Upaya pemangkasan dilakukan dengan melandaikan sudut lereng dari 450 menjadi 300. Setelah dilakukan perhitungan kestabilan lereng pada sudut lereng 300, maka faktor keamanan lereng menjadi stabil dengan nilai 1,370. 2. Penahan lereng Upaya menahan dinding lereng agar tidak terjadi longsoran antara lain: menanam tanaman keras (biasanya pertumbuhannya cukup lama), membuat dinding penahan (bisa dilakukan relatif cepat; dinding penahan atau retaining wall harus didesain terlebih dahulu) maupun membuat bronjong. 3. Pengaturan Drainase Pengaturan drainase terutama dilakukan pada lereng 2 (faktor keamanan 0,993) dengan menguji kestabilan lereng menggunakan bobot jenis tanah kering bernilai 8,38 kN/m3. Berdasarkan pengujian tersebut, maka nilai faktor keamanan lereng berubah dari nilai 0,993 (kritis) menjadi 1,25 (relatif stabil). Hal tersebut dapat diaplikasikan dalam pembuatan desain drainase yang memadai sehingga air permukaan dari puncak-puncak lereng dapat mengalir lancar dan infiltrasi berkurang. KESIMPULAN Geomorfologi daerah penelitian terbagi menjadi 3 satuan geomorfologi, yaitu Satuan Perbukitan Struktural Karangendep, Satuan Lembah Struktural Karangmangu, dan Satuan Dataran Aluvial Tipar. Pola aliran sungai merupakan pola subdendritik. Tipe genetik sungai merupakan tipe konsekuen, obsekuen dan subsekuen. Tahap geomorfik berada pada stadia dewasa. Stratigrafi daerah penelitian membagi satuan batuan menjadi 4 satuan dari tua ke muda, keempat satuan tersebut yaitu Satuan Perselingan Batupasir - Batulempung, Satuan Breksi, Satuan Batupasir, dan Satuan Endapan Aluvial. Struktur daerah penelitian dipengaruhi pembentukan lipatan yang mengindikasikan aksi gaya utara selatan serta sesar mendatar mengiri dengan arah NE-SW. Arah bidang sesar daerah penelitian bearah N 300 E/ 450 SW daerah Tipar dan daerah Sawangan berarah N 200 E/350 SE. Umur pengendapan daerah penelitian berkisar antara Miosen Akhir Pliosen Awal (N18-N19). Lingkungan pengendapan daerah penelitian berkisar laut dalam (Satuan Perselingan Batupasir-Batulempung), zona batyal atas (Satuan Breksi), dan zona neritik (Satuan Batupasir).

Potensi gerakan tanah atau longsoran pada daerah penelitian dipengaruhi oleh faktor pengontrol maupun faktor pemicu. Faktor pengontrol diantaranya morfologi, geologi, karakteristik tanah, geohidrologi dan tata guna lahan. Faktor pemicu antara lain infiltrasi air, dan aktivitas manusia. Pengamatan lereng daerah penelitian menunjukkan daerah Tipar memiliki kerentanan terhadap gerakan tanah/longsoran. Karakteristik tanah, besar sudut lereng, dan kondisi hidrologi berpengaruh terhadap kestabilan lereng. Analisis potensi longsoran daerah penelitian ditentukan melalui nilai kestabilan lereng dengan menggunakan Metode Bishop Disederhanakan (Simplified Bishop Method). Pada daerah penelitian lereng terjal (sudut lereng 450) memiliki faktor keamanan 0,993 mengindikasikan lereng tidak stabil atau rentan. Sedangkan lereng landai (sudut lereng 200) memiliki faktor keamanan 2,32 mengindikasikan lereng relatif stabil. Potensi longsoran lereng terjal (sudut lereng 450) dengan karakteristik tanah lempung non organik lebih rawan dibandingkan lereng landai (sudut lereng 200) dengan karakteristik tanah lanau non organik. Upaya mitigasi bencana longsoran untuk daerah Tipar diantaranya: Pengaturan geometri lereng. Menahan kaki lereng dengan tanaman, dinding penahan, maupun bronjong. Pengaturan drainase pada lereng UCAPAN TERIMA KASIH Penyusunan laporan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan dukungan berbagai pihak, pada kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada: Hari Prasetijo, ST., MT, selaku Ketua Jurusan Teknik, Fakultas Sains dan Teknik, Universitas Jenderal Soedirman yang telah memberikan izin pelaksanaan Skripsi. Bapak Dr. Eng. Imam A. Sadisun, ST., MT, dan Drs. Suwardi, M.Si selaku Dosen Pembimbing Skripsi atas bimbingannya selama menyelesaikan Skripsi. Bapak Indra Permanajati ST., MT, atas bantuan, saran, dukungan, dan masukan selama proses Skripsi. Orang tua Drs. Mochamad Mulya S.Sos., MBA., MM (Alm) dan Dede Dahlia, SH serta adik-adik tersayang Dwiny Oktova Pertiwi dan Mohamad Rizky Ramadhan. Dosen - dosen Teknik Geologi UNSOED, Bapak Adi Candra ST., MT, Bapak Siswandi Kastari, ST., MT, Bapak Asmoro Widagdo, ST., MT, Bapak Bayu

Purwosatria, ST., MT, Bapak Drs. Gentur Waluyo, M.Si, dan Bapak Mochamad Aziz, ST., MT. Bangkit Subakti for brilliant help and idea on structure geology. Sahabat di kosan Sadang Serang - Bandung: Nopan, Abe, Wisnu, dan Fikri. Teman- teman bimbingan skripsi longsoran Wira Kumbang dan Belly City yang telah bersedia berbagi kamar, Madam, Arif, Lulu, Fanny, Nabilla, dan Ova. Teman teman kos Peti Kemas (Pandu, Opik, Ega, Kiki, Azeiy, Erza, Eka,) yang selalu memberi keceriaan dan semangat. Andra Atok, Galih Kribo, dan Alfian Azeiy yang telah menemani ke lapangan. Ratna atas pinjaman Kompas Geologi dan GPS-nya. Teman-teman HMTG Dr BUMI khususnya orang-orang hebat dari HADES (Ge06 UNSOED) you guys not only friends but family, sukses selalu kawan. Anindita Permatasari terima kasih atas dukungan, perhatian, dan kesabarannya. Kelompok Studi Mahasiswa Pecinta Alam (KSMPA) Titik Nol, teman sehati mendaki gunung dan menjelajah alam. Sebuah kebanggaan menjadi bagian keluarga besar kalian. Thanks for big support from you all !! Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Laporan Skripsi maupun Jurnal ini masih terdapat banyak kekurangan dan belum sempurna. Untuk itu kritik, saran, dan masukan yang membangun dari berbagai pihak sangat penulis harapkan untuk perbaikan di masa yang akan datang. DAFTAR PUSTAKA Asikin, S., 1992. Diktat Struktur (Tektonik) Indonesia. Kelompok Bidang Keahlian (KBK) Geologi Dinamis, Jurusan Teknik Geologi ITB. Asikin dkk., 1992. Geology Lembar Banyumas, Jawa. Skala 1:100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi: Bandung Bemmelen, R. W. van., 1949. The Geology of Indonesia. Martinus Nijhoff The Hague, Netherland, 732 p. Blow, W.H. 1969. Late Middle Eocene to Recent Planktonik Foraminiferal Biostratigraphy. ICPM : Geneva. Brahmantyo, B., dan Bandono. 2006. Klasifikasi Bentuk Muka Bumi untuk Pemetaan Geomorfologi pada Skala 1:25.000 dan Aplikasinya untuk Penataan Ruang. Geoaplika: Indonesia.

Djuri dkk., 1996. Geologi Lembar Purwokerto dan Tegal, Jawa. Skala 1 : 100.000. Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi : Bandung Hardiyatmo, C.H., 2007. Mekanika Tanah 2. Edisi Keempat. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta. Hardiyatmo, C.H., 2006. Penanggulangan Tanah Longsor dan Erosi. Gadjah Mada University Pers. Yogyakarta. Komisi Sandi Stratigrafi Indonesia. 1996. Sandi Stratigrafi Indonesia. Ikatan Ahli Geologi Indonesia: Indonesia Pettijohn, F.J., 1975. Sedimentary Rock. Third Edition. Harper dan Row Publishers, New York-Evanston-San Fransisco-London. Pulunggono, A., dan Martodjojo, S., 1994. Perubahan tektonik Paleogen-Neogen Merupakan Peristiwa Tektonik Penting di Jawa. Proceeding Geologi dan Geologi Tektonik Pulau Jawa, ISBN, UGM Yogyakarta, p. 37-51. Richard, J.L. 1995. Geological Structures and Maps. Pergamon Press Sadisun, I.A., 2008. Slide Kuliah Mitigasi Bencana Geologi Longsoran. ITB. Bandung. Streckeisen, A. L. 1978. IUGS Subcommission on the Systematics of Igneous Rocks. Neues Jahrbuch fur Mineralogie : Stuttgart. Zakaria. Z., 2009. Analisis Kestabilan Lereng Tanah. Laboratorium Geologi Teknik. Universitas Padjajaran.

Вам также может понравиться