Вы находитесь на странице: 1из 7

BAB I PENDAHULUAN I.

Latar Belakang

Lambang negara kita Bhineka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda tetapi tetap satu jua, bukanlah hanya berfungsi sebagai permainan buah bibir saja tetapi telah di buat oleh para pelopor pendiri negara kita untuk melambangkan keanekaragaman masyarkat dan kebudayaan yang bersatu dalam wadah satu masyarakat dan negara Indonesia dengan satu kebudayaan nasional yang di jiwai oleh Pancasila dan UUD 1945. Ini merupakan karunia Allah Yang Maha Esa yang menyatakan bahwa pentingnya sebuah pemahaman yaitu sekalipun satu, tidak boleh dilupakan bahwa sesungguhnya bangsa ini berbeda-beda dalam suatu keragaman. Secara historis, kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang kuat bukanlah hanya lahir dari semangat kemanunggalan atau ketunggalan (tunggalika), melainkan pengakuan adanya keanekaragaman sekaligus kesediaan untuk menghormati keanekaragaman tersebut1. Karena itu, kebhinnekaan ini perlu dipahami oleh warga negara sebagai pembangun karakter bangsa indonesia, sebagai budaya bangsa dalam membangun NKRI dan untuk mewujudkan persatuan bangsa Indonesia

Arif, D.B. (2008). Kompetensi Kewarganegaraan untuk Pengembangan Masyarakat Multikultural Indonesia. Acta Civicus: Jurnal Pendidikan Kewarganegaraan, Vol. 1 (3) Oktober 2008.

BAB II ISI A. Bhineka Tunggal Ika Bhinneka Tunggal Ika digunakan sebagai motto Negara, yang diangkat dari penggalan kakawin Sutasoma karya besar Mpu Tantular pada zaman Keprabonan Majapahit (abad 14). Frasa ini berasal dari bahasa Jawa Kuna dan seringkali diterjemahkan dengan kalimat Berbeda-beda tetapi tetap satu. Bila diterjemahkan per patah kata, kata bhinneka berarti "beraneka ragam" atau berbeda-beda. Kata neka dalam bahasa Jawa Kuna berarti "macam" dan menjadi pembentuk kata "aneka" dalam Bahasa Indonesia. Kata tunggal berarti "satu". Kata ika berarti "itu". Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan. Pengukuhan ini telah dideklarasikan semenjak tahun 1928 yang terkenal dengan nama "sumpah pemuda". (wikipedia) Namun, sekarang Bhineka Tunggal Ika itu telah luntur, banyak anak muda yang tidak mengenalnya, banyak orang tua lupa akan kata-kata ini, banyak birokrat yang pura-pura lupa, sehingga ikrar yang ditanamkan jauh sebelum Indonesia Merdeka memudar, seperti pelita kehabisan minyak. Sumpah Pemuda hanya sebagai penghias bibir sebagian orang, dan bagi sebagian orang hanya dilafaskan pada saat memperingati hari sumpah pemuda setiap 28 Oktober. Tetapi bagi sebagian yang muda hanya sebagai pelajaran sejarah yang hanya dipelajari di sekolah-sekolah. Akibat lupa, semuanya menjadi masalah, akan muncul kembali kata-kata "saya orang ambon", "saya orang Jawa" karena saya yang menonjol maka saya harus menjadi pemimpin. Juga akibat otonomi daerah , misalnya orang yang berasal dari PNS Pemda Jawa Barat susah untuk pindah menjadi PNS di Pemda Sumatera Utara, akibatnya terjadilah pengkotakan PNS. Pengkotakan PNS akan menimbulkan "otonomi daerah" yang salah kaprah, atau merupakan raja-raja kecil di daerah. 1. Bhineka Tunggal Ika Sebagai Pembangun Karakter Bangsa Indonesia

Sejak Negara Republik Indonesia ini merdeka, para pendiri bangsa mencantumkan kalimat Bhinneka Tunggal Ika sebagai semboyan pada lambang negara Garuda Pancasila. Kemudian terbentuklah Bhineka Tunggal Ika yang karakter bangsa Indonesia. Ini artinya, bahwa sudah sejak dulu hingga saat ini kesadaran akan hidup

bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat bangsa di negeri ini. Munandar (2004:24) dalam Tjahjopurnomo S.J. mengungkapkan bahwa sumpah palapa secara esensial, isinya mengandung makna tentang upaya untuk mempersatukan Nusantara. Sumpah Palapa Gajah Mada hingga kini tetap menjadi acuan, sebab Sumpah Palapa itu bukan hanya berkenaan dengan diri seseorang, namun berkenaan dengan kejayaan eksistensi suatu kerajaan2. Oleh karena itu, sumpah palapa merupakan aspek penting dalam membangun karakter Bangsa Indonesia. Kemudian dilanjutkan dengan adanya Sumpah Pemuda yang tidak kalah penting dalam sejarah perkembangan membangun karakter Bangsa Indonesia ini. Tjahjopurnomo (2004) menyatakan bahwa Sumpah Pemuda yang diikrarkan pada 28 Oktober 1928 secara historis merupakan rangkaian dari Sumpah Palapa. Sumpah Pemuda merupakan peristiwa yang sangat penting bagi bangsa Indonesia, setelah Sumpah Palapa. Para pemuda pada waktu itu dengan tidak memperhatikan latar kesukuannya dan budaya sukunya berkemauan dan berkesungguhan hati merasa memiliki bangsa yang satu, bangsa Indonesia. Ini menandakan bukti tentang kearifan para pemuda pada waktu itu. Dengan dibacakannya Sumpah Pemuda, maka sudah tidak ada lagi ide kesukuan atau ide kepulauan, atau pun ide propinsialisme. Daerah-daerah adalah bagian yang tidak bisa dipisah-pisahkan dari satu tubuh, yaitu tanah Air Indonesia, bangsa Indonesia, dan bahasa Indonesia. Sumpah Pemuda adalah ide kebangsaan Indonesia yang bulat dan bersatu, serta telah mengantarkan kita ke alam kemerdekaan, yang pada intinya didorong oleh kekuatan persatuan Indonesia yang bulat dan bersatu itu. Yang harus kita lakukan adalah, dengan kesadaran baru yang ada pada tingkat kecerdasan, keintelektualan, serta kemajuan kita sekarang ini, bahwa bangsa ini dibangun dengan pilar bernama Bhinneka Tunggal Ika yang telah mengantarkan kita sampai hari ini menjadi sebuah bangsa yang terus semakin besar di antara bangsabangsa lain di atas bumi ini, yaitu bangsa Indonesia, meskipun berbeda-beda (suku bangsa) tetapi satu (bangsa Indonesia). Dan dikuatkan dengan pilar Sumpah Palapa diikuti oleh Sumpah Pemuda yang mengikrarkan persatuan dan kesatuan Nusantara/bangsa Indonesia, serta proklamasi kemerdekaan dalam kesatuan dan persatuan bangsa Indonesia yang utuh dan menyeluruh. Hal itu tidak terlepas dari pembentukan jati diri daerah sebagai dasar pembentuk jati dari bangsa. Hingga saat ini, ke-Bhinneka Tunggal Ika-an tersebut, di beberapa daerah masih terwujud dengan mempertahankan etika masing-masing kedaerahan, baik budaya, bahasa, sastra, maupun seni daerahnya, yang hidup berdampingan dengan tentram dan damai. Hal ini di karenakan individu manusia yang memiliki perilaku budaya sebagai
2

Tjahjopurnomo S.J. Sumpah Palapa dan Sumpah Pemuda: Beberapa Catatan tentang Persatuan. Makalah disampaikan pada Seminar Buku Langka sebagai Sumber Kajian Kebudayaan Indonesia , di Auditorium Perpustakaan Nasional RI, Jl. Salemba Raya No. 28 A, Jakarta, 28 Oktober 2004.

landasan tindakannya. Akan tetapi tidak terlepas dari sifat dasar manusia itu sendiri, yaitu baik, jujur, cerdas, murah hati, tidak berbahaya, suka menolong, ramah dan suka damai3. Sifat dasar tersebut tercermin di dalam keseharian pergaulan antar manusia yang mengatur komunikasi, perilaku, dan adat istiadat sebagai etika yang dimiliki oleh suku-suku bangsa masing-masing.
Kini, dalam perjalanan sejarah perkembangan Indonesia, untuk mewujudkan kesatuan dan persatuan dalam mengangkat Jati Diri Bangsa, Departemen Pariwisata mencanangkan Visit Indonesian Yearagar bangsa Indonesia tetap memiliki kewibawaan di kancah Internasional. Demi mempromosikan Indonesia tersebut, Pemerintah membangun visi misi dan strategi pembangunan nasional dalam mewujudkan Jati Diri Bangsa kembali.

2.

Bhineka Tunggal Ika Sebagai Budaya Bangsa Dalam Membangun NKRI

Bhineka tunggal ika adalah kesatuan geopolitik dan geobadaya yang terpencar dari Sabang sampai Merauke, dimana terdapat berbagai macam agama, ide, ideologis suku bangsa dan bahasa. Proses degradasi nilai budaya ternyata tidak hanya di pengaruhi oleh budaya dari luar namun juga terdapat pengaruh dari dalam yang juga memberi dampak negatif yang sangat kuat dalam pemunculan nilai budaya yang baru. Hal itu terlihat dari munculnya konsep-konsep pembanguanan yang sama dan seragam antara kota dan desa di seluruh Indonesia. Pertumbuhan kota-kota besar dan terkonsntrasinya penduduk dalam sebuah titik pembangunan yang mengakibatkan perubahn pola pikir dan tingkah laku masyarakat. Keadaan tersebut mengakibatkan munculnya kepenuhsesakan, perubahan-perubahan pola pikir dan tingkah laku, menumbuhkan ketidaksamaan (iniqualities) dan ketidakadilan. Hal-hal tersebut di atas memunculkan mutasi psikologis yang diserahkan sebagai kekacauan dan gangguan dari pada kemantapan dan perbaikan hidup. Proses pembangunan yang tidak merata antar satu kawasan dengan kawasan yang lainnya yang mengakibatkan ketimpangan sosial. Di era globalisasi saat ini perkembangan teknologi dan komunikasi yang sangat cepat telah berhasil mengubah dan mempengaruhi perkembangan dari budaya indonesia. Lalu, dengan proses masuknya budaya negara-negara barat, korea,dan india. Saat ini bangsa indonesia yang dikenal sebagai bangsa berbudaya dan berbahasa dengan keanekaragaman telah mengalami kemunduran serta kehilangan identitasnya. Banyak hal yang terjadi dan telah membuat bangsa indonesia telah kehilangan identitasnya sebagai bangsa yang besar. Perkembangan budaya bangsa yang semakin menurun. Para generasi penerus seperti anak muda tidak peduli dengan keberlangsungan dari budaya daerah masing-masing. Budaya daerah satu per satu mulai hilang akibat telah kehilangan eksistensi dalam menghadapi perkembangan di era global yang semakin ketat dan keras tersebut.

Ray, Veronica. Spiritualitas Alam: Renungan tentang Masuk ke dalam Dunia di Luar Diri Saya Sendiri. Penerjemah: Rita S.S. Jakarta: Profesional Books. 1997: 83.

Seharusnya kita belajar dari negara asia seperti jepang dan china. Kedua negara yang sangat berani dan berjuang dalam mempertahankan dan melestarikan budaya bangsa mereka. Bahkan negara samurai saja dengan beraninya mempertahakan bahasa jepang sebagai bahasa resmi mereka meskipun ada warga asing yang akan melakukan hubungan diplomasi maupun negosiasi dagang mereka. Tanpa budaya Indoseia akan kehilangan karakter indonesia. 3. Bhineka Tunggal Ika Mewujudkan Persatuan Indonesia

Dalam pancasila, Bhineka Tunggal Ika dituangkan dalam sila ketiga, yakni Persatuan Indonesia yang merupakan landasan hukum dalam hal integrasi bangsa dan negara, serta sebagai motivasi perbuatan baik di kehidupan masyarakat. Pancasila maerupakan nyawa bagi Indonesia. Dalam pancasila sebenarnya landasan dan tujuan negara sekaligus tercantum secara implisit dan eksplisit. Sila ke-1 sampai dengan sila ke-4 merupakan nyawa bangsa yang saling menjiwai satu dengan yang lainnya unuk mencapai tujuan negaara yang tercantum pada sila ke-5. Namun, saat ini semangat Bhineka Tunggal Ika dalam kehidupan masyarakat semakin pupus. Sudah terlalu banyak konflik SARA yang mengguncang bumi pertiwi beberapa dekade terakhir (contoh : kerusuhan antara Suku Dayak dan Madura di Sampit, kerusuhan Poso, kerusuhan Ambon, Gerakan Aceh Merdeka, Organisasi Papua Merdeka). Mungkin mereka tidak sadar bahwa dulunya bangsa ini bisa menegakkan kepala berkat perjuangan keras tokoh-tokoh yang berebeda suku, ras, maupun agama. Di satu sisi kemajemukan ini memiliki keanekaragaman corak bisa menjadi nilau plus tersendiri bagi Indonesia di mata dunia. Namun disisi lain, terlalu banyak perbedaan basa saka menjadi pemicu kecemburuan sosial dan malah menjadi bumerang bagi indonesia. Persatuan Indonesia tidak kan bisa terwujud jika kerjasama dan pengertian antara pemerintah dan masyarakat tidak terjalin dengan baik. Pemerintah beserta seluruh lapisan masyarakat seharusnya sadar bahwa persatuan Indonesia jauh lebih penting daripada sentimen kedaerahan. Dengan demikian, Indonesia akan menjadi negara yang kokoh dan tak mudah dijajah fisik maupun pikiran oleh negara lain. Dalam hal agama dan kepercayaan, telah terjadi kesalahan yang fatal yang dilakukan oleh pemerintah, terutama pada era pemerintahan rezim orde baru. Berawal dari era tersebut, kebebasan beragama dan menganut kepercayaan telah dikekang oleh pemerintah, namun seolah-seolah memberikan kebebasan dengan memberikan lima pilihan agama yang boleh dianut di Indonesia. Hal ini mengakibatkan punahnya keberagaman agama dan kepercayaan di Indonesia. Salah satunya adalah agama Konghucu yang tidak mampu berkembang akibat tekanan politik. Pada hal kepercayaan, di berbagai daerah dikenal Permalim, Pelbegu, Kaharingan, dan lain-lain yang tidak mendapatkan ruang ekspresi akibat kebijakan agama yang seolah menentang adanya pluralitas.

Hal ini telah menunjukkan kegagalan bangsa Indonesia, terutama pemerintahnya dalam membawa Indonesia ke negara persatuan dan kesatuan. Ditambah lagi dengan adanya modernisasi yang dibawa oleh negara dan pasar dalam berbagai bentuk. Sebuah harapan yang mustahil untuk menciptakan persatuan dan kesatuan ketika masyarakat Indonesia belum mampu dikontrol dan diarahkan untuk secara bersama-sama mewujudkan cita-cita tersebut. Oleh karena itu, seharusnya pemerintah lah yang mengambil peran untuk menangani permasalahan seperti in

BAB III PENUTUP 1. Kesimpulan Dari penjelasan diatas dapat disimpulakan: a. Secara harfiah Bhinneka Tunggal Ika diterjemahkan "Beraneka Satu Itu", yang bermakna meskipun berbeda-beda tetapi pada hakikatnya bangsa Indonesia tetap adalah satu kesatuan. Semboyan ini digunakan untuk menggambarkan persatuan dan kesatuan Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang terdiri atas beraneka ragam budaya, bahasa daerah, ras, suku bangsa, agama dan kepercayaan b. Bhineka Tunggal Ika sebagai karakter bangsa Indonesia, berarti bahwa sudah sejak dulu hingga saat ini kesadaran akan hidup bersama di dalam keberagaman sudah tumbuh dan menjadi jiwa serta semangat bangsa di negeri ini. c. Di era globalisasi saat ini perkembangan teknologi dan komunikasi yang sangat cepat telah berhasil mengubah dan mempengaruhi perkembangan dari budaya indonesia. Lalu, dengan proses masuknya budaya negara-negara barat, korea,dan india. Saat ini bangsa indonesia yang dikenal sebagai bangsa berbudaya dan berbahasa dengan keanekaragaman telah mengalami kemunduran serta kehilangan identitasnya. d. Adanya kegagalan bangsa Indonesia, terutama pemerintahnya dalam membawa Indonesia ke negara persatuan dan kesatuan. Ditambah lagi dengan adanya modernisasi yang dibawa oleh negara dan pasar dalam berbagai bentuk. 2. Saran Penulis meyakini masih banyak kekurangan yang terdapat dalam penulisan makalah ini. Oleh kerena itu penulis berharap saran yang membangun, guna menyempurnakan laporan ini baik dalam penulisan atau dalam observasinya. Selanjutnya, semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Вам также может понравиться