Вы находитесь на странице: 1из 67

Tuti Herawati, SKp, MN

Introduction
Struktur Organ: Jantung, pembuluh darah besar, esofagus, trakeobronkial dan paru-paru 25% of kematian akibat KLL disebabkan karena trauma dada Trauma abdomen umumnya disertai dengan trauma dada Penyebab: trauma tumpul dan trauma tajam Fokus pencegahan Sistem yang memperbaiki keselamatan penumpang seperti airbags, safety belt

Hipoksia
Hipoventilasi Hipovolemia Kegagalam

myocard

Anatomi & Fisiologi Thorax


Tulang dinding thorax 12 pasang tulang-tulang iga yang berbentuk C
Ribs 1-7: Join at sternum with cartilage end-points Ribs 8-10: Join sternum with combined cartilage at 7th rib Ribs 11-12: No anterior attachment

Sternum
Manubrium
Joins to clavicle and 1st rib Jugular Notch

Body
Sternal angle (Angle of Louis) Junction of the manubrium with the sternal body Attachment of 2nd rib

Xiphoid process
Distal portion of sternum

PENYEBAB TRAUMA DADA


Trauma Tajam
Panah, pisau, handguns, Shotguns, tergantung jarak dengan senjata dan kaliber.
Type I: >7 meters: injuri jaringan lunak Type II: 3-7 meters : penetrasi ke fascia dan organ internal Type III: <3 meters: kerusakan jaringan yang hebat.
Trauma.org

Trauma Tumpul

Tension

Pneumothorax Massive Haemothorax Open Pneumothorax Cardiac Tamponade Flail chest Fraktur iga Kontusio paru Blunt aortic injury Blunt myocardial injury

Trachea

Expansion Decreased. Chest may be fixed in hyperexpansion

Breath Sounds

Percussion

Tension Pneumothorax

Away

Diminshed or absent

Hyper-resonant

Simple Pneumothorax

Midline

Decreased

May be diminished Diminished if large. Normal if small Normal. May have crackles May be reduced

May be hyperresonant. Usually normal Dull, especially posteriorly Normal Normal

Haemothorax Pulmonary Contusion Lung collapse

Midline

Decreased

Midline Towards

Normal Decreased

>50% trauma dada disebabkan oleh trauma

tumpul Compressional forces flex and fracture ribs at weakest points Iga 1-3 diperlukan kekuatan yang besar bila terjadi fraktur, dapat menyebabkan injuri paru Iga 4-9 tempat yang paling umum terjadi farktur Iga 9-12 jarang terjadi fraktur Transmisikan energy trauma ke organ internal Bila fraktur, curigai adanya injuri hepar dan limpa Hypoventilasi umum terjadi karena nyeri

Dihubungkan dengan trauma tumpul yang hebat di

anterior Khas pada kecelakan mobil


Incidence: 5-8% Mortality: 25-45%
Myocardial contusion Pericardial tamponade Cardiac rupture Pulmonary contusion

Direct Blow (i.e. Steering wheel)

Dislocation uncommon
Tracheal depression if posterior

Terjadi

bila dua atau lebih iga yang berdekatan fraktur pada satu tempat atau lebih yang mengakibatkan segmen iga mengambang Segmen mengambang mengalami gerakan paradoks

Paradoxical chest wall movement

The point of insertion in the chest most commonly occurs on the side (lateral thorax), at a line drawn from the armpit (anterior axillary line) to the side (lateral) of the nipple in males, or to the side (about 2 in [5 cm]) above the sternoxiphoid junction (lower junction of the sternum, or chest bone) in females.

Dapat berkembang menjadi Tension Pneumothorax Terjadi saat jaringan paru-paru rusak dan udara masuk ke ruang pleura.
Udara terkumpul di rongga pleura Kolaps paru Kolaps Alveoli (atelectasis) gangguan pertukaran gas
Increased ventilation but no alveolar perfusion Reduced respiratory efficiency results in HYPOXIA

Ventilation/Perfusion Mismatch

Defek pada dinding dada menyebabkan adanya


hubungan atmosfir dg rongga pleura Paru akan kolaps Pendorongan mediastinum ke sisi yg tidak injuri Udara akan masuk bila diamter luka 2/3 diameter of the trachea Tanda & gejala
Penetrating chest trauma Sucking chest wound Frothy blood at wound site Severe Dyspnea Hypovolemia

terkumpulnya udara di rongga pleura dan tidak bisa keluar Progression of Simple or Open Pneumothorax Paru-paru kolaps Penurunan aliran balik ke jantung Mediastinum & takea terdorong ke arah yg tidak injuri Pasien sesak, TD turun

Akumulasi darah di rongga pleura


Trauma tumpul maupun trauma tajam Perdarahan serius akumulasi 1,500 mL darah
Mortality rate of 75% Each side of thorax may hold up to 3,000 mL

Menyertai pneumotorax : hemopneumothoraks Perlu dekompresi, drainase, resusitasi cairan,

pembedahan (perdarahan>1000 cc & bertambah 100 cc/jam)

Shock

Dyspnea Tachycardia Tachypnea Diaphoresis Hypotension


Dullness

saat percussion, suara nafas menurun di area injuri

Memar pada jaringan parenkim paru


30-75% of patients akibat trauma tumpul,

menyertai pada fraktur iga Terjadi hemoptisis Perdarahan di jaringa alveolar 1- 1 L Gambaran akibat kontusio baru jelas terlihat dalam 24- 48 jam setelah trauma Perbaikan setelah 3-5 hari Komplikasi ARDS dan pneumonia

Saat masuk

24 jam setelahnya

76% pasien dengan trauma tumpul dada yg hebat


Yang sering terkena Atrium & Ventricle kanan Menurunkan kekuatan kontraksi jantung sehingga

menurunkan curah jantung komplikasi


Hematoma

Hemopericard
Myocardial necrosis Dysrhythmias

CHF & or Cardiogenic shock

Memar

di dinding dada Tachycardia and/or irregular rhythm Retrosternal pain similar to MI Menyertai fraktur iga / sternal Nyeri dada tidak hilang dengan pemberian oksigen

Hambatan pengisian jantung yg disebabkan

darah/ cairan lain dalam pericardium Robeknya arteri koroner 200-300 ml darah membatasi efektifitas kontraksi jantung, memperbaiki kerja jantung bila dikurangi sedikitnya 20 cc Trias Beck: TD menurun, distensi vena leher dan bunyi jantung terdengar menjauh

Pericardial Tamponade Signs & Symptoms

Dyspnea Possible cyanosis Becks Triad


JVD Distant heart tones Hypotension or narrowing pulse pressure

Weak, thready pulse Shock

Kussmauls sign Decrease or absence of JVD during inspiration Pulsus Paradoxus Drop in SBP >10 during inspiration Due to increase in CO2 during inspiration Electrical Alterans P, QRS, & T amplitude changes in every other cardiac cycle PEA

Aorta most commonly injured in severe blunt or penetrating

trauma
85-95% mortality Typically patients will survive the initial injury insult 30% mortality in 6 hrs 50% mortality in 24 hrs 70% mortality in 1 week

Injury may be confined to areas of aorta attachment


Signs & Symptoms Rapid and deterioration of vitals Pulse deficit between right and left upper or lower extremities

ABCs

O2 konsentrasi tinggi dengan NRB Intubasi jika diindikasikan Alat bantu nafas

Antisipasi penurunan curah jantung Manajemen shock Pemberian analgesik Drainase (WSD) Stabilisasi area fraktur Pasang verban dengan plester 3 sisi dekompresi

TRAUMA DADA Tumpul Tajam

PNEUMOTHOTAKS HEMATOTHORAKS FRAKTUR IGA FLAIL CHEST TAMPONADE JANTUNG GAGAL NAFAS AKUT

DAMPAK PATOLOGIS

Hipoxia, hipovolemia, gagal miokardium

1.

VENTILASI

: PERGERAKAN UDARA

Gerakan diapraghma, perbedaan tekanan rongga pleura-intrapulmonal-udara luar, kepatenan jalan nafas, gaya recoil, dan surfaktan

2.

DIFUSI : PERTUKARAN GAS

Kondisi jaringan alveolus, kondisi gas terlarut

3.

PERFUSI : PEREDARAN O2 CO2 KE/DARI SELURUH TUBUH

Kebutuhan kapilerisasi paru dan tubuh, komponen darah

Kaji pernafasan, irama, keluhan bertambahnya sesak nafas, sianosis, dan penggunaan otot tambahan Kaji bunyi paru, perkusi paru, pengembangan paru, gerakan dinding dada, krepitasi Kaji posisi mediastinal tubuh, JVP Kaji rotgen dada Posisi semifowler/fowler (jika vertebra aman) Ajarkan nafas dalam dan batuk efektif Berikan oksigen Kolaborasi Siapkan (fisik dan mental) klien untuk thoracosintesis atau thoracostomy (WSD) Monitor kepatenan selang WSD, undulasi, buble, warna jumlah keluaran, posisi botol Siapkan klien untuk dipasang mesin bantuan pernafasan Berikan balut elastis bila diperlukan

Kaji sianosis, pengembangan dada, kelemahan Kaji bunyi paru, sesak, batuk Kaji Analisa gas darah Posisi semifowler/fowler Ajarkan nafas dalam Berikan oksigen Balance cairan (ukur minum-urin); jika indikasi udema paru, monitor intake peroral/infuse Batasi aktivitas Kolaborasi Berikan obat-obat antihistamin, Siapkan fisik dan mental klien untuk pemasangan alat Bantu pernafasan

1.

2.

Tujuan: mengembalikan pengembangan paru pola nafas adekuat Prinsip:

Steril Sistem tertutup Adanya perbedaan tekanan antara botol dan rongga pleura)

Perawatan pasien dengan drain dada (WSD)


Awal pemasangan WSD; Perawat perlu memastikan: Pasien terinformasikan dgn jelas prosedur yang akan dilakukan dan mendapatkan consent/ persetujuan dari pasien Alat yang diperlukan siap untuk pelaksanaan prosedur yang aman Pertahankan teknik aseptic Posisikan pasien nyaman dan tepat Analgesic telah diberikan Memasang vena akses untuk kondisi emergensi pemberian cairan/medikasi bila diperlukan

Selama prosedur/pemasangan WSD: Menemani pasien Monitor tanda nyeri dan distress Monitor tanda vital dan saturasi oksigen tiap 15 menit pada jam pertama Beri oksigen Monitor area insersi WSD jika ada tanda emfisema subkutan Monitor drainase yang perlu didokumentasikan pada form observasi Pastikan tube/selang paten, cek undulasi selama pasien bernafas. Cek bubling (menunjukkan udara dalam rongga pleura) Jika undulasi dan/atau bubling tidak tampak anjurkan pasien untuk batuk; jika tidak berhasil informasikan medis.

1.

2.

Monitor tanda vital, pernafasan: suara nafas, gerakan,pegembangan dada, penggunaan otot tambahan, sesak, saturasi oksigen, dan analisa gas darah Monitor WSD: botol selalu di bawah dada, selang terendam air, monitor undulasi, gelembung udara, cairan yang ada. Jika cairan tiba-tiba > 100 ml/jam segera lapor (kecuali< 6 jam post operasi). Cek kepatenan selang, panjang selang, dan pastikan selang tidak bocor

1. 2.

3.

4.

Selang tidak paten: tertekuk, tersumbat ganti selang tempat sumbatan Selang tercabut/tertarik klamp/tekuk selang, sambung kembali (sterila), lapor Pecah botol/terguling botol dikembalikan posisi, cek rendaman selang Selang copot dari dada tutup luka, cek tanda vital, lapor

Вам также может понравиться