Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Pada kasus ini seorang anak laki-laki usia 11 bulan datang dengan keluhan Batuk dirasakan selama 2 minggu sebelum masuk rumah sakit. Batuk berdahak, dahak berwarna kuning dan kental, demam sejak 1 minggu sebelum masuk rumah sakit, demam naik turun, suhu saat demam tidak terlalu tinggi, dan turun dengan pemberian obat penurun panas. Demam muncul pada saat yang tidak tentu. Menggigil (-) dan pilek di sangkal. Riwayat kejang disangkal. BAB normal, BAK normal. Riwayat muntah terus menerus disangkal. Pasien sudah berobat ke dokter, diberi obat sirup penurun panas dan puyer, demam sembuh 2 hari SMRS. Namun batuk dan sesak belum sembuh Dari pemeriksaan fisik, didapatkan kesan umum os tampak sesak napas, kesadaran kompos mentis, nadi 125 x/menit, napas 78 x/menit, T 380C, BB 7,5 kg, TB 74 cm, status gizi normal??. Dada: retraksi interkostalis (D) dan Paru Inspeksi: bentuk dan gerak simetris, retraksi interkostalis (D), Auskultasi: ronkhi basah di paru kiri dan kanan, wheezing (+/+)
Diagnosa banding pada anak dengan usia 11 bulan dengan keluhan utama batuk dan sesak napas ini diantaranya adalah bronkopneumonia, bronkiolitis, asma dan bronkhitis. Diagnosa asma pada pasien ini sementara dapat disingkirkan berdasarkan anamnesis tidak ada riwayat keluarga dengan asma. Napas cepat merupakan gejala utama pada lower respiratory tract infection terutama pada bronkiolitis dan pneumonia. Retraksi dinding dada sering terjadi pada penderita bronkiolitis. Gejala batuk dan kesulitan bernapas pada anak yang disertai dengan wheezing selain pada asma juga dapat ditemukan pada beberapa kondisi seperti bronkiolitis, pneumonia dan juga kadang dapat ditemukan pada bronkitis. Dari pemeriksaan penunjang berupa pemeriksaan darah rutin didapatkan hasil leukosit sebanyak ??uL yang menunjukkan adanya leukositosis, nilai hemoglobin, trombosit, dan hematokrit berada dalam batas normal. Hal ini memperkuat kecurigaan terhadap etiologi infeksi yang menyebabkan timbulnya batuk dan sesak napas. Hasil pemeriksaan foto thoraks menunjukkan adanya infiltrat pada paru kanan atas precordial. Hasil foto thoraks ini
mengarahkan diagnosis pada bronkopneumonia. Berdasarkan gejalanya pada pasien ini dapat diklasifikasikan sebagai pneumonia berat karena ditemukan takipnea dan retraksi intercostalis. Untuk klasifikasi etiologi belum dapat diketahui penyebab infeksi yang dapat berupa virus, bakteri atau mycoplasma. Dari golongan bakteri, bakteri yang sering menginfeksi anak usia 11 bulan adalah Streptococcus pneumonia dan Chlamydia pneumonia sedangkan dari golongan virus adalah Respiratory syncytial virus dan Influenza virus. Namun untuk mengetahui etiologi secara pasti diperlukan pemeriksaan kultur dari spesimen sputum. Terapi yang diberikan pada pasien ini meliputi terapi suportif, simtomatik dan kausatif. Terapi suportif yang diberikan adalah pemberian O2 melalui nasal kanul -1 liter permenit. Saturasi oksigen pada pasien harus dipertahankan >92%, oleh karena itu untuk pemantauan diperlukan pemasangan pulse oximetry untuk mengetahui saturasi oksigen dalam darah. Selain itu juga dilakukan pemasangan infus cairan intravena berupa Dekstrose 5% 20 tetes per menit untuk memenuhi kebutuhan cairan dan sebagian nutrisi pada pasien. Kebutuhan cairan pada pasien anak yang berusia 11 bulan dengan BB 2,8 kg ini adalah sebesar 100 ml/kgBB dalam 1 hari, sehingga diperoleh hasil jumlah tetesan infus 12-15 tetes per menit. Untuk memenuhi kebutuhan nutrisi maka dilakukan pemasangan NGT atas indikasi anak tidak mau minum dan menghindari aspirasi. Susu formula atau asi perah diberikan personde sebanyak 35 ml setiap 4 jam untuk memenuhi kebutuhan energi bayi usia 1-3 bulan yaitu sekitar 45-60 kkal/kgBB dimana susu formula atau ASI memiliki kandungan energi sebesar 20 kkal/oz atau 0,67 kkal/ml. Sebagai terapi simtomatik pada pasien ini diberikan dosis nebulizer berupa bronkodilator kerja cepat yaitu combivent untuk membantu melegakan pernapasan, pada pasien ini dosis yang diberikan adalah ampul sediaan (1,25 ml) ditambah dengan 2 ml Nacl diberikan setiap 8 jam. Adapun indikasi nebulisasi pada anak adalah gangguan pernapasan seperti sesak napas yang cukup berat seperti bronkopneumonia dan asma bronkhial. Untuk terapi kausatif pada pasien ini diberikan antibiotik cefotaxime sebesar 200 mg diberikan 3 kali dalam sehari secara intra vena, cefotaxime merupakan antibiotik golongan sefalosporin gernerasi ke-3 dengan mekanisme aksi menghambat sintesis dinding sel bakteri dengan berikatan dengan satu atau lebih ikatan protein - penisilin (penicillin-binding proteinsPBPs) yang selanjutnya akan menghambat tahap transpeptidasi sintesis peptidoglikan dinding sel bakteri sehingga menghambat biosintesis dinding sel. Bakteri akan mengalami lisis karena
aktivitas enzim autolitik (autolisin dan murein hidrolase) saat dinding sel bakteri terhambat. Seftriakson merupakan antibiotik spektrum luas yang cukup efektif pada bakteri gram positif dan gram negatif sehingga sesuai untuk digunakan pada pasien ini dimana mikroorganisme penyebab infeksi belum diketahui. Prognosis pada anak umumnya baik dengan pengawasan dan terapi yang adekuat.
BAB IV KESIMPULAN
Pneumonia adalah infeksi akut parenkim paru yang meliputi alveolus dan jaringan interstisial. Pneumonia didefinisikan berdasarkan gejala dan tanda klinis, serta perjalanan Health Organization mendefinisikan pneumonia hanya berdasarkan
penyakitnya. World
penemuan klinis yang didapat pada pemeriksaan inspeksi dan frekuensi pernapasan. Pneumonia dapat disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme yaitu bakteri, virus, jamur, protozoa, yang sebagian besar disebabkan oleh bakteri. Penyebab tersering pneumonia bakterialis adalah bakteri positif-gram, Streptococcus pneumonia yang menyebabkan pneumonia streptokokus. Bakteri staphylococcus aureus dan streptococcus aeruginosa. Pneumonia lainnya disebabkan oleh virus, misalnya influenza. Gejala dan tanda pneumonia dapat ddibedakan menjadi gejala umum infeksi (non spesifik), gejala pulmonal, pleural, dan ekstrapulmonal. Diagnosis ditegakkan berdasarkan anamnesa, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjuang, terutama hasil foto thoraks. Tatalaksana berupa terapi antibiotik, terapi oksigen, dan terapi tambahan berupa penurun panas dan bronkodilator kerja cepat. Prognosa pada anak umumnya baik dengan terapi dan pemantauan adekuat, namun hal ini tergantung pada keadaan umum pasien dan timbulnya komplikasi pneumonia.