Вы находитесь на странице: 1из 28

MAKALAH FARMAKOTERAPI I

GEJALA KLINIS ULKUS PEPTIKUM

Oleh Kelompok 3

Anondini F.G. Dewi Murni Erni Dwi N. Fungi Gothalia Kurniawan Adi S.

(1206312832) (1206312946) (1206313034) (1206313122) (1206313293)

Novia Wulandari Rionaldo Sarano Septi Hanna D. Wahyu Kurnianto Zuisa Martiara S.

(1206313431) (1206313614) (1206313690) (1206313835) (1206313961)

PROGRAM PROFESI APOTEKER FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS INDONESIA DEPOK 2012

KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, karena berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah Gejala Klinis Ulkus Peptikum ini. Penyusunan makalah ini bertujuan untuk memberikan gambaran kepada pembaca mengenai gejala klinis ulkus peptikum secara umum dan berdasarkan letak ulkus. Setelah membaca dan mempelajari makalah ini, diharapkan pembaca dapat lebih memahami tentang gejala klinis ulkus peptikum. Penulis menyadari sepenuhnya bahwa baik penulisan maupun materi dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, masukan dan kritikan yang membangun sangat diharapkan. Tidak lupa penulis menyampaikan terima kasih kepada dosen mata kuliah Farmakoterapi I yang telah membantu selama pembuatan makalah ini, serta pihak pihak lain yang turut membantu dan mendukung hingga terselesaikannya makalah ini. Akhir kata, penulis berharap makalah gejala klinis ulkus peptikum ini dapat bermanfaat bagi para pembacanya. Terima kasih.

Depok, Oktober 2012

Penulis

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................... i KATA PENGANTAR ........................................................................................ ii DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii BAB I PENDAHULUAN .................................................................................... 1 1.1 1.2 1.3 1.4 Latar Belakang ............................................................................................ 1 Tujuan Penulisan ......................................................................................... 2 Rumusan Masalah........................................................................................ 2 Sistematika Penulisan .................................................................................. 2

BAB II Gejala Klinis Ulkus Peptikum .............................................................. 3 2.1 2.2 Gejala Klinis Umum Ulkus Peptikum ...........................................................3 Gejala Klinis Berdasarkan Letak Ulkus ....................................................... 7

BAB III KESIMPULAN ..................................................................................... 19

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Istilah ulkus peptikum (peptic ulcer) mengacu pada rusaknya lapisan mukosa di bagian mana saja di saluran GI, tetapi biasanya di lambung atau duodenum. Ulkus dapat didefiniskan sebagai kerusakan integritas perut dan/atau duodenum yang mengakibatkan kerusakan atau luka karena terjadi inflamasi. Rasa sakit seperti terbakar pada bagian epigastik yang disebabkan oleh pergerakan makanan yang cepat dan meningkat merupakan gejala kompleks yang berhubungan dengan penyakit ulkus peptikum. Ulkus gaster mengacu pada hanya ulkus di lambung. Ulkus (tukak) terbentuk apabila sel sel mukosa usus tidak menghasilkan mukus yang adekuat untuk melindungi diri terhadap pencernaan asam, atau apabila terjadi produksi asam yang berlebihan di lambung yang mengalahkan sawar pertahanan mukus. Penyaluran asam berlebihan ke duodenum juga dapat menyebabkan ulkus. Penurunan produksi mukus dapat disebabkan oleh berbagai hal yang menurunkan aliran darah ke usus hingga terjadi hipoksia lapisan mukosa, dan cedera atau kematian sel sel penghasil mukus. Ulkus jenis ini disebut ulkus iskemik. Penurunan aliran darah terjadi pada semua jenis syok. Suatu ulkus iskemik khusus yang timbul setelah luka bakar yang parah disebut ulkus Curling (Curlings ulcer). Penurunan produksi mukus di duodenum juga dapat terjadi akibat inhibisi kelenjar penghasil mukus di duodenum, yang disebut kelenjar Brunner. Aktivitas kelenjar Brunner dihambat oleh stimulasi simpatis. Stimulasi simpatis meningkat pada keadaan stres kronik sehingga terdapat hubungan antara stres kronik dan pembentukan ulkus. Penyebab lain dari penurunan produksi mukus yaitu bakteri Helicobacter pylori. H. Pylori diperkirakan mengkoloni sel sel penghasil mukus di lambung dan duodenum, yang dapat mempengaruhi kemampuan sel sel tersebut menghasilkan mukus. Gejala umum ulkus peptikum secara umum antara lain nyeri abdominal, nyeri nokturnal, rasa terbakar, sendawa, kembung, mual, muntah dan anoreksia.

Gejala ulkus peptikum dapat bervariasi tergantung pada letak ulkus. Frekuensi dari intensitas gejala juga turut dipengaruhi oleh letak ulkus. Oleh karena itu dalam makalah ini dibahas mengenai perbedaan gejala berdasarkan letak ulkus agar dapat diberikan penanganan yang tepat sesuai dengan letak ulkus.

1.2 Tujuan Penulisan Mengetahui gejala klinis ulkus peptikum secara umum, perbedaan gejala klinis berdasarkan letak ulkus, serta mekanisme dari gejala yang terjadi.

1.3 Rumusan Masalah a. Bagaimana gejala klinis ulkus peptikum secara umum? b. Apakah perbedaan gejala klinis ulkus peptikum berdasarkan letaknya? c. Bagaimana mekanisme reaksi dari gejala yang terjadi?

1.4 Sistematika Penulisan BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang 1.2 Tujuan Penulisan 1.3 Rumusan Masalah 1.4 Sistematika Penulisan BAB II GEJALA KLINIS ULKUS PEPTIKUM 2.1 Gejala Klinis Umum Ulkus Peptikum 2.2 Gejala Klinis Berdasarkan Letak Ulkus BAB III KESIMPULAN

BAB 2 GEJALA KLINIS ULKUS PEPTIKUM

2.1 Gejala Umum Ulkus Peptikum Istilah ulkus peptikum mengacu pada rusaknya lapisan mukosa di bagian mana saja di saluran GI, tetapi biasanya di lambung atau duodenum. Ulkus dapat didefinisikan sebagai kerusakan integritas perut dan/atau duodenum yang mengakibatkan kerusakan atau luka karena terjadi inflamasi.

Tabel 1. Karakteristik ulkus berdasarkan penyebab yang umum Karakteristik Onset Daerah kerusakan utama Adanya gejala Mekanisme perlukaan Sering Infeksi Jarang Mekanisme pertahanan menurun Kerusakan karena asam Respon terhadap obat pengatur sekresi asam Tidak Ya Ya Besar Kurang Jarang Mekanisme pertahanan menurun Kurang H. Pylori Kronis Duodenum NSAID Kronis Lambung Stress Akut Lambung

Gejala Klinis dari ulus peptikum bervariasi tergantung pada keparahan nyeri abdominal dan adanya komplikasi. Secara umum gejala yang terjadi adalah nyeri epigastrum ringan atau akut yang dapat mengancam jiwa akibat komplikasi gastrointestinal. Gejala Nyeri abdominal yang dideskripsikan sebagai rasa terbakar, rasa tidak nyaman, perut terasa penuh dan kram. Nyeri nokturnal yang membangunkan pasien dari tidur (khususnya diantara jam 12 malam sampai jam 3 pagi) Keparahan ulkus tiap individu bervariasi Perubahan karakteristik nyeri dapat dicurigai akibat terjadinya komplikasi Rasa terbakar, sendawa, kembung sering menyetai rasa nyeri Mual, muntah dan anoreksia, lebih sering terjadi pada pasien dengan ulkus lambung dibandingkan ulkus duodenal, tapi dapat menjadi tanda

komplikasi yang terkait ulkus Tanda Penurunan berat badan terkait mual, muntah, dan anoreksia Komplikasi, termasuk pendarahan ulkus, perforasi, penetrasi atau obstruksi yang ditunjukkan oleh gejala darurat: tinja berwarna hitam, atau berdarah muntah parah, yang mungkin termasuk darah atau zat dengan penampilan seperti bubuk kopi (tanda dari perdarahan yang serius) atau seluruh isi perut (tanda obstruksi usus) Nyeri perut, dengan atau tanpa muntah atau adanya darah

Nyeri terkait ulkus pada ulkus duodenal sering terjadi 1 sampai 3 jam setelah makan dan biasanya hilang dengan makanan. Pada ulkus lambung, makanan dapat memicu atau memperparah nyeri ulkus. Antasida biasanya langsung menyembuhkan rasa nyeri pada kebanyakan penderita ulkus. Nyeri abdominal biasanya berkurang atau hilang denga pengobatan, namun kembalinya rasa nyeri setelah sembuh memberikan anggapan bahwa penyakit ini terjadi secara

berulang atau tidak dapat disembuhkan.

Nyeri abdominal tidak selalu berkait dengan ada atau tidaknya asam atau ulkus. Pasien yang terlihat tanpa gejala dapat memiliki ulkus saat endoskopi, dan pasien yang secara endoskopi sudah dinyatakan sembuh mungkin memiliki gejala persisten. Banyak pasien, terutama dewasa tua, dengan komplikasi terkait ulkus yang diinduksi AINS mungkin tidak menunjukkan gejala abdominal. Alasan untuk hal ini masih belum jelas, namun dapat terkait efek analgesik dari AINS atau perbedaan tiap individu menganggap rasa sakit. Dispepsia dapat terkait atau tidak terkait dengan ulkus, dan merupakan nilai klinis yang kecil ketika mencoba mengidentifikasi seseorang yang berpotensi memiliki ulkus. Dispepsia dapat dipastikan dengan endoskopi bagian atas. Jika ulkus tidak dikonfirmasi pada pasien yang memiliki gejala seperti ulkus saat endoskopi, penyakit ini adalah disepsia non ulkus. Gejala seperti ulkus juga dapat terjadi pada tidak adanya ulserasi lambung yang terkait dengan HP gastritis atau duodenitis. Mekanisme yang terjadi pada gejala dispepsia antara lain: 1. Mual Rasa ingin muntah yang dapat di sebabkan oleh impuls iritasi yang datang dari traktus gastrointestinal, impuls yang berasal dari otak bawah yang berhubungan dengan motion sickness, maupun impuls yang berasal dari korteks serebri untuk memulai muntah. Mekanisme mual (pada maag) : Terjadi peradangan lambung akibat kita makan-makanan yang mengandung alkohol, aspirin, steroid, dan kafein sehingga menyebabkan terjadi iritasi pada lambung dan menyebabkan peradangan di lambung yang diakibatkan oleh tingginya asam lambung .Setelah terjadi peradangan lambung maka tubuh akan merangsang pengeluaran zat yang disebut vasoaktif yang menyebabkan permeabilitas kapilier pembuluh darah naik. Sehingga menyebabkan lambung menjadi edema (bengkak) dan merangsang reseptor tegangan dan merangsang hipotalamus untuk mual.

2.

Muntah Pengeluaran isi lambung/perut melalui esophagus dan mulut karena terjadi

kontraksi otot abdominal dan otot dada yang di sertai dengan penurunan

diafragma dan dikontrol oleh pusat muntah otak. Penyebab : infeksi virus, stress, kehamilan obat-obatan. Mekanisme muntah (pada maag) : Lambung memberikan sinyal ke zona kemoreseptor oleh system saraf aferen dan saraf simpatis yang menyebabkan kontraksi antiperistaltik dan menyebabkan makanan kembali ke duodenum dan lambung setelah masuk ke duodenum. Akibatnya banyak terkumpul makanan di lambung dan mengganggu kerja lambung dan duodenum sehingga duodenum teregang. Akibat duodenum teregang mengakibatkan kontraksi kuat diafragma dan otot dinding abdominal sehingga menyebabkan tekanan di dalam lambung tinggi. Setelah itu kita menjadi bernafas dalam dan naiknya tulang lidah dan laring untuk menarik sfingter esofagus bagian atas supaya terbuka. Sfingter bagian bawah berelaksasi dan pengeluaran isi lambung melalui esofagus dan keluar, hal ini disebut muntah.

3. Sendawa adalah keluarnya gas dari saluran cerna (kerongkongan dan lambung) ke mulut yang disertai adanya suara. Relaksasi dari sfingter esofageal untuk tujuan melegakan tekanan di perut (dari gas dan pencernaan makanan) dan melepaskan udara yang terperangkap di lambung sehingga menimbulkan ketidaknyamanan di saluran cerna menyebabkan terjadinya sendawa. Timbulnya suara disebabkan oleh getaran udara atau gas pada katup kerongkongan saat keluarnya gas. Sendawa pada penderita ulkus lambung disebabkan oleh sumbatan mekanis yang terjadi di sepanjang lambung sampai rectum, selain itu juga disebabkan karena produksi gas yang berlebihan. Produksi gas tersebuat biasanya disebabkan oleh bakteri. (Sherwood, 2001).

4. Perasaan terbakar (heartburn) Peningkatan asam akan merangsang saraf kolinergik dan saraf simpatik. Perangsangan pada kolinergik akan meningkatkan motilitas sehingga

menimbulkan rasa nyeri berupa panas dan terbakar. Heartburn adalah nyeri akut yang dirasakan di daerah epigastrum, yang dapat menyebar ke bagian lain dari dada atau lengan. Heartburn biasanya timbul setelah

makan dan disebabkan oleh refluks isi lambung ke esofagus. Isi lambung dalam keadaan normal tidak dapat masuk ke esophagus karena adanya kontraksi sfingter esophagus. Sfingter ini secara anatomis tidak berbeda dari bagian esophagus lainnya tetapi berfungsi sebagai suatu sfingter dalam artian bahwa ia tetap tertutup sampai dating gelombang peristaltic yang membawa bolus makanan bergerak ke bawah esophagus. Apabila hal ini terjadi, maka otot polos sfingter melemas dan makanan masuk ke dalam lambung. Karena banyak organ yang berada di dalam rongga abdomen, maka tekanan abdomen lebih besar daripada tekanan toraks. Heartburn terjadi karena pengurangan tekanan lower esophageal sphincter menyebabkan refluks abnormal dari materi gastrik ke esofagus dan memberikan rasa sakit juga iritasi. Dalam keadaan biasa, hal ini tidak terjadi karena otot sfingter secara normal menutup dan ujung esophagus, yang membentuk sfingter, juga terletak di dalam rongga abdomen sehingga tekanan setinggi sfingter setara. Namun, apabila melemah, maka sfingter tidak dapat menutup lambung. Akan terjadi refluks dari daerah bertekanan tinggi (lambung) ke daerah bertekanan rendah (esophagus). Demikian juga, refluks dapat terjadi apabila terdapat gradient tekanan yang sangat tinggi di sfingter. Sfingter yang melemah dapat disebabkan oleh defek congenital atau karena kerusakan esophagus. Refluks isi lambung mengiritasi esophagus karena tingginya kandungan asam dari lambung. Walaupun esophagus memiliki sel-sel penghasil mukus, namun sel-sel tersebut tidak sebanyak atau seaktif sel serupa di lambung.

2.2 Gejala Klinis Berdasarkan Letak Ulkus A. Ulkus Lambung Tukak lambung adalah suatu kerusakan atau hilangnya jaringan mukosa, submukosa sampai lapisan otot dari dinding lambung. Tukak lambung sering dijumpai pada usia lanjut, dengan insiden meningkat dengan peningkatan usia. Rasio pria terhadap wanita yang terkena ulkus lambung yaitu 2:1. Gejala pada ulkus gastrikum seringkali tidak memiliki pola yang sama dengan ulkus duodenal. Sakit perut abdominal merupakan gejala yang paling sering terjadi pada penyakit tukak lambung. Rasa sakit sering terjadi pada bagian epigastik dan digambarkan

10

seperti rasa terbakar. Gangguan saluran pencernaan, dyspepsia, merupakan gejala tukak lambung yang paling umum terjadi. Dyspepsia mungkin terjadi secara tetap atau berulang (kambuhan) dan mengiringi gejala-gejala abdominal atas lainnya, seperti : 1. 2. 3. 4. 5. 6. Rasa nyeri atau rasa tidak nyaman di perut Kembung Rasa kenyang Kelaparan dan rasa perut kosong, sering terjadi 1-3 jam setelah makan Mual, terkadang diiringi dengan gejala muntah Bersendawa

Tukak lambung seringkali menyebabkan nyeri sewaktu sedang makan sehingga makan akan dapat memperparah keadaan. Rasa sakit tersebut juga dapat terjadi pada malam hari. Selain itu, tukak lambung juga dapat menyebabkan lemas dan nyeri, yang sering timbul setelah makan. Perut kembung, mual, atau muntah setelah makan dapat disebabkan oleh terhalangnya makanan yang berasal dari lambung. Hal ini terjadi karena pada ulkus gastrikum cenderung menyebabkan pembengkakan jaringan yang menuju ke usus halus. Karakteristik rasa sakit tukak lambung yaitu adanya remisi dan eksaserbasi. Rasa sakit bermula pada satu titik (pointing sign) dan akhirnya disfus bisa menjalar ke punggung. Ini kemungkinan disebabkan karena penyakit bertambah berat atau mengalami komplikasi berupa penetrasi tukak ke organ pankreas.

11

(a)

(b) Gambar 1. Ilustrasi lokasi ulkus lambung (a) dan gambar lambung yang mengalami ulkus (b)

B. Ulkus Duodenal Ulkus duodenal ini 4 kali lebih umum terjadi daripada ulkus lambung dan umum terjadi pada usia pertengahan yaitu 30-50 tahun. Rasio pria terhadap wanita yang terkena adalah 4 : 1. Ulkus duodenal dipengaruhi oleh faktor genetik, di mana risiko seseorang terkena ulkus duodenal akan meningkat 3 kali lipat apabila hubungan keluarga tingkat pertamanya mengalami ulkus duodenal. 95% kasus ulkus duodenal berhubungan dengan infeksi H. pylori. Lebih umum dialami oleh pasien dengan golongan darah O. Dapat diatasi dengan penggunaan obat. Penyebab ulkus duodenal biasanya berhubungan dengan hipersekresi asam lambung. Hipersekresi asam lambung ini terkait dengan perpindahan isi lambung

12

yang terlalu cepat ke duodenum yang dapat mengalahkan lapisan mukus protektif di duodenum. Hal ini terjadi pada iritasi lambung oleh makanan tertentu atau mikroorganisme, serta oleh sekresi gastrin yang berlebihan atau distensi abnormal. Gambaran klinik ulkus duodenal adalah nyeri badan atau rasa tidak nyaman pada epigastrum. Gejala-gejala ulkus duodenal memiliki karakteristik seperti rasa nyeri terbakar timbul lebih lambat (1-4 jam setelah makan) yaitu pada kondisi perut kosong atau malam hari. Namun rasa nyeri tersebut dapat diatasi dengan makan. Selain itu, gejala lain yang juga menyertai adalah kembung, dan mual . Nyeri sering muncul satu kali atau lebih dalam satu hari, selama satu sampai beberapa minggu dan kemudian bisa menghilang tanpa pengobatan. Tetapi nyeri biasanya akan kambuh kembali, dalam 2 tahun pertama dan kadang setelah beberapa tahun. Penderita biasanya memiliki pola tertentu dan mereka mengetahui kapan kekambuhan akan terjadi (biasanya selama mengalami stress). Rasa sakit ulkus duodenal berada di sebelah kanan garis tengah perut. Nyeri epigastrum merupakan gejala yang paling dominan, walaupun sensitifitas dan spesifitas sebagai marker adanya ulserasi mukosa rendah. Nyeri seperti rasa terbakar, nyeri rasa lapar, rasa sakit/tidak nyaman yang mengganggu dan tidak terlokalisasi, biasanya terjadi setelah 1,5 3 jam setelah makan dan nyeri dapat berkurang sementara setelah makan atau minum antasida. Hal ini menunjukan adanya peranan asam lambung /pepsin dalam pathogenesis ulkus usus. Adapun gejala-gejala yang sering ditemukan pada pasien ulkus duodenal adalah gejala dispepsia seperti: 1. Nyeri epigastrum yang merupakan keluhan paling penting dan paling sering pada tukak peptik. Karakteristik dari nyeri dapat bervariasi seperti : - Nyeri yang tajam dan menyayat, rasa terbakar atau rasa tertekan, penuh atau rasa perih seperti pada seseorang yang sedang lapar. - Nyeri pada bagian kanan atau kiri epigastrium - Nyeri terjadi 30 menit sesudah makan - Nyeri dapat menjalar/ tembus ke punggung - Nyeri terasa berkurang atau sembuh sementara, sesudah makan atau setelah minum antasida.

13

2. Nafsu makan berkurang 3. Berat badan bisa turun 4. Mual dan muntah 5. Kembung, bersendawa 6. Kadang pasien tidak cocok dengan makanan tetentu seperti yang mengandung banyak lemak. 7. Dapat ditemukan pasien tukak duodenum (usus) yang aktif tanpa adanya keluhan atau gejala pertama yang sering muncul yaitu perdarahan. (dapusna 8. Dapat ditemukan pasien ulkus usus (usus) yang aktif tanpa adanya keluhan atau gejala pertama yang sering muncul yaitu perdarahan dimana tinja menjadi berwarna.

(a)

(b)

Gambar 2. Perbedaan duodenal normal (a) dan duodenal yang mengalami ulkus (b)

14

Tabel 2. Perbedaan gambaran gejala antara ulkus lambung dan ulkus duodenal

Gambaran Nyeri : - Epigastrik - Frekuensi nyeri hebat - Radiation to back - Episodik - Pada malam hari - 30 menit dengan makanan - Sembuh dengan makanan - Sembuh dengan antasida Anoreksia Kehilangan BB Nausea Muntah Heartburn Kekambuhan Kesimpulan :

Ulkus Lambung ++++ +++ +++ ++ + +++ ++ ++ ++++ +++ +++ ++++ ++++ + +++

Ulkus Duodenal ++++ +++ +++ ++ +++++ + ++ +++ ++ ++ ++ +++ ++++ +++ ++++

1. Nyeri pada ulkus duodenal lebih sering kambuh karena pada ulkus duodenal yang berperan sebagai faktor patogenesis adalah asam lambung. Kondisi hiperaktivitas lambung, disertai gangguan motilitas lambung dan fungsi pilorus akan mengakibatkan isi lambung yang bersifat asam diteruskan ke usus dengan cepat dan berlebihan. Bila mukosa usus bersentuhan dengan asam tersebut untuk jangka waktu yang lama akan mengakibatkan terjadinya radang usus yang berkembang menjadi ulkus usus. Umunya pada ulkus duodenal sering terjadi peningkatan asam lambung baik pada keadaan basal maupun dengan adanya stimulasi sehingga kekambuhan sering terjadi pada ulkus duodenal. 2. Pada ulkus lambung 30 menit setelah makan lebih terasa lebih nyeri dengan adanya makanan karena masuknya makanan akan bersentuhan dan menekan bagian luka pada lambung sedangkan pada ulkus duodenal justru nyeri

berkurang setelah makan karena dengan adanya makanan akan menetralisasi asam.

15

3. Pada ulkus lambung lebih menyebabkan anoreksia akibat nyeri yang muncul setelah makan sehingga menyebabkan penderita lebih memilih tidak makan untuk mencegah rasa nyeri tersebut akibatnya juga menyebabkan penurunan berat badan dibandingkan pada ulkus usus. 4. Nausea akan lebih dirasakan penderita ulkus lambung. Hal tersebut disebabkan adanya obstruksi saluran keluar dari lambung (gastric outlet) sehingga dapat menstimulasi mual dan muntah. Hal ini dihubungkan dengan pembentukan jaringan parut atau pembengkakan akut dari membran mukosa yang mengalami inflamasi disekitarnya pada ulkus akut. Penyebab mual yang sering adalah peregangan atau iritasi usus dan usus halus bagian bawah. Bila hal ini terjadi, usus halus berkontraksi dengan kuat , sedangkan lambung relaksasi jadi memungkinkan isi usus halus refluks (mengalir kembali) masuk lambung. Ini merupakan pendahulu muntah yang sering menyertai. 5. Pada ulkus duodenal lebih terasa nyeri dengan adanya perasaan heartburn dikarenakan ada kaitannya dengan faktor patogenesisnya yakni asam lambung sehingga karena terlalu asamnya pada bagian ulkus duodenal menyebabkan adanya perasaan terbakar dibandingkan ulkus lambung yang patogenesisnya lebih karena penurunan barrier mukosa lambung.

C. Ulkus Esofagus Ulkus esofagus didefinisikan sebagai luka terbuka pada esofagus. Esofagus merupakan suatu organ silindris berongga dengan panjang sekitar 25 cm dan garis tengah 2 cm. Terbentang dari hipofaring hingga kardia lambung. Pada kedua ujung esofagus terdapat otot sfringter. Sfringter adalah struktur berotot seperti cincin yang, jika tertutup, mencegah lewatnya benda melalui saluran yang dijaganya. Sfingter esofagus atas adalah sfingter faringoesofagus dan sfingter bawah adalah sfingter gastroesofagus (Sherwood, 1996) Sfingter gastroesofagus berfungsi mencegah refluks isi lambung. Sfingter ini hanya akan membuka pada waktu menelan, selain itu, sfingter gastroesofagus akan tetap dalam keadaan berkontraksi untuk mempertahankan sawar antara esofagus dan lambung, sehingga mengurangi kemungkinan refluks isi lambung yang asam ke esofagus. Apabila isi lambung mengalir kembali ke esofagus untuk

16

periode lama, walaupun terdapat sfingter, keasaman isi lambung tersebut akan mengiritasi esofagus, menimbulkan rasa tidak nyaman di esofagus yang dikenal dengan nama heartburn (Sherwood, 1996). Refluk esofagus merupakan kejadian dimana terjadinya isi lambung naik ke saluran esofagus. Ketika esofagus sering mengalami refluks dalam waktu yang lama, dapat menyebabkan inflamasi pada esofagus (esofagitis) dan dalam beberapa kejadian dapat menyebabkan erosi pada lapisan epitel esofagus (erosive esophagitis). Penderita esofagitis atau ulkus esofagealis, biasanya merasakan nyeri pada saat menelan atau pada saat berbaring.

Gambar 3. Gambar terbukanya gastroesofagus sfinkter yang memungkinkan terjadinya reflux

Patofisiologi dari refluks esofagus adalah: (Wells etc, 2006) a. Adanya kontak yang terlalu lama antara asam lambung dengan mukosa esofagus Mukosa esofagus pada keadaan normal bersifat alkali dan tidak tahan terhadap isi lambung yang sangat asam, sehingga refluks asam lambung atau secret empedu ke dalam esofagus bagian bawah sangat mengiritasi mukosa. Hal inilah yang menyebabkan nyeri.

17

b. Proses pengosongan makanan pada lambung Adanya makanan yang masuk ke lambung akan menambah volume lambung dan meningkatkan sekresi asam lambung. Hal ini juga akan meningkatkan frekuensi terjadinya refluks esofagus. Volume lambung berkaitan dengan banyaknya makanan yang masuk kedalam lambung, dan frekuensi refluks duodenum ke dalam perut. Makanan yang berlemak merupakan faktor yang menyebabkan terjadinya refluks duodenum yang menyebabkan volume lambung meningkat, kerja lambung meningkat dan berlanjut pada refluks esofagus. c. Rusaknya tekanan LES (Lower Esophageal Sphincter) Penyebabnya adalah sfingter esofagus bagian bawah yang bekerja kurang baik (akibat penurunan tekanan LES, peningkatan sementara tekanan abdominal atau lemahnya LES) dan refluks asam lambung atau getah alkali usus ke dalam esofagus yang berlangsung dalam waktu yang lama. Selain itu, variasi makanan (seperti : coklat, kopi, cola , makanan berlemak, bawang, karminatif) dan obat (antikolinergik, barbiturate, kafein, benzodiazpin, narkotik, nikotin, etanol, estrogen, teofilin) dapat menurunkan LES. d. Masalah dalam mekanisme pertahanan mukosa normal Contohnya: terlalu lamanya esofagus terpapar asam lambung, tertundanya pengosongan asam lambung, dan berkurangnya resistensi mukosa. e. Faktor-faktor agresif lainnya Faktor-faktor ini meliputi asam lemak, pepsin, asam empedu, dan enzim pancreas. Komposisi dan volume dari refluksan serta durasi paparan merupakan faktor terpenting yang menentukan keparahan refluks gastroesofagus.

18

Manifestasi klinik yang terjadi pada refluks gastro-esofagus: a. Rasa panas pada perut, sensasi panas, terbakar atau pirosis Hal ini digambarkan sebagai sensasi hangat atau panas substernal yang dapat menyebar ke leher dan seringkali memburuk akibat aktivitas yang memperburuk refluks gastro-esofagus (contohnya: makan makanan yang tinggi kadar lemaknya) b. Gejala tidak khas : asma non alergi, batuk kronik, serak, faringitis, erosi gigi, dan rasa sakit pada dada seperti angina c. Paparan asam yang terlalu lama menyebabkan rasa sakit yang berkelanjutan, disfagia, dan odinofagia. Komplikasi berat lainnya adalah penyempitan esofagus, perdarahan, Barett esophagus (perubahan abnormal, metaplasia, sel-sel bagian terbawah esofagus).

19

Gejala-gejala yang terjadi pada gangguan esofagus, diantaranya: 1. Disfagia, atau kesadaran subjektif akan adanya gangguan transfor aktif zat yang dimakan dari faring, merupakan gejala utama penyakit faring / esofagus. Disfagia terjadi pada gangguan non esofagus yang merupakan akibat penyakit otot atau neurologis (gangguan peredaran darah otak, miastenia gravis : distropi otot dan polio bulbaris). Sebabsebab motorik disfagia dapat berupa ganguan peristaltik yang dapat berkurang, tidak ada atau terganggu atau akibat difungsi sfingter atas atau bawah. 2. Pirosis (Nyeri ulu hati ), merupakan gejala yang sering dikemukakan oleh banyak penderita. Pirosis atau heartburn adalah sensasi nyeri esofagus yang sifatnya panas membakar, mencekam atau mengiris dan umumnya timbul di belakang ujung bawah sternum. Penjalarannya umumnya ke atas hingga rahang bawah dan ke bawah, ke epigastrium, belakang punggung dan bahkan ke lengan kiri menyerupai nyeri pada angina pectoris. Timbulnya keluhan ini diduga akibat rangsangan khemoreseptor pada mukosa. Rasa terbakar tersebut disertai dengan sendawa, mulut terasa masam dan pahit, serta merasa cepat kenyang. Umumnya nyeri ini terjadi setelah penderita makan dalam jumlah banyak. Intensitas nyeri akan meningkat saat penderita

membungkukkan badan, berbaring atau mengejan. 3. Odinofagia, merupakan nyeri menelan dan dapat terjadi bersama disfagia, dapat dirasakan sebagai sensasi ketat atau nyeri membakar, tidak dapat dibedakan dengan nyeri ulu hati di bagian tengah dada. Dapat disebabkan oleh spasme esofagus yang diakibatkan oleh peragangan akut, atau peradangan mukosa esofagus. 4. Waterbrash, merupakan regurgitasi isi lambung ke dalam rongga mulut, tanpa tenaga dan diikuti oleh mukosa. Dirasakan pada tenggorokan sebagai rasa asam atau cairan panas yang pahit. Cairan regurgitasi yang mencapai rongga mulut umumnya ditelan kembali oleh penderita. Namun pada beberapa kasus cairan ini sangat banyak sehingga tidak jarang dimuntahkan.

20

Gambar 4. Gambar perbedaan antara esofagus normal dan esofagus yang luka akibat refluks gastroseofagus.

21

BAB 3 KESIMPULAN

Gejala klinis ulkus peptikum ialah nyeri abdominal yang dideskripsikan sebagai rasa terbakar, rasa tidak nyaman, perut terasa penuh dan kram; nyeri nokturnal yang membangunkan pasien dari tidur (khususnya diantara jam 12 malam sampai jam 3 pagi); nyeri yang disertai rasa terbakar, sendawa, kembung; serta mual, muntah dan anoreksia.

22

DAFTAR PUSTAKA

Corwin, Elizabeth J. (2008). Handbook of Pathophysiology, 3rd Edition. Ohio: Lippincott Williams & Wilkins Sherwood, L. (1996). Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. (B. L. Santoso, Ed., & B. U. Pendit, Trans.) Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC. University of Maryland Medical Center (UMMC). Peptic ulcers-Symptoms. s.l. : A.D.A.M., Inc, 2009. Wells, B.G., DiPiro, J.T., Schwinghammer, T.L., Hamilton C.W. (2006). Pharmacotheraphy Handbook Sixth Edition. Singapore: McGraw Hill

23

DAFTAR PERTANYAAN

1. Penanya: Rudy H.pylori hidup di antrum lambung, mengapa lebih menyebabkan kerusakan di duodenum di banding lambung? Jawab : Dewi Murni H.pilory menyebabkan hipergastrinemia yang menyebabkan hipersekresi asam lambung dimana kerusakan yang terjadi lebih ke arah duodenum karena kerusakan dilambung disebabkan penurunan pertahanan mukosa usus, bukan karena hipersekresi asam. Seperti pada kasus penggunaan obat AINS yang dapat menghambat sintesis prostaglandin, dimana prostaglandin berperan dalam pembentukan mukosa usus. Pada kasus H.pilory ini, tidak ada masalah pada pertahanan mukosa lambung.

2. Penanya: Rudy Maksud dari pasien yang dinyatakan sembuh secara endoskopi namun mengalami gejala persisten? Jawab : Dewi Murni Endoskopi adalah pemeriksaan yang dapat langsung melihat ada atau tidaknya ulkus. Ketika seorang pasien dinyatakan sembuh (tidak memiliki ulkus lagi) secara endoskopi, bukan berarti penyebab ulkus sudah teratasi, karena ulkus hanya akibat dari kontaknya mukosa dengan asam dalam jangka waktu yang lama sehingga timbul iritasi dan peradangan yang berakhir dengan ulkus. H.pilory yang menjadi penyebab mungkin saja belum teratasi atau peningkatan asam lambung tetap saja terjadi dan gejala gejala tetap saja dapat muncul seperti perasaan mual, muntah atau nyeri dan jika penderitanya tidak menjaga pola makan, bukan tidak mungkin nantinya akan kembali terjadi ulkus.

3. Penanya : Yoga Octa Perdana Jika seseorang mengalami sendawa saja tanpa dibarengi dengan mual dan muntah. Apakah itu merupakan gejala klinis ulkus peptikum? Jawab: Wahyu Kurnianto

24

Jika seseorang hanya mengalami sendawa saja belum tentu orang tersebut menderita ulkus peptikum. Sendawa juga dapat dialami pada saat perut kembung atau kekenyangan. Oleh karena itu, dibutuhkan adanya gejala lain selain sendawa seperti nyeri, mual, dan muntah untuk meyakinkan seseorang menderita ulkus peptikum.

4. Pertanyaan : Titik Nurdayani Apakah ada hubungan antara penyakit maag dan ulkus ? Jawab : Anondini Febrian Ganestia Iya, berhubungan. Penyakit maag merupakan seuatu keadaan terjadinya peningkatan asam lambung di dalam lambung. Ulkus merupakan kondisi di mana terjadi peradangan atau luka pada lambung atau duodenum. Penyakit maag yang kronis dapat menyebabkan terjadi luka akibat asam lambung yang melukai dinding lambung sehingga menyebabkan terjadinya ulkus.

5. Pertanyaan : Titik Nurdayani Mengapa tinja pada penderita ulkus berwarna hitam ? Jawab : Anondini Febrian Ganestia tinja berwarna hitam menunjukkan adanya darah pada feses karena adanya luka pada lambung atau duodenum menyebabkan terjadinya pendarahan sehingga darah keluar bersama dengan tinja

6. Pertanyaan : Widya Eka Putri Bagaimana cara membedakan sendawa ulkus dengan sendawa biasa? Jawab : Erni Dwi N Sendawa ulkus dengan sendawa biasa sebenarnya tidak bisa dibedakan karena sendawa bukan gejala yang spesifik untuk penyakit ulkus. Apabila sendawa tersebut disertai juga dengan gejala lain seperti mual, muntah, nyeri setelah makan atau nyeri pada malam hari, maka dapat diduga bahwa sendawa tersebut merupakan sendawa karena ulkus. Untuk memastikan hal ini, maka diperlukan diagnostik klinik dan pemeriksaan laboratorium lebih lanjut.

25

7. Pertanyaan : Editha Lebih berbahaya nyeri pada ulkus lambung atau duodenum setelah makan? Jawab : Rionaldo Sarano

Lebih berbahaya nyeri ulkus lambung 30 menit setelah makan karena terasa lebih nyeri dengan adanya makanan yang masuk yang akan bersentuhan dan menekan bagian luka pada lambung sedangkan pada ulkus usus justru nyeri berkurang setelah makan karena dengan adanya makanan akan menetralisasi asam. Pada ulkus lambung lebih menyebabkan anoreksia akibat nyeri yang muncul setelah makan sehingga menyebabkan penderita lebih memilih untuk tidak makan sehingga akan terjadi penurunan berat badan.

8. Pertanyaan: Neti Triwinanti Pada ulkus esofagus, tertulis mungkin terdapat darah pada feses. Mengapa? Jawab: Septi Hanna D. Sebenarnya untuk ulkus esofagus pasien cenderung dapat mengalami muntah darah dibandingkan feses yang mengandung darah karena letak ulkus berada di atas. Gejala feses darah yang mungkin terjadi pada ulkus esofagus disebabkan karena pasien tidak hanya mengalami uslkus esofagus saja, melainkan ulkus lambung atau duodenum juga. Penyebab ulkus eofagus adalah asam yang berlebihan sehingga terjadi refluks di esofagus dan menyebabkan ulkus sehingga tidak menutup kemungkinan ulkus telah terjadi di lambung dan duodenum juga.

9. Pertanyaan : Dian Rahma Bakti Pada anak bayi yang biasanya makan sambil tidur, bagaimana kaitannya dengan mekanisme esofagitis terkait refluks? Jawab : Septi Hanna D. Bayi hampir serupa dengan manusia biasa dimana mereka juga bisa mengalami refluks seandainya makanan yang akan mereka cerna naik ke esofagus, misalnya pada peristiwa gumoh (muntah) pada bayi setelah disusui ibunya sehingga umumnya setelah disusui bayi akan digendong menghadap belakang dan ditepuk-

26

tepuk agar makanan segera turun ke saluran cerna. Namun, peristiwa ini tidak akan sering terjadi karena makanan bayi masih berupa susu atau bubur yang cair sehingga pecernaan mereka akan lebih cepat melewati lambung.

10. Pertanyaan : Ryan Adi Candra Mekanisme terjadinya ulkus karena stres dan pengobatan ulkus yang disebabkan oleh stres? Jawab : Zhuisa Martiara Sari

Mekanisme stres dikarenakan meningkatnya kortisol dimana efek yang muncul dengan peningkatan kotisol terebut adalah penurunan prostaglandin, yang selanjutnya berakibat pada penurunkan mukosa lambung serta peningkatan asam lambung. Hal ini menjadi penyebab terjadinya ulkus. Solusi dari masalah tersebut adalah dengan memberikan obat seperti AH2 ataupun antasida serta berusaha mengurangi stres yang di alami dengan selalu berpikir positif dan berolahraga selain itu si penderita yang stres biasanya merubah pola hidup yang tdak sehat seperti merokok, sehingga merokok disini memiliki peranan yang juga penting dalam peningkatan asam lambung serta mengakibatkan terjadnya ulkus.

11. Pertanyaan : Ryan Adi Candra Pada manifestasi klinis disebutkan bahwa makanan yang tinggi kadar lemaknya dapat menimbulkan panas, mengapa? Jawab : Zhuisa Martiara Sari

Asam lemak yang terdapat dalam makanan merupakan salah satu contoh atau penyebab dari nyeri. Hal ini karena munculny LES (Low Esofageal Spfringter). LES ini memberikan efek naiknya asam lambung ke esofaring sehingga banyaknya asam lemak pada daerah tersebut membuat rasa panas dan timbulnya nyeri.

12. Pertanyaan : Kartika Widyanty Mengapa pada penderita ulkus dapat terjadi heartburn? Peristiwa apa yang menimbulkan sensasi/rasa panas? Mengapa lebih sering terjadi pada ulkus duodenum?

27

Jawab

: Fungi Gothalia

Pada ulkus duodenum terasa lebih nyeri dengan adanya perasaan heartburn dikarenakan ada kaitannya dengan faktor patogenesisnya, yaitu asam lambung, sehingga karena terlalu asamnya pada bagian ulkus duodenum menyebabkan adanya perasaan terbakar dibandingkan ulkus lambung yang patogenesisnya lebih karena penurunan barrier mukosa lambung. Dapat diilustrasikan sebagai luka di usus (barrier mukosa usus < barrier mukosa lambung) terkena asam lambung, sehingga terasa sangat perih.

28

Вам также может понравиться