Вы находитесь на странице: 1из 6

BAB I PENDAHULUAN Sebelum kami membahas tentang manusia sebagai makhluk sosial, ada baiknya kami akan menjelaskan

apa sebenarnya manusia itu dan sebagai makhluk sosial. Ada beberapa macam definisi tentang manusia antara lain : Manusia merupakan makhluk termulia yang diciptakan Tuhan dari segumpal darah atau tanah atau mani. Manusia dijadikan untuk khalifah karena di itu atas dan bumi dan ditugaskan dan nilai-nilai memakmurkannya, tanggungjawab diberi kebebasan

memilih

memelihara

keutamaan yaitu : iman, taqwa, akhlak, akal dan amal tinggi, kesediaan menimba ilmu, ahli mencipta, menguasai naluri dan nafsu, mampu membantu dan berkreasi. Manusia adalah makhluk sosial yang berbahasa (media untuk berfikir dan berkomunikasi) sehingga mampu mencipta, belajar, bekerja, berproduksi, membedakan antara yang baik dan buruk, beriman dengan yang gaib, menahan hawa nafsu yang liar, memiliki kodrat, berusaha mengejar cita-cita idealnya, membina hubungan sosial dengan orang lain, hidup bermasyarakat dan berusaha menguasai sumber daya alam. Kepribadian manusia pada hakikatnya memiliki tiga hal pokok yaitu badan, akal dan ruh. Manusia juga memiliki empat dimensi kehidupan yang sangat pokok, yaitu: Dimensi rohaniah, keindividualan, dengan terutama terjadi karena baik nalar manusia atau oleh Tuhan maupun Dengan diciptakan potensi-potensi dianugerahi jasmaniah akal.

berinteraksi dengan lingkungan secara aktif, manusia tumbuh dan berkembang menjadi individu yang unik dengan bantuan dari kedua orang tuanya dan lingkungan sekitarnya. 1

Dimensi kesosialan, manusia terbentuk berkat kesadaran akan adanya kebutuhan bantuan dari orang lain, agar manusia dapat menjadi manusia. Sadar akan kebutuhan tersebut maka manusia memiliki perasaan wajib membalas jasa pada masyarakat dengan mengikuti norma-normanya demi kebahagiaan bersama. Dimensi kesusilaan, manusia terjadi karena kemampuan manusia untuk membedakan manakah yang baik dari yang buruk, yang pantas dari yang tidak pantas, yang indah dari yang jelek. Manusia memiliki kebebasan untuk memilih tetapi disertai rasa tanggung jawab kepada Penciptanya, karena manusia dilahirkan dalam keadaan fitri atau suci. Dimensi keberagamaan, terjadi pada manusia karena pengakuannya akan Penciptanya dan perasaan wajib berbakti, malalui menyembahnya dan mengikuti perintah-perintahNya dan menghindari larangan-laranganNya. Bila kita mendefinisikan manusia dari segala segi tak akan mampu ruang dan tempat yang kami siapkan untuk menanggungnya. Oleh karena itu kami mengambil suatu definisi singkat yang berasal dan inti definisi manusia dari segala segi itu. Definisi tersebut adalah Manusia adalah makhluk baik dalam keadaan hidup ataupun tidak hidup yang ditandai adanya ciri-ciri dan sifat-sifat tertentu. Sifat-sifat itu yaitu : 1. sifat ingin mempertahankan diri 2. sifat tertarik pada sesuatu 3. sifat tertolak dari sesuatu

BAB II MANUSIA SEBAGAI MAKHLUK SOSIAL Manusia pada hakikatnya adalah makhluk individu dan makhluk sosial. Dari sejak lahir sampai meninggal dunia manusia perlu bantuan atau kerjasama orang lain. Kita juga mengetahui dengan sangat pasti bahwa di antara semua ciptaan, manusia menempati kedudukan istimewa. Keistimewaan manusia itu terletak pada kemampuannya untuk berpikir, berkehendak, dan merasa. Dengan pikirannya, manusia mendapatkan (ilmu) pengetahuan dan mengembangkan dirinya. berlaku Dengan sehingga kehendaknya, tercipta manusia dapat dalam dapat mengerahkan masyarakat. mencapai perilakunya agar sesuai dengan nilai-nilai dan norma-norma yang ketentraman Selanjutnya, lain. Manusia sebagai makhluk yang lemah juga membutuhkan akan adanya tempat mereka mencari sumber kekuatan dalam kehidupan yang hanya dapat terpenuhi melalui sang Pencipta. Manusia takkan berdaya tanpa adanya bantuan dari Allah baik secara individu maupun kelompok, alam sekitar baik hewan ataupun tumbuhan. Sebab itu manusia pada kodratnya adalah makhluk sosial . Artinya mau tidak mau, harus berhubungan (berinteraksi) dengan pihak lain (Allah SWT, manusia yang lain dan alam sekitar). Agar dapat hidup, berkembang, tumbuh dan mencapai hidupnya, Selain sebagai makhluk sosial, manusia juga sebagai makhluk jasmani dan rohani. Sebagai makhluk jasmani, dan rohani, manusia mempunyai berbagai macam kebutuhan, seperti makanan, pakaian, perumahan, pendidikan, ketenangan, kesejahteraan, dan kebutuhan lain. Aneka ragam kebutuhan itu hanya dapat dipenuhi bersama dan melalui orang lain. Kita mendapatkan pengetahuan dari guru dan pendidik. Kita menerima penghiburan rohani dari para alim ulama, 3 dengan perasaanya, manusia

kesenangan dan ketentraman dalam hidup bersama dengan orang

pendeta, bikhu, dan pemuka agama. Kita mendapatkan pengobatan dari perawat dan dokter. Dari uraian itulah, maka jelaslah bahwa tak seorang pun dapat hidup sendiri untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhannya, yang bilamana diibaratkan bagaikan sebuah pulau terpencil di tengah lautan (no man is an island ), melainkan selalu terlibat dengan kelompok Dengan demikian, sebagai anggota suatu kelompok/masyarakat, sadar atau tidak kita senantiasa dipengaruhi oleh kelompok dimana kita menjadi anggotanya. Dengan kata lain, kelompok atau masyarakat mempengaruhi cara dan pola hidup kita, seperti cara berpikir, bertindak, berpakaian, makan dan apa yang kita makan, kebiasaan, keyakinan dan nilai-nilai yang kita anut. Sistematikanya manusia sebagai makhluk sosial dapat digambarkan seperti bagan di bawah ini, Manusia (individu) Tindakan & interaksi kepada Hubungan timbal balik Allah SWT Manusia : individu Kelompok.

Alam sekitar : - hewan - tumbuhan

BAB III KESIMPULAN A. KESIMPULAN Berdasarkan uraian kami di atas, maka kami dapat menarik kesimpulan mengenai manusia sebagai makhluk sosial. Dimana di dalam setiap kehidupan peranan manusia terhadap manusia lainnya saling berikatan dan saling membutuhkan, karena setiap manusia tidak akan dapat melangsungkan kehidupannya tanpa bantuan dari orang lain. Dan itu memang sudah menjadi kodrat manusia sebagai makhluk sosial. Adapun beberapa alasan yang membuat mengapa setiap manusia saling membutuhkan yaitu adanya kebutuhan setiap individu yang berbeda, setiap individu perlu berkomunikasi dengan orang lain dan bekerja sama baik di dalam lingkungan pribadi maupun masyarakat secara luas.

DAFTAR PUSTAKA Hamid Abu, dkk. 1981. Diktat Antropologi Sosial. Ujung Pandang : Ikatan Kekerabatan Antropologi (IKA) Fak. Ilmu-ilmu Sosial Budaya Univ. Hasanuddin. Koentjaraningrat. 1979. Pengantar Ilmu Antaropologi . Jakarta : Aksara Baru. Satmoko, Retno, S. 1995. Pengantar Pendidikan. Jakarta : Depdikbud. Sitorus, M. 1996. Sosiologi SMU. Jakarta : Erlangga.

Вам также может понравиться