Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KATA PENGANTAR
Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan Anggaran Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Tahun 2012 ini disusun untuk memberikan petunjuk dan pedoman secara umum tentang pelaksanaan program/kegiatan dan anggaran kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di tingkat pusat maupun daerah.
Penerapan penyusunan Anggaran Berbasis Kinerja mensyaratkan adanya indikator-indikator kinerja yang jelas pengukurannya dan dapat dipertanggungjawabkan. Untuk dapat menerapkan penyusunan anggaran berbasis kinerja, diperlukan adanya rumusan program, kegiatan dan sub kegiatan dengan disertai masing-masing indikatornya. Dengan harapan, dampak (impact), hasil (outcome) dan output yang akan dicapai dapat diselaraskan dengan visi, misi dan sasaran yang akan dicapai oleh Kementerian/ Lembaga. Dalam proses perencanaan dan penganggaran pada satuan kerja tahun 2012 ini mulai diarahkan untuk menggunakan sistem anggaran berbasis kinerja. Dengan sistem tersebut, pengukuran kinerja mulai dari dampak (impact), hasil (outcome) dan output diharapkan dapat dilakukan sebagaimana mestinya.
Berkenaan
dengan
hal
tersebut,
reformasi
perencanaan
dan
penganggaran tahun 2010-2014 mengharuskan Kementerian/Lembaga dan Unit-unit Kerja di dalamnya untuk melakukan restrukturisasi program dan kegiatan dalam kerangka performance budged. Untuk itu melalui Pedoman Umum ini diharapkan kegiatan-kegiatan yang telah direncanakan tahun 2012 dapat dilaksanakan dengan baik. Pedoman Umum ini secara garis besar memuat sasaran, karakteristik kegiatan dan anggaran, serta kegiatan administrasi. Untuk itu diharapkan Pedoman Umum ini bersama dengan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) menjadi acuan dalam menjalankan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di daerah masing-masing. Secara teknis Pedoman Umum ini akan dilengkapi dengan Petunjuk Teknis yang lebih operasional, baik yang disusun oleh unit kerja di tingkat pusat, maupun di tingkat daerah.
ii
DAFTAR ISISampe 54
KATA PENGANTAR DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR BAGAN DAFTAR LAMPIRAN ........................ ........................ ........................ ........................ ........................ I III VIII IX X
I. 1.1. 1.2. 1.3. 1.4. II. 2.1. 2.1.1. 2.1.2. 2.1.3. 2.1.4. 2.1.5. 2.2.
PENDAHULUAN Latar Belakang Tujuan Sasaran Ruang Lingkup SASARAN DAN KEGIATAN PEMBANGUNAN PPHP TAHUN 2011 Arah Pembangunan Kebijakan Mutu dan Standardisasi Kebijakan Pemasaran Domestik Kebijakan Pemasaran Internasional Kebijakan pengembangan Usaha dan Investasi Kebijakan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Kegiatan Utama Pembangunan Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian KARAKTERISTIK KEGIATAN DAN ANGGARAN Karakteristik Umum Kegiatan Pusat Kegiatan Dekonsentrasi Kegiatan Dana Tugas Pembantuan Karakteristik Kegiatan
........................ ........................ ........................ ........................ ........................ ........................ ........................ ........................ ....................... ....................... ....................... ....................... .......................
1 1 4 5 5 6 6 6 7 8 9 10 16
18 18 18 18 20 21
iii
Alokasi kegiatan Kegiatan Pengarusutamaan Gender Karakteristik Anggaran Alokasi Anggaran Struktur Satuan Kerja (Satker) ADMINISTRASI PROGRAM DAN ANGGARAN Dasar Hukum Pengelolaan Anggaran Pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian di Pusat Pengorganisasian dan Pengelolaan Dana Dekonsentrasi Pengorganisasian dan Pengelolaan Dana Tugas Pembantuan Kewenangan dan Tanggung jawab Pengelola Anggaran Mekanisme dan Persyaratan Usulan. Penetapan dan Revisi Pejabat Pengelola Keuangan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) Mekanisme Revisi
21 22 24 24 25 26 26 28
29 33 37 47
........................ ........................ ........................ ........................ ....................... ........................ ...................... ....................... ....................... ....................... ........................ ........................ ........................ .......................
50 52 53 56 56 56 57 58 58 59 60 61 62 63
V. PENGELOLAAN KEGIATAN 5.1. Dana Dekonsentrasi 5.1.1. Bimbingan Teknis dan Manajemen Pengolahan Hasil Pertanian 5.1.2. Pertemuan Koordinasi, Sosialisasi Pengolahan Hasil Pertanian 5.1.3. Peringatan Hasis Susu Nusantara 5.1.4. Penerapan Sistem Jaminan Mutu 5.1.5. Pengembangan SNI 5.1.6. Pengembangan Jabatan Fungsional PMHP 5.1.7. Fasilitasi Harmonisasi Standar Mutu 5.1.8. Pengembangan Laboratorium 5.1.9. Pengembangan OKKPD
iv
5.1.10. Pengembangan Pasar Tani dan Pertemuan Nasional Pasar Tani 5.1.11. Pengawalan STA dan Pertemuan Nasional STA 5.1.12. Pengawalan Pasar Ternak dan Pertemuan Nasional Pasar Ternak 5.1.13. Pengawalan PIP Agribisnis 5.1.14. Pemantauan dan Pengamanan Harga Gabah dan Beras 5.1.15. Pemantauan Pasar dan harga Komoditas Strategis 5.1.16. Pembinaan dan Pengawalan Stabilisasi Harga 5.1.17. Penguatan Jaringan Pemasaran 5.1.18. Akselerasi Eksport Komoditas Pertanian 5.1.19. Akselerasi Eksport Produk Unggulan Komoditi Hortikultura 5.1.20. Fasilitasi IG 5.1.21. Promosi Luar Negeri 5.1.22. Promosi Dalam Negeri 5.1.23. Kemitraan dan Kewirausahaan 5.1.24. Peningkatan Pelayanan Investasi 5.1.25. Administrasi, Koordinasi dan Pembinaan 5.1.26. Evaluasi Pemantauan dan Pelaporan 5.1.27. Database PPHP 5.1.28. SLPPHP 5.1.29. Pengawalan dan Pembinaan LM 3 Tahun Sebelumnya 5.2. DANA TUGAS PEMBANTUAN DI PROPINSI
.......................
64 65 66 66 69 70 70 70 71 72 73 74 75 76 78 80 81 83 84 85
..................... ...................... ...................... ..................... ...................... ..................... ...................... ...................... ...................... ..................... ..................... ..................... ..................... ..................... ...................... ...................... ..................... .. ......................
.....................
86
5.2.1. Kegiatan Mutu Standardisasi 5.2.2. Kegiatan Pemasaran Domestik 5.2.3. Kegiatan Pemasaran Internasional 5.2.4. Pengolahan Hasil Pertanian
86 88 90 91
5.3.
5.3.9.
5.3.10 5.3.11
DUKUNGAN DANA BERKAITAN DENGAN ADMNISTRASI DAN KEGIATAN PENUNJANG Honor Operasional Satuan Kerja Belanja Bahan Belanja Honor Output Kegiatan Belanja Barang Non Operasional Lainnya Belanja Perjalanan lainnya Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda Belanja Gedung dan Bangunan untuk diserahkan kepada masyarakat/pemda Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi untuk diserahkan ke pemda Belanja Barang Penunjang Tugas Pembantuan untuk diserahkan kepada Pemda Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan sosial dalam bentuk uang Lembaga Mandiri yang Mengakar Di Masyarakat (LM3)
.....................
101
.....................
105
..................... .....................
105
106
VI.
6.1. 6.1.1. 6.1.2.
vi
Pengawasan Program, Kegiatan dan Anggaran Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan Pelaporan Hasil Pemantauan dan Laporan Kinerja Pelaksana Kegiatan Sistem Akuntansi Instansi (SAK-SABMN) Penerapan Sanksi Dalam Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dam Dana TP
VII.
PENUTUP
.................... .....................
119
120
vii
DAFTAR tabel
Tabel 1. Rancangan alokasi kegiatan melalui pemberdayaan dan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian Tabel 2. Tabel 3. ....107
Sisem Akuntansi Keuangan (SAK) ..............................123 Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN).........123
viii
DAFTAR bagan
Bagan 1. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Ditjen PPHP Pusat dan UPT Pusat TA 2012..........
29
Bagan 2.
Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Dekonsentrasi Satker Dinas Propinsi TA 2012.....................................................
32
Bagan 3.
Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Tugas Pembantuan Satker Propinsi TA 2012........
35
Bagan 4.
Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Tugas Pembantuan Satker Kabupaten/ Kota TA 2012......
36
Bagan 5.
121
Bagan 6.
124
ix
DAFTAR
lampiran
Lampiran 1. Struktur Organisasi Direktorat Jenderal Pengolahan Dan Pemasaran Hasil Pertanian Lampiran 2. Agenda Pertemuan Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian 122 121
Bab
1
1.1.
PENDAHULUAN
LATAR BELAKANG Sebelum berlakunya sistem Anggaran Berbasis Kinerja, metode penganggaran yang digunakan adalah metoda tradisional atau item line budget. Cara penyusunan anggaran ini tidak didasarkan pada analisa rangkaian kegiatan yang harus dihubungkan dengan tujuan yang telah ditentukan, namun lebih dititikberatkan pada kebutuhan untuk belanja/pengeluaran dan sistem pertanggung jawabannya tidak diperiksa dan diteliti apakah dana tersebut telah digunakan secara efektif dan efisien atau tidak. Tolok ukur keberhasilan hanya ditunjukkan dengan adanya keseimbangan anggaran antara pendapatan dan belanja namun jika anggaran tersebut defisit atau surplus berarti pelaksanaan anggaran tersebut gagal. Dalam perkembangannya, muncullah sistematika anggaran kinerja yang diartikan sebagai suatu bentuk anggaran yang sumber-sumbernya dihubungkan dengan hasil dari pelayanan. Anggaran kinerja mencerminkan beberapa hal. Pertama, maksud dan tujuan permintaan dana. Kedua, biaya dari program-program yang diusulkan dalam mencapai tujuan ini. Dan yang ketiga, data kuantitatif yang dapat mengukur pencapaian serta pekerjaan yang dilaksanakan untuk tiap-tiap program. Penganggaran dengan pendekatan kinerja ini berfokus pada efisiensi penyelenggaraan suatu aktivitas. Efisiensi itu sendiri adalah perbandingan antara output dengan input. Suatu aktivitas dikatakan efisien, apabila output yang dihasilkan lebih besar dengan input yang sama, atau output yang dihasilkan adalah sama dengan input yang lebih sedikit.
Anggaran ini tidak hanya didasarkan pada apa yang dibelanjakan saja, seperti yang terjadi pada sistem anggaran tradisional, tetapi juga didasarkan pada tujuan/rencana tertentu yang pelaksanaannya perlu disusun atau didukung oleh suatu anggaran biaya yang cukup dan penggunaan biaya tersebut harus efisien dan efektif. Berbeda dengan penganggaran dengan pendekatan tradisional, penganggaran dengan pendekatan kinerja ini disusun dengan orientasi output. Jadi, apabila kita menyusun anggaran dengan pendekatan kinerja, maka mindset kita harus fokus pada "apa yang ingin dicapai". Kalau fokus ke "output", berarti pemikiran tentang "tujuan" kegiatan harus sudah tercakup di setiap langkah ketika menyusun anggaran. Sistem ini menitikberatkan pada segi penatalaksanaan sehingga selain efisiensi penggunaan dana juga hasil kerjanya diperiksa. Jadi, tolok ukur keberhasilan sistem anggaran ini adalah performance atau prestasi dari tujuan atau hasil anggaran dengan menggunakan dana secara efisien. Dengan membangun suatu sistem penganggaran yang dapat memadukan perencanaan kinerja dengan anggaran tahunan akan terlihat adanya keterkaitan antara dana yang tersedia dengan hasil yang diharapkan. Sistem penganggaran seperti ini disebut juga dengan Anggaran Berbasis Kinerja (ABK).
Siklus anggaran adalah masa atau jangka waktu mulai saat anggaran disusun sampai dengan saat perhitungan anggaran disahkan dengan undangundang. Siklus anggaran berbeda dengan tahun anggaran. Tahun anggaran adalah masa satu tahun untuk mempertanggungjawabkan pelaksanaan anggaran atau waktu di mana anggaran tersebut dipertanggungjawabkan. Jelaslah, bahwa siklus anggaran bisa mencakup tahun anggaran atau
melebihi tahun anggaran karena pada dasarnya, berakhirnya suatu siklus anggaran diakhiri dengan perhitungan anggaran yang disahkan oleh undangundang. Siklus anggaran terdiri dari beberapa tahap (fase) yaitu : 1. Tahap penyusunan anggaran 2. Tahap pengesahan anggaran 3. Tahap pelaksanaan anggaran 4. Tahap pegawasan peaksanaan anggaran 5. Tahap pengesahan perhitungan anggaran Untuk dapat menyusun anggaran berbasis kinerja terlebih dahulu harus disusun perencanaan strategik (renstra). penyusunan renstra dilakukan secara obyektif dan melibatkan seluruh komponen yang ada di dalam pemerintahan dan masyarakat. agar sistem dapat berjalan dengan baik perlu ditetapkan beberapa hal yang sangat menentukan yaitu standar harga, tolok ukur kinerja dan standar pelayanan minimal yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang undangan, pengukuran kinerja (tolok ukur) digunakan untuk menilai keberhasilan atau kegagalan pelaksanaan kegiatan/ program/ kebijakan sesuai dengan sasaran dan tugas yang telah ditetapkan dalam rangka mewujudkan visi dan misi pemerintah daerah. salah satu aspek yang diukur dalam penilaian kinerja pemerintah daerah adalah aspek keuangan berupa ABK untuk melakukan suatu pengukuran kinerja perlu ditetapkan indikator-indikator terlebih dahulu antara lain indikator masukan (input) berupa dana, sumber daya manusia dan metode kerja. agar input dapat diinformasikan dengan akurat dalam suatu anggaran, maka perlu dilakukan penilaian terhadap kewajarannya. dalam menilai kewajaran input dengan keluaran (output) yang dihasilkan, peran Analisa Standar Biaya (ASB) sangat diperlukan. ASB adalah penilaian kewajaran atas beban kerja dan biaya yang digunakan untuk melaksanakan suatu kegiatan. 1.2. TUJUAN
Tujuan yang ingin dicapai dari Pedum yaitu : 1. Menjadi acuan dalam pengelolaan anggaran baik di pusat maupun daerah. 2. Meningkatkan koordinasi dan keterpaduan dalam merencanakan anggaran kinerja pembangunan pertanian. 3. Sebagai acuan dalam perencanaan program dan penyusunan anggaran terpadu berbasis kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Selanjutnya masing-masing satker diharapkan dapat menindaklanjuti dengan menerbitkan Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian khusus untuk satker masing-masing secara lebih spesifik dan rinci termasuk tata cara pencairan anggaran.
1.3.
SASARAN Sasaran yang ingin dicapai dari diterbitkannya Pedoman Umum ini
adalah: 1. Tersusunnya perencanaan kegiatan dan anggaran kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sebagai implemantasi kebijakan program pembangunan pertanian 2. 3. Tercapainya evaluasi kinerja dalam pelaksanaan kegiatan baik pusat dan daerah. Tercapainya efisiensi, efektivitas dan akuntabilitas pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di semua jenjang pelaksanaan.
4.
Tercapainya output dan outcome tepat dan terukur yang dihasilkan sesuai dengan sasaran pembangunan yang telah ditetapkan.
1.4.
RUANG LINGKUP Ruang lingkup substansi Pedoman Umum Pelaksanaan Program dan
Anggaran Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian meliputi: 1. Pengorganiasian anggaran kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2012 2. Sistem anggaran terpadu berbasis kinerja 3. Tata hubungan kegiatan operasional angaran kinerja pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2012 4. Perencanaan anggaran kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian
Bab
2.1.1. Kebijakan Mutu dan Standardisasi Dalam perdagangan komoditas pangan hasil pertanian di era pasar global ini, aspek keamanan pangan dan mutu produk merupakan salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk dapat memenangkan persaingan. Sistem keamanan pangan dan mutu terpadu produk pangan hasil pertanian harus sudah mulai diterapkan sejak awal sehingga pada akhir periode diharapkan sudah berjalan dengan baik. Karena di era pasar bebas ini industri pangan Indonesia mau tidak mau sudah harus mampu bersaing dengan masuknya produk industri pangan negara lain yang telah mapan dalam sistem manajemen mutunya. Sistem standardisasi mutu merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari pembinaan mutu hasil pertanian sejak proses produksi sampai bahan baku hingga produk di tangan konsumen. Penerapan sistem standarsasi secara optimal sebagai alat pembinaan mutu hasil pertanian bertujuan untuk meningkatkan efisiensi proses produksi maupun produktivitas di bidang pertanian yang pada akhirnya akan meningkatkan daya saing dan mendorong kelancaran pemasaran komoditi pangan serta mendorong berkembangnya investasi di sektor pertanian. Kebijakan mutu dan standardisasi yang dilaksanakan adalah: (1) Pengembangan standardisasi sarana dan hasil pertanian Pengembangan SNI Regulasi wajib SNI
Sistem Kontrol Internal (SKI) dan ICS Sertifikasi sistem mutu dan keamanan pangan Kerjasama dan Harmonisasi Standar (2) Penerapan sistem jaminan mutu dan keamanan pangan. Pengawasan mutu produk pertanian (keamanan pangan dan produk organik) serta pengoptimalan kinerja Otoritas Kompeten Keamanan Pangan Pusat/Daerah (OKKP-P / OKKP-D) (3) Pengembangan sistem uji mutu alsintan (4) Pembinaan kelembagaan penilai kesesuaian terhadap mutu (lab, lembaga sertifikasi)
2.1.2. Kebijakan Pemasaran Domestik Pengembangan pemasaran dalam negeri diarahkan bagi terciptanya mekanisme pasar yang berkeadilan, sistem pemasaran yang efisien dan efektif, meningkatnya posisi tawar petani, serta meningkatnya pangsa pasar produk lokal di pasar domestik, dan meningkatnya konsumsi terhadap produk pertanian Indonesia, serta terpantaunya harga komoditas hasil pertanian di seluruh provinsi. Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan yang dilaksanakan adalah: (1) Pengembangan jaringan pemasaran domestik, (2) Pengembangan sarana dan kelembagaan pasar, (3) Kebijakan pemantauan pasar dan stabilisasi harga (4) Pengembangan pelayanan informasi pasar. 2.1.3. Kebijakan Pemasaran Internasional
Pengembangan
pemasaran
internasional
dimaksudkan
untuk
percepatan peningkatan ekspor hasil pertanian, baik dalam bentuk segar maupun olahan, sehingga dapat meningkatkan pangsa pasar produk lokal di pasar internasional dan sekaligus meningkatkan perolehan devisa negara. Disamping itu, pengembangan pemasaran internasional juga dimaksudkan untuk melindungi produk pertanian dalam negeri. Untuk mencapai hal tersebut maka kebijakan pemasaran internasional yang dilaksanakan adalah: (1) Pengembangan kerjasama pemasaran internasional (2) Pengembangan analisa pasar, Market Intelligent dan perluasan pasar internasional, (3) Peningkatan citra produk unggulan ekspor misalnya CPO (4) Pengembangan kebijakan proteksi komoditas dan produk pertanian
2.1.4. Kebijakan Pengembangan Usaha dan Investasi Kebijakan pengembangan usaha tani yang semula berorientasi produksi diarahkan kepada penerapan konsep pengembangan usaha agribisnis yang utuh yaitu usaha tani yang terpadu antara agroinput (hulu) kegiatan produksi (on farm) dan pengolahan (processing) serta pemasaran dengan berorientasi kepada peningkatan kesejahteraan di samping produksi. Dengan perkataan lain bahwa bahwa wujud pengembangan usaha yang dituju adalah berkembangnya agroindustri perdesaan yang berdaya saing.
Pengembangan agroindustri perdesaan dimaksudkan agar nilai tambah atau profit centre berada pada petani dan perdesaan. Strategi dalam penembangan usaha dan investasi (PUI) ialah dengan memperkuat 4 (empat) pilar agribisis yaitu : 1) Sumber daya (khususnya SDM dan Kelembagaan Usaha), 2) Teknologi, 3) Permodalan dan 4) Pasar. Untuk itu dilaksanakan program-program kegiatan (Rencana Aksi) PUI yaitu: 1) Pengembangan Kelembagaan, Kemitraandan Kewirausahaan serta akses permodalan; 2) Pengembangan Promosi dan Layanan Investasi; serta Promosi Dalam Negeri dan Luar Negeri. Adapun basis pembinaan/ pengembangan usaha adalah Kelompok tani / Gabungan Kelompok Tani atau Koperasi Agribisnis pada Kawasan / Sentra Produksi yang selanjutnya ditrasformaskan sebagai suatu Kawasan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Berbasis Agribisnis / Agroindustri (Kapemba) 3)
No 1. 2.
Kawasan / Sentra Produksi Luas lahan / UPH/promosi produk tertentu Fokus kepada upaya-upaya untuk mencapai tingkat produksi yang diharapkan Tidak harus memperhatikan skala ekonomi Sebagai Produsen Hanya yang terkait dengan produksi Satu sektor tertentu
KAPEMBA Tingkat kesejahteraan (pendapat) petani Fokus kepada kegiatan untuk memaksimalkan nilai tambah yang dinikmati oleh petani, baik on farm maupun off farm Harus memperhatikan skala ekonomi (dalam satu kesatuan manajemen) Sebagai produsen dan pemasok Tidak hanya terbatas pada yang terkait dengan produksi Multi sektor
3. 4. 5. 6.
2.1.5. Kebijakan Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Dalam upaya pengembangan pengolahan hasil pertanian, dengan karakteristik usaha yang berskala kecil dengan berbagai keterbatasannya, memerlukan kebijakan pengembangan yang memiliki keunggulan. Salah satu pendekatan terintegrasi yang dipandang sesuai, adalah pendekatan kelompok yang memiliki jaringan usaha yang terkait. Pendekatan pengembangan aktifitas usaha pengolahan secara berkelompok dalam kegiatan usaha yang sejenis, tentunya dapat meningkatkan kapasitas serta dayasaing usaha, yang kemudian dapat dikembangkan beberapa usaha yang cakupannya berbeda tetapi masih saling terkait menjadi bentuk klaster (inti dan plasma). Keunggulan pola klaster ini, mengacu pada argumentasi bahwa sulit bagi usaha berskala kecil secara individual untuk bersaing dengan usaha berskala besar dalam suatu aktifitas usaha yang sama (economic of scale). Pengembangan suatu usaha dengan pendekatan klaster, dimana kelompok usaha yang saling terakit dari berbagai jenis usaha dan beroperasi dalam wilayah yang saling berdekatan, terbukti memiliki kemampuan untuk tumbuh dan berkembang. Usaha pengolahan yang berbasis klaster di beberapa negara, menunjukkan kemampuannya secara berkesinambungan untuk mampu menembus pasar ekspor, menghasilkan nilai tambah yang memadai, mampu menyerap tenaga kerja dan sangat responsif terhadap pemanfaatan inovasi teknologi. Dengan demikian, pengembangan agroindustri perdesaan, dengan karakter dan kondisi yang ada, pola pengembangan klaster (inti plasma) merupakan pilihan yang tepat, karena pelaku usaha pengolahan dapat meningkatkan aksesibilitasnya terhadap sumberdaya produktif, meningkatkan kapasitas produksi, meningkatkan akses pasar dan efisiensi usaha sebagai dampak dari aktifitas usaha yang saling bersinergi.
10
Secara teknis usaha agroindustri terpadu adalah unit usaha yang telah memperhatikan dan mengembangkan aspek-aspek penyiapan bahan baku yang bermutu, menerapkan prinsip-prinsip GAP, GHP, dan Good Manufacturing Practices (GMP), menerapkan sistem jaminan keamanan dan mutu hasil pertanian khususnya pangan, serta telah mengelola limbah dengan baik (zero waste). Usaha memanfaatkan dan Agroindustri tersebut di
merupakan industri pengolahan hasil pertanian skala kecil-menengah dan skala rumah tangga yang pada umumnya berada dan dimiliki warga perdesaan yang bergerak dalam usaha pengolahan makanan minuman, biofarmaka, bioenergy, dan pengolahan hasil samping. Agroindustri terpadu ini dikembangkan dengan tujuan: (a) Meningkatkan nilai tambah hasil panen di pedesaan, baik untuk konsumsi langsung, maupun untuk bahan baku agroindustri lanjutan; (b) Memberikan jaminan mutu dan harga sehingga tercapai efisiensi agribisnis; (c) Mengembangkan diversifikasi produk sebagai upaya penanggulangan kelebihan produksi atau kelangkaan permintaan pada periode tertentu; (d) Sebagai wahana pengenalan, penguasaan, pemanfaatan teknologi tepat guna dan sekaligus sebagai wahana peran serta masyarakat pedesaan dalam sistem agribisnis, dan lingkungan. Kebijakan pengembangan pengolahan hasil pertanian yang (e) menjaga kelestarian
dilaksanakan adalah: (1). Peningkatan nilai tambah melalui agroindustri pedesaan Untuk meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan yang dihasilkan maka dilakukan pengembangan agroindustri perdesaan berbasis komoditas ungulan setempat. Agroindustri pedesaan pada hakikatnya adalah membangun ekonomi kerakyatan di tingkat desa untuk
11
meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani melalui peningkatan nilai tambah dan daya saing produk olahan yang dihasilkan. Pengembangan mengembangkan agroindustri usaha pedesaan akan menumbuhkan dan
yang
menyerap,
melibatkan
masyarakat
pedesaan yang diupayakan untuk melaksanakan usaha pengolahan dengan menggunakan kaidah pengolahan hasil pertanian yang baik dan benar. Karakteristik komoditas yang dikembangkan yaitu komoditas yang laku dijual dan memiliki nilai ekonomi serta nilai tambah, cocok diusahakan di wilayahnya baik dari aspek teknis, ekonomi, sosial dan kelestarian lingkungan. (2). Peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan Inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan mutlak harus dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah, daya saing dan ekpor produk olahan hasil pertanian. Untuk itu maka perlu upaya-upaya: a. Intensifikasi kerjasama dan koordinasi dengan sumber-sumber inovasi teknologi seperti lembaga riset, perguruan tinggi dan bengkelbengkel swasta pembuat alat mesin pengolahan dalam rangka pengembangan dan diseminasi teknologi tepat guna; b. c. d. Innisiasi dan advokasi sistem sertifikasi dan apresiasi (penghargaan) terhadap inovasi teknologi yang dilakukan oleh masyarakat; Reformasi model penerapan teknologi dan sarana pengolahan hasil pertanian sarana pengolahan yang ramah lingkungan dan Apresiasi para pelaku usaha dengan penerapan teknologi guna. tepat
12
(3). Peningakatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui optimaslisasi dan mordeninsasi sarana pengolahan Salah satu kunci terpenting dalam rangka meningkatkan daya saing produk olahan hasil pertanian adalah efisiensi dalam proses pengolahan. Tingkat efisiensi pengolahan dengan sendirinya akan berpengaruh terhadap harga dari setiap produk yang dihasilkan. Kebijakan dalam rangka meningkatkan efisiensi pengolahan hasil pertanian di antaranya adalah: a. b. c. d. Optimalisasi, revitalisasi dan modernisasi teknologi dan sarana/ prasarana usaha pengolahan hasil pertanian; Mendorong berkembangnya bengkel alat mesin (alsin) pengolahan hasil pertanian; Mengembangkan sarana yang mendukung pengembangan produk olahan sesuai dengan potensi pasar; Menerapkan sistem jaminan mutu, termasuk penerapan dalam penerapan sistem jaminan mutu; e. Mengembangkan kelembagaan pengelolaan sarana pengolahan yang dikelola secara profesional oleh kelompok tani di sentra produksi, dan f. Mengembangkan sistem dan proses pengolahan yang efisien yang berbasis pada pemanfaatan sarana yang efektif dan berbahan baku lokal. (4). Peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan lembaga usaha pengolahan hasil di tingkat petani GMP dalam setiap aspek pengolahan sebagai syarat (pre-requisite)
13
Salah satu permasalahan yang mendasar dalam memajukan usaha pengolahan hasil pertanian di tanah air adalah masih lemahnya kemampuan sumber daya manusia, kelembagaan usaha, dan sumber permodalan. Hal tersebut disebabkan oleh pembinaan SDM pertanian selama ini lebih difokuskan kepada upaya peningkatan produksi (budidaya) pertanian. Sedangkan pembinaan sumberdaya manusia pertanian untuk pengolahan hasil pertanian masih kurang (termasuk sumber permodalan). Hal ini menyebabkan produktivitas dan daya saing usaha agribisnis masih sangat lemah. Adapun beberapa kebijakan operasional terkait dengan strategi tersebut adalah: a. Meningkatkan pengetahuan, pendampingan dalam upaya transfer teknologi (knowledgement), di bidang pengolahan hasil pertanian dengan fokus komoditas yang diunggulkan; b. c. Mengembangkan kelembagaan usaha pelayanan pengolahan hasil pertanian yang langsung dikelola oleh petani/kelompok tani; Mengembangkan kerjasama usaha pengolahan hasil pertanian baik horizontal maupun vertikal secara lebih terintegrasi dengan berbagai ragam skala usaha; d. Memfasilitasi pelayanan dan informasi dalam kerjasama teknis di bidang usaha pengolahan hasil pertanian antar pelaku usaha pengolahan hasil pertanian. (5). Peningkatan upaya pengelolaan lingkungan Pada proses pengolahan seringkali limbahnya menimbulkan dampak lingkungan yang perlu dikelola secara baik. Dampak lingkungan yang ditimbulkan dapat berupa polusi suara, udara, air dan limbah lainnya. Dalam kerangka pengelolaan lingkungan usaha pengolahan, maka kebijakan yang ditempuh mengupayakan peningktan penerapan GMP
14
dan mengembangkan
sistem pengelolaan lingkungan pada usaha pengolahan hasil pertanian 2.2 KEGIATAN UTAMA PEMBANGUNAN PENGOLAHAN
PEMASARAN HASIL PERTANIAN Kegiatan pembangunan PPHP tahun 2012 merupakan bagian dari program dan kegiatan utama Kementerian Pertanian, sehingga dituangkan ke dalam kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian dengan tujuan sebagai berikut: Peningkatan Nilai Tambah; upaya ini difokuskan pada dua hal yakni perbaikan mutu produk dan jumlah olahan produk pertanian untuk mendukung peningkatan daya saing dan ekspor. Peningkatan kualitas produk pertanian (bahan mentah dan olahan) diukur dari peningkatan jumlah produk pertanian yang mendapat sertifikat jaminan mutu. Pada akhir tahun 2014 diharapkan semua produk pertanian organik, kakao fermentasi, bahan olah karet (bokar) sudah tersertifikasi dengan pemberlakuan sertifikasi wajib. Peningkatan jumlah olahan diukur dari rasio produk bahan mentah dan olahan. Saat ini 80 % produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk bahan mentah dan 20 % dalam bentuk olahan. Pada akhir tahun 2014 ditargetkan bahwa 50 % produk pertanian diperdagangkan dalam bentuk olahan. Peningkatan Daya Saing; upaya ini akan difokuskan pada pengembangan produk berbasis sumberdaya lokal yang (1) dapat meningkatkan pemenuhan permintaan konsumsi dalam negeri; dan (2) dapat mengurangi ketergantungan impor (substitusi impor). Indikator keberhasilannya adalah
besarnya pangsa pasar (market share) di pasar dalam negeri dan penurunan net impor. Upaya peningkatan daya saing akan difokuskan pada peningkatan produksi susu yang selama ini impornya mencapai 73% untuk memenuhi
15
kebutuhan domestik. Untuk mengurangi besarnya impor gandum/terigu yang mencapai 6,7 juta ton per tahun akan dikembangkan aneka tepung berbasis sumberdaya lokal, yang ditargetkan pada akhir 2014 sudah bisa mensubstitusi 20 % impor gandum/terigu. Untuk kakao, ditargetkan pada akhir 2014 kebutuhan kakao fermentasi bermutu untuk industri coklat dalam negeri bisa dipenuhi semua dari produksi dalam negeri. Peningkatan Ekspor; upaya ini akan difokuskan pada pengembangan produk yang punya daya saing di pasar internasional, baik segar maupun olahan, yang kebutuhan di pasar dalam negeri sudah tercukupi. Indikatornya adalah pertumbuhan volume ekspor.
16
Bab
3.1 KARAKTERISTIK UMUM Karakteristik kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian baik yang berada di pusat maupun yang berada di daerah seperti yang ditampilkan berikut ini. 3.1.1. Kegiatan Pusat a. Pengembangan Kebijakan b. Koordinasi Perencanaan dan Pelaksanaan Program / Kegiatan c. Pembinaan & Pengawalan Teknis d. Pelayanan teknis/bisnis e. Pengembangan Data Base dan Sistem Informasi f. Public awareness/ promosi produk dan investasi di sektor pertanian g. Monitoring Evaluasi dan Pelaporan 3.1.2. Kegiatan Dekonsentrasi a. Pengembangan Mutu dan Standardisasi Penerapan Sistem Jaminan Mutu Pengembangan SNI Pengembangan Jabfung PMHP Fasilitasi Harmonisasi Standar Mutu Pengembangan Laboratorium Pengembangan OKKPD
17
Pengawalan dan Pertemuan Pasar Tani Pengawalan dan Pertemuan Nasional STA Pengawalan dan Pertemuan Nasional Pasar Ternak Pengembangan PIP Agribisnis Pemantauan dan Pengamanan Harga Gabah dan Beras Pemantauan Pasar dan Harga Komoditas Strategis Pembinaan dan Pengawalan Stabilisasi Harga Penguatan Jaringan Pemasaran Produk Pertanian
c. Pengembangan Pemasaran Internasional Akselerasi Ekspor Komoditas Pertanian Akselerasi Ekspor Produk Unggulan Komoditas Hortikultura ke Singapura d. Pengembangan Usaha dan Investasi Pembinaan Kemitraan dan Kewirausahaan Peningkatan Pelayanan Investasi Promosi Dalam Negeri Promosi Luar Negeri Fasilitasi Indikasi Geografis Pengembangan Kawasan Pembangunan Ekonomi Masyarakat Berbasis Agribisnis (KAPEMBA) dan Agrowisata e. Pengembangan Pengolahan Hasil Pertanian Bimbingan Teknis dan Manajemen Pengolahan Hasil Pertanian Pertemuan Koordinasi, Sosialisasi Pengolahan Hasil Pertanian Peringatan Hasi Susu Nusantara
18
a. Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi b. Pengembangan Mutu Kopi c. Revitalisasi Pasar Ternak d. Oprimalisasi Sub Terminal Agribisnis e. Pengembangan Jaringan Pemasaran f. Pengembangan Grading Packaging g. Akselerasi Ekspor Komoditi Pertanian h. Revitalisasi Penggilingan Padi i. j. l. Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan Pengembangan Agroindustri Hortikultura
k. Pengembangan Pengolahan Jagung m. Pengembangan Agroindustri Biofarmaka n. Pengembangan Agroindustri Perkebunan o. Pengembangan Bokar Bersih p. Pengembangan Agroindustri Peternakan (Susu) q. Pengembangan Agroindustri Peternakan (Daging) r. Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak Biogas) 3.2. KARAKTERISTIK KEGIATAN s. Pengembangan Pengolahan Limbah Hasil Ternak (Kompos dan
pemerintah kepada Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat. Pendanaan dalam rangka dekonsentrasi dialokasikan untuk kegiatan yang bersifat non fisik yaitu antara lain : sinkronisasi, koordinasi, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, pembinaan, pengawasan serta pengendalian.
19
Dana Tugas Pembantuan (TP) merupakan penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan atau desa atau sebutan lain dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaan kepada yang menugaskan. Pendanaan dalam rangka TP dialokasikan untuk kegiatan bersifat fisik yaitu anatara lain : pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin serta kegiatan fisik lainnya. Dalam dengan rangka mendukung pencapaianan WTP (Wajar Sosial (573111) Tanpa yang
Pengecualian) pengadaan barang yang dialokasikan kepada masyarakat menggunakan Belanja Pemberdayaan digunakan untuk Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial Dalam Bentuk Uang untuk komponen Mutu Standardisasi dan Pengolahan Hasil Pertanian. Untuk kegiatan lain pada Kegiatan Pemasaran Domestik dan Pemasaran Internasional menggunakan Belanja Gedung dan Bangunan untuk di serahkan kepada Masyarakat / Pemda (526113). Pengadaan aset tetap dengan belanja barang penunjang Dekon / TP tersebut selanjutnya akan diproses Berita Acara penyerahan aset kepada Pemda yang selanjutnya diserahkan kepada SDPD / Dinas, paling lambat 6 bulan setelah pengadaan. Apabila barang tersebut setelah 6 bulan dari pengadaannya belum diserahkan kepada SPD dengan Berita Acara, maka barang tersebut diklasifikasikan menjadi aset tetap. 3.2.2. Kegiatan Pengarusutamaan Gender Pada umumnya, usaha pengolahan produk pertanian skala rumah tangga maupun skala kecil merupakan unit usaha yang dikelola oleh perempuan dengan dibantu oleh anggota keluarga baik suami maupun anak-
20
anak. Untuk memudahkan didalam pembinaannya, usaha usaha tersebut dikelola secara grup atau kelompok. Oleh karena itu, keberhasilan program industrialisasi pedesaan sangat tergantung pada keberhasilan usaha pengolahan yang dikelola perempuan beserta anggota keluarganya di perdesaan. Dengan demikian, implementasi program yang blind gender (buta gender) atau tidak memperhatikan siapa pelaku pembangunan tersebut akan berakhir pada kegagalan atau tidak berkelanjutan. Dengan demikian, issu gender menjadi issu penting yang harus diperhatikan didalam merencanakan suatu program pembangunan usaha pengolahan maupun pemasaran hasil pertanian (indutrialisasi pedesaan). Sesuai dengan amanat Inpres No 9/2000, konsep setara dan adil gender harus benar-benar menjadi pegangan dalam setiap tahapan kegiatan di Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Dimana setara berarti seimbang relasi antara laki-laki dan perempuan (dan orang lanjut usia, anakanak di bawah umur, orangorang dengan kebisaan berbeda/difable, serta orang-orang yang tidak mampu secara ekonomi) dalam aspek egaliter, kemampuan memadai yang meliputi Knowledge Attitude Practise, pengakuan terhadap eksistensi, ruang partisipasi, pengambilan peran dan fungsi secara proporsional dalam proses pembangunan secara utuh menyeluruh baik dari pemanfaatan hasil, pelaksanaan, pemeliharaan, pengawasan, penyusunan, evaluasi maupun perencanaan pembangunan di bidang Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Proses pengarusutamaan gender memerlukan data terpilah antara perempuan dan laki-laki, serta kemampuan analisis gender sehingga menghasilkan sebuah perencanaan pembangunan serta anggaran yang responsif gender.
21
Dengan melaksanakan analisis gender, kita dapat mengetahui apakah perempuan dan laki-laki dapat memperoleh akses partisipasi, pengambilan keputusan, kontrol dan manfaat yang sama atau tidak dalam kegiatan usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Dengan mengetahui hal-hal itu, maka kegiatan perencanaan, penyusunan anggaran, pelaksanaan kegiatan, pemantauan dan evaluasi program terkait pengolahan dan pemasaran hasil pertanian yang responsif gender dapat dilakukan secara efektif. 3.3. KARAKTERISTIK ANGGARAN
3.3.1. Alokasi Anggaran Dana APBN yang dialokasikan untuk pembangunan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tahun anggaran 2012, sebesar Rp. 519.623.100.000,- yang terdiri atas anggaran di Pusat sebesar Rp. 155.091.350.000,dan UPT Balai Pengujian Mutu Alsintan sebesar Rp. 4.487.144.000,-. Dana di daerah sebesar Rp. 364.531.750.000,- yang terdiri dari dana Dekonsentrasi di propinsi sebesar Rp. 125.527.250.000,dana Tugas Pembantuan di Propinsi sebesar Rp. 222.200.000.000,sedangkan untuk Dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/ kota sejumlah Rp. 16.804.500.000,Dukungan anggaran Ditjen PPHP untuk sektor Tanaman Pangan di daerah Rp. sebesar Rp. 54.350.000.000; sebesar Rp. Hortikultura sebesar dan 39.575.800.000; Perkebunan 73.450.000.000;
Peternakan sebesar Rp. 61.650.000.000. Anggaran yang dialokasikan untuk pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian hanya bersifat stimulan (pemacu dan pemicu) dan penguatan modal kepada kelompok sasaran. Hal ini diharapkan akan terbangun jaringan dan sharing serta partisipasi dari para pelaku usaha serta pemerintah daerah setempat melalui
22
APBD Prop/ Kab/ Kota maupun dari pihak swasta dan dari instansi terkait diluar Kementerian Pertanian.
3.3. 2. Struktur Satuan Kerja (Satker) Kegiatan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian di Pusat dan Propinsi (Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan) serta dana Tugas Pembantuan di Kabupaten/Kota merupakan Satker Ditjen PPHP tersendiri. a. Satuan Kerja Pusat Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian mempunyai 2 satker di pusat yaitu : (1) Satker Direktorat Jenderal Pengolahan Pemasaran Hasil Pertanian. (2) Satker UPT Balai Pengujian Mutu Alat dan Mesin Pertanian b. Satuan Kerja Propinsi Jumlah satker dana Dekonsentrasi di Propinsi tahun 2012 adalah sebanyak 80 Satker yang berada di dinas lingkup Pertanian Propinsi (Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan) di 33 propinsi. Sedangkan Satker untuk dana tugas pembantuan di propinsi berjumlah 89 satker di Propinsi. c. Satuan Kerja Kabupaten / Kota Jumlah satker dana Tugas Pembantuan di Kabupaten / Kota untuk kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian tahun 2012 adalah sebanyak 12 satker yang berada di dinas lingkup pertanian (Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura, Peternakan dan Perkebunan).
23
Bab
4
4.1.
b.
Gubernur
anggaran dekonsentrasi dan tugas pembantuan untuk pembangunan pertanian di provinsi yang dipimpinnya. Dalam melaksanakan tugas operasional, Gubernur dibantu oleh Kepala Dinas / Badan lingkup pertanian provinsi sebagai Kuasa Pengguna Anggaran, dan secara teknis bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan pertanian yang dikelolanya. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas lingkup
24
pertanian provinsi dibantu oleh Bendahara, Pejabat Pembuat Komitmen, serta Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM, Badan lingkup pertanian provinsi. c. Bupati/Walikota bertanggungjawab terhadap keberhasilan kegiatan dan anggaran tugas pembantuan yang untuk pembangunan Dalam pertanian di kabupaten/kota dipimpinnya. melaksanakan tugas Pengendalian dan evaluasi dilakukan secara bersama dibawah kendali Kepala Dinas /
operasional, Bupati/Walikota dibantu oleh Kepala Dinas/Badan lingkup pertanian kabupaten/kota sebagai Kuasa Pengguna Anggaran yang secara teknis bertanggung jawab atas keberhasilan pembangunan pertanian yang dikelolanya. Dalam melaksanakan tugasnya Kepala Dinas lingkup pertanian Kabupaten /Kota dibantu oleh Bendahara, serta eselon 3 atau pejabat yang mempunyai kompetensi di lingkup instansinya sebagai Pejabat Pembuat Komitmen serta Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan SPM. Pengendalian dan evaluasi dilakukan secara bersama dibawah kendali Kepala Dinas / Badan lingkup pertanian kabupaten / kota.
4.2. PENGELOLAAN ANGGARAN PEMBANGUNAN PENGOLAHAN DAN PEMASARAN HASIL PERTANIAN DI PUSAT Pengelolaan anggaran Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian di pusat dengan menggunakan pengorganisasian anggaran seperti pada Bagan 1. Dalam rangka pengelolaan anggaran pembangunan pertanian di pusat dan Unit Pelaksana Teknis Pusat (UPT Pusat), Menteri Pertanian selaku pengguna anggaran menetapkan/mengangkat Kuasa Pengguna Anggaran
25
(KPA), Bendahara, serta Pejabat Penguji dan Pejabat SPM. Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan, apabila diperlukan Menteri atau KPA dapat mengangkat Pejabat Pembuat Komitmen (PPK). Selanjutnya untuk memperlancar pengelolaan administrasi keuangan oleh PPK dan membantu kelancaran tugas bendahara, maka KPA dapat mengangkat Pemegang Uang Muka (PUM).
Bagan 1. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Ditjen Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Pusat dan UPT Pusat T.A. 2012
KUASA PENGGUNA ANGGARAN / BARANG
Adminis trasi
Verifikasi dokumen
Rekonsiliasi
Belanja Belanja
Verifi kator
Pembu kuan
Kasir
26
4.3. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA DEKONSENTRASI Dekonsentrasi adalah pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat kepada Gubernur sebagai wakil Pemerintah pusat. Dana Dekonsentrasi adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh Gubernur sebagai wakil pemerintah pusat yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan dekonsentrasi, tidak termasuk dana yang dialokasikan untuk instansi vertikal pusat di daerah. Kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui dana dekonsentrasi adalah kegiatan non fisik, yaitu kegiatan yang menghasilkan keluaran yang tidak menambah aset tetap. Kegiatan non fisik antara lain berupa koordinasi dan perencanaan, fasilitasi, bimbingan teknis, pelatihan, penyuluhan, supervisi, penelitian, survey, pembinaan dan pengawasan serta pengendalian. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut di atas, dana dekonsentrasi dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan / atau pengadaan input berupa barang habis pakai. Untuk pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi, Gubernur menetapkan Kuasa Pengguna Anggaran, Bendahara Pengeluaran, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) serta Pejabat Penguji dan Perintah pembayaran (PP-SPM). Pengorganisasian Pengelolaan Anggaran Dana Dekonsentrasi seperti pada Bagan .2 Kuasa Pengguna Anggaran dan Bendahara pengeluaran dalam pencairan anggaran pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi harus memperhatikan Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA), Pedoman Umum (PEDUM), Petunjuk Pelaksanaan (Juklak), Petunjuk
27
Teknis (Juknis), Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), serta ketentuan atau peraturan lain yang berlaku. Penerimaan dan Pengeluaran yang berkenaan dengan pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi diadministrasikan dalam anggaran dekonsentrasi. Apabila ada sisa atau saldo anggaran lebih atas pelaksanaan kegiatan yang dibiayai dari dana dekonsentrasi, maka hal tersebut merupakan penerimaan kembali APBN dan disetor ke Rekening Kas Umum Negara.
28
Bagan 2.
Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Dana Dekonsentrasi Satker Dinas Provinsi TA 2012
PUM PUM
Petugas Pembukuan
Kasir
29
4.4. PENGORGANISASIAN DAN PENGELOLAAN DANA TUGAS PEMBANTUAN Tugas Pembantuan adalah penugasan dari pemerintah pusat kepada daerah dan/atau desa atau sebutan lainnya dengan kewajiban melaporkan dan mempertanggungjawabkan pelaksanaannya kepada yang menugaskan. Dana Tugas Pembantuan adalah dana yang berasal dari APBN yang dilaksanakan oleh daerah yang mencakup semua penerimaan dan pengeluaran dalam rangka pelaksanaan tugas pembantuan. Kegiatan pembangunan pertanian yang dilaksanakan melalui dana tugas pembantuan Tahun Anggaran 2012 adalah untuk kegiatan fisik. Kegiatan fisik adalah kegiatan yang menghasilkan keluaran yang menambah aset tetap. Kegiatan fisik yang dimaksud diantaranya adalah pengadaan tanah, bangunan, peralatan dan mesin, jalan, irigasi dan jaringan, serta dapat berupa kegiatan yang bersifat fisik lainnya. Sedangkan kegiatan fisik lainnya antara lain pengadaan barang habis pakai, seperti obat-obatan, vaksin, pengadaan bibit dan pupuk, atau sejenisnya, termasuk barang bansos yang diserahkan kepada masyarakat, untuk pemberdayaan masyarakat. Dalam rangka mendukung pelaksanaan kegiatan tugas pembantuan sebagian kecil dana tugas pembantuan dapat dialokasikan sebagai dana penunjang untuk pelaksanaan tugas administratif dan/ atau pengadaan input berupa barang habis pakai dan/atau aset tetap. Untuk pelaksanaan kegiatan yang (PPK) dibiayai Pejabat dari dana tugas pembantuan, gubernur/bupati/walikota serta Bendahara mengusulkan calon Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen Penguji dan Perintah Pembayaran Pengeluaran kepada Menteri Pertanian. Menteri Pertanian menetapkan KPA, PPK, Pejabat Penguji dan Pembat SPM, bendahara Pengeluaran dan
30
bendahara
penerima.
Pengorganisasian
pengelolaan
anggaran
tugas
31
Bagan 3.
Struktur Organisasi Pengelolaan Anggaran Dana Tugas Pembantuan Satker di Provinsi TA 2012
Gubernur Penerima Penugasan Dana Tugas Pembantuan
PUM PUM
Pembukuan
Kasir
32
Dana Tugas Pembantuan Propinsi yang ada kegiatan untuk kabupaten, maka dalam rangka membantu kelancaran pelaksanaan kegiatan dan pertanggungjawaban keuangan perlu dibentuk penanggung jawab kegiatan di kabupaten, Pemegang Uang Muka (PUMK) dan pelaksana kegiatan teknis dengan surat keputusan KPA/Kepala Dinas Propinsi. Kegiatan Tugas pembantuan tersebut harus dikoordinasikan dengan penanggungjawab kegiatan di kabupaten terutama dalam penentuan CP/CL, pengadaan alat/gedung dan bangunan serta dalam pembinaan/bimbingan teknis. Pengorganisasian pengelola anggaran tugas pembantuan di Kab/Kota seperti pada Bagan 4. Bagan 4. Struktur Organisasi Pengelola Anggaran Tugas Pembantuan Satker di Kabupaten / Kota TA 2012
Bupati/Walikota Penerima Penugasan Dana Tugas Pembantuan Kepala Dinas/Satker Kuasa Pengguna Anggaran
tim
PUMK
33
(DIPA), Pedoman Umum (PEDUM) dan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK), Keputusan penetapan para pelaksana anggaran, membuat, tugas menyiapkan, menyelenggarakan pembukuan pengelolaan dana
4.5.
KEWENANGAN DAN TANGGUNGJAWAB PENGELOLA ANGGARAN Dalam pelaksanaan sistem penganggaran yang berorientasi kinerja,
banyak sekali dijumpai masalah yang perlu diselesaikan, sehingga berdampak terhadap output yang akan dicapai. Permasalahan pengelolaan anggaran selama ini meliputi ketaatan disiplin pengelolaan anggaran, kegiatan maupun estimasi alokasi biaya yang tidak tepat, ketidaktepatan waktu pelaksanaan, acuan standar harga / biaya, kualitas SDM perencana, keterlambatan dalam pelaporan dan lainnya. Untuk itu perlu pembenahan dengan menciptakan aparat pengelola anggaran yang disiplin dan penuh tanggungjawab. Berikut ini dapat dijelaskan rincian kewenangan dan tanggungjawab Kuasa Pengguna Anggaran (KPA), Pejabat Penguji dan Penerbit SPM, Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) dan Bendahara pengeluaran dengan ketentuan sebagai berikut :
34
1 . Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Kewenangan : a. Membuat keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN b. c. Mengendalikan dan mengevaluasi pelaksanaan anggaran Mengangkat staf pembantu sesuai kebutuhan
Uraian Tugas Pekerjaan : a. Mengesahkan Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK), Rencana Operasional Kegiatan (ROK) di Satuan kerja Masing-masing, b. c. d. Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran Memberikan bimbingan dan arahan terhadap pengelola keuangan dan penanggungjawab kegiatan, Membuat Keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN antara lain berupa : 1) Keputusan-keputusan/tindakan yang menyangkut pengelolaan dan pembinaan kepegawaian; 2) Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya 3) Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan seperti penunjukkan Staf Pembantu Bendahara Pengeluaran, Staf Administrasi KPA, penetapan pembiayaan kendaraan dinas operasional, mengeluarkan surat perintah perjalanan dinas dan lain-lain;
35
4) Keputusan/tindakan dalam rangka pengadaan barang/jasa seperti pengangkatan panitia pengadaan dan pemeriksaan barang/jasa, keputusan penetapan penyedia barang/jasa, kontrak/ perjanjian/ SPK dan lain-lain; 5) Menandatangani cek. e. f. 2. Memeriksa kas dan pembukuan bendahara sekurang-kurangnya sekali dalam 3 (tiga) bulan. Membuat laporan keuangan
Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Kewenangan : a. Membuat keputusan-keputusan dan mengambil tindakan-tindakan yang dapat mengakibatkan timbulnya pengeluaran uang atau tagihan atas beban APBN di unit kerjanya sesuai dengan kewenangan yang diberikan oleh KPA berupa : b. c. Keputusan/tindakan dalam rangka pelaksanaan kegiatan yang terkait dengan substansi tugas pokok dan fungsi unit kerjanya; Keputusan/tindakan yang terkait dengan pengelolaan keuangan seperti penunjukkan staf administrasi pembuat komitmen, dan penetapan d. pembiayaan kendaraan rangka dinas operasional
penerbitan surat perintah perjalanan dinas di unit kerjanya. Keputusan/tindakan dalam pelaksanaan pengadaan barang/jasa di unit kerjanya seperti pengadaan dan pemeriksa barang/jasa di unit kerjanya keputusan penetapan penyedia barang/jasa,kontrak/perjanjian/SPK; e. Pejabat yang melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran anggaran belanja bertanggungjawab baik dari segi fisik maupun dari keuangan atas pelaksanaan.
36
f.
Pejabat
Pembuat
Komitmen
bertanggung
jawab
dari
segi
administrasi, fisik, keuangan dang fungsional atas pengadaan barang/jasa yang dilaksanakannya. Uraian Tugas Pekerjaan : a. b. c. d. e. f. Mengkoordinasikan penyusunan Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK) unit kerjanya. Melaksanakan kegiatan-kegiatan yang telah ditetapkan dalam ROPAK unit kerjanya, Melaksanakan pengendalian dan evaluasi terhadap pelaksanaan anggaran unit kerjanya, Memberikan arahan dan bimbingan terhadap PUM dan penanggung jawab kegiatan di unit kerjanya, Memeriksa kebenaran material surat-surat bukti mengenai hak pihak penagih, Memeriksa kebenaran dokumen yang menjadi persyaratan/kelengkapan sehubungan dengan ikatan/perjanjian pengadaan barang/jasa g. h. i. j. Meneliti ketersedian dananya dan membebankan pengeluaran sesuai dengan mata anggaran pengeluaran yang bersangkutan, Memeriksa keabsahan dokumen SPJ dan bukti-bukti pengeluaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya, Mengajukan permintaan uang muka untuk kegiatan operasional kantor sesuai ketentuan berlaku, Mengajukan permintaan tagihan bayaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya (SPJ rampung) dengan Surat Pengantar yang ditujukan kepada KPA melalui Bendahara Pengeluaran, k. Melakukan pemeriksaan keadaan Kas PUM sekurang-kurangnya 3 (tiga) bulan sekali,
37
l. m. n.
Menyampaikan
laporan
bulanan
realisasi
anggaran
dan
pelaksanaan kegiatan unit kerjanya kepada KPA, Menandatangani setuju bayar pada kuitansi, Membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan perundangundangan yang berlaku. 3. Pejabat Pengujian dan Perintah Pembayaran/SPM Kewenangan : a. b. c. Menolak Surat Permintaan Pembayaran (SPP) dari Pejabat Pembuat Komitmen bilamana : Pengeluaran dimaksud tidak tersedia dananya dan melebihi pagu dalam DIPA, Bukti pengeluaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan didukung dengan kelengkapan data yang sah, Uraian Tugas Pekerjaan : a. Meneliti dan memeriksa pencapaian tujuan/atau sasaran kegiatan sesuai dengan indikator kinerja yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan, b. c. d. Meneliti usulan Surat Permintaan Pembayaran (SPP) Memeriksa secara rinci keabsahan dokumen pendukung SPP sesuai dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku, Memeriksa anggaran, e. f. Memeriksa kebenaran atas tagihan yang menyangkut antara lain: Pihak yang ditunjuk untuk menerima pembayaran (nama,orang/perusahaan,alamat,nomor rekening dan nama bank) ketersedian pagu anggaran dalam DIPA untuk memperolah keyakinan bahwa tagihan tidak melampaui batas pagu
38
g.
Nilai tagihan yang harus dibayar (kesesuaian dan kelayakannya dengan prestasi kerja yang telah dicapai sesuai spesifikasi teknis yang tercantum dalam kontrak)
h.
Jadwal waktu pembayaran (kesesuaian dengan jadwal penarikan dana yang tercantum dalam DIPA berkenaan dan/atau spesifikasi teknis yang telah ditetapkan.
i.
Menerbitkan dan menandatangani Surat Perintah Membayar/SPM serta menyampaikan Surat Perintah Membayar/SPM ke KPPN setempat.
4.
Bendahara Pengeluaran Wewenang : a. b. c. Bendahara Pengeluaran wajib menolak perintah bayar dari Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran apabila : Tagihan pembayaran dimaksud tidak tersedia atau tidak cukup tersedia, Tagihan pembayaran tidak memenuhi persyaratan administrasi dan didukung dengan tanda bukti yang sah.
39
Uraian Tugas Pekerjaan : a. Menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan mempertanggung jawabkan uang untuk keperluan belanja kartu Satuan Kerja, b. c. d. e. f. g. h. i. j. Meneliti kelengkapan tagih dari KPA/PPK, Menguji kebenaran perhitungan tagihan yang tercantum dalam perintah pembayaran, Menguji ketersedian dana yang bersangkutan, Menyediakan uang persedian dan merencanakan penarikan dana sesuai keperluan belanja operasional kantor, Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan, SPJ, SPP, SPM, SP2D dan dokumen-dokumen keuangan lainnya, Melaksanakan pembukuan sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku, Membantu memeriksa keabsahkan dan dokumen SPJ berikut kelengkapannya, Meneliti ketersedian dana dalam ROK dan DIPA serta ketepatan pembebanan anggaran sesuai mata anggaran pengeluaran, Menyampaikan dokumen SPJ dan kelengkapannya yang telah diteliti kepada KPA melalui staf Administrasi KPA untuk dilakukan pemeriksaan dokumen tersebut, k. l. m. n. Meneliti permintaan uang muka dan mengusulkan kepada KPA mengenai penetapan besarnya uang muka yang akan diberikan, Menyiapkan Surat Permintaan Pembayaran (SPP-UP,SPPGU,SPPTU dan SPP-LS) Menyampaikan SPP berikut dokumen kelengkapannya kepada pejabat penguji dan Perintah Pembayaran, Memberikan arahan dan bimbingan pelaksanaan tugas kepada staf Bendahara Pengeluaran dan PUM,
40
o.
Memberikan pungutan dan penyetoran pajak serta menyampaikan laporan pajak ke Kantor Pelayanan Pajak sesuai peraturan perundang-undangan yang berlaku,
p. q. 5.
Melaksanakan pembayaran setelah mendapat persetujuan dari KPA/PPK, Menandatangani lunas bayar di kuitansi.
Bendahara Penerima Kewenangan : Menolak permintaan penggunaan dana penerimaan sebelum mendapat persetujuan dari Departemen Keuangan. Uraian Tugas Pekerjaan : Menagih, negara. menerima, menyimpan, menyetorkan, membukukan, menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang pendapatan
6.
Pelaksana Kegiatan Uraian Tugas Pekerjaan : a. b. c. d. Menyusun Rencana Operasional Pelaksanaan Anggaran Kinerja (ROPAK) unit kerjanya berdasarkan POK, RKA-KL dan DIPA; Melaksanakan rencana kegiatan unit kerjanya yang telah ditetapkan dalam ROPAK, POK, RKA-KL dan DIPA; Mempertanggungjawabkan pelaksanaan kegiatan dan keuangan yang menjadi tanggung jawab di unit kerjanya, Menyusun laporan hasil pelaksanaan kegiatan unit kerjanya. Uang Muka ditetapkan untuk membantu bendahara
7.
41
Uraian Tugas Pekerjaan : a. b. c. Menerima, Menyimpan, membayar, menatausahakan uang muka untuk keperluan belanja unit kerjanya. Membantu memeriksa keabsahan dokumen SPJ dan bukti-bukti pengeluaran atas pelaksanaan kegiatan di unit kerjanya; Membantu unit kerjanya d. e. f. g. h. i. j. k. 8. Membantu memproses penyelesaian SPJ unit kerjanya Meneliti dan menyediakan permintaan uang muka di unit kerjanya. Mengambil uang muka dari Bendahara pengeluaran untuk kegiatan operasional unit kerjanya. Melaksanakan pembayaran setelah mendapat persetujuan Pejabat Pembuat Komitmen Melaksanakan penatausahaan dan pengarsipan surat kedinasan, SPJ dan dokumen-dokumen keuangan lainnya. Melaksanakan pembukuan sesuai dengan peraturan perundangundangan yang berlaku Melaksanakan laporan bulanan, laporan realisasi anggaran belanja unit kerjanya. Membantu memungut dan menyetorkan pajak. meneliti kebenaran perhitungan tagihan dalam dokumen SPJ tersebut dan ketersedian dananya dalam ROPAK
Penanggungjawab Sementara Apabila Kuasa Pengguna Anggaran / Pejabat Pembuat Komitmen Pejabat yang bertugas melakukan Pengujian dan Perintah Pembayaran, Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Penerima berhalangan melaksanakan tugasnya untuk sementara waktu, misal sakit, cuti atau tugas mengikuti pendidikan dalam jangka waktu kurang dari 4 bulan harus menugaskan kepada pengganti sementara dengan catatan bahwa
42
tanggung jawab sepenuhnya tetap pada pemberi kuasa sedangkan untuk jangka waktu lebih dari 4 (empat) bulan harus diganti. Contoh surat keterangan / surat kuasa tetap bertanggungjawab terlampir. 9. Ketentuan pidana, sanksi administratif dan ganti rugi a. Menteri / Pimpinan/ Lembaga/ Gubernur /Bupati/ Walikota yang terbukti melakukan penyimpangan kebijakan yang telah ditetapkan dalam undang undang tentang APBN diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang. b. Pimpinan unit organisasi kementerian/ lembaga/ satuan kerja perangkat daerah yang terbukti melakukan penyimpangan kegiatan anggaran yang telah ditetapkan dalam undang-undang tentang APBN diancam dengan pidana penjara dan denda sesuai dengan ketentuan undang-undang. c. Presiden memberi sanksi administratif sesuai dengan ketentuan undangundang kepada pegawai negeri serta pihak-pihak lain yang tidak memenuhi kewajibannya sebagaimana ditentukan dalam undang-undang tentang APBN. 4.6. MEKANISME DAN PERSYARATAN USULAN, PENETAPAN DAN REVISI PEJABAT PENGELOLA KEUANGAN 1. Penggantian / Revisi Kuasa Pengguna Anggaran, Pejabat pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM, Pejabat Pengeluaran dan atau Bendahara Penerima dalam Tahun Anggaran berjalan dapat dilakukan dengan alasan : a. Yang bersangkutan berhenti / mengundurkan diri dengan keterangan yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan yang dinyatakan dalam bentuk surat pertanyaan.
43
b.
Yang bersangkutan dalam keadaan sakit sehingga tidak dapat melaksanakan tugas sebagaimana mestinya dan didukung dengan surat keterangan dokter.
c.
Yang bersangkutan mutasi, ditugaskan keluar wilayah atau tugas belajar yang dibuktikan dengan surat keputusan pejabat yang berwenang.
d.
Yang bersangkutan terlibat kasus kerugian negara yang didukung dengan data Laporan Hasil Pemeriksanaan (LHP) Aparat Pengawas Fungsional.
e. f.
Yang bersangkutan terlibat kasus pelanggaran / kejahatan dan dalam proses penindakan oleh aparat yang berwajib Yang bersangkutan pensiun atau meninggal dunia.
2. Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh calon pejabat pengelola keuangan Dana Tugas Pembantuan Tahun 2012 adalah sebagai berikut : A. Persyaratan Calon Kuasa pengguna Anggaran (KPA) a. Memegang jabatan Kepala Satuan Kerja Perangka Daerah (SKPD) (Kepala Dinas/ Kepala Badan atau Kepala Kantor) b. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan / Penandatangan Surat Perintah Membayar dan Bendahara Pengeluaran / Penerima. c. Membuat surat pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur, dan tidak akan melakukan KKN. B. Persyaratan Calon Pejabat Pembuat Komitmen (PPK)
44
a. Berstatus sebagai PNS, sehat jasmani dan rohani, mampu dan jujur, tidak dalam proses penindakan suatu pelanggaran / kejahatan dan tidak terlibat dalam kasus yang merugikan negara b. Pada SKPD Propinsi dan Kabupaten / Kota adalah Kabag / Kabid atau Pejabat yang ditunjuk sesuai dengan bidang tugas dan kompetensinya. c. Diutamakan telah memiliki sertifikat ahli pengadaan barang dan jasa d. Tidak mempunyai hubungan keluarga dengan Kuasa Penguuna Anggaran, Pejabat Penguji Tagihan/ Penandatangan SPM dan Bendahara Pengeluaran / Penerima. e. MembuatSurat Pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur dan tidak akan melalukan KKN. C. Persyaratan Calon Pejabat Penguji Tagihan / Penandatangan SPM (PPT/PSPM) a. Berstatus sebagai PNS, sehat jasmani dan rohani, mampu dan jujur, tidak dalam proses penindakan suatu pelanggaran/ kejahatan dan tidak terlibat dalam kasus yang merugikan negara. b. Pada SKPD Propinsi dan Kebupaten / Kota adalah sekretaris Dinas / Kabag TU atau Pejabat yang melaksanakan tupoksi unsur Keuangan / Tata Usaha. c. Tidak mempunyai hubungan Pejabat keluarga Pembuat dengan Kuasa dan Pengguna Anggaran, Komitmen
Bendahara Pengeluaran / Penerimaan. d. Membuat Surat Pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur dan tidak akan melakukan KKN.
45
D. Persyaratan Calon Bendahara Pengeluaran / Penerima a. Berstatus sebagai PNS, sehat jasmani dan rohani, mampu dan jujur, tidak dalam proses penindakan suatu pelanggaran/ kejahatan dan tidak terlibat dalam kasus yang merugikan negara. b. Mempunyai pengetahuan yang cukup tentang Manajemen Keuangan dan peraturan yang berhubungan dengan keuangan. c. Mempunyai ijasah / Sertifikat Bendahara Pengeluaran / Penerimaan; d. Tidak memegang jabatan struktural Eselon I, II, III, IV, Kepala Kantor dan Kepala SKPD e. Tidak diusulkan untuk mengelola lebih dari 1 (satu) DIPA f. Berpangkat sekurang-kurangnya Pengatur Muda Tingkat I (II/b) mempunyai hubungan keluarga dengan Kuasa g. Tidak dalam status masa persiapan pensiun. h. Tidak Pengguna Anggaran, Pejabat Pembuat Komitmen, Pejabat Penguji Tagihan/Penandatangan SPM. i. j. Para calon yang diusulkan tidak boleh merangkap sebagai tenaga fungsional lainnya (peneliti, widyaiswara, penyuluh dll) Membuat surat pernyataan untuk bekerja dengan bersih, jujur dan tidak akan melakukan KKN k. Harus berlokasi di SKPD yang memiliki DIPA l. Bagi yang telah menduduki jabatan Bendahara Pengeluaran / Penerima selama 4 (empat) tahun terus menerus tidah dicalonkan kembali menduduki jabatan sebagai Bendahara Pengeluaran / Penerimaan pada SKPD yang bersangkutan. m. Apabila memungkinkan calon Bendahara Pengeluaran / Penerimaan agar di usulkan lebih dari 1 (satu) calon.
46
4.7. DAFTAR ISIAN PELAKSANAAN ANGGARAN (DIPA) Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) ditetapkan sebagai dasar pelaksanaan kegiatan untuk masing-masing Satker dan setiap DIPA hanya memuat kegiatan untuk satu Satker. DIPA memuat sasaran yang hendak dicapai, fungsi, program, dan rincian kegiatan, anggaran yang disediakan untuk mencapai sasaran tersebut, dan rencana penarikan dana tiap-tiap satuan kerja. DIPA dikategorikan menjadi:
47
a.
DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat DIPA Satker Pusat/Kantor Pusat adalah dokumen pelaksana anggaran yang pelaksanaannya dilakukan oleh Kantor Pusat Kementerian Negara / Lembaga. Penelaahan DIPA dilakukan secara bersama antara Direktorat Pelaksana Anggaran DJPBN dengan Kementerian / Lembaga terkait. Menteri / Pimpinan Lembaga atau pejabat yang ditunjuk menetapkan DIPA dan Direktur Jenderal Perbendaharaan atas nama Menteri Keuangan menetapkan SP DIPA.
b.
DIPA Dana Dekonsentrasi DIPA Dana Dekonsentrasi adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian dalam rangka pelaksanaan dana dekonsentrasi, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi yang ditunjuk oleh Gubernur. Konsep DIPA Dana Dekonsentrasi disusun dan ditetapkan oleh SKPD yang ditunjuk Gubernur berdasarkan pendelegasian wewenang dari Menteri Pertanian.
c.
DIPA Tugas Pembantuan DIPA Tugas Pembantuan adalah DIPA yang memuat rincian penggunaan anggaran Kementerian dalam rangka pelaksanaan Tugas Pembantuan, yang pelaksanaannya dilakukan oleh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi/kabupaten/kota yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian. Konsep DIPA Tugas Pembantuan disusun dan ditetapkan oleh Kepala Satker Pusat yang ditunjuk oleh Menteri Pertanian.
48
Untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan yang tertuang dalam DIPA yang telah disyahkan oleh Direktur Jenderal Perbendaharaan / Kepala Kanwil Ditjen PBN, maka Pengguna Anggaran/ Kuasa Pengguna Anggaran menerbitkan Petunjuk Operasional Kegiatan (POK) yang merupakan penjabaran lebih lanjut dari DIPA. POK berfungsi sebagai pedoman dalam melaksanakan kegiatan, alat monitoring kemajuan pelaksanaan kegiatan, alat perencanaan kebutuhan dana, dan sarana untuk meningkatkan trasnparansi, akuntabilitas, dan efektivitas pelaksanaan anggaran. Dalam hal terdapat perubahan POK sebagai akibat dari revisi DIPA, penyesuaian atas realisasi, perubahan jadwal pelaksanaan aktivitas dan lainnya, maka POK harus disesuaikan. Apabila perubahan POK mengakibatkan perubahan kebutuhan dana perbulan maka penyesuaian tersebut digunakan untuk mengubah halaman III DIPA dan menyampaikan perubahan Halaman III DIPA kepada Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan per triwulan. Revisi POK sepanjang tidak mengubah DIPA dilakukan oleh Pengguna Anggaran/Kuasa Pengguna Anggaran sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
4.9. MEKANISME REVISI 4.9.1. Revisi POK Revisi POK dapat dilakukan sepanjang tidak merubah pagu anggaran antar belanja dalam DIPA. Untuk Dana Dekonsentrasi revisi POK bisa di lakukan di masing-masing dinas propinsi dengan tembusan kepada
49
Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Sedangkan untuk dana Tugas Pembantuan baik propinsi maupun kabupaten revisi POK harus diajukan ke Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dengan dilengkapi data dukung dan justifikasi. 4.9.2. Revisi DIPA Revisi DIPA bisa dilakukan apabila terjadi perubahan yang
mengakibatkan pergeseran pagu anggaran antar belanja di dalam DIPA. Proses revisi DIPA bisa di ajukan ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan setempat dengan persetujuan Ditjen PPHP c.q bagian Perencanaan. Usulan persetujuan revisi DIPA harus ditujukan kepada Direktur Jenderal PPHP dilengkapi dengan data dukung dan justifikasi yang jelas. Data dukung bisa berupa RAB, daftar perubahan kegiatan, ataupun daftar dari pihak ketiga apabila diperlukan. Apabila persetujuan revisi DIPA disetujui oleh Dirjen PPHP, maka selanjutnya Dinas yang bersangkutan mengajukan usulan revisi DIPA tersebut ke Kanwil Ditjen Perbendaharaan dengan melampirkan surat persetujuan dari Eselon I tersebut, arsip data computer (ADK) dan data pendukung lainnya. Apabila surat persetujuan revisi DIPA sudah disyahkan oleh Kepala Kantor Wilayah Ditjen Perbendaharaan, POKnya ke maka Ditjen Satker PPHP harus untuk mengajukan perubahan
ditandatangani oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Dengan demikian revisi tersebut merupakan bagian dari POK dan DIPA yang telah berjalan.
50
4.9.3.
Pemblokiran DIPA Pemblokiran anggaran yang tertuang dalam DIPA adalah tindakan yang diambil oleh petugas penelaahan dari Direktorat Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan. Tindakan tersebut dilakukan karena beberapa hal sebagai berikut: 1. 2. 3. Data pendukung belum lengkap Tidak ada kesesuaian dalam pagu Kebijakan Pemerintah untuk efisiensi anggaran yang ditandai dengan tanda bintang (*) bisa
Pemblokiran
dicairkan/dibuka blokirnya apabila data pendukung (TOR, RAB, data harga dari pihak ketiga untuk pengadaan barang/alat, serta rancangan gambar yang diketahui oleh Dinas Kimpraswil setempat untuk pembangunan/rehap gedung. Proses revisi DIPA pembukaan blokir harus diusulkan oleh Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ditujukan ke Menteri Keuangan up. Direktur Jenderal Anggaran, Kementerian Keuangan dilengkapi dengan data pendukung seperti diatas.
51
Bab
PENGELOLAAN KEGIATAN
Kegiatan-kegiatan PPHP yang dikelola di tingkat provinsi dan kabupaten/ kota seperti ditampilkan berikut ini. 5.1. DANA DEKONSENTRASI
5.1.1. Bimbingan Teknis dan Manajemen Pengolahan Hasil Pertanian Kegiatan Bimbingan Teknis dan Manajemen bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan teknis dan manajemen bagi aparat pembina provinsi/ kabupaten/ kota/ kelompok tani/ gapoktan yang berada pada satker di bidang pengolahan hasil pertanian. Dengan adanya peningkatan kemampuan di bidang teknis dan manajemen pengolahan hasil pertanian ini, diharapkan mampu memberikan sharing dalam pengembangan agroindustri pedesaan sehingga dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan hasil pertanian yang pada akhirnya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Kegiatan ini harus bersinergi dengan kebijakan pembangunan pertanian berwawasan agribisnis yang diarahkan agar subsistem agribisnis dapat berjalan secara efektif dan efisien sehingga menghasilkan produk olahan yang bernilai tambah dan daya saing yang tinggi. Contact Person :
52
Kasubdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura, Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Kasubdit Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 5.1.2. Pertemuan Koordinasi, Sosoalisasi Pengolahan Hasil Pertanian Kegiatan ini bertujuan untuk mengkordinasikan dan mensosialisasikan pengembangan agroindustri pedesaan dengan instansi-instansi terkait lainnya. Melalui kegiatan tersebut diharapkan pengembangan agroindustri pedesaan dapat bersinergi dan didukung oleh berbagai instansi/ pemangku kepentingan agar pengembangan agroindustri pedesaan dapat berjalan secara efektif dan efisien. Bentuk kegiatan ini antara lain : a. Inisiasi pembentukkan asosiasi pengolahan Karakter kegiatan ini berbentuk pertemuan untuk mendorong para pelaku usaha dapat membentuk asosiasi pengolahan peternakan seperti aosiasi pengolahan persusuan. b. Optimalisasi/ revitalisasi unit pengolahan hasil peternakan ditujukan sebagai upaya membangun sinergitas kebutuhan pelaku usaha dalam rangka mengoptimalisasikan dan merevitalisasi fungsi fungsi peralatan yang tidak berjalan optimal atau memerlukan perbaikan fungsi sehingga dapat berjalan optimal. Kegiatan ini berupa Pertemuan Teknis di Propinsi.
Contact Person :
53
Kasubdit Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Kasubdit Pengolahan Hasil Hortikultura,Kasubdit Pengolahan Hasil Peternakan,Kasubdit Pengolahan Hasil Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian. 5.1.3. Peringatan Hasi Susu Nusantara Adalah kampanye minum susu 2012 agar masyarakat sadar dan pentingnya manfaat susu bagi tubuh, meningkatnya konsumsi susu dan asupan nutrisi bagi anak-anak Indonesia serta berkembangnya Industri Susu di Indonesia yang direncanakan dan dilaksanakan pada bulan Juni 2012 di Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Contact Person: KasubdinPengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian 5.1.4. Penerapan Sistem Jaminan Mutu Merupakan kegiatan fasilitasi penerapan jaminan mutu dan keamanan pangan bagi pelaku usaha yang berbasis kelompok dan siap untuk dibina. Penerapan sistem jaminan mutu meliputi penerapan jaminan mutu untuk produk pertanian non pangan, penerapan jaminan mutu dan keamanan pangan untuk produk pangan hasil pertanian. Penerapan sistem jaminan mutu berdasarkan sistem pangan organic dapat digunakan untuk pembinaan dan sertifikasi organik bagi kelompok tani yang berusaha di bidang pertanian organik. Dalam rangka mewujudkan jaminan mutu dan keamanan pangan di sektor pertanian diperlukan pengawas mutu yang kompeten. Untuk itu pelaksanaan bimbingan teknis pengawas mutu kakao, bokar, kopi dan tanaman pangan
54
hortikultura, dalam pelaksanaannya agar mengacu kepada Pedoman Teknis Pembinaan dan Sertifikasi Organik; Pedoman Teknis Jaminan Mutu dan Keamanan Pangan Contack person : Kasubdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu, Direktorat Mutu dan Standardisasi. 5.1.5. Pengembangan SNI Ruang lingkup kegiatan Pengembangan SNI meliputi pelaksanaan sosialisasi SNI, pelaksanaan Identifikasi kesiapan penerapan SNI biji kakao secara wajib.Terdiri dari 2 kegiatan yaitu : a. Pelaksanaan Sosialisasi SNI Menginformasikan SNI sektor pertanian yang telah disusun dan ditetapkan kepada para pembina mutu dan stakeholder yang ada di daerah serta meningkatkan dan mengembangkan pengetahuan bagi pembina mutu di daerah sehingga mampu melaksanakan dan mengimplementasikan program pengembangan mutu dan standardisasi yang telah disusun. b. Identifikasi Kesiapan Penerapan Secara Wajib Sni Biji Kakao Dalam pelaksanaan Identifikasi Kesiapan Penerapan Secara Wajib SNI Biji Kakao terdiri dari beberapa tahap sesuai alokasi dana: 1. 2. 3. Sosialisasi rencana pemberlakuan secara wajib SNI biji kakao. Kesesuaian mutu biji kakao di tingkat pelaku usaha terhadap persyaratan SNI. Capacity building pengawas mutu kakao
55
Untuk mensosialisasikan rencana kebijakan Pemerintah terkait mutu biji kakao; untuk mengetahui kesiapan pelaku terhadap penerapan SNI biji kakao secara wajib serta untuk mengetahui kesesuaian biji kakao dengan SNI 2323:2008. Contack person : Kasubdit Standardisasi, Direktorat Mutu dan Standardisasi. 5.1.6. Pengembangan Jabfung PMHP Peranan pemerintah sangat besar dalam rangka melindungi
masyarakat mengkonsumsi pangan yang sehat aman dan bermutu, maka pemerintah membentuk jabatan fungsional pengawas mutu hasil pertanian sesuai sesuai dengan Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara tentang jabatan fungsional pengawas mutu hasil pertanian (Permenpan No.Per /17 /MPAN/ 4 / 2006 dan peraturan bersama Menteri Pertanian dan Kepala BKN No. 59/PERMENTAN/OT.140/11/2006 dan nomor 62 tahun 2006. Peran Pejabat fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian (PMHP) sangat penting dalam rangka pengawasan dan pengujian mutu dan keamanan produk segar dan olahannya. Jumlah dan kompetensi Pejabat Fungsional Pengawas Mutu Hasil Pertanian yang ada saat ini belum dapat memenuhi beban pengawasan pada pelaku usaha yang mayoritas berdomisili di Kabupaten/ Kota. Oleh karena itu sumberdaya manusia yang bertugas mengawasi mutu dan keamanan pangan hasil pertanian harus memiliki kompetensi dibidang pengawasan dan pengujian mutu hasil pertanian, sehingga perlu dilakukan sosialisasi, pelatihan dasar dan peningkatan kompetensi bagi pejabat fungsional pengawas mutu hasil pertanian. Untuk pelaksanaannya agar mengacu pada pedoman teknis pengembangan jabfung PMHP 2012.
56
Contack person : Kasubdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu, Direktorat Mutu dan Standardisasi. 5.1.7. Fasilitasi Harmonisasi Standar Mutu a. Penyiapan Harmonisasi Regulasi dan Standar Internasional Maksud kegiatan ini adalah memudahkan transformasi produk antar/ inter negara terkait dengan era perdagangan bebas dengan tetap memenuhi peraturan masing-masing negara tersebut. Dalam kegiatan Penyiapan Harmonisasi Regulasi dan Standar Internasional tahun 2012 ini akan terfasilitasinya 55 Kelompok Tani produk kakao, sayuran, dan buah-buahan di 10 provinsi sentra produksi yang mampu dan dapat melakukan harmonisasi regulasi dan standar internasional negara tujuan ekspor. b. Penyiapan Data Ilmiah Residu Bahan Kimia Pangan Segar Hasil Pertanian Dalam kegiatan Kajian Data Ilmiah Bahan Kimia Pangan Hasil Pertanian tahun 2012 bertujuan menyediakan data ilmiah residu bahan kimia pangan segar hasil pertanian sebagai data dukung penyusunan posisi Indonesia dalam penetapan standar BMR pestisida baik nasional, regional maupun internasional. Contack person : Kasubdit Kerjasama dan Harmonisasi, Direktorat Mutu dan Standardisasi.
57
5.1.8. Pengembangan Laboratorium Penggunaan dana tugas perbantuan oleh laboratorium pengujian sebagai berikut: a. Pengadaan alat penguji residu pestisida Pengadaan laboratorium. alat Alat pengujian pengujian disesuaikan disini dengan kebutuhan Gas dapat berbentuk
Chromotography, standar bahan aktif atau peralatan lain yang menunjang pengujian laboratorium khususnya pengujian residu pestisida b. Bimbingan teknis peningkatan kompetensi SDM laboratorium Dilaksanakan oleh laboratorium penguji dengan melibatkan tim pembina dari pusat. Peningkatan kompetensi SDM dapat dilakukan melalui bimbingan teknis baik untuk peningkatan kompetensi manajemen maupun kompetensi teknis. Salah satu bimbingan teknis untuk peningkatan kompetensi teknis adalah Bimbingan Teknis Validasi Metode. Seluruh kegiatan pengujian yang dilaksanakan oleh laboratorium khususnya terkait dengan keamanan pangan wajib dilaporkan kepada Ditjen PPHP minimal 1 kali dalam satu tahun. Penyerahan laporan dilakukan pada akhir bulan Juni dan Desember tahun berjalan, ditujukan kepada Direktorat Mutu dan Standardisasi Contact person : Kasubdit Akreditasi dan Kelembagaan, Direktorat Mutu dan Standardisasi 5.1.9. Pengembangan OKKPD
58
Penggunaan dana dekonsentrasi oleh OKKP-D terbagi menjadi 4 kelompok meliputi: a. b. c. d. Kelompok A Kelompok B Kelompok C Kelompok D : OKKP-D yang sudah diverifikasi; : OKKP-D proses pengajuan verifikasi; : OKKP-D proses penyusunan dan penyempurnaan dokumen sistem mutu; : OKKP-D yang belum terbentuk.
Kegiatan yang dilakukan meliputi penyempurnaan dokumen sistem mutu, pelaksanaan verifikasi OKKP-D, pelaksanaan pemberian sertifikasi dan registrasi kepada pelaku usaha, peningkatan kompetensi SDM OKKP-D, bimbingan teknis dan pelaksanaan audit internal OKKP-D. Selain itu OKKP-D sebagai lembaga pengawas dapat melakukan pengawasan terhadap produk yang telah disertifikasi dan diregister oleh OKKP-D serta produk segar hasi pertanian yang beredar dalam rangka menjamin mutu dan keamanan pangan. Contact person : Kasubdit Akreditasi dan Kelembagaan, Direktorat Mutu dan Standardisasi 5.1.10. Pengembangan Pasar Tani dan Pertemuan Nasional Pasar Tani Kegiatan Pengembangan Pasar Tani 2012 bertujuan menyediakan sarana pemasaran bagi petani /poktan / gapoktan agar dapat memasaran hasil pertaniannya secara langsung kepada konsumen, sehingga akan meningkatkan posisi tawar dan membuka akses pasar petani. Pengembangan Pasar Tani dilakukan melalui peningkatan pemanfaatan sarana dan fungsi kelembagaan pemasaran hasil pertanian yaitu Poktan PHP (Poktan Pemasaran Hasil Pertanian / ASPARTAN). Dengan membangun dan
59
memperluas jaringan pemasaran untuk meningkatkan transaksi hasil pertanian di Pasar Tani. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi terhadap
operasionalisasi Pasar Tani melalui Pertemuan Nasional Pasar Tani 2012 yang dihadiri oleh pembina propinsi dan kabupaten / kota serta pengelola Pasar Tani. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dan rencana pengembangan yang akan dilakukan. Pertemuan Nasional Pasar Tani 2012 direncanakan akan diselenggarakan pada bulan Oktober 2012 di Bandung Jawa Barat. Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik. 5.1.11. Pengawalan STA dan Pertemuan Nasional STA Kegiatan Optimalisasi STA 2012 bertujuan untuk meningkatkan peran Sub Terminal Agribisnis (STA) sebagai sarana pemasaran hasil pertanian bagi petani / poktan / gapoktan, agar dapat berfungsi secara optimal melalui peningkatan pemanfaatan sarana / prasarana yang telah disediakan dan penguatan fungsi kelembagaan pemasarannya. Melalui optimalisasi STA diharapkan akan dapat meningkatkan operasionalisasi STA sehingga akan meningkatkan pemasaran dengan membangun dan pengembangkan jaringan pemasaran hasil pertanian di STA. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi terhadap
operasionalisasi STA melalui Pertemuan Nasional STA yang dihadiri oleh pembina propinsi dan kabupaten/ kota serta pengelola STA. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dan rencana pengembangan
60
yang
diselenggaran pada bulan Mei 2012 di Denpasar Bali. Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik.
5.1.12. Pengawalan Pasar Ternak dan Pertemuan Nasional Pasar Ternak Kegiatan Revitalisasi Pasar Ternak bertujuan untuk meningkatkan peran Pasar Ternak sebagai sarana pemasaran hasil peternakan bagi petani / poktan / gapoktan agar dapat berfungsi secara optimal melalui peningkatan pemanfaatan sarana / prasarana yang telah disediakan dan penguatan fungsi kelembagaan pemasarannya. Melalui Revitalisasi Pasar Ternak diharapkan akan dapat meningkatkan operasionalisasi Pasar Ternak sehingga akan meningkatkan pemasaran hasil peternakan. Dalam pelaksanaannya perlu dilakukan evaluasi terhadap
operasionalisasi Pasar Ternak melalui Pertemuan Nasional Pasar Ternak yang dihadiri oleh pembina propinsi dan kabupaten / kota serta pengelola Pasar Ternak. Hal ini dilakukan untuk mengetahui permasalahan yang dihadapi dan rencana pengembangan yang akan dilakukan. Pertemuan Nasional Pasar Ternak direncanakan akan diselenggarakan pada Bulan Maret 2012 di Palembang Sumatera Selatan. Contact person : Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik.
61
5.1.13. Pengembangan PIP Agribisnis Pengembangan Pelayanan Informasi Pasar (PIP) agribisnis TA 2012 dilaksanakan di 463 unit pelayanan informasi pasar yang terdiri dari 370 unit di sentra produksi (kabupaten / kota) dan 93 unit sentra konsumsi (propinsi). Komoditas yang termasuk dalam kegiatan ini sejumlah 14 komoditi tanaman pangan, 56 komoditi hortikultura, 20 komoditi perkebunan dan 31 komoditi peternakan melalui alokasi dana dekonsentrasi yang dikelola oleh Dinas lingkup pertanian tingkat propinsi. Komponen kegiatan tersebut meliputi : 1. Pertemuan Koordinasi Pembina PIP Kegiatan ini merupakan kegiatan rutin yang dilaksanakan setiap tahun dengan tujuan untuk membahas evaluasi kegiatan PIP tahun 2011, pemantapan PIP tahun 2012 dan membahas perencanaan pelaksanaan kegiatan PIP tahun 2013. Peserta pertemuan adalah pejabat / pembina yag menangani pemasaran pada Dinas Lingkup Pertanian tingkat propinsi. Kegiatan ini direncanakan di Mataram, Nusa Tenggara Barat pada bulan Februari 2012. 2. Pertemuan Koordinasi Petugas PIP Kegiatan pertemuan petugas PIP juga merupakan kegiatan yang rutin dilaksanakan setiap tahun dengan tujuan antara lain untuk : mengevaluasi kegiatan yang terkait dengan petugas PIP, memberikan motivasi kepada para petugas PIP sehingga lebih berperan aktif dan meningkatkan pengetahuan dan kemampuan para petugas PIP dalam penyediaan layanan informasi pemasaran. Kegiatan pertemuan ini diikuti oleh petugas PIP sentra (kabupaten / kota) dan PIP propinsi yang akan dilaksanakan di 3 wilayah yaitu Batam petugas PIP Tanaman Pangan dan Hortikultura
62
(TPH) pada awal bulan Maret 2012, di Palembang Petugas PIP Perkebunan pada akhir bulan Maret 2012 dan di Denpasar Petugas PIP Peternakan pada April 2012. 3. Pertemuan Workshop Analisis Pemasaran Kegiatan workshop ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan para petugas PIP dalam hal analisis pemasaran komoditas pertanian. Kegiatan workshop ini di ikuti oleh calon pejabat fungsional Analisis Pasar Hasil Pertanian (APHP) tingkat Ahli pada Dinas lingkup pertanian tingkat propinsi. Workshop akan diadakan di Kota Banda Aceh, Propinsi Aceh pada bulan Mei 2012. 4. Pengumpulan dan Pengiriman Data Kegiatan ini dilakukan oleh petugas PIP propinsi dan kebupaten berupa pengumpulan data informasi pemasaran serta pengiriman data informasi tersebut secara harian melalui sistem sms ke 081380829555 (sms pusat / kementerian pertanian) atau melalui : faximili : 021-78842007 atau e-mail aip_pasdom@yahoo.com atau piplaporan@yahoo.com 5. Penyebarluasan Informasi Pemasaran Kegiatan ini dimaksudkan untuk menyebarkan informasi pemasaran yang telah dikumpulkan oleh para petugas PIP baik di sentra produksi (kabupaten / kota) maupun di sentra konsumsi (propinsi). Kegiatan penyebarluasan informasi pasar dilaksanakan dalam bentuk bulletin informasi pasar masing-masing. 6. Analisis Biaya Usaha Tani dan Biaya Pemasaran serta penyebarluasan melaui meia massa di wilayah
63
Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi komponen-komponen biaya usaha tani dan biaya pemasaran sekaligus analisanya untuk komoditaskomoditas unggulan di wilayah masing-masing 7. Pembangunan Pusat Informasi Komoditas Pembangunan Pusat Informasi Komoditas (PIK) ini bertujuan untuk meningkatkan kinerja pelayanan informasi pasar komoditas pertanian khususnya dalam mengakses dan menyebarkan informasi pasar. Pusat Informasi Komoditas pada tahun anggaran 2012 akan dibangun di Dinas TPH Propinsi DK Jakarta, Dinas Pertanian TPH Propinsi Jawa Barat, Dinas Tanaman Pangan Propinsi Gorontalo, Dinas peternakan Propinsi Jawa Barat dan Dinas Perkebunan Propinsi Sumatera Selatan. Contact person : Kasubdit Informasi Pasar (08161883914), Direktorat Pemasaran Domestik 5.1.14. Pemantauan dan Pengamanan Harga Gabah dan Beras Kegiatan pemantauan dan pengamanan harga gabah/ beras ditujukan untuk mengamati secara langsung perkembangan harga gabah / beras di sentra produksi serta implementasi kebijakan pemerintah terhadap HPP gabah / beras yang diberlakukan serta mekanisme pembelian BULOG terhadap penyerapan produksi di dalam negeri. Kegiatan ini diharapkan dapat memberikan informasi perkembangan terkini harga gabah / beras di sentra produksi serta permasalahan yang berkembang dan upaya atau solusi alternatif kebijakan didalam pemecahan masalah. Contact person : Kasubdit Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga, Direktorat Pemasaran Domestik
64
5.1.15. Pemantauan Pasar dan Harga Komoditas Strategis Kegiatan pemantauan pasar dan harga komoditas strategis ditujukan untuk mengamati perkembangan harga, distribusi dan produksi di wilayah sentra produksi terhadap komoditas strategis yang sangat berpengaruh terhadap perekonomian regional maupun nasional terkait dengan ketersediaan dan kebutuhan komoditas tersebut secara nasional. Contact person : Kasubdit Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga, Direktorat Pemasaran Domestik 5.1.16. Pembinaan dan Pengawalan Stabilisasi Harga Kegiatan pembinaan dan pengawalan stabilisasi harga ditujukan sebagai upaya pembinaan, perbaikan dan evaluasi teradap kegiatan stabilisasi harga tahun yang sudah dilakukan sehingga dapat berkembang dan berkesinambungan sebelumnya sehingga kegiatan tersebut mampu memberikan manfaat bagi petani dan stabilisasi harga komoditi di tingkat petani Contact person : Kasubdit Pemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga, Direktorat Pemasaran Domestik 5.1.17. Penguatan Jaringan Pemasaran Bertujuan untuk pemberdayaan Gapoktan dengan cara membuka akses pasar terhadap industri lokal maupun nasional, mengoptimalkan pelaku industri lokal untuk dapat menjalin kerjasama pemasaran dengan Gapoktan
65
setempat serta memudahkan melakukan pembinaan diantara industri lokal dengan para gapoktan apabila telah terjadi kesepakatan pemasaran. Contact person : Kasubdit Jaringan Pemasaran, Direktorat Pemasaran Domestik 5.1.18. Akselerasi Eksport Komoditas Pertanian Sejalan dengan perkembangan globalisasi di semua aspek, maka seluruh negara harus mencermati dampak positif dan negatif dari perubahan tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi tersebut membawa dampak ekonomi bagi setiap negara, yang dengan jeli dapat memanfaatkan peluang yang ada termasuk dalam peningkatan ekspor produk pertanian dengan tetap berupaya memaksimalkan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk serta mendorong peningkatan industri hilir dan pemasaran. Sebagai upaya tindak lanjut dalam upaya peningkatan ekspor produk pertanian agar berkelanjutan perlu didukung dan fokus pada kegiatan perbaikan mutu dan pemasaran dengan bantuan penguatan modal kerja bekerjasama dengan mitra (eksportir) sebagai avalis. Kegiatan perbaikan mutu dan pemasaran didukung dengan bantuan sarana dan alat (fisik). Peningkatan ekspor produk pertanian ini dengan komoditi-komoditi unggulan yang menjadi andalan Indonesia ke beberapa negara tujuan ekspor. Contact person : Kasubdit Internasional 5.1.19. Akselerasi Eksport Produk Unggulan Komoditi Hortikultura Pemasaran Bilateral, Direktorat Pemasaran
66
Sebagai tindak lanjut dari salah satu kesepakatan antara Presiden RI dan PM Singapura tanggal 17 19 Mei 2010 di Singapura untuk meningkatkan pangsa pasar ekspor buah dan sayur dari Indonesia ke Singapura sebesar 30% pada tahun 2104 dan peningkatan ekspor sebesar 20%/tahun, maka peningkatan ekspor buah dan sayur dari Indonesia ke Singapura perlu terus di dukung dan dikembangkan. Keberhasilan dalam pengembangan ekspor produk sayur dan buah, pasti memerlukan peningkatan intensitas komunikasi dan peran masing-masing antara lain dengan pemerintah, petani, industri, eksportir, pelaku bisnis lainnya, pakar, peneliti, asosiasi dan akademisi. Komunikasi yang intensif akan menghasilkan kebijakan dan implementasi yang kondusif dalam upaya mengatasi berbagai masalah yang dihadapi dalam pembangunan pertanian khususnya pada pemasaran produk pertanian baik domestik maupun ekspor. Untuk itu upaya tindak lanjut dalam meningkatkan ekspor produk sayur dan buah agar berkelanjutan perlu didukung baik dalam pembinaan, koordinasi maupun pelatihan untuk penanganan dan manajemen produk hortikultura untuk tujuan ekspor. Selain itu bentuk dukungan lain dari kegiatan ini adalah berupa kerjasama dengan pihak terkait dalam upaya peningkatan ekspor hortikutlura khususnya buah dan sayur, advokasi produk serta kerjasama dalam bentuk perluasan areal pertanaman dalam suatu sistem kawasan yang dapat menjamin kualitas, kuantitas dan kontinuitas. Contact person : Kasubdit Internasional 5.1.20. Fasilitasi IG Untuk memberikan pengakuan terhadap produk pertanian Indonesia oleh negara lain, diperlukan perlindungan kepada konsumen dalam Pemasaran Bilateral, Direktorat Pemasaran
67
mengkonsumsi produk pertanian asli Indonesia, upaya yang dilakukan adalah dengan kegiatan pengembangan indikasi geografis yakni terciptanya pengenalan produk dengan kualitas khas dari suatu wilayah tertentu, serta sebagai wadah proteksi dan pematenan produk pertanian di pasar internasional yang pada akhirnya dapat meningkatkan harga serta menghindarkan produk dari pemalsuan dan pemanfaatan ketenaran oleh pihak yang tidak berhak/bertanggung jawab. Tujuan yang ingin diharapkan dari kegiatan ini adalah terciptanya pengenalan indikasi geografis kepada produsen, eksportir dan assosiasi produk pertanian serta pemangku kepentingan baik di tingkat pusat maupun di tingkat propinsi serta kabupaten. Adapun bentuk kegiatan yang akan dilakukan antara lain pertemuan dalam rangka pembentukan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG), rancangan pembuatan peta indikasi geografis serta rancangan penyusunan buku persyaratan indikasi geografis. Contact person : Kasubdit Promosi Luar Negeri, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
5.1.21. Promosi Luar Negeri Kegiatan ini bertujuan untuk memperkenalkan produk-produk pertanian Indonesia di beberapa negara dan memfasilitasi pelaku usaha pertanian baik produsen / kelompok tani maupun eksportir produk pertanian Indonesia pada pameran internasional di beberapa negara. Adapun sasaran yang ingin dicapai antara lain terjadinya kontak bisnis dan kerjasama antara para pelaku usaha pertanian Indonesia dengan pelaku usaha manca negara, meningkatan daya saing produk pertanian Indonesia agar mampu menembus pasar
68
internasional, pencitraan
internasional serta memeliharaan dan peningkatan pemasaran produk pertanian (segar dan olahan) di luar negeri. Dasar Penentuan / PemilihanLokasi / Negara atau Jenis Pameran yang diikuti adalah : 1. Kerjasama dengan KBRI dalam rangka mendukung kebijakan Diplomasi Total. 2. Kerjasama dengan Kementerian Perdagangan melalui ATDAG dan ITPC. 3. Kerjasama dengan ATANI; di negara akreditasnya. 4. Komoditi Unggulan Indonesia yang berorientasi ekspor. Secara Umum dapat merupakan kombinasi diantara 4 point tersebut secara integrasi. Contact person : Kasubdit Promosi Luar Negeri, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi 5.1.22. Promosi Dalam Negeri A. a. b. c. Fasilitasi Promosi dan Pameran Agro & Food Expo Indonesia Agribusiness Expo Batam Agribusinees Expo Tujuan pelaksanaan kegiatan Fasilitasi Promosi dan Pameran adalah mempromosikan dan mengembangkan sektor agribisnis Indonesia secara komprehensif melalui media promosi yang berbentuk pameran untuk
69
mendukung program peningkatan daya saing dan nilai tambah produk unggulan pertanian. Sasaran kegiatan ini meliputi meningkatkan kualitas produk pertanian nusantara sehingga memiliki daya saing yang tinggi, tumbuhnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya penggunaan produk lokal nusantara diantara membanjirnya produk impor, ketertarikan para investor berinvestasi di bidang pertanian. B. Pekan Raya Tani Pasar Tani adalah sarana terjadinya transaksi produk-produk pertanian antara petani produsen dengan konsumen. Pasar Tani binaan Kementerian Pertanian diresmikan pertama kali pada 16 Maret 2007 di halaman kantor pusat Kementerian Pertanian, Jakarta. Saat ini pasar tani sudah memiliki (ASPARTAN) dan kelembagaan yang disebut: Asosiasi Pasar Tani untuk dapat
diketuai oleh anggota dari Aspartan. Pembentukan Pasar Tani di beberapa propinsi pada tahun 2010 telah mencapai 33 Pasar Tani di 16 Propinsi seluruh Indonesia yang dibina oleh Dinas Pertanian setempat. Tujuan dilaksanakannya kegiatan Pekan Raya Tani Nasional adalah Mempromosikan keberadaan Pasar Tani yang telah dibentuk di beberapa propinsi, memberi peluang yang seluas-luasnya kepada para petani yang tergabung dalam Gapoktan untuk memasarkan hasil produksinya, memberi pembelajaran yang inovative bagi petani untuk dapat melakukan kerjasama yang baik dibidang pemasaran. Sasaran kegiatan ini adalah meningkatkan akses pemasaran melalui pembangunan dan pengembangan pasar tani yang dikelola oleh kelompok
70
tani atau gabungan kelompok tani (GAPOKTAN) melalui Pekan Raya Tani yang dapat meningkatkan pendapatan pelaku usaha petani anggota gapoktan. Contact person : Kasubdit Promosi Dalam Negeri, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi 5.1.23. Kemitraan dan Kewirausahaan A. Pendampingan dan Pengawalan Program Pola Insentif Two in One Pada tahun 2012 Program Insentif Pola Two in One, diberikan dalam bentuk dana TP kepada Poktan/ Gapoktan/ Koperasi, maka Poktan/ Gapoktan/ Koperasi yang bersangkutan akan mendapatkan 2 insentif yaitu insentif teknologi dari APBN (+ APBD) dan insentif pembiayaan dari Non APBN (+ APBD). Dalam pelaksanaannya, Program/Kegiatan ini akan melibatkan Poktan/Gapoktan/Koperasi sebagai Kelompok Mitra dan Inti sebagai Perusahaan Mitra yang diikat dalam kemitraan usaha. Diperlukan peran Dinas lingkup Pertanian Provinsi dan
Kabupaten/Kota dalam rangka melakukan pembinaan pengembangan usaha, penguatan kelembagaan dan manajemen, serta kemitraan dan kewirausahaan bagi Poktan/Gapoktan/Koperasi penerima Program Insentif Two in One TA. 2012. B. Pembuatan Master Plan Pengembangan Agrowisata Agrowisata merupakan salah satu bentuk ekonomi kreatif di sektor pertanian yang dapat memberikan nilai tambah bagi usaha agribisnis dalam rangka peningkatan kesejahteraan petani. Beberapa dampak
71
positif pengembangan agrowisata antara lain meningkatkan nilai jual komoditi pertanian yang dihasilkan dan berkembangnya sumbersumber pendapatan lainnya yang dapat dinikmati oleh masyarakat setempat seperti penyewaan homestay dan sarana rekreasi lainnya, kantin, penjualan cindera mata, dan lain-lain. Selain itu, agrowisata merupakan salah satu wahana yang efektif dalam rangka promosi produk-produk pertanian dan budaya Nusantara Dalam rangka pengembangan Agrowisata, perlu disusun Master Plan untuk masing-masing kawasan. Namun, sebagai pilot model yang akan dibiayai dengan APBN Ditjen PPHP perlu dipilih 4 lokasi di antara beberapa kawasan potensial Agrowisata. Terhadap 4 lokasi terpilih tersebut perlu dibuat Master Plan-nya sebagai acuan seluruh stakeholder untuk pembangunan lebih lanjut. C. Studi Kelayakan Pabrik Gula Mini Saat ini Indonesia hanya mempunyai 62 pabrik gula dengan total kapasitas sekitar 200 ribu TCD (Ton Cane per Day). Ke-62 pabrik tersebut hanya mampu memproduksi gula berbasis tebu sebesar 2,3 juta ton dari total kapasitas produksi 3,54 juta ton. Dalam rangka peningkatan produksi gula di dalam negeri perlu untuk mendorong investor pabrik gula baru. Di samping itu salah satu strategi lainnya ialah mendorong peran masyarakat petani tebu untuk mengembangkan industri gula skala kecil (pabrik gula mini) dengan fasilitasi pemerintah. Upaya ini selain membantu penyediaan gula nasional juga akan berdampak langsung meningkatkan pendapatan petani tebu dan memperluas lapangan kerja di perdesaan. Studi Kelayakan dapat digunakan sebagai bahan rujukan untuk membangun satu prototype teknis dan manajemen Pabrik Gula Mini kapasitas 100 TCD dengan pola manajemen kemitraan antara petani
72
(Poktan/Gapoktan) tebu dan Koperasi petani tebu sebagai pengelola Pabrik Gula Mini yang bersangkutan. Contact person : Kasubdit Kemitraan dan Kewirausahaan, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi email : kksubdit@yahoo.com
5.1.24. Peningkatan Pelayanan Investasi A. Penyusunan ( Buku dan CD ) Peluang Investasi Daerah Hasil identifikasi dan pengumpulan data potensi dan peluang investasi di masing masing daerah kabupaten/kota dapat dijadikan acuan untuk menyusun buku dan CD peluang investasi daerah. Bahan promosi investasi tersebut akan disebarluaskan kepada masyarakat luas baik calon investor dalam maupun luar negeri. Buku dan CD peluang investasi daerah diharapkan dapat disajikan dalam tampilan yang menarik dan informasi yang disampaikan jelas dan akurat, sehingga apabila calon investor tertarik untuk berinvestasi didaerah tersebut dapat segera ditindak lanjuti. Buku dan CD tersebut diharapkan dapat disusun dalam dua versi bahasa Indonesia dan Bahasa Inggris. B. Gelar Potensi Investasi Pertanian Bahan promosi investasi (buku dan CD) peluang investasi daerah yang telah disusunakan disebarluaskan kepada calon investor baik dalam maupun luar negeri melalui kegiatan Gelar Potensi Investasi Pertanian/ Investment day. Daerah diberi kesempatan untuk dapat memaparkan
73
potensi dan peluang investasi daerahnya masing masing dan calon investor diberi kesempatan untuk berdiskusi Tanya jawab dengan pemapar, untuk mendapatkan informasi yang lebih detail, akan disediakan forum one on one meeting sehingga calon investor dapat berdiskusi lebih lanjut dengan masing masing daerah. C. Investment Forum Buku dan CD peluang investasi daerah yang telah disusun akan di sebarluaskan kepada calon investor luar negeri dan pelaksanaan kegiatan investment forum akan dilaksanakan diluar negeri. Daerah diberi kesempatan untuk dapat memaparkan potensi dan peluang investasi daerahnya masing masing dan disediakan forum untuk diskusi Tanya jawab dengan calon investor di luar negeri. Untuk mendapatkan informasi yang lebih jelas, akan disediakan forum one on one meeting sehingga calon investor dapat berdiskusi lebih detail untuk mendapatkan informasi terkait investasi pertanian di Indonesia. Contact person : Kasubdit Investasi, Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi 5.1.25. Administrasi, Koordinasi dan Pembinaan Dalam rangka penyamaan persepsi, pandangan dan arah pembangunan PPHP, maka dilakukan pertemuan sosialisasi kegiatan PPHP yang dilaksanakan oleh dinas lingkup pertanian provinsi. Selain itu dilakukan pula koordinasi dalam rangka penyusunan program dan rencana kegiatan untuk satu tahun ke depan melalui kegiatan Koordinasi Penyusunan Program PPHP.
74
Selain itu pula, Dinas lingkup pertanian provinsi diberi kewenangan dalam melakukan identifikasi, pembinaan dan monitoring kegiatan PPHP di kabupaten/kota yang memperoleh tugas pembantuan dari Ditjen PPHP. Hasil yang diperoleh menjadi acuan dalam menyusun dan merencanakan kegiatan tahun selanjutnya, dimana akan disusun dalam pertemuan koordinasi program kegiatan, pertemuan penyusunan RKA-KL awal, serta dilakukan penyempurnaan dalam kegiatan penyusunan RKA-KL finalisasi. Contact person : Kabag Perencanaan, Sekretariat. Ditjen PPHP telp. 02178837929. 5.1.26. Evaluasi Pemantauan dan Pelaporan
75
Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan di masing-masing Satker (pusat, provinsi, kabupaten/ kota) sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab masing-masing. Selain di tingkat Satker, masing-masing penanggungjawab kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan evaluasi program dan kegiatan secara menyeluruh hendaknya dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh masing-masing Satker atau Satlak SPI. Laporan hasil pemantauan yang wajib dilaporkan oleh setiap Satker adalah laporan bulanan dan triwulan berdasarkan PP No. 39 Tahun 2006 yang telah telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi Software SIMONEV, dan setiap SKPD harus menyampaikan copy file (back up) data kepada Ditjen PPHP. Jika aplikasi software SIMONEV belum dikuasai atau mengalami permasalahan, maka laporan dibuat secara manual dengan menggunakan microsoft office excel sesuai dengan format simonev dan format PP 39 tahun 2006. Selain laporan berkala tersebut, juga ada laporan teknis pelaksanaan kegiatan, laporan tahunan atau laporan hasil pelaksanaan kegiatan selama 1 (satu) tahun serta laporan insidentil sewaktu-waktu diperlukan bilamana terjadi sesuatu yang bersifat insidentil. Untuk pemantapan dan peningkatan keterampilan petugas evaluasi pelaporan dilaksanakan Workshop SIMONEV yang wajib diikuti oleh petugas evaluasi pelaporan pada setiap Satker lingkup Ditjen PPHP. Dalam rangka pengendalian dan evaluasi pelaksanaan kegiatan akan dilaksanakan Pertemuan Pengendalian dan Evaluasi Awal secara regional di 4 (empat) wilayah, dimana anggaran pelaksanaannya telah dialokasikan pada
76
4 (empat) Dinas lingkup Pertanian Propinsi yang ditunjuk (pembagian wilayah, lokasi pelaksanaan dan instansi pelaksana dapat dilihat di agenda nasional). Peserta pertemuan ini adalah pejabat yag menangani bidang PPHP pada Satker Kabupaten/ Kota dan Propinsi lingkup Ditjen PPHP serta pada Kabupaten/ Kota pelaksana kegiatan Tugas Pembantuan Propinsi. Pada akhir tahun anggaran akan dilaksanakan Pertemuan Evaluasi Nasional dalam rangka melakukan evaluasi pelaksanaan program/ kegiatan tahun 2012 di daerah; menginventarisir kendala, hambatan, permasalahan, tantangan dan peluang yang dihadapi dalam pelaksanaan program/kegiatan tahun 2012 serta upaya pemecahannya; menginventarisir success story tahun 2011; serta upaya memberikan masukan dalam penyusunan perencanaan program/ kegiatan PPHP selanjutnya. Peserta pertemuan ini adalah pejabat yag menangani bidang PPHP pada Satker Kabupaten/ Kota dan Propinsi lingkup Ditjen PPHP. Contact person : BagianEvaluasidanPelaporan, SekretariatDirektoratJenderal, telp/ fax : 021-7804526, email : simonevp2hp@yahoo.co.id. 5.1.27. Database PPHP Pengembangan Database PPHP meliputi Metodologi pengumpulan data, kompilasi data serta implementasi penyajian informasi yang menjadi indicator kinerja pembangunan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di daerah. Pengelolaan data dan informasi yang tersedia adalah merupakan output dari kinerja Ditjen PPHP, apa saja yang telah dilakukan dan dikembangkan selama ini terkait fasilitasi program pengolahan dan pemasaran hasil pertanian di daerah.
77
Tujuan Pengembangan Database pengolahan dan pemasaran hasil pertanian ini adalah sebagai panduan di dalam melakukan pengumpulan dan pengolahan data yang berguna untuk menggambarkan kinerja pembangunan PPHP. Berfungsi kegiatansektor dalam menganalisa secara langsung perkembangan dan pemasaran hasil pertanian serta pengolahan
memperolehinformasi untuk indikatorpemerintah sebagai bahan pemantauan perkembangan sektor agribisnis. Sasaran Pengembangan Database PPHP adalah : 1. Tersedianya standarisasi system dan prosedur pengumpulan data, metode pengolahan dan penyajiannya 2. Tersedianya profil usaha lingkup industry berbasis pertanian yang lengkap beserta skala usahanya yang tergolong besar, sedang, kecil dan mikro (rumahtangga) 3. Termonitornya perkembangan industry pertanian Penyusunan Metodologi Pengembangan Database PPHP merupakan langkah awal di dalam upay amenyediakan data yang komprehensi sekaligus menjawab permasalahan terkait keterbatasan data PPHP. PPHP secara menyeluruh dalam skala nasional. Contact person : Bagian Evaluasi dan Pelaporan, Sekretariat Direktorat Jenderal 5.1.28. SLPPHP Dalam rangka mendukung upaya percepatan mengubah perilaku pelaku usaha dan pelaku utama dalam bidang pengolahan dan pemasaran Database yang tersusun secara sistematis dan bertahap dapat menunjukkan indicator kinerja
78
hasil pertanian dari sikap ketergantungan ke arah kemandirian; dari saling ketergantungan ke arah kerja dalam kelompok; dan dari pekerja terampil menjadi pekerja profesional maka Ditjen PPHP menyelenggarakan kegiatan pelatihan bagi penyuluh, pendamping, pelaku usaha dan pelaku utama dalam bentuk Sekolah Lapangan Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanaian (SLPPHP).
Sasaran yang diharapkan dalam penyelenggaraan SL-PPHP ini dapat dirinci sebagai berikut: 1. SL PPHP bagi PL-I adalah: widyaiswara pertanian, petugas/penyuluh pertanian dari Departemen Pertanian dan Dinas lingkup pertanian di tingkat Propinsi yang menjadi teamwork/fasilitator tingkat Propinsi. 2. SL PPHP bagi PL-II adalah petugas/penyuluh dari dinas/instansi lingkup pertanian Kabupaten/Kota. 3. SL-PPHP bagi PU adalah Pelaku Usaha, Kelompok Tani, Gapoktan yang bergerak dibidang pasca panen, pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Bagi Dinas Propinsi lingkup Pertanian yang mendapat alokasi dana dekonsentrasi untuk penyelenggaraan SL-PPHP harus melaksanakan kegiatan tersebut berdasarkan petunjuk teknis dan petunjuk pelaksanaan SLPPHP. Agar kegiatan pelatihan SL-PPHP bagi PL-I, SL-PPHP bagi PL-II dan SL-PPHP bagi PU dapat berlangsung dengan baik dan mencapai tujuan yang diharapkan, maka dibentuk organisasi penyelenggara baik di tingkat Pusat maupun di tingkat Daerah. Contact person : Bagian Perencanaan, Sekretariat Direktorat Jenderal yang akan menjadi teamwork/fasilitator di tingkat
79
5.1.29. Pengawalan dan Pembinaan LM3 Tahun Sebelumnya Kegiatan pengawalan dan pembinaan oleh Dinas lingkup pertanian propinsi berupa pertemuan, koordinasi perkembangan usaha LM3 agar usaha yang dilaksanakan dapat meningkatkan peran serta santri, anggota dan masyarakat di sekitarnya sehingga menjadi agent of develompment dan menjadi lembaga ekonomi mikro yang tumbuh dan berkembang Contact person : Sekretariat Direktorat Jenderal 5.2. DANA TUGAS PEMBANTUAN DI PROVINSI
Kegiatan yang dilaksanakan dengan menggunakan dana tugas pembantuan di Provinsi adalah sbb: 5.2.1. Kegiatan Mutu Standardisasi A. Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi Dalam rangka mewujudkan mutu kakao fermentasi yang baik, selain menerapkan sistem jaminan mutu juga diperlukan sarana prasanana agar dihasilkan biji kakao fermentasi yang bermutu. Disamping itu penguatan kelembagaan sangat diperlukan dalam rangka efisiensi penerapan sistem jaminan mutu, dan untuk mendapatkan akses pasar yang berkelanjutan melalui kemitraan yang transparan dan berkeadilan. Sedangkan untuk menampung hasil biji kakao fermentasi anggota kelompok, maka diperlukan Penguatan Modal Usaha Kerja (PMUK), sehingga petani akan menjual biji kakao fermentasi kepada kelompoknya, bukan kepada tengkulak. Dengan
80
demikian kegiatan tugas pembantuan untuk Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi seyogyanya dialokasikan untuk pengadaan sarana prasarana yang dibutuhkan, bimbingan teknis manajemen (mutu, kelembagaan dan usaha) dan PMUK. Selanjutnya pelaksanaannya agar mengacu kepada Pedoman Teknis Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi 2012 Contact person : Subdit. Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Ditjen. PPHP B. Pengembangan Mutu Kopi Dalam rangka mewujudkan mutu kopi yang baik, selain menerapkan sistem jaminan mutu juga diperlukan sarana prasanana agar dihasilkan kopi yang bermutu. Disamping itu penguatan kelembagaan sangat diperlukan dalam rangka efisiensi penerapan system jaminan mutu, dan untuk mendapatkan akses pasar yang berkelanjutan melalui kemitraan yang transparan dan berkeadilan. Sedangkan untuk menampung hasil biji kopi anggota kelompok, maka diperlukan Penguatan Modal Usaha Kerja (PMUK), sehingga petani akan menjual biji kopi kepada kelompoknya, bukan kepada tengkulak. prasarana Dengan yang demikian kegiatan bimbingan tugas teknis pembantuan manajemen untuk (mutu, Pengembangan Mutu Kopi seyogyanya dialokasikan untuk pengadaan sarana dibutuhkan, kelembagaan dan usaha) dan PMUK. Selanjutnya pelaksanaannya agar
mengacu kepada Pedoman Teknis Pengembangan Mutu Kopi 2012. Contact person : Subdit. Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu, Direktorat Mutu dan Standardisasi, Ditjen. PPHP
81
5.2.2. Kegiatan Pemasaran Domestik a. Revitalisasi Pasar Ternak Sistem pemasaran ternak di indonesia pada umumnya masih berlangsung secara tradisional. Sistem jual beli atau mekanisme penentuan harga masih didominasi dan berdasarkan kepercayaan diantara pihak-pihak tertentu yaitu para pedagang pengumpul (tengkulak/blantik). Oleh karena kondisi pemasaran ternak tersebut, maka perlu adanya peningkatan efisiensi pemasaran ternak serta kemudahan akses para peternak Tujuan dari kegiatan revitalisasi pasar ternak adalah memfasilitasi terbangunnya pasar ternak sebagai sarana bagi para peternak dalam memasarkan ternaknya, khususnya daerah/ lokasi yang telah ada cikal bakal pasar ternak sebelumnya. Kegiatan ini meliputi bangunan pasar ternak, alat dan sarana pasar ternak. Contact person : Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik b. Optimalisasi Sub Terminal Agribisnis (STA) Tujuan dari kegiatan optimalisasi STA adalah mengoptimalkan operasionalisasi STA sehingga dapat menjadi agen pemasaran bagi petani/ kelompoktani, dan menfasilitasi terjadinya kemitraan dan pasar lelang di STA yang dapat menguntungkan petani. Kegiatan optimalisasi pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA) dilakukan pada lokasi pembangunan STA pada tahun anggaran sebelumnya
82
atau revitalisasi pasar tradisional yang telah ada. Kegiatan ini dilaksanakan untuk menjadikan kegiatan STA dapat beroperasi dengan optimal. Selain itu, pada STA ditunjang pula dengan kegiatan-kegiatan yang sifatnya meningkatkan peran STA, diantaranya bimbingan teknis, fasilitasi kemitraan, dan fasilitasi sistem informasi pasar. Selain itu, kegiatan STA diberi bantuan permodalan, sebagai upaya menghidupkan kegiatan perdagangan di STA secara berkesinambungan. Contact person : Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Direktorat Pemasaran Domestik c. Pengembangan Jaringan Pemasaran Bertujuan untuk pemberdayaan Gapoktan dengan cara membuka akses pasar terhadap industri lokal maupun nasional, mengoptimalkan pelaku industri lokal untuk dapat menjalin kerjasama pemasaran dengan Gapoktan setempat serta memudahkan melakukan pembinaan diantara industri lokal dengan para gapoktan apabila telah terjadi kesepakatan pemasaran. Contact person : Kasubdit Jaringan Pemasaran, Direktorat Pemasaran Domestik
d.
Pengembangan Grading Packaging Kegiatan ini merupakan kegiatan fasilitasi untuk komoditas yang
83
pertanian yang bertujuan untuk memberikan nilai tambah pada hasil pertanian, sehingga dapat di proses dan di simpan lebih lama. Contact person : 5.2.3. Kegiatan Pemasaran Internasional A. Akselerasi Eksport Komoditas Pertanian Sejalan dengan perkembangan globalisasi di semua aspek, maka seluruh negara harus mencermati dampak positif dan negatif dari perubahan tersebut. Tidak dapat dipungkiri bahwa globalisasi tersebut membawa dampak ekonomi bagi setiap negara, yang dengan jeli dapat memanfaatkan peluang yang ada termasuk dalam peningkatan ekspor produk pertanian dengan tetap berupaya memaksimalkan peningkatan nilai tambah dan daya saing produk serta mendorong peningkatan industri hilir dan pemasaran. Sebagai upaya tindak lanjut dalam upaya peningkatan ekspor produk pertanian agar berkelanjutan perlu didukung dan fokus pada kegiatan perbaikan mutu dan pemasaran dengan bantuan penguatan modal kerja bekerjasama dengan mitra (eksportir) sebagai avalis. Kegiatan perbaikan mutu dan pemasaran didukung dengan bantuan sarana dan alat (fisik). Peningkatan ekspor produk pertanian ini dengan komoditi-komoditi unggulan yang menjadi andalan Indonesia ke beberapa negara tujuan ekspor. Contact person : Kasubdit Internasional 5.2.4. Pengolahan Hasil Pertanian Pemasaran Bilateral, Direktorat Pemasaran
84
A.
Revitalisasi Penggilingan Padi Revitaliasi terhadap penggilingan padi dilakukan dengan cara
memperbaiki, mengganti dan menambah unit penggillingan padi kecil sehingga dapat meningkatkan rendemen dan menghasilkan beras yang berkualitas baik. Menurut data BPS sebagian besar unit pengolahan gabah dan beras sebagian besar perlu direvitalisasi karena sudah tua (rata-rata) di atas 10 tahun. Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP. B. Pengembangan Agroindustri Aneka Tepung Pengembangan agroindustri aneka tepung berbasis sumberdaya lokal dilakukan dalam upaya meningkatkan produksi tepung sebagai substitusi impor dan penganekaragaman bahan pangan (diversifikasi pangan). Dalam rangka mendukung percepatan diversifikasi pangan tersebut maka dilakukan penumbuhkembangan unit-unit pengolahan aneka tepung berbahan baku sumberdaya lokal (ubi kayu, ubi jalar). Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP. C. Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan Pengembangan agroindustri tanaman pangan dilakukan untuk
85
agroindustri kedelai diharapkan dilakukan penumbuhan dan pengembangan unit pengolahan kedelai untuk pangan (sari kedelai, tahu, kedelai dll) dan untuk pakan ternak. Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP. D. Pengembangan Agroindustri Jagung Pengembangan swasembada agroindustri untuk jagung dilakukan dalam upaya pangan.
berkelanjutan
mendukung
ketahanan
Penumbuhkembangan unit-unit pengolahan jagung untuk pangan (tepung dan grits) dan untuk pakan ternak. Dalam upaya pengembangan agroindustri jagung diharapkan setiap tahun akan dilakukan penumbuhan dan pengembangan unit pengolahan jagung untuk pangan dan pakan ternak Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Tanaman Pangan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP. E. Pengembangan Agroindustri Hortikultura Merupakan kegiatan untuk saing produk segar melalui meningkatkan nilai tambah dan daya ditingkat
usaha-usaha
pengolahan hasil
Gapoktan, kegiatan ini berbentuk fisik (pengadaan peralatan) dan non fisik (Pembinaan dan Bimtek). Dalam rangka mengoptimalisasikan koordinasi peralatan yang ada maka pada lokasi lokasi penempatan dimungkinkan untuk peralatan sebelum tahun 2012, dapat direvitalisasi sehingga
86
Contact
person :
Subdit.
Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP. F. Pengembangan Agroindustri Biofarmaka Merupakan kegiatan untuk meningkatkan nilai tambah dan daya
saing produk biofarmaka melalui usaha-usaha pengolahan hasil ditingkat Gapoktan, kegiatan ini berbentuk fisik (pengadaan peralatan) dan non fisik (Pembinaan dan Bimtek). Dalam rangka mengoptimalisasikan koordinasi peralatan yang ada maka pada lokasi lokasi penempatan dimungkinkan untuk peralatan sebelum tahun 2012, dapat direvitalisasi sehingga
kinerja peralatan menjadi lebih baik lagi. Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Hortikultura, Direktorat
a).
Bimbingan Teknis dan Pengawalan Agroindustri Perkebunan Bimbingan ini diberikan kepada petugas dan anggota kelompok pengelola UPH perkebunan dari lokasi binaan dan pengawalan agroindustri perdesaan. Dengan bimbingan teknis ini diharapkan dapat menumbuhkan unit pengolahan di Sentra Produksi. Selain itu dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan komoditas perkebunan sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya serta mendorong mempercepat tumbuhnya desa agroindustri di wilayah sentra produksi perkebunan.
b).
87
Sarana pengolahan perkebunan ini meliputi berbagai bangunan dan alat pengolahan perkebunan seperti: pengolahan kelapa, atsiri, mete, tebu, gambir, teh dan lada. Tujuan agroindustri perkebunan adalah : kegiatan pengembangan (1) Mengembangkan unit unit
usaha pengolahan dan pemasaran hasil agroindustri perkebunan di pedesaan yang berskala ekonomis, (2) Meningkatkan diversifikasi produk dan nilai tambah produk agroindustri perkebunan sehingga mampu meningkatkan pendapatan, kesejahteraan petani dan keluarganya, (3) Meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan, mengurangi tingkat kemiskinan sekaligus mencegah arus urbanisasi, (4) Meningkatkan pengetahuan dan wawasan petani dalam melakukan pengolahan Bokar Bersih, (5) Mendorong tumbuhnya desa agroindustri dan berkembangnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil agroindustri perkebunan di suatu wilayah pedesaan. Contact Person : Subdit Pengolahan Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP. Telp (021) 78842569 Ext. 5334, email : subdit_phbun@yahoo.com H. Pengembangan Bokar Bersih Dalam rangka upaya untuk meningkatkan peranan dan daya saing komoditas karet salah satu upaya dilakukan adalah melalui perbaikan mutu bahan olah karet. Dasar hukum untuk mendukung kegiatan ini adalah Peraturan Menteri Pertanian No.38/ Permentan/ OT.149/ 8/ 2008 tentang Pedoman Pengolahan dan Pemasaran Bokar (Bahan Olah Karet). Kegiatan pengembangan Bokar bersih antara lain: a). Bimbingan Teknis dan Pengawalan Bokar Bersih
88
Bimbingan ini diberikan kepada petugas pengelola UPPB perdesaan. Dengan bimbingan teknis
menumbuhkan unit pengolahan Bokar di Sentra Produksi. Selain itu dapat meningkatkan nilai tambah dan daya saing produk olahan Bokar sehingga mampu meningkatkan kesejahteraan petani dan keluarganya serta mendorong mempercepat tumbuhnya desa agroindustri di wilayah sentra produksi Bokar. b. Bantuan Sarana Pengolahan Bokar Bersih Alokasi dana untuk bantuan sarana pengolahan bokar bersih dari Ditjen PPHP dialokasikan untuk pengembangan UPPB (Unit Pengolahan dan Pemasaran Bokar) untuk menghasilkan bokar bersih dan bermutu dimana pengelolaannya langsung oleh gabungan kelompok tani (Gapoktan) terpilih dari CP/CL Dinas setempat. Sarana pengolahan bokar bersih ini meliputi berbagai bangunan dan alat pengolahan Bokar. Tujuan kegiatan pengembangan agroindustri perkebunan adalah : (1) Mengembangkan unit unit usaha pengolahan dan pemasaran hasil Bokar di pedesaan yang berskala ekonomis, (2) Meningkatkan diversifikasi produk nilai tambah dan perbaikan mutu produk Bokar sehingga mampu meningkatkan pendapatan, kemiskinan kesejahteraan sekaligus petani mencegah dan arus keluarganya, urbanisasi, (3) Meningkatkan kesempatan kerja di pedesaan, mengurangi tingkat (4) Mendorong tumbuhnya desa agroindustri dan berkembangnya usaha pengolahan dan pemasaran hasil agroindustri perkebunan di suatu wilayah pedesaan.
89
Contact Person : Subdit Pengolahan Perkebunan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen PPHP. Telp (021) 78842569 Ext. 5334, email : subdit_phbun@yahoo.com
I.
Pengembangan Agroindustri Peternakan (susu) Kegiatan ini, dilaksanakan dengan menumbuhkembangkan usaha
persusuan berbasis pada kelompok/Gapoknak yang kemudian ditindaklanjuti dengan bantuan peralatan penanganan dan pengolahan susu, permodalan sampai pada kegiatan pendampingan pengembangan usahanya. Dalam upaya mengembangkan usaha industri pengolahan susu skala kecil di perdesaaan, Pemerintah melalui Kementerian Pertanian pada periode tahun 2004 2011 telah merintis pembangunan Unit Pengolahan Susu Pasteurisasi yang dikelola oleh Gapoknak (Gabungan Kelompok peternak) dan Koperasi Susu di 41 Kabupaten/Kota tersebar di 11 propinsi.. Contact person : Subdit. Pengohan Hasil Peternakan, Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP. J. Pengembangan Agroindustri Peternakan (daging) Pengembangan Agroindusri Daging bertujuan untuk menghasilkan produk olahan daging yang baik diperlukan kualitas bahan baku daging yang baik pula. Sehingga diperlukan perlakuan dan teknologi yang tepat terhadap bahan baku daging guna menghindari terjadinya kerusakan dan pembusukan sebelum diolah. Selanjutnya, untuk menghasilkan produk olahan daging siap dikonsumsi oleh masyarakat dengan aman, sehat, utuh dan halal (ASUH)
90
diperlukan penanganan yang cermat mulai dari pemilihan bahan baku, pemilihan peralatan (teknologi) yang sesuai, proses produksi yang baik, pengemasan sampai distribusi dan pemasaran. Dukungan dan fasilitasi pemerintah dalam pengembangan industri pengolahan daging yang terencana, terintegrasi dan berkesinambungan berbasis pada pengembangan kelompok peternak atau Gapoktan perlu terus ditingkatkan dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan pendapatan peternak/ pelaku usaha pengolahan daging. Contact person : Subdit.Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. PPHP K. Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak Produk peternakan sebagai bahan pangan umumnya berupa daging, susu dan telur serta produk olahannya. Produk tersebut sebagian besar dihasilkan dari kegiatan usaha peternakan yang dilakukan dalam skala peternakan rakyat, baik sebagai usaha keluarga maupun tergabung dalam kelompok peternak ataupun gabungan kelompok peternak (gapoknak). Untuk itu adanya potensi sumber daya lokal yang dimiliki oleh berbagai daerah, diharapkan mampu meningkatkan peluang keberhasilan dalam mengatasi permasalahan dibidang pakan ternak. Maksud kegiatan ini adalah meningkatkan kemampuan peternak / kelompok peternak / gabungan kelompok peternak dalam penyediaan pakan ternak secara mandiri dalam rangka meningkatkan nilai tambah dan daya saing bagi produk peternakan yang akan dihasilkan.
91
Melalui kebijakan ini diharapkan mampu memberikan andil terhadap pemberdayaan peternak dalam meningkatkan pendapatan melalui pengolahan pakan yang menggunakan bahan baku pakan lokal. Berdasarkan atas pemahaman di atas, maka salah satu upaya yang dikembangkan dalam membantu para peternak dibidang penyediaan sarana pengolah pakan ternak adalah dengan mengalokasikan anggaran yang ditempatkan di daerah melalui tugas pembantuan untuk dapat dilaksanakan oleh masing masing daerah Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
Pengolahan Hasil Pertanian, Ditjen. K. Pengembangan Limbah Hasil Ternak (kompos dan biogas) Secara umum kegiatan peternakan terdiri dari kegiatan budidaya, pemerahan, pemotongan ternak dan pengolahan hasilnya. Dalam proses produksinya akan dihasilkan produk utama berupa daging, susu dan telur serta dihasilkan pula limbah sebagai ekses negatif dari kegiatan tersebut. Limbah yang dihasilkan dari kegiatan peternakan sangat beragam dan bergantung pada jenis kegiatan, jenis ternak, pakan dan air yang digunakan serta proses yang dijalankan. Perkembangan kegiatan peternakan yang pesat untuk menghasilkan produk- ternyata tidak selalu dibarengi dengan upaya untuk menekan jumlah, jenis dan tingkat bahaya limbah yang dihasilkan. Kondisi ini pada akhirnya menyebabkan pencemaran lingkungan dan berdampak pada penurunan kesehatan manusia, hilangnya habitat alami, tercemarnya sumber-sumber air serta mengakibatkan kerugian sosial dan ekonomi yang cukup besar.
92
Limbah yang dihasilkan dari setiap jenis kegiatan peternakan berlainan bergantung pada jenis ternak dan kegiatan yang dijalankan. Secara umum kegiatan budidaya menghasilkan limbah berupa kotoran ternak, sisa pakan, urine dan air cucian/ pembersihan kandang. Sedangkan bagi kegiatan pemotongan ternak, limbah yang dihasilkan berupa kotoran ternak, sisa pakan, rumen, kulit, bulu, tulang, lemak, darah dan air cucian kandang/ruang RPH. (1) Peningkatan nilai tambah melalui agroindustri pedesaan (2) Peningkatan inovasi dan diseminasi teknologi pengolahan (3) Peningkatan efisiensi usaha pengolahan hasil pertanian melalui optimalisasi dan modernisasi sarana pengolahan (4) Peningkatan kemampuan dan memberdayakan SDM pengolahan dan penguatan lembaga usaha pengolahan hasil di tingkat petani (5) Peningkatan upaya pengelolaan lingkungan Contact person : Subdit. Pengolahan Hasil Peternakan, Direktorat
5.3.
DUKUNGAN DANA BERKAITAN DENGAN ADMINSTRASI DAN KEGIATAN PENUNJANG Pada sistem penganggaran tahun 2012 ada beberapa perubahan yang
mendasar terutama pada akun belanja yang digunakan, dibandingkan dengan sistem penganggaran tahun 2011, baik sistem penganggaran pusat maupun
93
sistem penganggaran daerah, namun perubahan tersebut lebih banyak pada sistem penganggaran untuk daerah. Perubahan akun yang diganti terutama untuk mendukung kegiatan di daerah baik di propinsi maupun di kabupaten. Akun belanja modal (53) pada tahun 2011 masih digunakan untuk menampung anggaran yang digunakan untuk membeli barang yang akan menjadi asset pemerintah, baik pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, namun pada tahun 2012 akun belanja modal (53) hanya digunakan di pusat, sedangkan di daerah sistem penganggaran semuanya menggunakan akun belanja barang (52) yang digunakan untuk pembelian barang yang nantinya akan menjadi asset pemerintah daerah, maupun pembelian barang/ alat yang diperuntukkan masyarakat. Pada tahun 2012 akun Belanja Bantuan Sosial (57) dipergunakan untuk kegiatan Mutu Standardisasi dan Pengolahan Hasil Pertanian pada Dana Tugas Pembantuan baik di satker Propinsi maupun Satker Kab / Kota. Lebih lengkapnya mengenai Bantuan Sosial akan dijelaskan dalan Juknis Bantuan Sosial Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian. Dalam pelaksanaan kegiatan, diperlukan dukungan dana berkaitan dengan administrasi kegiatan dan kegiatan penunjang lainnya. Untuk itu dalam kegiatan TA. 2012 dana kegiatan administrasi dan dana penunjang kegiatan yang tercantum dalam Petunjuk Operasional Kerja, adalah berikut ini. 5.3.1. Honor Operasional Satuan Kerja (Kode Akun 521115) Kegiatan ini diperuntukkan bagi pelaksana kegiatan seperti honor KPA, PPK, pejabat penguji dan penerbit SPM, Bendahara pengeluaran / PUMK. Staf pengelola keuangan, pejabat pengadaan barang / jasa, dan honor petugas SAI.
94
5.3.2. Belanja Bahan (Kode Akun 521211) Pengeluaran yang digunakan untuk membeli barang yang sifatnya habis pakai seperti: ATK, konsumsi/makanan, bahan cetakan, dokumentasi, spanduk, biaya foto copy dll. Belanja bahan biasanya sebagai pendukung kegiatan non operasional seperti bimbingan teknis, seminar, pertemuan, sosialisasi, pameran, rapat dll. 5.3.3. Belanja Honor Output Kegiatan (Kode Akun 521213) Akun ini digunakan untuk menampung anggaran yang akan digunakan sebagai honor yang mendukung suatu kegiatan yang sifatnya sementara. Honor yang dimaksudkan disini adalah honor yang mendukung tercapainya suatu output kegiatan seperti honor tim dan honor panitia pertemuan.
5.3.4. Belanja Barang Non Operasional lainnya (Kode Akun 521219) Akun belanja barang non operasional lainnya (521219) digunakan untuk menampung anggaran yang digunakan untuk membiayai kegiatan non operasional dalam rangka pelaksanaan suatu kegiatan satuan kerja. Pengeluaranpengeluaran yang termasuk dalam kriteria ini antara lain kegiatan pertemuan yang memerlukan waktu hingga beberapa hari, dan berada diluar kantor. Selain pertemuan akun ini juga digunakan untuk menampung perjalanan yang sifatnya lokal dalam kota.
95
Akun ini digunakan untuk menampung kegiatan penunjang dalam mencapai target kegiatan yang akan dicapai dalam bentuk perjalanan dinas. Yang dibiayai dari perjalanan ini adalah perjalanan keluar daerah/kota dengan jarak minimal 5 km dari batas kota/kabupaten. Apabila masih dibawah 5 km perjalanan dinas yang dipakai adalah transport lokal. 5.3.6. Belanja Peralatan dan Mesin untuk diserahkan kepada
masyarakat/ Pemda Kode Akun (526112) Akun belanja ini merupakan akun baru yang dibuat oleh Kementerian Keuangan. Tujuan dari akun ini adalah untuk menampung kegiatan belanja barang peralatan atau mesin yang diperuntukkan kepada masyarakat dan bukan menjadi asset pemerintah daerah. Tata cara pengadaannya pun memakai dasar Perpres 54, artinya melalui pelelangan. Didalam pelaksanaannya pabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah diadakan barang tidak diserahkan kepada masyarakat, maka peralatan tersebut akan menjadi asset pemerintah daerah. 5.3.7. Belanja Gedung dan Bangunan untuk diserahkan kepada
masyarakat/ Pemda (Kode Akun 526113) Belanja ini pemanfaatannya sama dengan akun 526112, namun peruntukannya berbeda yaitu untuk menampung kegiatan belanja gedung dan bangunan yang diperuntukkan kepada masyarakat dan bukan menjadi asset pemerintah daerah.
96
Tata cara pengadaannya pun sama dengan akun 526112 memakai dasar Perpres 54 yaitu melalui pelelangan. Didalam pelaksanaannya pabila dalam jangka waktu 6 (enam) bulan setelah diadakan barang tidak diserahkan kepada masyarakat, maka gedung dan bangunan tersebut akan menjadi asset pemerintah daerah. 5.3.8. Belanja Barang Penunjang Kegiatan Dekonsentrasi untuk
diserahkan kepada pemerintah daerah (Kode Akun 526211) Akun belanja ini merupakan akun baru yang dibuat untuk menampung kegiatan belanja barang penunjang dekonsentrasi. Akun ini merupakan akun pengganti belanja modal. Kegiatannya pun hanya untuk pengadaan barang/peralatan yang nantinya akan menjadi asset pemerintah daerah. Apabila masih menggunakan akun belanja modal, maka barang tersebut merupakan asset pusat, dan bukan asset daerah. Tujuan dari akun ini adalah untuk mengurangi asset pusat yang berada di daerah. Akun yang digunakan adalah 526211, dan kegiatan yang termasuk dalam akun ini seperti pengadaan komputer, pengadaan kendaraan, dan pengadaan yang lainnya yang nantinya akan menjadi asset pemerintah daerah. 5.3.9. Belanja Barang Penunjang Tugas Pembantuan untuk diserahkan kepada pemerintah daerah (Kode Akun 526212) Akun yang digunakan adalah 526212, dan kegiatan yang termasuk dalam akun ini sama dengan kegiatan dekonsetrasi, namun barang yang dibelanjakan akan menjadi asset pemerintah kabupaten/kota. seperti
97
pengadaan komputer dan pengadaan yang lainnya yang nantinya akan menjadi asset pemerintah daerah. 5.3.10. Belanja Bantuan Sosial untuk Pemberdayaan Sosial dalam Bentuk Uang (Kode Akun 573111) Pemanfaatan akun ini adalah untuk menampung kegiatan yang sifatnya bantuan dalam bentuk transfer uang kepada kelompok masyarakat. Kegiatan yang termasuk dalam bantuan sosial dalam bentuk transfer uang adalah: 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Pengembangan Mutu Kakao Fermentasi Pengembangan Mutu Kopi Revitalisasi Penggilingan Padi Pengembangan Agroindustri Tepung- Tepungan Pengembangan Agroindustri Tanaman Pangan Pengembangan Pengolahan Jagung Pengembangan Agroindustri Hortikultura Pengembangan Agroindustri Biofarmaka Pengembangan Agroindustri Perkebunan Pengembangan Bokar Bersih Pengembangan Agroindustri Peternakan (Susu dan Daging) Pengembangan Pengolahan Pakan Ternak Pengelolaan Limbah Hasl Ternak (Kompos dan Biogas) Usaha Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian Melalui LM3 Bantuan sosial dengan pola transfer uang mengacu pada Pedoman Pengelolaan Dana Bantuan Sosial Tahun Anggaran 2012 yang diterbitkan oleh Kementerian Pertanian. 5.3.9. Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3)
98
Bantuan sosial yang diberikan Direktorat Jenderal PPHP kepada masyarakat melalui lembaga keagamaan dikenal dengan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat (LM3). LM3 yang berbasis keagamaan seperti : pondok pesantren, seminari, paroki, pasraman, vihara, pura, dan subak yang mempunyai SDA dan SDM bergerak di bidang agribisnis. LM3 yang bergerak di bidang agribisnis tersebut dapat dijadikan sebagai percontohan pengembangan agribisnis di lokalita karena adanya sinergi LM3 dengan masyarakat sekitarnya. Keberadaan LM3 selama ini diterima baik oleh masyarakat karena turut berperan dalam memberdayakan ekonomi masyarakat, pengembangan para santri/siswa maupun masyarakat sekitar yang mencakup bidang moral/keagamaan, ekonomi, maupun sosial kemasyarakatan. Kementerian Pertanian setiap tahun mengalokasikan anggaran untuk melaksanakan pembinaan, pelatihan, penyaluran bantuan dan pemantauan LM3. Pada tahun anggaran 2012 dalam DIPA Direktorat Jenderal
Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian tersedia anggaran untuk fasilitasi pengembangan LM3 yang berupa bantuan sarana/prasarana, peralatan pengolahan dan modal usaha untuk menunjang pengembangan usaha agribisnis LM3. Diharapkan dengan adanya pembinaan yang berkelanjutan disertai dengan pemberian bantuan sarana pengolahan akan mampu memacu tumbuh dan berkembangnya usaha agribisnis LM3. Dinas lingkup Pertanian Provinsi dan Kabupaten/Kota berperan untuk melakukan pembinaan, koordinasi, sosialisasi, pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan laporan perkembangan LM3 ke Direktorat Jenderal PPHP.
99
Tabel 1. Rancangan alokasi kegiatan melalui pemberdayaan LM3 dan pengembangan usaha pengolahan dan pemasaran hasil pertanian. Keterangan (a) dialokasikan dana administrasi untuk kegiatan pengelolaan dan penyusunan kebijakan. (b) dialokasikan dana sosial langsung ke LM3 terpilih di Kabupaten/Kota (yang ditentukan melalui proses seleksi) 2. Provinsi Dialokasikan dana pembinaan pada Dana Dekonsentrasi 3. Kabupaten Blok grant untuk LM3 terpilih langsung disalurkan dari / Kota Pusat melalui skim BLM (Bantuan Langsung Masyarakat) Proses pengajuan proposal kegiatan LM3 dan mekanisme penetapan LM3 diatur tersendiri pada Pedum dan Juklak LM3. Alokasi dana pendampingan teknis pada rencana usaha LM3 (Contact person : Sekretariat LM3 Ditjen PPHP, telp/fax. 021 7827275 ) No. 1. Kegiatan Pusat
100
Bab
6
6.1.
101
Pengendalian kegiatan dan anggaran merupakan kegiatan yang cukup penting mengingat banyaknya kendala dan permasalahan yang sering ditemui dalam pelaksanaan kegiatan dan anggaran. Disamping itu pengelola kegiatan, anggaran dan penerima manfaat dituntut dapat bekerja sama serta melaksanakan tugas secara transparan, akuntabel, penegakan hukum dan perlakuan yang adil/ kesetaraan. Pengendalian terhadap implementasi kegiatan dan anggaran kinerja pembangunan pertanian di daerah bertujuan untuk : a) Mengetahui perkembangan pelaksanaan kegiatan dan anggaran serta kesesuaian pelaksanaan kegiatan dan penggunaan anggaran dengan tujuan dan sasaran yang ingin di capai. b) c) Mengantisipasi secara dini terhadap permasalahan dan kendala yang dihadapi sehingga dapat dicari solusinya Mencegah atau mengurangi terjadinya kesalahan pelaksanaan kegiatan dan penyalahgunaan anggaran yang tidak sesuai dengan rencana serta sasaran yang ingin dicapai. d) Mendapatkan bahan untuk dijadikan masukan perbaikan dan kelancaran pengelolaan anggaran dan kegiatan. Pelaksanaan pemantauan, evaluasi dan pelaporan kegiatan dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan mengacu pada Peraturan Menteri Pertanian No. 31/2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian. 6.1.1. Ditjen PPHP Sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan lingkup Kementerian Pertanian maka pengendalian kegiatan dan anggaran kinerja ini dilakukan oleh unit kerja Eselon I termasuk Ditjen PPHP sesuai dengan bidang tugasnya masing-masing. Hal ini mengingat beragamnya komoditas yang dkembangkan
102
di daerah serta jenis kegiatan yang dilaksanakan. Bentuk pengendalian yang dilakukan adalah: 1) Memberikan bimbingan pelaksanaan kegiatan teknis di daerah melalui penerbitan Pedoman Umum / Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis sebagai acuan / rambu rambu dalam operasional kegiatan. 2) 3) 4) 5) Sosialisasi Pedoman Umum, Petunjuk Pelaksanaan dan Petunjuk Teknis sebelum tahapan pelaksanaan kegiatan. Bimbingan terhadap penyusunan prosedur dan tata kerja pelaksanaan program, kegiatan dan anggaran kinerja. Peningkatan kualitas pelatihan. Melakukan kunjungan ke daerah untuk melakukan supervisi pembinaan, pengendalian, bimbingan, monitoring, evaluasi, arahan serta sejenisnya, sehingga kontrol yang diberikan dapat mendukung keberhasilan kegiatan di daerah 6) Melakukan evaluasi semesteran dan tahunan untuk mengetahui kinerja keseluruhan dan menjadi dasar perencanaan program dan anggaran berikutnya. 7) Penerapan Sistem Pengendalian Intern (SPI) dengan Satuan Pelaksana Pengendalian Intern (SATLAK PI) sebagai penggeraknya. 6.1.2. Dinas lingkup pertanian Provinsi dan Kabupaten/ Kota Dalam sistem anggaran berbasis kinerja, maka operasional kegiatan tidak lepas dari kendali pimpinan instansi pelaksana. Untuk itu perlu dilakukan pengendalian intensif, antara lain: 1) Memberikan bimbingan administrasi dan teknis pelaksanaan kegiatan dilapangan. SDM melalui sosialisasi, workshop atau
103
2)
Menyusun
kerja, jaringan kerja, dan koordinasi dengan instansi terkait pusat maupun daerah di dalam operasional kegiatan. 3) Pembentukan Satuan Pengendali Intern (SATLAK PI) pada masingmasing Dinas diharapkan dapat mempercepat terwujudnya penerapan SPI di masing-masing instansinya. SATLAK ini dibentuk dan ditetapkan oleh Kepala Dinas, sehingga masing-masing Dinas mempunyai satu SATLAK untuk pengendalian seluruh kegiatan dan anggaran di lingkup Dinas (termasuk kegiatan dan anggaran pengolahan dan pemasaran hasil pertanian). Tugas dan fungsi SATLAK PI mengacu pada Permentan No. 23 tahun 2009. 4) Dalam upaya pencapaian target kinerja seperti yang telah ditetapkan dalam dokumen perencanaan secara efektif, efisien, ekonomis dan tertib, maka setiap penanggung jawab kegiatan harus melakukan pengelolaan resiko dengan melakukan identifikasi, analisis, pemantauan dan evaluasi resiko masing-masing kegiatan yang menjadi tanggungjawabnya sesuai dengan Permentan No. 23 tahun 2009.
104
Dalam sistem anggaran berbasis kinerja, pengawasan fungsional pembangunan pertanian masih tetap dilaksanakan oleh Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian . Selain itu oleh manajemen dengan penerapan SPI, pengendalian dilakukan secara berjenjang dari Eselon I sampai dengan staf dan kepala Dinas, Kepala Sub Dinas sampai ke Staf. Pengawasan dapat dilakukan setiap saat selama proses manajemen berlangsung. Pengawasan fungsional kegiatan program dan anggaran kinerja pembangunan pertanian secara eksternal juga dilakukan oleh aparatur pengawasan seperti BPK dan BPKP. Pengawasan yang dilaksanakan berupa pemeriksaan reguler yaitu pemeriksaan setempat yang dilaksanakan secara reguler terhadap obyek pemeriksaan lingkup Kementerian Pertanian berdasarkan program kerja pengawasan tahunan maupun pemeriksaan non reguler. Pengawasan yang dilakukan berupa pemeriksaan, pengujian, pengusutan dan penilaian terhadap pengelolaan program, kegiatan dan anggaran kinerja. Obyek pemeriksaan diprioritaskan terhadap obyek yang anggarannya relatif besar, mempunyai aspek pelayanan masyarakat, serta mempunyai peran strategis terhadap keberhasilan pembangunan pertanian dan bidangbidang rawan kebocoran. Sistem dan upaya pengawasan terus dikembangkan dan disempurnakan melalui berbagai langkah yang efektif agar dapat mengamankan kebijakan pembangunan pertanian secara berdaya guna dan berhasil guna. Upaya tersebut dilakukan melalui penyempurnaan dan pemanatapan sistem dan proses penyusunan program kerja pemeriksaan dengan mengikutsertakan secara aktif unsur-unsur perencana dan pelaksana. Dalam rangka mendukung implementasi program dan anggaran kinerja, maka pemeriksaan yang dilakukan meliputi :
105
a. Pemeriksaan kinerja aparat pengelolaan kegiatan, yaitu pemeriksaan apakah sumberdaya dan dana sudah digunakan sesuai dengan sasaran yang ingin dicapai serta pelaksanaannya tidak bertentangan dengan peraturan yang berlaku. b. Pemeriksaan yang mengarah pada pelaksanaan wewenang sesuai tupoksi, apakah kegiatan yang dilaksanakan sudah sesuai atau tidak sehingga akan dapat merekomendasikan penyempurnaan pada kegiatan yang akan datang. c. Pemeriksaan akuntabilitas kinerja, dimana instansi pelaksana kegiatan harus mempertanggungjawabkan keberhasilan dan atau kegagalan pelaksanaan wewenang dan tupoksi instansi tersebut. d. Pemeriksaan khusus dilaksanakan sewaktu-waktu melalui pengujian dan pendalaman untuk memperoleh kejelasan suatu informasi yang bersumber dari laporan masyarakat. Pemeriksaan ini termasuk pula untuk pengembangan dari pemeriksaan reguler yang dipandang perlu terhadap adanya dugaan terjadinya tindak pidana penyalahgunaan wewenang. e. Setiap satker baik pusat maupun daerah wajib melakukan tindak lanjut hasil pengawasan yang tertuang dalam Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan melaporkan, serta menyampaikan bukti-bukti penyelesaian tindak lanjut kepada Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian dan pengawasan fungsional (Inspektorat Jenderal Kementerian Pertanian atau BPKP) selambat-lambatnya 30 hari setelah diterimanya LHP. f. Dalam melaksanakan tindak lanjut hasil pemeriksaan, satker tidak perlu lagi melakukan klarifikasi atas temuan hasil pemeriksaan, tetapi melaksanakan tindak lanjut atas saran-saran atau rekomendasi yang disampaikan oleh tim pemeriksa.
106
6.3.
MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN Landasan hukum monitoring, evaluasi dan pelaporan adalah Peraturan
Pemerintah No. 39 Tahun 2006 tentang Tatacara Pengendalian dan Evaluasi Pelaksanaan Rencana Pembangunan Nasional; PP No. 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah; Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan serta Peraturan Menteri Pertanian No. 31/ 2010 tentang Pedoman Sistem Pemantauan, Evaluasi dan Pelaporan Pembangunan Pertanian. Monitoring atau pemantauan adalah kegiatan mengamati
perkembangan pelaksanaan rencana pembangunan, mengidentifikasi serta mengantisipasi permasalahan yang timbul dan/atau akan timbul untuk dapat diambil tindakan sedini mungkin. berkesinambungan berjalan. Evaluasi adalah suatu penilaian dalam kurun waktu tertentu yang mencoba untuk menilai relevansi secara sistematis dan objektif, efisiensi, efektivitas pelaksanaan, dan dampak/ keberhasilan dari program dan kegiatan yang sedang berjalan maupun yang telah selesai. Evaluasi dapat diartikan pula merupakan rangkaian kegiatan membandingkan realisasi masukan (input), keluaran (output), dan hasil (outcome) terhadap rencana dan standar. Pemantauan dilakukan pada seluruh program/kegiatan, sedangkan evaluasi dapat dilakukan secara lebih selektif. Pada dasarnya pemantauan dan evaluasi merupakan alat yang diperlukan untuk pelaporan dan pengendalian. dan bertujuan Pemantauan dilaksanakan secara memberikan indikasi awal dari
107
Pelaporan adalah bentuk penyampaian informasi mengenai hasil pelaksanaan program/kegiatan yang dituangkan ke dalam formulir yang telah ditentukan secara berkala dan sesuai dengan petunjuk pengisiannya. Dalam rangka menganalisis capaian kinerja pembangunan pertanian, maka peran pemantauan dan evaluasi merupakan bagian penting untuk menilai tercapai atau tidaknya tujuan program/kegiatan yang dilaksanakan. Hasil pemantauan dan evaluasi dapat dijadikan sebagai salah satu bahan pertimbangan bagi pengambil keputusan untuk perbaikan kebijakan dan perencanaan di masa mendatang maupun pelaksanaan program/kegiatan yang sedang berjalan. Hasil pemantauan dan evaluasi tersebut harus tersaji dalam bentuk laporan yang informatif, cepat, tepat dan akurat sehingga dapat dimanfaatkan oleh pimpinan sebagai bahan pengambilan keputusan. Pada dasarnya antara pemantauan dan evaluasi hampir sama dan saling berkait, namun dilihat dari ciri input, waktu, dan fokusnya, maka pemantauan lebih memperhatikan inputkegiatan, periode pelaksanaan lebih pendek, dan target pemantauan lebih terfokus, sedangkan evaluasi lebih memperhatikan outputkegiatan; periode pelaksanaan lebih panjang; dan target group lebih luas. Dilihat dari keperluan data, pemantauan menggunakan data internal kegiatan itu sendiri seperti laporan keuangan, input (barang dan jasa) yang disediakan, sedangkan evaluasi selain menggunakan data internal juga menggunakan data di luar kegiatan sebagai pembanding untuk menjalankan fungsi kontrolnya. Biasanya pemantauan terbatas pada tahapan pelaksanaan, operasional, dan pemeliharaan saat kegiatan sedang berlangsung. Namun,hakekatnya pemantauan dan evaluasi merupakan satu proses dalam kegiatan untuk menjaga konsistensi dan efektivitas pencapaian sasaran/target.
108
Monitoring, evaluasi dan pelaporan dilakukan di masing-masing Satker (pusat, provinsi, kabupaten/ kota) sesuai dengan fungsi dan tanggungjawab masing-masing. Selain di tingkat Satker, masing-masing penanggungjawab kegiatan juga harus melakukan evaluasi terhadap kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Untuk melaksanakan evaluasi program dan kegiatan secara menyeluruh hendaknya dilakukan oleh Tim yang dibentuk oleh masing-masing Satker atau Satlak SPI. Mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 156/PMK.07/ 2008 maka SKPD yang menjadi pelaksana kegiatan Dana Dekonsentrasi dan dana Tugas Pembantuan wajib menyusun laporan pertanggung jawaban yang meliputi : (1) Laporan Manajerial dan (2) Laporan Akuntabilitas. (1) Laporan Manajerial mencakup : a. Perkembangan realisasi fisik dan penyerapan dana b. Pencapaian target keluaran c. Kendala yang dihadapi d. Saran tindaklanjut (2) Laporan Akuntabilitas meliputi Laporan Keuangan dan Laporan Barang Laporan Keuangan terdiri dari : Neraca, Laporan Realisasi Anggaran, Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK). Laporan Barang mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai penatausahaan BMN. 6.3.1. Pelaporan Hasil Pemantauan dan Laporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan
109
a. Laporan
Pemantauan
Satuan
Kerja
Perangkat
Daerah(SKPD)
Kabupaten/Kota Setiap SKPD lingkup pertanian Kabupaten/Kota menyusun laporan hasil pemantauan setiap bulan dan triwulan dengan menggunakan formulir laporan yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006. Penanggung jawab kegiatan menyusun laporan pemantauan dengan menggunakan Formulir A. Laporan penanggung jawab kegiatan disampaikan kepada penanggung jawab program pada Satuan Kerja masing-masing. Penanggung jawab program menyusun laporan hasil pemantauanan dengan menggunakan Formulir B. Laporan Penanggung Jawab program disampaikan kepada Kepala SKPD. Kepala SKPD Kabupaten/Kota menyusun laporan hasil pemantauan berdasarkan laporan dari Penanggung Jawab Program dengan menggunakan Formulir C. Laporan tersebut disampaikan Kepada Menteri Pertanian melalui SKPD Provinsi yang ruang lingkup tugas dan fungsinya sama selambat-lambatnya 5 (lima) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan berakhir. b. Laporan Pemantauan Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi Setiap SKPD lingkup pertanian Provinsi menyusun laporan hasil pemantauan setiap bulan dan triwulan dengan menggunakan formulir laporan yang ditetapkan di dalam Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006. Penanggung jawab kegiatan menyusun laporan hasil pemantauan dengan menggunakan Formulir A. Laporan penanggung jawab kegiatan disampaikan kepada penanggung jawab program pada Satuan Kerja. Penanggung jawab program menyusun laporan hasil pemantauan dengan menggunakan Formulir B. Laporan Penanggung Jawab program disampaikan kepada Kepala Satuan Kerja (SKPD). Kepala SKPD Provinsi menyusun laporan hasil pemantauan berdasarkan laporan dari Penanggung Jawab Program dalam Satuan kerjanya dari
110
SKPD Kabupaten/Kota yang ruang lingkup tugas dan fungsinya sama dengan menggunakan Formulir C. Laporan tersebut disampaikan Kepada Menteri Pertanian melalui Eselon-I terkait selambat-lambatnya 8 (delapan) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan berakhir. c. Laporan Pemantauan Satuan Kerja Pusat dan UPT Pusat Setiap Satuan Kerja Pusat (Eselon-II/UPTPusat) di lingkup Kementerian Pertanian menyusun laporan hasil pemantauan dengan menggunakan formulir laporan yang ditetapkan didalam Peraturan Pemerintah No.39 Tahun 2006. Penanggung jawab kegiatan menyusun laporan hasil pemantauan dengan menggunakan Formulir A. Laporan Penanggung Jawab Kegiatan disampaikan kepada penanggung Jawab Program selambat-lambatnya 3 (tiga) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan berakhir. Penanggungjawab Program menyusun laporan dengan menggunakan Formulir B. Kepala satuan kerja menyusun laporan hasil pemantauan di Satuan Kerja kepada Menteri pertanian melalui Eselon-I dengan menggunakan Formulir C selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan berakhir. Bila Satuan kerja dimaksud tidak mempunyai DIPA sendiri, maka laporan kepala Satuan kerja cukup menggunakan Formulir B.
111
d. Laporan Pemantauan Unit Organisasi Eselon-I Kepala Unit Organisasi Eselon-I menyusun laporan hasil pemantauan pelaksanaan rencana pembangunan setiap bulan dan triwulan dengan menggunakan laporan hasil pemantauan Satuan Kerja lingkup Eselon-I dan Laporan SKPD (pelaksanaan DK & TP), dengan menggunakan Formulir C. Laporan Hasil pemantauan Unit Organisasi Eselon-I disampaikan kepada Menteri Pertanian selambat-lambatnya 10 (sepuluh) hari kerja setelah bulan/ triwulan yang bersangkuan berakhir.. Format laporan hasil pemantauan tersebut telah dimodifikasi dan disesuaikan dengan menggunakan aplikasi software SIMONEV, dan setiap SKPD harus menyampaikan copy file (back up) data kepada Ditjen PPHP. Jika aplikasi software SIMONEV belum dikuasai atau mengalami permasalahan, maka laporan dibuat secara manual dengan menggunakan microsoft office excel sesuai dengan format simonev dan format PP 39 tahun 2006 dan atau laporan realisasi perkembangan pelaksanaan kegiatan sesuai format terlampir. Selain laporan berkala tersebut, juga ada laporan teknis pelaksanaan kegiatan, laporan tahunan atau laporan hasil pelaksanaan kegiatan selama 1 (satu) tahun serta laporan insidentil sewaktu-waktu diperlukan bilamana terjadi sesuatu yang bersifat insidentil. Kinerja penyampaian laporan akan dijadikan dasar penentuan anggaran tahun berikutnya. Alur pelaporan kinerja pelaksanaan kegiatan dana APBN Kementerian Pertanian sebagai berikut. Bagan 5. Alur Pelaporan Kinerja Pelaksanaan Kegiatan Dana APBN Ditjen PPHP
112
Sektor/program (14 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya) Sub-sektor/Sub-program (10 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya) - Kompilasi Kegiatan Dana TP (8 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya) - Kegiatan Dana Dekonsentrasi (5 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya) Kegiatan Dana TP (5 hari kerja bulan/ triwulan berikutnya)
(Contact person : Bagian Evaluasi dan Pelaporan Telp / Fax : (021) 7804526) 6.3.2. Sistem Akuntansi Instansi (SAK-SABMN) Berdasarkan UU No. 17 tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan UU No. 1 tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara serta Peraturan Menteri Keuangan No. 59/PMK.06/2005 tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Laporan Pemerintah Keuangan Pusat dan Peraturan Direktur dalam Jenderal rangka Perbendaharaan Nomor Per-51/PB/2008 tentang Pedoman Penyusunan Kementerian/Lembaga pertanggungjawaban keuangan setiap Kementrian Negara/ Lembaga sebagai entitas wajib menyajikan laporan Keuangan (SAK-SIMAKBMN) bulanan, semester dan tahunan laporan dimaksud termasuk laporan Barang Milik Negara. Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan negara, laporan pertanggungjawaban keuangan pemerintah perlu disampaikan tepat waktu dan disusun sesuai dengan Sistem Akutansi Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat.
113
Ditjen
PPHP
sebagai
Unit
Akuntansi
Pembantu
Pengguna
Anggaran/Barang Eselon I (UAPPA-E1/UAPPB-E1) wajib membuat laporan Keuangan gabungan yang meliputi unit eselon I yang bersangkutan dan kantor-kantor vertikal dilingkungannya kepada Menteri/Pimpinan lembaga atasannya yang tersumber dari dana APBN baik itu dana dekonsentrasi maupun dana tugas pembantuan. Agar sistem pelaporan keuangan SAI (SAK-SIMAKBMN) dapat berjalan dengan baik, maka : (1). Setiap satker di tingkat provinsi/ Kab yang mengelola dana PPHP wajib menunjuk seorang petugas khusus yang menangani pelaporan keuangan SAI (SAK-SIMAKBMN) yang dikukuhkan dengan surat keputusan KPA. (2). Setiap satker, pengelolaan dana PPHP agar dapat difasilitasi sekurang-kurangnya 1 (satu) unit P.C Unit dan 1 (satu) unit Note Book/Laptop khusus untuk mendukung pelaporan keuangan. Adapun laporan keuangan Sistem Akuntansi Instansi (SAI) yang wajib disampaikan adalah : Tabel 2. Sistem Akuntansi Keuangan (SAK) : No 1 2 3 4 Jenis Laporan / ADK Neraca LRA CaLK ADK Periode Laporan Bulanan X X X Semesteran X X X X X X X X Tahunan
Tabel 3. Sistem Akuntansi Barang Milik Negara (SABMN) No Jenis Laporan / ADK Periode Laporan
114
Semesteran 1 2 3 4 Laporan Barang Catatan Ringkas Barang Milik Negara (CRBMN) LKB ADK X X X X X X X X
Tahunan
Bagan 6. Kerangka umum pelaporan SAI Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan UAPA/UAPB
Sebagai
kelengkapan
Laporan
barang
(SIMAKBMN)
wajib
115
pengadaan barang belanja modal, belanja sosial, antara penyedia barang/jasa dengan pengguana/satker yang bersangkutan. Untuk efektivitas dan kualitas pelaporan barang (SIMAK BMN) di UAPPB-E1 (Ditjen PPHP). Wajib mengumpulkan data laporan ADK (Arsip data Komputer) dari tingkat Satker Dekon/TP untuk memperbaiki laporan SIMAKBMN Semester I, II dan tahunan. Mekanisme pelaporan SAI Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan seperti pada Error! Reference source not found.. Penyerahan laporan dapat disampaikan melalui fax / email, pos, website, telp ke alamat / contac person : Evaluasi : Bag. Evaluasi : Telp / Fax : 021-7816185, 021-7804526 Email Simonev : simonevp2hp@yahoo.com Kontak Person : Asti Email Maria Nunik Email Email Ernawati : 08128081805 : asti.sumanti@yahoo.co.id : 08129393028 : marianunik@yahoo.com : hmugi@ymail.com : 085719533881 Sekretaris Ditjen PPHP (Cq Bagian Evaluasi dan Pelaporan) Kanpus Kementerian Pertanian, Gd D. Lt 2 Jl. Harsono RM no.3, Ragunan Jakarta Selatan SAI : Ditjen Pengolaan danPemasaran Hasil Pertanian
Alamat Surat :
116
Cq Bagian Keuangan dan Perlengkapan. Jl. Harsono RM no.3, Ragunan Pasar Minggu Jakarta Selatan, Gd D Lantai 1 Email : sak_pphp@yahoo.com (SAK) bmnpphp@yahoo.com (SIMAK BMN) Telp / Fax : 021 78837034 Absensi Laporan SAI (SAK dan SIMAK-BMN) dapat dilihat melalui website hppt://agribisnis.deptan.go.id Pelaksana SAK : Rini Suminar Mainanto Ricky Mondosa Aldo Yanti : : : : : 0818 924364 021 94991556 0856 95277993 0815 86119646 0857 14103546
Pelaksana SIMAK BMN Mulyo Basuki Hari Yudanto Amaliyati : : : 0857 8203217 0813 10222251 0815 9048867
6.3.3. Penerapan Sanksi Dalam Pelaksanaan Dana Dekonsentrasi dan DanaTugas Pembantuan Sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 156/PMK.07/2008 Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan (pasal 48 dan seterusnya) SKPD (Satuan Kerja Perangkat Daerah) penerima Dana Dekonsentrasi dan Tugas Pembantuan lalai atau tidak penyampaian laporan pertanggungjawaban pelaksanaan dana dimaksud kepada kementerian/lembaga dikenakan sanksi berupa penundaan pencairan dan/atau penghentian alokasi pendanaan.
117
Sanksi penundaan pencairan sebagaimana dimaksud diatas dikenakan kepada SKPD apabila tidak melakukan rekonsiliasi laporan keuangan dengan Kantor Pelayanan Perbedaharaan Negara (KPPN) dan Rekonsiliasi barang milik negara dengan Kantor Pelayanan Kekayaan Negara dan Lelang (KPKNL) setempat sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai sistem akuntani dan pelaporan keuangan pemerintah pusat. Pengenaan SKPD sanksi dari penundaan kewajiban pencairan menyampaikan dimaksud laporan tidak Dana membebaskan
Dekonsentrasi dan / atau Dana Tugas Pembantuan. Penghentian pembayaran dalam tahun berjalan dapat dilakukan apabila : SKPD tidak menyampaikan laporan keuangan triwulan kepada kementerian / lembaga yang memberikan Dana dekonsentrasi dan / atau Dana Tugas Pembantuan secara berturut-turut 2 (dua) kali dalam tahun anggaran berjalan dan atau ditemukan adanya penyimpangan dari hasil pemeriksanaan Badan Pemeriksanaan Keuangan, Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan, Inspektorat Jenderal Kementian / lembaga yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya. Untuk melaksanakan penghentian pembayaran sebagaimana dimaksud diatas setelah berkoordinasi dengan Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian/Lembaga pembayaran dana. menetapkan Surat Surat Keputusan penghentian dimaksud Keputusan penghentian dana
disampaikan kepada Direktur Jenderal Perbendaharaan dengan tembusan kepada Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan. Kementerian/Lembaga tidak diperkenankan mengalokasikan Dana Dekonsentrasi dan/atau Dana Tugas Pembantuan untk tahun berikutnya
118
pelaksanaan kegiatan tahun sebelumnya yang telah ditetapkan, tidak pernah menyampaikan laporan keuangan dan barang sesuai ketentuan yang berlaku pada tahun anggaran sebelum dan/atau melakukan penyimpangan sesuai hasil pemeriksanaan Badan Pemeriksa Keuangan. Badan Pengawas Keuangan dan Pembangunan Inspektorat Jenderal Kementerian/Lembaga yang bersangkutan atau aparat pemeriksa fungsional lainnya.
119
Bab
PENUTUP
Pembinaan di bidang pengolahan dan pemasaran hasil pertanian melibatkan aspek yang sangat luas dan terkait dengan kewenangan instansi lain didalam dan diluar lingkup Kementerian Pertanian. Oleh karena itu, kerjasama yang harmonis lintas instansi sangat dibutuhkan. Dukungan para pelaku usaha agribisnis, pemerintah daerah dan masyarakat luas yang merupakan komponen utama didalam sistem agribisnis sangat dibutuhkan. Melalui kerjasama yang efektif dan bersifat saling mendukung diharapkan program-program yang telah dirumuskan dapat direalisasikan dan mencapai tujuan serta sasaran yang telah ditetapkan. Pedoman ini bersifat umum, karena itu masih perlu dijabarkan lebih lanjut ke dalam petunjuk kegiatan yang lebih operasional berdasarkan anggaran kinerja dalam Petunjuk Teknis (Juknis) ataupun Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) yang diterbitkan oleh direktorat teknis maupun dinas terkait di tingkat provinsi dan kabupaten. Selain itu, pedoman-pedoman lain yang diterbitkan oleh Sekretariat Jenderal Kementerian Pertanian, Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Peternakan juga menjadi referensi tambahan sebagai acuan dalam pelaksanaan kegiatan pengolahan dan pemasaran hasil pertanian sebagai bagian yang tidak terpisahkan dari pembangunan pertanian secara utuh.
120
Sekretariat Direktorat Jenderal Ir. Yasid Taufik, MM Subbag Program DR. Prayudi Syamsuri, M.Si Bagian Perencanaan Ir. Agus Amran, SU Subbag Anggaran
Diah Ismayaninggrum, SE, SP
Direktorat Pengolahan Hasil Pertanian Ir. Nazaruddin, MM Subbag Tata Usaha Drs. Koesyono, MM Seksi Serealia Ir. Budi Lestari
Direktorat Mutu dan Standardisasi Dr. Ir. Gardjita Budi, M Agr. St Subbag Tata Usaha M. Krisna Yuwana, MM Subdit Standardisasi Drh. Theatty Gumbirawati R, MM Subdit Penerapan dan Pengawasan Jaminan Mutu Ir. Andjar Rochani, MM Seksi Tan. Pangan dan Horti Siti Pudjiarti, SP Seksi Bun dan Nak Drh. Lili Darwita, MM Seksi Tan. Pangan dan Horti Siti Noor Jannah, SP Seksi Bun dan Nak Ir. RM Simamora Seksi Tan. Pangan dan Horti Jumiran, SP, MM Seksi Bun dan Nak Yusdianta, SP
Ir. Mapudin, MM Subbag Tata Usaha Andi M Idil Fitri, SE, MM Seksi Analisi Pasar Ofi Nidausoleha, SP Seksi Desiminasi Informasi Pasar Ir. Mochamad Amir, ME Seksi Pemantauan Pasar Oim Abdulrahman, SST, SP Seksi Stabilisasi Harga Tardi Toyib, SP, MM Seksi Sarana Pasar Ir. Novi Suryani
Subbag Tata Usaha Erni Yuliarti, SP Seksi Kemitraan Ir. Siti Bibah Indrajati, MM Seksi Kewirausahaan dan Ekonomi Kreatif Ir. Alfiansyah Seksi Tan. Pangan dan Hortikultura Ir. Niken Wikanti Seksi Perkebunan dan Peternakan Harumi Mungulia A, SP.i, M.Si Seksi Daya Saing Ir. Freddy Abidin
Subbag Tata Usaha Ria Intan, SP Seksi Analisis Ekspor Ir. Resfolidia Seksi Seksi Pengembangan Ekspor Dede Sulaeman, ST, M.Si Seksi Wil. Asia Pasifik dan Amerika Komarudin, SE, M.Sc Seksi Wil. Afrika, Timur Tengah, dan Eropa Ermia Sofiyessi, STP, M.Agr Seksi Regional Drh. Erlina Suyanti, M.Appsc Seksi Multilateral Ir. Aderina Uli Panggabean, M.Agrsc
Subdit Kemitraan dan Kewirausahaan Dr.Akbarsyah Rivai Saad, M.Sc Subdit Investasi
Subbag Kerjasama Ir. Andi Arnida Massusungan, M.Sc Subbag Perbendaharaan Eni Widjajati, SS Subag Akuntansi dan Verifikasi Dra. Rini suminar
Seksi Aneke Kacang dan Aneka Umbi Ir. RR Retno P Seksi Tan. Buah dan Sayuran Ir. Rosita Angraini, MM Seksi Tan. Florikultura dan Tan. Obat Ahmad Syaripudi, SP Seksi Tan. Semusim Ir. Lucyanti Seksi Tan. Tahunan Ir. Suharto
Ir. Ita Istiningdiyah Munardini, MP Subdit Kerjasama dan Harmonisasi Ir. Sri Sulasmi, M.Sc
Seksi Tan. Pangan dan Horti Ir. Emma Edyarti, SKM, MKM Seksi Bun dan Nak Ir. Azril Bahri Subdit Promosi Luar Negeri
Subbag Tata Usaha dan Rumah Tangga Harjono, SH, MM Subbag Data dan Informasi Ahmad Wiroi, S.Kom, MM Subbag Evaluasi Nur Asti Sumanti, S.Pi
Seksi Akses Pasar Ir. Siti Aminah, MM Subdit Kerjasama Komoditi Ir. Ari Agung Prihatin,MM
Kasubbag Tata Usaha Drs. Triyono, MM Seksi Layanan Teknis Ir. Afrizul
AGENDA PERTEMUAN NASIONAL KOORDINASI, BIMBINGAN TEKNIS/PENGAWALAN DAN PROMOSI PPHP TAHUN 2012
SEKRETARIAT No 1 KEGIATAN Penyerahan POK ( 3 wilayah) TEMPAT Padang, Pontianak dan Denpasar WAKTU Januari PENYELENGGARA Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP ALAMAT/CONTACT PERSON Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : anggaranpphp@gmail.com, anggaranpphp@yahoo.com Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : anggaranpphp@gmail.com, anggaranpphp@yahoo.com Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : anggaranpphp@gmail.com, anggaranpphp@yahoo.com Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, email : programpphp@gmail.com Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, programpphp@gmail.com 122 CALON PESERTA Subdit yang menangani PHP di Provinsi dan Bagian Perencanaan Provinsi Subdit yang menangani PHP di Provinsi dan Bagian Perencanaan Provinsi Subdit yang menangani PHP di Provinsi dan Bagian Perencanaan ProvinsI Dinas lingkup Pertanian seIndonesia Dinas lingkup Pertanian seIndonesia
Penyusunan RKAKL
Juli
Finalisasi RKAKL
Oktober
Rapat Kerja Ditjen PPHP Pertemuan Renja Ditjen PPHP Tahun 2014
Februari
November
No 6 7
TEMPAT
PENYELENGGARA Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP Bagian Perencanaan, Sekditjen PPHP Ditjen PPHP bekerjasama dengan Pusdatin Kementan
ALAMAT/CONTACT PERSON Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, Bagian Perencanaan, Telp : (021) 78837929, Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP Telp/ Fax. 021-7804526 Email: simonevp2hp@yahoo.com
Peningkatan Keterampilan Petugas Evaluasi dan Pelaporan (Workshop SIMONEV) Pertemuan Evaluasi Awal Tahun 2011 (4 wilayah) 1) Wilayah Sumatera
Jakarta
Maret/ April
Mei
Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP Telp/ Fax. 021-7804526 Email: simonevp2hp@yahoo.com Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP Telp/ Fax. 021-7804526
Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi serta dari Kab/ Kota pelaksana TP Propinsi Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker
Mei
123
Email: simonevp2hp@yahoo.com
No
WAKTU Mei
ALAMAT/CONTACT PERSON Bag. Evaluasi dan Pelaporan Ditjen PPHP Telp/ Fax. 021-7804526
CALON PESERTA Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi serta dari Kab/ Kota pelaksana TP Propinsi Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi serta dari Kab/ Kota pelaksana TP Propinsi Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi Pejabat yang menangani Bidang PPHP dari Satker Kab/ Kota dan Satker Propinsi
Mei
10
Desember
Email: simonevp2hp@yahoo.com Dinas Peternakan Bag. Evaluasi dan Pelaporan Prop. Sulawesi Ditjen PPHP Selatan Telp/ Fax. 021-7804526 Email: simonevp2hp@yahoo.com Bagian Evaluasi dan Bag. Evaluasi dan Pelaporan Pelaporan, Sekretariat Ditjen PPHP Ditjen PPHP Telp/ Fax. 021-7804526 Email: simonevp2hp@yahoo.com Bagian Evaluasi dan Bag. Evaluasi dan Pelaporan Pelaporan, Sekretariat Ditjen PPHP Ditjen PPHP Telp/ Fax. 021-7804526 Email: simonevp2hp@yahoo.com
11
Workshop SPI
Jakarta
April
124
12
Februari
13
Oktober
Bagian Keuangan dan Perlengkapan, Sekretariat Ditjen PPHP Bagian umum, Sekretariat Ditjen PPHP PENYELENGGARA Direktorat PHP ALAMAT/CONTACT PERSON Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel Telp/Fax : (021) 78837929 Email : subdit_phbun@yahoo.com Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel Telp/Fax : (021) 78837929 Email : subdit_phbun@yahoo.com Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel Telp/Fax : (021) 78837929 Email : subdit_phbun@yahoo.com Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel 125
PPK dan bendahara Satker TP Seluruh lingkup Kementerian Pertanian, Kelautan ,kehutanan dan PEMDA setempat CALON PESERTA Seluruh Dinas Perkebunan Provinsi/Kabupaten
No 14
KEGIATAN Diseminasi Teknologi Pengolahan Hasil Perkebunan Koordinasi pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan (Karet) Koordinasi pengembangan Pengolahan Hasil Perkebunan (Kakao) Pertemuan Nasional STA
WAKTU Maret
15
Jambi
Maret
Direktorat PHP
16
Bali
April
Direktorat PHP
17
Bali
Mei
Telp/Fax : (021) 7815880 18 Pertemuan Nasional Pasar Ternak Pertemuan Nasional Pasar Tani Palembang Juni Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar Subdit Sarana dan Kelembagaan Pasar Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880
Propinsi dan Kabupaten Dinas Peternakan Propinsi dan Kabupaten Dinas Pertanian Tanaman Pagan dan Hortikultura Propinsi dan Kabupaten
19
Bandung
September
No 18
TEMPAT Makasar
WAKTU Februari
ALAMAT/CONTACT PERSON Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880
19
Bandung
Maret
20
Mataram - NTB
21
Batam - Kepri
Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Direktorat Pasdom Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 126
No 1.
TEMPAT Bandung
WAKTU Maret
PENYELENGGARA Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Pemasaran Domestik Direktorat Pemasaran Domestik
2.
Pertemuan Koordinasi Pembina PIP Pertemuan Koordinasi Petugas PIP TPH Pertemuan Koordinasi Petugas PIP Perkebunan Pertemuan Koordinasi Petugas PIP Peternakan Workshop Analisis Pemasaran
Mataram - NTB
Minggu III bulan Februari Minggu III bulan Maret Minggu IV bulan Maret Minggu II April Minggu II Mei
3.
Batam - Kepri
4.
5.
6.
ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Direktorat Pasdom Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Informasi Pasar Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 127
7.
Surabaya
Juli
Kasubdit Informasi Pasar Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 78852571 KasubditPemantauan Pasar dan Stabilisasi Harga Informasi Pasar
No 8.
PENYELENGGARA Direktorat Pemasaran Domestik dan Dinas Pertanian TPH Prov Jabar
ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Jl. Surapati No. 71 Bandung Telp/Fax : (022) 2500713 Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, Jl. Harsono RM No. 3 Ragunan Jaksel Telp/Fax : (021) 7815880 Kasubdit Sarana dan Kelembagaan Pasar, 128
9.
Fasilitasi Pengembangan dan Pengelolaan Saran Pemasaran Fasilitasi Pengembangan dan Pengelolaan Kelembagaan Pemasaran
Bogor - Jabar
10.
Bogor - Jabar
11.
Denpasar - Bali
12.
Palembang Sumsel
Minggu III bulan Maret 2012 (tentative) Minggu I bulan Maret (tentative)
Dinas Pertanian TPH Prov Bali Dinas Pertanian TPH dan Horti Prov. Sumsel
Jl. WR Supratman No. 51 Denpasar bali Telp/fax : (0361)228716/231967 Jl. Kapten Tendean No. 137 Palembang Sumsel Telp/fax : (0711) 352373/250741
Pembina Provinsi, Kab/kota Pengelola STA Pembina Provinsi, Kab/kota Pengelola Pasar Ternak
MUTU DAN STANDARDISASI No KEGIATAN TEMPAT 1. Sosialisasi Mutu dan Standardisasi Pertemuan Teknis Penerapan Jaminan Mutu Pertemuan Teknis Pengawasan Jaminan Mutu Bulan Mutu Pertemuan evaluasi Pelaksanaan dekon Sumatera Barat, Jawa timur, Sulawesi Selatan Sulut Jogja Batam Bali
WAKTU April Minggu 1, Mei Minggu 1, Juni Minggu 1 Februari 2011 Mei 2011 Oktober 2011 November 2011
PENYELENGGA RA Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi
ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit standardisasi Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit standardisasi Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 129
CALON PESERTA Pembina Mutu (pusat ,Prov) Pelaku usaha , Fungsional Penerima Dekon dan TP 2012 Dinas Lingkup Pertanian Se indonesia Dinas Lingkup Pertanian Se indonesia Penerima dekon dan TP 2012
2. 3. 4. 5.
6. 7. 8. 9.
Sumut,Jawa tengah,NTB Sulteng, Sulsel, Sumbar Lampung, Bali Jambi, Sumsel, Kalteng, Kaltim
Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi
Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
Penerima dekon dan TP Penerima dekon dan TP Penerima dekon dan TP Sumbar,Jambi,riau,Sumut,Sum sel,Sumbar,Sumut Aceh,Kabar,kalteng ,Kalsel, Kaltim
KEGIATAN Penerapan Bokar Pengawasan Tanaman Pangan dan Horti Evaluasi Dekon dan TP Kopi dan Kakao Tahun 2012
PENYELENGGAR A Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi Direktorat Mutu dan Standardisasi
ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit PPJM
CALON PESERTA Kalimantan dan Sumatera Dinas lingkup Pertanian Peberima dekon dan TP kako dan kopi
130
No 1.
TEMPAT DIY
WAKTU Juli
No 1.
TEMPAT Chiang Mai Thailand Bangkok Thailand Nuremberg Jerman Kuala Lumpur -
WAKTU 14 Desember 2011 - 15 Maret 2012 8-10 Febuari 2012 15 18 Febuari 2012 4-7 April
PENYELENGGARA Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha
ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 131
2 3 4
Ildex 2012
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
Halal Showcase (MIHAS) 2012 5 Specialty Coffee Association of America (SCAA) 2012 6 Salon International de Lagriculture Au Maroc 2012
2012
dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
No 7
PENYELENGGARA Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi
ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri
8 9
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
132
2012 10 World Tea Expo 2012 11 Saudi Agriculture 2012 12 13 Halal And Healthy Product Fair 2012 Triestexpresso Expo 2012 Las Vegas, Nevada Amerika Serikat Riyadh - Arab Saudi Istambul -Turki Trieste - Italia 23 - 26 September 2012 13-16 Oktober 2012 25-27 Oktober 2012 1-3 Juni 2012 Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
133
Pedoman Umum PPHP 2011 No 14 15 16 PENYELENGGARA Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi Direktorat Pengembangan Usaha dan Investasi ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri Jl Harsono RM No 3 Ragunan Telp.. 021 -7815881 Kasubdit Promosi Luar Negeri CALON PESERTA Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian Pelaku usaha, Dinas Lingkup pertanian
Caf Show 2012 The 32nd India International Trade Fair 2012
17
18
Jawa Barat November 2012 Asia (China) / Timur Tengah (Uni Arab) Juni - Juli 2012
19
Temu Usaha
134
No 1
TEMPAT Jakarta
WAKTU
PENYELENGGA RA Dit Pengembangan Usaha dan Investasi Dit Pengembangan Usaha dan Investasi Dit Pengembangan Usaha dan Investasi
ALAMAT/CONTACT PERSEN Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri Jl. Harsono RM No.3 Ragunan, Pasar Minggu Telp / Fax (021) 78833938, Kasubdit Promosi Investasi Dalam Negeri
CALON PESERTA Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta
Surabaya
Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta Instans Pemerintah (pusat, Prop, Kab/kota), BUMN, BUMD, Swasta
Batam
135