Вы находитесь на странице: 1из 10

Organisasi Otonom (Ortom) Muhammadiyah ialah organisasi atau badan yang dibentuk oleh Persyarikatan Muhammadiyah yang dengan

bimbingan dan pengawasan, diberi hak dan kewajiban untuk mengatur rumah tangga sendiri, membina warga Persyarikatan Muhammadiyah tertentu dan dalam bidang-bidang tertentu pula dalam rangka mencapai maksud dan tujuan Persyarikatan Muhammadiyah. 1.Aisyiyah adalah sebuah gerakan perempuan Muhammadiyah yang lahir hampir bersamaan dengan lahirnya organisasi Islam terbesar diIndonesia ini. Dalam kiprahnya hampir satu abad di Indonesia,saat ini Aisyiyah telah memiliki 33 Pimpinan Wilayah Aisyiyah(setingkat Propinsi), 370 Pimpinan Daerah Aisyiyah (setingkatkabupaten), 2332 Pimpinan Cabang Aisyiyah (setingkatKecamatan) dan 6924 Pimpinan Ranting Aisyiyah (setingkat Kelurahan). Selain itu, Aisyiyah juga memiliki amal usaha yang bergerak diberbagai bidangyaitu : pendidikan, kesehatan, kesejahteraan sosial, ekonomi dan pemberdayaanmasyarakat. Amal Usaha dibidang pendidikan saat ini berjumlah 4560 yang terdiri dariKelompok Bermain, Pendidikan Anak Usia Dini, TamanKanak-Kanak, Tempat Penitipan Anak, Sekolah Dasar,Sekolah Menengah Pertama, dan lainlain. Sedangkan amal usaha di bidang Kesehatan yang terdiri dariRumah Sakit, Rumah Bersalin, Badan Kesehatan Ibudan Anak, Balai Pengobatan dan Posyandu berjumlah hingga 280 yang tersebar diseluruh wilayah Indonesia. Sebagai gerakan yang peduli dengan kesejahteraan sosial kemasyarakatan, Aisyiyahhingga kini juga memiliki sekitar 459 amal usaha yang bergerak di bidang inimeliputi : Rumah Singgah Anak Jalanan, Panti Asuhan, Dana Santunan Sosial, TimPengrukti Jenazah dan Posyandu. Aisyiyah menyadari, bahwa harkat martabat perempuan Indonesia tidak akanmeningkat tanpa peningkatan kemampuan ekonomi di lingkungan perempuan. Olehsebab itu, berbagai amal usaha yang bergerak di bidang pemberdayaan ekonomi inidiantaranya koperasi, Baitul Maal wa Tamwil, Toko/kios, BU EKA, Simpan Pinjam,home industri, kursus ketrampilan dan arisan. Jumlah amal usaha tersebut hingga 503 buah. Aisyiyah sebagai organisasi perempuan keagamaan terbesar di Indonesia jugamemiliki beragam kegiatan berbasis pemberdayaan masyarakat khususnya penyadaranterhadap kehidupan bermasyarakat muslim Indonesia. Hingga saat ini kegiatan yangmencakup pengajian, Qoryah Thayyibah, Kelompok Bimbingan Haji (KBIH), badanzakat infaq dan shodaqoh serta musholla berjumlah 3785. 2 . Nasyi'atul Aisyiyah (NA)Berdirinya Nasyi'atul Aisyiyah (NA) juga tidak bisa dilepaskankaitannya dengan rentang sejarah Muhammadiyah sendiri yang sangatmemperhatikan keberlangsungan kader penerus perjuangan. Muhammadiyah dalammembangun ummat memerlukan kader-kader yang tangguh yang akan meneruskanestafet perjuangan dari para pendahulu di lingkungan Muhammadiyah.

Gagasan mendirikan NA sebenarnya bermula dari ide Somodirdjo, seorang guruStandart School Muhammadiyah. Dalam usahanya untuk memajukan Muhammadiyah,ia menekankan bahwa perjuangan Muhammadiyah akan sangat terdorong denganadanya peningkatan mutu ilmu pengetahuan yang diajarkan kepada para muridnya, baik dalam bidang spiritual, intelektual, maupun jasmaninya. Gagasan Somodirdjo ini digulirkan dalam bentuk menambah pelajaran praktek kepada para muridnya, dan diwadahi dalam kegiatan bersama. Dengan bantuan Hadjid,seorang kepala guru agama di Standart School Muhammadiyah, maka pada tahun 1919Somodirdjo berhasil mendirikan perkumpulan yang anggotanya terdiri dari pararemaja putra-putri siswa Standart School Muhammadiyah. Perkumpulan tersebutdiberi nama Siswa Praja (SP). Tujuan dibentuknya Siswa Praja adalah menanamkanrasa persatuan, memperbaiki akhlak, dan memperdalam agama. Pada awalnya, SP mempunyai ranting-ranting di sekolah Muhammadiyah yang ada,yaitu di Suronatan, Karangkajen, Bausasran, dan Kotagede. Seminggu sekali anggotaSP Pusat memberi tuntunan ke ranting-ranting. Setelah lima bulan berjalan, diadakan pemisahan antara anggota lakilaki dan perempuan dalam SP. Kegiatan SP Wanitadipusatkan di rumah Haji Irsyad (sekarang Musholla Aisyiyah Kauman). Kegiatan SPWanita adalah pengajian, berpidato, jama'ah subuh, membunyikan kentongan untuk membangunkan umat Islam Kauman agar menjalankan kewajibannya yaitu shalatshubuh, mengadakan peringatan hari-hari besar Islam, dan kegiatan keputrian. Perkembangan SP cukup pesat. Kegiatan-kegiatan yang dilakukannya mulaisegmented dan terklasifikasi dengan baik. Kegiatan Thalabus Sa'adah diseleng-gerakan untuk anak-anak di atas umur 15 tahun. Aktivitas Tajmilul Akhlak diadakanuntuk anak-anak berumur 10-15 tahun. Dirasatul Bannat diselenggarakan dalam bentuk pengajian sesudah Maghrib bagi anak-anak kecil. Jam'iatul Athfal dilaksanakanseminggu dua kali untuk anak-anak yang berumut 7-10 tahun. Sementara itu jugadiselenggarakan tamasya ke luar kota setiap satu bulan sekali. Kegiatan SP Wanita merupakan terobosan yang inovatif dalam melakukan emansipasiwanita di tengah kultur masyarakat feodal saat itu. Kultur patriarkhis saat itu benar- benar mendomestifikasi wanita dalam kegiatan-kegiatan rumah tangga. Para orang tuaseringkali melarang anak perempuannya keluar rumah untuk aktifitas-aktifitas yangemansipatif. Namun dengan munculnya SP Wanita, kultur patriarkhis dan feodaltersebut bisa didobrak. Hadirnya SP Wanita sangat dirasakan manfaatnya, karena SPWanita membekali wanita dan putri-putri Muhammadiyah dengan berbagai pengetahuan dan ketrampilan. Pada tahun 1923, SP Wanita mulai diintegrasikan menjadi urusan Aisyiyah.Perkembangan selanjutnya, yaitu pada tahun 1924, SP Wanita telah mampumendirikan Bustanul Athfal, yakni suatu gerakan untuk membina anak laki-laki dan perempuan yang berumur 4-5 tahun. Pelajaran pokok yang diberikan adalah dasar-dasar keislaman pada anak-anak. SP Wanita juga menerbitkan buku nyanyian berbahasa Jawa dengan nama Pujian Siswa Praja. Pada tahun 1926, kegiatan SPWanita sudah menjangkau cabang-cabang di luar Yogyakarta. Pada tahun 1929, Konggres Muhammadiyah yang ke-18 memutuskan bahwa semuacabang Muhammadiyah diharuskan mendirikan SP Wanita dengan sebutan AisyiyahUrusan Siswa Praja. Pada tahun 1931 dalam Konggres Muhammadiyah ke-20 diYogyakarta diputuskan semua nama

gerakan dalam Muhammadiyah harus memakai bahasa Arab atau bahasa Indonesia, karena cabangcabang Muham-madiyah di luar Jawa sudah banyak yang didirikan (saat itu Muhammadiyah telah mempunyai cabangkurang lebih 400 buah). Dengan adanya keputusan itu, maka nama Siswa Praja Wanitadiganti menjadi Nasyi'atul Aisyiyah (NA) yang masih di bawah koordinasi Aisyiyah. Tahun 1935 NA melaksanakan kegiatan yang semakin agresif menurut ukuran saat itu.Mereka menga-dakan shalat Jum'at bersama-sama, mengadakan tabligh ke berbagaidaerah, dan kursus administrasi. Kegiatan-kegiatan tersebut merupakan aktifitas yangtidak wajar dilaksanakan oleh wanita pada saat itu. Pada Konggres Muhammadiyah ke-26 tahun 1938 di Yogyakarta diputuskan bahwaSimbol Padi menjadi simbol NA, yang sekaligus juga menetapkan nyanyian SimbolPadi sebagai Mars NA. Perkembangan NA semakin pesat pada tahun 1939 dengandiseleng-garakannya Taman Aisyiyah yang mengakomodasikan potensi, minat, dan bakat putri-putri NA untuk dikem-bangkan. Selain itu, Taman Aisyiyah jugamenghimpun lagu-lagu yang dikarang oleh komponis-komponis Muhammadiyah dandibukukan dengan diberi nama Kumandang Nasyi'ah. 2. Ikatan Remaja Muhammadiyah (IRM)Merupakan metamorfosis dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah(IPM) yang berdiri tahun 1961. Interpretasi sejarah bisa jadi berbeda-beda dalam memandang perubahan nama dari IkatanPelajar Muhammadiyah ke Ikatan Remaja Muham-madiyah. Namun, proses sejarahorganisasi ini memang tidak sederhana.Latar belakang berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan latar belakang berdirinya Muhammadiyah sebagai gerakan dakwah Islam amar ma'ruf nahi mungkar yang ingin melakukan pemurnian terhadap pengamalan ajaran Islam, sekaligus sebagaisalah satu konsekuensi dari banyaknya sekolah yang merupakan amal usaha Muhammadiyah untuk membina dan mendidik kader. Oleh karena itulah dirasakan perlu hadirnya Ikatan Pelajar Muhammadiyah sebagai organisasi para pelajar yangterpanggil kepada misi Muhammadiyah dan ingin tampil sebagai pelopor, pelangsung penyempurna perjuangan Muhammadiyah. Jika dilacak jauh ke belakang, sebenarnya upaya para pelajar Muhammadiyah untuk mendirikan organisasi pelajar Muhammadiyah sudah dimulai jauh sebelum IkatanPelajar Muhammadiyah berdiri pada tahun 1961. Pada tahun 1919 didirikan SiswoProjo yang merupakan organisasi persatuan pelajar Muham-madiyah di MadrasahMu'allimin Muhammadiyah Yogyakarta. Pada tahun 1926, di Malang dan Surakarta berdiri GKPM (Gabungan Keluarga Pelajar Muham-madiyah). Selanjutnya pada tahun1933 berdiri Hizbul Wathan yang di dalamnya berkumpul pelajar-pelajar Muhammadiyah. Setelah tahun 1947, berdirinya kantong-kantong pelajar Muhammadiyah untuk beraktivitas mulai mendapatkan resistensi dari berbagai pihak, termasuk dariMuhammadiyah sendiri. Pada tahun 1950, di Sulawesi (di daerah Wajo) didirikanIkatan Pelajar Muhammadiyah, namun akhirnya dibubarkan oleh pimpinanMuhammadiyah setempat. Pada tahun 1954, di Yogyakarta berdiri GKPM yang berumur 2 bulan karena dibubarkan oleh Muhammadiyah. Selanjutnya pada tahun1956 GKPM kembali didirikan di Yogyakarta, tetapi dibubarkan juga olehMuhammadiyah (yaitu Majelis Pendidikan dan Pengajaran Muhammadiyah). SetelahGKPM dibubarkan, pada tahun 1956 didirikan Uni SMA Muhammadiyah yangkemudian merencanakan akan mengadakan musyawarah se-Jawa Tengah. Akan tetapi,upaya ini mendapat tantangan dari Muhammadiyah, bahkan para aktifisnya

diancamakan dikeluarkan dari sekolah Muhammadiyah bila tetap akan meneruskan rencananya.Pada tahun 1957 juga berdiri IPSM (Ikatan Pelajar Sekolah Muhammadiyah) diSurakarta, yang juga mendapatkan resistensi dari Muhammadiyah sendiri. Resistensi dari berbagai pihak, termasuk Muhammadiyah, terhadap upaya mendirikanwadah atau organisasi bagi pelajar Muhammadiyah sebenarnya merupakan refleksisejarah dan politik di Indonesia yang terjadi pada awal gagasan ini digulirkan. Jikamerentang sejarah yang lebih luas, berdirinya IPM tidak terlepas kaitannya dengan sebuah background politik ummat Islam secara keseluruhan. Ketika Partai IslamMASYUMI berdiri, organisasi-organisasi Islam di Indonesia merapatkan sebuah barisan dengan membuat sebuah deklarasi (yang kemudian terkenal dengan DeklarasiPanca Cita) yang berisikan tentang satu kesatuan ummat Islam, bahwa ummat Islam bersatu dalam satu partai Islam, yaitu Masyumi; satu gerakan mahasiswa Islam, yaituHimpunan Mahasiswa Islam (HMI); satu gerakan pemuda Islam, yaitu GerakanPemuda Islam Indonesia (GPII); satu gerakan pelajar Islam, yaitu Pelajar IslamIndonesia (PII); dan satu Kepanduan Islam, yaitu Pandu Islam (PI). Kesepakatan bulatorganisasi-organisasi Islam ini tidak dapat bertahan lama, karena pada tahun 1948 PSIIkeluar dari Masyumi yang kemudian diikuti oleh NU pada tahun 1952. SedangkanMuhammadiyah tetap bertahan di dalam Masyumi sampai Masyumi membubarkan diri pada tahun 1959. Bertahannya Muhammadiyah dalam Masyumi akhirnya menjadi mainstream yang kuat bahwa deklarasi Panca Cita hendaknya ditegakkan demikesatuan ummat Islam Indonesia. Di samping itu, resistensi dari Muhammadiyahterhadap gagasan IPM juga disebabkan adanya anggapan yang merasa cukup denganadanya kantong-kantong angkatan muda Muhammadiyah,seperti Pemuda Muhammadiyah dan Nasyi'atul Aisyiyah, yang cukup bisa mengakomodasikan kepentingan para pelajar Muhammadiyah. Dengan kegigihan dan kemantapan para aktifis pelajar Muhammadiyah pada waktu ituuntuk membentuk organisasi kader Muhammadiyah di kalangan pelajar akhirnya mulaimendapat titik-titik terang dan mulai menunjukan keberhasilanya, yaitu ketika padatahun 1958 Konferensi Pemuda Muhammadiyah Daerah di Garut berusaha melindungiaktifitas para pelajar Muhammadiyah di bawah pengawasan Pemuda Muham-madiyah.Mulai saat itulah upaya pendirian organisasi pelajar Muhammdiyah dilakukan denganserius, intensif, dan sistematis. Pembicaraan-pembicaraan mengenai perlunya berdiriorganisai pelajar Muhammadiyah banyak dilakukan oleh Pimpinan Pusat PemudaMuham-madiyah dengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dengan keputusan konferensi Pemuda Muham-madiyah di Garut tersebut akhirnyadiperkuat pada Muktamar Pemuda Muhammadiyah ke II yang berlangsung padatanggal 24-28 Juli 1960 di Yogyakarta, yaitu dengan memutuskan untuk membentuk Ikatan Pelajar Muhammadiyah (Keputusan II/No. 4). Keputusan tersebut di antaranyaialah sebagai berikut : 1. Muktamar Pemuda Muhammadiyah meminta kepa-da Pimpinan PusatMuhammadiyah Majelis Pendi-dikan dan Pengajaran supaya memberi kesem-patandan memnyerahkan kompetensi pembentukan IPM kepada PP PemudaMuhammadiyah. 2. Muktamar Pemuda Muhammadiyah mengama-natkan kepada PimpinanPusat Muhammadiyah untuk menyusun konsepsi Ikatan Pelajar Muham-madiyah(IPM) dari pembahasan-pembahasan muktamar tersebut, dan untuk segeradilaksanakan setelah mencapai kesepakatan pendapat dengan Pimpinan PusatMuhammadiyah Majelis Pendi-dikan dan Pengajaran.

Kata sepakat akhirnya dapat tercapai antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyahdengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran tentangorganisasi pelajar Muhammadiyah. Kesepakatan tersebut dicapai pada tanggal 15 Juni1961 yang ditandatangani bersama antara Pimpinan Pusat Pemuda Muhammadiyahdengan Pimpinan Pusat Muhammadiyah Majelis Pendidikan dan Pengajaran. Rencana pendirian IPM tersebut dimatangkan lagi dalam Konferensi Pemuda Muhammadiyahdi Surakarta tanggal 18-20 Juli 1961, dan secara nasional melalui forum tersebut IPMdapat berdiri. Tanggal 18 Juli 1961 ditetapkan sebagai hari kelahiran Ikatan Pelajar Muhammadiyah. Perkembangan IPM akhirnya bisa memperluas jaringan sehingga bisa menjangkauseluruh sekolahsekolah Muhammadiyah yang ada di Indonesia. Pimpinan IPM(tingkat ranting) didirikan di setiap sekolah Muhammadiyah. Berdirinya Pimpinan IPMdi sekolah-sekolah Muhammadiyah ini akhirnya menimbulkan kontradiksi dengankebijakan pemerintah Orde Baru dalam UU Keormasan, bahwa satu-satunya organisasisiswa di sekolah-sekolah yang ada di Indonesia hanyalah Organisasi Siswa Intra-Sekolah (OSIS). Sementara di sekolah-sekolah Muhammadiyah juga terdapatorganisasi pelajar Muhammadiyah, yaitu IPM. Dengan demikian, ada dualismeorganisasi pelajar di sekolah-sekolah Muhammadiyah. Bahkan pada KonferensiPimpinan Wilayah IPM tahun 1992 di Yogyakarta, Menteri Pemuda dan Olahraga saatitu (Akbar Tanjung) secara khusus dan implisit menyampaikan kebijakan pemerintahkepada IPM, agar IPM melakukan penye-suaian dengan kebijakan pemerintah. Dalam situasi kontra-produktif tersebut, akhirnya Pimpinan Pusat IPM membentuk team eksistensi yang bertugas secara khusus menyelesaikan permasalahan ini. Setelahdilakukan pengkajian yang intensif, team eksistensi ini merekomendasikan perubahannama dari Ikatan Pelajar Muhammadiyah ke Ikatan Rema ja Muhammadiyah. Perubahan ini bisa jadi merupakan sebuah peristiwa yang tragisdalam sejarah organisasi, karena perubahannya mengandung unsur-unsur kooptasi dari pemerintah. Bahkan ada yang mengang-gap bahwa IPM tidak memiliki jiwa heroismesebagai-mana yang dimiliki oleh PII yang tetap tidak mau menga-kui Pancasila sebagaisatu-satunya asas organisasinya. Namun sesungguhnya perubahan nama tersebut merupakan blessing in disguise (rahmat tersembunyi). Perubahan nama dari IPM ke IRM sebenarnya semakinmemperluas jaringan dan jangkauan organisasi ini yang tidak hanya menjangkau pelajar, tetapi juga basis remaja yang lain, seperti santri, anak jalanan, dan lain-lain.Keputusan pergantian nama ini tertuang dalam Surat Keputusan Pimpinan Pusat IPM Nomor VI/PP.IPM/1992, yang selanjutnya disahkan oleh Pimpinan PusatMuhammadiyah pada tanggal 18 Nopember 1992 melalui Surat Keputusan PimpinanPusat Muham-madiyah Nomor 53/SK-PP/IV.B/1.b/1992 tentang pergantian namaIkatan Pelajar Muhammadiyah menjadi Ikatan Remaja Muhammadiyah. Dengandemikian, secara resmi perubahan IPM menjadi IRM adalah sejak tanggal 18 Nopember 1992.

3. Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Kelahiran IMM tidak lepas kaitannya dengan sejarah perjalananMuhammadiyah, dan juga bisa dianggap sejalan dengan faktor kelahiranMuhammadiyah itu sendiri. Hal ini berarti bahwa setiap hal yang dilakukanMuhammadiyah merupakan perwujudan dari keinginan Muhammadiyahuntuk memenuhi cita-cita sesuai dengan kehendak Muhammadiyahdilahirkan.Di samping itu, kelahiran IMM juga merupakan respond atas persoalan-persoalankeummatan dalam sejarah bangsa ini pada awal kelahiran IMM, sehingga kehadiranIMM sebenarnya merupakan sebuah keha-rusan sejarah. Faktor-faktor problematisdalam persoalan keummatan itu antara lain ialah sebagai berikut (Farid Fathoni, 1990:102) : 1.Situasi kehidupan bangsa yang tidak stabil, pemerintahan yang otoriter dan serbatunggal, serta adanya ancaman komunisme di Indonesia 2.Terpecah-belahnya umat Islam dalam bentuk saling curiga dan fitnah, sertakehidupan politik ummat Islam yang semakin buruk 3.Terbingkai-bingkainya kehidupan kampus (mahasiswa) yang berorientasi padakepentingan politik praktis 4.Melemahnya kehidupan beragama dalam bentuk merosotnya akhlak, dan semakintumbuhnya materialisme-individualisme 5.Sedikitnya pembinaan dan pendidikan agama dalam kampus, serta masih kuatnyasuasana kehidupan kampus yang sekuler 6.Masih membekasnya ketertindasan imperialisme penjajahan dalam bentuk keterbelakangan, kebodohan, dan kemiskinan 7.Masih banyaknya praktek-praktek kehidupan yang serba bid'ah, khurafat, bahkanke-syirik-an, serta semakin meningkatnya misionaris-Kristenisasi 8.Kehidupan ekonomi, sosial, dan politik yang semakin memburuk Dengan latar belakang tersebut, sesungguhnya semangat untuk mewadahi danmembina mahasiswa dari kalangan Muhammadiyah telah dimulai sejak lama.Semangat tersebut sebenarnya telah tumbuh dengan adanya keinginan untuk mendirikan perguruan tinggi Muhammadiyah pada Kongres Seperempat AbadMuhammadiyah di Betawi Jakarta pada tahun 1936. Pada saat itu, Pimpinan PusatMuhammadiyah diketuai oleh KH. Hisyam (periode 1934-1937). Keinginan tersebutsangat logis dan realistis, karena keluarga besar Muhammadiyah semakin banyak dengan putera-puterinya yang sedang dalam penyelesaian pendidikan menengahnya.Di samping itu, Muhammadiyah juga sudah banyak memiliki amal usaha pendidikantingkat menengah.Gagasan pembinaan kader di lingkungan maha-siswa dalam bentuk penghimpunandan pembinaan langsung adalah selaras dengan kehendak pendiri Muhammadiyah,KHA. Dahlan, yang berpesan bahwa"dari kalian nanti akan ada yang jadi dokter,meester, insinyur, tetapi kembalilah kepada Muhammadiyah" (SuaraMuhammadiyah, nomor 6 tahun ke-68, Maret II 1988, halaman 19). Dengandemikian, sejak awal Muhammadiyah sudah memikirkan bahwa kader-kader mudayang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali keMuhammadiyah. meester, insinyur, tetapi

kembalilah kepada Muhammadiyah" (SuaraMuhammadiyah, nomor 6 tahun ke-68, Maret II 1988, halaman 19). Dengandemikian, sejak awal Muhammadiyah sudah memikirkan bahwa kader-kader mudayang profesional harus memiliki dasar keislaman yang tangguh dengan kembali keMuhammadiyah. Tahun 1963 dilakukan penjajagan untuk mendirikan wadah mahasiswaMuhammadiyah secara resmi oleh Lembaga Dakwah Muhammadiyah dengandisponsori oleh Djasman al-Kindi yang saat itu menjabat sebagai Sekretaris PimpinanPusat Pemuda Muhammadiyah. Dengan demikian, Lembaga DakwahMuhammadiyah (yang banyak dimotori oleh para mahasiswa Yogyakarta) inilah yangmenjadi embrio lahirnya IMM dengan terbentuknya IMM Lokal Yogyakarta. Tiga bulan setelah penjajagan tersebut, Pimpinan Pusat Muhammadiyah meresmikan berdirinya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) pada tanggal 29 Syawal 1384Hijriyah atau 14 Maret 1964 Miladiyah. Penandatanganan Piagam Pendirian IkatanMahasiswa Muhammadiyah dilakukan oleh Ketua Pimpinan Pusat Muhammadiyahsaat itu, yaitu KHA. Badawi. Resepsi peresmian IMM dilaksanakan di GedungDinoto Yogyakarta dengan penandatanganan Enam Pene-gasan IMM' oleh KHA.Badawi, yaitu : 1.Menegaskan bahwa IMM adalah gerakan mahasiswa Islam 2.Menegaskan bahwa Kepribadian Muhammadiyah adalah landasan perjuangan IMM 3.Menegaskan bahwa fungsi IMM adalah eksponen mahasiswa dalamMuhammadiyah 4.Menegaskan bahwa IMM adalah organisasi maha-siswa yang sah denganmengindahkan segala hukum, undang-undang, peraturan, serta dasar danfalsafah negara 5.Menegaskan bahwa ilmu adalah amaliah dan amal adalah ilmiah 6.Menegaskan bahwa amal IMM adalah lillahi ta'ala dan senantiasadiabdikan untuk kepentingan rakyat Tujuan akhir kehadiran Ikatan Mahasiswa Muham-madiyah untuk pertama kalinyaialah membentuk akademisi Islam dalam rangka melaksanakan tujuanMuhammadiyah. Sedangkan aktifitas IMM pada awal kehadirannya yang palingmenonjol ialah kegiatan keagamaan dan pengkaderan, sehingga seringkali IMM padaawal kelahirannya disebut sebagai Kelompok Pengajian Mahasiswa Yogya (FaridFathoni, 1990: 102). Adapun maksud didirikannya Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah antara lain adalahsebagai berikut : 1.Turut memelihara martabat dan membela kejayaan bangsa 2.Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam 3.Sebagai upaya menopang, melangsungkan, dan meneruskan cita-cita pendirian Muhammadiyah 4.Sebagai pelopor, pelangsung, dan penyempurna amal usahaMuhammadiyah 5.Membina, meningkatkan, dan memadukan iman dan ilmu serta amaldalam kehidupan bangsa, ummat, dan persyarikatan

Dengan berdirinya IMM Lokal Yogyakarta, maka berdiri pulalah IMM lokal di beberapa kota lain di Indonesia, seperti Bandung, Jember, Surakarta, Jakarta, Medan,Padang, Tuban, Sukabumi, Banjarmasin, dan lain-lain. Dengan demikian, mengingatsemakin besarnya arus perkembangan IMM di hampir seluruh kota-kota universitas,maka dipandang perlu untuk meningkatkan IMM dari organisasi di tingkat lokalmenjadi organisasi yang berskala nasional dan mempunyai struktur vertikal. Atas prakarsa Pimpinan IMM Yogyakarta, maka bersamaan dengan MusyawarahIMM se-Daerah Yogyakarta pada tanggal 11 - 13 Desember 1964 diselenggarakanMusyawarah Nasional Pendahuluan IMM seluruh Indonesia yang dihadiri olehhampir seluruh Pimpinan IMM Lokal dari berbagai kota. Musyawarah Nasionaltersebut bertujuan untuk mempersiapkan kemungkinan diselenggarakannyaMusyawarah Nasional Pertama Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah pada bulan Aprilatau Mei 1965. Musyawarah Nasional Pendahuluan tersebut menyepakati penunjukanPimpinan IMM Yogyakarta sebagai Dewan Pimpinan Pusat Sementara IMM (denganDjazman al-Kindi sebagai Ketua dan Rosyad Saleh sebagai Sekretaris) sampaidiselenggarakannya Musyawarah Nasional Pertama di Solo. Dalam MusyawarahPendahuluan tersebut juga disahkan asas IMM yang tersusun dalam Enam PenegasanIMM', Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga IMM, Gerak Arah IMM, serta berbagai konsep lainnya, termasuk lambang IMM, rancangan kerja, bentuk kegiatan,dan lainlain. 5. Tradisi pencak silat sudah berurat-berakar di kalangan masyarakatIndonesia sejak lama. Sebagaimana seni beladiri di negara-negara lain, pencak silat yang merupakan seni beladiri khas Indonesia memiliki cirikhas tersendiri yang dikembangkan untuk mewujudkan identitas.Demikian pula bahwa seni beladiri pencak silat di Indonesia juga beragam dan memilikiciri khas masing-masing. Tapak Suci sebagai salah satu varian seni beladiri pencak silat juga memiliki ciri khasyang bisa menunjukkan identitas yang kuat. Ciri khas tersebut dikembangkan melalui proses panjang dalam akar sejarah yang dilaluinya.Berawal dari aliran pencak silat Banjaran di Pesantren Binorong Banjarnegara pada tahun1872, aliran ini kemudian berkembang menjadi perguruan seni bela diri di KaumanYogyakarta karena perpindahan guru (pendekarnya), yaitu KH. Busyro Syuhada, akibatgerakan perlawanan bersenjata yang dilakukannya sehingga ia menjadi sasaran penangkapan yang dilakukan rezim kolonial Belanda. Di Kauman inilah pendekar KH.Busyro Syuhada mendapatkan murid-murid yang tangguh dan sanggup mewarisikeahliannya dalam seni pencak silat. Perguruan seni pencak silat ini didirikan pada tahun1925 dan diberi nama Perguruan cik auman yang dipimpin langsung oleh Pendekar M.AWahib dan Pendekar A. Dimyati, yaitu dua orang murid yang tangguh dari KH. BusyroSyuhada. Perguruan ini memiliki landasan agama dan kebangsaan yang kuat. Perguruanini menegaskan seluruh pengikutnya untuk bebas dari syirik (menyekutukan Tuhan) danmengab-dikan perguruan untuk perjuangan agama dan bangsa. Perguruan Cikauman banyak melahirkan pendekar-pendekar muda yang akhirnyamengembangkan cabang perguruan untuk memperluas jangkauan yang lebih luas dengannama Perguruan Seranoman pada tahun 1930. Perkembangan kedua perguruan inisemakin hari semakin pesat dengan pertambahan murid yang cukup banyak. Murid-muriddari perguruan ini kemudian banyak menjadi anggota Laskar Angkatan Perang Sabil(APS) untuk melawan penjajah, dan banyak yang gugur dalam perlawanan bersenjata.

Lahirnya pendekar-pendekar muda hasil didikan perguruan Cikauman dan Seranomanmemungkinkan untuk mendirikan perguruan-perguruan baru, yang di antaranya ialahPerguruan Kasegu pada tahun 1951. Atas desakan murid-murid dari Perguruan Kaseguinilah inisiatif untuk menggabungkan semua perguruan silat yang sealiran dimulai. Padatahun 1963, desakan itu semakin kuat, namun mendapatkan tentangan dari para ulamaKauman dan para pendekar tua yang merasa terlangkahi. Dengan pendekatan yangintensif dan dengan pertimbangan bahwa harus ada kekuatan fisik yang dimiliki ummatIslam menghadapi kekuatan komunis yang melakukan provokasi terhadap ummat Islam,maka gagasan untuk menyatukan kembali kekuatankekuatan perguruan yang terserak kedalam satu kekuatan perguruan dimulai. Seluruh perangkat organisasional dipersiapkan,dan akhirnya disepakati untuk menggabungkan kembali kekuatankekuatan perguruanyang terserak ke dalam satu kekuatan perguruan, yaitu mendirikan Perguruan Tapak Suci pada tanggal 31 Juli 1960 yang merupakan keberlanjutan sejarah dari perguruanperguruan sebelumnya. Pada perkembangan selanjutnya, Perguruan Tapak Suci yang berkedudukan diYogyakarta akhirnya berkembang di Yogyakarta dan daerah-daerah lainnya. Setelahmeletusnya pemberontakan G30 S/PKI, pada tahun 1966 diselenggarakan Konferensi Nasional I Tapak Suci yang dihadiri oleh para utusan Perguruan Tapak Suci yangtersebar di berbagai daerah di Indonesia. Pada saat itulah berhasil dirumuskan pemantapan organisasi secara nasional, dan Perguruan Tapak Suci dikem-bangkan laginamanya menjadi Gerakan dan Lembaga Perguruan Seni Beladiri Indonesia Tapak SuciPutera Muhammadiyah. Dan pada Sidang Tanwir Muham-madiyah tahun 1967, Tapak Suci Putera Muhammadiyah ditetapkan menjadi organisasi otonom di lingkunganMuhammadiyah, karena Tapak Suci Putera Muham-madiyah juga mampu dijadikanwadah pengkaderan Muhammadiyah. Gerakan Kepanduan Hizbul Wathan (disingkat HW) adalah salah satuorganisasi otonom (ortom) di lingkungan Persyarikatan Muhammadiyah.Ortom Muhammadiyah lainnya adalah: 'Aisyiyah, Nasyiatul 'Aisyiyah (NA),Pemuda Muhammadiyah (PM), Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM),Tapak Suci Putera Muhammadiyah, dan Ikatan Pelajar Muhammadiyah(IPM). HW didirikan pertama kali di Yogyakarta pada 1336 H (1918 M) atas prakarsa KHAhmad Dahlan, yang merupakan pendiri Muhammadiyah. Prakarsa itu timbul saat beliauselesai memberi pengajian di Solo, dan melihat latihan Pandu di alun-alunMangkunegaran. Gerakan ini kemudian meleburkan diri ke dalam Gerakan Pramuka pada1961, dan dibangkitkan kembali oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah dengan SK Nomor 92/SK-PP/VI-B/1.b/1999 tanggal 10 Sya'ban 1420 H (18 November 1999 M) dandipertegas dengan SK Nomor 10/Kep/I.O/B/2003 tanggal 1 Dzulhijjah 1423 H (2Februari 2003). HW berasaskan Islam. HW didirikan untuk menyiapkan dan membina anak, remaja, dan pemuda yang memiliki aqidah, mental dan fisik, berilmu dan berteknologi serta berakhlak karimah dengan tujuan terwujudnya pribadi muslim yang sebenar-benarnyadan siap menjadi kader persyarikatan, umat, dan bangsa. Sifat, Identitas, dan Ciri Khas HW.

Sifat HW HW adalah sistem pendidikan untuk anak, remaja, dan pemuda di luar lingkungankeluarga dan sekolah : 1.bersifat nasional, artinya ruang lingkup usaha HW meliputi seluruh wilayah Negara Kesatuan Repulik Indonesia. 2.bersifat terbuka, artinya keanggotaan HW terbuka untuk seluruh lapisanmasyarakat, tanpa membedakan gender, usia, profesi, atau latar belakang pendidikan. Penggolongan keanggotaan HW menurut usia hanyalah untuk membedakan status sebagai peserta didik atau anggota dewasa (pembina). 3.bersifat sukarela, artinya dasar seseorang menjadi anggota HW adalah suka danrela, tanpa paksaan atau tekanan orang lain4.tidak berorientasi pada partai politik, artinya secara organisatoris HW tidak berafiliasi kepada salah satu partai politik dan HW tidak melakukan aktivitas politik praktis. Induk organisasi HW hanyalah Persyarikatan Muhammadiyah. Identitas HW 1.HW adalah kepanduan islami, artinya pendidikan kepanduan yang dilakukan olehHW adalah untuk menanamkan aqidah Islam dan membentuk peserta didik berakhlak mulia. 2.HW adalah organisasi otonom Muhammadiyah yang tugas utamanya mendidik anak, remaja, dan pemuda dengan sistem kepanduan. Ciri Khas Hizbul Watahan Ciri khas HW adalah Prinsip Dasar Kepanduan dan Metode Kepanduan, yang harusditerapkan dalam setiap kegiatan. Pelaksanaannya disesuaikan kepentingan, kebutuhan,situasi, kondisi masyarakat, serta kepentingan Persyarikatan Muhammadiyah. 1. Prinsip Dasar Kepanduan adalah a. pengamalan akidah Islamiyah; b. pembentukan dan pembinaan akhlak mulia menurut ajaranIslam c. pengamalan kode kehormatan pandu. 2. Metode Kepanduan a. pemberdayaan anak didik lewat sistem beregu; b. kegiatan dilakukan di alam terbuka; c. pendidikan dengan metode yang menarik, menyenangkan, dan menantang; d. penggunaan sistem kenaikan tingkat dan tanda kecakapan;e. sistem satuan dan kegiatan terpisah antara pandu putera dan pandu puteri.

Вам также может понравиться