Вы находитесь на странице: 1из 8

OTITIS MEDIA AKUT (OMA) Kasus : Objective.

Several studies have demonstrated that acute otitis media (AOM) in children can be managed without antibiotics. Because children with AOM have traditionally been treated with antibiotics in the United States, there are concerns that parents may not be comfortable with their children being treated with pain control alone. Recently, Cates in England showed that antibiotic usage for AOM could be decreased by prescribing a safety-net antibiotic prescription (SNAP) to be filled if symptoms do not resolve with observation after 48 hours. It is not clear whether a SNAP will be acceptable to parents in other settings such as the United States. The objective of our study was to determine whether parents in the United States find a SNAP for AOM acceptable and whether antibiotic usage could be decreased by its use. Methods. A pediatric practice-based research network in a midwestern community of 1.8 million was the setting for this study. The Cincinnati Pediatric Research Group (CPRG) includes practices in Ohio, Kentucky, and Indiana. Children who were between 1 and 12 years of age and presented to the offices of the CPRG with uncomplicated AOM were eligible for the study. Children were excluded when they had temperature >101.5F, had an ear infection in the past 3 months, showed signs of another bacterial infection, or were toxic appearing. Families were given acetaminophen, ibuprofen, or topical otic anesthetic drops for pain control. They were also given a prescription for an antibiotic and instructed not to fill it unless symptoms either increased or did not resolve after 48 hours. The data were entered directly by investigators via an Internet site. Results. A total of 194 children were enrolled in 11 offices over 12 months; 175 (90%) completed the follow-up interview. The average childs age was 5.0 years. Only 55 (31%) of the 175 who were contacted for follow-up had filled their antibiotic prescription. Compared with their previous experience, parents were overwhelmingly willing to treat AOM with pain medication alone (2 = 111). Seventy-eight percent (95% confidence interval: 71%84%) of parents reported that the pain medication was effective. Sixty-three percent (95% confidence interval: 55%70%) of parents reported that they would be willing to treat future AOM episodes without antibiotics and with pain medication alone. Conclusions. A subset of parents find a safety-net prescription and pain control acceptable in the treatment of AOM, and antibiotic usage can be lowered with this strategy. http://pediatrics.aappublications.org/content/112/3/527.abstract

A. Definisi Otitis Media Akut, otitis media akut adalah peradangan pada telinga tengah yang bersifat akut atau tiba-tiba. Telinga tengah adalah organ yang memiliki penghalang yang biasanya dalam keadaan steril. Tetapi pada suatu keadaan jika terdapat infeksi bakteri pada nasofariong dan faring, secara alamiah teradapat mekanisme pencegahan penjalaran bakteri memasuki telinga tengah oleh ezim pelindung dan bulu-bulu halus yang dimiliki oleh tuba eustachii. Otitis media akut ini terjadi akibat tidak berfungsingnya sistem pelindung tadi, sumbatan atau peradangan pada tuba eustachii merupakan faktor utama terjadinya otitis media, pada anak-anak semakin seringnya terserang infeksi saluran pernafasan atas, kemungkinan terjadi otitis media akut juga semakin sering. Telinga tengah adalah daerah yang dibatasi dengan dunia luar oleh gendang telinga. Daerah ini menghubungkan suara dengan alat pendengaran di telinga dalam. Selain itu di daerah ini terdapat saluran Eustachius yang menghubungkan telinga tengah dengan rongga hidung belakang dan tenggorokan bagian atas. Guna saluran ini adalah:
Menjaga

keseimbangan tekanan udara di dalam telinga dan menyesuaikannya dengan tekanan udara di dunia luar. Mengalirkan sedikit lendir yang dihasilkan sel-sel yang melapisi telinga tengah ke bagian belakang hidung. B. Epidemiologi OMA adalah salah satu infeksi tersering pada anak-anak. Pada beberapa penelitian infeksi ini diperkirakan terjadi pada 25% anak. Lebih sering pada anak-anak Indian Amerika dan Eskimo dibandingkan dengan anak kulit putih, dan paling jarang pada anak kulit hitam. Infeksi umumnya terjadi pada dua tahun pertama kehidupan, sedangkan insiden puncak kedua terjadi pada tahun pertama usia sekolah. Suatu penelitian menunjukkan episode infeksi S.pneumoniae dalam tahun pertama kehidupan telah dilanjutkan dengan berlangsungnya episode OMA berulang, keadaan ini lebih sering ditemukan pada anak laki-laki daripada anak perempuan.

C. Etiologi Kuman penyebab utama OMA ialah bakteri piogenik, seperti Streptokokus hemolitikus, Stafilokokus aureus, Pneumokokus. Selain itu kadang-kadang ditemukan juga Hemofilus influenza, E.coli, Streptokokus anhemolitikus, Proteus vulgaris dan Pseudomonas aurugenosa. Hemofilus influenza sering ditemukan pada anak-anak usia 5 tahun. Selain itu pada OMA pada bayi dapat disebabkan oleh Klamidia trachomatis dan Spesies Klebsiella. Yang perlu diingat pada OMA, walaupun sebagian besar kasus disebabkan oleh bakteri, hanya sedikit kasus yang membutuhkan antibiotik. Hal ini dimungkinkan karena tanpa antibiotik pun saluran Eustachius akan terbuka kembali sehingga bakteri akan tersingkir

bersama aliran lendir. Anak lebih mudah terserang otitis media dibanding orang dewasa karena beberapa hal. a. Sistem kekebalan tubuh anak masih dalam perkembangan. b. Saluran Eustachius pada anak lebih lurus secara horizontal dan lebih pendek sehingga ISPA lebih mudah menyebar ke telinga tengah. c. Adenoid (adenoid: salah satu organ di tenggorokan bagian atas yang berperan dalam kekebalan tubuh) pada anak relatif lebih besar dibanding orang dewasa. Posisi adenoid berdekatan dengan muara saluran Eustachius sehingga adenoid yang besar dapat mengganggu terbukanya saluran Eustachius. Selain itu adenoid sendiri dapat terinfeksi di mana infeksi tersebut kemudian menyebar ke telinga tengah lewat saluran Eustachius. D. Patogenesis Beberapa bakteri tersering penyebab otitis media akut adalah bakteri-bakteri saluran pernafasan bagian atas seperti streptokokus, stafilokokus dan hemofilus influenza. Beberapa perubahan yang terjadi dalam proses terjadinya Otitis media akut. Stadium penyumbatan tuba eustachius, tanda yang khas pada stadium ini adalah penarikan membran timpani pada telinga ke arah dalam akibat tekanan negatif yang ditimbulkan oleh sumbatan Stadium Hiperemis, tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timbani atau seluruh membran timpani. Stadium Supurasi, bengkak yang hebat pada selaput permukaan telinga tengah dan hancurnya sel-sel di dalam telinga tengah menyebabkan cairan yang kental tertimbun di telinga tengah Stadium Perforasi, pecahnya membrane timpani, dan keluar cairan putih Stadium Resolusi, perlahan-lahan membrane timpani akan menyembuh jika robekan tidak terlalu lebar, tetapi jika robekan lebar, stadium perforasi dapat menetap dan berubah menjadi Otitis Media Supuratif Kronik. E. Manifestasi Gejala klinik OMA bergantung pada stadium penyakit serta umur pasien. Pada anak yang sudah dapat berbicara, keluhan utama adalah rasa nyeri didalam telinga, disamping suhu tubuh tinggi, biasanya terdapat riwayat batuk pilek sebelumnya. Pada anak yang lebih besar atau pada orang dewasa, selain rasa nyeri terdapat pula gangguan pendengaran berupa rasa penuh ditelinga atau rasa kurang dengar. Pada bayi dan anak kecil gejala khas OMA ialah suhu tubuh tinggi hingga 39,5C (pada stadium supurasi), anak gelisah, sukar tidur, tiba-tiba anak menjjerit waktu tidur, diare, kejang-kejang dan kadang anak memegang telinga yang sakit. Bila terjadi rupture membrane timpani, maka sekret mengalir keliang telinga, suhu tubuh turun dan anak tertidur tenang. Berikut stadium otitis media akut (OMA) berdasarkan perubahan mukosa tengah, antara lain: 1. Stadium oklusi tuba eustachius

Terdapat gambaran retraksi membrane timpani akibat tekanan negative di dalam telingah tengah. Kadang berwarna normal atau keruh pucat. Efusi tidak dapat dideteksi. Sulit dibedakan dengan otitis media serosa akibat virus atau alergi. 2. Stadium hiperemis (Presupurasi) Tampak pembuluh darah yang melebar di membrane timpani atau seluruh membrane timpani tampak hiperemis serta edema. Secret yang telah terbentuk mungkun masih bersifat eksudat serosa sehingga sukar terlihat. 3. Stadium supurasi Membrana timpani menonjol kea rah telinga luar akibar edema yang hebat pada mukosa telinga tengah dan hancurnya sel epitel superficial serta terbentuknya eksudat purulen dikavum timpani. 4. Stadium perforasi Karena pemberian antibiotik yang terlambat atau virulensi kuman yang tinggi, dapat terjadi rupture membrane timpani dan nanah keluar mengalir dari telinga tengah ke telinga luar. Pasien yang semula gelisah menjadi tenang, suhu badan turun, dan dapat tidur nyenyak. 5. Stadium resolusi Bila membran timpani tetap utuh maka perlahan-lahan akan normal kembali. Bila terjadi perforasi maka secret akan berkurang dan mongering. Bila daya tahan tubuh baik dan virulensi kuman rendah maka resolusi dapat terjadi tanpa pengobatan.

F. Pemeriksaan dan Diagnosis Diagnosis OMA harus memenuhi 3 hal berikut: 1. Penyakitnya muncul mendadak (akut) 2. Ditemukan tanda efusi (pengumpulan cairan di suatu rongga tubuh) di tengah telinga. Efusi di buktikan dengan adanya salah satu diantara tanda berikut: a. Menggembungnya gendang telinga b. Terbatas/tidak adanya gerakan gendang telinga c. Adanya bayangan cairan dibelakang gendang telinga d. Cairan yang keluar dari telinga

3. adanya tanda peradangan telinga tengah seperti: a. kemerahan pada gendang telinga b. nyeri telinga yang mengganggu tidur dan aktivitas normal.

Telinga tengah diperiksa dengan otoskop. Dengan alat ini kita dapat melihat adanya gendang telinga yang menggembung, perubahan warna gendang telinga menjadi kemerahan atau agak kuning dan suram, serta cairan di liang telinga. Jika konfirmasi diperlukan, dapat juga dilakukan otoskop pneumatic, yaitu alat untuk melihat keadaan gendang telinga yang dilengkapi dengan pompa udara kecil sehingga kita dapat menilai respon gendang telinga terhadap perubahan tekanan udara. Pemeriksaan ini meningkatkan sensitivitas diagnosis OMA.

OMA harus dibedakan dari otitis media dengan efusi yang dapat menyerupai OMA. Untuk membedakannya dapat diperhatikan hal-hal berikut. Gejala dan tanda Nyeri telinga, demam, rewel Efusi telinga tengah Gendang telinga suram Gendang yang menggembung Gerakan gendang berkurang Berkurangnya pendengaran + + + +/+ + OMA + +/+ + Otitis media dengan efusi

G. Penatalaksanaan Karena semakin meningkatnya resistensi terhadap ampisilin, maka antibiotic kini dikombinasikan dengan asam klavulanat dan terbukti efektif terhadap bakteri pembentuk beta-laktamase. Kombinasi sefalosporin atau ampisilin dengan asam klavulanat merupakan terapi pilihan terhadap organism yang resisten. Suatu pengganti efektif pada pasien yang alergi penisilin adalah kombinasi sulfisoksazol dengan eritromisin. Semua pengobatan perlu

diberikann sedikitnyya selama 10 hingga 14 hari, dan perlu dilakukan pemeriksaan lanjutan untuk memastikan resolusi lengkap. Disamping terapi antibiotic, tindakan pemanasan dan pemberian analgetik dapat pula meringankan gejala, dan beberapa dokter merepkan tetes telinga anestetik. Pasien diminta kontrol setelah dua hari pengobatan dimulai, bila tidak ada bukti penyembuhan baik secara klinis maupun dari pemeriksaan, maka perlu dilakukan meringotomi untuk mengurangi komplikasi. Terapi bergantung pada stadium penyakitnya. Pengobatan pada stadium awal ditujukan untuk mengobati infeksi saluran napas, dengan pemberian antibiotik, dekongestan lokal atau sistemik, dan antipiretik. 1. Stadium Oklusi: Terapi ditujukan untuk membuka kembali tuba Eustachius sehingga tekanan negatif di telinga tengah hilang. Diberikan obat tetes hidung HCl efedrin 0,25 % untuk anak < 12 tahun atau HCl efedrin 0,5 % dalam larutan fisiologis untuk anak diatas 12 tahun dan dewasa. Sumber infeksi lokal harus diobati. Antibiotik diberikan bila penyebabnya kuman. Stadium Presupurasi: Diberikan antibiotik, obat tetes hidung dan analgesik. Bila membran timpani sudah terlihat hiperemis difus, sebaiknya dilakukan miringotomi. Dianjurkan pemberian antibiotik golongan penisilin atau eritromisin. Jika terjadi resistensi, dapat diberikan kombinasi dengan asam klavulanat atau sefalosporin. Untuk terapi awal diberikan penisilin intramuskular agar konsentrasinya adekuat di dalam darah sehingga tidak terjadi mastoiditis terselubung, gangguan pendengaran sebagai gejala sisa dan kekambuhan. Antibiotik diberikan minimal selama 7 hari. Stadium Supurasi: Selain antibiotik, pasien harus dirujuk untuk melakukan miringotomi bila membran timpani masih utuh sehingga gejala cepat hilang dan tidak terjadi ruptur. Stadium Perforasi: Terlihat sekret banyak keluar, kadang secara berdenyut. Diberikan obat cuci telinga H2O2 3% selama 3-5 hari serta antibiotik yang adekuat sampai 3 minggu. Biasanya sekret akan hilang dan perforasi akan menutup sendiri dalam 7-10 hari. Stadium Resolusi: Membran timpani berangsur normal kembali, sekret tidak ada lagi, dan perforasi menutup. Bila tidak, antibiotik dapat dilanjutkan sampai 3 minggu. Bila tetap, mungkin telah terjadi mastoiditis.

2.

3.

4.

5.

H. Pencegahan Beberapa hal yang tampaknya dapat mengurangi risiko OMA adalah: 1. pencegahan ISPA pada bayi dan anak-anak, 2. pemberian ASI minimal selama 6 bulan, 3. penghindaran pemberian susu di botol saat anak berbaring,

4. dan penghindaran pajanan terhadap asap rokok.4,6 Berenang kemungkinan besar tidak meningkatkan risiko OMA. I. Komplikasi Sebelum ada antibiotika, OMA dapat menimbulkan komplikasi yaitu abses subperiosteal sampai komplikasi yang berat (meningitis dan abses otak). Sekarang setelah ada antibiotika, semua jenis komplikasi itu biasanya didapatkan sebagai komplikasi dari Otitis Media Supuratif Kronis (OMSK). Otitis media kronik ditandai dengan riwayat keluarnya cairan secara kronik dari satu atau dua telinga. Jika gendang telinga telah pecah lebih dari 2 minggu, risiko infeksi menjadi sangat umum. Umumnya penanganan yang dilakukan adalah mencuci telinga dan mengeringkannya selama beberapa minggu hingga cairan tidak lagi keluar. Otitis media yang tidak diobati dapat menyebar ke jaringan sekitar telinga tengah, termasuk otak.Namun komplikasi ini umumnya jarang terjadi. Salah satunya adalah mastoiditis pada 1 dari 1000 anak dengan OMA yangtidak diobati. Otitis media yang tidak diatasi juga dapat menyebabkan kehilangan pendengaran permanen. Cairan di telinga tengah dan otitis media kronik dapat mengurangi pendengaran anak serta menyebabkan masalah dalam kemampuan bicara dan bahasa. Otitis media dengan efusi didiagnosis jika cairan bertahan dalam telinga tengah selama 3 bulan atau lebih.

J. Prognosis otitis media akut adalah dubiaat bonam, biasanya gejala membaik dalam 24 jam dan dapat sembuh dalam 3hari dengan pengobatan yang adekuat

Dapus 1. FKUI 2. Boeis 3. http://cnennisa.files.wordpress.com/2007/08/oma-pat.pdf 4. kapsel

5. patofis corwin 6. http://3rr0rists.net/medical/otitis-media-akut.html

Вам также может понравиться