Вы находитесь на странице: 1из 5

LEARNING OBJECTIVE 1.

Menjelaskan Intususepsi meliputi Etiologi, Patogenesis, Gejala klinis, Diagnosa (teknik analisis), Prognosa, Penanganan (tindakan operatif) dan terapi 2. Mengetahui efek samping dari diare kronis

PEMBAHASAN 1. Intususepsi Intususepsi adalah invaginasi dari satu segmen intestinal (Intususeptum) ke dalam lumen segmen yang berdekatan (intususipiens). Lokasi intususepsi yang paling sering terjadi adalah pada jejunum (jejunojejunalis) dan antara ileum-colon (ileocolis).

Gambar 1. Anatomi intususepsi. Etiologi Kejadian intususepsi sering menjadi ikutan bagi penyakit gastrointestinal seperti enteritis akibat parasit, infeksi parvovirus, keradangan akibat bakteri dan juga akibat dari penelanan benda asing. Riwayat operasi yang memungkinkan terjadinya infeksi sekunder dan adhesia kibat penjahitan yang kurang baik juga dapat mengarah terjadinya intususepsi. Beberapa faktor predisposisi yang berpengaruh anatara lain usia dan ras. Usia di bawah 1 tahun memilik prevalensi lebih tinggi dibanding usia dewasa. Pada ras tertentu seperti anjing gembala jerman dan kucing siam memiliki prevelansi yang lebih tinggi dibandingkan ras lain. Patogenesis Enteritis ataupun penelanan benda asing membuat terjadinya hipermotilitas disertai menurunnya integritas jaringan usus. Hal tersebut dapat meningkatkan gerakan peristaltik

yang dapat dibarengai oleh adanya gerakan anti peristaltik yang arahnya berlawanan pada segmen usus selanjutnya. Ketika kedua gerakan terjadi di segmen yang berdekatan maka segmen proksimal akan membentuk invaginasi ke dalam lumen segmen usus yang lebih distal. Maka, terbentuklah intususepsi yang terdiri atas segmen proksimal sebagai intususeptum dan segmen distal sebagai intususipien. Terbentuknya intususepsi akan mengakibatkan terjadinya obstruksi parsial segmen usus. Obstruksi ini dapat menyebabkan vasa darah pada submukosa dan mesenterium kolaps. Selain itu terjadi juga peningkatan tekanan intraluminal yang dapat membuat dinding usus edematous, sel-sel inteestinal juga dapat mengalami ischemia akibat ketidaklancaran sirkulasi darah pada usus (kongesti). Bila terus menerus terjadi, akan menyebabkan peningkatan turgiditas yang lama kelamaan akan terjadi ekstravasasi darah ke lumen usus maupun keluar dari serosa menuju peritonium. Hal tersebut dapat memacu terjadinya peritonitis dan juga nekrosis pada bagian yang mengalami intususepsi (Fossum, 2007). Perubahan patologi Nekrosis sel epitel intestinum, udema, kongesti dan sianosis, dan pembuluh darah di usus membesar Gejala klinis Gejala yang dapat terinspeksi antara lain sakit abdominal, anoreksia, depresi, diare (intermitten sampai melena bergantung akut atau kronis), muntah yang terkadang diikuti hematemesis. Gejala dehidrasi juga biasanya terjadi diikuti membran mukosa yang anemis (Tilley dkk, 2004). Diagnosis Beberapa hal yang mendasari diagnosis intususepsi antara lain : Anamnesa dan sinyalemen: Ras, usia, riwayat penyakit intestinal, riwayat operasi gejala diare atau muntah Pemeriksaan fisik: Palpasi abdominal disertai rasa sakit dan adanya bentukan seperti sosis yang merupakan loop usus yang menebal akibat intususepsi (terutama intususepsi jejunojenjunal) Radiografi: dengan menggunakan media kontras bubur barium, terjadi daerah radiopaque akibat akumulasi media kontras pada lumen intususeptum dan intususipien. USG: bentukan cincin hiperekogenik dan hipoekogenik akibat akumulasi cairan pada proksimal intususepsi Endoskopi: terlihat invaginasi dari lumen intususipien

Pemeriksaan laboratoris: bersifat pendukung, terjadi leukositosis akibat stress, kenaikan PCV, anemia (Fossum, 2007). Differensial diagnosis Obstruksi benda asing, volvulus, torsi, adhesi, tumor usus, hematoma, granuloma, abses, malformasi kongenital, laserasi usus atau obstruksi (Merck dan Co, 1986). Terapi dan penanganan Perbaikan abnormalitas cairan, elektrolit dengan infus secara IV. Enterotomi Persiapan sebelum operasi: a. Makanan tidak boleh diberikan: 12-18 jam sebelum operasi (hewan dewasa) dan 4-8 jam sebelum operasi (hewan muda). b. Laksatif dan enema air hangat. c. Enema 10% povidon iodin yang berfungsi merangsang keluarnya faeces d. Pemberian antibiotik. e. Hewan diberi premedikasi tropin sulfat 0.025% dosis 0,04 mg/kg BB, apabila sudah ada pengaruhnya, maka mukosa mulut tampak kering. Kemudian suntikan kombinasi xylazin 2% dan ketamin HCL 10% dosis 10-15 mg/kg BB secara intramuskuler sesuai dengan dosis. Teknik operasi : Hewan rebah dorsal, incisi caudal midline, cari usus yang mengalami gangguan, sayatan sejajar panjang usus menembus mucosa, bila ada benda asing/ tumor dikeluarkan lalu bagian usus yang melipat direduksi dengan dipotong sehingga bukaan usus besarnya sama lalu bagian disambung di jahit end to end anastomosis dengan pola jahitan lambert/cushing (seromuskuler), penutupan dinding usus dan abdomen dengan pola sederhana menerus atau tunggal (Fossum, 2007).

Gambar 2. Penanganan operasi intususepsi di ileocolis. 2. Efek samping dari diare kronis Diare kronis pada anjing adalah perubahan dari frekuensi, konsistensi dan volume dari faeces yang berlangsung lama hingga lebih dari tiga minggu. Dimulai dari intestinum tenue atau colon, faeces yang keluar dapat berupa (di mana itu sangat cair) atau osmotik (tidak berair), dan karena berbagai penyebab, termasuk pola makan, penyakit, atau infeksi. Diare kronis dapat menyebabkan efek pada tubuh hewan secara serius dan mengancam nyawa hewan. Dehidrasi Colon adalah bagian dari usus besar diantara sekum dan rectum yang berfungsi sebagai tempat penyerapan cairan dari makanan yang sebagian tercerna di saluran pencernaan. Gangguan fungsinya sebagai tempat penyerapan menyebabkan diare kronis dapat mengakibatkan hilangnya cairan sehingga tubuh akan mengalami dehidrasi, dalam kondisi ini kekurangan cairan tubuh dapat mengakibatkan fisiologis tubuh terganggu. Kurangnya cairan didalam usus akan dijumpai radang usus yang disertai dengan konstipasi, dan tinja bersifat kering. Radang usus akut selalu disertai dengan oligouria atau anuria, dan disertai dengan menurunnya nafsu makan, anoreksia total maupun parsial. Pada radang kronik biasanya nafsu makan tidak mengalami perubahan (Nugroho dan Whendrato , 1998). Gejala biasanya berlangsung secara cepat dan menjadi berbahaya dengan periode 8-12 jam dan menimbulkan shock hipovolemik dan hemokonsentrasi eritrosit. Akibat kehilangan cairan yang berlebihan, anjing akan mengalami penurunan berat badan dalam waktu singkat dengan tanda dehidrasi yang mencolok. Dehidrasi yang mencapai lebih dari 10% dapat mengancam kehidupan penderita dalam waktu 1-2 hari dan dapat mengakibatkan kematian karena shock.

Pasien biasanya mengalami depresi dan lemah dan CRT > 2 detik dan tekanan pulsus lemah (bradikardi). Turgor kulit turun yang merefleksikan dehidrasi, palpasi abdomen nyeri dan pembesaran bowel dapat di deteksi. Eksplorasi rectal dapat dijumpai tinja yang berdarah., kadang-kadang demam tapi sering kali suhu tubuh normal atau bahkan subnormal Keseimbangan elektrolit Ketika intestinum gagal untuk menyerap cairan, elektrolit atau mineral yang maih berada di makanan yang telah tercerna keluar dalam diare . Tubuh membutuhkan keseimbangan dari elektrolit untuk memelihara fungsi kimia dari darah, membantu fungsi organ dan aksi otot. Elektrolit utama yang berada dalam tubuh adalah Sodium, pottasium, calcium, magnesium, klorida, fosfat dan karbonat. Rendahnya tingkat dari Sodium, dapat menjadi hyponatremia yang menyebabkan kelemahan otot, seizures, drowsiness dan pusing. Hypokalemia atau rendahnya tingkat potasium dapat menyebabkan rendahnya kadar gula darah dan berefek pada lemahnya otot, lethargi dan kekacauan, untuk memastikan elektrolit tetap seimbang, pastikan ketika terjadi diare kronis utamakan pemberikan fluid terapi. Malnutrisi

Intestinum tenue berfungsi sebagai tempat penyerapan nutrisi. Malfungsi dari usus halus ketika terjadi diare kronis dapat menyebabkan kejadian malnutrisi. (Chandler, 2010)

DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2013 . http://www.pojok-vet.com/penyakit-hewan/gastroenteritis-pada-anjing.html Diakses pada 17 Oktober 2013 Chandler,S . 2010. http://www.livestrong.com/article/185599-the-effects-of-chronicdiarrhea/. Diakses pada 17 Oktober 2013 Merck dan Co., 1986. The Merck Veterinary Manual, Eight Edition, A Merck and RhonePoutene Company. Fossum, T.W., 2007. Small Animal Surgery 3rd ed. Missouri, Mosby Inc. Tilley, L.P., dan Smith, F.W.K., 2004. The 5-Minute Veterinary Consult Canine and Feline Third Edition. Lippincott Williams & Wilkins, Philadelphia.

Вам также может понравиться