Вы находитесь на странице: 1из 2

Gita dan Harapan Pak Darno, Petani Karanganyar Banyak masyarakat Indonesia tidak memiliki harapan muluk soal

masa depan. Pak Darno bisa dianggap masuk dalam golongan ini. Petani lahan garapan di Desa Sukuh, Karanganyar, Jawa Tengah ini hidup sederhana di sebuah rumah kecil berdinding kayu dan beralaskan tanah. Roda kehidupan Darno berputar di sekitar lahan pertanian. Visi dan angan pun bisa dianggap tak jauh melebar dari seputar menyiapkan lahan, menanam, memupuk dan memilihara serta menuai. Namun, sentuhan modernitas dan infiltrasi globalisasi mau tak mau dirasakan juga petani sederhana ini. Pendidikan bagi anak-anak, kebutuhan hidup yang lebih bervariasi, hingga harga pangan dan kehidupan sehari-hari yang di luar kendali mereka sebagai produsen ikut dialami Darno dan rekan-rekannya sesama petani. Kebutuhan-kebutuhan tersebut memunculkan tuntutan untuk dipenuhi, dan itu bukan urusan ringan bagi Pak Darno. Hanya mengandalkan hasil pertanian dan upah kerja sebagai buruh tani sebagai sumber nafkah utama, Pak Darno dan kawan-kawan bak mengharapkan mukjizat untuk bisa keluar dari lilitan pemenuhan standar dasar kehidupan saat ini. Darno cs , oleh Hernando De Soto, ekonom asal Peru, tergolong sebagai orang-orang yang tak mampu keluar dari jerat kemiskinan karena kekayaan yang dipunyai tidak memiliki akses untuk dikapitalisasi. Mereka tidak memiliki properti yang memadai dari sisi legal maupun ekonomi untuk dijadikan modal guna mendukung perubahan nasib. Alhasil, roda kehidupan mereka hanya berputar pada perjuangan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasariah secara susah payah. Tanpa intervensi tangan lain, mereka akan tetap berada dalam kungkungan keterbasan untuk mencapai standar kehidupan memadai dan bisa jadi situasi ini akan berlangsung turun-temurun. Singkat kata, Pak Darno dkk termasuk dalam kelompok masyarakat yang benar-benar membutuhkan perhatian pemerintah. Nasib Pak Darno cukup terbantu dengan kehadiran salah satu petinggi Negara yang berkunjung ke kampung halamannya. Kedatangan Menteri Perdagangan Gita Wiryawan saat itu bertujuan untuk melakukan inspeksi langsung terhadap perkembangan harga pangan di beberapa pasar tradisional yang berada di wilayah Karanganyar, termasuk Pasar Karangpandan dan Kemuning yang bisa diakses langsung Pak Darno. Gita sadar bahwa Pak Darno dkk mungkin tidak menyadari kenaikan harga salah satu barang bisa berefek pada kenaikan harga pangan lainnya. Selanjutnya, level inflasi yang meningkat akan ikut terimbas dan ujung-ujungnya masyarakat seperti Pak Darno lah yang akan menanggung beban ekonomi yang semakin berat. Menteri lulusan Harvard ini memahami, masyarakat sederhana seperti Pak Darno hanya bisa pasrah dengan fluktuasi harga kebutuhan pangan yang sedang terjadi dan berada di luar kendali mereka. Untuk itulah Gita melakukan blusukan hingga ke pasar-pasar yang letaknya terhitung jauh dari pusat pemerintahan. Intervensi Gita berbuah berkah bagi Pak Darno. Tanpa diketahui khalayak ramai, tanpa publikasi besarbesaran, Menteri Perdagangan memilih untuk menginap di rumah warga kurang mampu itu. Tidur beralaskan tanah dan menikmati sajian sarapan sederhana ala petani desa menjadi pengalaman

berharga bagi mantan Kepala Investment Banking JP Morgan Indonesia itu. Meminjam Pemikiran Dietrich Boenhoffer, Gita tetap menjejakkan kakinya di tanah, menikmati situasi hidup terbatas warga kurang mampu untuk mengenal situasi riil yang menjadi kebutuhan masyarakat banyak, sebelum mengangkat kepala dan berjalan menuju tujuan yang lebih tinggi. Bagi Gita, pijakan pada kondisi riil masyarakat menjadi panduan untuk berpikir dan mencari solusi atas masalah-masalah konkret yang sedang berlangsung maupun yang perlu diantisipasi. Sebagaimana dikatakan Henry Truman, Presiden AS ke-33, Gita menyadari bahwa perubahan terjadi ketika pemimpin yang berani dan mumpuni menangkap peluang untuk mengubah sesuatu menjadi lebih baik. Didorong oleh keberanian untuk menyelami dan mengidentifikasi kebutuhan masyarakat sederhana, Gita memahami tanggung jawabnya untuk menstabilkan harga kebutuhan pangan dan mengawasi langsung hingga ke pasar-pasar tradisional. Dengan cara inilah mantan Kepala BKPM ini berupaya untuk mengubah standar kehidupan masyarakat menjadi lebih layak. Kunjungan seorang menteri menjadi blessing in disguise atau berkah yang tak disangka-sangka bagi Pak Darno dan warga sekitar. Tak berlebihan pula bila Pak Darno cs menaruh harapan besar bahwa Gita bisa menjadi pemimpin mereka di masa depan. Harapan Pak Darno adalah harapan orisinil warga sederhana yang terlepas dari segala gonjang-ganjing dan kepentingan politik nasional. Harapan Pak Darno adalah harapan warga yang ingin pemimpin mereka adalah figur yang mau meninggalkan kemewahan dan privelese jabatan untuk menghampiri warga. Jauh dari pusat percaturan politik Negara ini, harapan Pak Darno tak muluk-muluk, yakni munculnya sosok pemimpin yang mampu menyapa warga dan mencari solusi atas persoalan mereka.

Вам также может понравиться