Вы находитесь на странице: 1из 4

1 coitco | oioo

Pengertian
Bayi tabung atau pembuahan in vitro (bahasa Inggris: in vitro fertilisation) adalah sebuah teknik
pembuahan dimana sel telur (ovum) dibuahi di luar tubuh wanita.
Prosesnya terdiri dari mengendalikan proses ovulasi secara hormonal, pemindahan sel telur dari
ovarium dan pembuahan oleh sel sperma dalam sebuah medium cair. Teknologi ini dirintis oleh P.C
Steptoe dan R.G Edwards pada tahun 1977.
Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
(Q.S. Al-Isra : 36)
teknologi bayi tabung ini ditangani oleh orang-orang yang kurang beriman dan bertaqwa, dikhawatirkan
dapat merusak nilai-nilai agama, moral, dan budaya bangsa, serta akibat-akibat yang negatif lainnya
yang tidak terbayangkan oleh kita sekarang ini. Sebab apa yang bisa dihasilkan dengan teknologi, belum
tentu bisa diterima dengan baik menurut agama, etika, dan hukum yang hidup di masyarakat.
Hal ini terbukti dengan misalnya timbulnya kasus bayi tabung di Amerika Serikat, di mana ibu titipannya
bernama Mary Beth Whitehead dimeja hijaukan, karena tidak mau menyerahkan bayinya kepada
keluarga William Stern sesuai dengan kontrak. Dan setelah melalui proses peradilah yang cukup lama,
akhirnya Mahkamah Agung memutuskan, keluarga Mary harus menyerahkan bayi tabungnya kepada
keluarga William sesuai dengan kontrak yang dianggap sah menurut hukum di sana.
Ada beberapa teknik inseminasi buatan yang telah dikembangkan di dunia kedokteran, antara lain ialah
1. Fertilazation in Vitro (FIV) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri kemudian diproses di
vitro (tabung), dan setelah terjadi pembuahan, lalu ditransfer di rahim istri.
2. Gamet Intra Felopian Tuba (GIFT) dengan cara mengambil sperma suami dan ovum istri, dan setelah
dicampur terjadi pembuahan, maka segera ditanam di saluran telur (tuba palupi).
Teknik kedua ini lebih alamiah dari pada teknik pertama, sebab sperma hanya bisa membuahi ovum di
tuba palupi setelah terjadi ejakulasi (pancaran mani) melalui hubungan seksual.
Majelis Tarjih Muhammadiyah dalam muktamarnya tahun 1980 mengharamkan bayi tabung
dengan donor sperma. Lembaga Fiqh Islam OKI (Organisasi Konferensi Islam) mengadakan sidang di
Amman pada tahun 1986 untuk membahas beberapa teknik inseminasi buatan / bayi tabung, dan
mengharamkan bayi tabung dengan sperma dan/atau ovum donor. Vatikan secara resmi tahun 1987 telah
mengecam keras pembuahan buatan, bayi tabung, ibu titipan, dan seleksi jenis kelamin anak, karena
dipandang tak bermoral dan bertentangan dengan harkat manusia. Kemudian Kartono Muhammad, Ketua
IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memberi informasi, bayi tabung pertama Indonesia yang diharapkan lahir di
Indonesia sekitar bulan Mei yang akan datang ditangani oleh dokter-dokter Indonesia sendiri. Ia
mengharapkan agar masyarakat Indonesia bisa memahami dan menerima bayi tabung dengan syarat sel
sperma dan ovum dari suami istri sendiri.
2.2 Hukum Bayi Tabung / Inseminasi Buatan Menurut Islam
Kalau kita hendak mengkaji masalah bayi tabung dari segi hukum Islam, maka harus dikaji dengan
memakai metode ijtihad lajim dipakai oleh para ahli ijtihad, agar ijtihadnya sesuai dengan prinsip-prinsip
dan jiwa Al-Quran dan Sunah yang menjadi pegangan umat Islam.
Bayi tabung / inseminasi buatan apabila dilakukan dengan sel sperma dan ovum suami istri sendiri
dan tidak ditransfer embrionya ke dalam rahim wanita lain termasuk istrinya sendiri yang lain (bagi suami
yang berpoligami), maka Islam membenarkan, baik dengan cara mengambil sperma suami, kemudian
disuntikkan ke dalam vagina atau uterus istri, maupun dengan cara pembuahan dilakukan di luar rahim,
kemudian buahnya (vertilized ovum) ditanam di dalam rahim istri, asal keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukan cara inseminasi buatan untuk memperoleh anak, karena dengan
cara pembuahan alami, suami istri tidak berhasil memperoleh anak. Hal ini sesuai dengan hukum Fiqih
Islam :
Hajat (kebutuhan yang sangat penting itu) diperlukan seperti dalam keadaan terpaksa
(emergency). Padahal keadaan darurat/terpaksa itu membolehkan melakukan hal-hal terlarang.
Sebaliknya, kalau inseminasi buatan itu dilakukan dengan bantuan donor sperma dan atau ovum,
maka diharamkan, dan hukumnya sama dengan zina (prostitusi). Dan sebagai akibat hukumnya, anak hasil
inseminasi tersebut tidak sah dan nasabnya hanya berhubungan dengan ibu yang melahirkannya.
Menurut hemat penulis, dalil-dalil syari yang dapat menjadi landasan hukum untuk mengharamkan
inseminasi buatan dengan donor, ialah sebagai berikut :
1) Al-Quran Surat Al-Isra ayat 70 :
Dan sesungguhnya telah Kami meliakan anak-anak Adam, Kami angkat mereka di daratan dan di
lautan, Kami beri mereka rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka dengan kelebihan yang
sempurna atas kebanyakan makhluk yang telah Kami ciptakan.
Dan Surat Al-Tin ayat 4 :
Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baik bentuk.
Kedua ayat tersebut menunjukkan bahwa manusia diciptakan oleh Tuhan sebagai makhluk yang
mempunyai kelebihan/keistimewaan sehingga melebihi makhluk-makhluk Tuhan lainnya. Dan Tuhan
sendiri berkenan memuliakan manusia, maka sudah seharusnya manusia bisa menghormati martabatnya
2 coitco | oioo
sendiri dan juga menghormati martabat sesama manusia. Sebaliknya inseminasi buatan dengan donor itu
pada hakikatnya merendahkan harkat manusia (human dignity) sejajar dengan hewan yang diinseminasi.
2) Hadits Nabi :
Tidak halal bagi seseorang yang beriman pada Allah dan hari akhir menyiramkan airnya (sperma)
pada tanaman orang lain (vagina istriorang lain). Hadits riwayat Abu Daud, Al-Tirmidzi, dan Hadits ini
dipandang sahih oleh Ibnu Hibban.
Dengan hadits ini para ulama madzhab sepakat mengharamkan sesorang mengawini/melakukan
hubungan seksual dengan wanita hamil dari orang lain yang mempunyai ikatan perkawinan yang sah.
Tetapi mereka berbeda pendapat : apakah sah/tidak seorang pria mengawini wanita hamil dari orang lain
akibat zina? Menurut madzhab Hanbali, wanita tersebut tidak boleh dinikahi oleh pria yang tidak
menghamilinya sebelum lahir kandungannya. Sebab dia itu terkena iddah. Zufar al-Hanafi juga sependapat
dengan madzhab Hanbali. Sedang madzhab Syafii membolehkan wanita hamil tersebut dikawini oleh orang
yang tidak menghamilinya tanpa harus menunggu lahir bayinya, sebab anak yang dikandungnya itu tidak
ada hubungan nasab dengan pria yang berzina yang menghamili ibunya. Karena itu, adanya si janin itu
sama dengan tidak ada, sehingga tidak perlu ada iddah. Sementara Abu Hanifah membolehkan juga
seorang mengawini wanita hamil dari zina dengan orang lain (sah nikahnya), tetapi dengan syarat si pria
yang menjadi suaminya itu untuk sementara tidak boleh melakukan hubungan seksual dengan istrinya
sebelum kandungan lahir.
Menurut hemat penulis, madhab Hanbali yang mengharamkan perkawinan anatara wanita hamil
karena zina dengan pria yang tidak menghamilinya sebelum habis iddahnya (lahir kandungannya) adalah
mengandung hukuman yang cukup berat yang tidak hanya dirasakan oleh si wanita pelaku zina, melainkan
juga oleh keluarganya, lebih-lebih nantinya akan dirasakan oleh si anak yang tidak berdosa akibat ulah
ibunya. Sebaliknya madzhab Syafii yang membolehkan wanita hamil karena zina bisa dinikahi pria lain
tanpa syarat bisa membawa dampak negatif dalam masyarakat, yakni pria dan wanita tidak merasa takut
melakukan hubungan seksual di luar nikah. Sebab kalau terjadi kehamilan, pria dan wanita tersebut bisa
kawin atau wanita tersebut bisa kawin dengan pria lain tanpa menunggu iddah, kecuali kalau keduanya
atau salah seorang dari keduanya masih terikat tali perkawinan dengan orang lain (vide UU No. 1/1974
pasal 9 jo pasal 3 (2) dan pasal 4)
2.3 Tinjauan dari Segi Hukum Perdata Terhadap Inseminasi Buatan (Bayi Tabung)
1. Jika benihnya berasal dari Suami Istri
Jika benihnya berasal dari Suami Istri, dilakukan proses fertilisasi-in-vitro transfer embrio dan
diimplantasikan ke dalam rahim Istri maka anak tersebut baik secara biologis ataupun yuridis mempunyai
satus sebagai anak sah (keturunan genetik) dari pasangan tersebut. Akibatnya memiliki hubungan mewaris
dan hubungan keperdataan lainnya.Jika ketika embrio diimplantasikan ke dalam rahim ibunya di saat
ibunya telah bercerai dari suaminya maka jika anak itu lahir sebelum 300 hari perceraian mempunyai
status sebagai anak sah dari pasangan tersebut. Namun jika dilahirkan setelah masa 300 hari, maka anak
itu bukan anak sah bekas suami ibunya dan tidak memiliki hubungan keperdataan apapun dengan bekas
suami ibunya. Dasar hukum ps. 255 KUHPer.Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang
bersuami, maka secara yuridis status anak itu adalah anak sah dari pasangan penghamil, bukan pasangan
yang mempunyai benih. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250 KUHPer. Dalam hal ini Suami dari
Istri penghamil dapat menyangkal anak tersebut sebagai anak sah-nya melalui tes golongan darah atau
dengan jalan tes DNA. (Biasanya dilakukan perjanjian antara kedua pasangan tersebut dan perjanjian
semacam itu dinilai sah secara perdata barat, sesuai dengan ps. 1320 dan 1338 KUHPer.)
2. Jika salah satu benihnya berasal dari donor
Jika Suami mandul dan Istrinya subur, maka dapat dilakukan fertilisasi-in-vitro transfer embrio
dengan persetujuan pasangan tersebut. Sel telur Istri akan dibuahi dengan Sperma dari donor di dalam
tabung petri dan setelah terjadi pembuahan diimplantasikan ke dalam rahim Istri. Anak yang dilahirkan
memiliki status anak sah dan memiliki hubungan mewaris dan hubungan keperdataan lainnya sepanjang si
Suami tidak menyangkalnya dengan melakukan tes golongan darah atau tes DNA. Dasar hukum ps. 250
KUHPer.
Jika embrio diimplantasikan ke dalam rahim wanita lain yang bersuami maka anak yang dilahirkan
merupakan anak sah dari pasangan penghamil tersebut. Dasar hukum ps. 42 UU No. 1/1974 dan ps. 250
KUHPer.
3. Jika semua benihnya dari donor
Jika sel sperma maupun sel telurnya berasal dari orang yang tidak terikat pada perkawinan, tapi
embrio diimplantasikan ke dalam rahim seorang wanita yang terikat dalam perkawinan maka anak yang
lahir mempunyai status anak sah dari pasangan Suami Istri tersebut karena dilahirkan oleh seorang
perempuan yang terikat dalam perkawinan yang sah.
Jika diimplantasikan ke dalam rahim seorang gadis maka anak tersebut memiliki status sebagai
anak luar kawin karena gadis tersebut tidak terikat perkawinan secara sah dan pada hakekatnya anak
tersebut bukan pula anaknya secara biologis kecuali sel telur berasal darinya. Jika sel telur berasal darinya
maka anak tersebut sah secara yuridis dan biologis sebagai anaknya.
3 coitco | oioo
Dari tinjauan yuridis menurut hukum perdata barat di Indonesia terhadap kemungkinan yang
terjadi dalam program fertilisasi-in-vitro transfer embrio ditemukan beberapa kaidah hukum yang sudah
tidak relevan dan tidak dapat meng-cover kebutuhan yang ada serta sudah tidak sesuai lagi dengan
perkembangan yang ada khususnya mengenai status sahnya anak yang lahir dan pemusnahan kelebihan
embrio yang diimplantasikan ke dalam rahim ibunya. Secara khusus, permasalahan mengenai inseminasi
buatan dengan bahan inseminasi berasal dari orang yang sudah meninggal dunia, hingga saat ini belum ada
penyelesaiannya di Indonesia. Perlu segera dibentuk peraturan perundang-undangan yang secara khusus
mengatur penerapan teknologi fertilisasi-in-vitro transfer embrio ini pada manusia mengenai hal-hal
apakah yang dapat dibenarkan dan hal-hal apakah yang dilarang.
Kasus Inseminasi Buatan di Amerika Serikat
Mary Beth Whitehead sebagai ibu pengganti (surrogate mother) yang berprofesi sebagai pekerja
kehamilan dari pasangan William dan Elizabeth Stern pada akhir tugasnya memutuskan untuk
mempertahankan anak yang dilahirkannya itu. Timbul sengketa diantara mereka yang kemudian oleh
Pengadilan New Jersey, ditetapkan bahwa anak itu diserahkan dalam perlindungan ayah biologisnya,
sementara Mrs. Mary Beth Whitehead (ibu pengganti) diberi hak untuk mengunjungi anak tersebut.
2.4 Pandangan Negara Lain
Negara yang memberlakukan hukum islam sebagai hukum negaranya, tidak diperbolehkan
dilakukannya inseminasi buatan dengan donor dan dan sewa rahim. Negara Swiss melarang pula
dilakukannya inseminasi buatan dengan donor. Sedangkan Lybia dalam perubahan hukum pidananya
tanggal 7 Desember 1972 melarang semua bentuk inseminasi buatan. Larangan terhadap inseminasi
buatan dengan sperma suami didasarkan pada premis bahwa hal itu sama dengan usaha untuk mengubah
rancangan ciptaan Tuhan.
Menurut ketentuan pasal 16 UUK, Anak yang dilahirkan melalui teknik bayi tabung menggunakan
sperma dan ovum dari pasangan suami istri kemudian embrionya ditanamkan kedalam rahim istri, secara
hukum adalah anak sah karena secara biologis anak dari pasangan suami istri (sperma dan ovum dari
pasangan suami istri). Yang mengandung dan melahirkan adalah istri dari suami serta orang tua tersebut
terikat perkawinan yang sah.
Secara keseluruhan, di Indonesia baru sebanyak 10 pusat program bayi tabung yang memiliki izin
resmi. Sebanyak lima pusat pelayanan TRB ada di Jakarta, sisanya tersebar di Bandung, Yogyakarta, dua di
Surabaya dan satu di Bali.
Selain itu, di beberapa negara di dunia, telah terdapat program asuransi yang ditujukan untuk
mengcover proses bayi tabung. Dia menyebutkan negara-negara seperti Amerika Serikat, Australia,
Vietnam dan RRC. Beberapa pemerintah di antara negara tersebut malah memberikan pelayanan TRB
secara cumacuma alias gratis bagi pasangan yang susah mendapatkan anak. Negara sosialis komunis
seperti Vietnam dan China itu malah semua dibayar negara.
3.1 Simpulan
1. Inseminasi buatan dengan sel sperma dan ovum dari suami istri sendiri dan tidak ditransfer embrionya
ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan) diperbolehkan Islam, jika keadaan kondisi suami istri yang
bersangkutan benar-benar memerlukannya (ada hajat, jadi bukan untuk kelinci percobaan atau main-
main). Dan status anak hasil inseminasi macam ini sah menurut Islam.
2. Inseminasi buatan dengan sperma dan/atau ovum donor diharamkan (dilarang keras) Islam. Hukumnya
sama dengan zina dan anak yang lahir dari hasil inseminasi macam ini / bayi tabung ini statusnya sama
dengan anak yang lahir di luar perkawinan yang sah.
3.2 Saran
1. Pemerintah hendaknya melarang berdirinya Bank Nuthfah / Sperma dan Bank Ovum untuk pembuatan
bayi tabung, karena selain bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945, juga bertentangan dengan
norma agama dan moral, serta merendahkan harkat manusia sejajar dengan hewan yang diinseminasi
tanpa perlu adanya perkawinan.
2. Pemerintah hendaknya hanya mengizinkan dan melayani permintaan bayi tabung dengan sel sperma
dan ovum suami istri yang bersangkutan tanpa ditransfer ke dalam rahim wanita lain (ibu titipan), dan
pemerintah hendaknya juga melarang keras dengan anksi-sanksi hukumannya kepada dokter dan siapa
saja yang melakukan inseminasi buatan pada manusia dengan sperma dan/atau ovum donor.

4 coitco | oioo
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Muhammad Daud. 1984. Kedudukan Islam dalam Sistem Hukum Islam . Jakarta : Yayasan Risalah
Zuhdi, Masjfuk. 1989. Masail Fiqhiyah. Jakarta : PT. Inti Idayu Press
www.google.com/Bayi-Tabung-Menurut-Hukum-Islam/29

























Makalah
PANDANGAN HUKUM ISLAM TERHADAP BAYI TABUNG
Disusun untuk Memenuhi Tugas Agama Islam
Dosen Pengampu : Ns. Susana Widyaningsih, S.Kep







Disusun oleh :
Siska Novtalia (22020110120025)
Asmahani Maghfiroh (22020110120027)
Nurul Khusnul Khotimah (22020110120029)






PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS DIPONEGORO
2010

Вам также может понравиться