Вы находитесь на странице: 1из 16

BAB 1 PENDAHULUAN

Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau yang terpisah oleh laut dengan memiliki 33 provinsi sebagai bagian wilayahnya, sehinnga memiliki berbagai perbedaan baik dari suku, budaya, gaya hidup, serta peraturan adat yang digunakan. Gaya hidup antara satu kelompok masyarakat di suatu provinsi akan berbeda dengan gaya hidup kelompok masyarakat di provinsi lain. 1 Hal ini memberikan ciri dan hasil kehidupan yang berbeda-beda dari masing-masing kelompok masyarakat tersebut. Masyarakat yang hidup di pulau Jawa terutama di ibukota negara yaitu Jakarta, sudah sangat terbiasa dengan kehidupan ala modern, berbeda dengan masyarakat pedalaman Kalimantan yang hidup dengan kondisi yang sangat dekat dengan alam. Hal ini juga terlihat langsung terutama dalam kondisi kesehatan.1 Desa Binaan merupakan suatu desa yang digunakan sebagai tempat untuk pengabdian masyarakat dimana dalam kegiatannya dilakukan upaya pembinaan secara efektif, efisien dan berkelanjutan untuk membina warga desa menjadi lebih baik dalam berbagai aspek bidang dalam program kerja.2 Telaah ilmiah ini bertujuan untuk membahas lebih lanjut mengenai desa binaan dan pengembangan daripada desa binaan itu sendiri, termasuk pengembangan dan program kesehatan daripada desa binaan itu sendiri, yang bertujuan untuk menciptakan suatu kemandirian masyarakat desa melalui program desa siaga.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

2.1

Definisi Pengertian desa adalah kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga

yg mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa).3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya, terhitung sejak tanggal ditetapkan sebagai Kepala Desa.4 Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yg dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yg lebih baik.3 Desa Binaan merupakan suatu desa yang digunakan sebagai tempat untuk pengabdian masyarakat dimana dalam kegiatannya dilakukan upaya pembinaan secara efektif, efisien dan berkelanjutan untuk membina warga desa menjadi lebih baik dalam berbagai aspek bidang dalam program kerja.3

2.2

Latar belakang Indonesia merupakan negara kepulauan yang terdiri dari pulau-pulau yang

terpisah oleh laut dengan memiliki 33 provinsi sebagai bagian wilayahnya. Beragam pulau serta provinsi yang ada tentunya memberikan suatu ciri khas yang berbeda pula. Perbedaan itu terletak baik dari suku, budaya, gaya hidup, serta peraturan adat yang digunakan. Gaya hidup antara satu kelompok masyarakat di suatu provinsi akan berbeda dengan gaya hidup kelompok masyarakat di provinsi lain.1 Hal ini akan memberikan ciri dan hasil kehidupan yang berbeda-beda dari masing-masing kelompok masyarakat tersebut, misalnya saja antara masyarakat

yang hidup di pulau Jawa dengan masyarakat di pedalaman Kalimantan. Masyarakat yang hidup di pulau Jawa terutama di ibukota negara yaitu Jakarta, sudah sangat terbiasa dengan kehidupan ala modern, berbeda dengan masyarakat pedalaman Kalimantan yang hidup dengan kondisi yang sangat dekat dengan alam. Hal ini juga terlihat langsung terutama dalam kondisi kesehatan.1 Desa Binaan merupakan suatu desa yang digunakan sebagai tempat untuk pengabdian masyarakat dimana dalam kegiatannya dilakukan upaya pembinaan secara efektif, efisien dan berkelanjutan untuk membina warga desa menjadi lebih baik dalam berbagai aspek bidang dalam program kerja.2 Pada dasarnya program pembangunan ekonomi pedesaan telah berjalan kurang lebih 20 tahun yang lalu, dan program ini telah mampu meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat pedesaan, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha di pedesaan, memberikan nilai tambah kepada perekonomian dan mengentaskan kemiskinan sebagian besar masyarakat di pedesaan. Namun demikian tanpa mengabaikan keberhasilan yang telah dicapainya, perekonomian pedesaan dalam perkembangannya masih menunjukkan kondisi dan kinerja yang masih harus terus diperhatikan dan diperbaiki. Program pembangunan ekonomi pedesaaan yang telah berjalan menunjukkan bahwa terdapat beberapa kelemahan dan keterbatasan program.5 Kelemahan-kelemahan tersebut diantaranya:5 A. Orientasi program umumnya pada peningkatan produksi pertanian primer (on-farm) dan tidak mampu diandalkan untuk meningkatkan pendapatan masyarakat pedesaan secara relatif memadai B. Partisipasi masyarakat dan kelembagaan pedesaan serta pendayagunaan potensi sumberdaya lokal dan wilayah belum menjadi tujuan dan landasan utama program. Untuk membantu memecahkan persoalan di atas dan agar pembangunan perekonomian pedesaan dapat mencapai tujuan secara efektif dan berkesinambungan, maka perlulah dikembangkan suatu Gerakan Desa Binaan.5 Pada masa lalu program pembangunan ekonomi pedesaan dilaksanakan oleh Pemerintah melalui berbagai departemen teknis, seperti Departemen

Pertanian, Departemen Kehutanan, Departemen Koperasi dan PKK, dan lain-lain. Maupun oleh departemen non-teknis seperti Departemen Dalam Negeri, Departemen Keuangan, dan lain-lain. Dalam rangka meningkatkan efektifitas pencapaian tujuan suatu program pembangunan ekonomi pedesaan untuk meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat pedesaan, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha serta mempercepat pengentasan kemiskinan di pedesaan, maka perlu melibatkan seluruh komponen termasuk Perguruan Tinggi dan Pelaku Dunia Usaha serta lembaga-lembaga lainnya.5

2.3

Tujuan Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat

kesehatan yang optimal untuk mencapai suatu kehidupan sosial ekonomi yang produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan kesehatan diberbagai bidang, salah satu upayanya adalah peningkatan kualitas lingkungan melalui pembinaan dan pengembangan desa percontohan kesehatan lingkungan, untuk pengadan, pemanfaatan dan pelestarian air bersih dan pembuangan air limbah serta penyehatan perumahan.6

2.4

Sasaran desa binaan Pada dasarnya setiap wilayah pedesaan mempunyai ciri, karakteristik dan

kondisi yang berbeda-beda. Kondisi ini dibedakan dari ketersediaannya terhadap potensi-potensi baik potensi sumber daya alam, potensi sumber daya manusia dan potensi sumber daya ekonomi. Selain itu juga tersedianya atau kondisi dari sarana dan prasarana yang mendukung perekonomian wilayah tersebut.5 Secara umum perbedaan tersebut dapat juga dikategorikan ke dalam 2 kategori, yang didasarkan pada kriteria sebagaimana diuraikan tersebut diatas. Kategori pertama disebut sebagai Desa Pengembangan dan kategori kedua disebut Pengembangan Desa. Disebut sebagai desa pengembangan, apabila mempunyai ciri dimana potensi-potensi serta fasilitas-fasilitas penunjang perekonomian ketersediaannya sangat minim dan tidak memadai. Sehingga diperlukan upaya

yang lebih ekstra apabila wilayah desa tersebut akan dikembangkan, artinya diperlukan curahan sumber daya yang relatif lebih besar. Sedangkan suatu wilayah dikatakan sebagai pengembangan desa, apabila mempunyai ciri dimana potensi-potensi ekonomi cukup memadai namun masih belum dikembangkan secara maksimal. Kondisi fasilitas penunjang perekonomian sudah ada walaupun kadang-kala masih cukup sederhana, sehingga masih diperlukan penyempurnaan dan revitalisasi.5 Fasilitas tersebut diantaranya adalah sudah adanya sarana dan prasarana transportasi, sudah tersedianya pasar ditingkat desa, dll, namun keberadaannya masih jauh dari sempurna, sehingga perlu penyempurnaan. Wilayah pedesaan dengan kondisi ini masih diperlukan keikutsertaan segenap lapisan masyarakat dalam membantu mempercepat laju pertumbuhan perekonomian wilayah tersebut.5 Dalam gerakan desa binaan, maka kedua desa tersebut merupakan sasaran utama yang perlu untuk dibina dan membutuhkan pembinaan dari segenap lapipsan masyarakat guna menumbuhkan dan mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dengan program gerakan desa binaan di kedua wilayah pedesaan tersebut, maka diharapkan akan meningkatkan kesejahteraan dan pendapatan masyarakat pedesaan, menciptakan kesempatan kerja dan berusaha serta mempercepat pengentasan kemiskinan di pedesaan.5

2.5

Program promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat Merupakan suatu program pemberdayaan individu, keluarga/kelompok,

dan masyarakat termasuk swasta dalam bidang kesehatan agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) sesuai dengan kespesifikan sosial budaya setempat.7 2.5.1 Desa siaga Visi pembangunan nasional tahun 2005-2025 sebagaimana ditetapkan dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional Tahun 2005-2025 adalah

Indonesia yang Mandiri, Maju, Adil dan Makmur. Untuk mewujudkan visi tersebut ditetapkan 8 (delapan) arah pembangunan jangka panjang, yang salah satunya adalah mewujudkan bangsa yang berdaya saing. 8 Untuk mewujudkan bangsa yang berdaya saing, salah satu arah yang ditetapkan adalah mengedepankan pembangunan sumber daya manusia, yang ditandai dengan meningkatnya Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Unsur-unsur penting bagi peningkatan IPM adalah derajat kesehatan, tingkat pendidikan, dan pertumbuhan ekonomi. Derajat kesehatan dan tingkat pendidikan pada hakikatnya adalah investasi bagi terciptanya sumber daya manusia berkualitas, yang selanjutnya akan mendorong pertumbuhan ekonomi dan menurunkan tingkat kemiskinan. Dalam rangka mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggitingginya, pembangunan kesehatan harus diarahkan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang. Oleh sebab itu, pembangunan kesehatan dalam kurun waktu lima tahun ke depan (Tahun 2010-2014) harus lebih diarahkan kepada beberapa hal prioritas.8 Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium Development Goals (MDGs). Dalam MDGs tersebut, kesehatan dapat dikatakan sebagai unsur dominan, karena dari delapan agenda MDGs lima di antaranya berkaitan langsung dengan kesehatan, dan tiga yang lain berkaitan secara tidak langsung. Berkaitan dengan hal tersebut, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan. Namun di samping itu, setiap orang juga tidak luput dari kewajiban-kewajiban di bidang kesehatan.8 Untuk itu, Pemerintah memiliki sejumlah tanggung jawab yang harus dilaksanakannya, yang meliputi tanggung jawab untuk merencanakan, mengatur,

menyelenggarakan, membina, dan mengawasi penyelenggaraan upaya kesehatan yang merata dan terjangkau oleh masyarakat. Pemerintah juga bertanggung jawab untuk memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk upaya kesehatan. Dalam dasawarsa 1970an 1980an, Pemerintah telah berhasil menggalang peran aktif dan memberdayakan masyarakat di bidang kesehatan melalui gerakan Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD). Pada saat itu, seluruh sektor pemerintahan yang terkait, organisasi

kemasyarakatan, dunia usaha, serta para pengambil keputusan dan pemangku kepentingan (stakeholders) lain, bahu-membahu menggerakkan, memfasilitasi, dan membantu masyarakat di desa dan kelurahan untuk membangun kesehatan mereka sendiri. Akan tetapi, akibat terjadinya krisis ekonomi dan faktor-faktor lain, gerakan pemberdayaan masyarakat di bidang kesehatan itu berangsur-angsur melemah. Namun demikian, semangat masyarakat tampaknya tidak hilang sama sekali. Sisa-sisa semangat itu tercermin dari masih bertahannya organisasi Tim Penggerak Pemberdayaan dan Kesejahteraan Keluarga (Tim Penggerak PKK) dari tingkat Pusat sampai ke tingkat Desa/Kelurahan, masih hidupnya gerakan kelompok Dasawisma, dan masih berkembangnya sejumlah Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat (UKBM) di banyak desa dan kelurahan. Walaupun harus menghadapi berbagai kendala, Tim Penggerak PKK masih tetap berjuang menghidupkan Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) di desa dan kelurahan, sehingga saat ini 84,3% desa dan kelurahan memiliki Posyandu aktif.8 Masa kejayaan PKMD itu hendak diulang dan dibangkitkan kembali melalui gerakan pengembangan dan pembinaan Desa Siaga yang sudah dimulai pada tahun 2006. Yaitu dengan ditetapkannya Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 564/Menkes /SK/VIII/2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Pengembangan Desa Siaga. Sampai dengan tahun 2009 tercatat 42.295 desa dan kelurahan (56,1%) dari 75.410 desa dan kelurahan yang ada di Indonesia telah memulai upaya mewujudkan Desa Siaga dan Kelurahan Siaga. Namun demikian, banyak dari antaranya yang belum berhasil menciptakan Desa Siaga atau Kelurahan Siaga yang sesungguhnya, yang disebut sebagai Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif. Hal ini dapat dipahami, karena pengembangan dan pembinaan Desa Siaga

dan Kelurahan Siaga yang menganut konsep pemberdayaan masyarakat memang memerlukan suatu proses.8 Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah bentuk pengembangan dari Desa Siaga yang telah dimulai sejak tahun 2006. Desa atau Kelurahan Siaga Aktif adalah desa atau yang disebut dengan nama lain atau kelurahan, yang: 8 A. Penduduknya dapat mengakses dengan mudah pelayanan kesehatan dasar yang memberikan pelayanan setiap hari melalui Pos Kesehatan Desa (Poskesdes) atau sarana kesehatan yang ada di wilayah tersebut seperti, Pusat Kesehatan Masyarakat Pembantu (Pustu), Pusat Kesehatan Masyarakat (Puskesmas) atau sarana kesehatan lainnya. B. Penduduknya mengembangkan UKBM dan melaksanakan survailans berbasis masyarakat (meliputi pemantauan penyakit, kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan dan perilaku), kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana, serta penyehatan lingkungan sehingga

masyarakatnya menerapkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Berdasarkan pengertian tersebut di atas maka Desa atau Kelurahan Siaga Aktif memiliki komponen: A. Pelayanan kesehatan dasar B. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM dan mendorong upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana i. Pelayanan kesehatan dasar Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan masyarakat. Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit. Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan dari Puskesmas. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa: a. Pelayanan kesehatan untuk ibu hamil

b. Pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui c. Pelayanan kesehatan untuk anak d. Penemuan dan penanganan penderita penyakit. ii. Pemberdayaan masyarakat melalui pengembangan UKBM8 Pemberdayaan masyarakat terus diupayakan melalui pengembangan UKBM yang ada di desa. Kegiatan difokuskan kepada upaya survailans berbasis masyarakat, kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana serta penyehatan lingkungan. Survailans berbasis masyarakat adalah pengamatan dan pencatatan penyakit yang diselenggarakan oleh masyarakat (kader) dibantu oleh tenaga kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa: a. Pengamatan dan pemantauan penyakit serta keadaan kesehatan ibu dan anak, gizi, lingkungan, dan perilaku yang dapat menimbulkan masalah kesehatan masyarakat. b. Pelaporan cepat (kurang dari 24 jam) kepada petugas kesehatan untuk respon cepat. c. Pencegahan dan penanggulangan sederhana penyakit dan masalah kesehatan. d. Pelaporan kematian. Kedaruratan kesehatan dan penanggulangan bencana adalah upaya yang dilakukan oleh masyarakat dalam mencegah dan mengatasi bencana dan kedaruratan kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatan-kegiatannya berupa:

a. Bimbingan dalam pencarian tempat yang aman untuk mengungsi b. Promosi kesehatan dan bimbingan mengatasi masalah kesehatan akibat bencana dan mencegah faktor-faktor penyebab masalah c. Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah/limbah, dan lain-lain) di tempat

pengungsian d. Penyediaan relawan yang bersedia menjadi donor darah e. Pelayanan kesehatan bagi pengungsi.

Penyehatan lingkungan adalah upaya-upaya yang dilakukan oleh masyarakat untuk menciptakan dan memelihara lingkungan desa/kelurahan dan permukiman agar terhindar dari penyakit dan masalah kesehatan, dengan berpedoman kepada petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan. Kegiatankegiatannya berupa: a. Promosi tentang pentingnya sanitasi dasar b. Bantuan/fasilitasi pemenuhan kebutuhan sarana sanitasi dasar (air bersih, jamban, pembuangan sampah dan limbah, dan lain-lain) c. Bantuan/fasilitasi upaya pencegahan pencemaran lingkungan. ii. Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) Masyarakat di Desa atau Kelurahan Siaga Aktif wajib melaksanakan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). PHBS adalah sekumpulan perilaku yang dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, yang menjadikan seseorang, keluarga, atau masyarakat mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) di bidang kesehatan dan berperan aktif dalam mewujudkan kesehatan masyarakat. Yang menjadi salah satu indikator bagi keberhasilan pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif adalah PHBS yang dipraktikkan di tatanan rumah tangga. Akan tetapi untuk mencapai hal tersebut, PHBS harus dipraktikkan di tatanan mana pun pada saat seseorang sedang berada. Selain di tatanan rumah tangga, PHBS harus dikembangkan dan dipraktikkan di tatanan-tatanan institusi pendidikan, tempat kerja, tempat umum dan sarana kesehatan. PHBS yang harus dipraktikkan oleh masyarakat di desa dan kelurahan Siaga Aktif meliputi perilaku sebagai berikut: a. Melaporkan segera kepada kader/petugas kesehatan, jika mengetahui dirinya, keluarganya, temannya atau tetangganya menderita penyakit menular. b. Pergi berobat atau membawa orang lain berobat ke Poskesdes/Pustu/ Puskesmas bila terserang penyakit. c. Memeriksakan kehamilan secara teratur kepada petugas kesehatan. d. Mengonsumsi Tablet Tambah Darah semasa hamil dan nifas (bagi ibu).

10

e. Makan-makanan yang beraneka ragam dan bergizi seimbang (terutama bagi perempuan termasuk pada saat hamil dan menyusui). f. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari. g. Menggunakan garam beryodium setiap kali memasak. h. Menyerahkan pertolongan persalinan kepada tenaga kesehatan. i. Mengonsumsi Kapsul Vitamin A bagi ibu nifas. j. Memberi ASI eksklusif kepada bayinya (0-6 bulan). k. Memberi Makanan Pendamping ASI. l. Memberi Kapsul Vitamin A untuk bayi dan balita setiap bulan Februari dan Agustus. m. Menimbang berat badan bayi dan balita secara teratur serta menggunakan Kartu Menuju Sehat (KMS) atau Buku KIA untuk memantau pertumbuhannya. n. Membawa bayi/anak, ibu, dan wanita usia subur untuk diimunisasi. o. Tersedianya oralit dan zinc untuk penanggulangan Diare. p. Menyediakan rumah dan atau kendaraannya untuk pertolongan dalam keadaan darurat (misalnya untuk rumah tunggu ibu bersalin, ambulan, dan lain-lain). q. Menghimpun dana masyarakat desa untuk kepentingan kesehatan, termasuk bantuan bagi pengobatan dan persalinan. r. Menjadi peserta (akseptor) aktif keluarga berencana. s. Menggunakan air bersih untuk keperluan sehari-hari t. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun u. Menggunakan jamban sehat v. Memanfaatkan UKBM, Poskesdes, Pustu, Puskesmas atau sarana kesehatan lain Untuk mengukur keberhasilan pembinaan PHBS di Rumah Tangga digunakan 10 (sepuluh) perilaku yang merupakan indikator,yaitu: a. Persalinan ditolong oleh tenaga kesehatan b. Memberi ASI eksklusif kepada bayi c. Menimbang berat badan balita

11

d. Menggunakan air bersih e. Mencuci tangan dengan air bersih dan sabun f. Menggunakan jamban sehat g. Memberantas jentik nyamuk h. Mengonsumsi sayur dan buah setiap hari i. Melakukan aktivitas fisik setiap hari j. Tidak merokok di dalam rumah. Di tatanan rumah tangga, Kepala Rumah Tangga harus menjadi panutan dan mendorong anggota rumah tangganya untuk mempraktikkan PHBS. Ia juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan kemudahan bagi

dipraktikkannya PHBS di Rumah Tangga. Di tatanan institusi pendidikan, yaitu di sekolah-sekolah, madrasah, pesantren, seminari, dan sejenisnya, pemilik institusi pendidikan dan para pendidik merupakan panutan dan mendorong anak didiknya dalam

mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk mengupayakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Pendidikan. Di tatanan tempat kerja seperti pabrik, toko, kantor/perusahaan, dan lainlain, pemilik dan pengelola tempat kerja tersebut harus menjadi panutan dan mendorong para pekerja/ karyawannya dalam mempraktikkan PHBS. Pemilik dan pengelola tempat kerja juga wajib menyediakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Tempat Kerja. Di tatanan tempat-tempat umum seperti stasiun, terminal, pelabuhan, bandara, pasar, pertokoan (mal), tempat hiburan, tempat rekreasi/pariwisata, tempat ibadah, dan lain-lain sejenis, pemilik dan pengelola tempat umum harus menjadi panutan dan mendorong para pekerja/karyawan dan pengunjungnya dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk menyediakan sarana dan kemudahan bagi

dipraktikkannya PHBS di Tempat-tempat Umum. Di tatanan institusi kesehatan seperti Pustu, Puskesmas, klinik, rumah sakit, dan lain-lain, pemilik/pengelola dan para petugasnya merupakan panutan dan mendorong pasien dan pengunjung lain dalam mempraktikkan PHBS. Mereka juga bertanggung jawab untuk

12

mengupayakan sarana dan kemudahan bagi dipraktikkannya PHBS di Institusi Kesehatan.

Gambar 2.1

Susunan kelembagaan desa siaga

13

BAB 3 KESIMPULAN

Desa adalah kesatuan wilayah yg dihuni oleh sejumlah keluarga yg mempunyai sistem pemerintahan sendiri (dikepalai oleh seorang kepala desa).3 Berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 76 Tahun 2001, desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki kewenangan untuk mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat berdasarkan asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dalam sistem Pemerintahan Nasional dan berada di daerah kabupaten. Desa dipimpin oleh kepala desa yang dipilih langsung oleh dan dari penduduk desa. Masa jabatan kepala desa adalah 6 tahun dan dapat dipilih kembali hanya untuk satu kali masa jabatan berikutnya, terhitung sejak tanggal ditetapkan sebagai Kepala Desa.4 Pembinaan adalah usaha, tindakan, dan kegiatan yg dilakukan secara efisien dan efektif untuk memperoleh hasil yg lebih baik.3 Desa Binaan merupakan suatu desa yang digunakan sebagai tempat untuk pengabdian masyarakat dimana dalam kegiatannya dilakukan upaya pembinaan secara efektif, efisien dan berkelanjutan untuk membina warga desa menjadi lebih baik dalam berbagai aspek bidang dalam program kerja. Tujuan pembangunan kesehatan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan yang optimal untuk mencapai suatu kehidupan sosial ekonomi yang produktif. Untuk mencapai tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan kesehatan diberbagai bidang, salah satu upayanya adalah peningkatan kualitas lingkungan melalui pembinaan dan pengembangan desa percontohan kesehatan lingkungan, untuk pengadan, pemanfaatan dan pelestarian air bersih dan pembuangan air limbah serta penyehatan perumahan. Merupakan suatu program pemberdayaan individu, keluarga/kelompok, dan masyarakat termasuk swasta dalam bidang kesehatan agar mampu menumbuhkan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) serta mengembangkan Upaya Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) sesuai dengan kespesifikan sosial budaya setempat.7 Pelayanan kesehatan bagi masyarakat di Desa Siaga Aktif atau Kelurahan Siaga Aktif diselenggarakan melalui berbagai UKBM, serta kegiatan kader dan

14

masyarakat. Pelayanan ini selanjutnya didukung oleh sarana-sarana kesehatan yang ada seperti Puskesmas Pembantu (Pustu), Puskesmas, dan rumah sakit. Teknis pelaksanaan pelayanan mengacu kepada petunjuk-petunjuk teknis dari Kementerian Kesehatan dengan pengawasan dan bimbingan dari Puskesmas. Pelayanan kesehatan dasar adalah pelayanan primer, sesuai dengan kewenangan tenaga kesehatan yang bertugas. Pelayanan kesehatan dasar berupa pelayanan kesehatan untuk ibu hamil, pelayanan kesehatan untuk ibu menyusui, pelayanan kesehatan untuk anak, serta penemuan dan penanganan penderita penyakit.

15

DAFTAR PUSTAKA

1.

Ikatan Senat Mahasiswa Farmasi Seluruh Indonesia. Guideline: Desa Binaan. Padang: ISMAFARSI; 2012.

2.

Direktorat Pembelajaran dan Kemahasiswaan. Dirjen Pendidikan Tinggi. Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan. Panduan Penyusunan Proposal Program Hibah Bina Desa Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan; 2013.

3.

Pusat Bahasa. Kementrian Pendidikan Nasional. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Kementrian Pendidikan Nasional; 2010.

4.

Survey Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan. Manual Kuesioner Survey Pelayanan Kesehatan dan Pendidikan 2009. Jakarta: Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan; 2009.

5.

Tim Pembina Desa Fak. Pertanian UPN Veteran Surabaya. Model Pengembangan Desa Binaan. Dalam: Prosiding Seminar dan Ekspose Hasil Penelitian/Pengkajian BPTP Jawa Timur 2010; Surabaya, Indonesia.

6.

Prasetyo, W. Kajian Keadaan Kesehatan Lingkungan Sehubungan dengan Dilaksanakannya Proyek Desa Percontohan Kesehatan Lingkungan di Dusun Pengasih, Desa Pengasih Kabupaten Kulon Progo.

7.

Sembiring, E. Buku Panduan Pelaksanaan Kepaniteraan Klinik Senior Ilmu Kesehatan Masyarakat/ Ilmu Kedokteran Pencegahan/ Ilmu Kedokteran Komunitas. Medan: Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Utara; 2013. Program Pembangunan Kesehatan Provinsi Sumatera Utara Tahun 20092013.

8.

Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Umum Pengembangan Desa dan Kelurahan Siaga Aktif. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI; 2010.

16

Вам также может понравиться