Вы находитесь на странице: 1из 32

BAB I PENDAHULUAN

Rotator

Cuff

merupakan

kelompok

otot

stabilitator

aktif

sendi

glenohumeralis dan sekaligus sebagai penggerak. Dengan demikian fungsi rotator cuff berkaitan dengan fungsi pemeliharaan sikap dan membuat sendi glenohumeralis keseluruhan. Sakit pada Rotator Cuff dapat disebabkan oleh trauma besar atau kecil baik secara langsung ataupun tidak langsung, atau oleh infeksi, metabolismae, neoplasma atau kongenital.. Dalam makalah ini hanya diulas penyebab trauma atau gangguan trofik dalam kaitannya dengan sikap tubuh baik lokal maupun segmental, gerak anggota tubuh, mobilitas lokal dan segmental serta kaitannya dengan nutrisi. Dalam klinis ternyata penyakit pada Rotator Cuff cukup kompleks, gangguan segmental cervical bawah dan thoracal atas serta hiper aktifitas sistem simpatis dapat menyebabkan patologi pada Rotator Cuff dan berkaitan dengan sikap tubuh serta gerak tubuh secara

BAB II ISI

. R!"#"!R C$%%
&ada sendi glenohumeralis stabilitasnya terutama dipelihara oleh stabilitator aktif, 'aitu oleh aktifitas rotator cuff, mengingat bentuk mangkuk sendinya lebih longgar serta lingkup geraknya sangat luas. Rotataor Cuff terdiri atas m.sub skapularis, m.supra spinatus, m. infra spinatus dan m. teres minor. (arena m. teres minor )arang ter)adi patologi dan fungsinya sebagai stabilitator kecil, maka pada makalah ini tidak dibahas. . *. Sub Skapularis "erletak di sebelah vental sendi gleno humeralis dengan origo pada facies anterior skapulae dan insersinya pada tuberkulum minus humeri. "endonnya tipis tapi lebar dan sebagian kecil menutupi tendon m. biceps caput longum, inervasinya diperoleh dari n. sub skapularis segmen C+, C,, C- dan .C/0 terutama dari C+ dan C,. %ungsinya sebagai gerak endor otasi dan adduksi hori1ontal serta sebagai stabilitator depan. &rovokasi regangan pada R!* *aksimal abduksi hori1ontal atau ekso rotasi, provokasi tekanan pada R!* maksimal adduksi hori1ontal serta adduksi elevasi dengan posisi lengan eksorotasi. .2 *. Supra Spinatus "ipe serabutnya netral , berarti fungsinya sebagai stabilitator dan penggerak seimbang. 3etaknya pada bagian posterior sendi gleno humeralis. !rigonya pada fossa infraspinata 245 bagian medial dan insersinya pada permukaan medial

tuberkulum mayus humeri. Disarafi oleh n. supra skapularis dari segmen .C60, C+ dan .C,0. %ungsi sebagai stabilitator sendi gleno humeralis bagian posterior serta sebagai penggerak sendi gleno humeralis ke arah eksorotasi dan abduksi hori1ontal. &rovokasi regangan pada R!* akhir adduksi hori1ontal sedangkan tekanan pada gerak abduksi elevasi 6+7 28 dera)at dengan posisi lengan tanpa eksorotasi.

2. *!9:3:"#S S;!$3D<R C!*&3<= D#> &<>?#R$;>'# Secara timbal balik sikap dan mobilitas kompleks sendi bahu mempengaruhi rotator cuff selalu berkaitan dengan sikap dan gerak bahu. 2. Sikap Sikap bahu yang turun atau posisi skapula turun menyebabkan cavitas glenoidalis menghadap serong ke kaudal, sehingga diperlukan aktifitas berlebih dari m. supra spinatus. #kibatnya otot tersebut hipertropi dan hipertonia. &ada aktifitas dengan abduksi sendi bahu m. supra spinatus teriritasi. Disamping itu dalam ker)a statik, m. supra spinatus dapat ter)adi iskemik yang kemudian diikuti dengan proses radang kronik sehingga ter)adi miosis atau tendomiosis. 2.2 ?erak ?erak bahu secara normal ter)adi halus dan terkoordinasi , dimana grak pada masing7masingsendi dan ker)a otot yang terkait pada shoulder complekster)adi secara sinkron. Dr. <. Codman memilahkan masing7masing gerak yang ter)adi pada humerus, skapula dan klavikula sebagai skapulo humeral rhythm. "iap abduksi + dera)at terdiri atas komponen gerak abduksi gleno humeralis 8 dera)at dan rotasi skapula terhadap didnding torak + dera)at. &erbandingan 2 @

dari humerus dan skapula ini ter)adi terus sepan)ang abduksi bahu dengan pola halus dan ritmis. Skapula hanya dapat rotasi ,8 dea)at dan humerus bergerak aktif hanya mencapai A8 dera)at. $ntuk mencapai abduksi elevasi penuh diperlukan rotasi humerus keluar. !leh Steven7!verbeek ananlisa scapulo humeral rhytm ini disempurnakan lagi dengan meneliti gerak klavikula, intervertebralis dan kostovertebralis. &ada akhir gerak abduksi elevasi ternyata ter)adi gerak rotasi C-7"h6 dengan arah yang sama dan fleksi lateral ke sisi yang berlawanan serta ter)adi gerak elevasi kosta : dan :: .:::0 pada sisi yang sama. #pabila ter)adi deviasi pada sendi glenomumeralis .hipomobil0, maka gerak skapula lebih awal, dikenal sebagai reserve humeroscapular rhyhtm. &ada situasi ini rotator cuff tidak terganggu. "etapi apabila sendi akromioklavikularis terdapat hipomobilitas atau sendi sternoklivikularis terdapat hipomobilitas, maka ter)adi gerak glenohumeralis secara lebih awal atau berlebih sehingga pada abduksi bahu ter)adi benturan antara tuberkulum minus humeri, yang dapat menyebabkan cidera pada tendon m. supraspinatus atau m. infraspinatus. Sementara pada gerak adduksi hori1ontal akan ter)adi benturan antara humerus denga procesus coracoideus yang dapat menyebabkan cidera pada tendon m. subskapularis atau bisa menimbulkan regangan berlebih pada m. infraspinatus. #pabila ter)adi hipomobilitas intervertebralis C-7"h6 dan kosta :7::, pada R!* akhir sendi bahu dapat menimbulkan terauma seperti di atas. ;al ini ter)adi pada saat olahraga. 2.5!lah Raga

&ada olah raga melempar, misalnya pada Bbase ballC atau lempar lembing, pada waktu akselerasi ter)adi rotasi humerus maksimal disusul konteraksi

mendadak ke arah endorotasi. &ada fase inilah sering ter)adi sprined m. subskapularis. &ada fase yang sama ter)adi pula pada olah raga tenis dan bulutangkis saat melakukan Bover head smashC. &ada gerak ini dapat ter)adi pula benturan tendon m. supraspinatus yang dapat ter)adi pada olah raga palang se)a)ar atau ring. &ada olah raga golf atau pukulan Bback handC pada tenis dapat pula menyebabkan benturan tendon m. subscapularis dengan proc. Coracoideus. &ada olah raga gulat, )udo dan lain7lain yang dapat menyebabkan sprained atau sub luksasi atau bahkan luksasi akan menyebabkan cidera pada rotator cuuf. Demikian pula pada kecelakaan olah raga atau kecelakaan lalu lintas.

5.&#"!3!?: R!"#"!R C$%% 5. 9eberpa &atologi &atologi B rotator cuffC umumnya disebabkan faktor7faktor seperti telah dibahas di atas, yaitu mikro trauma dan makro trauma baik ter)adi karena adanya hipomobilitas Bshoulder compleDC, gangguan sikap, olah raga peker)aan atau kecelakaan. >amun dapat pula karena faktor penyebab yang lain yaitu misalnya problema segmental C+7C,. #danya iritasi pada radik C+7C, .C-0 akan menyebabkan nyeri radikuler yang dapad menyebabkan nyeri pada otot7otot yang sesegmen. #pabila keluhan nyeri berlangsung lama akan menimbulkan Bshympatetic nocisensoric refleDC yaitu aktifitas sistem simpatis yang berlebih sehingga ter)adi

gangguan mikro sirkulasi pada )aringan yang memperoleh efferent simpatis tersebut, akibatnya dapat ter)adi miosis atau tendomiosis dan 1ona )aringan ikat pada dermatome simpatisnya. 5.2 &roses &enyembuhan 3uka Sebenarnya proses penyembuhan )aringan tubuh secara alami yang memiliki pola dan tahapan tertentu dengan waktu tertentu pula. "etapi tiap tahap penyembuhan luka sangat bertumpang tindih dan saling terkait. #pabila pada satu tahap terganggu maka akan mulai dengan tahap peradangan lagi dan sepan)ang gangguan tidak hilang maka proses inflamasi bisa berlangsung lama. "ahapan proses penyembuhan adalah sebagai berikut @

(erusakan Earingan

&erdarahan

%ase :

&eradangan

%ase ::

Regenerasi &roliverasi 7F &roduksi 7F &embentukan kembali

%ase :::

Sembuh

6.#>#3:S# D#S#R *#>$#3 "<R#&:

Dari pengetahuan dasar anatomi, fisiologi 4 kinesiologi dan patologi dikaitkan dengan data yang diperoleh dari pemeriksaan, haruslah dianalisa dengan cermat sehingga diperoleh problema yang sebenarnya serta dapat ditetapkan metode dan modalitas yang paling efektif dan efisien. #nalisa dasar pada kasus ini antara lain meliputi sikap maupun gerak tubuh dan anggota tubuh selalu stimultan yang melibatkan beberapa sendi dan otot serta aktifitas fisiologi yang lain. &ada gangguan fungsi perifer dapat disebabkan oleh gangguan fungsi kolumna vertebralis dan sebaliknya. &ada patologi perifer dapat menyebabkan manifestasi nyeri pada )aringan lain yang sesegmen. *akin dalam dan makin ke proksimal serta makin tinggi aktualitasnya, makin )auh dan luas Breffered sensationC yang ter)adi. ?angguan sikap merupakan salah satu faktor penyebab patologi gerak. ?angguan fungsi segmental selalui di)umpai ketegangan otot dan gangguan sensorik seperti nyeri pada )aringan sesegmen. ?angguan fungsi yang telah melibatkan sistem simpatis dapat menyebabkan ter)adinya Btrigger point syndromeC, tendomiosis atau miosis.

+. &<>?(#E:#> &ada kasus ini, keluahan utama pasien adalah nyeri, dapat hanya ter)adi pada saat gerak atau bahkan saat istirahat, hanya pada sekitar gelang bahu sa)a atau menyebar ke lengan atas atau bahkan sampai lengan bawah. "ak seorangpun dapat menetapkan bahwa hal tersebut adalah Brotator cuffC tertentu dengan lokasi tertentu pula tanpa melakukan pemeriksaan yang cermat. !leh sebab itu perlu dilakukan pemeriksaan dengan sistematika yang baku, yaitu dari anamnesa, inspeksi kemudian disusul pemeriksaan fungsi gerak meliputi tes orientasi, pemeriksaan

gerak aktif, gerak pasif dan gerak isometris melawan tahanan, untuk kemudian beran)ak dari pemeriksaan di atas dilakukan pemeriksaan khusus termasuk palpasi seta pemeriksaan tambahan bila diperlukan. ;asil dari pemeriksaan dianalisa, dikaitkan dengan komponen shoulder compleD dan segmental. +. #namnesis #pabila seorang pasien datanga ke praktek dengan keluhan rasa sakit di sekitar daerah bahu atau lengan atas, maka kita pertama7tama dapat

mempertanyakan dari apakah keluhan mungkin disebabkan oleh gangguan pada . gelang 0 bahu. Sewaktu membuat anamnasa kita sudah bisa membuat kesan tentanga hal ini. &asien biasanya akan mengatakan bahwa keluhannya timbul bila lengan digerakkan. #cap kali gerakan, yang ter)adi dari elevasi lengan di atas kira7 kira A8 dera)at, menimbulkan masalah. (adang7kadang pasien mengatakan bahwa dia tidak dapat berbaring pada sisi yang terkena, sehingga istirahat malamnya terganggu. Eika gerakan kepala dapat menimbulkan keluhan, maka analisa kita pertama7tama menu)u ke arah adanya kelainan di tulang belakang bagian cervikal. #pabila keluhan sama sekali tidak ada hubungannya dengan gerakan, maka kita harus waspada akan adanya patologi yang sama sekali lain, yang lokasinya )uga tidak harus berada di alat penggerak tubuh . angina pectoris, batu empedu, dan lain7 lain 0. 9ertitik tolak dari kenyataan bahwa keluhan rasa sakit memang timbul apabila lengan digerakkan, ternyata bahwa rasa sakit yang dikeluhkan hampir selalu ditun)ukkan di tempat yang sama, apapun )enis kelainannya@ yaitu di daerah deltoidea. Daerah ini termasuk segmen leher yang kelima. ;ampir semua struktur

daerah bahu secara embriologis berasal dari segmen C+ itu. #kibatnya adalah bahwa Breffered painC terasa di dalam dermatom C+. Clavicula, sendi akromioklavikuler dan sendi sternoklavikuler berasal dari segmen C6. #pabila rasa sakit ditun)ukkan berada di daerah dermatom C6, ada penyebabnya dapat berada di sendi #C dan SC. &ertanyaan kedua adalah@ apakah dapat ditun)ukkan faktor7faktor penyebab yang mengakibatkan timbulnya keluhan tersebutG Dalam hal ini dapat dipikirkan trauma atau pembebanan yang terlalu berat . insidentil atau kronis 0 baik traumata maupun pembebanan yang terlalu berat dapat berhubungan dengan aktifitas pasien sehari7hari . peker)aan, hobi, olah raga 0 Di pihak lain )uga imobilisasi . bidai gips, kain sandang 0 dapat menyebabkan kelainan. (etiga, berguna untuk mendapatkan kesan tentang parahnya keluhan. Sebenarnya rasa sakit itu sukar untuk dinyatakan obyektif, namun walaupun demikian masih mungkin untuk memberikan gradasi tertentu, menurut kriteria yang dapat diberikan pasien dengan baik. Semakin parah gangguannya, semakin )auh pen)alaran rasa sakit. Suatu luka BringanC memberikan rasa sakit di lengan atas, luka yang BberatC menyebabkan pen)alaran rasa sakit sampai lengan bawah. Suatu luka BberatC kadang7kadang sudah menyebabkan rasa sakit dalam keadaan istirahat, sedangkan luka ringan menimbulkan rasa sakit hanya bila lengan digerakkan. &ada luka yang BberatC pasien kadang7kadang mengatakan bahwa waktu malam dia terbangun bila berbalik ingin tidur menyamping pada sisi yang terkena. Sedangkan pada luka yang ringan tidak demikian halnya. &ada akhirnya kita masih harus menyakinkan diri bahwa keluhan sehubungan dengan bahu itu terlepas dari hal7hal lain@ apakah ada keluhan sehubungan dengan

sendi7sendi lain, apakah terdapat ge)ala7ge)ala penyakit yang umum . demam, kelemahan, eksantema 0, apakah pasien mengenal penyakit . kronis 0 yang lain, apakah pasien memakai medikasi pemeliharaanG Sudah )elas umur pasien kadang7 kadang relevan. +.2 :nspeksi :nspeksi sudah mulai dari saat pasien masuk@ apakah lengan ditopang dalam sikap tertentu . oleh lengan yang sehat atau oleh kain sandang 0G Euga sementara pasien membuka pakaian gangguan gerak acap kali sudah tampak. Eelaskan bahwa untuk pemeriksaan bahu, pakaian bagian atas harus dibuka seluruhnya. Selan)utnya pasien diperiksa dalam sikap duduk atau berdiri@ posisi kepala, simetri kontur tubuh . m. trape1ius, m. deltoideus, claviculae, scapulae 0, posisi tulang belakang, berubahnya warna kulit, atrofi otot, pembengkakan yang abnormal. #danya asimetri ringan sebagai akibat skoliosis torakal yang ringan tidak mempunyai arti klinis. Euga posisi bahu dominan agak lebih rendah merupakan ge)ala yang normal, yang terutama pada olahragawan sering ditemukan. #trofi m. supraspinatus dan m. infraspinatus kadang7kadang tidak kita lihat dalam inspeksi. Halaupun hal ini sebenarnya mudah terlihat,)ika kita membandingkan lengkungan7 lengkungan di sebelah spina scapula kiri dan kanan. +.5 "es !rientasi &ada pemeriksaan regio bahu perlu dilakukan tes orientasi, yaitu tes cepat untuk melihat sepintas adakah kelainan pada kuadran yang terkait, meliputi tes orientasi regio cervical7thoracal atas dan scapulohumeral rhytm. "es fleDi7eDtensi dan gerak tiga dimensi sisi yang sama dari leher. "es gerak fleDi7eDtensi untuk provokasi pada discus dan facet daerah leher dan thoracal atas,

sedangkan gerak tiga dimensi, yaitu eDtensi, fleDi lateral dan rotasi ke sisi yang sama, untuk provokasi di damping pada )uga pada )aringan foramen intervertebralisnya. "es ini positif bila timbul keluhan yang sama dengan keluhan utamanya. #pabila tes ini ternyata menimbulkan keluhan tetapi tidak sama dengan keluhan utamanya, gangguan pada regio tersebut kemungkinan ada kaitannya dengan keluhan utamanya atau mungkin )uga tidak. "es abduksi I elevasi bahu perlu diperhatikan ritme skapulohumeralis, adakah penyimpangan7penyimpangan seperti Bpainful arcC, nyeri akhir gerak, Breserve humeroscapular rhythmC, krepitasi dan lain7lain. &ada lesi Brotator cuffC hampir sering di)umpai Bpainful arcC, dimana dirasakan nyeri saat abduksi 6+7 28 dera)at, kecuali lesinya pada otot atau tendon m. subskapularis bagian inferior. #pabila di)umpai Breserve humeroscapular rhythmC, yaitu gerak rotasi skapula yang ter)adi lebih awal dan lebih besar dibandingkan gerak humerus berarti terdapat hipomobilitas sendi glenohumeralis. #pabila nyeri timbul di akhir R!* kemungkinan terdapat hipomobilitas pada sendi #C )oint atau SC )oint. "etapi bila terbatas pada akhir R!* sa)a, kemungkinan ada gangguan fungsi pada Bcervicothoracal )unctionC atau terdapat hipomobilitas ringan sendi7sendi

glenohumeralis atau terdapat hipomobilitas ringan sendi7sendi glenohumeralis atau #C )oint atau SC )oint. "es gerak Bshoulder girdleC dilakukan dengan gerak aktif elevasi7depresi dan protraksi7retraksi dilakukan bila ada kecurigaan adanya gangguan fungsi Bshoulder girdle.setelah tes abduksi elevasi. (eterbatasan atau nyeri pada gerak ini menun)ukkan kelainan pada komponen Bshoulder girdleC.

+.6

&emeriksaan ?erak #ktif dan &asif &emeriksaan gerak aktif yang penting adalah abduksi7elevasi seperti di atas,

sedangkan pemeriksaan gerak pasif dilakukan terutama gerak abduksi, endorotasi dan eksorotasi sendi glenohumeralis. &ada lesi Brotator cuffC di)umpai nyeri hanya pada gerak abduksi sementara gerak yanglain bebas nyeri, kecuali bila aktualitasnya tinggi. >amun bila pada gerak abduksi ditambah traksi ke kaudal nyerinya akan hilang atau berkurang. +.+ &emeriksaan ?erak :sometrik *elawan "ahanan 9ila gerak abduksi isometrik melawan tahanan timbul rasa nyeri, kemungkinan besar terdapat lesi pada m. supraspinatus, bila benar, maka nyeri akan tetap timbul walaupun ditambahkan traksi ke arah kaudal. 9ila gerak isometrik endorotasi melawan tahanan timbul nyeri, maka kemungkinan lesi pada m. subskapularis. 9ila gerak isomertik eksorotasi melawan tahanan ter)adi rasa nyeri maka, kemungkinan lesi pada m. infraspinatus. "es gerak isometrik fleksi siku tidak menimbulkan nyeri, sementara gerak isometrik ekstensi siku menimbulkan nyeri, tetapi hal ini dikarenakan adanya penekanan )aringan suprahumeralis termasuk Brotator cuffC. +., &alpasi 'ang terpenting dalam pemeriksaan khusus untuk menentukan lokasi lesi Brotator cuffC adalah palpasi. Dengan palpasi dapat ditentukan titik lokal patologinya secara tepat, sekaligus untuk menentukan lokasi terapinya. &alpasi m. supraspinatus posisi pasien duduk atau setengah duduk atau terlentang dengan lengan di balik punggung sehingga bahu pada posisi adduksi dan

endorotasi, kemudian dilakukan palpasi pada tendon m. supraspinatus dengan gerak tranversal pada lokasi ventral7kaudal akromion mencapai u)ung tuberkolum mayus humeri. &ada posisi ini tendon m. supraspinatus letaknya vertikal. $ntuk palpasi m. supraspinatus pada ototnya dilakukan pada posisi bahu abduksi A8 dera)at samping badan dengan lengan disangga. &alpasi m. subskapularis tidak bisa dilakukan kecuali sebagian kecil pada bagian medialnya, tetapi tendonnya yang sering cidera, dapat dipalpasi walau sedikit sulit karena tendonnya tipis dan agak lebar. &ada posisi sedikit abduksi kurang lebih 58 dera)at, ibu )ari yang digunakan untuk palpasi diletakkan antara tuberkulum mayus dan minus sambil menggerakkan lengan atas endo dan eksorotasi. &ada bagian medial sulkus intertuberkularis yang dapat teraba ini, dilakukan palpasi pada tepi medialnya dengan arah vertikal ke arah tuberkulum minus humeri. &alpasi m. infraspinatus dalam pisisi BsphinDC dimana lengan dalam posisi adduksi hori1ontal kurang lebih 58 dera)at dan eksorotasi, maka tendon m. infraspinatus dapat dipalpasi pada dorsolateral akromion dan palpasi dengan arah hori1ontal. !totnya sendiri mudah dipalpasi dengan posisi telungkup atau duduk, yaitu dibawah spina scapula. +.- 9eberapa &emeriksaan (husus &ada 3esi BRotator CuffC Seperti pada palpasi, pemeriksaan khusus hanya dilakukan bila dalam periksaan fungsi gerak mengarah ke sana. 9anyak pemeriksaan khusus yang dapat dilakukan, antara lain sebagai berikut. ?erak isometris melawan tahanan sambil melakukan traksi ini ditu)ukan untuk menyingkirkan kemungkinan adanya provokasi pada )aringan suprahumeralis pada di

saat melakukan tes isometris. #pabila pada pemeriksaan ini masih terdapat nyeri, berarti letak lesi pada pada tendonnya. &ada tes adduksi hori1ontal, tendon m. subskapularis bagian superior tertekan oleh proc. Coracoideus yang akan nyeri bial terdapat lesi pada lokasi tersebut. "etapi bila nyeri pada bagian posterior berarti karena regangan pada m. infraspinatus. #pabila dicurigai adanya hipomobilitas sendi dalam Bshoulder compleDC, &erlu dilakukan tes traksi7translasi untuk memastikan apakah penyebab hipomobilitas sendi tersebut oleh faktor kapsuler.

:>"<RJ<>S: "ergantung dari penyebab lesi, terapi dapat hanya dengan pendekatan lokal atau hanya dengan pendekatan lokal atau dengan pendekatan regional atau bahkan dengan pendekatan segmental. &ada lesi akibat cidera langsung seperti misalnya pada olah raga melempar, hanya perlu dilakukan intervensi lokal sa)a, tetapi pada kasus lain seperti Bkissing coracoidC misalnya, diperlukan mobilitas sendi dalam Bshoulder compleDC tertentu yang ditemukan hipomobilitas. 9ila penyebab primernya dari iritasi segmental, misalnya dari segmen C+7C,, diperlukan intervensi segmental pula. Demikian )uga pada kasus kronik yang telah diikuti gangguan segmen "h67"h, maka diperlukan intervensi pada )aringan yang telah terlibat pada segmen tersebut. ,. :ntervensi 3okal &ada intervensi lokal, Dos Hinkel et al membagi dalam + stadium klinis sesuai dengan ge)ala yang di)umpai.

&ada stadium : nyeri timbul hanya bila sudah melakukan aktifitas atau olah raga sa)a. Dalam pemeriksaan fisik di)umpai pada tes gerak isometrik melawan tahanan nyeri timbul setelah kontraksi. Di sini terapi umumnya hanya perlu 67, kali friksi transversal sa)a. &ada stadium :: nyeri dirasakan pada saat awal olah raga atau aktifitas yang membebani Brotator cuffC yang bersangkutan. &ada pemeriksaan du)umpai Bpainful arcC dan nyeri pada tes gerak melawan tahanan. Di sini terapi cukup ,7 2 kali friksi transversal dan dian)urkan untuk mengurangi aktifitas olah raga terkait hingga +8K. &ada stadium ::: nyeri bahu dirasakan selam dan setelah olahraga, tetapi pasien masih mampu melan)utkan aktifitas tersebut dengan presentasi cukup baik. &ada pemeriksaan di)unpai Bpainful arcC dan nyeri pada tes gerak isometris. &ada stadium ini friksi transversal dicoba , kali dan mengistirahatkan anggota gerak yang bersangkutan. #pabila ada perbaikan maka dilakukan sampai sembuh. "etapi bila tidak ada perbaikan perlu dikonsultasikan ke orthopaedie untuk memperoleh infiltrasi lokal. (asus yang berada pada stadium :J relatif tidak banyak. >yeri dirasakan selama dan sesudah olah raga atau aktifitas yang membebani Brotator cuffC yang bersangkutan, hingga pasien tidak mampu melakukan aktifitasnya disetai penurunan prestasi yang )elas. &ada pemeriksaan Bpainful arcC, nyeri pada gerak isometris melawan tahanan serta gerak pasif elevasi terdapat nyeri pada akhir R!*. "erapi dilakukan seperti pada stadium ::: dan tangan disangga dengan mitela, tetapi bila tidak berhasil harus dikonsultasikan untuk memperoleh infiltrasi lokal. &ada stadium J sangat )arang di)umpai. Secara klinis pasien tak mampu melakukan olah raga atau aktifitas yang laindengan lengan yang bersangkutan. &ada

kasus ini harus dikonsultasikan dengan dokter untuk memperoleh terapi medis lain atau operasi. ,.2 :ntervensi Regional 'ang harus diperhatikan pada intervensi regional adalah apakah patologi suatu sendi atau beberapa sendi tertentu dalam Bshoulder compleDC merupakan penyebab primer atau sekunder. 9ila primer ada kaitannya dengan sikap atau gerak serta )enis patologinya berupa hipomobilitas atau hipermobilitas atau instabilitas, adakah pemendekan atau kelemahan otot. *etoda yangdipakai untuk memperbaiki hipomobilitas adalah mobilisasi traksi, translasi dan roll slide atau manipulasi. Dosisi terapi dipilih sesuai dengan variabel aktualitas patologinya. &ada aktualitas tinggi dengan tehnikmobilisasi osilasi dan bila aktualitas rendah dengan mobilisasi translasi7traksi stakato atau regangan, serta bila pembatasan gerak minimal dapat dengan tehnik manipulasi, terutama pada B)oint blokadeC. &erhatian utama ditu)ukan pada sendi akromioclavicularis dan

sternoclavicularis yang sering mempengaruhi patologi Brotator cuffC. &ada sendi lain, yaitu Bcervicothoracic )unctionC dapat dilakukan manipulasi dengan tehnik Bnelson tractionC dan diikuti mobilisasi costovertebralis :7::. #pabila di)umpai hipermobilitas Bshoulder compleDC atau bahkan instabilitas, digunakan metoda stabilisasi aktif dengan metoda B9ugnetC atau Brhythmical stabilitation &>%C dan kemudian diikuti latihan koreksi sikap. 9ila di)umpai pemendean otot maka diterapkan tehnik peregangan otot dari Eanda atau Bcontrac relaD &>%C. Di sini perlu diperhatikanotot7otot tipe : atau tipe

tonik, yaitu m. trape1ius pars superior, m. levator scapula, m. pectoralis mayor dan minor serta biceps brachii. Treatment *edikamentosa Rehabilitasi medik !perattif

1. Istirahat/terapi dingin &ada nyeri bahu yang bersifat akut, dimana proses pembengkaan masih beker)a, diperlukan dimmobilisasi sampai proses pembengkaan berhenti. Selama bahu tidak digerakkan utnuk menghentikan pembengkaan, diberikan kompres dingin atau es dan obat anti bengkak dan nyeri. 2. Terapi panas Diberikan beberapa hari sesudah proses pembengkaan berhenti atau pada bahu yang nyeri tanpa pembengkaan pada )aringan otot yang spasme. "erapi panas bertu)uan @ a. *emperbaiki sirkulasi darah dan metabolisme setempat b. *engurangi rasa nyeri c. Relaksasi terutama untuk otot yang spasme "erapi panas yang digunakan adalah @ a. "erapi panas superficial @ ;C&,sinar infra merah b. "erapi panas dalam@ SHD, *HD, $SD "erapi panas superfisial L sinar infra merah 7 macam sinar infra merah

a. luminous . diberikan pada penderitadengan kondisi akut0 b. non luminous . diberikan pada penderita dengan kondisi kronis 0 7 dosis @ a. )arak lampu dengan punggung bawah antara +87-+ cm b. pada kondisi akut durasi dan frekuensinya 87 + menit4 D 4hari. "erapi panas dalam a. *HD . *icro Have Diathermy 0

"erapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan gelombang elektromagnetik, dengan pan)ang gelombang 2.6+8 mc4detik. Dosis @ )arak emitor dengan kulit pada punggung bawah antara 8 I 28 cm, intensitas 288 watt, tetapi untuk semua kasus tergantung toleransi 2,2+ cm dan frekuensinya

penderita. Durasi dan frekuensinya 8 I 58 menit4hari . kondisi akut kurang dari 8 menit 0. b. SHD . Short Have Diathermy 0

"erapi modalitas dimana sumber energinya menggunakan arus listrik dengan frekuensi tinggi yaitu 2-,55 *;1 dan pan)ang gelombang meter.

Dosis @ <lektrode yang digunakan dengan kondensor . pad 0. (ondisi akut intensitasnya kurang dari 68 m# . dibawah sensasi panas 0, durasi dan frekuensinya 2,+ I 8 menit4hari. (ondisi kronis intensitasnya antara 68 I ,8 m# . panas comfortable 0 durasi dan frekuensinya 28 menit4hari. c. $SD . $ltra Sound Diathermy 0

"erapi modalitas dimana sumber energinya berasal dari gelombang suara dengan frekuensi tinggi antara 8,/ I *;1 dan pan)ang gelombang ,+ mm.

Dosis @ (ondisi akut intensitasnya 8,2+ I 8,+ H4cm2 , durasi 2 I 5 menit. #pabila tidak ada perbaikan intensitasnya dinaikkan 8,/H4cm2 , durasinya 6 I + menit. (ondisi kronis intensitasnya 2H4cm2, durasinya +7 8 menit, apabila tidak ada perbaikan intensitasnya dinaikkan maksimal 5 H4cm2, durasi 8 I + menit, )ika tidak ada perbaikan sampai ,D terapi, maka terapi dihentikan mungkin ada penyakit lain. 3. Traksi eher "u)uan traksi ialah relaksasi spasme otot, meluruskan lordosis dari leher, melebarkan foramen intervertebral,melepaskan permukaan fasetsdan

ligamen7ligamen. "raksi yang digunakan adalah traksi leher statik dan

intermitten dari listrik. 9eban traksi diberikan mulai dari sepertu)uh sampai dengan sepersepuluh dari berat badan total atau sesuai dengan toleransi penderita. Haktu yang diberikan 8 I 28 menit. &ada kondisi akut, traksi diberikan D4hari4seri .-7 8 D0. #pabila nyeri bertambah pemberian beban dikurangi atau traksi ditunda pemberiannya.

28

!. "assage sendi #ah$ "u)uannya adalah memperbaiki sirkulasi darah dan permukaan metabolisme setempat, melemaskan otot7otot yang spasme, mengurangi nyeri, melepaskan perlengketan antar otot dan kapsuler. %. "anip$ asi dan m&#i isasi *anipulasi dan mobilisasi digunakan untuk mengembalikan gerakan sendi bahu yang terganggu. *anipulasi diker)akan dengan gerakan atau doroangan dengan tiba7tiba dalam amplitudo kecil. *obilisasi diker)akan dengan gerakan pasif bergoyang dua atau tiga kali perdetik. '. Terapi atihan ( di r$mah sakit )*+mnasi$m, latihan 3?S dengan menggunakan : over head pulleys shoulderwell, finger ladder, dan lain7lain. 3atihan yang dapat dilakukan di rumah misalnya latihan codman, latihan tongkat, dan lain7lain. Pr&gram Terapi Latihan pada Penderita N+eri Bah$ "erapi latihan yang dimaksudkan adalah latihan khas .specific exercises). "u)uan pokok terapi latihan pada nyeri bahu adalah @ a. *engurangi sakit dan spasme otot b. *emelihara fungsi sendi bahu c. mengilangkan gangguan fungsi sendi bahu yang ter)adi atau meningkatkan fungsi sendi semaksimal mungkin. &ada saat ini, &enulis akan membicarakan terapi latihan pada nyeri bahu, yaitu @ :. Stadium akut ::. Stadium kronis

I. Terapi atihan pada penderita n+eri #ah$ stadi$m ak$t Dalam stadium ini ge)ala peradangan stadium akut yang berupa keluhan nyeri .nyeri khas, nyeri bahu, nyeri terulur dan nyeri kontraksi0, spasme otot dan gangguan fungsi tampak menon)ol. Dalam stadium ini, bahu yang sakit perlu mendapatkan istirahat4mobilisasi karena

22

penggunaan sendi bahu pasa stadium ini akan menyebabkan memberatnya ge)ala dan kerusakan sendi. $ntuk mengistirahatkan sendi bahu yang nyeri baisanya dipakai gendongan. "etapi tidak menutup kemungkinan untuk mengistirahatkan sendi bahu dengan cara lain, misalnya pemasangan gips sirkuler dengan pemberian posisi optimum yaitu fleksi 588 7 688, abduksi6+8 dan internal rotasi 6+8. &emberian istirahat lama pada sendi bahu yang sakit sedapat mungkin dihindarkan karena pemberian istirahat lama sengan alasan apapun akan memungkinkan ter)adinya gangguan fungsi bahu yang dapat berupa pembatasan )arak gerak sendi dan atau atropi otot sekitar bahu yang )ustru akan memperburuk keadaan. "u)uan terapi latihan pada stadium akut ini adalah @ a. *engurangi nyeri dan spasme otot b. *encegah ter)adinya pembatasan )arak gerak sendi dan mencegah atropi otot Dengan cara memberikan latihan pasif, latihan aktif dengan bantuan .assisted) dan kontraksi statik4isometrik. a. Latihan pasiSebelum program latihan dimulai perlu diberikan pen)elasan kepada penderita tentang tu)uan pelaksanaan latihan agar ter)alin ker)asama yang baik antara penderita dengan fisioterapis. #rah gerakan ke semua arah gerak sendi bahu dan terutama pada arah gerak yang terhambat karena nyeri atau faktor lain. 3uas gerak sendi disesuaikan dengan toleransi penderita sampai batas nyeri yang tertahan oleh penderita.

25

3atihan pasif )uga dapat dilakukan dengan latihan an)uran yang sangat populer .codman pendular exercise). &enderita berdiri didepan me)a dan membungkuk ke depan. 3engan yang sakit tergantung bebas .rileks0 pada sendi bahu .glenohumeracle0 tanpa adanya kontraksi otot. 9adan digerakkan sehingga lengan terayun bebas ke depan dan ke belakang, ke samping dan rotasi lengan yang sakit terayun pasif. &emberat beban harus digantungkan pada pergelangan tangan seberat 7 2 kg. ?erakan pasif harus diker)akan dengan perlahan7lahan, makin meningkat dan dipertahankan selama mungkin dalam batas toleransi penderita. ?erakan dengan kuat ke)ut dan cepat merupakan kontraindikasi karena dapat merusak kapsul sendi. Dengan cara tersebut, pengukuran yang berlebihan dapat dihindarkan dan penambahan luas gerak sendi dapat tercapai sedikit demi sedikit.

26

#. Latihan dengan #ant$an )active assisted) 3atihan ini biasanya lebih menguntungkan daripada latihan pasif karena adanya kontraksi secara sadar yang berarti penderita ikut mengontrol gerakan yang ter)adi sampai batas toleransinya, sehingga penderita merasa lebih aman dan memungkinkan timbulnya ketegangan otot karena takut, dapat dihindari serta gerakan lebih mudah dilakukan. #rah gerakan dan luas gerak sendi serupa dengan saat latihan pasif. .. /&ntraksi Is&metrik Diberikan pada otot sekitar sendi bahu yang terkena terutama otot7 otot yang bila dikontrkasikan tidak menimbulkan nyeri. :ntensitas kontraksi disesuaikan dengan toleransi penderita. 3atihan dapat diker)akan kira7kira 5 I 6 menit tiap )am dan disesuaikan )uga dengan keadaan penderita untuk memungkinkan latihan dapat diker)akan dengan baik. Setelah diberikan tindakan pengobatan dengan obat7obatan atau modalitas fisioterapi yang lain untuk mengurangi nyeri dan apasme otot. *odalitas yang digunakan pada stadium akut ini antara lain adalah @ terapi $SD . Ultra Sound Diatermy)yang mengurangi spasmeyang diberikan dalam waktu 8 I 58 menit. II. Terapi Latihan pada Penderita N+eri Bah$ Stadi$m /r&nis ) 0 , &ada penderita nyeri bahu stadium kronis sering di)umpai adanya gangguan fungsi sendi bahu yang berupa pembatasan luas gerak sendi dan atropi otot yang menyolok, disamping keluhan nyeri yang telah banyak berkurang. ;al ini ter)adi karena faktor kurang perhatian atau kurangnya keberhasilan dalam usaha pencegahan. "u)uan terapi latihan pada stadium kronis ini adalah @

2+

A. "eningkatkan $as gerak sendi #ah$ &embatasan luas gerak sendi pada bahu biasanya disebabkan oleh ter)adinya pemendekan dan hilangnya elastisitas )aringan lunak sendi .kapsul sendi0 bahu atau adanya perlengketan antar )ariangan akibat adanya reaksi )aringan fibros. &ada prinsipnya, untuk meningkatkan luas gerak sendi haruis dilakukan penguluran struktur yang memendek serta mengembalikan )aringan yang kehilangan elastisitas dan melepaskan perlengketan antar )aringan yang ada dengan latihan pasif, latihan aktif atau kombinasi keduanya. &elaksanaan latihan sebagai berikut @

2,

. 3atihan pasif Sebelum menyusun program latihan pasif pada nyeri stadium kronis ini, perlu diadakan pemeriksaan secara aktif tentang keadaan sendi bahu, yaitu @ a. Sifat nyeri @ terus menerus, kadang7kadang, atau hanya saat tertentu b. ?angguan fungsi yang ada c. &emeriksaan luas gerak sendi @ secara aktif atau pasif d. :sometris melawan tahanan Codman Pendular xercise pada mulanya adalah latihan ayunan pasif tetapi bertu)uan utnuk menambahkan luas gerak sendi. 3atihan dimodifikasi men)adi Bactive pendular eDerciseC, dengan menambah beban, latihan ini harus benar7benar dia)arkan kepada penderita dan dapat dilakukan dengan benar ?erakan dimulai dari amplitudo yang kecil meningkat sampai terasa latihan pada struktur yang memendek atau lengket. ?erak ayunan diarahkan ke arah gerak yang mengalami pembatasan gerakan abduksi dan eksternal rotasi. 2. 3atihan aktif 3atihan ini bertu)uan untuk meningkatkan luas gerak sendi. 3atihan harus diker)akan dengan teknik yang benar, berulang7ulang teratur dan berkesinambungan. $ntuk itu perlu penderita diberikan pengertian dan memahami tu)uan dari latihan serta cara melakukannya. &enderita harus menyadari pentingnya program latihan yang diprogramkan untuknya. B. "emperk$at &t&t1&t&t #ah$ #kibat immobilisasi yang lama, otot akan men)adi lebih kecil .atropi0 dan kekuatannya berkurang4menurun. &ada orang sehat, immobilisasi total

2-

selama 5 minggu menyebabkan penurunan kekuatan otot sebesar +8 K atau rata7rata tiap hari , 5 I 5, 8 K. (ekuatan otot dapat diperbaiki dengan latihan yang berulang7ulang mempergunakan kekuatan maksimum lebih dari 5+ K, ketahanan otot dapat diperbaiki dengan kekuatan maksimum 28 I 68 K dan pengulangan yang relatif lebih besar. 3atihan penguatan lebih ditekankan pada beban yang diberikan, sedangkan latihan untuk menambah daya tahan lebih ditekankan pada pengulangan4repetisi. "ahanan yang dipakai dapat berupa pemberat atau secara manual, sedangkan program latihan di rumah sakit disesuaikan dengan fasilitas yang ada, seperti

2/

stic!, finger ladder, over head pulley dan lain7lain, yang membantu menambah luas gerak sendi bahu. . 3atihan dengan tongkat

3atihan ini cukup sederhana dan murah. ?erakan yang dian)urkan adalah @ a. &egang tongkat dengan kedua tangan, menggantung di muka4depan. b. Dengan siku lurus, gerakan lengan ke atas kepala se)auh limitasi sendi bahu memungkinkan. c. Seperti gerakan no.b, tetapi gerakan tangan ke samping kanan dan kiri. &erlu diingat bahwa gerakan berpusat di sendi bahu. d. "ongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang kepala kemudian digerakkan naik7turun, e. "ongkat dipegang kedua tangan, diletakkan di belakang punggung bawah kemudian lakukan gerakan berikut @ 7 men)auhi tubuh 7 digerakkan ke atas dan ke bawah

2. 3atihan dengan "all Clim#ing xercise a. Shoulder$#duction .gambar A0 &enderita berdiri dengan bahu sakit disamping shoulder a#duction ladder atau dinding. ?erakan lengan abduksi dibantu oleh gerakan )ari :: dan ::: yang meman)at dinding. b. Shoulder %lexion .gambar 8.C0

2A

&enderita menghadap dinding4"all Clim#ing xercise. ?erakan bahu fleksi dibantu oleh )ari :: dan )ari ::: yang meman)at dinding. 5. Clinning &ar &enderita berdiri dengan keduia tangan memegang Clinning &ar .&alng antara dua bingkai pintu0 bar berada di atas dan belakang kepala kemudian kedua lutut ditekuk, badan turun ke bawah.

58

BAB III /ESI"PULAN

BRotator CuffC *erupakan kelompok otot yang berfungsi sebagai pemelihara stabilitas aktif sendi glenohumeralis yang sekaligus sebagai penggerak sendi. *. supraspinatus, m. subskapularis dan m. infraspinatus sering ter)adi patologi dan umumnya disebabkan oleh trauma, baik trauma makro maupun mikro. &atologi yangterdapat pada Brotator cuffC dapat primer berasal dari Brotator cuffC sendiri atau karena gangguan fungsi Bshoulder compleDC atau berasal dari gangguan fungsi segmental. Sebaliknya lesi Brotator cuffC dapat menyebabkan gangguan fungsi Bshoulder compleDC dan segmental. !leh karenanya di dalam pengka)ian di samping harus dapat ditetapkan tempat lesi lokal harus ditemukan adakah gangguan fungsi Bshoulder compleDC dan gangguan fungsi segmental, apakah sebagai penyebab primer ataukah sebagai akibat dari patologi Brotator cuffC tersebut. :ntervensi manual terapi yang utama adalah friksi tranversal. #pabila di)umpai gangguan fungsi regional atau gangguan fungsi segmental, maka intervensi dilan)utkan dengan pendekatan regional dan atau segmental sesuai patologi yang ditemukan. $ntuk melihat kema)uan, kemunduran atau keadaan menetap setelah dilakukan intervensi manual terapi, maka dilakukan evaluasi. ;asil evaluasi dapat dipakai sebagai pedoman untuk menetapkan program selan)utnya, apakah metoda atau tehnik intervensinya diteruskan, dikurangi, diubah atau bahkan terapi dihentikan. *engingat bahwa metoda dan tehnik intervensi manual terapi didasari

pengetahuan terhadap anatomi, kinesiologi4 fisiologi, patologi dan pemeriksaan spesifik.

52

Вам также может понравиться