Вы находитесь на странице: 1из 183

Iktiologi

SHARIFUDDIN BIN ANDY OMAR

FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN PERIKANAN UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2011

KATA PENGANTAR

Bahan ajar ini disusun untuk menambah wawasan mahasiswa Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin, Makassar, yang

mengambil mata kuliah Iktiologi. Penulis mengakui bahwa bahan ajar ini belum mampu menjawab seluruh permasalahan yang berkaitan dengan Iktiologi. Namun demikian, bahan ajar ini diharapkan dapat membantu mahasiswa untuk

mengetahui dasar-dasar pengetahuan yang berkenaan dengan ikan, sebagai bahan kajian pokok dari Iktiologi, untuk selanjutnya digunakan dalam kegiatan pembelajaran di dalam ruang kuliah maupun di laboratorium. Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-sebesarnya kepada

Universitas Hasanuddin, khususnya para staf Pusat Kajian dan Pengembangan Aktivitas Instruksional Lembaga Kajian dan Pengembangan Pendidikan (PKPAI LKPP), karena terbitnya buku ajar ini merupakan bantuan yang diberikan

olehUniversitas Hasanuddin melalui Hibah Penulisan Buku Ajar Bagi Tenaga Akademik Universitas Hasanuddin tahun 2011, sesuai dengan Surat Perjanjian Pelaksanaan Pekerjaan No. 61/H4.21.2.4/UM.16/2011. Penulis menyadari bahwa bahan ajar ini tidak terlepas dari kekurangan-kekurangan. Untuk itu, dengan segala kerendahan hati penulis memohon kritikan yang dapat penulis gunakan untuk perbaikan di masa mendatang. Akhirnya, semoga bahan manfaat bagi pemakainya. ajar yang sederhana ini dapat memberikan

Makassar, 25 Nopember 2011. Penulis

DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR I. II. PENDAHULUAN IKAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. J. III. Sasaran Pembelajaran Pengertian Iktiologi Nomenklatur / Tata Nama Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Jumlah Spesies Ikan Distribusi Ikan Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Sistem Klasifikasi Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka halaman vii viii 1 9 9 9 10 14 15 19 23 26 29 30 32 32 32 34 38 43 48 50 55 55 57 57 57 64 71 72 74

MORFOLOGI IKAN A. B. C. D. E. F. G. H. I. Sasaran Pembelajaran Bagian-bagian Tubuh Ikan Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Kepala Ikan Badan Ikan Anggota Gerak Ekor Ikan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

IV.

MORFOMETRIK DAN MERISTIK A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Morfometrik Meristik Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

V.

IDENTIFIKASI

A. B. C. D. E. VI.

Sasaran Pembelajaran Identifikasi Catatan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka79

halaman 74 74 79 79

ANATOMI IKAN A. B. C. D. E. F. G. Sasaran Pembelajaran Pengertian Anatomi Prosedur Pembedahan Istilah-istilah Anatomi Gelembung Berenang Soal-soal Latihan Daftar Pustaka89

82 82 82 85 85 87 89

VII.

SISTEM INTEGUMEN A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Kulit dan Derivat Kulit Ikan Beracun Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

90 90 90 96 99 100 101 101 101 109 111 111 116 116 116 121 122 122 124 124 124 126 128 128 vi

VIII.

SISTEM ALAT GERAK A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Otot atau Urat Daging Ikan Sistem Rangka Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

IX.

SISTEM PENCERNAAN A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Alat Pencernaan Sistem Pencernaan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

X.

SISTEM PERNAPASAN A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Organ Pernapasan Organ Pernapasan Tambahan Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

XI.

SISTEM PEREDARAN DARAH A. B. C. D. E. F. G. Sasaran Pembelajaran Jantung Darah Saluran Pembuluh Darah Limfa (Lien) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

halaman 132 132 132 134 134 141 141 141 143 143 143 144 150 150 151 151 151 151 152 157 158 158 160

XII.

SISTEM UROGENITAL A. B. C. D. E. Sasaran Pembelajaran Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

XIII.

SISTEM SARAF A. B. C. D. E. F. G. Sasaran Pembelajaran Sistem Saraf Jenis-jenis Saraf Otak Saraf Cranial Soal-soal Latihan Daftar Pustaka

LAMPIRAN (Glosarium)

vi

DAFTAR TABEL Nomor 1. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal tahun akademik 2010/2011 dan 2011/2012 Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi Distribusi jumlah spesies ikan berdasarkan ordo, famili dan Genera Periode zaman dan umur bumi Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan halaman

2.

3.

17 23

4. 5.

63 99

6.

Vii

DAFTAR GAMBAR Nomor 1. 2. Persentase komposisi spesies Vertebrata Ikan Schindleria brevipinguis, kerabat ikan gobi berukuran kecil yang ditemukan di Great Barrier Reef, Australia Daerah distribusi ikan secara geografis Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis Wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber) Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi Bentuk-bentuk tubuh ikan Bentuk-bentuk tubuh kombinasi Tulang-tulang tambahan tutup insang Bentuk-bentuk mulut Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan Letak mulut ikan Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan Bentuk-bentuk sisik ikan Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan Beberapa ciri khusus pada badan ikan Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan Modifikasi sirip pada ikan Letak sirip perut pada tubuh ikan Tipe-tipe sirip ekor Bentuk morfologi ekor ikan Berbagai ukuran pada tubuh ikan halaman 16

20 22

3. 4.

24 33 35 37 39 40 40 42 42 44 46 47 49 51 52 52 54 60

5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21.

Ix

Nomor 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. Berbagai ukuran pada kepala ikan Jari-jari sirip Jari-jari pokok dan jari-jari cabang Jumlah jari-jari pokok Perbedaan jari-jari pada sirip ikan Sisik di atas dan di bawah garis rusuk Sisik pada pipi Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes Prosedur pembedahan tubuh ikan Berbagai posisi tubuh ikan Gelembung berenang Bagian-bagian sisik ikan Jenis-jenis sisik ikan Jari-jari sirip Penampang melintang otot ikan Tipe otot pada ikan Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes Otot-otot pada bagian di bawah kepala ikan Osteichthyes Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes Otot-otot pada sirip dada ikan Osteichthyes Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes Otot-otot appendicular dan branchiomeric pada ikan Chondrichthyes

halaman 61 65 67 67 67 70 70 83 84 86 88 88 92 93 95 103 104 105 105 106 106 107 107 108 x

Nomor 46. 47. 48. 49. 50 51 52. 53. 54. 55. 56. 57. 58. 59. 60. 61. 62. 63. 64. 65. 66. 67. 68. 69. Otot-otot hypobranchial pada ikan Chondrichthyes Rangka ikan Teleostei tampak lateral Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan Letak gigi pada ikan Osteichthyes Bentuk-bentuk gigi ikan Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard Alat pencernaan ikan omnivora Alat pencernaan ikan cucut Alat pernapasan pada larva Bagian-bagian insang ikan Teleostei Insang pada ikan herbivora dan carnivora Tulang penutup insang pada ikan Teleostei Celah insang pada ikan cucut Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus) Organ arborescent pada ikan lele (Clarias batrachus) Diverticula pada ikan gabus (Ophiocephalus striatus) Struktur jantung Osteichthyes Struktur jantung Chondrichthyes Sistem peredaran darah di bagian kepala ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kanan ikan Osteichthyes

halaman 108 112 112 113 113 114 114 118 118 119 119 120 125 125 125 127 127 129 129 130 133 133 135 135 xi

Nomor 70. Sistem peredaran darah pada organ dalam bagian kiri ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada ginjal ikan Osteichthyes Sistem peredaran darah pada insang ikan Chondrichthyes Sistem peredaran darah pada aorta dorsalis ikan Chondrichthyes Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes Sistem peredaran darah pada daerah ginjal ikan Chondrichthyes Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan Cara pembedahan untuk melihat otak ikan Otak ikan Osteichthyes tampak samping Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal

halaman

136

71.

136 137 137

72. 73. 74.

138

75.

139

76.

140 146 147 149 153 155 155 156

77. 78. 79. 80. 81. 82. 83.

xii

I. PENDAHULUAN

Program Studi Manajemen Sumberdaya Perairan (Prodi MSP) merupakan salah satu di antara lima program studi yang terdapat di Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan (FIKP) Universitas Hasanuddin, Makassar. Program Studi MSP telah memperoleh status akreditasi B sesuai hasil pemeriksaan Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT). Status akreditasi BAN tersebut terlampir dalam Sertifikat No. 0239/Ak-II.1/UHCMZS/XII/1998 tertanggal 22 Desember 1998. Pada tanggal 17 April 2003, BAN-PT mengeluarkan Sertifikat Akreditasi No. 05374/Ak-VI-S1-007/UHCMZS/IV/2003 untuk Prodi MSP dengan status akreditasi B. Selanjutnya, melalui Keputusan BAN-PT No. 015/BAN-PT/Ak-XII/S1/VI/2009, Prodi MSP kembali memperoleh akreditasi B, yang berlaku hingga 19 Juni 2014. Jumlah peminat Prodi MSP selama enam tahun terakhir cenderung mengalami penurunan, yang menunjukkan keketatan persaingan melemah. Namun demikian, jumlah yang diterima mengalami fluktuasi dalam kisaran yang cukup sempit, yaitu 46 57 orang. Berdasarkan hasil analisis deskriptif, keketatan persaingan peminat Prodi MSP tidak menjamin kualitas indeksprestasi kumulatif (IPK) dan masa studi lulusan, tetapi keragaman daerah sekolah menengah asal yang tinggi berpengaruh terhadap perbaikan IPK dan masa studi lulusan. Untuk menjadi seorang sarjana Prodi MSP, total sks sesuai kurikulum yang harus dilulusi oleh mahasiswa adalah 144 sks. Jumlah sks tersebut dapat diselesaikan dalam watu empat tahun (delapan semester) jika seorang mahasiswa Prodi MSP memiliki indeks prestasi semester rata-rata 2,00 3,00, dan mengambil 20 sks matakuliah setiap semester. Selama lima tahun terakhir, total mahasiswa baru yang diterima sebanyak 310 orang dan telah diluluskan 209 orang. Perincian masa studi lulusan tersebut adalah: 1.8% lulus dengan masa studi dibawah 4 tahun, 43.1% dengan masa studi sekitar 5 tahun, dan 58.9% dengan masa studi diatas 5 tahun. Namun demikian, masih terdapat sejumlah mahasiswa yang terdaftar secara aktif dan telah melampaui target kurikulum Prodi MSP. Iktiologi merupakan salah satu mata kuliah di FIKP Universitas Hasanuddin, bernilai 3 sks, dan diberikan pada Semester Ketiga. Sebelumnya, mata kuliah ini terbagi atas dua, yaitu mata kuliah Iktiologi Sistematik (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi Ilmu Kelautan, MSP, Pemanfaatan Sumberdaya

Perikanan, dan Sosial Ekonomi Perikanan; dan mata kuliah Iktiologi Fungsional (3 sks) yang wajib diikuti oleh mahasiswa dari Prodi MSP dan Budidaya Perairan. Sejak Semester Awal Tahun Akademik 2010/2011, mata kuliah ini wajib diberikan kepada seluruh mahasiswa di FIKP. Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi dua tahun terakhir dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel Jumlah peserta mata kuliah Iktiologi pada akademik 2010/2011 dan 2011/2012 Program studi studi Awal 2010/2011 Ilmu Kelautan 33 Manajemen Sumberdaya Perairan 31 Budidaya Perairan 42 Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan 50 Sosial Ekonomi Perikanan 22 Jumlah 178 1. Semester Awal tahun

Awal 2011/2012 50 35 56 34 28 203

Pada Semester Awal 2010/2011, mahasiswa didistribusikan ke dalam empat kelas paralel, dan masing-masing kelas diampu oleh dua orang dosen. Oleh karena keterbatasan ruang perkuliahan akibat banyaknya jumlah mata kuliah yang diberikan kepada mahasiswa FIKP pada Semester Awal 2011/2012, maka jumlah kelas dikurangi menjadi tiga kelas paralel dan masing-masing kelas diampu oleh tiga orang dosen. Setiap kelas berisi gabungan mahasiswa yang berasal dari kelima program studi di FIKP. Untuk menambah wawasan mahasiswa maka selain proses pembelajaran di dalam kelas, juga diberikan kegiatan praktikum di Laboratorium Biologi Perikanan, Jurusan Perikanan, FIKP. Berdasarkan nilai akhir mata kuliah Iktiologi pada Semester Awal 2010/2011, maka mahasiswa yang lulus di kelas A sebanyak 71.43%, di kelas B 89.19%, di kelas C 87.76%, dan di kelas D 68.59%. Distribusi nilai mahasiswa yang memperoleh nilai A berkisar 4.08 10.81%, A berkisar 2.70 26.53%, B+ berkisar 2.13 22.45%, B berkisar 6.12 45.95%, B berkisar 4.08 20.41%, C+ berkisar 5.41 10.64%, C berkisar 2.70 25.53%, D berkisar 2.04 2.13%, dan E berkisar 10.81 31.91%. Sistem pembelajaran yang diterapkan di FIKP adalah sistem yang berbasis student-centered learning atau SCL. Sistem ini telah berlangsung dengan baik di FIKP berkat ketersediaan sarana pendukung yang cukup memadai. Namun,

akibat jumlah peserta yang cukup banyak pada setiap kelas (lebih dari 40 orang) maka efektivitas proses pembelajaran menjadi berkurang. Oleh karena itu, agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif diperlukan sarana penunjang, satu di antaranya adalah buku ajar. Buku ajar yang diberikan dapat menjadi salah satu bahan acuan mahasiswa untuk meningkatkan pemahaman terhadap mata kuliah Iktiologi. Adanya buku ajar Iktiologi dapat membantu mahasiswa untuk memahami proses pembelajaran yang sedang berlangsung dan menambah wawasannya terhadap Iktiologi. Keberadaan buku ajar Iktiologi juga dapat menciptakan interaksi yang lebih intens antara mahasiswa dan dosen sehingga proses pembelajaran berlangsung lebih efektif. Materi yang tercantum di dalam buku ajar disesuaikan dengan Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah tersebut (Tabel 2). Tabel 2. Identitas dan Garis-garis Besar Rencana Iktiologi Pembelajaran mata kuliah

a. Identitas mata kuliah Iktiologi 1. Unit Kerja 2. Program Studi 3. Nama Mata kuliah 4. Kode Mata kuliah 5. Semester 6. Prasyarat dari Mata kuliah 7. Nama Dosen : : : : : : : Fakultas Ilmu Kelautan dan Perikanan, Universitas Hasanuddin Manajemen Sumberdaya Perairan Iktiologi 202 L003 Ganjil (III) Biologi Dasar Prof. Dr. Ir. Sharifuddin Bin Andy Omar, M.Sc. Prof. Dr. Ir. Farida G. Sitepu, MS Prof. Dr. A. Iqbal Burhanuddin, ST, M.Fish.Sc. Dr. Ir. Joeharnani Tresnati, DEA Dr. Ir. Syafiuddin, M.Si. Dr. Ir. Rahmadi Tambaru, M.Si. Ir. Muh. Arifin Dahlan, MS Ir. Suwarni, M.Si. A. Aliah Hidayani, S.Si., M.Si. Utama

8. Kategori Kompetensi

b. Format Garis-garis Besar Rencana Pembelajaran mata kuliah Iktiologi 1. Kompetensi utama: a. menguasai ilmu-ilmu dasar mengenai bioekologi perikanan b. menguasai prinsip-prinsip dasar, potensi, nilai ekonomi, dan masalahan sumberdaya perairan 2. Kompetensi pendukung: a. mampu membuat evaluasi efek aktivitas manusia dan alam terhadap sumberdaya perairan b. mampu mengembangkan strategi dan teknologi pengelolaan sumberdaya perairan 3. Kompetensi lainnya: a. mampu membuat dasar-dasar perencanaan program pengelolaan sumberdaya perairan b. mampu menerapkan konsep dasar pelestarian dan restorasi fungsi perairan untuk mendukung peningkatan produksi perikanan secara berkelanjutan (penekanan pada sea ranching). 4. Sasaran Belajar: Setelah mengikuti matakuliah ini, mahasiswa memiliki wawasan tentang ikan dan aspek-aspek yang berkaitan dengan sistematika dan organ ikan

Minggu Ke
1, 2, dan 3

Sasaran Pembelajaran
Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi, ikan, sistematika, nomenklatur / tata nama, kedudukan ikan di dalam dunia hewan, jumlah spesies ikan, distribusi ikan, dan sistematika ikan

Materi Pembelajaran -

Strategi Kriteria Penilaian Pembelajaran Pengertian iktiologi Ceramah dan Ketepatan dalam menyebutkan diskusi ruang lingkup iktiologi, Nomenklatur / nomenklatur, kedudukan ikan Tatanama dalam dunia hewan, jumlah Kedudukan ikan spesies ikan di dunia, dalam dunia hewan pengertian dan teori distribusi, Jumlah spesies ikan faktor-faktor penghalang Distribusi ikan distribusi, dan distribusi ikan di Daerah distribusi ikanIndonesia ikan di Indonesia Sistem klasifikasi ikan Ceramah dan diskusi Ketepatan dalam menyebutkan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan Ketepatan dalam menjelaskan pengertian morfometrik meristik Ketepatan dalam menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara menyusun hirarki taksonomi

Bobot Nilai (%) 20

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian tubuh ikan, bentuk-bentuk tubuh ikan, bagian-bagian kepala ikan, bagian-bagan badan ikan, anggota gerak pada ikan, dan bagian-bagian ekor ikan Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian morfometrik meristik Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik, cara-cara menyusun kunci identifikasi serta cara-cara

- Bagian-bagian tubuh ikan - Bentuk-bentuk tubuh ikan - Kepala ikan - Badan ikan - Anggota gerak - Ekor ikan - Morfometrik - Meristik - Identifikasi - Kunci identifikasi - Hirarki taksonomi

10

Ceramah dan diskusi Ceramah dan diskusi

10

10

Minggu Ke 7 8

Sasaran Pembelajaran
menyusun hirarki dari kategorikategori taksonomi.

Materi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Kriteria Penilaian

Bobot Nilai (%)

UJIAN TENGAH SEMESTER


Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan) Agar mahasiswa mampu mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagian-bagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, fungsi - Istilah-istilah anatomi - Gelembung berenang Ceramah dan diskusi Ketepatan dalam menjelaskan pengertian beberapa istilah yang berkaitan dengan anatomi dan cara-cara melakukan pengamatan organ dalam ikan Ketepatan dalam mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh yang terdapat pada bagian integumen, bagianbagian dan jenis-jenis sisik pada ikan, serta menunjukkan posisi derivat-derivat kulit lainnya pada tubuh ikan. Ketepatan dalam menjelaskan bagian-bagian dari sebuah urat daging atau otot ikan, letak urat daging, bagian-bagian dari rangka ikan, serta letak dan nama-nama tulang ikan Ketepatan dalam menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya serta fungsi kelenjar pencernaan

10

- Kulit - Derivat-derivat kulit - Ikan beracun

Ceramah dan diskusi

10

- Otot - Sistem rangka

Ceramah dan diskusi

10

11

- Alat pencernaan - Sistem pencernaan

Ceramah dan diskusi

Minggu Ke

Sasaran Pembelajaran
organ-organ pencernaan beserta modifikasinya, serta fungsi kelenjar pencernaan

Materi Pembelajaran

Strategi Pembelajaran

Kriteria Penilaian

Bobot Nilai (%)

12

13

14

15

Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya

- Sistem pencernaan - Organ pernapasan - Alat pernapasan tambahan


- Sistem peredaran - darah - Jantung

Ceramah dan diskusi

Ketepatan dalam menjelaskan sistem pernapasan,serta mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan dan alat pernapasan tambahan.
Ketepatan dalam menjelaskan sistem peredaran darah serta fungsi-fungsi bagian dari jantung ikan Ketepatan dalam menjelaskan sistem urogenital, mengenali organ yang berperan dalam ekskresi (ginjal) dan reproduksi (gonad), serta menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan betina Ketepatan dalam menjelaskan sistem saraf atau systema nervorum serta mengenali otak dan bagian-bagiannya

Ceramah dan diskusi

- Sistem urogenital - Ginjal - Gonad

Ceramah dan diskusi

- Sistem saraf - Otak

Ceramah dan diskusi

16

UJIAN AKHIR SEMESTER

DAFTAR PUSTAKA Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Ichthyologi. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Dasar. Jurusan Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction to Ichthyology. Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Anatomy. Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

II. IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian iktiologi,

ikan, sistematika, dan nomenklatur/tata nama 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan kedudukan ikan di

dalam dunia hewan 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan jumlah spesies ikan 4. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan distribusi ikan

B. Pengertian Iktiologi Iktiologi merupakan cabang dari Ilmu Hayat (Biologi), atau secara tepatnya merupakan cabang dari Ilmu Hewan (Zoologi). Iktiologi dalam arti singkat berarti

suatu ilmu yang khusus mempelajari tentang ikan. Perkataan iktiologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ichthyologia.

Ichthyes berarti ikan, sedangkan logos berarti ajaran atau ilmu. Dengan demikian, ichthyologi (iktiologi) adalah suatu ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari

ikan dan dengan segala aspek kehidupannya. Pada Bab I Ketentuan Umum ayat 2 Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1985 tentang Perikanan yang ditetapkan pada tanggal 19 Juni

1985 tercantum pengertian ikan, yaitu: sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya. Tanggal 6 Oktober 2004 ditetapkan Undang-

undang Republik Indonesia Nomor 31 tahun 2004 tentang Perikanan. Pada Bab I Ketentuan Umum, Bagian Kesatu, Pasal 1 ayat 4 undang-undang ini tercantum

pengertian bahwa ikan adalah segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan. Pengertian yang sama seperti di atas tercantum kembali pada Pasal 1 ayat 4 Undang-undang Republik Indonesia Republik Nomor Indonesia 45 tahun 31 2009 tahun tentang 2004 Perubahan tentang atas Undang-undang yang ditetapkan

Nomor

Perikanan

pada tanggal 29 Oktober 2009. Berdasarkan pengertian yang tercantum di dalam undang-undang di atas, yang dimaksud dengan ikan termasuk spons (filum Porifera), ubur-ubur dan bunga karang (filum Coelenterata), dan siput, kerang, (filum dan cumi-cumi (filum Moluska), dan

bulubabi, bintang laut,

teripang

Echinodermata),

udang,

kepiting,

rajungan (kelas

(filum

Crustacea), Istilah ini

bahkan sering

penyu

(kelas sebagai

Reptilia), ikan

duyung

dan

paus

Mamalia).

dikenal

menurut

undang-undang.

Arti yang kedua adalah ikan merupakan binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), badannya hidup dalam lingkungan sirip, arti air, dan pergerakan umumnya ini dan kesetimbangan dengan ikan

terutama insang.

menggunakan Istilah untuk

bernapas sebagai

menggunakan

yang

kedua

dikenal

secara taksonomi. Kata biasa sistematika berasal dari bahasa cara Latin, yaitu systema. untuk Kata systema

digunakan

sebagai

suatu

atau

sistem

mengelompokkan

tumbuhan dan binatang. Istilah ini digunakan pertama kali oleh Carolus Linnaeus pada saat menulis bukunya Systema Naturae pada tahun 1773. Selain istilah sistematika, juga dikenal istilah taksonomi yang berasal dari

bahasa Yunani, yaitu Istilah ini diusulkan

taxis yang berarti susunan dan nomos yang berarti hukum. oleh Candolle pada tahun 1813 yang dimaksudkan sebagai

teori mengklasifikasikan tumbuhan. Berdasarkan atau ini, taksonomi baik istilah pengertian ilmu yang yang telah disebutkan untuk di atas, maka sistematika biota. Saat

adalah

digunakan istilah dan

mengklasifikasikan dipakai saling iktiologi

sistematika klasifikasi

maupun

taksonomi,

bergantian sistematika

dalam

bidang

tumbuhan

hewan.

Selanjutnya,

dapat diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka. C. Nomenklatur / Tata-nama Istilah berarti nomenklatur pemberian berasal dari bahasa Latin, Pada yaitu umumnya nomenklatural, ada tiga yang macam

nama/tata-nama/penamaan.

sistim penamaan yang sering digunakan, yaitu: 1. Valid scientific name atau Scientific name: adalah nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan

nama yang sah atau diakui. Selain itu, adapula nama ilmiah lainnya yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama synonym atau nama persamaan untuk suatu jenis ikan. Contoh: Scientific name Synonym : : Carassius auratus auratus (Linnaeus, 1758) Carassius auratus cantonensis Tchang, 1933
10

Carassius chinensis Gronow, 1854 Carassius discolor Basilewsky, 1855 Scientific name Synonym : : Sarda sarda (Bloch, 1793) Thynnus brachipterus Cuvier, 1829 Sarda pelamis (Brnnich, 1768) Scomber palamitus Rafinesque, 1810 2. Standard common name atau Common name: adalah atau nama umum yang lazim digunakan biasanya untuk nama sesuatu binatang untuk

ikan.

Pada

setiap

negara

memiliki

nama-nama

umum

sesuatu ikan dan hal ini tergantung kepada bahasa nasional negara tersebut. Namun seluruh demikian, dunia, nama-nama terutama jika umum tersebut sering bahasa pula berlaku untuk

mempergunakan

Inggris,

Perancis,

Jerman, Jepang, atau Hawaii. Contoh: Scientific name Common name : : Thunnus alalunga (Bonnaterre, 1788) Albacora (di Argentina, Brasil, Colombia, Cuba, Dominica, Meksiko, Panama, Peru, Portugal, Puerto Rico, Spanyol, Swedia, Uruguay, Venezuela). Albacore (di Afrika Selatan, Alaska, Amerika Serikat, Barbados, Denmark, Filipina, India, Inggris, Kanada, Selandia Baru). Tuna (di Fiji, Malaysia, Namibia, Serbia). Scientific name Common name : : Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 Common carp (di Australia, Amerika Serikat, Bangladesh, Filipina, Hong Kong, India, Kenya, Malaysia, Meksiko, Namibia, Rwanda, Sri Lanka, Taiwan, Uruguay, Uzbekistan). Carpe (di Belgia, Perancis, Quebec, Swiss). Carpa (di Argentina, Brasil, Cili, Portugal, Uruguay). 3. Vernacular name atau Local common name: adalah nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu binatang atau ikan.

Biasanya nama lokal sesuatu binatang di dalam suatu negara sangat

11

bervariasi.

Keanekaragaman

nama

lokal

ini

tergantung

kepada

banyak

tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut. Contoh: Nama umum (Indonesia) : Nama local : ikan mas, karper masmasan, tombro, wangkang (Jawa); kumpai lauk mas, cingkeuk (Bandung); rayo, ameh (Padang). Nama umum (Indonesia) : Nama local : betok betik, krucilan (Jawa); pepeuyeuh, pupuyu (Kalimantan); betrik, boreg (Bandung); puyupuyu ( Padang); bale balang (Makassar), bale oseng (Bugis). Sistim dalam penamaan modern telah dirintis (edisi oleh Carolus Linnaeus (1707-1778), ini

karyanya

Systema

Naturae

sepuluh,

1758).

Penamaan

menggunakan sistim binomial atau sistim nama dengan memakai dua kata. Kata pertama ditujukan sifat untuk umum nama dari genus binatang (jamaknya: tersebut. genera) Kata ini yang maksudnya diawali untuk dengan

menunjukkan

selalu

huruf kapital atau huruf besar. Misalnya: kedua ditujukan untuk nama spesies

Atropus,

Barbonymus,

Channa. Kata

(jamaknya:

spesies)

yang menunjukkan sifat

khusus dari binatang tersebut. Kata kedua ini biasanya ditulis dengan huruf kecil. Misalnya: Atropus atropos, Barbonymus gonionotus, Channa striata. Dalam saja perkembangan menjadi nomenklatur trinial selanjutnya, sistim sistim penamaan binomial dengan mungkin memakai

berkembang

sistim

atau

tiga kata. Kata ketiga di sini menunjukkan nama subspesies atau varietas, karena dalam hal ini didapatkan sifat-sifat yang lebih khusus lagi daripada sifat spesies. Misalnya: Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758 dan Auxis thazard thazard

(Lacepede, 1800). Biasanya nama name. yang di belakang Nama nama ilmiah dikenal dari sesuatu ikan, dicantumkan atau pula

penemunya. Nama

tersebut

sebagai

authority name

descriptor

author bukanlah jawab atau

merupakan suatu hadiah, melainkan merupakan keterangan tambahan

nama orang untuk tempat

bertanggung

deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya. Biasanya nama disingkat, tetapi ditulis secara lengkap, kecuali bagi

author tersebut tidak yang sudah

nama author

12

terkenal

atau

mempunyai

ketentuan

lain

untuk

mempermudah

penulisan

saja.

Misalnya: Cyprinus carpio carpio L. atau Cyprinus carpio carpio Linn. yang berasal dari nama Linnaeus; serta Ctenopharyngodon idellus (C.V.) yang merupakan

singkatan dari Cuvier dan Valenciennes. Apabila suatu spesies dipindahkan ke dalam suatu genus yang berbeda

dengan genus tempat dia pertama kali ditempatkan, maka nama author yang asli ditulis dalam kurung. Misalnya: Cheilopogon katoptron (Bleeker), Clarias

batrachus (L.). Penggunaan kurung juga dipakai bila terdapat seorang author yang menerangkan satu spesies baru, kemudian menghubungkan pada genus yang

salah atau apabila genus yang dimaksud telah dipecah menjadi beberapa genera, sehingga suatu spesies berada dalam genus baru, maka nama author spesies tadi diberi tanda kurung ( ).

Penulisan nama ilmiah ikan yang paling baik adalah jika selain nama ilmiah itu sendiri juga terdapat nama author dan tahun ketika ikan tersebut pertama kali dideskripsi. Misalnya nama ilmiah untuk salah satu Cypselurus ilmiah yang poecilopterus sama tetapi awal (Valenciennes, berbeda 1846). Jika author, spesies ikan terbang adalah sebuah maka ikan nama ilmiah sebagai memiliki author (valid synonym sah nama yang

nama

mendeskripsikan name)

lebih

dinyatakan yang

sebagai

nama

scientific (nama adalah adalah

sedangkan

deskripsi

belakangan ilmiah 1844,

dianggap ikan dan

persamaan). Scatophagus

Sebagai

contoh,

nama

kiper nama

yang

multifasciatus

Richardson,

persamaannya

Scatophagus multifasciatus Bleeker, 1855. Pada bagian belakang dari nama genus atau genera, sering pula ditrulis

suatu singkatan: sp., spp., atau n.sp. Singkatan sp. artinya jika satu jenis ikan belum diketahui spesiesnya dengan tepat atau analisanya belum lengkap. Arti

spp. adalah jika ada beberapa jenis ikan yang termasuk dalam satu genus tetapi nama spesiesnya belum diketahui secara lengkap atau analisanya belum lengkap. Seringkali ditemukan pustaka yang mencantumkan nama ikan dan diikuti dengan

tulisan n.gen. dan n.sp., yang merupakan singkatan dari new genus dan new species. Hal ini menunjukkan yang baru. Sebagai contoh bahwa ikan tersebut termasuk spesies dan genus margaritatus n.gen., n.sp.

misalnya ikan

Celestichthys

yang ditemukan di Myanmar (Roberts, 2007).

13

D. Kedudukan Ikan dalam Dunia Hewan Dalam dunia hewan (kingdom Animalia) terdapat kira-kira 22 fila, 68 kelas, dan 350 ordo. Menurut Storer dan Usinger (1957), dunia hewan dapat dibedakan atas dua subkingdom, yaitu Protozoa (unicellulair animals) dan Metazoa

(multicellulair animals atau tissue animals). Subkingdom Chordata. Ciri Metazoa filum terdiri atas 21 fila, lain satu di antaranya chorda adalah dorsalis filum atau

khas

Chordata

antara

mempunyai

batang penguat tubuh. Filum Chordata dapat dibagi atas dua grup yang meliputi lima subfila, yaitu: Grup A. Acrania Subfilum: Subfilum: Kelas: Kelas: Kelas: Subfilum: Hemichordata Urochordata (Tunicata) Larvacea / Appendicularia Ascidiacea Thaliacea Cephalochordata

Grup B. Craniata atau Vertebrata Subfilum: Kelas: Kelas: Agnatha (vertebrata tanpa rahang) Ostracodermi (sudah punah) Cyclostomata / Marsipobranchii / Monorhina (Lamprey dan hagfishes) Subfilum: Superkelas: Kelas: Kelas: Kelas: Superkelas: Kelas: Kelas: Kelas: Kelas: Gnathostomata (vertebrata yang berahang) Pisces Placodermi (sudah punah) Chondrichthyes (ikan bertulang rawan) Osteichthyes (ikan bertulang sejati) Tetrapoda Amphibia Reptilia Aves Mammalia

Recce et al. (2011) menyatakan bahwa saat ini telah diketahui sekitar 1,3 juta spesies yang termasuk ke dalam 23 fila. Fila tersebut adalah: Porifera (5500

14

spesies), spesies), spesies), (1100 500

Placozoa Acoela

(1

spesies), spesies),

Cnidaria

(10

000 (20

spesies), 000

Ctenophora Rotifera

(100 (1800

(400

Platyhelminthes

spesies), spesies), spesies), spesies),

Ectoprocta

(4500

spesies), (1 000

Brachiopoda Nemertea Loricifera

(335 (900

Acanthocephala Annelida Priapula (16 (16 (25

spesies), spesies),

Cycliophora Moluska (93 (110 (1

spesies), spesies),

(10 (800

spesies), 000

Onychophora

spesies), 000 dan Recce 000

Tardigrada spesies), (52

spesies),

Nematoda (7000 Secara filum

spesies),

Arthropoda (85

Echinodermata 000 spesies),

spesies), filogeni Chordata

Hemichordata berdasarkan atas:

spesies), molekuler,

Chordata et al.

data

(2011),

membedakan

Cephalochordata (lamprey), sejati),

(lancelets),

Urochordata (ikan Dipnoi

(tunicata), bertulang

Myxini rawan),

(hagfishes), Actinopterygii Reptilia

Petromyzontida (ikan bersirip

Chondrichthyes (coelacanth),

Actinistia

(lungfishes),

Amphibia,

(termasuk burung), dan Mammalia. Klasifikasi dunia hewan yang lain dikemukakan oleh Raven dan membagi dunia hewan ke dalam 22 fila. Fila tersebut et al. (2011) adalah: Porifera,

Cnidaria,

Ctenophora,

Acoela,

Micrognathozoa, (Ectoprocta), Nematoda, dan tiga

Rotifera, Annelida, Tardigrada, Di

Cycliophora, Moluska, Arthropoda, klasifikasi

Platyhelminthes, Nemertea, Onychophora, ini, filum

Brachiopoda,

Bryozoa

Loricifera,

Kinorhyncha, Echinodermata, atas

Chaetognatha, Chordata dan 30

Chordata, subfila,

dalam

dibedakan Vertebrata. spesies),

yaitu

Urochordata, terdiri 35 atas:

Cephalochordata, Myxini (hagfishes,

Selanjutnya,

subfilum

Vertebrata (lamprey, Actinopterygii 8

Cephalaspidomorphy 750 spesies),

spesies), (ray-finned Amphibia,

Chondrichthyes fishes, 30 000

(cartilaginous spesies),

fishes,

Sarcopterygii

(lobe-finned

fishes,

spesies),

Mammalia, Testudines, Lepidosauria, Crocodilia, dan Aves.

E. Jumlah Spesies Ikan Jumlah jumlah spesies/jenis ikan adalah yang terbanyak Lagler jika dibandingkan et al. dengan spesies hewan vertebrata lainnya. Menurut (1977), jumlah

spesies ikan yang telah diberi nama diperkirakan sekitar

15 000 17 000 jenis,

dari sekitar 40 000 jenis ikan yang ada. Persentase spesies hewan menurut Lagler et al. (1977) dari lima kelas Vertebrata adalah sebagai berikut (Gambar 1): Pisces 20 000 spesies (48,1%), Aves 8600 spesies (20,7%), Reptilia 6000 spesies (14,4%), Mammalia 4500 spesies (10,8%), dan Amphibia 2500 spesies (6,0%). 15

Gambar 1. Persentase komposisi spesies Vertebrata (Lagler et al., 1977)

16

Menurut

taksiran

Nelson

(1976),

Pisces

terbagi

atas

46

ordo,

450

famili,

4032 genera, dan 18 818 tawar). Ordo-ordo yang

spesies (6851 hidup

di antaranya di air tawar,

merupakan antara lain:

spesies air Amiiformes, Lepidosireni-

seluruhnya

Ceratodiformes, formes, formes. pertambahan

Cypriniformes,

Indostomiformes, Percopsiformes, ikan tersebut 21 723

Semionotiformes, Polypteryformes, dan

Osteoglossiformes, Jumlah waktu, spesies yaitu

Mormyridengan (Nelson,

meningkat spesies

terus 445

seiring famili

menjadi

dalam

1984), 24 618 spesies dalam 482 famili (Nelson, 1994). Klasifikasi yang terakhir (Nelson, 2006) menunjukkan saat ini terdapat 27 977 spesies yang termasuk

dalam 62 ordo dan 515 famili (Tabel 3). Jumlah spesies Vertebrata yang telah diketahui saat ini adalah Nelson 54 (2006) 771 jauh spesies lebih dan banyak 27 jumlah spesies ikan yang spesies 26

dikemukakan gabungan 734 spesies.

oleh

dibandingkan 977 spesies

jumlah

Vertebrata

lainnya

(Tetrapoda),

yaitu

berbanding

Tabel

3.

Distribusi

jumlah

spesies

ikan

berdasarkan

ordo,

famili

dan

genera

(Nelson, 2006)

17

Tabel 3. Lanjutan

18

Di antara 515 famili tersebut di atas, terdapat 9 famili yang memiliki jumlah spesies atau (6106 lebih dari 33% 400, dari dengan seluruh jumlah spesies air total ikan. tawar. seluruhnya Sekitar mencapai dari famili 9302 spesies tersebut adalah

sekitar

66%

spesies tersebut

spesies)

merupakan

spesies

Kesembilan Loricariidae, klasifikasi

Cyprinidae, Labridae,

Gobiidae, dan

Cichlidae,

Characidae, lanjut

Balitoridae, yang

Serranidae, terdapat

Scorpaenidae.

Lebih

pada

terakhir

64 famili yang hanya memiliki satu spesies, 33 famili yang memiliki dua spesies, dan 67 famili yang memiliki 100 spesies atau lebih, bahkan tiga famili di antaranya memiliki lebih dari 1000 spesies. Ikan terkecil yang pernah diketemukan adalah Paedocypris progenetica

Kottelat, Britz, Tan & Witte, 2006. Ikan ini termasuk kerabat ikan mas, hidup di perairan rawa gambut Sumatera. Panjang maksimum ikan jantan 9,8 mm dan ikan betina 10,3 mm. Ikan betina pertama kali matang gonad pada ukuran 7,9 mm (Kottelat et al., 2006). Ikan Photocorynus spiniceps Regan, 1925 merupakan

anggota dari subordo Ceratoidei yang hidup di laut

dalam. Ikan jantan matang

kelamin memiliki panjang tubuh 6,2 mm dan hidup parasit pada ikan betina yang memiliki panjang tubuh 46 mm (Pietsch, 2005). Ikan Schindleria brevipinguis

Watson & Walker, 2004 merupakan kerabat ikan gobi yang hanya ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Gambar 2). Ikan betina matang kelamin pada

ukuran panjang 7 8 mm, sedangkan yang jantan pada ukuran 6,5 7 mm. Spesimen (Watson cucut terbesar dan yang pernah Ikan Simth, ditemukan terbesar 1828 memiliki yang panjang tubuh 8,4 mm ikan

Walker,

2004).

pernah shark)

didapatkan yang

adalah

Rhincodon

typus

(whale

mempunyai

ukuran

panjang tubuh sampai mencapai 20 m dan bobot tubuh 34 000 kg (Rohner et al., 2011). ocean Ikan sunfish bertulang yang sejati memiliki terbesar panjang adalah tubuh Mola 3,3 m mola dan (Linnaeus, bobot 1758) 2300 atau kg

tubuh

(Summers, 2007).

F. Distribusi Ikan Distribusi adalah suatu peristiwa penyebaran organisme pada suatu tempat

dan pada suatu waktu tertentu. Berdasarkan unsur tempat dan waktu, Storer dan Usinger (1957) membedakan distribusi binatang sebagai berikut: distribusi

geografis, distribusi ekologis, dan distribusi geologis.

19

Gambar

2.

Ikan

Schindleria

brevipinguis, kerabat

ikan

gobi berukuran

kecil yang

ditemukan di Great Barrier Reef, Australia (Watson & Walker, 2004)

20

1.

Distribusi geografis: adalah distribusi spesies hewan berdasarkan daerah di mana hewan tersebut diketemukan. Berdasarkan distribusi geografis, Bond (1979) menyatakan ada

enam daerah distribusi hewan atau zoogeographic realms (Gambar 3), yaitu: a. Australian: meliputi Australia, Selandia Baru, Papua Nugini, dan

beberapa pulau di Samudera Atlantik. b. Oriental: Srilanka, Filipina. c. Neotropical: meliputi daerah Amerika Selatan dan Amerika Tengah, meliputi Asia Selatan dari Himalaya, antara lain India, dan

Malaysia,

Sumatera,

Kalimantan,

Jawa,

Sulawesi,

Dataran Mexico, dan Hindia Barat. d. Ethiopian: meliputi Afrika, termasuk Gurun Pasir Sahara,

Madagaskar, dan pulau-pulau di sekitarnya. e. Nearctic: meliputi daerah Amerika Utara, Dataran Tinggi Mexico

sampai ke Greenland. f. Palearctic: Himalaya, Sahara. meliputi daerah Eurasia menuju ke Selatan bagian sampai Utara ke Gurun

Afghanistan,

Persia,

dan

Afrika

2.

Distribusi ekologis: adalah persebaran (habitat) spesies di mana hewan mereka yang berada. lain: berhubungan Secara habitat air dengan ekologis, laut, hal pada keadan distribusi air ini, air, tawar, ikan baik

lingkungan hewan hutan,

tersebut padang hewan

dapat rumput, air,

digolongkan dan

antara pasir.

padang

Berkaitan

dengan terbatas

termasuk

sehingga

distribusi

ekologisnya

air tawar maupun air laut.

3.

Distribusi geologis: merupakan waktu atau distribusi zaman suatu dan spesies periode zaman organisme bumi yang di umur mana bumi berhubungan spesies dengan itu

umur dan

hewan

diketemukan.

Pembagian

periode

secara

geologis

dapat dilihat pada Tabel 4.

21

Gambar 3. Daerah distribusi ikan secara geografis (Bond, 1979)

22

Tabel 4. Periode zaman dan umur bumi (Storer dan Usinger, 1957)

Ikan hidup lalu) pada adalah

yang

pertama

kali

hadir periode

di

atas

permukaan (kira-kira ada

bumi 400

dan juta

diperkirakan tahun ini yang

zaman ikan

Paleozoic

Ordovician ikan

Ostracodermis.

Spesies

yang

sekarang

terdapat

sekitar 50 juta tahun yang lalu sampai sekarang (Lagler et al. 1977).

G. Daerah Distribusi Ikan-ikan di Indonesia Jumlah spesies ikan yang mendiami perairan di Indonesia diperkirakan

kurang lebih 6000 spesies. Menurut Alamsjah (1974), berdasarkan hasil penelitian Wallace (dalam karya taksonomi Pieter Bleeker) yang dibukukan oleh Weber dan de Beaufort, serta hasil penelitian zoogeografi Molengraff dan Weber (1919),

daerah distribusi ikan-ikan di Indonesia dapat dibedakan sebagai berikut: 1. Ikan-ikan daerah Paparan Sunda (Sundaplat) Paparan (Gambar Sumatera, Sunda 4). merupakan Hal ini bagian dari benua ikan-ikan mirip Asia yang dengan pada zaman di dahulu Pulau berasal

menyebabkan Kalimantan,

terdapat ikan

Jawa,

dan

sangat

yang

dari daerah-daerah di daratan Asia bagian tenggara.

23

Gambar 4. Wilayah distribusi ikan-ikan di Indonesia, terdiri atas daerah paparan Sunda (di sebelah barat garis Wallace), daerah Wallace (di antara garis wallace dan garis Weber), dan daerah paparan Sahul (di sebelah timur garis Weber)

24

Ikan di

air ketiga

tawar pulau di

yang

terdapat

di

rawa-rawa, sebanyak dihuni

sungai-sungai, 500 spesies.

dan

danau-danau, umumnya dan

tersebut, pulau

kira-kira tersebut

Pada

perairan

ketiga

oleh

jenis-jenis

ikan

karnivor

omnivor, serta hanya sedikit sekali ikan herbivor. Contoh ikan-ikan yang menghuni daerah perairan dataran rendah adalah: lais (Kryptopterus (Pangasius rendah spp.), spp.), gabus dan lain (Channa spp.), jambal spp.). (Wallago Perairan spp.), patin dataran jelawat ikan-ikan tambakan

belida dihuni

(Notopterus oleh: nilem

sungai spp.),

antara

(Osteochillus spp.).

(Leptobarbus penghuni

spp.),

dan

hampal antara

(Hampala lain: sepat

Sebaliknya, spp.),

daerah

rawa-rawa

(Trichogaster

(Helostoma spp.), dan betok (Anabas spp.). Ikan-ikan yang mendiami sungaisungai dan danau-danau di daerah dataran tinggi (ketinggian di atas 500 m) antara lain adalah spp.), ikan namun arengan ikan-ikan (Labeo ini tidak spp.) suka dan hidup ikan sengkaring dengan

(Labeobarbus

bersama

jenis-jenis ikan lainnya.

2.

Ikan-ikan daerah Wallacea Daerah Wallacea meliputi daerah Nusa Tenggara dan Sulawesi. Spesies

ikan air tawar tidak terlalu banyak dan juga tidak dan ikan-ikan pemakan epifit (famili Cyprinidae),

terdapat ikan-ikan herbivor demikian juga ikan-ikan

karnivor dari famili Siluridae. Daerah ini didominasi oleh jenis sidat (Anguilla spp.), jenis betok (Anabas spp.), dan dua jenis beloso (famili Eleotridae).

3.

Ikan-ikan daerah Paparan Sahul (Sahulplat) Spesies yang ikan belum di banyak daerah penelitian pesisir diketahui karena ini. Spesies ikan pada belum yang begitu banyak di penelitian daerah dan ini

dilakukan

diketahui

berdasarkan terbatas

hasil

Hardenberg Irian Jaya,

tahun

1950, besar

hanya dalam

pada

daerah

sebagian

termasuk

famili Gobiidae dan Siluridae

Walaupun bahwa ketiga

berdasarkan daerah tersebut

hasil-hasil

penelitian

tersebut

di

atas

diketahui khas,

masing-masing

mempunyai

penghuni

yang

akan tetapi pemasukan ikan dari satu daerah ke daerah yang lain dapat saja

25

terjadi.

Hal

ini

terjadi

karena

adanya

campur

tangan

manusia

atau

oleh

faktor

distribusi lainnya.

H. Sistem Klasifikasi Ikan Saat klasifikasi kategori, dalam ini telah banyak dipublikasikan perbedaan di dalam dan sistem klasifikasi ikan. satu Sistem-sistem dan yang ciri-ciri dalam ahli saja dari telah ikan selain selain tersebut perbedaan penentuan Setiap sistematika berasal sistem direvisi dari sistem biasanya kawasan ikan memiliki perincian dasar persamaan yang antara sama,

lainnya. Hal ini disebabkan antara lain oleh perbedaan kedudukan hirarki berbagai kategori perbedaan di penamaan, ikan dan yang dengan perbedaan telah ahli penggolongan oleh tersebut juga Bleeker

kategori (Sjafei et al., 1989). klasifikasi memiliki yang yang Weeber dikemukakan tersebut, tetapi adalah sistem seorang tidak berasal yang pengikut. Pengikut-pengikut

sama sering dan

kawasan lain. Di Indonesia dan wilayah-wilayah lainnya di kawasan Indo Pasifik, klasifikasi oleh digunakan de di di Sunier, Beaufort. Inggris Jerman Beberapa dan dan sistem klasifikasi

yang pernah digunakan antara lain yaitu: 1. Sistem 2. Sistem Boulenger, Schultz, digunakan digunakan bekas bekas jajahannya, jajahannya, penggunaan sistem J. R. Norman. penggunaan sistem Bleeker. 3. Sistem H. H. Newman, digunakan di Amerika, selain penggunaan sistem D. S. Berg dan sistem Jordan. 4. Sistem 5. Sistem Bleeker, Ian S. digunakan R. Munro, di Belanda, di Sri Belgia, Lanka, Perancis, dan bekas jajahannya. digunakan merupakan modifikasi sistem L. S. Berg. 6. Sistem Chote Suvatti, digunakan di Thailand. 7. Sistem Nikolsky, digunakan di Rusia. Perbedaan (1977), Saanin jumlah (1984), hirarki dan kategori et pada al. beberapa sistem ini klasifikasi diberikan ikan et al. sistem

yang pernah digunakan dapat dilihat dalam publikasi Berg (1965), Lagler Sjafei (1989). Berikut klasifikasi Bleeker yang telah direvisi oleh Sunier, Weber dan de Beuafort seperti

26

tercantum dalam Saanin (1986) dan sistem

klasifikasi Lagler

et al. (1977). Di

dalam penulisan berikut ini, nama ordo diurut berdasarkan abjad.

1. Sistem klasifikasi Bleeker yang telah direvisi Kelas Subkelas Ordo Ordo Subkelas Subkelas Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Pisces Elasmobranchii Hatoidei Selachii Chondrostei Dipnoi Teleostei Allotriognathi Anacanthini Apodes Berycomorphi Blennoidea Discocephali Gobioidea Heteromi Heterosomata Hypostomides Labyrinthici Malacopterygii Microcyprini Myctophoidea Ophistomi Ostariophysi Pediculati Percesoces Percomorphi Plectognathi Scleroparei Solenichthys Synbranchoidea

27

Ordo Ordo

Sypnentognathi Xenopterygii

2. Sistem klasifikasi Lagler et al. Golongan Kelas Subkelas Ordo Ordo Golongan Kelas Subkelas Ordo Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Kelas Subkelas Ordo Subkelas Ordo Subkelas Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Agnatha (tidak memiliki rahang bawah) Cephalaspidomorphi Cyclostomata Myxiniformes Petromyzontiformes Gnathostomata (memiliki rahang bawah) Chondrichthyes Holocephali Chimaeriformes Elasmobranchii (Selachii) Heterodontiformes Hexanchiformes Pristiophoriformes Rajiformes (Batoidei) Squaliformes Osteichthyes Crossopterygii Coelacanthiformes Dipnoi Dipteriformes Actinopterygii Acipenceriformes Amiiformes Anguilliformes Beloniformes Beryciformes Cetomiformes Clupeiformes Cypriniformes (Ostariophysi) Cyprinodontiformes 28

Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo Ordo

Dactylopteryformes Elopiformes Gadiformes (Anacanthini) Gasterosteiformes Gobiesociformes Gonarynchiformes Lampridiformes Lepisosteiformes Lophiiformes Mastacembeliformes Mugiliformes Myctophiformes Notacanthiformes (Heteromi) Osteoglossiformes Pegasiformes Perciformes Percopsiformes (Salmopercae) Pleuronectiformes Polypteriformes Salmoniformes Scorpaeniformes Synbranchiformes Tetraodontiformes Zeiformes

I. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10

menit tugas berikut ini. 1. Carilah deskripsi ikan-ikan yang berasal dari perairan Indonesia sepuluh

tahun terakhir ini. 2. Apa sebabnya ikan-ikan yang berada di perairan sebelah timur Indonesia

agak mirip dengan ikan-ikan yang berada di wilayah Australia?

29

J. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.

Identifikasi Ikan. Institut Pertanian

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Kottelat, M., Britz, R., Hui, T.H., and Witte, K.-E., 2006, Paedocypris, a new genus of Southeast Asian cyprinid fish with a remarkable sexual dimorphism, comprises the worlds smallest vertebrate, Proceedings of the Royal Society of London B 273, 895-899; Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.

Nelson, J.S. 1976. Fishes of the World. Wiley-Interscience, New York. 416 p. Nelson, J.S. 1984. Fishes of the World. Second edition. John Wiley and Sons, New York. 523 p. Nelson, J.S. 1994. Fishes of the World. Third edition. John Wiley and Sons, New York. 600 p. Nelson, J.S. 2006. Fishes of the World. Fourth edition. John Wiley and Sons, Inc. New York. 601 p. Pietsch, T.W., 2005, Dimorphism, parasitism, and sex revisited: reproduction among deep-sea ceratioid anglerfishes Lophiiformes), Ichthyological Research 52, 207-236; M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. modes of (Teleostei:

Rahardjo,

Fakultas

Raven,

P.H., G.B. Johnson, K.A. Mason, J.B. Losos, and S.R. Singer. Biology. Ninth edition. McGraw-Hill Companies, Inc., New York. 1406 p.

2011.

30

Recce,

J.A., L.A. Urry, M.L. Cain, S.A. Wasserman, P.V. Minorsky, and R.B. Jackson. 2011. Campbell Biology. Ninth edition. Benjamin Cummings, Boston. 1472 p.

Roberts, T.R. 2007. The celestial pearl danio, a new genus and species of colorful minute cyprinid fish from Myanmar (Pisces: Cypriniformes). The Raffles Bulletin of Zoology 55(1): 131-140. Rohner, C.A., Richardson, A.J., Marshall, A.D., Weeks, S.J., and Pierce, S.J., 2011, How large is the worlds largest fish? Measuring whale sharks, Rhyncodon typus, with laser photogrammetry, Journal of Fish Biology 78: 378-385.

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Storer, T.J. and R.L. Usinger. Company, Inc., New York. 1957. General Zoology. McGraw Hill Book

Summers, A., March 2007, No bones about em. Natural History 116(2): 36-37.

Watson,

W., and Walker, H.J. Jr., 2004, The worlds smallest vertebrate, Schindleria brevipinguis, a new paedomorphic species in the family Schindleriidae (Perciformes: Gobioidei), Records of the Australian Museum 56: 139-142

31

III. MORFOLOGI IKAN

A. Sasaran Pembelajaran 1. 2. 3. 4. 5. 6. Agar Agar Agar Agar Agar Agar mahasiswa mahasiswa mahasiswa mahasiswa mahasiswa mahasiswa mampu mampu mampu mampu mampu mampu memahami memahami memahami memahami memahami memahami dan dan dan dan dan dan menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan menjelaskan bagian-bagian bentuk-bentuk bagian-bagian bagian-bagan anggota gerak tubuh ikan tubuh ikan kepala ikan badan ikan pada ikan bagian-bagian ekor ikan B. Bagian-bagian Tubuh Ikan Pada umumnya tubuh ikan terbagi atas tiga bagian (Gambar 5), yaitu: 1. Caput: bagian kepala, yaitu mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. Pada bagian kepala terdapat mulut, rahang atas, rahang bawah, gigi, sungut, hidung, mata, insang, tutup insang, otak, jantung, dan sebagainya. 2. Truncus: Pada bagian badan, badan dalam yaitu mulai sirip dari ujung punggung, tutup sirip insang bagian dada, usus, sirip gonad, belakang serta sampai dengan permulaan sirip dubur. bagian terdapat seperti yaitu perut, organ-organ 3. Cauda: Pada hati, mulai anus, empedu, dari sirip lambung, gelembung dengan

renang, ginjal, limpa, dan sebagainya. bagian bagian ekor, ekor permulaan dubur, sirip dubur dan sampai ujung sirip ekor bagian paling belakang. terdapat sirip ekor, kadang-kadang juga terdapat scute dan finlet. Bagian tubuh ikan mempunyai ukuran yang sangat bervariasi. Ukuran

bagian badan pada ikan tambakan (Helostoma temminckii Cuvier, 1829) sangat

32

Gambar 5. Bagian-bagian tubuh ikan secara morfologi (Bond, 1979)

33

pendek,

sirip

dubur

sangat

panjang,

dan

permulaan

sirip

dubur

tidak

jauh

dari

bagian kepala. Sebaliknya, ukuran bagian badan pada ikan belut sangat panjang. C. Bentuk-bentuk Tubuh Ikan Bentuk tubuh ikan biasanya berkaitan erat dengan tempat dan cara mereka hidup. Secara umum, tubuh ikan berbentuk setangkup atau simetris bilateral, yang berarti jika ikan tersebut dibelah kiri. Selain itu, ada mana beberapa jika tubuh pada bagian tengah-tengah tubuhnya jenis ikan ikan yang mempunyai dibelah bentuk (potongan non-simetris (cross sagittal) akan terbagi menjadi dua bagian yang sama antara sisi kanan dan sisi bilateral, yang tersebut secara melintang

section) maka terdapat perbedaan antara sisi kanan dan sisi kiri tubuh, misalnya pada ikan langkau (Psettodes erumei (Bloch & Schneider, 1801)) dan ikan lidah (Cynoglossus bilineatus (Lacepde, 1802)). Bentuk tubuh simetris dapat dibedakan atas (Gambar 6): 1. Fusiform sangat banyak sedangkan atau bentuk torpedo (bentuk cerutu), suatu sama tubuh. yaitu suatu bentuk lebar tubuh yang tubuh, hampir stream-line hambatan. panjang untuk Tinggi tubuh bergerak tubuh beberapa dalam hampir kali tinggi medium tanpa mengalami

dengan Bentuk

meruncing pada kedua bagian ujung. Contoh: Rastrelliger kanagurta (Cuvier, 1816) Euthynnus affinis (Cantor, 1849) Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758) 2. badan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan kembung lelaki tongkol cakalang tebal ke samping (lebar

Compressed atau pipih, yaitu bentuk tubuh yang gepeng ke samping. Tinggi tubuh). Lebar tubuh juga lebih kecil daripada panjang tubuh. Contoh: Gerres filamentous Cuvier, 1829 Gazza minuta (Bloch, 1795) Parastromateus niger (Bloch, 1795) kapas-kapas peperek bondolan bawal hitam yang dengan gepeng tebal ke ke bawah. arah Tinggi samping tubuh

3.

Depressed badan jauh

atau

picak, kecil

yaitu bila

bentuk

lebih

dibandingkan

badan (lebar tubuh). Contoh: Rhynchobatus djiddensis (Forsskl, 1775) Himantura uarnak (Gmelin, 1789) Pastinachus sephen (Forsskl, 1775) pare kekeh pare totol pare kelapa 34

Gambar

6.

Bentuk-bentuk tubuh ikan. A. Fusiform; B. Compressed; C. Depressed; D. Anguilliform; E. Filiform; F. Taeniform; G. Sagittiform; H. Globiform (Bond, 1979)

35

4.

Anguilliform atau bentuk ular atau sidat atau belut, yaitu bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil

serta pada bagian ujung meruncing/tipis. Contoh: Anguilla celebesensis Kaup, 1856 Monopterus albus (Zuiew, 1793) Plotosus canius Hamilton, 1822 5. sidat belut sembilang

Filiform atau bentuk tali, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai tali. Contoh: Pseudophallus straksii (Jordan & Cuvier, 1895) pipefish Nemichthys scolopaceus Richardson, 1848 snipe eel pita, yaitu bentuk tubuh yang

6.

Taeniform

atau

flatted-form

atau

bentuk

memanjang dan tipis menyerupai pita. Contoh: Trichiurus brevis Wang & You, 1992 Pholis laeta (Cope, 1873) 7. Sagittiform panah. Contoh: Esox lucius Linnaeus, 1758 8. Globiform atau bentuk bola, pike bola. atau bentuk panah, yaitu bentuk tubuh yang menyerupai anak ikan layur

yaitu bentuk tubuh ikan yang menyerupai buntal landak lumpfish bentuk tubuh ikan yang

Contoh: Diodon histrix Linnaeus, 1758 Cyclopterus lumpus Linnaeus, 1758 9. Ostraciform kotak. Contoh: Tetraodon baileyi Sontirat, 1989 Lagocephalus sceleratus (Gmelin, 1789) Tidak semua ikan mempunyai bentuk tubuh atau bentuk kotak, yaitu

menyerupai

hairy puffer toadfish sebagaimana yang telah

disebutkan di atas. Beberapa jenis ikan mempunyai bentuk tubuh yang berbeda, misalnya pada ikan Eurypegasus draconis (Linnaeus, 1766) dari famili Pegasidae, ikan Bentuk dan sapi Acanthostracion Hippocampus ikan lele Clarias tubuh, quadriformis kuda punctatus bagian (Linnaeus, 1852 (Rafinesque, 1758) kepala 1758)(famili (famili 1818) dari picak, Ostraciidae), famili ikan 7). dari tangkur kuda tubuh Bleeker, Syngnathidae)(Gambar merupakan kombinasi bagian

Ictalurus yaitu

Ictaluridae badan

golongan

batrachus

(Linnaeus,

beberapa

bentuk

berbentuk

berbentuk cerutu, dan bagian ekor berbentuk pipih (Gambar 7-C). 36

Gambar

7.

Bentuk-bentuk tubuh kombinasi. A. Famili Pegasidae; B. Famili Ostraciidae; C. Famili Ictaluridae; D. Famili Syngnathidae (ikan Tangkur kuda)(Bond, 1979)

37

D. Kepala Ikan Kepala ikan umumnya tidak bersisik, tetapi ada juga yang bersisik. Bagianbagian pada kepala ikan yang penting adalah: 1. Tulang-tulang tambahan tutup insang. Jika dilihat dari arah luar, celah insang tertutup oleh tutup insang (apparatus opercularis). Tulang-tulang tutup insang (Gambar 8) terdiri dari: Os Os Os operculare, berupa tulang yang paling besar dan letaknya seperti paling sabit di dorsal. preoperculare, interoperculare, berupa juga tulang sempit tulang yang yang melengkung sempit dan terletak di depan sekali. merupakan dan terletak antara os operculare dan os preoperculare. Os suboperculare, bagian tulang yang terletak di bawah sekali.

Pada bagian bawah tulang-tulang penutup insang terdapat suatu selaput tipis yang menutupi ini tulang-tulang diperkuat oleh di atasnya, disebut membrana yaitu berupa branchiostega. tulang-tulang Membrana radii branchiostega

kecil yang terletak pada bagian ventral dari pharynx. 2. Bentuk mulut. Ada berbagai macam bentuk mulut ikan dan hal tersebut berkaitan erat dengan jenis makanan yang dimakannya. Bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 9): Bentuk Bentuk Bentuk Bentuk 1898) Berdasarkan dapat tidaknya mulut ikan tersebut disembulkan, maka bentuk mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 10): tabung paruh gergaji terompet, (tube (beak (saw like) like), like), misalnya misalnya pada pada pada ikan ikan ikan cucut tangkur kuda (Hippocampus histrix Kaup, 1856) julung-julung gergaji (Pristis (Hemirhamphus far (Forsskl, 1775)) misalnya pada microdon Latham, 1794) misalnya Campylomormyrus elephas (Boulenger,

38

Gambar 8. Tulang-tulang tambahan tutup insang (Andy Omar, 1987)

Gambar 9. Bentuk-bentuk mulut (Afandi et al., 1992)

39

Gambar 10. Mulut yang dapat dan tidak dapat disembulkan (Affandi et al., 1992)

40

Mulut yang dapat disembulkan, misalnya pada ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758) Mulut yang tidak dapat disembulkan, misalnya pada ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758))

3.

Letak mulut. Letak atau posisi mulut ikan dapat dibedakan atas (Gambar 11): Inferior, yaitu mulut yang terletak di bawah hidung, misalnya pada ikan pare kembang (Neotrygon kuhlii (Mller & Henle, 1841)) dan ikan cucut (Chaenogaleus macrostoma (Bleeker, 1852)). Subterminal, yaitu mulut yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah, misalnya pada ikan kuro/senangin (Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804)) dan ikan setuhuk putih (Makaira indica (Cuvier, 1832)). Terminal, yaitu mulut yang terletak di ujung hidung, misalnya pada ikan tambangan (Lutjanus johni (Bloch, 1792)) dan ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758). Superior, yaitu mulut yang terletak far di atas hidung, misalnya ikan pada kasih ikan madu julung-julung (Hemirhamphus (Forsskl, 1775)) dan

(Kurtus indicus Bloch, 1786). 4. Letak sungut. Sungut umumnya hari Ikan-ikan canius ikan berfungsi pada atau sebagai alat yang lele peraba aktif aktif (Clarias dalam mencari makan di makanan pada dasar dan terdapat yang ikan-ikan sungut ikan yang mencari ikan malam perairan. (Plotosus dan

(nokturnal) Hamilton,

ikan-ikan

mencari adalah

makan

memiliki 1822),

antara

lain

sembilang

batrachus

(Linnaeus,

1758)),

ikan mas (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758). Letak dan jumlah sungut juga berguna untuk identifikasi. Letak, bentuk, dan jumlah sudut satu sungut mulut, lembar berbeda-beda. dan sungut, Ada yang terletak pada sungut pasang, hidung, dapat bibir, dagu, rambut, pasang sebagainya. satu pasang, Bentuk dua berupa

pecut/cambuk, sembulan kulit, bulu, dan sebagainya. Ada ikan yang memiliki atau beberapa (Gambar 12).

41

Gambar 11. Letak mulut ikan (Bond, 1979)

Gambar 12. Letak, bentuk, dan jumlah sungut ikan (Affandi et al. 1992)

42

E. Badan Ikan Seluruh atau squama badan ikan umumnya rangka luar mempunyai terutama sisik pada (squama). ikan-ikan Sisik disebut misalnya juga rangka dermal, yang berhubungan dengan rangka membentuk pada ikan tangkur kuda sangat keras. Sisik famili yang sangat fleksibel Lampetra ikan belut hanya ikan ditemukan tridentata Monopterus mempunyai Polyodon ikan pada ikan-ikan moderen. 1836) 1793) pada 1792) dari dari dan Ikan-ikan famili famili ikan tipe yang tidak mempunyai sisik antara lain Ameiurus nebulosus (Lesueur, 1819) dari Ictaluridae, dan saja, Beberapa (Richardson, albus sisik hanya Petromyzontidae, Synbranchidae. tubuh tertentu Menurut (Zuiew, (Walbaum, atas (Hippocampus luar (exoskeleton). Sisik primitif,

histrix Kaup, 1856.) yang memiliki sisik

bagian-bagian

misalnya sisik

spathula

cakalang Katsuwonus pelamis (Linnaeus, 1758). bentuknya, dapat dibedakan beberapa (Gambar 13), yaitu: Cosmoid, terdapat pada ikan-ikan purba yang telah punah Placoid, merupakan sisik tonjolan kulit, banyak terdapat pada ikan yang termasuk kelas Chondrichthyes. Ganoid, Cycloid, Ctenoid, merupakan berbentuk berbentuk sisik seperti seperti yang terdiri atas garam-garam terdapat ikan ganoin, pada yang banyak yang terdapat pada ikan dari golongan Actinopterygii. lingkaran, sisir, umumnya ikan berjari-jari sirip lemah (Malacopterygii). ditemukan pada berjari-jari sirip keras (Acanthopterygii) Pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, terdapat suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang, yang disebut garis rusuk atau gurat sisi (linea lateralis). Garis rusuk dapat ditemukan baik pada ikan yang mempunyai sisik maupun tidak bersisik. Pada ikan yang bersisik, garis rusuk ini dibentuk oleh sisik yang memiliki pori-pori. Garis rusuk berfungsi sebagai indera keenam pada ikan, yaitu untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi. 43

Gambar 13.

Bentuk-bentuk sisik ikan (Bond, 1979) 44

Garis

rusuk

yang

biasa

disingkat

dengan

L.l.

berbeda

dengan

garis

sisi

(linea transversalis) yang biasa disingkat dengan L.tr. atau l.l.. Sisik-sisik yang dilalui oleh garis rusuk mempunyai lubang di tengah-tengahnya sedangkan sisik-

sisik yang dilalui oleh garis sisi tidak mempunyai lubang atau pori Setiap jenis ikan mempunyai contoh garis garis rusuk rusuk yang yang berbeda-beda. ditemukan Gambar 14

memperlihatkan

beberapa

pada

berbagai

jenis ikan. Ada yang hanya memiliki satu dan ada yang lebih, ada yang lengkap tetapi ada pula yang terputus-putus, ada yang berbentuk garis lurus dan ada pula yang bengkok, ada yang menyerupai garis melengkung ke atas dan ada pula yang seperti garis melengkung ke bawah. Selain beberapa bagian-bagian yang telah disebutkan di atas, pada badan

ikan juga sering ditemukan (Gambar 15): Finlet yang (jari-jari tipis dan satu pada 1851)) sirip tambahan), umumnya merupakan berbentuk di terletak sembulan-sembulan segitiga, sirip punggung kulit dan pendek, kadang-kadang

mempunyai misalnya (Bleeker, -

jari-jari. Finlet ikan dan kembung ikan

antara

sirip ekor, dan di antara sirip dubur dan sirip ekor. Finlet ditemukan perempuan tenggiri (Rastrelliger brachysoma commerson (Scomberomorus

(Lacepde, 1800)) Scute (skut, sisik duri), merupakan kelopak tebal yang mengeras dan tersusun disebut Bleeker, seperti 1866), genting. scute sedangkan Skut skut yang yang ditemukan pada terdapat pada pada daerah daerah Caranx bagian perut abdominal (misalnya Clupeoides hypselosoma pangkal heberi

ekor disebut caudal scute (misalnya pada ikan selar, (Bennet, 1830)). Keel ikan. (kil, Kil lunas), merupakan terdapat rigi-rigi pada yang ikan pada tongkol

tengahnya tonggol

terdapat puncak yang meruncing, ditemukan pada bagian batang ekor misalnya (Thunnus (Bleeker, 1851)), ikan slengseng (Scomber australasicus Cuvier, 1832), dan ikan-ikan lain dari famili Scomberidae. Adipose fin (sirip lemak), merupakan sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak. 45

Gambar 14. Berbagai bentuk garis rusuk pada ikan (Affandi et al., 1992)

46

Gambar 15. Beberapa ciri khusus pada badan ikan (Affandi et al., 1992)

47

Sirip lemak ini misalnya terdapat pada ikan keting Bleeker, 1822)). Interpelvic ini process (cuping), pada ikan merupakan ikan tongkol 1847) dan ikan jambal (Pangasius

(Ketengus pangasius

typus

(Hamilton, kulit yang thazard

pertumbuhan (Auxis

menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut. Cuping ditemukan misalnya dan thazard pelamis (Lacepde, 1758). F. Anggota Gerak Anggota gerak pada ikan berupa sirip-sirip. Ikan dapat bergerak dan berada pada posisi yang diinginkannya karena adanya sirip-sirip tersebut. Sirip ini ada yang berpasangan (bersifat ganda) dan ada juga yang tunggal. Sirip yang berpasangan adalah: Sirip dada (pinnae pectoralis = pinnae thoracicae = pectoral fins), disingkat dengan P atau P1 Sirip perut (pinnae abdominalis = pinnae pelvicalis = pinnae ventralis = pelvic fins = ventral fins), disingkat dengan V atau P2 Sirip yang tidak berpasangan atau sirip tunggal adalah: Sirip punggung (pinna dorsalis = dorsal fin), disingkat dengan D. Jika sirip punggung terdiri atas dua bagian, maka sirip punggung pertama (di bagian depan) disingkat dengan D1, sedangkan sirip punggung kedua (yang di belakang) disingkat dengan D2 Sirip dubur (pinna analis = anal fin), disingkat dengan A. Sirip ekor (pinna caudalis = caudal fin), disingkat dengan C. yang disebut yang mempunyai ikan tidak bersirip baik sirip-sirip lengkap. sirip yang Ikan perut, berpasangan 16). buntal Namun (Triodon maupun demikian ikan siripada bawal 1800)) cakalang (Katsuwonus (Linnaeus,

Ikan-ikan sirip juga tunggal ikan-ikan 1831)

lengkap

(Gambar

bersirip mempunyai

macropterus

Lesson,

tidak

sedangkan sirip perut mengalami

(Parastromateus niger (Bloch, 1795)) juvenil memiliki dewasa sirip ini tidak berkembang dan bahkan tereduksi. Pada beberapa jenis ikan, ada sirip yang

tetapi pada saat modifikasi menjadi

semacam alat peraba, penyalur sperma, penyalur cairan beracun, dan lain-lain.

48

Gambar 16. Posisi sirip-sirip pada tubuh ikan (Lagler et al., 1977)

49

Ikan yang

gurami

(Osphronemus menjadi mengeras cairan

gouramy alat sirip

Lacepde, Sirip ikan

1801) punggung

mempunyai pertama fungsinya

sirip pada

perut ikan

bermodifikasi Jari-jari

peraba. dada

remora penempel. sebagai

(Remora remora (Linnaeus, 1758)) alat penyalur beracun. Ikan

berubah lele terbang

menjadi alat berfungsi oxycephalus

(Clarias

batrachus)

(Hyrundichthys

(Bleeker, 1852)) memiliki sirip dada yang sangat panjang sehingga ikan ini dapat terbang di atas permukaan air (Gambar 17). Setiap sirip disusun oleh membrana, yaitu suatu selaput yang terdiri dari jaringan lunak, dan radialia atau jari-jari sirip yang terdiri dari jaringan tulang atau tulang rawan. Radialia ini ada yang bercabang tergantung pada jenisnya. Berdasarkan letak sirip perut terhadap sirip dada, dapat dibedakan empat macam letak sirip perut (Gambar 18), yaitu: Abdominal, yaitu jika letak sirip perut agak jauh ke belakang dari sirip dada, 1847). Subabdominal, yaitu jika letak sirip perut agak dekat dengan sirip dada, pada ikan yaitu pada kerong-kerong jika ikan sirip perut (Therapon terletak theraps tepat russelli di Cuvier, bawah 1829) sirip 1830)) dan dada, dan misalnya misalnya 1782) pada dan ikan ikan bulan-bulan japuh (Megalops acuta cyprinoides Valenciennes, (Broussonet, (Dussumieria dan ada pula yang tidak,

ikan karper perak (Hypophthalmichthys molitrix (Valenciennes, 1844)) Thoracic, misalnya layang (Decapterus (Rppell,

ikan bambangan (Lutjanus sanguineus (Cuvier, 1828)). Jugular, yaitu jika sirip perut terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada, misalnya pada ikan kasih madu (Kurtus indicus Bloch, 1786) dan ikan tumenggung (Priacanthus tayenus Richardson, 1846). G. Ekor Ikan Kent (1954) membagi bentuk ekor ikan atas empat macam seperti terlihat pada Gambar 19. Pembagian ini berdasarkan perkembangan arah ujung belakang notochord atau vertebrae, yaitu: Protocercal, pada ujung ujung ekor, belakang umumnya notochord ditemukan atau pada vertebrae ikan-ikan berakhir yang lurus masih

embrio dan ikan Cyclostomata.

50

Gambar 17. Modifikasi berbagai sirip pada ikan (Affandi et al., 1992)

51

Gambar 18.

Letak sirip perut pada tubuh ikan. A. Abdominal; B. Subabdominal; C. Thoracic; D. Jugular (Bond, 1979)

Gambar 19. Tipe-tipe sirip ekor. A. Heterocercal; B. Heterocercal (abbreviate); C. Homocercal; D. Isocercal (Bond, 1979)

52

Heterocercal,

ujung

belakang

notochord

pada

bagian

ekor

agak

membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris, misalnya pada ikan cucut. Homocercal, ujung notochord pada bagian ekor juga agak membelok ke arah dorsal sehingga cauda terbagi secara tidak simetris bila dilihat dari dalam tetapi terbagi secara simetris bila dilihat dari arah luar, terdapat pada Teleostei. Diphycercal, ujung notochord lurus ke arah cauda terbagi terdapat secara pada simetris ikan baik dari dan arah dalam Dipnoi Latimeria sehingga sirip ekor dari arah luar, Pouyaud, maupun

menadoensis

Wirjoatmodjo, Rachmatika, Tjakrawidjaja, Hadiaty & Hadie, 1999.. Jika ditinjau Rounded Truncate Pointed dari bentuk luar sirip ekor, pada maka ikan pada ikan secara kerapu ikan morfologis bebek dapat

dibedakan beberapa bentuk sirip ekor (Gambar 20), yaitu: (membundar), (berpinggiran (meruncing), misalnya tegak), misalnya (Cromileptes (Lutjanus canius altivelis (Valenciennes, 1828)). misalnya pada tambangan (Plotosus johni (Bloch, 1792)). sembilang Hamilton, 1822). Wedge shape (bentuk baji), misalnya pada amoyensis (Bleeker, 1863)). Emarginate Double Forked Lunate (berpinggiran berlekuk tunggal), berlekuk misalnya pada misalnya ganda), pada tuna pada misalnya ikan lencam ikan merah (Lethrinus obsoletus (Forsskl, 1775)). emarginate / Furcate (berpinggiran (bercagak), misalnya pada ketang-ketang (Drepane punctata (Linnaeus, 1758)). ikan cipa-cipa besar (Atropus (Thunnus atropos (Bloch & Schneider, 1801)). (bentuk sabit), ikan mata obesus (Lowe, 1839)). Epicercal (bagian daun sirip atas lebih besar), misalnya pada ikan cucut martil (Eusphyra blochii (Cuvier, 1816)). Hypocercal (bagian daun sirip bawah lebih besar), misalnya pada ikan terbang (Exocoetus volitans Linnaeus, 1758). ikan gulamah (Argyrosomus

53

Gambar 20. Bentuk morfologi ekor ikan. 1. Rounded; 2. Truncate; 3. Pointed; 4. Wedge shape; 5. Emarginate; 6. Double emarginate; 7. Forked; 8. Lunate; 9. Epicercal; 10. Hypocercal (Affandi et al., 1992)

54

H. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10

menit tentang modifikasi bentuk dan fungsi masing-masing sirip ikan. Di yang dalam oleh laboratorium, gurat sisi masing-masing (linea lateralis) kelompok dan yang diskusi tidak memeriksa dilalui oleh sisik garis

dilalui

tersebut. Sebutkan kesimpulannya. I. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.

Identifikasi Ikan. Institut Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Dasar. Jurusan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Djuhanda, T. 1981. Dunia Ikan. Armico, Bandung. Djuhanda, T. 1982. Bandung. Anatomi dari Empat Species Hewan Vertebrata. Armico,

Effendie, M.I. 1979. Metode Biologi Perikanan. Yayasan Dewi Sri, Bogor. Kent, G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York. of the Vertebrates. McGraw Hill Book

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong.

55

Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of Systematic edition.McGraw Hill International Edition, New York.

1977.

Ichthyology.

Mayr,

Zoology.

Second

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott, J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya. the Sea Fishes of Malaya. Ministry of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

56

IV. MORFOMETRIK DAN MERISTIK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian

morfometrik 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan pengertian meristik

B. Morfometrik Setiap jenis dapat ikan mempunyai keadaan ukuran yang berbeda-beda, tergantung pada umur, yang derajat

kelamin,

dan

lingkungan ikan

hidupnya. di

Faktor-faktor adalah

lingkungan makanan,

mempengaruhi

kehidupan

antaranya

keasaman (pH) air, suhu, dan salinitas. Faktor-faktor tersebut, baik secara sendirisendiri maupun terhadap mempunyai secara bersama-sama, ikan. sama mempunyai pengaruh yang sangat dua ekor besar ikan dapat

pertumbuhan umur yang

Dengan namun

demikian, ukuran mutlak

walaupun di antara

keduanya

saling berbeda. Morfometrik (measuring adalah ukuran bagian-bagian adalah tertentu antara dari satu struktur bagian tubuh tubuh ikan ke

methods).

Ukuran

ikan

jarak

bagian tubuh yang lain. Karakter morfometrik yang sering digunakan untuk diukur antara lain panjang total, panjang baku, panjang cagak, tinggi dan lebar badan, tinggi 1999). Satuan Indonesia, milimeter ukuran ukuran yang digunakan yang di dalam morfometrik adalah sangat bervariasi. (cm) ini Di atau dan panjang sirip, dan diameter mata (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin,

satuan (mm),

ukuran tergantung Untuk

umum

digunakan

sentimeter

kepada

keinginan

peneliti. yang suatu

Ukuran-ukuran lebih hal yang teliti,

disebut

mutlak.

memperoleh (calipper).

pengukuran Adalah

sebaiknya mungkin

menggunakan

jangka

sorong

tidak

untuk memberikan ukuran bagian-bagian ikan dalam ukuran mutlak (misalnya cm) pada saat melakukan identifikasi. Ukuran yang Seekor digunakan ikan yang untuk memiliki identifikasi panjang

hanyalah

merupakan

ukuran

perbandingan.

total 25 cm dan panjang kepala 5 cm, maka perbandingan yang dinyatakan di dalam buku-buku identifikasi adalah panjang kepala sama dengan seperlima

panjang total tubuhnya.

57

Berbagai

ukuran

bagian

tubuh

ikan

yang

sering

digunakan

di

dalam

identifikasi ikan adalah (Gambar 21 dan 22): a. Panjang kepala baku yang (panjang paling biasa), yaitu jarak ujung garis lurus satu antara dari ujung rahang bagian yang

depan

(biasanya

salah

terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor. b. Panjang cagak (fork length), adalah panjang ikan yang diukur dari ujung

kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor. c. Panjang total, adalah jarak garis lurus antara ujung kepala yang terdepan

dengan ujung sirip ekor yang paling belakang. d. Tinggi dengan badan, ventral, diukur pada tempat dari yang tertinggi sirip antara yang bagian melewati dorsal garis

dimana

bagian

dasar

punggung tidak ikut diukur. e. Tinggi batang ekor, diukur pada batang ekor di tempat yang mempunyai

tinggi terkecil. f. Panjang batang ekor, merupakan jarak miring antara ujung dasar sirip

dubur dengan pangkal jari-jari tengah sirip ekor. g. Panjang pangkal dasar jari-jari sirip punggung dengan dan sirip dubur, selaput merupakan sirip di jarak antara jari-jari

pertama

tempat

belakang

terakhir bertemu dengan badan. Jarak ini diukur melalui dasar sirip. h. Panjang di bagian depan sirip punggung, merupakan jarak antara ujung

kepala terdepan sampai ke pangkal jari-jari pertama sirip punggung. i. Tinggi sirip punggung dan sirip dubur, diukur dari pangkal keping pertama

sirip sampai ke bagian puncaknya. j. Panjang jari-jari dari sirip dan puncak atau lebih dada diukur sirip benang waspada. dan dari sirip bagian ke oleh perut, dasar puncak adalah sirip panjang yang ini. ahli sirip terbesar depan menurut atau sirip arah terjauh berupa sehingga jika

paling

sampai halus,

sirip

Sambungan juga dada ikut

rambut harus

beberapa panjang

diukur,

Pengukuran

hanya

dilakukan

bentuk sirip dada itu tidak simetris. k. Panjang dilakukan bagian sirip jari-jari jika tengah ke sirip jari-jari sirip. ujung dada yang yang terpanjang terpanjang, terletak di pengukuran ini hanya atau di

tengah-tengah dari lain

Pengukuran jari-jari

dilakukan Jika

mulai jari-jari

pertengahan yang

dasar

sampai

tersebut.

dimaksudkan

dan bukan jari-jari tengah maka hal ini harus dinyatakan.

58

l.

Panjang panjang walaupun

jari-jari pangkal ujung

keras yang ini

dan

jari-jari

lemah. sampai

Panjang ke ujung bagian lemah

jari-jari bagian yang diukur

keras yang lemah dari

adalah keras, atau pangkal

sebenarnya masih

disambung Panjang

oleh

sambungan

seperti

rambut.

jari-jari

sampai ke ujungnya. m. Panjang ujung kepala, terbelakang sampai adalah dari ke jarak keping pinggiran antara tutup ujung insang. termuka Beberapa selaput dari kepala hingga

peneliti yang

melakukan pada kepala

pengukuran tutup insang

terbelakang

melekat panjang

(membrana

branchiostega)

sehingga

diperoleh

yang lebih besar. n. Tinggi kepala, merupkan panjang garis tegak antara pertengahan pangkal

kepala dan pertengahan kepala di sebelah bawah. o. Lebar kepala, merupakan jarak lurus terbesar antara kedua keping tutup

insang pada kedua sisi kepala. p. Lebar / tebal badan, adalah jarak lurus terbesar antara kedua sisi badan. q. Panjang hidung, merupakan jarak antara pinggiran terdepan dari hidung

atau bibir dan pinggiran rongga mata sebelah ke depan. r. Panjang ruang antar mata, merupakan jarak antara pinggiran atas dari

kedua rongga mata (orbita). s. Panjang belakang bagian dari kepala orbita di belakang pinggir mata, belakang adalah selaput jarak antara tutup pinggiran insang

sampai

keping

(membrana branchiostega). t. Tinggi bawah mata, merupakan jarak kecil antara pinggiran bawah orbita

dan rahang atas. u. Tinggi pipi, merupakan jarak tegak antara orbita dan pinggiran bagian

depan keping tutup insang depan (os preoperculare). v. Panjang antara mata dan panjang saat sudut antara keping sisi tutup insang dengan diukur depan sudut (os os

preoperculare), preoperculare.

adalah Pada

rongga

mata juga

pengukuran,

senantiasa

turut

panjang

duri yang mungkin ada pada sudut os preoperculare tersebut. w. Panjang mata). x. Panjang rahang atas, adalah panjang tulang rahang atas yang diukur mulai atau lebar mata, adalah panjang garis menengah orbita (rongga

dari ujung terdepan sampai ujung terbelakang tulang rahang atas.

59

Gambar

21.

Berbagai ukuran pada tubuh ikan. PT. Panjang total; PB. Panjang baku; PC. Panjang cagak; PK. Panjang kepala; A. Sirip dubur; C. Sirip ekor; D1. Sirip punggung depan; D2. Sirip punggung belakang; P. Sirip dada; V. Sirip perut; 1. Moncong; 2. Sungut; 3. Tutup insang; 4. Sisik pada linea lateralis; 5. Scute batang ekor; 6. Sisik di atas linea lateralis; 7. Sisik di bawah linea lateralis; 8. Sisik tambahan (auxillary scales); 9. Scute pada bagian perut; 10. Filamen (rambut) yang dapat bergerak sendiri; 11. Kell; 12. Sirip lemak; 13. Filamen (Affandi et al., 1992)

60

Gambar 22. Berbagai ukuran pada kepala ikan. a. Panjang hidung; b. Panjang kepala di belakang mata; c. Panjang antara mata dengan sudut os preoperculare; d. Tinggi pipi; e. Tinggi di bawah mata; f. Lebar mata; g. Panjang rahang atas; h. Panjang rahang bawah; i. Panjang di depan mata; j. Tinggi kepala; 1. Maxilla; 2. Premaxilla; 3. Dentary; 4. Hidung; 5. Os interoperculare; 6. Os preoperculare; 7. Os operculare; 8. Os suboperculare; 9. Membrana branchiostega (Affandi et al., 1992)

61

y. Panjang

rahang

bawah,

adalah

panjang

tulang

rahang

bawah

yang

diukur

mulai dari ujung terdepan sampai pinggiran terbelakang pelipatan rahang. z. Lebar bukaan mulut, merupakan jarak antara kedua sudut mulut jika mulut dibuka selebar-lebarnya.

Selain

pengukuran

secara

langsung,

juga

dilakukan

nisbah

atau

pembandingan beberapa ukuran tubuh seperti tersebut di bawah ini dan hasilnya ditabulasikan seperti terlihat pada Tabel 5. (a) Indeks panjang kepala, yaitu perbandingan antara panjang total dan

panjang kepala (b) Indeks panjang bahu, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang bahu (c) Indeks badan (d) Indeks sirip punggung, yaitu perbandingan antara panjang total dan tinggi badan, yaitu perbandingan antara panjang total dan tinggi

panjang dasar sirip punggung (e) Indeks sirip dubur, yaitu perbandingan antara panjang total dan panjang

dasar sirip dubur (f) Indeks batang ekor (1), yaitu perbandingan antara panjang total dan

panjang batang ekor (g) Indeks batang ekor (2), yaitu perbandingan antara panjang batang ekor dan tinggi batang ekor (h) Indeks tinggi kepala, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan tinggi kepala (i) Indeks mata (j) Indeks rahang atas, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan panjang rahang atas lebar mata, yaitu perbandingan antara panjang kepala dan lebar

62

Tabel 5. Hasil pengukuran dan perbandingan berbagai ukuran pada tubuh ikan

63

C. Meristik Berbeda bagian-bagian penghitungan termasuk jumlah gigi, dalam dengan tertentu jumlah jumlah karakter tapis karakter tubuh meristik insang, morfometrik ikan, tubuh antara jumlah yang menekankan meristik jari-jari pada berkaitan sirip, pengukuran dengan yang sisik, jumlah karakter ikan lain

bagian-bagian

(counting jumlah buntu

methods). (pyloric

Variabel jumlah caeca),

kelenjar

vertebra, dan jumlah gelembung renang (Hubbs dan Lagler, 1958; Parin, 1999). 1. Menghitung jari-jari sirip Untuk dicantumkan menentukan huruf kapital rumus yang suatu sirip sirip tertentu, yang terlebih dimaksud. dahulu Sirip harus menentukan punggung

disingkat dengan D, sirip ekor dengan C, sirip dubur dengan A, sirip perut dengan V, dan sirip dada dengan P. Menghitung terletak pada sisi melakukan jari-jari sebelah sirip kiri, harus yang kecuali diingat berpasangan jika ada bahwa ikan dilakukan ketentuan pada khusus. sirip Pada yang saat kepala

pemeriksaan,

diletakkan

dengan

menghadap ke sebelah kiri dan perut mengarah ke bawah. Jari-jari sirip dapat dibedakan atas dua macam, yaitu jari-jari keras dan jarijari lemah. tidak Jari-jari dapat Jari-jari dibengkokkan, tergantung mengeras, pada pada keras tidak berbuku-buku, keras ini pejal (tidak berlubang), berupa tulang Bentuknya sebagian atau satu duri, keras, cucuk, dan atau dibengkokkan. lemah dan jenis salah jari-jari Jari-jari biasanya seperti ini

patil, dan berfungsi sebagai alat untuk mempertahankan diri. bersifat ikannya. satu agak Jari-jari cerah, lemah rawan, mudah atau lain berbuku-buku sisinya atau beruas-ruas. berbeda-beda keras sama

mungkin

bergigi-gigi,

bercabang,

saling berlekatan. Perumusan keras digambarkan dengan angka Romawi, walaupun jari-jari itu pendek sekali atau rudimenter. Sirip punggung ikan yang terdiri dari 10 jari-jari keras maka rumusnya ditulis D.X. Untuk Arab ikan (angka mas jari-jari biasa). lemah, Jari-jari carpio perumusan lemah carpio yang digambarkan mengeras, 1758), dengan seperti harus memakai terdapat angka pada tersendiri yang

(Cyprinus

Linnaeus,

digambarkan

(Gambar 23-A). Jika pada ikan mas terdapat 4 jari-jari lemah yang mengeras dan sekitar 16 22 jari-jari lemah, maka rumusnya harus ditulis D. 4.16 22.

64

65

Cara ini misalnya

perumusan ditemukan

semacam pada

ini

juga baung

dipergunakan (Hemibagrus

untuk nemurus

menggambarkan (Valenciennes,

jumlah cabang jari-jari yang bersatu menjadi satu jari-jari keras. Jari-jari seperti ikan 1840)), ikan lundu (Mystus gulio (Hamilton, 1822)), dan sebagainya. Jika pada satu sirip terdapat jari-jari keras dan jari-jari lemah maka jumlah tiap-tiap jenis jari-jari harus digambarkan berdampingan. Pada Gambar 23-B terlihat sirip punggung yang disusun oleh 10 12 jari-jari keras dan 12 15 jarijari lemah, maka rumusnya adalah D.X-XII.12-15. Seandainya sekali terpisah bagian dari sirip punggung punggung pertama kedua yang yang berjari-jari berjari-jari keras lemah, jelas atau bagian sirip

dengan kata lain terdapat dua buah sirip punggung, maka untuk ikan tersebut di atas mempunyai rumus D1.X-XII. D2.12-15. Pada cabang. Gambar 24 terlihat umum perbedaan antara adalah jari-jari hanya pokok dan jari-jari jari-jari Biasanya yang digambarkan jumlah pangkal

yang nyata terlihat. Hal ini penting dilakukan karena cabang jari-jari tidak mudah ditentukan dan jumlahnya pun berbeda-beda. Untuk sama bercabang, sehingga dimaksudkan Pada diingat mengeras. Dua dua duri ikan-ikan jumlah karena mencapai hanya saat Jari-jari jari-jari yang dari famili satu Cyprinidae, tidak jumlah bercabang sirip jari-jari dengan yang (Gambar saja, maka pokok satu begitu 25). hal senantiasa tidak yang harus selalu agak cabang, dihitung pada dapat Pada panjangnya Jika ini dengan jari-jari bercabang jari-jari atas jari-jari jumlah satu adalah pada dari yang ditambah keping jari-jari

hanya jumlah

pinggiran

bercabang yang lemah

dinyatakan pula. menghitung bercabang yang jari-jari semua sirip tidak yang bercabang, secara yang dan ini harus untuk menganggap jari-jari morfologi

jari-jari punggung seperti

mempunyai sirip biasa dubur

walaupun terlihat kurang begitu jelas (Gambar 26). terakhir Cara nyata sebagai satu jari-jari pokok. Jari-jari pokok yang terakhir ini sering tampak sebagai berdekatan. yang ekor menghitung bercabang. dilakukan ini tidak pokok. penghitungan Rumus jari-jari sirip Sebaliknya jumlah cara

dipakai pada ikan yang berjari-jari tidak bercabang. biasanya menggambarkan jari-jari ikan yang sirip ekornya berjari-jari yang bercabang maka jumlah jari-jari sirip ini ditetapkan sebanyak jumlah jari-jari yang bercabang ditambah dua.

66

Gambar 24. Jari-jari pokok dan jari-jari cabang (Andy Omar, 1987)

Gambar 25. Jumlah jari-jari pokok (Andy Omar, 1987)

Gambar 26. Perbedaan jari-jari pada sirip ikan (Andy Omar, 1987)

67

Pada terkecil pangkal pembesar. yang jumlah dan

sirip

yang

berpasangan, sisi paling untuk yang

semua bawah

jari-jari atau ini

dihitung, paling digunakan merapat

termasuk dalam pada sebuah

yang dari kaca jari-jari

terletak Seringkali

pada jari-jari

sebelah

sirip. besar,

Kadang-kadang sehingga harus

keperluan terlebih

kecil

kadang-kadang dahulu

dipisahkan

sebelum

menghitung

jari-jari. Jari-jari kecil ini ikut dihitung jika kita menghitung jumlah jari-jari Jika kedua sirip perut bertaut menjadi satu sirip perut maka biasanya hal ini

sirip dada, tetapi untuk sirip perut tidak perlu. dapat lengkap diketahui. atau Kedua sirip simetri asal pada masih kedua terlihat bagian jelas karena bersatu kurang Pada

kelihatan

yang

membentuknya.

keadaan tersebut di atas ini, jumlah jari-jari sirip hanya dihitung pada salah satu bagian saja. Pada jari-jari selaput ikan-ikan yang dari bersirip jari-jari perut lemah kurang pertama. sempurna, yang Dengan kadang-kadang terletak di menggunakan satu bawah kaca mengeras hanya ada sebagai suatu penunjang

pembungkus

pembesar, hal ini dapat diketahui karena adanya buku-buku pada jari-jari tersebut dan struktur kembar secara keseluruhan. 2. Menghitung jumlah sisik Garis rusuk dibentuk oleh sisik-sisik yang berlubang atau berpori. Di bawah sisik ini terletak seutas urat syaraf yang disebut neuromast. Jika garis rusuk tidak ada maka dihitung jumlah pada sisik pada garis dimana ekor, biasa atau garis pada rusuk ruas berada. tulang Penghitungan belakang berakhir permulaan pangkal

bagian

ekor yang terakhir.

Tempat

ini dengan

mudah

dapat ditetapkan

yaitu dengan cara menggoyang-goyangkan sirip ekor, dan pada pelipatan pangkal sirip ekor itu terletak ruas tulang belakang yang dimaksud. Sisik yang berada di atas pelipatan ini tidak ikut dihitung, demikian juga sisik pada pangkal sirip ekor, walaupun sisik-sisik ini berlubang. Sisik garis rusuk yang paling depan ialah sisik di belakang lengkung bahu yang sama sekali tidak menyentuh lagi lengkung bahu ini. Ada tiga cara cara yang dapat digunakan garis untuk menghitung sisik-sisik sirip di atas dan di bawah garis rusuk, yaitu: dengan menjatuhkan tegak dari permulaan punggung pertama (D1) sampai ke pertengahan dasar sirip perut, kemudian

68

menghitung Gambar 27-A). -

jumlah

sisik-sisik

yang

dilalui

oleh

garis

tersebut

(lihat

jika cara di atas tidak mungkin dilakukan

karena garis tersebut melalui

dasar sirip perut, maka harus diambil garis tegak dari ujung dasar sirip perut sampai ke punggung dan kemudian menghitung jumlah sisik-sisik

yang dilalui oleh garis ini (lihat Gambar 27-B). cara yang lain yaitu jumlah sisik di atas garis rusuk dihitung mulai dari permulaan sedangkan permulaan sirip untuk sirip punggung jumlah dan pertama sisik di terus ke bawah garis naik ke dan ke belakang, pada muka

bawah miring

rusuk atas

dimulai dan ke

dubur

dihitung

(Gambar 27-C). Pada penghitungan jumlah sisik-sisik seperti tersebut di atas ini, jumlah

sisik pada garis rusuk sendiri tidak ikut dihitung. Jumlah sisik di muka sirip punggung adalah jumlah semua sisik yang

dikenai oleh garis yang ditarik dari permulaan sirip punggung sampai ke belakang kepala. Biasanya garis sisik ini dihitung antara pada kuduk ikan yang yang bersisik garis dan pangkal kepala kepalanya yang tidak

merupakan

perbatasan

bersisik. Jumlah baris sisik di muka sirip punggung (biasanya lebih kecil daripada jumlah sisik di muka sirip punggung) adalah jumlah baris sisik pada suatu sisi dari garis antara permulaan sirip punggung dengan kuduk. Untuk mengetahui jumlah sisik pipi, terlebih dahulu dibuat sayatan garis

yang ditarik dari mata ke sudut keping tulang insang depan atau os preoperculare. Selanjutnya, jumlah sisik pipi adalah jumlah baris sisik yang melewati garis

sayatan tersebut (Gambar 28). Jumlah jumlah sisik di sekeliling dikenai badan dapat diketahui dengan cara menghitung badan dan

semua sisik yang

oleh suatu

garis yang mengelilingi

terletak di muka sirip punggung. Jumlah sisik ini sangat penting untuk digunakan dalam mengidentifikasi famili Cyprinidae. Jumlah sisik batang ekor adalah jumlah sisik yang dikenai oleh suatu garis yang mengelilingi batang ekor.

69

Gambar 27. Sisik di atas dan di bawah garis rusuk (Andy Omar, 1987)

Gambar 28. Sisik pada pipi (Andy Omar, 1987)

70

3. Jumlah finlet Finlet merupakan sirip-sirip tambahan rudimenter yang terpisah-pisah dan

terletak di belakang sirip punggung dan sirip dubur. Contoh ikan yang mempunyai finlet 1800)) di antaranya ikan adalah ikan tenggiri (Scomberomorus (Rppel, commerson Jumlah (Lacepde, finlet perlu

dan

layang

(Decapterus

russeli

1830)).

diketahui karena sangat penting untuk identifikasi.

4. Insang Insang terdiri dari tapis insang, tulang lengkung insang, dan lembaran atau daun Untuk insang. Lengkung insang terdiri dari jumlah lengkung tapis atas dan pada lengkung lengkung bawah. insang

identifikasi

biasanya

digunakan

insang

yang pertama pada satu sisi badan, kecuali jika ada ketentuan lain. Jumlah tapis insang ialah jumlah seluruh tapis insang pada lengkung insang pertama pada satu sisi badan, termasuk yang rudimenter.

5. Organ-organ Dalam Beberapa untuk jumlah organ dalam sebagai ciri taksonomis dalam dapat di dijadikan pegangan adalah renang

kepentingan vertebra,

identifikasi. jumlah pilorik

Organ-organ kaeka

tersebut

antaranya gelembung

(pyloric

caeca),

bentuk

(vesica natatoria), dan posisi gelembung renang.

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10

menit tugas di bawah ini. 1. Deskripsi ikan betok (Anabas testudineus (Bloch, 1792)) adalah sebagai berikut: jari-jari keras sirip punggung: 16 - 20; jari-jari lemah sirip punggung: 7-10; jari-jari keras sirip dubur 9 - 11; dan jari-jari lemah sirip dubur: 8 - 11. Setiap kelompok membuat rumus jari-jari sirip ikan tersebut. 2. Rumus jari-jari sirip ikan Eleutheronema tetradactylum (Shaw, 1804) berikut ini: D. VIII; I-II, 13-15 A. I-II, 15-17 TL 2000. Jelaskan kesimpulan kelompok masing-masing

71

E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Bogor, Bogor.

Identifikasi Ikan. Institut Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome. Andy Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Sistematika Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Dasar. Jurusan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. 72

Carpenter,

Carpenter,

Carpenter,

Carpenter,

Direktorat

Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta.

Hubbs, C.L. and K.F. Lagler. 1958. Fishes of the Great Lakes Region. Universityof Michigan Press, Ann Arbor, Michigan. Kent, G.G. 1954. Comparative Anatomy Company, Inc., New York. of the Vertebrates. McGraw Hill Book

Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Nikolsky, C.V. 1963. The Ecology of Fishes. Academic Press, London. Parin, N.V. 1999. Exocoetidae, pp. 2162-2179. In Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott, J.S. 1959. An Introduction to Agriculture, Federation of Malaya. the Sea Fishes of Malaya. Ministry of

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

73

V. IDENTIFIKASI A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara

melakukan identifikasi ikan berdasarkan data morfometrik dan meristik. 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara menyusun

kunci identifikasi. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara menyusun

hirarki dari kategori-kategori taksonomi.

B. Identifikasi Identifikasi individu yang adalah beraneka tugas ragam untuk dan sekali mencari dan mengenal ke ciri-ciri taksonomik takson.

memasukkannya dengan

dalam

suatu

Pengertian

identifikasi

berbeda

pengertian

klasifikasi.

Identifikasi

berkaitan erat dengan ciri-ciri taksonomik dan akan menuntun sebuah sampel ke dalam upaya suatu urutan kunci identifikasi, besar sedangkan ciri-ciri. klasifikasi Mayr dalam berhubungan dan Ashlock dengan (1991),

mengevaluasi merupakan

sejumlah

Menurut ke

klasifikasi

penataan

hewan-hewan

kelompok-kelompok

berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka. Ditinjau dari segi ilmiah, identifikasi tergantung diteliti. Pada Indonesia, saat melakukan identifikasi ikan-ikan yang berasal dari perairan buku di sangat kepada penting hasil artinya karena yang seluruh benar dari urutan suatu pekerjaan sampel selanjutnya sedang

identifikasi

yang

diperlukan

bantuan

buku-buku

identifikasi.

Beberapa

kunci

identifikasi yang dapat digunakan antara lain adalah: Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1911. The Fishes of the Indo

Australian Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1913. The Fishes of the Indo

Australian Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1916. The Fishes of the Indo

Australian Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1922. The Fishes of the Indo

Australian Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden.

74

Weber, Weber, Weber, de

M. M. M.

and and and L.

L. L. L.

F. F. F. F.

de de de 1940.

Beaufort. Beaufort. Beaufort. The

1929. 1931. 1936. Fishes

The The The of

Fishes Fishes Fishes the

of of of

the the the

Indo Indo Indo

Australian Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden. Australian Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden. Australian Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden. Beaufort, Indo Australian Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L. F. and W. M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L. F. de Beaufort. 1953. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L. F. and J. C. Brigss. 1962. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden. Munro, I. S. R. 1955. The Marine and Freshwater Fishes of Ceylon. Department of External Affairs, Canberra. Scott, J. S. 1959. An Introduction to the Sea Fishes of Malaya. Ministry of Agriculture, Federation of Malaya. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Kottelat, M., A. J. Whitten, S. N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Carpenter, K. E. and V. H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Pacific. Purposes. Volume The 2. Living Marine Cephalopods, Resources of the Western Central Holothurians and Crustaceans,

Sharks. FAO, Rome Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Pacific. Purposes. Volume 3. The Living Marine Fishes, Resources of the Western Central Bony Fishes Part 1 Batoid Chimaeras and

(Elopidae to Linophrynidae). FAO, Rome Carpenter, K. E. and V. H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central

75

Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). FAO, Rome. Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Pacific. Purposes. Volume The 5. Living Marine Fishes Resources 3 of the Western Central to Pomacentridae).

Bony

Part

(Menidae

FAO, Rome Carpenter, K. E. and V. H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central

Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). FAO, Rome. Pada buku-buku identifikasi tampak bahwa pada setiap nomor terdapat dua sampai empat pilihan yang berbeda. Kita harus memilih salah satu pilihan sesuai dengan pertama dapat ciri-ciri sesuai yang terdapat ciri-ciri pada yang sampel terdapat yang ikan yang kita amati. tersebut Jika pilihan kita

dengan sesuai

pada

sampel di

maka

meneruskan

dengan

nomor

berada

sebelah

kanan

pilihan

tersebut. Sebaliknya, jika pilihan pertama tidak sesuai maka kita harus mengambil pilihan kedua, ketiga, atau keempat. Pada nomor ini kita juga dapat meneruskan sesuai dengan nomor yang berada di sebelah kanan. Salah bawah ikan ini satu contoh dalam menggunakan yang buku kunci identifikasi, untuk berikut di

diberikan salah

langkah-langkah ikan

harus

dilakukan

mengidentifikasi

opudi,

satu

endemik yang ini

terdapat

di Danau buku

Matano, Sulawesi identifikasi Saanin

Selatan. (1984).

Langkah-langkah

identifikasi

berdasarkan

1.

Rangka terdiri dari tulang benar; bertutup insang. sub classis TELEOSTEI. 3 4 6 7 9 10

3. 4. 6. 7. 9.

b c c d c

Kepala simetris. Badan tidak seperti ular. Badan bersisik atau tidak, kadang-kadang seluruhnya atau sebagian tertutup oleh kelopak-kelopak tebal. Garis rusuk jika ada, di atas sirip dada. Tidak demikian.

76

10. 12.

c a

Lebih dari dua jari-jari sirip punggung keras. Dua sirip punggung yang nyata berpisahan. ordo PERCESOCES. Ordo PERCESOCES Sirip dada biasa tidak memakai rambut-rambut di bawahnya Garis rusuk tidak ada atau tak sempurna, tulang rahang atas tidak bertulang tambahan; mulut sedang atau kecil; sirip dada pertengahan tinggi atau di atasnya. Sirip punggung pertama berlainan, sirip dubur dengan satu jari-jari yang mengeras; tulang punggung lebih dari 30. familia ATHERINIDAE. Familia ATHERINIDAE Permulaan sirip dubur sedikit di belakang sirip punggung pertama. Perut terletak pada setengah yang di belakang dari jarak antara hidung dan sirip ekor. Permulaan sirip punggung pertama di muka perut. Batang ekor lebih pendek daripada sirip dubur; 15 20 buah tulang saringan insang yang panjang. A. I. 11 13. genus THELMATHERINA. Hidung sama panjang dengan atau lebih pendek dari lebar mata. Kurang panjang A. I. 13 15. Sisik antara D. dan V 71/2 8 baris. Sirip dada sepanjang kepala tidak dengan hidung. Telmatherina celebensis Blgr.

12

57

57.

58

58.

59

59.

622

622.

625 626

625.

626.

Huruf-huruf yang tercantum sesudah nomor-nomor di sebelah kiri masingmasing menunjukkan pilihan yang tercantum pada nomor-nomor tersebut. Huruf a

menunjukkan pilihan pertama, huruf b untuk pilihan kedua, huruf c untuk pilihan ketiga, dan huruf d untuk pilihan keempat. Berdasarkan langkah-langkah yang telah dilakukan di atas, maka kunci

identifikasi ikan opudi berdasarkan buku identifikasi Saanin (1984) adalah: Kelas PISCES 1d sub classis TELEOSTEI 3b 4c 6c 7d 9c 10c 12a ordo PERCESOCES 57b 58b 59b famili ATHERINIDAE 622b genus THELMATHERINA 625a 626a Thelmatherina

celebensis Blgr.

77

Setelah hirarki Carolus kelas, dari

memperoleh kategori-kategori dan

kunci

identifikasi Hirarki lima varietas

maka ini

selanjutnya pertama dalam dan di kali dunia

dapat

disusun oleh yaitu: Jika

taksonomi. meliputi dan

dicetuskan hewan, 1991).

Linnaeus ordo,

hanya spesies,

kategori (Mayr tersebut

genus, kunci

Ashlock atas,

menggunakan

identifikasi

sebagaimana

maka

kategori

taksonomi ikan opudi adalah sebagai berikut: Kelas PISCES Subkelas TELEOSTEI Ordo PERCESOCES Famili ATHERINIDAE Genus THELMATHERINA Spesies Thelmatherina celebensis Blgr. Menurut Mayr dan Ashlock (1991), kategori yang umum digunakan dewasa

ini adalah sebagai berikut: Dunia (kingdom) Filum (phylum) Subfilum Superkelas Kelas Subkelas Cohort Superordo Ordo Subordo Superfamili Famili Subfamili Suku (tribe) Genus Subgenus [Superspesies] Spesies Subspesies 78

Pada bidang iktiologi, nama ordo mempunyai akhiran formes, subordo dengan idei, superfamili dengan oidea, famili dengan idea, subfamili dengan kata inae, dan suku atau tribe dengan kata ini. Pengertian varietas, subspecies (anak jenis), dan spesies (jenis) dapat dilihat pada Glosarium. C. Catatan Untuk melakukan identifikasi, terlebih dahulu harus disiapkan buku-buku kunci identifikasi. Buku kunci identifikasi yang sering digunakan di Indonesia adalah buku-buku identifikasi yang disusun oleh Saanin dan buku-buku yang disusun oleh Weber dan de Beaufort sebagaimana yang telah disebutkan sebelumnya. Selain itu, saat ini sangat banyak buku-buku identifikasi yang dikeluarkan oleh FAO berdasarkan kelompok ikan-ikan tertentu. Salah satu contoh buku tersebut adalah tentang ikan merah yang tertulis dalam buku FAO Species Catalogue Volume 6 (Allen, 1985). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Di dalam laboratorium, setiap kelompok menentukan kunci identifikasi dan kategori taksonomi ikan lundu (Arius maculatus Thunberg, 1792) dengan menggunakan buku Saanin (1968). Presentasikan hasil masing-masing kelompok. E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. dan M.F. Departemen Biologi Bogor, Bogor. Rahardjo. Perairan. Biologi Perairan. Fakultas

1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian

Allen, G.R. 1985. FAO Species Catalogue. Volume 6. Snappers of the World. An Annotated and Illustrated Catalogue of Lutjanid Species Known to Date. FAO Fisheries Synopsis No. 125, Volume 6. Food and Agriculture Organization of the United Nations. Rome.

79

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Perikanan Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Sistematika

Dasar.

Jurusan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Carpenter, K.E. and V.H. 1998. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 2. Cephalopods, Crustaceans, Holothurians and Sharks. Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 3. Batoid Fishes, Chimaeras and Bony Fishes Part 1 (Elopidae to Linophrynidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 1999. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 4. Bony Fishes Part 2 (Mugilidae to Carangidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 5. Bony Fishes Part 3 (Menidae to Pomacentridae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. Carpenter, K.E. and V.H. 2001. FAO Species Identification Guide for Fishery Purposes. The Living Marine Resources of the Western Central Pacific. Volume 6. Bony Fishes Part 4 (Labridae to Latimeriidae). Food and Agriculture Organization of the United Nations, Rome. de Beaufort, L.F. 1940. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume VIII. E. J. Brill, Leiden. de Beaufort, L.F. and J.C. Brigss. 1962. The Archipelago. Volume XI. E. J. Brill, Leiden. Fishes of the Indo Australian

de Beaufort, L.F. and W.M. Chapman. 1951. The Fishes of the Indo Australian Archipelago. Volume IX. E. J. Brill, Leiden. Direktorat Jenderal Perikanan. 1979. Buku Pedoman Pengenalan Sumber Perikanan Laut. Bagian I (Jenis-jenis Ikan Ekonomis Penting). Direktorat Jenderal Perikanan, Departemen Pertanian, Jakarta. Kottelat, M., A.J. Whitten, S.N. Kartikasari, and S. Wirjoatmodjo. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Periplus Editions Limited, Hong Kong. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

80

Mayr,

E. and P.D. Ashlock. 1991. Principles of edition.McGraw Hill International Edition, New York.

Systematic

Zoology.

Second

Munro, I.S.R. 1955. The Marine and Freshwater Fishes of Ceylon. Department of External Affairs, Canberra. Munro, I.S.R. 1967. The Fishes of New Guinea. Department of Agriculture, Stock and Fisheries, Port Moresby, New Guinea. Rahardjo, M.F. 1980. Ichthyologi. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Rifai, M.A. 1999. Kamus Biologi. Balai Pustaka, Jakarta. Saanin, H. 1984. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Jilid 1 dan 2. Bina Cipta, Jakarta. Scott, J.S. 1959. An Introduction Agriculture, Federation of Malaya. to the Sea Fishes of Malaya. Ministry of Biologi Perairan. Fakultas

Sjafei, D.S., M.F. Rahardjo, R. Affandi, dan M. Brodjo. 1989. Bahan Pengajaran Sistematika Ikan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1911. Archipelago. Volume I. E. J. Brill, Leiden. Weber, M. and L.F. de Beaufort. 1913. Archipelago. Volume II. E. J. Brill, Leiden. Weber, The Fishes of the Indo Australian

The

Fishes

of

the

Indo

Australian

M. and L.F. de Beaufort. 1916. The Archipelago. Volume III. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1922. The Archipelago. Volume IV. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1929. The Archipelago. Volume V. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1931. The Archipelago. Volume VI. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1936. The Archipelago. Volume VII. E. J. Brill, Leiden. M. and L.F. de Beaufort. 1953. The Archipelago. Volume X. E. J. Brill, Leiden.

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

Fishes

of

the

Indo

Australian

Weber,

Fishes

of

the

Indo

Australian

81

VI. ANATOMI IKAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan beberapa istilah

yang berkaitan dengan anatomi 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan cara-cara

melakukan pengamatan organ dalam ikan (anatomi ikan).

B. Pengertian Anatomi Anatomi mempelajari sangat merupakan organ-organ untuk salah dalam diketahui satu suatu cabang dari Ilmu Anatomi dasar Hayat suatu dalam (Biologi) spesies yang ikan

organisme.

penting

karena

merupakan

mempelajari

jaringan tubuh, penyakit dan parasit, sistematika, dan sebagainya. Bentuk dan letak setiap organ dalam antara satu spesies ikan dapat saja berbeda bentuk dengan tubuh, spesies ikan lainnya. spesies Hal ini disebabkan terhadap adanya perbedaan tempat

pola

adaptasi

ikan

tersebut

lingkungan

mereka hidup, atau stadia dalam hidup spesies tersebut. Beberapa antara lain: organ yang dapat diamati secara anatomis pada alat tubuh ikan

otak,

rongga kelenjar

mulut, kelamin,

insang,

jantung,

hati,

empedu, dan

pencernaan (Gambar 29

makanan, dan 30). Ada ikan yaitu:

limpa,

gelembung

renang,

lain-lain

dua

tindakan

pengamatan

yang

dilakukan

untuk

mengamati

anatomis

a. Inspectio = mengamati dengan tidak mempergunakan alat bantu. b. Sectio = membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan. Agar berada ikan-ikan organ-organ posisi telah yang diamati berada maka pada kondisi ikan yang yang ikan baik dan tetap adalah

pada yang

masing-masing, diawetkan

sebaiknya Jika

diamati telah

sebelumnya.

sampel

diawetkan

maka organ-organ yang lunak dan mudah rusak seperti otak, jantung, hati, dan lain-lain, dilakukan 10%. telah menggumpal atau mengeras dan tidak akan terganggu pada larutan saat

pembedahan.

Bahan

pengawet

yang

digunakan

adalah

formalin

82

Gambar 29. Letak organ dalam pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

83

Gambar 30. Letak organ dalam pada ikan Chondrichthyes (Affandi et al., 1992)

84

C. Prosedur Pembedahan Untuk melakukan pembedahan yang baik haruslah dilakukan dengan urutan sebagai berikut (Gambar 31): 1. Ikan yang akan diamati, diletakkan di atas papan bedah atau baki bedah dengan kepala menghadap ke sebelah kiri dan bagian punggung terletak di bagian atas. 2. Dengan menggunakan pisau atau gunting yang tajam dibuat sayatan membujur, dimulai dari pertengahan mulut kemudian terus ke arah bagian atas kepala sehingga otak akan tampak. 3. Jika sayatan telah melewati daerah tengkuk (kuduk) maka penyayatan harus dilakukan dengan hati-hati agar ujung pisau tidak melewati dasar tulang punggung. Hal ini dimaksudkan agar organ yang berada di bawah tulang punggung tidak terganggu. Penyayatan atau pembedahan harus diarahkan ke bagian bawah pada saat pisau bedah telah mendekati bagian ekor. Ujung sayatan kemudian berakhir di daerah belakang anus. Dengan menggunakan gunting bedah, bagian dasar tubuh (dasar perut) kemudian digunting mengarah ke bagian depan sehingga otot-otot yang membungkus organ-organ dalam dapat dibuka secara keseluruhan. Bagian yang dikelupas (telah dibuka) hanya bagian sebelah depan saja sehingga dengan demikian letak organ dalam, mulai dari organ-organ yang terletak di bagian kepala sampai ke organ-organ yang terletak di bagian belakang, akan nampak jelas terlihat. Organ-organ yang tidak nampak dalam preparat dapat dicari dengan cara menelusuri dan membandingkannya dengan pustaka.

4.

5.

6.

7.

D. Istilah-istilah Anatomi Beberapa istilah anatomi yang sering ditemukan adalah: - cranial = ke arah kepala - caudal = ke arah ekor - superior = ke arah atas (atas) - inferior = ke arah bawah (bawah) - dorsal = ke arah punggung - ventral = ke arah perut

85

Gambar 31. Prosedur pembedahan tubuh ikan (Andy Omar, 1987)

86

abdominal thoracal anterior posterior dexter sinister lateral medial proximal distal Untuk

= ke arah dalam perut = ke arah dada = ke arah muka = ke arah belakang = sebelah kanan = sebelah kiri = ke arah sisi/samping = ke arah tengah = lebih mendekati ke arah batang tubuh = lebih menjauhi ke arah batang tubuh

menentukan

kedudukan

atau

posisi

organ-organ,

maka

badan

ikan

dapat dibagi atas bidang-bidang (Gambar 32) sebagai berikut: Bidang medial, yaitu bidang yang jalannya memotong garis tengah dan

berjalan dari bagian dorsal ke ventral Bidang sagittal, yaitu bidang yang jalannya sejajar dengan bidang median,

di sebelah kanan dan kiri garis tengah Bidang frontal, yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang median dan

memotong bidang median dengan sudut 90 dari cranial ke caudal. Bidang transversal, yaitu bidang yang jalannya tegak lurus bidang frontal.

E. Gelembung Berenang Pada natatoria hidrostatik, perairan. Pneumatocyst ventral dari oval dengan ren, terdapat aorta di bagian dan dorsal rongga badan, yaitu di sebelah berbentuk sama = beberapa ikan tertentu ditemukan gelembung berenang sebagai (vesica alat

pneumatocyst). untuk menentukan

Gelembung tekanan

berenang air

berfungsi

sehubungan

dengan

kedalaman

abdominalis,

columna atas

vertebralis. Umumnya dua bagian yang

warna

keputih-putihan,

terdiri

tidak

besar. Dari bagian anterior, tepat di perbatasan antara bagian anterior dan bagian posterior, esophagus. keluar Saluran sebuah ini saluran yang menghubungkan dan pneumatocyst berfungsi dengan jalan

disebut

ductus

pneumaticus

sebagai

keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst (Gambar 33).

87

Gambar 32. Berbagai posisi tubuh ikan (Andy Omar 1987)

Gambar 33. Gelembung berenang (Bond, 1979)

88

Berdasarkan

ada

tidaknya

ductus

pneumaticus,

ikan-ikan

dapat

dibedakan

atas dua golongan yaitu: Physostomi, adalah ikan-ikan yang memiliki ductus pneumaticus, misalnya

ikan karper (Cyprinus carpio carpio Linnaeus, 1758) Physoclysti, adalah ikan-ikan yang tidak memiliki ductus pneumaticus,

misalnya ikan mujair (Oreochromis mossambicus (Peters, 1852))

F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). carilah lima Selanjutnya, jenis ikan setiap yang kelompok termasuk melakukan golongan penelusuran physostomi pustaka dan dan

physoclisti.

Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.

G. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Wischnitzer,

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Anatomy.

89

VII. SISTEM INTEGUMEN

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu mengenali beberapa organ kelengkapan tubuh

yang terdapat pada bagian integumen 2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dan membedakan jenisjenis sisik pada ikan. 3. Agar mahasiswa mampu mengenali dan menunjukkan posisi derivat-derivat

kulit lainnya pada tubuh ikan.

B. Kulit dan Derivat Kulit Integumen integumen atau merupakan systema bagian tubuh ikan terdiri yang dari terletak kulit paling luar. Sistem

integumentum adalah sisik,

dan scute

derivat-derivatnya. (skut), keel (kil),

Derivat-derivat

kulit

tersebut

jari-jari

sirip,

kelenjar lendir, dan kelenjar racun.

1.

Kulit Kulit merupakan pembungkus luar dan berfungsi sebagai alat pertahanan

pertama terhadap serangan penyakit serta juga dapat mencegah pengaruh faktorfaktor luar terhadap tubuh ikan. Dalam beberapa hal, kulit juga dapat berfungsi

sebagai alat respirasi, alat ekskresi, dan alat osmoregulasi. 2. Sisik (squama) Ada ikan yang mempunyai sisik, tetapi ada juga yang tidak memiliki.

Umumnya, ikan-ikan yang tidak bersisik mempunyai lapisan lendir yang lebih tebal pada bagian kulitnya dibandingkan ikan-ikan yang memiliki sisik. Sisik dimana yang sisik terdapat di sebelah sebagian bawah sisik epidermis di tersusun seperti genteng yang

satu

menutupi

belakangnya.

Bagian

sisik

tampak dari luar yaitu yang tidak tertutup oleh sisik lain disebut exposed part (bagian terbuka), sedangkan bagian yang tidak tampak karena tertutup oleh sisik di depannya disebut embedded part (bagian tertutup). Bagian yang terbuka

tersebut merupakan bagian posterior dari sisik dan pada bagian ini terdapat butirbutir zat warna (pigmen, chromatophora), sedangkan pada bagian yang

menempel pada kulit (bagian anterior) tidak memiliki pigmen.

90

Sel-sel bintang, dijumpai

pigmen

yang

terdapat hitam yang

pada yang

sisik

ikan

umumnya

berbentuk Selain

seperti juga

mengandung kristal-kristal

pigmen guanin

disebut

melanophora.

itu,

tampak

mengkilap,

kebiru-biruan

seperti

pelangi, yang terdapat dan garis-garis garis radiair

di dalam guanophora (iridocyt), serta (Gambar Di 34). Garis-garis ugahari alat konsentris

garis-garis konsentris pada sisik ikan juga

disebut

pertumbuhan. ini

daerah

(temperate, untuk

bermusim umur

empat), ikan dan

garis-garis

konsentris

digunakan

sebagai

menduga

disebut annulus (jamaknya: annuli). Sisik ikan dapat dibedakan atas lima tipe, yaitu (Gambar 35): a. Cosmoid, chalumnae. b. Ganoid, lapisan berbentuk basal yang menyerupai homolog kubus dengan dan sentin terdiri dan atas dibuat dua oleh lapisan, corium yaitu serta umumnya terdapat pada ikan-ikan primitif, misalnya Latimeria

lapisan luar yang homolog dengan email dan terdiri atas guanin dan dibuat oleh epidermis. Sisik ini ditemukan pada ikan sturgeon. c. Placoid, berbentuk belah ketupat, pipih dengan bentuk seperti duri mencuat di tengah-tengahnya pada dan menghadap bertulang rawan ke belakang (caudal). Banyak ikan

dijumpai cucut. d. Cycloid konsentris pigmen

ikan-ikan

(Chondrichthyes),

misalnya

(sisik dan

lingkaran), garis-garis

berbentuk radiair,

bulat

pipih

dengan

garis-garis guanin dan lemah

mengandung pada

kristal-kristal

melanophora.

Ditemukan

ikan-ikan

berjari-jari

(Malacopterygii), misalnya ikan mas, ikan hampal, dan sebagainya. e. Ctenoid (sisik sisir), bentuknya agak mirip dengan sisik cycloid, tetapi pada bagian pada posterior ikan-ikan terdapat berjari-jari ctenii keras (duri halus berupa rigi-rigi). ikan Ditemukan tambakan,

(Acanthopterygii),

misalnya

ikan tawes, ikan belanak, dan lain-lain. 3. Jari-jari Sirip (Radialia) Setiap sirip disusun oleh selaput yang terdiri atas jaringan lunak yang

disebut membrana dan rangka yang terdiri atas jaringan tulang atau tulang rawan (cartilago) dan ada yang juga disebut yang jari-jari sirip atau pada radialia. Ada radialia ini yang bercabang pada

tidak,

tergantung

jenisnya.

Radialia

bersendi

suatu basalia. Pada sirip yang letaknya di median, basalia berhubungan langsung

91

Gambar 34. Bagian-bagian sisik ikan (Andy Omar, 1987)

92

Gambar 35. Jenis-jenis sisik ikan (Bond, 1979)

93

dengan ruas-ruas tulang belakang (vertebrae), yaitu pada spina neuralis atau pada spina haemalis. Sebaliknya, pada sirip yang lain, basalia bersendi pada tulang lain yang disebut cingulum. Pada pinna caudalis, basalia berhubungan langsung dengan spina vertebra caudalis. Jari-jari sirip pada ikan dapat dibedakan atas (Gambar 36): a. Jari-jari keras, dengan ciri-ciri: sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbukubuku. Jari-jari keras ini dapat berupa cucuk, duri, atau patil. b. Jari-jari lemah, mempunyai ciri-ciri: mudah dibengkokkan, berbuku-buku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya. c. Jari-jari lemah mengeras, dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan. 4. Lendir Lendir pada ikan dihasilkan oleh kelenjar lendir yang terdapat pada bagian epidermis kulit. Kelenjar ini menghasilkan mucin (glikoprotein) yang jika bercampur dengan air akan membentuk lendir. Fungsi lendir pada ikan antara lain: a. untuk mengurangi gesekan b. untuk mencegah infeksi c. untuk mencegah kekeringan d. untuk mempertahankan diri e. untuk membantu dalam proses reproduksi f. untuk osmoregulasi 5. Kelenjar Racun Pada beberapa jenis ikan terdapat kelenjar racun yang merupakan derivate dari kulit. Kelenjar ini akan mensekresikan zat yang bila disuntikkan kepada manusia akan menyebabkan rasa sakit, bahkan dapat menimbulkan kematian. Beberapa contoh ikan yang mempunyai kelenjar racun adalah: a. Cucut (Heterodontus francisci (Girard, 1855)), memiliki kelenjar racun pada duri sirip punggung. b. Pari (Pteroplatytrygon violacea (Bonaparte, 1832)), memiliki kelenjar racun pada duri yang terdapat di sirip ekor. c. Sembilang (Plotosus lineatus (Thunberg, 1787)), memiliki kelenjar racun pada duri di bagian kepala.

94

Gambar 36. Jari-jari sirip (Andy Omar, 1987)

95

C. Ikan Beracun Ikan beracun adalah ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia. Secara umum, ikan beracun (poisonous fishes) ditujukan kepada ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun). Ikan berbisa (venomous fishes) biasanya terbatas hanya pada ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya. Kenyataannya, semua ikan berbisa adalah beracun tetapi tidak semua ikan beracun adalah berbisa. Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus) disebut phanerotoxic, sedangkan ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun disebut cryptotoxic. Ikan-ikan beracun dapat dibedakan atas: a. Ichthyosarcotoxic fishes = ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit b. Ichthyootoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad. Umumnya pada ikan-ikan air tawar. Termasuk ikan-ikan yang mempunyai telur-telur yang beracun. c. Ichthyohemotoxic fishes = ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya. Ditemukan pada belut air tawar dan beberapa ikan laut. d. Ichthyocrinotoxic fishes = ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui

sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa. Misalnya boxfishes, trunkfishes, hagfishes, dan lampreys, yang seluruhnya memproduksi substansi beracun pada kulitnya dan kadang-kadang melepaskan racun tersebut ke lingkungan perairan tempat mereka ditemukan. Ichthyosarcotoxism adalah peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang

mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya. Meliputi antara lain: ciguatera poisoning, tetraodon poisoning, scombroid poisoning, clupeoid poisoning, elasmobranch poisoning, hallucinatory poisoning, cyclostomes poisoning, chimaera poisoning, dan gempylid poisoning. Ichthyocrinotoxism adalah peristiwa pada kulitnya. keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan yang memiliki racun

96

Ciguatera poisoning adalah peristiwa keracunan ikan yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf. Merupakan sebuah bentuk rasa mabuk yang menimbulkan rasa mual, muntah, sakit perut, panas dingin, dan mati rasa pada mulut. Gejala-gejala lainnya termasuk sakit kepala, kejang, pusing atau pening, dan kadang-kadang kulit tangan dan kaki melepuh. Istilah ini pertama kali dipakai pada peristiwa keracunan yang disebabkan oleh Livona picta, sejenis cacing laut, di Laut Karibia. Ciguatera poisoning umumnya disebabkan oleh ikan-ikan yang hidup di

terumbu karang daerah tropis dan ikan-ikan laut yang semipelagis; hidup di dasar tetapi jarang ditemukan pada kedalaman 200 kaki; di antara 35LU dan 34LS; pemakan alga bentik, ikan bentik, atau organisme bentik lainnya, dan jarang yang bersifat plankton-feeder. Ada sekitar 440 spesies ikan laut yang bersifat ciguatoxic. Racun ini juga ditemukan pada beberapa Echinodermata, Moluska, dan Arthropoda, yang hidup di laut. Sebagian besar ikan laut di perairan tropis dapat menyebabkan ciguatera poisoning, walaupun beberapa spesies dapat bersifat toksik di lokasi geografis tertentu sedangkan di lokasi lainnya tidak. Ikan-ikan yang sering menyebabkan ciguatera poisoning antara lain adalah: morays (Muraenidae), barracuda (Sphyraenidae), snappers (Lutjanidae), groupers (Serranidae), jack (Carangidae), milkfish (Chanidae), tarpons (Elopidae), herrings (Clupeidae), anchovies (Engraulidae), lizardfishes (Synodontidae), conger eels (Congridae), flyingfishes (Exocoetidae), squirrelfishes (Holocentridae), surgeonfishes (Acanthuridae), butterflyfishes (Chaetodontidae), mackerels dan tuna (Scombridae), trunkfishes (Ostraciidae), puffer (Tetraodontidae), porcupinefishes (Diodontidae), goatfishes (Mullidae), porgies (Sparidae), wrasses (Labridae), parrotfishes (Scaridae). Tetrodotoxin adalah racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya (Tetraodontidae, Diodontidae, dan Molidae). Ovari dan hati merupakan organ yang paling toksik, sedangkan perut dan usus dapat menyebabkan kematian, demikian juga mata dan ginjal. Beberapa spesies ikan buntal mempunyai kulit, jaringan sub-cutaneous, dan testis yang beracun. Struktur kimia tetrodotoxin mirip dengan tarichatoxin, racun yang ditemukan pada kadal air Taricha torosa. Tetraodon poisoning merupakan peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, Tetrodotoxin (TTX) disebut juga pada khususnya ovari dan puffer poison atau liver) fugu dan kerabatnya. poison ditemukan

97

beberapa

puffers,

ocean

sunfishes,

porcupinefishes,

triggerfishes,

spikefishes,

trunkfishes, dan filefishes. Sekitar 75 spesies bersifat racun. Scombroid poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh makan

ikan tongkol dan cakalang (mackerel, tuna, skipjack, bonito, dan Japanese saury Cololabis dalam aksi saira). Jika dikenal bakteri ikan scombroid istilah saat oleh diawetkan, saurine. ikan makan substansi Substansi Clupeoid tembang beracun tersebut terbentuk dibentuk di

ototnya, enzim

dengan pada

oleh

dan

mati. ikan

poisoning (herrings,

merupakan anchovies, rantai

peristiwa tarpons, makanan.

keracunan bonefishes

disebabkan dan

slickheads).

Toksisitas

racun

berasosiasi

dengan

Beberapa -

peristiwa

keracunan

lainnya

yang

disebabkan

oleh

karena

memakan ikan antara lain adalah: Fish poisoning atau ichthyotoxism adalah keracunan karena makan ikan

(bersifat umum). Elasmobranch poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh

makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari. Ikan cucut yang sharks beracun di antaranya dogfish adalah requiem sharks (Carcharhinidae), dan mackerel cow sharks

(Hexanchidae),

sharks

(Squalidae),

(Lamnidae). Hallucinatory poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh

makan ikan belanak dan kuro Cyclostome poisoning adalah peristiwa keracunan disebabkan oleh makan

ikan lamprey dan hagfishes. Gempylid daging (semacam poisoning ikan lilin) famili dalam adalah peristiwa keracunan Daging yang tinggi. disebabkan oleh makan wax dan

Gempylidae. konsentrasi

tersebut Wax

mengandung atas cetyl

terdiri

ester oleyl berasal dari asam oleat dan asam hidroksi-oleat. Berdasarkan asal dari racun yang terdapat di dalam tubuh ikan, maka

terdapat beberapa istilah berkaitan dengan hal tersebut, antara lain yaitu: Ichthyotoxin adalah racun yang berasal dari ikan (secara umum) Ichthyosarcotoxin adalah racun yang terdapat pada daging ikan, tidak

termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri Ichthyohemotoxin adalah racun yang terdapat di dalam darah ikan

98

Ichthyootoxin adalah racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan Ichthyoacanthotoxin adalah racun yang disekresikan oleh organ-organ

beracun (venom apparatus), seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan. Ichthyocrinotoxin dihasilkan oleh adalah ikan racun yang berasal dari kelenjar kulit yang

hagfishes,

lampreys,

morays

(Muraenidae),

soapfishes

(Grammistidae), puffer (Tetraodontidae), dan porcupinefishes (Diodontidae). Ostracitoxin adalah substansi racun yang berasal dari kulit ikan Ostracion

lentiginosus (ikan buntal, boxfish atau trunkfish) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya. Racun ini disebut juga pahutoxin.

Kadar tergantung

racun kepada

yang jenis

terdapat ikan dan

pada organnya.

organ Namun

dalam

ikan

berbeda-beda, ovari dan hati

demikian,

merupakan organ-organ yang sangat berbahaya (Tabel 6).

Tabel 6. Kadar racun pada beberapa organ dalam ikan

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan

99

carilah lima jenis ikan ikan-ikan air tawar yang beracun yang terdapat di lokasi anda. Carilah pula lima jenis ikan-ikan air laut yang beracun. Presentasikan tugas tersebut di dalam kelas.

E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Djamali, A., Burhanuddin, dan M. Hutomo. 1994. Fauna Ikan-ikan Laut Berbisa dan Beracun di Indonesia. Proyek Pemasyarakatan dan Pembudayaan IPTEK, Pusat Penelitian dan Pengembangan Oseanologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta. B.W. 1988. Poisonous and Venomous Marine Second edition. Darwin Press, Darwin. 1168 p. Animals of the World.

Halstead,

Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Ichthyology.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Anatomy.

100

VIII. SISTEM ALAT GERAK A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari

sebuah urat daging atau otot ikan. 2. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak urat daging atau otot-otot ikan. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan bagian-bagian dari

rangka ikan. 4. Agar mahasiswa mampu menunjukkan letak dan nama-nama tulang ikan

B. Otot atau Urat Daging Ikan Dibandingkan dengan vertebrata lainnya, ikan mempunyai susunan otot

yang relatif jauh lebih sederhana. Berdasarkan histologisnya, otot pada tubuh ikan dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu: otot licin (smooth muscle) otot bergaris melintang atau otot rangka (skeletal / striated muscle) otot jantung (cardiac muscle)

Berdasarkan -

cara

kerjanya,

otot-otot

yang

terdapat

pada

tubuh

ikan

dibedakan atas dua golongan yaitu: voluntary muscle, yaitu otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh

rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka involuntary muscle, yaitu otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh

rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung

Urat urat daging

daging

pada

ikan

tersebar

hampir atau

di

seluruh fungsi

tubuh

sehingga sesuai urat tubuh

setiap dengan daging ikan

tersebut dia

mempunyai terdapat.

peranan Namun

tersendiri umum

tempat

dimana fungsi secara

demikian,

secara

mempunyai sehingga

untuk

menggerakkan

bagian-bagian ikan

tertentu

dari

keseluruhan dengan

menyebabkan jelas

mampu daging,

bergerak maka

(berenang). perlu dibuat

Untuk

melihat

bagian-bagian

urat

sayatan melintang pada tubuh ikan agak ke caudal (potongan tegak lurus melalui tulang punggung). Setelah terpotong dua maka tampaklah otot-otot yang tersusun dalam lingkaran-lingkaran konsentris. Potongan otot yang berupa lingkaran

101

lingkaran dari

konsentris ke

ini

disebabkan oleh

karena

otot-otot otot

tersebut yang secara

tersusun

secara kerucut dan

rapi dan

cranial coni atau

caudal

lapisan-lapisan ini

berbentuk segmental

disebut myomer oleh

musculi. myotome.

Coni

musculi satu

tersusun

disebut

Antara yang

myomer

dengan

myomer atau

lainnya

dipisahkan Otot-otot

suatu

pembungkus

disebut

myocommata

myoseptum.

yang terletak di bagian sebelah kiri dan kanan tubuh dipisahkan oleh suatu sekat yang disebut septum vertical. Oleh suatu sekat yang disebut septum horizontale

atau horizontale skeletogenous septum, otot-otot pada tubuh ikan terbagi atas dua daerah yaitu (Gambar 37): musculi dorsalis atau musculi epaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang

terdapat di sebelah dorsal septum horizontale musculi ventralis atau musculi hypaxialis, yaitu kumpulan otot-otot yang

terletak di sebelah ventral septum horizontale

Pada dan banyak

daerah

septum

horizontale lemak yang

terdapat disebut

jaringan mud

otot

berwarna muscle)

merah atau

mengandung

stripe

(red

musculus lateralis superficialis. Jika pada pada dilihat dari arah lateral maka bentuk otot-otot bergaris melintang

(lateral skeletal musculature) dapat dibedakan atas dua bentuk yaitu (Gambar 38): tipe cyclostomine, ditemukan pada ikan-ikan Agnatha tipe piscine, didapatkan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes Otot-otot bagian bagian yang kepala terdapat (Gambar pada 39), tubuh pada ikan di Osteichthyes bawah dapat ditemukan 40), sirip

bagian sirip

kepala

(Gambar pada

punggung

(Gambar

41),

pada

dada

(Gambar

42),

perut (Gambar 43), dan pada sirip ekor (Gambar 44). Pada ikan Chondrichthyes, otot-otot tersebut dapat dibedakan atas: otot-otot appendicular, otot-otot

branchiomeric, dan otot-otot hypobranchial (Gambar 45 dan 46).

102

Gambar 37. Penampang melintang otot ikan (Andy Omar, 1987)

103

Gambar 38. Tipe otot pada ikan (Andy Omar, 1987)

104

Gambar 39. Otot-otot pada bagian kepala ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

Gambar

40.

Otot-otot pada Omar, 1987)

bagian

di

bawah

kepala

ikan

Osteichthyes

(Andy

105

Gambar 41. Otot-otot pada bagian punggung ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992)

106

Gambar 43. Otot-otot pada sirip perut ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

Gambar 44. Otot-otot pada sirip ekor ikan Osteichthyes (Andy Omar, 1987)

107

Gambar

45.

Otot-otot appendicular (Wischnitzer, 1972)

dan

branchiomeric

pada

ikan

Chondrichthyes

Gambar

46.

Otot-otot 1972)

hypobranchial

pada

ikan

Chondrichthyes

(Wischnitzer,

108

C. Sistem Rangka Yang termasuk ke dalam sistem rangka antara lain tulang belakang, tulang sejati, tulang rawan, jaringan pengikat (connective tissue), sisik-sisik, komponenkomponen gigi, jari-jari sirip, dan penyokong sel pada sistem saraf. Rangka

merupakan struktur yang berfungsi sebagai penyokong tegaknya tubuh dan dapat dibedakan atas: rangka luar (exoskeleton), berupa sisik (squama) rangka dalam (endoskeleton), berupa tulang-tulang yang menyusun rangka

tubuh ikan Tulang sebagainya. sebenarnya banyak Pada berasal mengandung bertulang tulang garam sejati kalsium, fosfor, magnesium, yang dari dan keras tulang

ikan dari

(Osteichthyes), pembentukan

tulang tulang

rawan.

Proses

rawan menjadi tulang sejati disebut osifikasi. Rangka pada ikan mempunyai fungsi antara lain: memberi bentuk kepada tubuh sebagai penunjang tubuh melindungi bagian tubuh sebelah dalam, seperti otak, jantung, hati, alat

pencernaan, dan lain-lain menghasilkan garam kalsium sebagai alat gerak pasif sebagai salah satu tempat pembuatan darah berfungsi sebagai alat penyalur sperma pada beberapa jenis ikan tertentu

Berdasarkan yaitu: -

jenisnya,

rangka

tulang

dapat

dibedakan

atas

dua

golongan,

osteum (tulang sejati, tulang benar), yaitu tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes cartilago golongan (tulang rawan), yaitu dan tulang-tulang ikan yang terdapat yang pada masih ikan muda

Chondrichthyes

juga

Osteichthyes

Berdasarkan letak dan fungsinya, rangka dapat dibedakan atas: rangka rusuk axial, terdiri dari tulang tengkorak, tulang punggung, dan tulang

109

rangka visceral, terdiri dari tulang lengkung insang dan derivat-derivatnya rangka appendicular, yaitu rangka anggota badan, seperti jari-jari sirip dan

tulang-tulang penyokongnya. Untuk preparat mengamati rangka tulang ikan secara dari umum, ikan terlebih yang dahulu harus cukup dibuat besar

tulang.

Preparat

dibuat

berukuran

sehingga memudahkan dalam pembuatannya. Ada tiga cara yang dapat dilakukan untuk membuat preparat tulang, yaitu:

a. Cara fisik Ikan termasuk dengan tidak Teleostei sisik-sisik air rapuh. panas yang ikan secara agak besar jika (misalnya ada. agar pada masih Setelah diperoleh tubuh ada ikan cakalang) dibersihkan, ikan itu dan

tersebut

bersih, rangka ikan

siramlah yang

perlahan-lahan terdapat Jika

bagus

Otot-otot pinset dan

yang pisau.

dibersihkan yang tersisa yang dalam

dengan melekat tersisa larutan

menggunakan pada tidak tulang,

otot-otot Agar

dibersihkan

dengan

menggunakan rangka

sikat.

otot-otot ke

mengalami

pembusukan

maka

tersebut

dicelupkan

formalin selama 5 7 jam. Diusahakan agar pada saat merendam rangka tersebut keadaan preparat dalam keadaan lurus seperti sebelum diberikan perlakuan.

Rangka hasil pengawetan tersebut dijemur di bawah sinar matahari selama 5 7 hari sambil dibersihkan tulang tersebut yang jika masih ada otot-otot selama tempatnya sebaiknya kecil yang melekat. Jika ada

potongan-potongan maka potongan Preparat

yang ditempel

terlepas pada

proses semula disimpan

penyikatan/penjemuran dengan di dalam menggunakan kotak agar

perekat.

sudah

selesai

tidak terganggu.

b. Cara kimiawi Ikan yang sudah bersih dan tidak bersisik lagi direbus selama 3 5 menit dalam panci yang berukuran besar agar posisi ikan tersebut tidak bengkok.

Setelah direbus, ikan tersebut direndam dalam larutan NaOH 4% selama 8 12 jam sampai daging ikan tersebut mudah dikelupas. Jika masih sulit terkelupas,

ikan tersebut direndam kembali ke dalam larutan NaOH yang lebih encer. Setelah otot-otot aman. ikan tersebut terkelupas, rangka preparat disimpan pada wadah yang

110

c. Cara biologis Pembuatan

rangka

ikan

secara

biologis

dilakukan

dengan

membiarkan

ikan

membusuk secara alami sehingga otot-ototnya habis dimakan oleh binatangbinatang kecil. Ikan sampel yang akan diambil rangkanya ditanam ke dalam tanah agar bau busuk tidak menyebar. Setelah satu minggu, preparat tersebut diamati apakah otot-ototnya telah mengalami pembusukan atau belum. Jika proses pembusukan berjalan sempurna maka yang tersisa hanyalah tulang-belulangnya. Untuk pembersihan selanjutnya digunakan sikat. Agar rangka tersebut aman, preparat tersebut disimpan di dalam kotak, diikat atau direkat supaya tidak bergerak-gerak. Secara umum untuk mengamati sistem rangka maka dapat dibedakan atas rangka secara umum (Gambar 47), tulang-tulang tengkorak (Gambar 48, 49, 50, dan 51), dan tulang belakang atau vertebra (Gambar 52). D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10 menit tentang mekanisme pergerakan otot ikan pada saat berenang dan mengapa otot disebut alat gerak pasif dan tulang disebut alat gerak aktif? E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah, Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Bogor. Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor,

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Ichthyologi.

Jurusan

Perikanan

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia.

111

Gambar 47. Rangka ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

Gambar 48. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak lateral (Chiasson, 1980)

112

Gambar 49. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak dorsal (Chiasson, 1980)

113

Gambar 50. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak ventral (Chiasson, 1980)

Gambar 51. Tulang tengkorak ikan Teleostei tampak caudal (Chiasson, 1980)

114

Gambar 52. Tulang belakang ikan Teleostei tampak depan (Andy Omar, 1987) Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.

Moyle,

P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Wischnitzer,

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Anatomy.

115

IX. SISTEM PENCERNAAN

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu mengenali dan mengetahui posisi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya 2. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi organ-organ pencernaan beserta modifikasinya. 3. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan fungsi kelenjar pencernaan B. Alat Pencernaan Pencernaan pada ikan dimulai dari mulut dan berakhir di anus. Fungsi alat pencernaan adalah untuk menghancurkan zat makanan (molekul makro) menjadi zat terlarut (molekul mikro) sehingga zat makanan tersebut mudah diserap dan kemudian dapat digunakan pada proses metabolisme di dalam tubuh ikan. Proses pencernaan pada ikan terjadi dalam dua bentuk yaitu secara fisik yang terjadi di dalam rongga mulut dan lambung, dan secara kimiawi yang terjadi di dalam lambung dan usus. Alat pencernaan pada ikan sering berbeda antar satu spesies dengan spesies lainnya. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan dalam pola adaptasi terhadap makanannya. Alat pencernaan yang sering mengalami adaptasi adalah bibir, gigi, mulut, dan saluran pencernaan. Alat pencernaan terdiri dari dua bagian, yaitu saluran pencernaan yang meliputi mulut, rongga mulut, pharynx, esophagus, lambung, pylorus, duodenum, intestinum, rectum, dan anus; serta kelenjar pencernaan yang terdiri dari hati, empedu, dan pancreas. Setiap alat pencernaan memiliki tugas masing-masing. Mulut berguna untuk menangkap atau mengambil makanan. Adaptasi mulut ikan terhadap makanannya menyebabkan ditemukannya beraneka macam bentuk mulut ikan. Ikan-ikan yang biasanya mencari makanan dengan memangsa jenis ikan lain, umumnya mempunyai mulut yang lebar, sedangkan ikan-ikan yang biasa mengambil makanan dengan jalan mengisap organisme yang menempel pada substrat (perifiton) biasanya mempunyai bentuk bibir yang tebal (misalnya ikan tambakan, Helostoma temmincki). Sebaliknya ikan belanak (Liza sp.) yang

116

mencari makanan di dasar perairan mempunyai bibir yang tebal dan kadangkadang mulutnya dapat disembulkan. Rongga makanan. Di mulut dalam berfungsi rongga untuk mulut tempat terdapat mencabik gigi-gigi. atau memotong-motong letaknya, Berdasarkan

terdapat tiga macam gigi pada ikan bertulang sejati, yaitu gigi mulut, gigi rahang, dan gigi pharynx (Gambar 53). Sebaliknya berdasarkan bentuknya, gigi ikan dapat dibedakan atas: cardiform merupakan yang (untuk tempat merobek), villiform (untuk merobek), Pada canine (untuk mencengkeram), incisor, dan molariform (untuk menggerus)(Gambar 54). Lambung terdapat cairan herbivora mempunyai palsu yang carnivora sedangkan beberapa sp.), untuk usus (spiral bervariasi kelenjar ini penampungan enzim Bentuk ikan ada makanan. dan asam tersebut. Ikan depan. tabung ikan maka anatomi dindingnya dimana sangat ikan tidak ikan 55), Pada (Liza alat dapat proses kepada dengan yang menghasilkan pencernaan. kebiasaan lambung sebenarnya, yang ikan usus lambung lambung Lambung herbivora Umumnya (Gambar 56). sebagai belanak

membantu tergantung berbeda lambung mempunyai pada ikan ikan tertentu

makanan kalaupun berbentuk seperti gizzard Gizzard bagian ini,

carnivora. bagian seperti kantung

merupakan

lambung

merupakan

penggelembungan omnivora lambung berbentuk mengalami menjadi 55). pada

lambung

(Gambar berfungsi

modifikasi.

Pada

lambung

mengalami

modifikasi (Gambar dimana

yang

menggiling mengalami valve). Pylorus

makanan modifikasi

mempunyai dalamnya daerah dalam yang di

dinding membentuk

(lapisan spiral zat-zat keluarnya dan tidak

otot) yang lebih tebal dibanding dengan dinding lambung biasa. Pada ikan cucut, Dengan terletak adanya setelah spiral lambung, zat valve penyerapan mengatur telah

makanan yang telah dicerna semakin luas (Gambar 57). berperan makanan anus. terjadi usus makanan yang dicerna di lambung dan masuk ke dalam usus. Sedangkan usus merupakan selanjutnya mempunyai ikan-ikan tubuhnya, tempat sisa lambung, herbivora sedangkan proses penyerapan dibuang usus yang tercerna, yang usus. kali atau makanan melalui yang Ikan-ikan herbivora

pencernaan memiliki ikan-ikan

intensif memiliki

dalam beberapa

Umumnya panjang sangat

panjangnya

carnivora

yang

pendek

pendek bila dibandingkan dengan panjang tubuhnya.

117

Gambar 53. Letak gigi pada ikan Osteichthyes (Bond, 1979)

Gambar 54. Bentuk-bentuk gigi ikan (Lagler et al., 1977)

118

Gambar 55. Alat pencernaan ikan carnivora dan gizzard (Afandi et al., 1992)

Gambar 56. Alat pencernaan ikan omnivora (Affandi et al., 1992)

119

Gambar 57. Alat pencernaan ikan cucut (Wischnitzer, 1972)

120

C. Sistem Pencernaan Sistem pencernaan ikan umumnya terdiri dari: a. Saluran pencernaan (tractus digestivus), Walaupun hampir berikut: rongga mulut (cavum oris), pada rahangnya terdapat gigi-gigi kecil. lidah banyak (lingua), melekat pada dasar lendir mulut (glandula dan tidak dapat digerakkan, memiliki bentuk saluran pencernaan dapat ikan dari depan sampai ke belakang sebagai

sama,

tetapi

masih

dibedakan

masing-masing

bagian,

mengandung

kelenjar

mucosa)

tetapi

tidak

kelenjar ludah (glandula salivales). pangkal tenggorokan (pharynx), merupakan lanjutan rongga mulut yang

terdapat di daerah sekitar insang. kerongkongan (esophagus), sangat pendek dan merupakan lanjutan dari

pharynx, berbentuk seperti kerucut dan terdapat di belakang daerah insang. ventikulus saluran jelas. (lambung), merupakan lanjutan dari esophagus dan berupa

memanjang yang agak Pada beberapa spesies

membesar. tertentu, di

Batas dengan usus bagian yang akhir

tidak terlalu terdapat caeca

ventrikulus pyloric

tonjolan-tonjolan (appendices permukaan -

berbentuk

kantong

buntu ini

disebut

pyloricae). dinding

Kantong

buntu

berguna dan

untuk

memperluas makanan

ventrikulus

agar

pencernaan

penyerapan

dapat berlangsung lebih sempurna. usus (intestinum), berbentuk seperti pipa panjang yang berkelok-kelok dan

sama besarnya, berakhir dan bermuara keluar pada lubang anus. Usus ini diikat oleh suatu alat penggantung yang disebut mesenterium, yang

merupakan derivat dari pembungkus rongga perut (peritonium). b. Kelenjar pencernaan (glandula digestoria) hati (hepar), bentuknya besar, berwarna merah kecoklat-coklatan, letaknya

di bagian depan rongga badan dan meluas mengelilingi usus. kantong berwarna saluran empedu empedu (vesica fellea), bentuknya bagian yang dan bulat depan bila dari pada berisi hati, penuh,

kehijau-hijauan, yang disebut

terletak

pada

mempunyai Kantong

ductus

cysticus

bermuara

usus.

berfungsi

untuk

menampung

menyimpan empedu (bilus) dan

121

mencurahkannya

ke

dalam

usus

bila

diperlukan.

Empedu

berguna

untuk

mencernakan lemak.

Suatu pada ikan

kelenjar karena

pencernaan bersifat

lain

yang Limpa

disebut atau

pancreas lien

tidak

ditemukan merah ke tua, dalam

mikroskopis. di antara

berwarna tidak masuk

melekat

pada

mesenterium

usus

dan

gonad,

sistem pencernaan melainkan termasuk dalam systema reticulo-endothelia. Secara garis besarnya, perbedaan antara struktur alat pencernaan ikan

herbivora dan ikan carnivora adalah: a. Untuk ikan herbivora: gigi tumpul dan kadang-kadang halus tidak memiliki lambung tetapi usus bagian depan membesar membentuk

lambung palsu panjang usus beberapa kali panjang tubuhnya tapis insang panjang dan rapat

b. Untuk ikan carnivora: gigi runcing (gigi taring) lambung memanjang panjang usus sama atau lebih pendek daripada panjang tubuhnya tapis insang pendek dan tidak rapat

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), kemudian masing-masing kelompok mempresentasikan selama 10

menit proses pencernaan pada ikan secara fisik dan kimiawi.

E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Alamsjah, Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

122

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Ichthyologi. Jurusan Perikanan

Andy

Omar,

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. 1977. Ichthyology.

Moyle,

P.B.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Wischnitzer,

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Anatomy.

123

X. SISTEM PERNAPASAN A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud

dengan sistem pernapasan. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali bagian-bagian dari organ pernapasan

dan alat pernapasan tambahan.

B. Organ Pernapasan Pernapasan karbon dioksida organ merupakan oleh suatu proses organisme Pada ikan, pengambilan hidup. proses oksigen dapat dan pelepasan maka

Untuk

bernapas

diperlukan

pernapasan.

pernapasan

umumnya

dilakukan

dengan menggunakan insang (branchia). Insang lainnya. Pada ikan stadia juga larva, mengalami insang perkembangan sempurna sebagaimana dan belum organ-organ berfungsi.

belum

dapat

Untuk dapat bernapas, larva ikan biasanya menggunakan kantung telur (yolk sac) atau pada beberapa ikan tertentu menggunakan insang luar (Gambar 58). Setiap insang ikan terdiri dari beberapa bagian, yaitu (Gambar 59): Filamen insang (hemibranchia = gill filament), berwarna merah, terdiri dari

jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air. Tulang lengkung insang dan (arcus tapis branchialis insang, = gill arch), merupakan memiliki darah tempat saluran dapat

melekatnya darah -

filamen

berwarna yang

putih,

dan

(arteri

afferent

dan

arteri

efferent)

memungkinkan

keluar dan masuk ke dalam insang. Tapis insang (gill rakers), berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek insang, pemakan sesuai dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung herbivore Hal ini

berfungsi untuk plankton, tapis

menyaring air insangnya

pernapasan. dan

Pada ikan-ikan panjang.

rapat

ukurannya

dengan fungsinya sebagai

alat penyaring makanan.

Sedangkan pada

ikan-ikan carnivora, tapis insang tersebut jarang-jarang dan berukuran pendek (Gambar 60).

124

Gambar 58. Alat pernapasan pada larva ikan (Affandi et al., 1992)

Gambar 59. Bagian-bagian insang ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)

Gambar 60. Insang pada ikan herbivora (A) dan karnivora (B)(Affandi et al., 1992)

125

Ikan-ikan bertulang sejati memiliki insang yang ditutup belakang dari kepala, berbentuk seperti setengah

oleh penutup insang Setiap tutup

(apparatus opercularis). Tutup insang ini terdapat di sebelah kanan dan kiri bagian membundar. insang terdiri atas (Gambar 61): Operculum, yang tersusun atas empat potong tulang, yaitu: os operculare, merupakan tulang yang paling besar dan letaknya paling dorsal os preoperculare, merupakan tulang kecil yang melengkung seperti sabit dan terletak paling cranial os interoperculare, merupakan tulang kecil yang terletak di antara os operculare dan os preoperculare os suboperculare, merupakan bagian tulang yang terletak paling caudal branchiostega, dan berakhir merupakan bebas di tepi selaput tipis dari yang melekat pada belakang operculum. Berfungsi Membrana operculum

sebagai klep untuk menahan agar supaya air tidak masuk ke dalam rongga insang dari arah belakang. Ikan-ikan penutup insang. bertulang Insang rawan ikan (Chondrichthyes) di tidak memiliki tulang-tulang berhubungan tersebut berada dalam rongga dan Radii branchiostega, merupakan tulang-tulang kecil yang terletak pada bagian ventral pharynx, dan berfungsi untuk menyokong membrana branchiostega.

keluar melalui celah-celah insang yang berjumlah sekitar 5 7 buah (Gambar 62). C. Organ Pernapasan Tambahan Ada beberapa jenis ikan tertentu yang selain bernapas dengan insang juga menggunakan mempunyai forsteri annectens Selain (Krefft, paru-paru organ (Owen, insang 1870)), sebagai adalah dan ikan ikan organ ikan pernapasannya. paru-paru Timur Amerika ikan Ikan-ikan yang paru-paru 1839)), dan Australia Selatan tertentu (Neoceratodus annectens (Lepidosiren memiliki alat

paru-paru

Afrika paru-paru

(Protopterus

paradoxa Fitzinger, 1837). paru-paru, beberapa jenis pernapasan tambahan yang berupa: a. Labyrinth, lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan dari lengkung insang. derivate

126

Gambar 61. Tulang penutup insang pada ikan Teleostei (Andy Omar, 1987)

Gambar 62. Celah insang pada ikan cucut (Wischnitzer, 1972)

127

Pada

ikan

betok

(Anabas

testudineus

(Bloch,

1792)),

organ

labyrinth

terletak di bagian atas insang dan terdapat saluran yang menghubungkan labyrinth dan insang (Gambar 63). b. Arborescent organ, berbentuk seperti bunga karang.,Pada ikan lele (Clarias batrachus (Linnaeus, 1758)) alat pernapasan tambahan ini terletak di

bagian atas depan insang (Gambar 64). c. Diverticula, lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx, misalnya

pada ikan gabus (Channa striata (Bloch, 1793))(Gambar 65). d. Alat pernapasan tambahan berupa tabung, misalnya pada ikan

Heteropneustes microps (Gnther, 1864) dan jenis catfish lainnya. e. Dinding bagian dalam dari operculum yang banyak mengandung pembuluh darah, misalnya pada ikan blodok (Periophthalmus kalalo Lesson, 1831).

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok), blodok kemudian masing-masing argentilineatus kelompok menjelaskan 1837) mengapa dapat ikan

(Periophthalmus

Valenciennes,

bertengger

pada akar-akar pohon bakau. Presentasikan selama 10 menit.

E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. 128

Gambar 63. Labyrinth pada ikan betok (Anabas testudineus)(Affandi et al., 1992)

Gambar

64.

Organ 1992)

arborescent

pada

ikan

lele

(Clarias

batrachus)(Affandi

et

al.,

129

Gambar

65.

Diverticula 1992)

pada

ikan

gabus

(Ophiocephalus

striatus)(Affandi

et

al.,

130

Lagler,

K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Ichthyology.

Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. Wischnitzer, S. 1972. Atlas and Dissection Guide Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Introduction

to

Ichthyology.

for

Comparative

Anatomy.

131

XI. SISTEM PEREDARAN DARAH

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan sistem peredaran

darah atau systema circulatoria. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali dan menjelaskan fungsi-fungsi bagian

dari jantung ikan. B. Jantung Sistim satu jalur peredaran sirkulasi darah pada darah. ikan bersifat tunggal, artinya darah hanya terdapat dari

peredaran

Pada

sistem

tersebut

mengalir

jantung, menuju ke insang, kemudian ke seluruh tubuh, dan akhirnya kembali lagi ke jantung. Pada sejati ikan, jantung umumnya letak terletak jantung di belakang lebih insang. ke Ikan bertulang

(Osteichthyes)

memiliki

relatif

depan

dibandingkan

dengan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Jantung disusun oleh otot jantung yang bekerja sedikit ikan tidak di bawah pengaruh struktur rangsang jantung 67). (involuntary). ikan Secara sejati anatomis (Gamba sama

terdapat 66) dan

perbedaan bertulang

antara

bertulang demikian,

rawan

(Gambar

Namun

fungsinya

yaitu memompakan darah yang kadar oksigennya rendah menuju ke insang untuk mengikat oksigen dan selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh. Jantung terdapat di dalam rongga pericardium. Jantung ini dibungkus oleh

suatu selaput yang disebut pericardium dan terdiri atas: Sinus venosus, berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada

bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain. Menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier. Atrium (serambi), berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal

dan menerima darah dari sinus venosus. Ventikel (bilik), berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat

tunggal, menerima darah dari atrium. Bulbus arteriosus (conus arteriosus), merupakan lanjutan dari ventrikel,

berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis.

132

Gambar 66. Struktur jantung Osteichthyes (Chiasson, 1980)

Gambar 67. Struktur jantung Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)

133

C. Darah Darah dan adalah cairan yang di dalamnya tersusun terkandung dari dua bahan-bahan yaitu terlarut plasma

bahan-bahan

tersuspensi.

Darah

komponen

darah dan sel darah. Plasma darah antara lain tersusun atas air, mineral, nutrien, gas terlarut, bagian yaitu enzim, hormon, butir-butir dan antibodi. merah darah (yang Sel darah dapat dibedakan atas dua dan butir-butir darah (yang putih

darah butir

(eryhtrocyte) terdiri

(leucocyte). granula) dibedakan yaitu

Selanjutnya, dan atas

putih tidak

atas

granulocyte granula).

memiliki dapat warna,

agranulocyte tiga

memiliki

Granulosit menyerap yang

komponen dan

berdasarkan basophil. putih

kemampuannya agranulosit

acidophil,

neutrophil,

Sebaliknya, terdiri atas

merupakan dan

penyusun

terbesar

butir-butir

darah

lymphocyte,

monocyte,

thrombocyte (Affandi et al., 1992). Darah mengambil dan zat berfungsi sisa-sisa imunitas untuk mengedarkan untuk zat makanan ke seluruh enzim, darah tubuh, hormon, merah mengikat Pada ikan, lien).

metabolisme ke bagian

dibuang,

mengedarkan

tubuh

yang

memerlukannya.

Butir

mengandung oksigen, yang

haemoglobine selanjutnya dan

(Hb) akan

yang digunakan

memiliki untuk

kemampuan

untuk

proses metabolisme. pada organ limfa

pembentukan Pada

pembersihan jenis ikan

darah

dilakukan darah

(spleen, tubuh

beberapa

tertentu,

dibuat

pada

bagian

lainnya,

misalnya pada dinding usus.

D. Saluran Pembuluh Darah Saluran pembuluh darah atau sistem pembuluh darah dalam tubuh ikan

dapat dibedakan atas (Gambar 68 76): Pembuluh utama, yaitu arteri dan vena, yang terdapat di sepanjang tubuh. Arteri (pembuluh nadi) merupakan pembuluh darah yang mempunyai dinding yang tebal dan darah kuat tetapi tidak mempunyai Vena klep-klep, (pembuluh berfungsi balik) untuk

membawa

meninggalkan

jantung.

merupakan

pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung. Pembuluh cabang, yaitu cabang-cabang dari pembuluh utama yang menuju ke kulit, rangka, otot, spina cord (sumsum tulang belakang), organ pencernaan, dan lain-lain.

134

Gambar

68.

Sistem peredaran (Chiasson, 1980)

darah

di

bagian

kepala

ikan

Osteichthyes

Gambar

69.

Sistem peredaran darah pada Osteichthyes (Chiasson, 1980)

organ

dalam

bagian

kanan

ikan

135

Gambar 70. Sistem peredaran (Chiasson, 1980)

darah pada organ dalam bagian kiri Osteichthyes

Gambar

71.

Sistem peredaran (Chiasson, 1980)

darah

pada

aorta

dorsalis

ikan

Osteichthyes

136

Gambar 1980)

72.

Sistem

peredaran

darah

pada

ginjal

ikan

Osteichthyes

(Chiasson,

Gambar

73.

Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)

darah

pada

insang

ikan

Chondrichthyes

137

Gambar

74.

Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)

darah

pada

aorta

dorsalis

ikan

Chondrichthyes

138

Gambar 75. Sistem peredaran darah pada organ pencernaan ikan Chondrichthyes (Wischnitzer, 1972)

139

Gambar

76.

Sistem peredaran (Wischnitzer, 1972)

darah

pada

daerah

ginjal

ikan

Chondrichthyes

140

Cabang-cabang organ-organ tubuh

pembuluh adalah

darah

yang darah.

kontak Pada

langsung kapiler

dengan darah

sel-sel inilah

dari terjadi

kapiler

pertukaran zat, baik bahan nutisi maupun gas.

E. Limfa (Lien) Limfa berfungsi dalam pembentukan sel darah dan untuk mengembalikan

darah yang masuk jaringan ke sistim-sistim sirkulasi. Sistem limfatik adalah suatu bagian keluar selain penting dari dalam sirkulasi dan sehubungan masuk ke dengan kembalinya Fungsi dan plasma sistem yang limfatik

saluran

darah limfa

dalam

jaringan.

mengumpulkan

juga

untuk

memurnikannya

mengembalikannya

kepada saluran darah.

F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). terhadap Setiap ukuran kelompok dan jumlah menjelaskan butir-butir pengaruh darah perbedaan pada ketinggian ikan pada lokasi saat

merah

dipresentasikan.

G. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang. Ichthyologi. Jurusan Perikanan

Andy

Omar,

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa.

141

Lagler,

K.F.,

J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York.

1977.

Ichthyology.

Moyle,

P.B.

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Wischnitzer,

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Anatomy.

142

XII. SISTEM UROGENITAL A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud

dengan sistem urogenital (uropoetica-genitalia) 2. Agar mahasiswa mampu mengenali organ yang berperan dalam ekskresi

(ginjal) dan reproduksi (gonad). 3. Agar betina 4. B. Sistem Uropoetica (Sistem Ekskresi) Organ utama dari sistem pembuangan sisa-sisa hasil metabolisme adalah mahasiswa mampu menjelaskan perbedaan antara gonad jantan dan

ginjal (ren), tetapi ada juga pembuangan sisa-sisa metabolisme melalui usus dan kulit. ginjal. Bahan dan yang yang lainnya asam dengan dibuang dalam amino cara tersebut bentuk dan sebagian urine. besar berbentuk merupakan Toksisitas lain ammoniak hasil NH3 sisa ini (NH3) dari dapat urea, Pada ikan, pembuangan sisa-sisa metabolisme terutama melalui insang dan

Ammoniak toksik.

penguraian dikurangi

bersifat

sangat menjadi

merubahnya

persenyawaan

seperti

asam urat, atau trimetil oksida (TMO), atau dengan pengenceran dalam air yang cukup. Organ-organ yang termasuk ke dalam sistem uropoetica adalah: Ginjal (ren), terdapat sepasang, berwarna merah kehitaman, terletak di luar ruang peritoneum, menempel di bawah tulang punggung memanjang dari

dekat anus ke arah depan hingga ujung rongga perut, bentuknya tidak jelas. Ginjal berfungsi untuk mengeluarkan ammonia dan persenyawaanpersenyawaannya yang non-toksik. Ureter (ductus urine mesonephridicus (air seni) dan yang menuju = saluran berasal ke dari Wolffian), ginjal, Pada merupakan terdapat ikan di tempat pinggiran kedua

mengalirnya dorsal

rongga

badan

belakang.

jantan,

saluran ini terlihat merupakan tabung (tubulus) yang pendek, terentang dari ujung belakang ginjal sampai kantung urine, sedangkan pada ikan betina ia menuju ke sinus urogenitalia.

143

Kantong urine (vesica urinaria), merupakan lanjutan dari ureter kiri dan kanan, dan merupakan tempat penampungan urine sebelum dikeluarkan. Pada

beberapa jenis ikan, kantong urine dapat dilihat dengan jelas terletak dekat anus dan bentuknya menyerupai kantung kecil. Urethra, merupakan saluran yang pendek, berasal dari kantong urine dan

menuju ke porus urogenitalia, merupakan jalan keluar urine dari dalam tubuh. Pada ikan Chondrichthyes, ginjal berbentuk sepasang lembaran (pita)

sangat panjang berwarna kecoklatan yang terletak pada tiap sisi garis tengah atap ruang berbeda, pleuroperitoneum ketebalan ginjal (posisi retroperitoneum). Bagian depan Pada lebih beberapa tipis, bagian yang bagian

berbeda.

sedangkan

belakang lebih tebal dan berfungsi sebagai alat ekskresi. Bagian ginjal depan ikan betina ligamen sederetan ginjal-ginjal sebelah berdegenerasi. yang kuat. Kedua lembaran ginjal tersebut dihubungkan oleh sebuah berbentuk sisi tengah terletak di

Badan-badan

suprarenal pucat

(badan-badan

chromaffin) dekat

bercak-bercak berwarna tersebut. Papilla

terletak berbentuk

memanjang di kecil dan dorsal disebut di

urinaria Pada

runcing dari

dorsal

lubang rectum. bagian

bagian

setengah ventralnya membujur

cloaca

disebut Kedua dinding

coprodeum, bagian ini

sedangkan terpisah oleh

setengah kecil

urodeum. tiap

lipatan-lipatan

sepanjang

sisi luar dari cloaca. Ductus Wolffian (mesonephridicus) terletak di antara oviduct dan ginjal-ginjal. Pada ikan betina muda, ductus-ductus ini susah ditemukan.

Sebaliknya pada ikan betina yang matang gonad, ductus-ductus ini terletak pada garis penempel dari mesotubaria dan merupakan sebuah tabung yang kecil

menuju ke cloaca.

C. Sistem Genitalia (Sistem Kelamin) Sistem kelamin pada ikan dapat dibedakan atas sistem kelamin betina dan sistem kelamin jantan. Pada ikan bertulang sejati, sistem kelamin betina disusun

oleh (Gambar 77): Ovarium, pada ikan umumnya ada dua buah, tampak seperti agar-agar yang jernih, terdapat bintik-bintik karena berisi sel telur (ova). Alat penggantung

ovarium disebut mesovarium.

144

Saluran pendek

telur dan

(oviduct), bersatu

merupakan bagian

saluran

tempat untuk

lewatnya

ova,

sangat

pada

belakangnya

selanjutnya

bermuara

pada porus genitalia. Sistem kelamin jantan ikan disusun oleh (Gambar 77): Testes, terletak di bawah gelembung renang dan di atas intestinum. Bentuk testes agak kompak Proses dan berwarna putih. Di dalam disebut kepada testes dihasilkan

spermatozoa. Bentuk -

pembentukan bermacam-macam

spermatozoa tergantung

spermatogenesis. spesies ikan. Alat

spermatozoa

penggantung testes disebut mesorchium. Vasa deferensia, merupakan dua buah saluran sperma yang bergabung pada bagian belakangnya membentuk suatu ruang genital yang terbuka ke arah

luar, terletak di antara ureter atau papila urinaria dan anus. Lubang genital (porus genitalia), merupakan lubang yang terbuka ke arah luar dan tempat pelepasan sperma. Alat reproduksi ikan cucut betina (Gambar 78) adalah: Ovari, merupakan dua buah kelenjar yang halus, memanjang berwarna coklat keputihan (krem), terletak pada tiap sisi dari lembaran-lembaran (lobi) hati.

Pada ikan yang matang gonad, pada ovari ini terdapat tonjolan-tonjolan yang bulat pada sisi bagian atas. Tonjolan tersebut merupakan telur dari beberapa stadia perkembangan. Ovari tergantung pada bagian atas ruang

pleuroperitonium dengan perantaraan mesovarium. Ostium (ostium tubae abdominale), merupakan sebuah celah yang tegak lurus di antara dua lapisan ligamen yang berbentuk bulan sabit (falciform). Pada ikan yang masih muda celah tertutup, sedangkan pada ikan dewasa ia terbuka dari ruang pleuroperitoneum ke dalam saluran telur (oviduct) untuk memindahkan telur dari ovari. Saluran dimana induk). Kelenjar pembungkus (kelenjar nidamental), menghasilkan suatu lapisan tipis telur ova (oviduct, biasanya tabung dibuahi Fallopia, (karena atau ductus Mller), terjadi di adalah dalam ruang tubuh

pembuahan

pada beberapa telur.

145

Gambar

77.

Diagram sistem urogenital pada ikan Osteichthyes (Affandi et al., 1992). 1a. ovarium, 1b. testes, 2. ginjal, 3a. oviduct, 3b. vasa deferensia, 4. ductus Wolffian, 5. sinus urogenitalia, 6. Vesica urinaria, 7. porus urogenitalia

146

Gambar 78. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes betina (Affandi et al., 1992)

147

Mesotubarium,

jaringan

ikat

penggantung

oviduct,

kelenjar

pembungkus,

dan

uterus yang terletak di belakang. Uterus, adalah bagian dari oviduct yang membesar tempat telur-telur yang

telah dibuahi dikandung. Cloaca, merupakan ruangan atau tempat bermuara ujung saluran pencernaan, ujung saluran urine, dan tempat keluarnya anak ikan. Alat reproduksi ikan Chondrichthyes jantan adalah (Gambar 79): Testes, merupakan dua buah kelenjar yang halus, terletak di sebelah atas lobi hati, berisi banyak sekali saluran-saluran halus (microtubuli) yang merupakan suatu epitel yang disebut epitelium germinalis. Testes merupakan tempat selsel kelamin atap jantan (spermatozoa) diproduksi. dengan Testes tersebut tergantung pada =

ruang

pleuroperitoneum

perantaraan

mesorchium

(jamak

mesorchia). Saluran-saluran efferen, merupakan saluran-saluran yang halus, terdapat lima

atau enam buah melalui mesorchia dari testes ke ginjal. Epididymis, efferen bagian saluran penghubung sperma yang halus. halus Saluran-saluran epididymis dan

dari

testes

bersambung

dengan

saluran

selanjutnya bergabung dengan ductus Wolffian (ductus mesonephridicus) yang berfungsi sebagai saluran sperma. Pada ikan yang matang gonad, ductus ini sangat berlipat; sedangkan pada yang muda lurus saja (seperti pada ikan betina). Saluran deferens (ductus deferensia = ductus epididymis), merupakan tabung yang bertingkat. Bagian dari saluran deferens yang terletak tepat di belakang testes disebut kelenjar Leydig yang menghasilkan cairan yang diperlukan agar spermatozoa dapat berfungsi dengan normal. Kantong ductus seminalis deferensia (vesicula yang lurus seminalis), dan merupakan bagian belakang dari dan

berkembang,

tempat

spermatozoa

tempat penghasil sekresi yang dimasukkan ke dalam saluran tersebut. Kantong sperma, merupakan ujung pelebaran dari kantong seminalis. Papilla urogenitalia, besar dan kadang-kadang pada ikan yang matang gonad tampak melengkung (bengkok), sedangkan pada ikan betina lebih kecil dan biasanya lurus.

148

Gambar 79. Sistem urogenital ikan Chondrichthyes jantan (Affandi et al., 1992)

149

Sinus

urogenitalia, bertemu.

tempat Urine

kedua

saluran

sperma ke

pada dalam

bagian

sebelah

belakang -

dan

spermatozoa masuk

cloaca melalui

lubang pada ujung papilla. Saluran-saluran urine pembantu yang menerima urine dari tubuli uriniferi.

Saluran-saluran ini terletak sejajar sisi tengah dari ginjal, memasuki kantong sperma seminalis melalui sebuah lubang kecil yang terdapat tidak di tengah dari papilla

(kantong

sperma).

Pada

ikan

betina

terdapat

saluran-saluran

pembantu ini.

D. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Masing-masing kelompok menjelaskan perbedaan sistem genital ikan

Osteichthyes dan Chondrichthyes, baik jantan maupun betina, dan presentasikan.

E. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor.

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. P.B. 1977. Ichthyology.

Moyle,

and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey.

to

Ichthyology.

Wischnitzer,

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Anatomy.

150

XIII. SISTEM SARAF

A. Sasaran Pembelajaran 1. Agar mahasiswa mampu memahami dan menjelaskan apa yang dimaksud dengan sistem saraf atau systema nervorum.. 2. Agar mahasiswa mampu mengenali otak dan bagian-bagiannya. B. Sistem Saraf Ikan Rangsangan menerima tersebut rangsang selanjutnya dari lingkungannya dalam melalui bentuk organ impuls ke perasa. otak. diteruskan

Respon yang diberikan oleh otak dimanifestasikan dalam bentuk tingkah laku. Sel-sel saraf mulai berkembang sejak permulaan stadia embrio dan berasal dari lapisan germinal sel terluar atas (ectoderm). dendrite Unit terkecil dari sistem penerima axon saraf disebut dan neuron (sel saraf). Setiap neuron terdiri atas inti dan jaringan (perpanjangan sel). Perpanjangan axon terdiri sebagai (berfungsi sebagai impuls) dan (berfungsi penerus impuls). Pertemuan antara dendrite

dari sel saraf lainnya disebut synapse. Sistem saraf pada vertebrata dapat dibedakan atas: Sistem saraf pusat (systema nervorum centrale), disusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis). Sistem saraf tepi (systema nervorum periphericum), disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis). Sistem saraf otonom, disusun oleh sistem saraf parasymphatic dan system saraf symphatic. Organ perasa khusus (special sense organs), terdiri atas organ gurat sisi (linea lateralis), hidung, telinga, dan mata. C. Jenis-jenis Saraf Berdasarkan atas: Saraf Saraf cerebrospinalis, otonom yaitu saraf yaitu yang saraf merangsang yang otot bergaris jantung (striated (cardiac muscle). (vegetatif), merangsang muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar-kelenjar. pada fungsi organ yang dirangsang, saraf dapat digolongkan

151

Berdasarkan atas: -

atas

fungsi

dari

rangsang

itu

sendiri,

saraf

dapat

digolongkan

Saraf sensibel (afferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat). Saraf motoris (efferent), yaitu saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer. Saraf penghubung, yaitu saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu dengan yang lainnya, misalnya antara saraf sensibel dengan saraf

motoris.

D. Otak Otak ikan hanya dapat dilihat jika tulang-tulang pembungkusnya telah

dibuka. Untuk itu maka perlu terlebih dahulu dilakukan pembedahan secara hatihati terhadap bagian kepala ikan agar otak yang akan diamati dapat terlihat

dengan jelas. Pembuatan preparat otak akan lebih mudah jika menggunakan ikan yang sudah diawetkan karena otak tersebut telah mengeras. Kepala ikan dipotong tepat pada bagian tengkuk dengan pisau yang tajam sehingga tegak pada kepala terlepas mulut atas dari badan. di Potongan atas. pisau kepala tersebut diletakkan secara dilakukan mata.

dengan bagian

terletak

sebelah sampai

Kemudian mencapai

pemotongan daerah

kepala

tersebut

sekitar

Setelah itu, pisau diarahkan pada bagian pinggir saja untuk mencegah agar otak tidak teriris. Bagian atas kepala tersebut dikuakkan sehingga otak ikan akan

nampak dari bagian atas (tampak dorsal)(Gambar 80). Untuk melihat otak dari arah samping (tampak lateral), kepala digunting dari arah mulut ke belakang secara hati-hati sehingga kepala terbelah dua. Jika bagian kepala tersebut dikuakkan maka akan terlihatlah otak ikan dari arah samping.

Untuk melihat otak dari arah bawah (tampak dikeluarkan harus optik dari rongganya. beberapa saraf Pemotongan urat saraf harus

ventral) maka otak tersebut harus dilakukan secara di dan hati-hati antaranya beberapa karena saraf saraf

menggunting (nervus

(nervus

cerebralis), olfactorius),

opticus),

olfaktori

(nervus

lainnya.

152

Gambar 80. Cara pembedahan untuk melihat otak ikan (Affandi et al., 1992)

153

Bagian-bagian otak dari muka ke belakang adalah sebagai berikut (Gambar 81 83): a. Telencephalon, adalah bagian otak yang paling depan, terdiri atas: Lobus olfactorius, merupakan bagian telencephalon yang paling anterior Tractus olfactorius, merupakan lanjutan dari lobus olfactorius dan berfungsi

sebagai nervus cerebralis I. Bulbus sebagai olfactorius, sepasang merupakan bola, lanjutan mempunyai dari tractus olfactorius sebagai dan berakhir

lanjutan

benang-benang

halus yang menuju ke dinding lekuk hidung. Hemisphaerium Bagian cerebri, disebut terdapat corpus di bagian posterior sedangkan lobus bagian olfactorius. atap dan

dasarnya

striatum,

dinding samping disebut pallium. b. Diencephalon, Bersama-sama (prosencephalon). terletak dengan Pada di sebelah belakang dari telencephalon bagian dari bagian otak ventral. muka lobus

telencephalon diencephalon

termasuk terdapat

thalamus,

hypothalamus,

inferior, dan saccus vasculosus. c. Mesencephalon, tampak menonjol merupakan adalah otak lobus bagian opticus. tengah Lobus dengan opticus organ berbentuk utama bulat yang dan

besar, terletak di sebelah belakang bagian dorsal dari diencephalon. Di bagian sebelah merupakan ventral tempat terletak melekat lobi inferior (bagian dari diencephalon) Pada bagian yang anterior

hypophyse

(hypothalamus).

hypophyse terdapat persilangan disebut chiasma nervi optici.

dari nervus opticus Selain lobus opticus,

(nervus cerebralis II) yang pada mesencephalon juga

terdapat torus semicircularis. d. Metencephalon,disebutjugacerebellum, mesencephalon. e. Myelencephalon, sebagai canalis sumsum disebut tulang juga medulla oblongata, melanjutkan yang diri ke di caudal dalam relatif besar dan terletak di belakang

belakang

(medulla dengan

spinalis)

berjalan medulla

vertebralis.

Bersama-sama

cerebellum,

oblongata

termasuk bagian dari otak belakang (rhombexcephalon)

154

Gambar 81. Otak ikan Osteichthyes tampak samping (Chiasson, 1980)

Gambar 82. Otak ikan Osteichthyes tampak dorsal dan ventral (Chiasson, 1980).

155

Gambar 83. Otak ikan Chondrichthyes tampak dorsal (Wischnitzer, 1972)

156

E. Saraf Cranial Dari organ-organ tersebut otak, terdapat 11 saraf dan otak (nervi cerebralis) Sebagian tetapi bergabung sensori olfactorius mata motor internal. otak otot cabang saraf dan kulit rahang yang ada menyebar saraf juga ke otak yang NC I, dan pusat tectum yang sensori tertentu otot-otot tertentu. besar

berhubungan terminalis olfactorius. olfactorius opticus

dengan (NC 0),

bagian-bagian saraf kecil

kepala, yang

berhubungan dengan bagian-bagian tubuh. 1. Nervus bulbus 2. Nervus 3. Nervus 4. Nervus mengatur musculus 5. Nervus dengan somati dengan dengan somatik rectus berhubungan dengan otak depan, serabut-serabut sarafnya tersebar mengelilingi Fungsinya (NC (NC I), II), (NC mungkin meliputi organ retina saraf rectus dengan sensori khusus. menghubungkan menghubungkan III), dan IV), merupakan obliquus musculus berhubungan yang terbagi olfactorius otak depan, berfungsi membawa impuls bau-bauan. opticum, berfungsi membawa impuls penglihatan. oculomotoris otot mata rectus trochlearis saraf musculus inferior, muculus superior,

inferior, (NC motor (NC nervus

Berhubungan mesencephalon,

dengan otak mesencephalon. merupakan 6. Nervus serta Nervus sentuhan. 7. Nervus musculus 8. Nervus Saraf abducens rectus facialis cabang ini (NC external. (NC VII), VI), depan merupakan medulla saraf oblongata motor dengan cabang nervus rusuk (linea somatik otot penarikan yaitu yang mata otot menghubungkan penggerak biji mata. tersusun dengan atas tiga dan garis nervus di ophthalmicus superficialis, berkaitan nervus buccalis, saluran hyomandibularis. lateralis) bagian dengan somatik V), (saraf menginervasi atas tiga mata yaitu musculus nervus somatik) somatik). medulla dan

obliquus superior. trigeminalis dan ophthalmicus ini maxillaris bagian (merupakan kepala dan sensori dengan

nervus mandibularis Fungsinya

sensori somatik dengan kepekaan

saraf motor terhadap

menghubungkan berkaitan

oblongata.

panas

Fungsinya

berhubungan

atas kepala, penerima rasa pada kepala dan tubuh, serta penerima

157

rangsangan medulla

sentuhan.

Berhubungan ini

dengan

NC

dan

NC

VIII

pada dengan

oblongata.

Saraf

punya

komponen

yang

berkaitan

sensori somatik, sensori visceral, dan fungsi motor visceral. 9. Nervus acousticus (NC VIII), ikan, sering dianggap sebagai cabang dari nervus yang

acousticofacialis

pada

mempunyai

fungsi

sensori

somatik

berkaitan dengan telinga bagian dalam. 10. Nervus motoris glossopharyngeal yang melayani (NC IX), terdiri insang dari komponen sensori dan

bagian

pertama.

Fungsinya

berkaitan

dengan garis rusuk, organ pengecap pada pharynx dan otot-otot insang. 11. Nervus vagus dan (NC X), memiliki garis ke rusuk bagian beberapa melayani posterior percabangan. sistem celah garis insang. dorsal Cabang rusuk. Caban recurrent

supratemporal Cabang visceral

cabang menuju

branchial melayani

organ-organ

internal.

Cabang

menginervasi penerima rasa.

F. Soal-soal Latihan Setelah membaca materi di atas, bentuklah kelompok diskusi (5 orang per kelompok). Selanjutnya, setiap kelompok melakukan penelusuran pustaka dan

carilah urat saraf-urat saraf cranial yang menginervasi garis rusuk serta urat sarafurat saraf kelas. cranial yang menginervasi mata. Presentasikan tugas tersebut di dalam

G. Daftar Pustaka Affandi, R., D.S. Sjafei, M.F. Rahardjo, dan Sulistiono. 1992. Iktiologi. Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Ilmu Hayat. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Z. 1974. Ichthyologi I. Departemen Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Biologi Perairan. Fakultas

Alamsjah,

Alamsjah,

Z. dan M.F. Rahardjo. 1977. Penuntun Untuk Identifikasi Ikan. Departemen Biologi Perairan. Fakultas Perikanan. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Ichthyologi. Jurusan Perikanan

Andy

Omar, S. Bin. 1987. Penuntun Praktikum Universitas Hasanuddin, Ujungpandang.

158

Bond, C.E. 1979. Biology of Fishes. W.B. Saunders Company, Philadelphia. Chiasson, R. 1980. Laboratory Anatomy of the Perch. Third edition. WM. C. Brown Company Publishers, Dubuque, Iowa. Lagler, K.F., J.E. Bardach, R.R. Miller, and D.R.M. Passino. 1977. Ichthyology. Second edition. John Wiley and Sons, Inc., New York. Moyle, P.B. and J.J. Cech, Jr. 1988. Fishes. An Introduction Second edition. Prentice Hall, Englewood Cliffs, New Jersey. to Ichthyology.

Wischnitzer,

S. 1972. Atlas and Dissection Guide for Comparative Second edition. W. H. Freeman and Company, San Francisco.

Anatomy.

159

LAMPIRAN Glosarium abdominal posisi sirip perut ikan yang agak jauh ke belakang dari sirip dada ke arah dalam perut adipose fin sembulan kulit di belakang sirip punggung dan sirip dubur ikan, agak panjang dan tinggi tetapi agak tipis sehingga serupa dengan selaput tebal dan banyak mengandung lemak (sirip lemak) lihat: subspecies salah satu cabang dari Ilmu Hayat (Biologi) yang mempelajari organ-organ dalam suatu organisme bentuk tubuh ikan yang memanjang dengan penampang lintang yang agak silindris dan kecil serta pada bagian ujung meruncing/tipis (bentuk ular atau sidat atau belut) ke arah muka penutup insang pada ikan bertulang sejati yang disusun oleh beberapa keping tulang organ pernapasan tambahan pada ikan yang berbentuk seperti bunga karang tempat melekatnya filamen dan tapis insang, berwarna putih, dan memiliki saluran darah (arteri afferent dan arteri efferent) yang memungkinkan darah dapat keluar dan masuk ke dalam insang pembuluh darah yang mempunyai dinding yang tebal dan kuat tetapi tidak mempunyai klep-klep, berfungsi untuk membawa darah meninggalkan jantung bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah tua, bersifat tunggal, dan menerima darah dari sinus venosus nama orang yang bertanggung jawab atau merupakan keterangan tambahan untuk tempat deskripsi asli dari ikan yang diusulkannya

anak jenis anatomi

anguilliform

anterior apparatus opercularis

arborescent organ

arcus branchialis

arteri

atrium

authority name

160

axon

perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerus impuls lihat: truncus lihat: ventrikel bagian jantung yang merupakan lanjutan dari ventrikel, berwarna putih, menerima darah dari ventrikel dan mengalirkannya ke aorta ventralis bagian tubuh ikan mulai dari ujung moncong terdepan sampai dengan ujung tutup insang paling belakang. ulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Chondrichthyes dan juga ikan Osteichthyes yang masih muda bagian tubuh ikan mulai dari permulaan sirip dubur sampai dengan ujung sirip ekor bagian paling belakang ke arah ekor peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tembang peristiwa keracunan akibat memakan ikan laut yang menimbulkan gangguan pada alat pencernaan dan syaraf lihat: standard common name bentuk tubuh yang gepeng ke samping (bentuk pipih) susunan otot-otot ikan dari cranial ke caudal yang berbentuk kerucut lihat: bulbus arteriosus ke arah kepala ikan-ikan yang jaringan tubuhnya mengandung racun peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan lamprey dan hagfishes 161

badan bilik bulbus arteriosus

caput

cartilago

cauda

caudal clupeoid poisoning

ciguatera poisoning

common name compressed

coni musculi

conus arteriosus cranial cryptotoxic

cyclostome poisoning

cyclostomine dendrite

tipe otot yang ditemukan pada ikan-ikan Agnatha perpanjangan sel saraf yang berfungsi sebagai penerima impuls bentuk tubuh yang gepeng ke bawah (bentuk picak) lihat: authority name sebelah kanan bagian otak yang terletak di sebelah belakang dari telencephalon bagian ventral lebih menjauhi ke arah batang tubuh organ pernapasan tambahan ikan yang berupa lipatan kulit pada bagian mulut dan ruang pharynx ke arah punggung bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk ganda saluran yang menghubungkan pneumatocyst dengan esophagus dan berfungsi sebagai jalan keluar masuknya udara ke dalam pneumatocyst lihat: cauda peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging, viscera, gonad, dan hati ikan cucut dan ikan pari bentuk ekor ikan yang berpinggiran berlekuk tunggal bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip atas lebih besar daripada daun sirip bawah butir-butir darah merah lihat: hemibranchia bentuk tubuh yang menyerupai tali (bentuk tali) sembulan-sembulan kulit yang tipis dan pendek, umumnya berbentuk segitiga, kadang-kadang mempunyai satu jari-jari terletak di antara sirip punggung dan sirip ekor dan di antara sirip dubur dan sirip ekor (jari-jari sirip tambahan) 162

depressed descriptor name dexter diencephalon

distal diverticula

dorsal double emarginate ductus pneumaticus

ekor elasmobranch poisoning

emarginate

epicercal

erythrocyte filamen insang filiform finlet

flatted-form forked fork length

lihat: taeniform bentuk ekor ikan yang bercagak panjang ikan yang diukur dari ujung kepala yang terdepan sampai ujung bagian luar lekukan cabang sirip ekor lihat: tetrodotoxin lihat: forked bentuk yang sangat stream-line untuk bergerak dalam suatu medium tanpa mengalami banyak hambatan, hampir meruncing pada kedua bagian ujung (bentuk torpedo atau cerutu) lihat: linea lateralis peristiwa keracunan disebabkan oleh makan daging ikan famili Gempylidae lihat: arcus branchialis lihat: hemibranchia berupa sepasang deretan batang tulang rawan yang pendek dan sedikit bergerigi, melekat pada bagian depan dari lengkung insang, berfungsi untuk menyaring air pernapasan bentuk tubuh ikan yang menyerupai bola (bentuk bola) lihat: linea lateralis peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan belanak dan kuro bagian insang yang berwarna merah, terdiri dari jaringan lunak, berbentuk seperti sisir, melekat pada lengkung insang. Banyak mengandung kapiler-kapiler darah sebagai cabang dari arteri branchialis dan merupakan tempat terjadinya pengikatan oksigen terlarut dari dalam air sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah dorsal dan kelompok otot sebelah ventral

fugu poison furcate fusiform

garis rusuk gempylid poisoning

gill arch gill filament gill rakers

globiform

gurat sisi hallucinatory poisoning

hemibranchia

horizontale skeletogenous septum

163

hypocercal

bentuk ekor ikan dimana bagian daun sirip bawah lebih besar daripada daun sirip atas racun yang disekresikan oleh organ-organ beracun seperti spina, alat penyengat, atau gigi ikan ikan-ikan yang menghasilkan racun melalui sekresi kelenjar, tetapi tidak mempunyai organ berbisa racun yang berasal dari kelenjar kulit yang dihasilkan oleh ikan hagfishes, lampreys, morays, soapfishes, puffer, dan porcupinefishes peristiwa keracunan akibat terserang oleh ikan-ikan yang memiliki racun pada kulitnya ikan-ikan yang mempunyai racun di dalam darahnya racun yang terdapat di dalam darah ikan ikan-ikan yang menghasilkan racun terbatas hanya pada gonad (termasuk telurnya) racun yang ditemukan hanya pada telur-telur ikan ikan-ikan yang mengandung racun di antara otot, viscera, atau kulit racun yang terdapat pada daging ikan, tidak termasuk racun-racun yang disebabkan oleh aktivitas bakteri peristiwa keracunan akibat memakan ikan yang mengandung racun di dalam otot, kulit, atau kotoran tubuhnya racun yang berasal dari ikan (secara umum) keracunan karena makan ikan (bersifat umum) tugas untuk mencari dan mengenal ciri-ciri taksonomik individu yang beraneka ragam dan memasukkannya ke dalam suatu takson sumber daya ikan adalah semua jenis ikan termasuk biota perairan lainnya (UU RI no. 9 tahun 1985 tentang Perikanan) 164

ichthyoacanthotoxin (venom apparatus),

ichthyocrinotoxic fishes

ichthyocrinotoxin

ichthyocrinotoxism

ichthyohemotoxic fishes

ichthyohemotoxin ichthyootoxic fishes

ichthyootoxin ichthyosarcotoxic fishes

ichthyosarcotoxin

ichthyosarcotoxism

ichthyotoxin ichthyotoxism identifikasi

ikan

segala jenis organisme yang seluruh atau sebagian dari siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan (UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan dan UU RI no. 45 tahun 2009 tentang Perubahan atas UU RI no. 31 tahun 2004 tentang Perikanan) binatang vertebrata yang berdarah dingin (poikilotherm), hidup dalam lingkungan air, pergerakan dan kesetimbangan badannya terutama menggunakan sirip, dan umumnya bernapas dengan menggunakan insang ikan beracun ikan berbisa iktiologi lihat: poisonous fishes lihat: venomous fishes ilmu pengetahuan yang khusus mempelajari ikan dan dengan segala aspek kehidupannya ilmu yang mempelajari tentang jenis dan keanekaragaman ikan serta segala hubungan di antara mereka posisi mulut ikan yang terletak di bawah hidung ke arah bawah (bawah) mengamati secara anatomis dengan tidak mempergunakan alat bantu pertumbuhan kulit yang menyerupai lidah-lidah yang terdapat di antara kedua sirip perut ikan (cuping) otot yang bekerja tanpa dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot licin dan otot jantung jari-jari sirip yang sulit dibengkokkan, pejal, tidak berbuku-buku, dapat berupa cucuk, duri, atau patil. Jari-jari sirip yang mudah dibengkokkan, berbukubuku, nampak transparan, dan biasanya bercabang pada bagian ujungnya jari-jari sirip dengan ciri-ciri seperti yang terdapat pada jari-jari lemah, tetapi mengalami pengerasan sehingga agak sulit dibengkokkan

iktiologi sistematika

inferior

inspectio

interpelvic process

involuntary muscle

jari-jari keras

jari-jari lemah

jari-jari lemah mengeras

165

jenis jugular

lihat: spesies posisi sirip perut ikan yang terletak agak lebih ke depan daripada sirip dada rigi-rigi yang ditemukan pada bagian batang ekor ikan dan pada bagian tengahnya terdapat puncak yang meruncing, (kil, lunas) lihat: caput penataan ikan ke dalam kelompok-kelompok berdasarkan kesamaan dan hubungan di antara mereka lipatan membran seperti bunga mawar yang merupakan derivat dari tulang lengkung insang ke arah sisi/samping butir-butir sel darah putih suatu bangunan yang kelihatannya seperti garis memanjang pada bagian tengah badan ikan, sebelah kanan dan kiri, mulai dari kepala sampai ke pangkal ekor, dan berfungsi untuk mengetahui perubahan tekanan air yang terjadi sehubungan dengan aliran arus air, untuk mengetahui jika ikan itu mendekati atau menjauhi benda-benda keras, dan untuk osmoregulasi (garis rusuk) lihat: vernacular name bentuk ekor ikan yang menyerupai sabit ke arah tengah selaput keping tutup insang penghitungan jumlah bagian-bagian tubuh ikan otak bagian tengah bagian otak yang relatif besar dan terletak di belakang mesencephalon, disebut juga cerebellum. bagian otak di belakang metencephalon melanjutkan diri ke caudal sebagai sumsum tulang belakang (medulla spinalis) yang berjalan di dalam canalis vertebralis, disebut juga medulla oblongata 166

keel

kepala klasifikasi

labyrinth

lateral leucocyte linea lateralis

local common name lunate medial membrana branchiostega meristik mesencephalon metencephalon

myelencephalon

morfometrik

ukuran bagian-bagian tertentu dari struktur tubuh ikan lihat: musculus lateralis superficialis kumpulan otot-otot yang terdapat di sebelah dorsal septum horizontale lihat: musculi dorsalis lihat: musculi ventralis kumpulan otot-otot yang terletak di sebelah ventral septum horizontale jaringan otot berwarna merah dan banyak mengandung lemak yang terdapat pada daerah septum horizontale elaput pembungkus otot yang memisahkan antara satu myomer dan myomer lainnya satu bongkahan otot ikan lihat: myocommata lihat: myomer sel saraf, unit terkecil dari sistem saraf singkatan dari new genus, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk genus yang baru singkatan dari new species, menunjukkan bahwa ikan tersebut termasuk jenis yang baru rongga mata ikan proses pembentukan tulang dari tulang rawan menjadi tulang sejati tulang-tulang yang terdapat pada ikan golongan Osteichthyes bentuk tubuh ikan yang menyerupai kotak (bentuk kotak)

mud stripe musculi dorsalis

musculi epaxialis musculi hypaxialis musculi ventralis

musculus lateralis superficialis

myocommata s

myomer myoseptum myotome neuron n.gen.

n.sp.

orbita osifikasi

osteum

ostraciform

167

ostracitoxin

substansi racun yang berasal dari kulit ikan Ostracion lentiginosus (ikan buntal) untuk membunuh ikan atau hewan laut lainnya lihat: ostracitoxin lihat: standard length lihat: fork length lihat: total length lihat: vena lihat: arteri Ikan-ikan yang secara nyata mempunyai organ berbisa (venom apparatus) tipe otot yang ditemukan pada Chondrichthyes dan Osteichthyes lihat: vesica natatoria bentuk ekor ikan yang meruncing ikan-ikan yang jaringannya, baik sebagian maupun secara keseluruhan, bersifat toksik (beracun) atau ikan-ikan yang menyebabkan berbagai gangguan saluran pencernaan dan syaraf bila daging atau anggota tubuh ikan itu dimakan oleh manusia ke arah belakang otak bagian depan, disusun oleh diencephalon bersama-sama dengan telencephalon lebih mendekati ke arah batang tubuh lihat: tetrodotoxin jari-jari sirip yang tersusun atas jaringan tulang atau tulang rawan tulang-tulang kecil pada selaput keping tutup insang lihat: musculus lateralis superficialis otak belakang, disusun oleh cerebellum dan medulla oblongata 168

pahutoxin panjang baku panjang cagak panjang total pembuluh balik pembuluh nadi phanerotoxic

piscine

pneumatocyst pointed poisonous fishes

posterior prosencephalon

proximal puffer poison radialia

radii branchiostega red muscle rhombexcephalon

rounded sagittiform

bentuk ekor ikan yang membundar bentuk tubuh yang menyerupai anak panah (bentuk panah) saraf yang merangsang otot bergaris (striated muscle) saraf yang meneruskan rangsang dari pusat ke perifer. saraf yang merangsang jantung (cardiac muscle), urat daging licin (smooth muscle), dan kelenjar kelenjar saraf yang menghubungkan antara jenis saraf yang satu dengan yang lainnya saraf yang meneruskan rangsang dari perifer (sistem saraf tepi) ke pusat (sistem saraf pusat) lihat: valid scientific name peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan tongkol dan cakalang kelopak tebal yang mengeras dan tersusun seperti genting,. ditemukan pada daerah perut (abdominal scute) dan pada daerah pangkal ekor (caudal scute) (skut, sisik duri) membuka dinding badan untuk mengamati bagian dalam tubuh ikan. lihat: horizontale skeletogenous septum sekat yang memisahkan kelompok otot-otot pada tubuh ikan atas dua daerah, yaitu kelompok otot sebelah kanan dan kelompok otot sebelah kiri lihat: atrium sebelah kiri bagian jantung yang berdinding tipis dan berwarna merah coklat, terdapat pada bagian caudo-dorsal dari bagian jantung yang lain, menerima darah dari vena hepatica dan ductus Cuvier.

saraf cerebrospinalis

saraf motoris

saraf otonom

saraf penghubung

saraf sensibel

scientific name scombroid poisoning

scute

sectio

septum horizontale septum verticale

serambi sinister sinus venosus

169

sirip

anggota gerak pada ikan untuk mengatur keseimbangan tubuh ilmu yang digunakan untuk mengklasifikasikan biota berdasarkan persamaan dan perbedaan struktur dan fungsi bagian-bagian tubuh sistim nama dengan memakai dua kata, kata pertama ditujukan untuk nama genus yang maksudnya untuk menunjukkan sifat umum dari ikan tersebut dan kata kedua ditujukan untuk nama spesies yang menunjukkan sifat khusus dari ikan tersebut lihat: systema integumentum lihat: systema nervorum central lihat: systema nervorum periphericum lihat: squama kategori berperingkat dalam klasifikasi ikan, merupakan satuan dasar dalam sistematika biologi, terdiri atas kelompok-kelompok populasi yang dapat saling kawin-mengawini secara bebas untuk menghasilkan keturunan yang sama dengan tetuanya, serta dapat dikenal secara morfologi, dan terisolasi secara reproduksi dari kerabat dekatnya squama rangka dermal yang berhubungan dengan rangka luar nama umum yang lazim digunakan untuk nama sesuatu binatang atau ikan jarak garis lurus antara ujung bagian kepala yang paling depan (biasanya ujung salah satu dari rahang yang terdepan) sampai ke pelipatan pangkal sirip ekor posisi sirip perut ikan yang agak dekat dengan sirip dada populasi biotipe yang mempunyai kawasan daerah persebaran yang jelas berbeda dengan daerah persebaran jenisnya, dengan sifat morfologi yang berbeda pula.

sistematika

sistem binomial

sistem integumen sistem saraf pusat sistem saraf tepi sisik spesies

standard common name

standard length

subabdominal

subspesies

170

subterminal

posisi mulut ikan yang terletak dekat ujung hidung agak ke bawah posisi mulut ikan yang terletak di atas hidung ke arah atas (atas) pertemuan antara axon dan dendrite dari sel saraf lainnya nama ilmiah untuk suatu jenis ikan yang tidak sah atau tidak diakui dan disebut nama persamaan sistem pelapis tubuh ikan yang terdiri dari kulit dan derivat-derivatnya sistem saraf yang disusun oleh otak (encephalon) dan sumsum tulang belakang (medulla spinalis) sistem saraf yang disusun oleh saraf otak (nervi cerebralis) dan saraf spinal (nervi spinalis) bentuk tubuh yang memanjang dan tipis menyerupai pita (bentuk pita) lihat: sistematika insang lihat: gill rakers bagian otak yang paling depan peristiwa keracunan disebabkan oleh makan ikan buntal (viscera, khususnya ovari dan liver) dan kerabatnya racun yang terdapat di viscera ikan buntal dan kerabatnya posisi mulut ikan yang terletak di ujung hidung ke arah dada posisi sirip perut ikan yang tepat di bawah sirip dada jarak garis lurus antara ujung kepala yang terdepan dengan ujung sirip ekor yang paling belakang bentuk ekor ikan yang berpinggiran tegak

superior

synapse

synonym

systema integumentum

systema nervorum centrale systema nervorum periphericum taeniform

taksonomi tapis telencephalon tetraodon poisoning

tetrodotoxin

terminal thoracal thoracic

total length

truncate

171

truncus

bagian tubuh ikan mulai dari ujung tutup insang bagian belakang sampai dengan permulaan sirip dubur. lihat: arcus branchialis lihat: cartilage lihat: osteum nama ilmiah dari suatu binatang dan nama ilmiah ini merupakan nama yang sah atau diakui. tingkatan takson di bawah subspesies, merupakan populasi beberapa biotipe dengan ciri-ciri morfologi yang jelas serta mempunyai daerah persebaran secara lokal yang tegas dalam daerah persebaran populasi jenisnya pembuluh darah yang berdinding tipis dan mempunyai klep-klep pada setiap jarak tertentu, berfungsi untuk membawa darah kembali ke jantung ikan-ikan yang mampu menghasilkan racun dan menyebarkan racun tersebut pada saat menggigit atau menusuk korbannya ke arah perut bagian jantung yang berwarna merah muda karena dindingnya tebal, bersifat tunggal, menerima darah dari atrium nama daerah atau nama lokal untuk sesuatu ikan. Biasanya nama lokal suatu jenis ikan di dalam suatu negara sangat bervariasi tergantung kepada banyak tidaknya variasi bahasa daerah yang terdapat di dalam negara tersebut berfungsi sebagai alat hidrostatik pada ikan untuk menentukan tekanan air sehubungan dengan kedalaman perairan otot yang bekerja karena dipengaruhi oleh rangsang, misalnya otot bergaris melintang atau otot rangka bentuk ekor ikan seperti baji

tulang lengkung insang tulang rawan tulang sejati valid scientific name

varietas

vena

venomous fishes

ventral ventrikel

vernacular name

vesica natatoria

voluntary muscle

wedge shape

172

Вам также может понравиться