Вы находитесь на странице: 1из 18

PENGUATAN NILAI-NILAI PANCASILA SEBAGAI NILAI FUNDAMENTAL BANGSA

Dalam rangka memenuhi tugas Mata Kuliah Pendidikan Pancasila dari Bpk. Susilo Tri Widodo, SPd, MH.

Disusun Oleh : Siti Nur Latifah Sony Wijaya Wahyu Lestari Wulan Dari Yusuf Wilis Saputro (H0713175) (H0713177) (H0713190) (H0713195) (H0713201)

AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS SEBELAS MARET 2013

ABSTRAK

Pancasila, sebagai dasar negara adalah sebuah penopang semua hal-hal yang ada pada suatu negara. Sebagai penopang, pancasila harus memiliki dasar yang kuat dan kokoh agar yang berdiri diatasnya tegak sentosa. Nilai dasar Pancasila sesungguhnya telah tertuang secara filosofis-ideologis dan konstitusional di dalam UUD 1945 baik sebelum amandemen maupun setelah amandemen. Nilai dasar ini juga telah teruji dalam dinamika kehidupan berbangsa pada berbagai periode kepemimpinan Indonesia. Hal ini sesungguhnya sudah menjadi kesadaran bersama bahwa Pancasila merupakan tatanan nilai yang digali (kristalisasi) dari nilai-nilai dasar budaya bangsa Indonesia. Kelima sila merupakan kesatuan yang bulat dan utuh sehingga pemahaman dan pengamalannya harus mencakup semua nilai yang terkandung di dalamnya. Akan tetapi, pengembangan nilai-nilai pancasila sekarang ini kian terkikis, hal ini terbukti dalam bentuk sikap, pengetahuan, dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari. Terjadi erosi terhadap penghayatan, kesadaran dan pengamalan nilainilai pancasila. Kurangnya kepedulian terhadap sesama, kurangnya toleransi antar umat beragama, kemiskinan, ketidakadilan, dan fanatisme agama yang sempit memunculkan faham radikalisme, tidak hanya itu kurang dipahaminya rasa persatuan dan kesatuan bangsa kerap menimbulkan konflik SARA dan etnonasionalisme sempit yang menjurus ke gerakan separatisme. Kondisi inilah yang perlu dicermati dan Pancasila sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia harus dikukuhkan kembali. Penguatan nilai pancasila adalah salah satu jalan utama untuk menanggulangsi berbagai masalah (penyakit) bangsa dan negara ini. Sosialisasi Pancasila harus terus dilakukan dalam mengokohkan rasa nasionalisme, khususnya bagi kalangan generasi muda agar tidak kehilangan arah.

Pendidikan pancasila harus di berikan sejak dini agar nilai-nilai pancasila dapat di terapkan semenjak dini.

PENDAHULUAN

Secara harfiah nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Kita semua tau bahwa dasar Negara kita adalah pancasila, seperti kita semua ketahui bahwa dasar adalah suatu penopang yang haruslah kuat untuk menampung hal-hal yang berada di atasnya, ibaratkan sebuah gedung yang besar maka memerlukan dasar yang kuat, landasan atau dasar itu harus kuat dan kokoh agar gedung yang berdiri di atasnya akan tegak sentosa untuk selama-lamanya, landasan itu harus pula tahan uji , nah, dalam artikel ini akan mencoba menguraikan tentang pancasila adalah dasar negara Indonesia yang kuat dan kokoh. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan

permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. Dalam menghadapi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih banyak berupa persoalan-persoalan yang pelik dalam berbagai sendi kehidupan, masyarakat Indonesia harus memahami bahwa untuk menghadapi polemik tersebut sesungguhnya Pancasila telah memberikan orientasi ke depan yang mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam

segala bidang. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI).

PEMBAHASAN

I.

Pengertian Pancasila sebagai nilai Secara harfiah nilai dapat diartikan sebagai sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia. Sesuatu itu bernilai berarti sesuatu itu berharga atau berguna bagi kehidupan manusia. Diterimanya pancasila sebagai dasar negara dan ideologi nasional membawa konsekuensi logis bahwa nilai-nilai pancasila dijadikan landasan pokok, landasan fundamental bagi penyelenggaraan negara Indonesia. Pancasila berisi lima sila yang pada hakikatnya berisi lima nilai dasar yang fundamental. Nilai-nilai dasar dari pancasila tersebut adalah nilai Ketuhanan Yang Maha Esa, Nilai Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, nilai Persatuan Indonesia, nilai Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalan

permusyawaratan/perwakilan, dan nilai Keadilan sosial bagi seluruh rakyat indonesia. Dengan pernyataan secara singkat bahwa nilai dasar Pancasila adalah nilai ketuhanan, nilai kemanusiaan, nilai persatuan, nilai kerakyatan, dan nilai keadilan. II. Nilai-nilai Fundamental Yang Terkandung di dalam Pancasila Pancasila yang ditetapkan oleh para pendiri negara memuat nilai-nilai luhur dan mendalam, yang menjadi pandangan hidup dan dasar negara. Nilainilai Pancasila secara bertahap harus benar-benar diwujudkan dalam perilaku kehidupan negara dan masyarakat. Di dalam tatanan nilai kehidupan bernegara, ada yang disebut sebagai nilai dasar, nilai instrumental dan nilai praksis. A. Nilai dasar adalah asas-asas yang kita terima sebagai dalil yang kurang lebih mutlak. Nilai dasar berasal dari nilai-nilai kultural atau budaya yang berasal dari bangsa Indonesia itu sendiri, yaitu yang berakar dari

kebudayaan, sesuai dengan UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural. B. Nilai instrumental adalah pelaksanaan umum nilai-nilai dasar, biasanya dalam wujud norma sosial atau norma hukum, yang selanjutnya akan terkristalisasi dalam lembaga yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu. Nilai instrumental, meskipun lebih rendah daripada nilai dasar, tetapi tidak kalah penting karena nilai ini mewujudkan nilai umum menjadi konkret serta sesuai dengan zaman. Nilai instrumental merupakan tafsir positif terhadap nilai dasar yang umum. C. Nilai praksis adalah nilai yang sesungguhnya kita laksanakan dalam kenyataan. Semangatnya nilai praksis ini seyogyanya sama dengan nilai dasar dan nilai instrumental. Nilai inilah yang sesungguhnya merupakan bahan ujian apakah nilai dasar dan nilai instrumental sungguh-sungguh hidup dalam masyarakat atau tidak. Hubungan ketiga nilai tersebut dapat dideskripsikan sebagai berikut: nilai dasar yang merupakan nilai objektif, positif, intrinsik, dan transenden itu dikonkretkan menjadi nilai instrumental. Selanjutnya nilai instrumental diimplementasikan lebih lanjut dalam wujud yang lebih konkret dan menjadi nilai praksis. Dengan demikian, nilai instrumental dapat dikatakan sebagai dasar perwujudan suatu praksis. Dalam kehidupan bangsa yang mengacu kepada Pancasila ada beberapa nilai fundamental yang terkandung di dalamnya seperti; nilai ideal, nilai material, nilai spiritual, nilai pragmatis, nilai positif, nilai logis, nilai etis, nilai estetis, nilai sosial dan nilai religius atau keagamaan. Apabila dari nilainilai tersebut dijabarkan ke dalam rumusan yang terkandung dalam Pancasila, maka dapat dijelaskan sebagai berikut: 1. Dalam sila Ketuhanan Yang Maha Esa terkandung nilai-nilai religius antara lain:

a) Keyakinan terhadap adanya Tuhan Yang Maha Esa dengan sifatsifatnya Yang Sempurna, yakni Maha Kasih, Maha Kuasa, Maha Adil, Maha Bijaksana, dan sifat suci lain sebagainya. b) Ketakwaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa, yakni menjalankan semua perintahNya dan menjauhi segala larangan-Nya c) Nilai Sila I ini juga meliputi dan menjiwai sila-sila II, III, IV dan V

2. Dalam sila Kemanusiaan yang adil dan beradab terkandung nilai-nilai kemanusiaan antara lain: a) Pengakuan terhadap adanya martabat manusia b) Perlakuan yang adil terhadap sesama manusia c) Pengertian manusia yang beradab yang memiliki daya cipta, rasa, dan karsa dan keyakinan sehingga jelas adanya perbedaan antara manusia dan hewan. d) Nilai sila II meliputi dan menjiwai sila III, IV dan V. 3. Dalam sila Persatuan Indonesia terkandung nilai persatuan bangsa antara lain: a) Persatuan Indonesia adalah persatuan bangsa yang mencakup seluruh wilayah Indonesia. b) Persatuan Indonesia adalah persatuan suku-suku bangsa yang mendiami wilayah Indonesia c) Pengakuan terhadap ke-Bhineka Tunggal Ika-an suku bangsa (berbeda-beda namun satu jiwa) yang memberikan arah pembinaan kesatuan bangsa. d) Nilai sila III meliputi dan menjiwai sila IV dan V. 4. Dalam Sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyarawatan/keadilan terkandung nilai kerakyatan antara lain: a) Kedaulatan negara adalah ditangan rakyat

b) Pemimpin kerakyatan adalah hikmat kebijaksanaan yang dilandasi oleh akal sehat. c) Manusia di Indonesia sebagai warga negara dan warga masyarakat Indonesia mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. d) Musyawarah dan mufakat dicapai dalam permusyawaratan wakilwakil rakyat. e) Nilai sila IV meliputi dan menjiwai sila V 5. Dalam Sila keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia terkandung nilai keadilan sosial antara lain: a) Perwujudan keadilan sosial dalam kehidupan sosial atau

kemasyarakatan meliputi seluruh rakyat Indonesia. b) Keadilan dalam kehidupan sosial terutama meliputi bidang-bidang politik, ideologi, ekonomi, sosial, kebudayaan, dan pertahanan keamanan nasional. c) Cita-cita masyarakat adil dan makmur secara material dan spiritual yang merata bagi seluruh rakyat Indonesia. d) Keseimbangan antara hak dan kewajiban dan menghormati hak orang lain. e) Cinta akan kemajuan dan pembangunan. f) Nilai sila V ini diliputi dan dijiwai sila I,II,III dan IV. III. Pancasila Sebagai Filsafat Nilai Fundamental dan Terbuka Menjawab Persoalan Hidup Berbangsa dan Bernegara Dalam kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini kita menemukan banyak sekali persoalan-persoalan yang terjadi di tengah-tengah masyarakat Indonesia. Persoalan yang ada datang dalam berbagai bentuk dan ragamnya, mulai dari persoalan sosial, ekonomi, budaya dan bahkan persoalan hankam. Dalam kehidupan sosial, diantara sesama rakyat Indonesia dapat terlihat dengan jelas terkait adanya kemerosotan moral, di mana korupsi yang

seharusnya menjadi hal yang sangat tabu bagi pelakunya, berubah menjadi semacam gaya hidup dikalangan masyarakat, mulai dari pejabat kelas atas hingga lingkungan RT sekalipun. Dalam persoalan ekonomi dapat kita jumpai masih banyak diantara penduduk Republik ini yang hidup berada di bawah garis kemiskinan dan cenderung tidak diperhatikan oleh pemerintah. Dalam persoalan budaya juga terlihat jelas ketika banyak hasil budaya bangsa Indonesia yang seharusnya menjadi hak milik bangsa ini diklaim oleh bangsa lain sehingga membuat Indonesia seakan-akan kehilangan muka di hadapan dunia internasional. Dalam persoalan keamanan, akhir-akhir ini bangsa Indonesia seakan-akan dihantui oleh aksi-aksi terorisme yang hampir ada di mana-mana. Faham radikal yang dianut oleh kelompok-kelompok tertentu menyebabkan gangguan keamanan yang serius bagi negara ini dan bisa berdampak buruk bagi citra bangsa Indonesia sendiri dalam pandangan dunia internasional. Dari setiap permasalahan yang telah diungkapkan di atas,

sesungguhnya bukanlah merupakan bukti bahwa ideologi Pancasila itu gagal ataupun Pancasila itu sudah tidak relevan lagi. Ada banyak bukti yang dapat menggugurkan pernyataan-pernyataan yang sifatnya negatif terhadap

Pancasila tersebut misalnya saja, selain sebagai nilai fundamental bagi pelaksanaan kehidupan bernegara, Pancasila juga merupakan ideologi yang terbuka. Pancasila sebagai Ideologi yang terbuka dengan artian bahwa Pancasila mampu menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tanpa harus ada pengubahan nilai dasarnya (nilai Fundamental). Pancasila sebagai sumber filsafat nilai yang fundamental dan terbuka mengandung makna bahwa nilai-nilai yang terkandung di dalamnya dapat dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan bangsa Indonesia dan tuntutan perkembangan zaman secara kreatif dengan memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri. Berkaca kepada kalimat yang

mengatakan bahwa pengembangan Pancasila harus memperhatikan tingkat kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia memiliki arti bahwa dalam usaha menciptakan keselarasan antara Pancasila dan kondisi masa kini haruslah dilakukan dengan sangat hati-hati, agar pengembangan yang dilakukan tidak melenceng dari nilai-nilai dasar yang terkandung dalam Pancasila itu sendiri. Dalam menghadapi dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara yang lebih banyak berupa persoalan-persoalan yang pelik dalam berbagai sendi kehidupan, masyarakat Indonesia harus memahami bahwa untuk menghadapi polemik tersebut sesungguhnya Pancasila telah memberikan orientasi ke depan yang mengharuskan bangsanya untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan dihadapinya, terutama menghadapi globalisasi dan era keterbukaan dunia dalam segala bidang. Ideologi Pancasila menghendaki agar bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya bangsa Indonesia dalam ikatan negara kesatuan Republik Indonesia (NKRI). IV. Penanaman dan Penguatan Nilai-Nilai Pancasila melalui Pendidikan Karakter Pentingnya Pancasila dalam kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia tertuang dalam pembukaan UUD 1945 yang mengamanatkan Pancasila sebagai dasar negara dan pandangan hidup bangsa Indonesia. pancasila harus diimplementasikan ke dalam kehidupan nyata. Bagaimana dengan realitanya? Saat ini bangsa Indonesia berada pada masa krisis multidimensi. Krisis moneter, ekonomi, dan politik menjalar pada krisis moral dan budaya. Masyarakat seakan kehilangan orientasi nilai. Societal terorism muncul dalam berbagai fenomena. Mosaik Indonesia retak dan meretas jahitan busana Indonesia. bangsa yang dahulu dikenal dengan keramahannya, sekarang

menjadi krisis identitas. Krisis nilai-nilai luhur dalam budaya kita membuat identitas nasional dipertanyakan kredibilitasnya. Pancasila sebagai dasar negara dijadikan satire, secara sadar atau tidak mulai dilupakan fungsinya. Primordialisme kesukuan atau keagamaan tumbuh untuk saling menunjukkan eksistensi dan jati dirinya. Masyarakat mengalami dekadensi serta disintegrasi etika dan moral yang implikasinya terasa di berbagai aspek kehidupan. Penanaman dan penguatan nilai pancasila dapat dilakukan melalui pendidikan pancasila. Pendidikan pancasila dapat menjadi forum untuk mentradisikan budaya dialog dan dialog budaya untuk mengantisipasi ekskulvisisme, primordialisme kesukuan dan keagamaan. Pancasila sebagai dasar negara bukan lagi alternatif, melainkan suatu imperatif bagi kelestarian NKRI. Fenomena keseharian menunjukkan perilaku masyarakat belum sejalan dengan karakter bangsa yang berdasarkan falsafah pancasila. Oleh karena itu, perlu revitalisasi pembangunan karakter bangsa. Karakter yang diharapkan ada di masyarakat sesuai dengan UU RI Nomor 17 Tahun 2007 tentang RPJPN 2005-2025 adalah tangguh, kompetitif, berakhlak mulia, bermoral, bertoleran, bergotong royong, patriotik, dinamis, berbudaya, dan berorientasi Iptek berdasarkan pancasila dan dijiwai oleh iman dan takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Pada pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional dijelaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk

berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. 7 dari 9 potensi peserta didik dapat dikembangkan lebih dekat dengan karakter.

Pendidikan karakter dimaknai sebagai pendidikan nilai, budi pekerti, moral dan watak yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik untuk membuat keputusan baik-buruk, memelihara apa yang baik, dan mewujudkan kebaikan itu dalam perilaku kehidupan sehari-hari dengan sepenuh hati. Jati diri merupakan fitrah ilahi yang ketika berinteraksi dengan lingkungan akan membentuk karakter. Karakter tersebut kemudian lah yang akan mempengaruhi perilaku yang muncul di masyarakat. Pendidikan karakter dapat dimulai sejak seseorang berada di bangku TK/SD. Dari jenjang ke jenjang sejak TK/SD sampai ke Perguruan Tinggi pendidikan karakter dapat diintegrasikan dan dibiasakan. Karena pendidikan akademik dan pendidikan karakter sama-sama melalui tahap eksplorasi, penanaman, dan penguatan sehingga dapat dilakukan seiring sejalan. Proses pembudayaan dan pemberdayaan dimulai dengan adanya nilainilai luhur, yaitu teori pendidikan, psikologi, nilai, sosial budaya, agama, pancasila, UUD 1945, UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional, ditambah pengalaman terbaik dan praktik nyata. Keseluruhan nilai luhur kemudian berkembang dalam satuan pendidikan, keluarga dan masyarakat yang di mana terdapat intervensi dan habituasi. Lingkungan ini juga membutuhkan perangkat pendukung berupa kebijakan, pedoman, sumber daya, lingkungan, sarana prasarana, kebersamaan, dan komitmen pemangku kepentingan untuk kemudian dapat menghasilkan perilaku yang berkarakter. Perilaku berkarakter merupakan perpaduan dari olah pikir (kecerdasan), olah hati (jujur dan tanggung jawab), olah raga (sehat dan bersih), serta olah rasa dan karsa (peduli dan kreatif). Strategi mikro yang dapat diterapkan di satuan pendidikan adalah melalui integrasi pendidikan karakter ke dalam setiap mata pelajaran,

pembiasaaan dalam kehidupan keseharian di satuan pendidikan, integrasi ke dalam kegiatan ekstrakurikuler, dan penerapan pembiasaan kehidupan keseharian di rumah sama dengan di satuan pendidikan. Dari pilar keluarga, nilai-nilai luhur seperti jujur, bertanggung jawab, cerdas, sehat, bersih, peduli, dan kreatif dapat diintervensi dengan tujuan seluruh anggota keluarga memiliki persepsi, sikap, dan pola tindak yang sama dalam pengembangankarakter. Sedangkan habituasi di dalam keluarga bertujuan untuk menciptakan kebiasaan perilaku yang berkarakter dalam kehidupan sehari-hari. Strategi yang dapat dilakukan adalah dengan penegakkan tata tertib dan etiket atau budi pekerti di dalam keluarga, penguatan perilaku berkarakter, dan pembelajaran pada anak. Intervensi pihak sekolah kepada keluarga dapat dilakukan dengan pertemuan orang tua, kunjungan ke rumah, pengadaan buku penghubung, dan pelibatan orang tua dalam kegiatan sekolah. Sedangkan intervensi pemerintah ke dalam keluarga adalah berupa fasilitasi pemerintah untuk keluarga. Habituasi dapat dilakukan dengan pemberian keteladanan, penguatan oleh keluarga, dan komunikasi antar anggota keluarga. Dari pilar sekolah, intervensi bertujuan membentuk karakter peserta didik melalui berbagai kegiatan sekolah. Habituasi bertujuan membiasakan perilaku yang berkarakter di sekolah. Strategi yang dapat diterapkan adalah dengan intra dan kokurikuler secara terintegrasi pada semua mata pelajaran, ekstrakurikuler dengan berbagai kegiatan, dan menciptakan budaya sekolah yang mencerminkan karakter. Pemerintah dapat mendukung intervensi melalui kebijakan, pedoman, penguatan, dan pelatihan. Sedangkan habituasi dapat dilakukan melalui keteladanan dari semua warga sekolah, menciptakan budaya sekolah yang tertib, bersih, sehat, disiplin, dan indah serta menggalakkankembali berbagai tradisi yang membangun karakter.

Dari pilar masyarakat, intervensi nilai luhur bertujuan untuk membangun kerangka sistemik perencanaan, pelaksanaan dan penilaian pendidikan karakter secara nasional dan menciptakan suasana kondusif dalam masyarakat yang mencerminkan kepekaan kesadaran kemauan dan tanggung jawab untuk membangun karakter utama. Habituasi bertujuan untuk menciptakan suasana yang kondusif dalam masyarakat yang mencerminkan koherensi pembangunan karakter secara nasional dan menumbuhkan keteladanan dalam masyarakat. Strategi dari pemerintah dapat dilakukan dengan pengembangan grand design pendidikan karakter, pencanangan nasional pendidikan karakter, dan pengembangan perangkat pendukung pendidikan karakter. Dalam masyarakat, strategi yang dapat dilakukan adalah pengembangan peranan komite sekolah, perintisan berbagai kegiatan kemasyarakatan, dan pelibatan semua komponen bangsa dalam pendidikan karakter. Aktualitas karakter utama sebagai hasil pendidikan di tingkat individu tercermin dari perilaku jujur, bertanggung jawab, cerdas, sehat dan bersih, peduli dan kreatif secara konsisten dalam berbagai konteks kehidupan. Sedangkan di tingkat masyarakat, bangsa, dan negara adalah dengan terciptanya kesadaran nasional karakter bangsa, keteladanan tokoh, situasi masyarakat semakin berkarakter, dan terwujudnya masyarakat yang berkarakter berdasarkan falsafah pancasila.

PENUTUP

KESIMPULAN Penguatan Pancasila adalah salah satu jalan utama untuk menanggulangi berbagai masalah (penyakit) bangsa dan negara dewasa ini, sebab akhir-akhir ini terjadi erosi terhadap penghayatan, kesadaran dan pengamalan Pancasila. Tidak ada alternatif lain, di era reformasi, demokratisasi dan globalisasi seperti saat ini perlu terus menata kembali kerangka kehidupan bernegara berdasarkan Pancasila. Dengan penguatan nilai-nilai pancasila, diharapkan nantinya bangsa Indonesia dapat mengembangkan komitmen untuk membangun kehidupan demokrasi dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dalam kerangka Negara Kesatuan Republik Indonesia yang bersatu, berdaulat, adil dan makmur. Sebagai ideologi negara, pancasila harus dapat membangun kehidupan ber-bangsa dan bernegara yang rukun, harmonis dan jauh dari perilaku mendahulukan kepentingan kelompok atau golongan. Kondisi inilah yang perlu dicermati dan Pancasila sebagai landasan filosofis bangsa Indonesia harus dikukuhkan kembali. Sosialisasi Pancasila seharusnya terus dilakukan dalam mengokohkan rasa nasionalisme, khususnya bagi kalangan generasi muda agar tidak kehilangan arah. Dari jabaran artikel kami ini kita dapat menarik kesimpulan : 1. Bahwa pancasila merupakan dasar negara indonesia 2. Pancasila merupakan pandangan hidup bangsa indonesia 3. Pancasila merupakan jiwa bagsa indonesia 4. Pancasla merupakan kepribadian bangsa indonesia 5. Pancasila merupakan sumber dari segala sumber hukum negara Indonesia

PENDAPAT PENULIS Menurut pendapat kami sebagai penulis artikel ini bahwa pancasila merupakan suatu yang tepat untuk dijadikan dasar negara indonesia karena pancasila memiliki nilai yang sangat bagus untuk dijadikan suatu landasan, namun apakah negara kita sekarang ini mengamalkan sekaligus mematuhi serta mencapai nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila itu sendiri, maka dari itu mari kita sebagai bangsa indonesia yang baik mulai sekarang kita coba untuk melaksanakan apa yang ada dalam pancasila, terutama kita para mahasiswa calon pemimpin negeri ini harus bersungguh-sungguh dalam mengikuti mata kuliah Pendidikan Pancasila.

DAFTAR PUSTAKA Andrea. 2012. Pancasila sebagai Filsafat Nilai yang Fundamental dan Terbuka. http://andreaslantik.wordpress.com/2012/05/23/pancasila-sebagai-filsafatnilai-yang-fundamental-dan-terbuka-2/. Diakses pada tanggal 10/11.13 pukul 09.00 Anonim. 2013. Penanaman dan Penguatan Nilai-Nilai Pancasila.http://kabarkriminal.blogspot.com/2013/07/penanaman-dan-penguatan-nilai-nilai.html Diakses pada tanggal 10/11/13 pukul 13.03. Jarmanto. 1982. Pancasila Suatu Tujuan Aspek Histotis dan Sosio-politis.yogyakarta: Liberty. Kaelan. 2008. Pendidikan Pancasila. Yogyakarta: paradigma M, Mohammad. 2012. Strategi Penguatan Nilai-Nilai Pancasila Melalui Inovasi Pembelajaran Pkn. Notonegoro. 1995. Pancasila Secara Ilmiah Populer. Jakarta: Bumi Aksara. Salam, Burhanuddin. 1985. Filsafat pancasilaisme. Bandung: Bina Aksara.

Вам также может понравиться