Вы находитесь на странице: 1из 15

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menjadi tua adalah proses alamiah yang akan dihadapi oleh setiap makhluk hidup dan meninggal dengan tenang adalah dambaan seriap insan. Namun sring kali harapan hidup semakin bertambah dan kematian semakin banyak disebabkan oleh penyakit diabetes militus, penyakit arthritis dan lain-lain. Pasien dengan penyakit kronik seperti ini akan melalui suatu proses pengobtan dan perawatan yang panjang. Jika penyakitnya berlanjut maka suatu saat akan dicapai stadium terminal yang ditandai dengan oleh kelemahan umum, penderitaan, ketidakberdayaan, dan akhirnya kematian. Pada stadium lanjut, pasien dengan penyakit kronis tidak hanya mengalami berbagai masalah fisik seperti nyeri, sesak nafas, penurunan berat badan, gangguan aktivitas tetapi juga mengalami gangguan psikososial dan spiritual yang mempengaruhi kualitas hidup pasien dan keluarganya. Maka kebutuhan pasien pada stdium lanjut suatu penyakit tidak hanya pemenuhan atau pengobatan gejala fisik, namun juga pentingnya dukungan terhadap kebutuhan psikologis, sosial dan spiritual yang dilakukan dengan pendekatan interdisiplin yang dikenal sebagai perawatan paliatif. Dalam perawatan paliatif maka peran perawat adalah memberikan Asuhan Keperawatan pada pasien kronik untuk membantu pasien terhadap penyakitnya.

1.2 Tujuan Penulisan 1. Tujuan umum Tujuan umum dari penulisan makalah ini adalah mahasiswa diharapkan mampu mengenal dan mengetahui tentang asuhan keperawatan pada klien ketidakmampuan dan penyakit kronik. 2. Tujuan khusus Tujuan khusus dari penulisan makalh ini, yaitu: a. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang pengertian askep pada klien ketidakmampuan dan penyakit kronik. b. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang sifat penyakit kronik. c. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang dampak penyakit kronik terhadap klien.

d. Agar

mahasiswa

dapat

mengetahui

dan

memahami

faktor-faktor

yang

mempengaruhi penyakit kronik. e. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami respon klien terhadap penyakit kronik. f. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami prilaku klien terhadap penyakit kronik. g. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami respon keluarga terhadap klien yang mengalami penyakit kronik. h. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami penatalaksanaan pada klien penyakit kronik. i. Agar mahasiswa dapat mengetahui dan memahami tentang asuhan keperawatan pada klien penyakit kronik.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Pengertian Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap, dan sering kambuh. (Purwaningsih dan Karbina, 2009). Penyakit kronis bisa menyebabkan kematian. Contoh penyakit kronis adalah diabetes militus, TBC, kanker dan penyakit jantung Ketidakmampuan merupakan persepsi individu bahwa segala hal yang dilakukan tidak akan mendapatkan hasil atau suatu keadaan dimana individu kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan. (Purwaningsih dan Karbina, 2009). Kesimpulan yang didapat dari pengertian di atas adalah penyakit kronis yang terjadi pada seseorang dalam waktu lama akan membuat orang tersebut menjadi tidak mampu melakukan sesuatu seperti biasanya contohnya kurang dapat mengendalikan kondisi tertentu atau kegiatan yang baru dirasakan.

2.2 Sifat Penyakit Kronik Menurut Wristht Le (1987) mengatakan bahwa penyakit kronik mempunyai beberapa sifat diantaranya adalah : Progresi Penyakit kronik yang semakin lama semakin bertambah parah. Contoh penyakit jantung. Menetap Setelah seseorang terserang penyakit, maka penyakit tersebut akan menetap pada individu. Contoh penyakit diabetes mellitus. Kambuh Penyakit kronik yang dapat hilang timbul sewaktu-waktu dengan kondisi yang sama atau berbeda. Contoh penyakit arthritis.

2.3 Faktor - faktor Yang Mempengaruhi Penyakit Kronik dan Ketidakmampuan 1. 2. 3. 4. 5. 6. Persepsi klien terhadap situasi Beratnya penyakit Tersedianya support sosial Temperamen dan kepribadian Sikap dan tindakan lingkungan Tersedianya fasilitas kesehatan

2.4 Dampak Penyakit Kronik Terhadap Klien Dampak yang dapat ditimbulkan dari penyakit kronik terhadap klien diantaranya (Purwaningsih dan kartina, 2009) adalah : Dampak psikologis Dampak ini dimanifestasikan dalam perubahan perilaku, yaitu : a. Klien menjadi pasif b. Tergantung c. Kekanak-kanakan d. Merasa tidak nyaman e. Bingung f. Merasa menderita Dampak somatic Dampak somatic adalah dampak yang ditimbulkan oleh tubuh karena keadaan penyakitnya. Keluhan somatic sesuai dengan keadaan penyakitnya. a. Dampak terhadap gangguan seksual Merupakan akibat dari perubahan fungsi secara fisik (kerusakan organ) dan perubahan secara psikologis (persepsi klien terhadap fungsi seksual). b. Dampak gangguan aktivitas Dampak ini akan mempengaruhi hubungan sosial sehingga hubungan social dapat terganggu baik secara total maupun sebagian.

2.5 Respon Klien Terhadap Penyakit Kronik Penyakit kronik dan keadaan terminal dapat menimbulkan respon Bio-PsikoSosial-Spritual ini akan meliputi respon kehilangan. (Purwaningsih dan kartina, 2009). Kehilangan kesehatan Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kesehatan dapat berupa klien merasa takut , cemas dan pandangan tidak realistic, aktivitas terbatas. Kehilangan kemandirian Respon yang ditimbulkan dari kehilangan kemandirian dapat ditunjukan melalui berbagai perilaku, bersifat kekanak-kanakan, ketergantungan. Kehilangan situasi Klien merasa kehilangan situasi yang dinikmati sehari-hari bersama keluarga kelompoknya. Kehilangan rasa nyaman Gangguan rasa nyaman muncul sebagai akibat gangguan fungsi tubuh seperti panas, nyeri, dll. Kehilangan fungsi fisik Contoh dampak kehilangan fungsi organ tubuh seperti klien dengan gagal ginjal harus dibantu melalui hemodialisa. Kehilangan fungsi mental Dampak yang dapat ditimbulkan dari kehilangan fungsi mental seperti klien mengalami kecemasan dan depresi, tidak dapat berkonsentrasi dan berpikir efisien sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional. Kehilangan konsep diri Klien dengan penyakit kronik merasa dirinya berubah mencakup bentuk dan fungsi sehingga klien tidak dapat berpikir secara rasional (bodi image) peran serta identitasnya. Hal ini dapat akan mempengaruhi idealism diri dan harga diri rendah. Kehilangan peran dalam kelompok dan keluarga

2.6 Perilaku Klien Dengan Penyakit Kronik Ada beberapa respon emosional yang muncul pada pasien atas penyakit kronis yang dideritanya oleh klien atau individu (Purwaningsih dan kartina, 2009), yaitu: Penolakan (Denial) Merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis seperti jantung, stroke dan kanker. Atas penyakit yang dideritanya ini, pasien akan memperlihatkan sikap seolah-olah penyakit yang diderita tidak terlalu berat (menolak untuk mengakui bahwa penyakit yang diderita sebenarnya berat) dan menyakini bahwa penyakit kronis ini akan segera sembuh dan hanya akan memberi efek jangka pendek (menolak untuk mengakui bahwa penyakit kronis ini belum tentu dapat disembuhkan secara total dan menolak untuk mengakui bahwa ada efek jangka panjang atas penyakit ini, misalnya perubahan body image). Cemas Setelah muncul diagnosa penyakit kronis, reaksi kecemasan merupakan sesuatu yang umum terjadi. Beberapa pasien merasa terkejut atas reaksi dan perubahan yang terjadi pada dirinya bahkan membayangkan kematian yang akan terjadi padanya. Bagi individu yang telah menjalani operasi jantung, rasa nyeri yang muncul di daerah dada, akan memberikan reaksi emosional tersendiri. Perubahan fisik yang terjadi dengan cepat akan memicu reaksi cemas pada individu dengan penyakit kanker. Depresi Depresi juga merupakan reaksi yang umum terjadi pada penderita penyakit kronis. Kurang lebih sepertiga dari individu penderita stroke, kanker dan penyakit jantung mengalami depresi.

2.7 PSIKODINAMIKA PENYAKIT KRONIK 1. Dinamika Individu a. Protes dan pengingkaran Pada fase ini klien mengekspresikan rasa tidak percaya pada kenyataan. mengapa kejadian ini menimpa saya?. Pada fase ini terjadi proses perubahan konsep diri, ini terjadi selama kondisi klien dalam keadaan stress tetapi Setelah keadaan ini berlalu klien mulai masuk kedalam fase berikutnya.

b. Depresi Cemas Dan Marah Pada fase ini emosi klien mulai meningkat. Depresi, cemas dan marah muncul. Ketika klien tidak mampu mengatasi masalahnya dan merasa tidak berdaya. bagaimana mengatasi masalah ini?. Manifestasi depresi ; sedih, kadang-kadang menangis, bingung ketergantungan, tidak dapat mengambil keputusan, tidak punya harapan. Kecemasan yang dialami pasien dialihkan menjadi kemarahan yang diproyeksikan pada diri sendiri, keluarga dan petugas. c. Pelepasan dan reinvestasi Klien mulai mengidentifikasi peningkatan keadaan cemas, depresi dan perasaan marahnya. Klien mulai mengumpulkan kekuatan yang dimiliki untuk mengurangi respon yang memperberat keadaan stress, apabila penyakit ini terjadi progressif fase ini akan berlangsung siklik. Disini klien mulai ada kerja sama. Klien mulai melepaskan dari obyek yang hilang, mulai membina hubungan dan penyesuaian diri terhadap realita.

2. Dinamika Keluarga Respon keluarga bersama dengan respon emosi klien ; pengingkaran, marah, cemas dan depresi.

3. Dinamika Lingkungan Dengan kesadaran bervariasi menimbulkan dinamika bagi klien STIGMA SOSIAL ketidakmampuan melakukan aktivitas sosial perubahan peran dalam kelompok sosial merupakan hambatan dalam melaksanakan fungsi sosial secara normal. a. Respon perawat Dalam memberikan asuhan keperawatan perawat harus menunjukkan sikap professional dan tulus dengan pendekatan yang baik pada saat pasien mengalami fase pengingkaran perawat harus dapat menghadirkan fakta. b. Analisa diri perawat Kesadaran diri yang kuat dan perilaku yang ideal diperlukan perawat dalam terapi. Contoh : Bagaimana perasaan saya pada saat melihat orang mengalami kesulitan. Bagaimana perasaan saya tentang penyakit klien dalam keadaan kritis. Apakah keyakinan saya tentang penyakit kronik sama/berbeda dengan klien/keluarga.

2.8 Penatalaksanaan Pada Klien Kronik Penatalaksanaan yang optimal pada klien dngan kondisi kronis adalah sangat penting. Penatalaksanaan harus melibatkan kesehatan mental, memantau

perkembangan klien, dan melibatkan keluarga. Pengobatan sederhana tidak cukup. Klien harus bekerja sama dengan tim kesehatan, percaya terhadap pengobatan yang diberikan, dan mempunyai keluarga yang mendukung dan membantu dalam rencana yang pengobatan. Beberapa prinsip penatalaksanaan klien dengan kondisi kronis adalah sebagai berikut : Pendidikan Kesehatan Menjelaskan kepada klien tentang perjalanan penyakitnya dan keterbatasan pengobatan. Pendidikan kesehatan harus langsung pada penderita dan keluarganya dan harus menggunakan bahasa yang mudah dimengerti. Merespon terhadap emosi Dengarkan baik-baik, berikan waktu yang cukup bagi klien dan keluarganya untuk mengemukakan perasaannya, kekhawatiran, dan harapannya. Melibatkan keluarga Dukungan pada keluarga dan petunjuk penatalaksanaan sangat penting. Keluarga harus dibantu agar tidak melakukan sikap yang berlebihan terhadap anak, seperti terlalu melindungi, terlalu khawatir dan memberikan perhatian berlebihan. Melibatkan pasien Bila klien dilibatkan dalam penatalaksanaan penyakitnya, maka mereka akan lebih patuh dan bertanggung jawab. Melibatkan tim multidisplin Beberapa ahli diperlukan dalam menatalaksana remaja dengan kondisi kronis, seperti dokter, psikologi, pekerja sosial, okupasi-terapis, fisioterapis, ahli gizi, dan ahli lain yang terkait. Menyediakan perawatan yang berkelanjutan Klien dengan kondisi kronis membutuhkan seseorang yang bisa dipercaya. Paling sedikit salah satu dari anggota tim, lebih baik dokter dari pusat kesehatan primer (seperti Puskesmas), yang membina hubungan jangka panjang dengan penderita dan keluarganya. Peran dokter disini adalah mengkoordinasi perawatan berbagai spesialis

(multidisplin), memantau tumbuh kembangnya, memberikan petunjuk yang mungkin diperlukan, dan lain sebagainya. Menyediakan pelayanan rawat jalan komperehensif Diperlukan pelayanan psikologikal, belajar bersosialisasi, pendidikan, penelitian, dikatakan bahwa klien yang mendapatkan pelayanan yang komprehensif, dapat menurunkan frekuensi rawat inap, lama dirawat, biaya di rumah sakit, dan menurunkan kemungkinan dirawat kembali. Merujuk ke kelompok pendukung (kelompok sebaya atau kelompok penyakit sejenis) Ikut dalam kelompok pendukung dapat saling tukar pengalaman dan informasi antara penderita dan keluarga lain dengan masalah yang sama. Mengembangkan teknik menolong diri sendiri, pelalihan (terapi perilaku) terhadap klien dalam teknik mengatasi stress atau rasa sakit, dapat membantu klien mengurangi stres terhadap penyakit dan pengobatan yang diberikan. Pembatasan Bila kepatuhan atau perilaku yang menjaadi masalah, remaja harus dibuat disiplin, dan tim yang merawat serta keluarganya harus setuju dan mendukung Perawatan di rumah sakit Bila diperlukan perawatan remaja di rumah sakit, terbaik bila ditangani dalam lingkungan yang kondusif untuk kebutuhan perkembangan remaja.

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN PENYAKIT KRONIS

3.1 Kasus Ny. N berumur 42 tahun, seorang ibu rumah tangga, di rawat di rumah sakit umum dengan diagnosa medis Diabetes Miletus, dan sudah dirawat selama 3 bulan. Sebelumnya klien juga pernah di rawat di rumah sakit dengan penyakit yang sama, namun tidak separah yang sekarang. Dari hasil pengkajian, klien mengatakan tidak menyangka penyakitnya bertambah parah, klien juga malu dengan keluarga dan teman-temannya karena kondisi tubuh yang sekarang, merasa tidak berguna lagi untuk keluarganya (suami dan anak-anaknya), klien merasa ingin mati saja, klien mengatakan tidak nyaman berada di dekat orang lain karena takut tidak diterima, dan lebih senang jika sendiri, klien juga takut tidak diterima oleh keluarga terdekatnya, klien sulit untuk tidur karena merasa cemas dengan keluarganya di rumah. Dari hasil observasi, tampak luka gangren pada kaki kiri klien sudah mengalami nekrotik yang membuat klien sulit untuk beraktivitas dan semakin parah, dan sudah mulai mengeluarkan bau tidak sedap, klien tampak menyendiri dan hanya mau berkomunikasi dengan perawat yang merawatnya, klien pun tampak tidak merawat kebersihan diri, dan keluarga klien hanya sesekali menjenguk klien. Pengkajian keluarga, respon keluarga seperti tidak peduli dengan keadaan klien, keluarga menyerahkan penuh prosedur perawatan kepada rumah sakit, keluarga terdekat klien (suami) mengatakan sudah pasrah dengan kondisi yang dialami klien. Klien tampak bernafsu untuk makan, setiap makanan yang di saji kan selalu di habiskan, BB klien 70 kg.

3.2 Pengkajian a. Pengkajian Pola Gordon 1. Persepsi kesehatan-penatalaksanaan kesehatan a) Klien mengatakan kurang mengetahui semua tentang penyakitnya b) Klien tampak pasrah dengan penyakitnya, dan hanya mengikuti prosedur keperawatan rumah sakit 2. Pola nutrisi metabolic a) Nafsu makan klien meningkat. b) Peningkatan berat badan 5 kg

10

c) Klien dilarang mengkonsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung gula 3. Pola eliminasi a) Klien sering BAK b) Karakteristik warna urine klien kuning, baunya khas. 4. Pola aktivitas dan latihan a) Klien tidak nyeri/sesak nafas saat beraktivitas b) Klien merasa lemah, dan merasa sakit pada kakinya saat beraktivitas seharihari 5. Pola tidur dan istirahat Klien mengalami gangguan pola tidur, karena cemas dan takut, dan klien juga merasa depresi. 6. Pola kognitif/perseptual Terjadi penurunan pada fungsi penglihatan, daya ingat klien masih bagus, dan klien tanggap terhadap semua pertanyaan yang diajukan, hanya klien banyak menunduk dan kontak mata klien tidak baik. 7. Pola persepsi diri/konsep diri a) Klien merasa sedih dan lebih banyak murung b) Klien menjadi depresi c) Klien tampak pasrah dan hanya berserah pada prosedur keperawatan rumah sakit 8. Pola peran/hubungan a) Tidak ada upaya yang berarti dari klien untuk mengatasi masalahnya b) Klien seorang ibu rumah tangga c) Interaksi kliendengan orang terdekatnya (suami dan anak-anak) kurang baik, dan orang terdekat klien pun hanya sesekali menjenguk klien. 9. Pola seksualitas/reproduksi a) Selama klien sakit, klien jarang berhubungan intim dengan suaminya, dan klien merasa malu. b) Terjadi perubahan perhatian dari keluarga terdekat terutama suami dan anakanaknya 10. Pola koping/toleransi stress Jika klien mengalami stress, klien berbagi dengan suaminya namun lebih sering untuk memendam masalahnya.

11

11. Pola nilai/kepercayaan Klien tetap melaksanakan keagamaan dengan tetap shalat tepat pada waktunya

3.2 Diagnosa dan Rencana Keperawatan


NO 1 DIAGNOSA KEPERAWATAN Harga diri rendah kronik berhubungan dengan persepsi kurang di hargai yang ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan merasa tidak berguna lagi. - Klien juga malu dengan keluarga dan temantemannya - Klien merasa ingin mati saja - Klien takut tidak diterima oleh orang - orang terdekatnya DO : - Klien tampak sulit bergaul - Bicara klien lambat dan nada suara lemah 2 Isolasi sosial berhubungan dengan gangguan kondisi kesehatan yang ditandai dengan : DS : - Klien mengatakan tidak nyaman jika berada didekat orang lain, karena kondisinya sekarang - Lebih senang sendiri TUJUAN DAN KRITERIA HASIL Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, harga diri klien meningkat dengan KH : - Klien mulai merasa diterima oleh lingkungannya - Rasa malu klien mulai menghilang - Klien mulai mudah bergaul Beri pujian yang realistik/nyata dan hindarkan penilaian negatif. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiap aktifitas. INTERVENSI Identifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien. RASIONAL Dengan cara Mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek positif untuk meningkatkan rasa percaya diri klien. Menghilangkan rasa malu dan takut tidak diterima lingkungan.

Meyakinkan klien bahwa dirinya dapat diterima oleh keluargnya dan tidak perlu takut dan malu.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, klien mulia bisa bergaul dengan KH : - Klien mulai merasa nyaman jika berada didekat orang lain - Klien melakukan bisa

Bina hubungan saling percaya

Rasa saling pecaya telah terbina, mempermudah perawat untuk mengkaji dan mendapatkan informasi dari klien Cara - cara dan contoh yang merupakan pembelajaran yang

Latih klien cara cara berinteraksi dengan orang

12

DO : - Klien banyak diam dan kurang mau berbicara - Klien tampak sedih, ekspresi datar dan dangkal

tindakan di luar kamar - Klien bisa bergaul tanpa rasa malu dan takut

lain secara bertahap

efesien untuk klien memulai untuk berani bergaul dengan orang lain Dukungan keluarga sangat berarti untuk kesembuhan klien, dengan interaksi yang baik dapat menunjukkan rasa perhatian Untuk membuat klien mampu berinteraksi dengan baik, perlu bertahap dan perlahan. Dengan terapi kelompok memungkinkan klien bisa berinteraski. Untuk mengetahui kecemasan klien

Diskusikan dengan keluarga pentingnya interaksi klien dengan keluarga terdekat

Libatkan klien dalam terapi kelompok secara bertahap

Kecemasan yang meningkat berhubungan dengan ketidakmampuan mengekspresikan perasaan yang ditandai dengan KH :

Setelah dilakukan tindakan selama 2x24 jam, ansietas klien berkurang dengan KH : Klien mampu menunjukkan koping yang baik Klien mampu mengungkapkan perasaan dan bisa bertukar pikiran dan perasaan

Kaji tingkat kecemasan klien dari tv, nafsu makan Beri dorongan pada klien untuk mengungkapka n pikiran dan perasaan Berikan penyuluhan kepada keluarga dan ajak untuk bersama sama memotivasi klien

DS : - Klien merasa takut penyakitnya tidak bisa disembuhkan - Klien juga mengkhawatirkan keluarganya dirumah

Agar klien tenang dan menerima kondisi kesehatannya sekarang Dukungan keluarga merupakan perhatian yang bisa memotivasi klien untuk sembuh

DO : - Klien tampak tidak bisa untuk tidur - Klien tampak lemah dan lesu akibat kurang tidur Gangguan citra tubuh berhubungan dengan dampak penyakit yang dialami yang di tandai dengan : DS : - Klien mengatakan malu malu dengan keadaanya

Setelah dilakukan perawatan selama 2x24 jam, body image klien teratasi dengan KH : - Body image klien positif

Kaji secara Data awal untuk verbal dan menentukan nonverbal intervensi yang respon klien tepat untuk klien terhadap tubuhnya Libatkan jelaskan dan Apabila klien tahu klien tentang

13

sekarang - Klien mengatakan tidak menyangka penyakitnya bertambah parah DO : - Perubahan aktual pada fungsi - Luka gangren klien bertambah parah dan mulai mengeluarkan bau tidak sedap

- Mendeskripsikan factual perubahan fungsi tubuh - Mempertahankan interaksi sosial

tentang pengobatan, perawatan kemajuan dan prognosis penyakit

pengobatan, perawatan kemajuan dan prognosis penyakit, akan membuat klien sedikit tenang. Dan mampu menentukan intervensi yang tepat untuknya

Defisit perawatan diri personal Hygine berhubungan dengan ketidakmampuan dan ketidak pedulian karena stress yang ditandai dengan KH : DS : - Klien mengatakan tidak mampu untuk membersihkan diri secara maksimal - Klien mengatakan tidak peduli mau mandi atau tidak, yang dia pikirkan hanya penyakitnya - Klien mengatakan tidak mengetahui cara merawat luka dengan baik dan benar, hanya menunggu perawat saja yang melakukannya DO : - Mulai tercium bau tidak sedap dari tubuh dan luka klien - Klien tampak tidak menjaga kebersihan diri.

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam, personal hygiene klien terpenuhi dengan KH : - Klien mengatakan merasa segar dan nyaman - Klien mampu menjaga kebersihan dirinya - Tidak tercium lagi bau tidak sedap - Klien tampak bersih mulai dari pakaian

Fasilitasi kontak Untuk membantu dengan individu klien agar dapat lain dalam bersosialisasi kelompok kecil dengan orang lain. Bantu klien Agar kebutuhan untuk personal kebersihan hygine sesuai terpenuhi secara kebutuhan yang baik di anjurkan Dukung kemandirian untuk melakukan personal hygine jika memungkinkan Berikan penjelasan kepada klien akan pentingnya kebersihan diri baik secara kesehatan, agama maupun sosial Melatih klien untuk mandiri dan mampu melakukan personal hygiene sendiri

Agar klien sadar akan pentingnya kebersihan diri dan mampu menjaga kebersihan dirinya sendiri.

14

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan Penyakit kronik adalah suatu penyakit yang perjalanan penyakit berlangsung lama sampai bertahun-tahun, bertambah berat, menetap, dan sering kambuh. Respon klien terhadap penyakit kondisi kronis sangat tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak yang ditimbulkan pada individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien kronis. Orang yang telah lama hidup sendiri, menderita penyakit kronis yang lama dapat memaknai kematian sebagai kondisi peredaan terhadap penderitaan. Atau sebagian beranggapan bahwa kematian sebagai jalan menuju kehidupan kekal yang akan mempersatukannya dengan orang yang dicintai. Sedangkan yang lain beranggapan takut akan perpisahan, dikucilkan, ditelantarkan, kesepian, atau mengalami penderitaan sepanjang hidup. Seseorang yang menghadapi kematian atau kondisi terminal, dia akan menjalani hidup, merespon terhadap berbagai kejadian dan orang disekitarnya sampai kematian itu terjadi. Perhatian utama pasien dengan penyakit kronis sering bukan pada kematian itu sendiri tetapi lebih pada kehilangan kontrol terhadap fungsi tubuh, pengalaman nyeri yang menyakitkan atau tekanan psikologis yang diakibatkan ketakutan akan perpisahan, kehilangan orang yang dicintai. Jadi tugas perawat untuk dapat lebih memahami dan memberi perawatan yang sesuai dengan kondisi pasien. Perawat juga harus mampu memberikan asuhan keperawatan yang baik pada klien mengalami penyakit kronik.

4.2 Saran 1. Perawat harus memahami apa yang dialami klien dengan kondisi kronis, tujuannya untuk dapat menyiapkan dukungan dan bantuan bagi klien sehingga pada saat-saat terakhir dalam hidup bisa bermakna dapat meninggal dengan tenang dan damai. 2. Ketika merawat klien dengan penyakit kronis, tanggung jawab perawat harus mempertimbangkan kebutuhan fisik, psikologis, dan sosial yang unik.

15

Вам также может понравиться