Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMERATAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Disampaikan: Drs. Supriadi, M.Si Asisten Deputi Urusan Wilayah Strategis Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus pada: Focus group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Lombok, 26 Nopember 2013
Pendahuluan
Kesenjangan antar daerah merupakan salah satu isu kebijakan yang sejak lama menjadi perhatian pemerintah. Meskipun tingkat kesenjangan antar wilayah semakin membaik, namun pemerintah masih perlu meningkatkan intervensi kebijakan untuk terus mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah melalui pelaksanaan kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal (PN-10 RPJMN 2010-2014 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik) Dengan pengukuran terhadap 6 kriteria dasar: 1) Perekonomian Masyarakat; 2) Sumberdaya Manusia; 3) Infrastruktur; 4) Kemampuan Keuangan Lokal; 5) Aksesibilitas, dan 6) Karakteristik Daerah. Saat ini ada 183 kabupaten yang masuk katagori daerah tertinggal (indeks dibawah rata-rata nasional).
Untuk mempercepat konektivitas antar daerah tertinggal di sepanjang koridor ekonomi dan di sekitar pusat pertumbuhan, dalam rangka penguatan daya saing dan skala investasi daerah tertinggal Kementerian PDT mengupayakannya melalui peningkatan kerjasama antardaerah dengan pendekatan Regional Management (RM) bersinergi dengan 2 revitalisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).
MALUKU 8%
PAPUA 19%
SUMATERA 25%
SULAWESI 19%
JAWA-BALI 5% KALIMANTAN 9%
PETA LOKASI 183 KABUPATEN DAERAH PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA TERTINGGAL
Keluar
0 1000
2004
S
50 kab
2009
DOB 34
199 kab
Tambah
183 kab
4 4
Meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal/perbatasan pada tingkat hulu; Mengembangkan perekonomian lokal yang fokus pada sektor unggulan; Meningkatkan konektifitas, sarana dan prasarana pendukung ekonomi di daerah tertinggal khususnya di wilayah timur melalui pelayanan keperintisan laut. Meningkatkan kerjasama antar daerah dengan pendekatan RM.
2.
Persentase Mengembangkan program pengentasan kemiskinan yang terfokus penduduk dan terintegrasi yang sesuai dengan permasalahan utama dan miskin di daerah karakteristik ketertinggalan masing-masing daerah. tertinggal (%) Mengembangkan inisiatif proaktif pemerintah daerah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal Meningkatkan jumlah tenaga pendidikan dan kesehatan dan Meningkatkan sarana pendidikan dan kesehatan, contohnya membangun sekolah berasrama (boarding school) di daerah dengan kondisi geografisnya sulit dan permukiman tersebar, serta membangun rumah dinas bagi tenaga pendidikan dan kesehatan Membuka dan meningkatkan akses terhadap pusat pelayanan dasar khususnya di daerah terpencil dan terisolir Meningkatkan insentif untuk menarik tenaga pendidikan dan 8 kesehatan ke daerah tertinggal& perbatasan
3.
KESENJANGAN
PENGANGGURAN
9
9
KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TERTINGGAL DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN BERKEADILAN
1. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan; 2. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi. Tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi. 3. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayahwilayah tertinggal dan terpencil, sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. 4. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetanggal
10
Upaya pengentasan 50 kabupaten tertinggal (minimal) tahun 2014; Mendukung 6 Koridor Pengembangan Ekonomi Indonesia (MP3EI); Mendukung Klaster 4 Program Pro Rakyat
PERAN KPDT DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH TERTINGGAL DI KSN DAN MP3EI
Kebijakan mainstreaming KPDT antara lain:
Bedah desa (Integrated Rural Development) merupakan metode manajemen pelaksanaan pembangunan perdesaan yang digunakan untuk mengelola penyediaan input dan proses kegiatan secara terpadu. Program bedah desa mengintegrasikan transformasi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan fisik dalam tata ruang wilayah dan kawasan perdesaan di daerah tertinggal secara terpadu dan berkelanjutan. Pengembangan potensi unggulan desa minimal tiga jenis PRU-KAB, untuk memberikan multiplier effect bagi penciptaan lapangan kerja di perdesaan, penyerapan tenaga kerja atau pengurangan tingkat pengangguran, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan/pendapatan masyarakat perdesaan di kabupaten tertinggal.
RM : pengelolaan wilayah sebagai produk pelaksanaan regionalisasi desentralistik, platform yang dibentuk para aktor regional terkait untuk memobilisasi dan merealisasikan inisiasi pembangunan regional melalui kaidah profesionalisme dalam menghadapi permasalahan pembangunan, melalui pengembangan hubungan kerjasama antardaerah yang saling menguntungkan, dinamis untuk mencapai tujuan bersama.
BEDAH DESA
REGIONAL MANAGEMENT (RM) BERSINERGI DENGAN KAPET, DALAM KORIDOR EKONOMI MP3EI
KAPET: salah satu KSN dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, yaitu Kawasan yang memiliki potensi ekonomi yang cepat tumbuh untuk mengatasi permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah yakni meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh wilayah Indonesia. MP3EI: terdiri 6 Koridor Ekonomi, melakukan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan cara mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya. 12
SINERGI PROGRAM ANTAR SEKTOR (K/L DAN SKPD) MELALUI PENDEKATAN KEWILAYAHAN
SEKTOR-SEKTOR
SEKTOR-SEKTOR
14 SINERGI RM DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS Koridor Ekonomi (MP3EI): KAPET KSCT - RM
KAPET KSCT RM: merupakan pendekatan pengembangan wilayah berbasis kekuatan ekonomi lokal, dalam pengembangan kawasan, diperlukan SINERGI dalam perencanaan dengan sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait. Sehingga lokasi RM dapat diintegrasikan pada kawasan-kawasan yang sudah dideliniasi dalam cakupan KSCT dan wilayah KAPET.
KAPET merupakan perwujudan kepedulian (affirmative policy) Pemerintah berdasarkan amanat UUD 1945 terkait tanggung jawab negara dalam pemerataan pembangunan di seluruh wilayah nasional, sedangkan
KSCT akan menjadi sentra produsen (hulu) dari KAPET, sementara koridor ekonomi melalui pengembangan konektivitasnya akan menghubungkan sentra-sentra KSCT ke KAPET dalam bentuk klaster ekonomi kawasan, dan pusat-pusat pertumbuhan MP3EI/KEK.
RM fokus pada pengelolaan KAD pada bidang tertentu yang disepakati (misal: pengelolaan potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah, pengelolaan infrastruktur antar daerah, pengelolaan lingkungan antar daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan share antar daerah, misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran).
RM merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan dan bargaining position, dikembangkan berdasarkan perencanaan dari bawah dituangkan dan disepakati dalam Forum Regional (FR), menjadi Renstra 5 tahunan dan Renaksi 1 tahunan disusun pengelola RM (Bappeda Provinsi) melalui mekanisme Musrenbang & Musyarawah FR RM tiap tahun, serta Rencana Bisnis yang disusun bersama stakeholders swasta terkait. Untuk mendukung Revitalisasi KAPET, RM yang BERADA DI WILAYAH KAPET Renaksinya disinergikan dengan Rencana Tata Ruang Renaksi KAPET & RTRWP/RTRWK.
14
Kab. A
PERIKANAN
KAPET
Kawasan strategis sebagai pendorong pengembangan ekonomi daerah dimana : 1. KAPET merupakan kawasan untuk meningkatkan nilai tambah KSCT komoditas unggulan. (Dalam KAPET terdiri KSCT/RM, Agropolitan, Minapolitan) sebagai sentra produsen bahan baku komoditas unggulan, pemerataan KAPET pertumbuhan,
KAKAO
PUSAT KAPET
MP3EI
KEK
Agropolitan
2. KPBPB/KEK/MP3EI merupakan pusat pertumbuhan: pusat industri/ perdagangan/ pasar, jasa (sebagai hilir) percepatan pertumbuhan
KPBPB
Kab. D
RM
Kab. C
3. Ketiganya dihubungkan dengan sistem konektivitas yang fungsional dalam hubungan hulu-hilir
STATUS RM YG BERSINERGI DENGAN KAPET 5 RM SUDAH MOU : RM BEUJADI, RM SINGBEBAS, RM NAROSO, RM JONJOK BATUR, RM SUMBAWA (RENCANA AKSI MASIH DIREVIEW DAN ADA YG BELUM DISUSUN) 3 YG BELUM MOU: RM KAPUAS, RM KAWASAN NTT, RM SUMBA (BELUM ADA RENCANA AKSI)
16
CONTOH SINERGI RM JONJOK BATUR DAN RM SUMBAWA BERSINERGI DENGAN KAPET BIMA (PROV. NTB)
RM JONJOK BATUR Kab Lombok Tengah Kab Lombok Barat Kab Lombok Timur
RM PULAU SUMBAWA Kab Sumbawa Barat, Kab Sumbawa, Kab. Dompu, Kab. Bima, Kota Bima
PERANAN KPDT DALAM MENDORONG INTEGRASI & SINERGI KSN (KAPET), RM & MP3EI
Terkait PDT Dalam MP3EI: Daerah Tertinggal harus dapat ditingkatkan pembangunan ekonomi wilayahnya, sehingga kemajuan pada koridor-koridor ekonomi dapat memberikan sinergi terhadap PPDT disekitar koridor ekonomi serta menggerakkan dan mempercepat pengelolaan potensi ekonomi di daerahdaerah tertinggal secara optimal. Dampaknya, agar pada masa datang posisi tingkat perkembangan perekonomian daerah-daerah tertinggal dapat diupayakan sejajar dengan daerah lain yang lebih maju. KEBIJAKAN DAN STRATEGI: 1. Melakukan Fungsi Fasilitasi, Koordinasi, Sinkronisasi, dan Akselerasi Pembangunan Daerah Tertinggal. 2. Pelaksanaan Kebijakan Mainstreaming KPDT: Bedah Desa, Prukab, Pengembangan Wilayah Strategis melalui peningkatan KAD dengan pendekatan Regional Management (RM) 3. Pemberian Dana Dekonsentrasi pada 9 Provinsi dalam Pengembangan 14 RM (2013), dan 13 Provinsi Tahun 2014. 4. KPDT Sebagai Ketua Alternate Dalam Monitoring Dan Evaluasi Implementasi PPDT di Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku .
19
a. Terbentuknya kelembagaan dalam upaya penguatan dan pengembangan RM b. Terlaksananya Rapat-rapat Koordinasi, Sinkronisasi dan Konsultasi dalam rangka
pembentukan, penguatan kelembagaan RM di tingkat regional dan nasional, dan dalam penyusunan Rencana Aksi Pengembangan RM; c. Terlaksananya Musyarawah Rencana Pembangunan Regional yang melibatkan pemerintah daerah dalam lingkup RM dan stakeholder terkait.
2.
RM Like Toba (Samosir, Karo, Dairi, Simalungun, Humbahas, Tapanuli Utara, Pakpak Barat)
Pariwisata
3. RM Nias (Nias, Nias Barat, Nias Selatan, Nias Utara, Gunungsitoli) 3 BENGKULU 4. RM Janghiangbong (Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong) 5. RM KAUKUS SETARA KUAT (Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Kaur, Lampung Barat, UKU Selatan) 4 KALIMANTAN BARAT 6. RM Singbebas (Singkawang, Bengkayang, Sambas) KAPET Khatulistiwa (Kota Singkawang, Kab: Bengkayang, Sambas, Sanggau, Sintang, Landak, Kapuas Hulu) Pariwisata Darat & Perikanan
9. RM Naroso (Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Kota Palu) KAPET Palapas (Palu, Donggala, Parigi Moutong, Sigi)
10.RM Jonjokbatur (Lombok: Timur, Barat, Utara, Tengah, Kota Mataram) 11. RM P. Sumbawa (Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, Kota Bima) KAPET Bima (Kab: Bima, Dompu, Kota Bima) 12. RM Kawasan NTT (Kupang, TTU, TTS, Ngada, Belu) Kapet Mbay (Kabupaten Ngada, Pulau Flores) 13. RM Sumba (Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba) 14. RM TABI (Keerom, Sarmi, Jayapura) Kapet Biak/Teluk Cendrawasih (Kab:Biak Numfor,Yapen,Waropen,Supiori,
Peternakan Kakao
(sapi)
dan
NUSA TENGGARA
TIMUR
PAPUA
Daerah Maju
KEBIJAKAN PROVINSI
Kebijakan :penyediaan infrasturktur jalan provinsi, kebijakan standar upah, kerjasama antar provinsi
KEBIJAKAN KABUPATEN
Kebijakan : penyediaan infrastruktur jalan kabupaten, kebijakan perpajakan dan pungutan, pengendalian dampak lingkungan, kerjasama antar kabuapaten
RM NIAS
RM SUMBAWA
RM TIMOR RM SUMBA
RM JANGHIANGBONG
A. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal diperlukan dukungan keberlanjutan komitmen K/L dan Daerah, baik dalam kerangka kebijakan & kerangka alokasi anggaran yang berpihak pada daerah tertinggal. Utamanya fokus pada upaya peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan IPM di DTnuntuk pencapaian sasaran PN 10 RPJMN 2010-2014. B. SINERGI Pembangunan berbasis kewilayahan dalam Pengelolaan RM, KSCT dan Kapet melalui Kerjasama Antar Daerah adalah PENTING karena: 1. RM fasilitasi KPDT dibentuk dengan memperhatikan situasi dan kondisi regional yang ada serta berdasarkan keinginan (visi) para stakeholder regional, hal tersebut sejalan era Otonomi Daerah dengan organisasi pengelola RM yang dibentuk berdasarkan inisiatif daerah (bottom up). 2. Kapet atas fasilititasi Kementerian PU dan Kemenko Perekonomian sedang melakukan revitalisasi dan reformulasi KAPET untuk menjamin percepatan pembangunan dan optimalisasi pengembangan ekonomi di wilayah KAPET yang secara spasial sebagian besar wilayah sekitarnya masih banyak daerah tertinggal. 3. Banyak lokasi Kapet berimpitan dengan lokasi RM, sehingga terdapat dua organisasi pengelola wilayah (RM dan Kapet); 4. Perlu sinkronisasi kegiatan lembaga Kerjasama Antar Daerah (Regionalisasi/RM), KSCT, Kapet, Biro KAD, dll, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendanaan organisasi dalam mencapai tujuan PPDT. 24