Вы находитесь на странице: 1из 26

KEMENTERIAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL REPUBLIK INDONESIA

KEBIJAKAN DAN STRATEGI PENGEMBANGAN KAWASAN TERTINGGAL DALAM MENDUKUNG UPAYA PEMERATAAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI INDONESIA
Disampaikan: Drs. Supriadi, M.Si Asisten Deputi Urusan Wilayah Strategis Deputi Bidang Pengembangan Daerah Khusus pada: Focus group Discussion Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET) Lombok, 26 Nopember 2013

Pendahuluan
Kesenjangan antar daerah merupakan salah satu isu kebijakan yang sejak lama menjadi perhatian pemerintah. Meskipun tingkat kesenjangan antar wilayah semakin membaik, namun pemerintah masih perlu meningkatkan intervensi kebijakan untuk terus mengurangi tingkat kesenjangan antar wilayah melalui pelaksanaan kebijakan percepatan pembangunan daerah tertinggal (PN-10 RPJMN 2010-2014 : Daerah Tertinggal, Terdepan, Terluar, & Pasca-konflik) Dengan pengukuran terhadap 6 kriteria dasar: 1) Perekonomian Masyarakat; 2) Sumberdaya Manusia; 3) Infrastruktur; 4) Kemampuan Keuangan Lokal; 5) Aksesibilitas, dan 6) Karakteristik Daerah. Saat ini ada 183 kabupaten yang masuk katagori daerah tertinggal (indeks dibawah rata-rata nasional).

Untuk mempercepat konektivitas antar daerah tertinggal di sepanjang koridor ekonomi dan di sekitar pusat pertumbuhan, dalam rangka penguatan daya saing dan skala investasi daerah tertinggal Kementerian PDT mengupayakannya melalui peningkatan kerjasama antardaerah dengan pendekatan Regional Management (RM) bersinergi dengan 2 revitalisasi Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET).

Sebaran 183 Kabupaten Lokus dan Fokus KPDT


No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Wilayah SUMATERA JAWA & BALI KALIMANTAN SULAWESI NUSA TENGGARA MALUKU PAPUA JUMLAH Jumlah Kab 46 9 16 34 28 15 33 183 % 25% 5% 9% 19% 15% 8% 19% 100%

MALUKU 8%

PAPUA 19%

SUMATERA 25%

NUSA TENGGARA 15%

SULAWESI 19%

JAWA-BALI 5% KALIMANTAN 9%

KBI 30% KTI 70%

Wilayah KBI KTI JUMLAH

Jumlah Kab 55 128 183

% 30% 70% 100%

PETA LOKASI 183 KABUPATEN DAERAH PETA LOKASI DAERAH TERTINGGAL DI INDONESIA TERTINGGAL

DAERAH TERTINGGAL DAERAH MAJU


N
1000 50 kab

Keluar
0 1000

2004
S

50 kab

Akan dikeluarkan 2000 Kilometers 2014

2009
DOB 34

199 kab
Tambah

183 kab
4 4

KERANGKA STRATEGI KEBIJAKAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

SASARAN CAPAIAN PPDT DALAM RPJMN 2010-2014 DAN DIREKTIF PRESIDEN


NO 1. INDIKATOR LANGKAH STRATEGIS

Persentase Rata-rata pertumbuhan ekonomi di daerah tertinggal (%)

Meningkatkan koordinasi lintas sektor dalam percepatan pembangunan daerah tertinggal/perbatasan pada tingkat hulu; Mengembangkan perekonomian lokal yang fokus pada sektor unggulan; Meningkatkan konektifitas, sarana dan prasarana pendukung ekonomi di daerah tertinggal khususnya di wilayah timur melalui pelayanan keperintisan laut. Meningkatkan kerjasama antar daerah dengan pendekatan RM.

2.

Persentase Mengembangkan program pengentasan kemiskinan yang terfokus penduduk dan terintegrasi yang sesuai dengan permasalahan utama dan miskin di daerah karakteristik ketertinggalan masing-masing daerah. tertinggal (%) Mengembangkan inisiatif proaktif pemerintah daerah. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di daerah tertinggal Meningkatkan jumlah tenaga pendidikan dan kesehatan dan Meningkatkan sarana pendidikan dan kesehatan, contohnya membangun sekolah berasrama (boarding school) di daerah dengan kondisi geografisnya sulit dan permukiman tersebar, serta membangun rumah dinas bagi tenaga pendidikan dan kesehatan Membuka dan meningkatkan akses terhadap pusat pelayanan dasar khususnya di daerah terpencil dan terisolir Meningkatkan insentif untuk menarik tenaga pendidikan dan 8 kesehatan ke daerah tertinggal& perbatasan

3.

STRATEGI DASAR KEBIJAKAN PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL


Peningkatan Pemanfaatan Potensi Wilayah Pengembangan Infrastruktur Daerah

KESENJANGAN

Peningkatan Investasi dan Perekonomian Daerah DAERAH TERTINGGAL

Penanganan dan Pengembangan Daerah Khusus

KEMISKINAN Penguatan Modal Sosial dan Lingkungan Hidup

PENGANGGURAN

Peningkatan Kualitas Manusia

9
9

KEBIJAKAN PENGEMBANGAN WILAYAH TERTINGGAL DALAM MEWUJUDKAN PEMBANGUNAN YANG LEBIH MERATA DAN BERKEADILAN

1. Pengembangan wilayah diselenggarakan dengan memerhatikan potensi dan peluang keunggulan sumberdaya di setiap wilayah, serta memerhatikan prinsip pembangunan berkelanjutan dan daya dukung lingkungan; 2. Percepatan pembangunan dan pertumbuhan wilayah-wilayah strategis dan cepat tumbuh didorong sehingga dapat mengembangkan wilayah-wilayah tertinggal di sekitarnya dalam suatu sistem wilayah pengembangan ekonomi yang sinergis, tanpa mempertimbangkan batas wilayah administrasi. Tetapi lebih ditekankan pada pertimbangan keterkaitan mata-rantai proses industri dan distribusi. 3. Keberpihakan pemerintah ditingkatkan untuk mengembangkan wilayahwilayah tertinggal dan terpencil, sehingga wilayah-wilayah tersebut dapat tumbuh dan berkembang secara lebih cepat dan dapat mengurangi ketertinggalan pembangunannya dengan daerah lain. 4. Wilayah-wilayah perbatasan dikembangkan dengan mengubah arah kebijakan pembangunan yang selama ini cenderung berorientasi inward looking menjadi outward looking sehingga dapat dimanfaatkan sebagai pintu gerbang aktivitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetanggal
10

PRIORITAS KEGIATAN KEMENTERIAN PDT


TAHUN 2013 - 2014

Upaya pengentasan 50 kabupaten tertinggal (minimal) tahun 2014; Mendukung 6 Koridor Pengembangan Ekonomi Indonesia (MP3EI); Mendukung Klaster 4 Program Pro Rakyat

Fokus Kegiatan dilakukan melalui:


1. Pengembangan Komoditas Unggulan Kabupaten (PRUKAB)

2. Pengembangan Kawasan Perdesaan Terpadu (Bedah Desa)


3. Pengembangan Infrastruktur Dasar Daerah Tertinggal (Sosial, Ekonomi, Energi, Transportasi, dan Infotel) di dukung Penguatan Kelembagaan Masyarakat &

PERAN KPDT DALAM MENDORONG PERTUMBUHAN EKONOMI DAERAH TERTINGGAL DI KSN DAN MP3EI
Kebijakan mainstreaming KPDT antara lain:
Bedah desa (Integrated Rural Development) merupakan metode manajemen pelaksanaan pembangunan perdesaan yang digunakan untuk mengelola penyediaan input dan proses kegiatan secara terpadu. Program bedah desa mengintegrasikan transformasi ekonomi, sosial, budaya dan lingkungan fisik dalam tata ruang wilayah dan kawasan perdesaan di daerah tertinggal secara terpadu dan berkelanjutan. Pengembangan potensi unggulan desa minimal tiga jenis PRU-KAB, untuk memberikan multiplier effect bagi penciptaan lapangan kerja di perdesaan, penyerapan tenaga kerja atau pengurangan tingkat pengangguran, sehingga meningkatkan pertumbuhan ekonomi perdesaan/pendapatan masyarakat perdesaan di kabupaten tertinggal.
RM : pengelolaan wilayah sebagai produk pelaksanaan regionalisasi desentralistik, platform yang dibentuk para aktor regional terkait untuk memobilisasi dan merealisasikan inisiasi pembangunan regional melalui kaidah profesionalisme dalam menghadapi permasalahan pembangunan, melalui pengembangan hubungan kerjasama antardaerah yang saling menguntungkan, dinamis untuk mencapai tujuan bersama.

BEDAH DESA

PENGEMBANGAN PRODUK UNGGULAN KABUPATEN (PRUKAB)

REGIONAL MANAGEMENT (RM) BERSINERGI DENGAN KAPET, DALAM KORIDOR EKONOMI MP3EI

KAPET: salah satu KSN dari Sudut Kepentingan Pertumbuhan Ekonomi, yaitu Kawasan yang memiliki potensi ekonomi yang cepat tumbuh untuk mengatasi permasalahan ketimpangan pembangunan antar wilayah yakni meningkatkan pemerataan pembangunan dan hasil-hasilnya ke seluruh wilayah Indonesia. MP3EI: terdiri 6 Koridor Ekonomi, melakukan pengembangan pusat-pusat pertumbuhan ekonomi dengan cara mengembangkan klaster industri dan Kawasan Ekonomi Khusus (KEK). Pengembangan pusat-pusat pertumbuhan tersebut disertai dengan penguatan konektivitas antar pusat-pusat pertumbuhan ekonomi, antara pusat pertumbuhan ekonomi dengan lokasi kegiatan ekonomi lain, serta infrastruktur pendukungnya. 12

SINERGI PROGRAM ANTAR SEKTOR (K/L DAN SKPD) MELALUI PENDEKATAN KEWILAYAHAN

SEKTOR-SEKTOR

SEKTOR-SEKTOR

PERCEPATAN PEMBANGUNAN DAERAH TERTINGGAL

KAWASAN PERDESAAN TIDAK SINERGIS ANTAR SEKTOR, DI SUATU KAWASAN

KAWASAN PERDESAAN SINERGIS ANTARSEKTOR, DI SUATU KAWASAN


13

14 SINERGI RM DALAM PENGEMBANGAN WILAYAH STRATEGIS Koridor Ekonomi (MP3EI): KAPET KSCT - RM
KAPET KSCT RM: merupakan pendekatan pengembangan wilayah berbasis kekuatan ekonomi lokal, dalam pengembangan kawasan, diperlukan SINERGI dalam perencanaan dengan sinkronisasi penyusunan program pembangunan antarsektor terkait. Sehingga lokasi RM dapat diintegrasikan pada kawasan-kawasan yang sudah dideliniasi dalam cakupan KSCT dan wilayah KAPET.

KAPET merupakan perwujudan kepedulian (affirmative policy) Pemerintah berdasarkan amanat UUD 1945 terkait tanggung jawab negara dalam pemerataan pembangunan di seluruh wilayah nasional, sedangkan
KSCT akan menjadi sentra produsen (hulu) dari KAPET, sementara koridor ekonomi melalui pengembangan konektivitasnya akan menghubungkan sentra-sentra KSCT ke KAPET dalam bentuk klaster ekonomi kawasan, dan pusat-pusat pertumbuhan MP3EI/KEK.

RM fokus pada pengelolaan KAD pada bidang tertentu yang disepakati (misal: pengelolaan potensi ekonomi/produk unggulan yang sama antar daerah, pengelolaan infrastruktur antar daerah, pengelolaan lingkungan antar daerah, dsb) melalui komitmen pembagian peran dan share antar daerah, misal: wilayah produksi, wilayah industri dan pemasaran).
RM merupakan inisiatif Pemerintah Daerah berbasis pada kesamaan tujuan dan bargaining position, dikembangkan berdasarkan perencanaan dari bawah dituangkan dan disepakati dalam Forum Regional (FR), menjadi Renstra 5 tahunan dan Renaksi 1 tahunan disusun pengelola RM (Bappeda Provinsi) melalui mekanisme Musrenbang & Musyarawah FR RM tiap tahun, serta Rencana Bisnis yang disusun bersama stakeholders swasta terkait. Untuk mendukung Revitalisasi KAPET, RM yang BERADA DI WILAYAH KAPET Renaksinya disinergikan dengan Rencana Tata Ruang Renaksi KAPET & RTRWP/RTRWK.
14

MEMBANGUN KAWASAN YANG KOMPREHENSIF DAN TERPADU ANTARA KAPET-KPBPB-KEK


Minapolitan
Kab. B
KARET

Kab. A
PERIKANAN

KAPET

Kawasan strategis sebagai pendorong pengembangan ekonomi daerah dimana : 1. KAPET merupakan kawasan untuk meningkatkan nilai tambah KSCT komoditas unggulan. (Dalam KAPET terdiri KSCT/RM, Agropolitan, Minapolitan) sebagai sentra produsen bahan baku komoditas unggulan, pemerataan KAPET pertumbuhan,
KAKAO

PUSAT KAPET

MP3EI

KEK
Agropolitan

2. KPBPB/KEK/MP3EI merupakan pusat pertumbuhan: pusat industri/ perdagangan/ pasar, jasa (sebagai hilir) percepatan pertumbuhan

KPBPB
Kab. D

RM
Kab. C

3. Ketiganya dihubungkan dengan sistem konektivitas yang fungsional dalam hubungan hulu-hilir

PROGRESS 14 RM TAHUN 2013 (8 RM BISA BERSINERGI DENGAN 5 KAPET)


PROV. ACEH PROV. KALBAR PROV. SULTENG PROV. NTB PROV. NTT 1. RM BEUJADI 2. RM SINGBEBAS, 3. RM KAPUAS 4. RM NAROSO 5. RM JONJOK BATUR, 6. RM PULAU SUMBAWA 7. RM PULAU TIMOR, 8. RM PULAU SUMBA 1. KAPET BAD 2. KAPET KHATULISTIWA 3. KAPET PALAPAS 4. KAPET BIMA 5. KAPET MBAY

STATUS RM YG BERSINERGI DENGAN KAPET 5 RM SUDAH MOU : RM BEUJADI, RM SINGBEBAS, RM NAROSO, RM JONJOK BATUR, RM SUMBAWA (RENCANA AKSI MASIH DIREVIEW DAN ADA YG BELUM DISUSUN) 3 YG BELUM MOU: RM KAPUAS, RM KAWASAN NTT, RM SUMBA (BELUM ADA RENCANA AKSI)

16

CONTOH SINERGI RM JONJOK BATUR DAN RM SUMBAWA BERSINERGI DENGAN KAPET BIMA (PROV. NTB)

RM JONJOK BATUR Kab Lombok Tengah Kab Lombok Barat Kab Lombok Timur

RM PULAU SUMBAWA Kab Sumbawa Barat, Kab Sumbawa, Kab. Dompu, Kab. Bima, Kota Bima

KAPET BIMA (Kab. Bima, Kota Bima, Kab. Dompu)


17

PERAN MP3EI DALAM PENGEMBANGAN EKONOMI WILAYAH DI DAERAH TERTINGGAL


1. Peningkatan produktivitas dan nilai tambah pengelolaan sumber daya alam melalui perluasan dan penciptaan rantai kegiatan dari hulu sampai hilir secara berkelanjutan. 2. Pembangunan ekonomi yang beragam dan inklusif, dihubungkan dengan wilayah-wilayah lain di luar koridor ekonomi, agar semua wilayah di Indonesia berkembang sesuai potensi masing-masing. 3. Sinergi pembangunan sektoral & wilayah guna meningkatkan keunggulan komparatif & kompetitif regional, nasional, global. 4. Pembangunan konektivitas yang terintegrasi antara sistem transportasi, logistik, serta komunikasi dan informasi untuk membuka akses daerah, khususnya daerah tertinggal. 5. Pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, kemudahan peraturan, perijinan,pelayanan publik dari Pemerintah Pusat dan Daerah, 18 khususnya di daerah tertinggal yang potensial investasi

PERANAN KPDT DALAM MENDORONG INTEGRASI & SINERGI KSN (KAPET), RM & MP3EI
Terkait PDT Dalam MP3EI: Daerah Tertinggal harus dapat ditingkatkan pembangunan ekonomi wilayahnya, sehingga kemajuan pada koridor-koridor ekonomi dapat memberikan sinergi terhadap PPDT disekitar koridor ekonomi serta menggerakkan dan mempercepat pengelolaan potensi ekonomi di daerahdaerah tertinggal secara optimal. Dampaknya, agar pada masa datang posisi tingkat perkembangan perekonomian daerah-daerah tertinggal dapat diupayakan sejajar dengan daerah lain yang lebih maju. KEBIJAKAN DAN STRATEGI: 1. Melakukan Fungsi Fasilitasi, Koordinasi, Sinkronisasi, dan Akselerasi Pembangunan Daerah Tertinggal. 2. Pelaksanaan Kebijakan Mainstreaming KPDT: Bedah Desa, Prukab, Pengembangan Wilayah Strategis melalui peningkatan KAD dengan pendekatan Regional Management (RM) 3. Pemberian Dana Dekonsentrasi pada 9 Provinsi dalam Pengembangan 14 RM (2013), dan 13 Provinsi Tahun 2014. 4. KPDT Sebagai Ketua Alternate Dalam Monitoring Dan Evaluasi Implementasi PPDT di Koridor Ekonomi Papua dan Kepulauan Maluku .
19

Tujuan, Lingkup & Output Kegiatan Dekonsentrasi Fasilitasi Pengembangan RM


TUJUAN : meningkatkan peran provinsi dalam pelaksanaan koordinasi, fasilitasi, dan pembinanan untuk: pembentukan, penguatan, dan pengembangan RM di daerah tertinggal.
Lingkup dan Output:

1. Pembentukan, penguatan dan pengembangan Regional Managemen (RM) Output:


Terlaksananya MoU antar kepala daerah kabupaten/kota untuk bekerjasama pengembangan ekonomi wilayah strategis dengan pendekatan RM (bagi yang belum); dalam

2. Koordinasi dan Monev dalam pembentukan dan penguatan kelembagaan RM bersinergi


dengan Revitalisasi KAPET dalam rangka penguatan daya saing dan skala investasi daerah tertinggal, sesuai kesepakatan bersama Output:

a. Terbentuknya kelembagaan dalam upaya penguatan dan pengembangan RM b. Terlaksananya Rapat-rapat Koordinasi, Sinkronisasi dan Konsultasi dalam rangka
pembentukan, penguatan kelembagaan RM di tingkat regional dan nasional, dan dalam penyusunan Rencana Aksi Pengembangan RM; c. Terlaksananya Musyarawah Rencana Pembangunan Regional yang melibatkan pemerintah daerah dalam lingkup RM dan stakeholder terkait.

3. Pengembangan jejaring kerjasama antar stakeholder pemerintah pusat, pemerintah daerah,


sektor swasta atau masyarakat pelaku usaha, serta unsur perguruan tinggi dalam pengelolaan RM Output: Terbangunnya jejaring kerjasama stakeholder dalam rangka penyusunan dan pelaksanaan rencana aksi pengembangan RM.

4. Penyusunan Dokumen Perencanaan Pengembangan RM Output: Tersusunnya dokumen


Rencana Induk dan Rencana Aksi Pengembangan RM yang disepakati pemerintah provinsi bersama kabupaten/kota terkait RM.

LOKASI DEKON TAHUN 2013 PENGEMBANGAN RM


NO 1 PROVINSI ACEH SUMATERA UTARA 1. RM BERSINERGI DENGAN KAPET RM Beujadi (Bireun, Pidie Jaya, Pidie) KAPET Banda Aceh Darussalam (Kota Banda Aceh, kab: Aceh Besar, Pidie) BIDANG KERJASAMA Kakao dan Padi

2.

RM Like Toba (Samosir, Karo, Dairi, Simalungun, Humbahas, Tapanuli Utara, Pakpak Barat)

Pariwisata

3. RM Nias (Nias, Nias Barat, Nias Selatan, Nias Utara, Gunungsitoli) 3 BENGKULU 4. RM Janghiangbong (Rejang Lebong, Kepahiang, Lebong) 5. RM KAUKUS SETARA KUAT (Bengkulu Utara, Bengkulu Selatan, Kaur, Lampung Barat, UKU Selatan) 4 KALIMANTAN BARAT 6. RM Singbebas (Singkawang, Bengkayang, Sambas) KAPET Khatulistiwa (Kota Singkawang, Kab: Bengkayang, Sambas, Sanggau, Sintang, Landak, Kapuas Hulu) Pariwisata Darat & Perikanan

Pertanian/perkebunan Pariwisata & perdagangan didukung industri & agrobisnis

7. RM Kapuas (Sanggau, Kapuas Hulu, Sekadau, Sintang, Melawi)


5 SULAWESI SELATAN SULAWESI TENGAH NUSA TENGGARA BARAT 8 8. RM Aksess (Bulukumba, Bantaeng, Jeneponto, Sinjai, Selayar) KAPET Pare-Pare (Kota Parepare, Barru, Sidrap, Pinrang, Enrekang) Rumput laut dan jagung

9. RM Naroso (Sigi, Donggala, Parigi Moutong, Kota Palu) KAPET Palapas (Palu, Donggala, Parigi Moutong, Sigi)
10.RM Jonjokbatur (Lombok: Timur, Barat, Utara, Tengah, Kota Mataram) 11. RM P. Sumbawa (Sumbawa Barat, Sumbawa, Dompu, Bima, Kota Bima) KAPET Bima (Kab: Bima, Dompu, Kota Bima) 12. RM Kawasan NTT (Kupang, TTU, TTS, Ngada, Belu) Kapet Mbay (Kabupaten Ngada, Pulau Flores) 13. RM Sumba (Sumba Barat, Sumba Barat Daya, Sumba) 14. RM TABI (Keerom, Sarmi, Jayapura) Kapet Biak/Teluk Cendrawasih (Kab:Biak Numfor,Yapen,Waropen,Supiori,

Peternakan Kakao

(sapi)

dan

Pariwisata didukung Ekonomi Kreatif Jagung dan Sapi Sapi

NUSA TENGGARA
TIMUR

PAPUA

Kakao dan kelapa sawit

INTEGRASI PELAKSANAAN PEMBANGUNAN KEWILAYAHAN UNTUK PPDT MELALUI RM


KEBIJAKAN NASIONAL
Sektor perindustrian: kebijakan penyediaan sarana dan prasarana pengolahan, teknologi pengolahan Sektor perdagangan: kebijakan Pasar Nasional dan internasional/ekspor Sektor hukum: kebijakan branding produk unggulan/ HAKI Sektor energi dan komunikasi: kebijakan peningkatan jaringan listrik dan telekomunikasi Sektor PU/ Perhubungan: Penyediaan infrastruktur jalan nasional dan irigasi, pelabuhan, bandara Sektor Pertanian, Perikanan: Kebijakan distribusi sarana prasarana produksi, teknologi pengolahan

Pasar Domestik, Nasional, Internasional

RENAKSI RM (Kawasan Pusat Pertumbuhan)

Daerah Tertinggal Daerah Tertinggal

Daerah Maju

KEBIJAKAN PROVINSI
Kebijakan :penyediaan infrasturktur jalan provinsi, kebijakan standar upah, kerjasama antar provinsi

Daerah tertinggal/ Perbatasan

Daerah Tertinggal/ Perbatasan

KEBIJAKAN KABUPATEN
Kebijakan : penyediaan infrastruktur jalan kabupaten, kebijakan perpajakan dan pungutan, pengendalian dampak lingkungan, kerjasama antar kabuapaten

INTEGRASI PENGEMBANGAN KAWASAN (MP3EI, KEK, FTZ, KAPET, RM)


RM BEUJADI RM LAKE TOBA RM KAPUAS

RM SINGBEBAS RM PALAPAS RM SUMBAR

RM PAPUA BARAT RM PAPUA

RM SERAM RM AKSESS RM JONJOK BATUR

RM (2013) : 9 Prov, 14 RM RM (2014) : 4 Prov, 4 RM)

RM NIAS

RM KAUKUS SETARA KUAT

RM SUMBAWA

RM TIMOR RM SUMBA

RM JANGHIANGBONG

A. Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal diperlukan dukungan keberlanjutan komitmen K/L dan Daerah, baik dalam kerangka kebijakan & kerangka alokasi anggaran yang berpihak pada daerah tertinggal. Utamanya fokus pada upaya peningkatan Laju Pertumbuhan Ekonomi, Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan IPM di DTnuntuk pencapaian sasaran PN 10 RPJMN 2010-2014. B. SINERGI Pembangunan berbasis kewilayahan dalam Pengelolaan RM, KSCT dan Kapet melalui Kerjasama Antar Daerah adalah PENTING karena: 1. RM fasilitasi KPDT dibentuk dengan memperhatikan situasi dan kondisi regional yang ada serta berdasarkan keinginan (visi) para stakeholder regional, hal tersebut sejalan era Otonomi Daerah dengan organisasi pengelola RM yang dibentuk berdasarkan inisiatif daerah (bottom up). 2. Kapet atas fasilititasi Kementerian PU dan Kemenko Perekonomian sedang melakukan revitalisasi dan reformulasi KAPET untuk menjamin percepatan pembangunan dan optimalisasi pengembangan ekonomi di wilayah KAPET yang secara spasial sebagian besar wilayah sekitarnya masih banyak daerah tertinggal. 3. Banyak lokasi Kapet berimpitan dengan lokasi RM, sehingga terdapat dua organisasi pengelola wilayah (RM dan Kapet); 4. Perlu sinkronisasi kegiatan lembaga Kerjasama Antar Daerah (Regionalisasi/RM), KSCT, Kapet, Biro KAD, dll, sehingga meningkatkan efisiensi dan efektifitas pendanaan organisasi dalam mencapai tujuan PPDT. 24

Вам также может понравиться