Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
BAB I PENDAHULUAN
1.1. LATAR BELAKANG
Sejarah peradaban manusia dapat dibagi menjadi tiga zaman, yaitu zaman batu, zaman perunggu dan besi. Batu, perunggu dan besi ternyata merupakan material yang melambangkan penggunaan populer di zaman-zaman tersebut. Material-material terdapat disekitar kita telah menjadi bagian dari kebudayaan dan pola pikir manusia bahkan telah menyatu dengan kehidupan manusia, dan tidak saja merupakan bagian gaya hidup melainkan turut memegang peran penting dalam kesejahteraan dan keselamatan bangsa. Apakah hakekat material itu? Bagaimana memahami, mengolah dan menggunakannya? Material dengan sendirinya merupakan bagian dari alam
semesta, akan tetapi lebih terinci bahwa material-material adalah benda yang dengan sifat-sifatnya yang khas dimanfaatkan dalam bagunan, mesin, peralatan atau produk. Termasuk di dalamnya logam, keramik, semi konduktor, polimer (plastik), gelas, dielektrik, serat, kayu pasir, batu dan berbagai komposit. Material-material yang digunakan manusia mengikuti siklus bahan mulai dari ekstraksi, pembuatan sampai pelapukan. Material mentah diambil dari bumi melalui penambangan, pengeboran, penggalian; kemudian diolah menjadi bahan baku seperti logam, batu belah, material petrokimia, kayu gelondongan; kemudian diolah menjadi material-material teknik seperti kawat listrik, besi beton, plastik dan kayu lapis, untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Akhirnya stelah digunakan selama beberapa waktu, material-material tersebut kembali ke aslinya, ke bumi sebagai material bekas/sisa (scrap) atau memasuki siklus untuk diolah kembali dan digunakan lagi sebelum dibuang.
BAB I PENDAHULUAN
Suatu aspek yang sangat penting dalam konteks siklus material adalah kaitan yang erat antara material, energi dan lingkungan. Hal ini berarti bahwa ketiga-tiganya harus diperhitungkan dalam perencanaan nasional dan penkajian teknologi. Pertimbangan-pertimbangan ini menjdi sangat penting karena
meningkatkan kelangkaan energi dan material, pada saatnya dimana penduduk bumi mulai sadar akan arti lingkungan hidup yang baik. Sebagai contoh, bila aluminium bekas dapat diolah kembali secara efektif, maka hanya diperlukan seperdua puluh dari energi untuk mengolah aluminium primer dari biji setiap atomnya, dan bumi tidak perlu dikeruk penambangan. Penemuan material baru yang diikuti dengan aplikasi akan memberikan perubahan dalam masyarakat. Kebenaran hal ini dapat diamati dari kemajuan yang pesat dari berbagai bidang seperti energi, telekomunikasi, multimedia, komputer, kontruksi dan tranportasi. Kita tidak mungkin naik pesawat jet jarak jauh bila tidak ditemukan material baru untuk pembuatan mesin jet yang berada dengan mesin lainnya. Juga aplikasi komputer dalam segala bidang tak mungkin ada bila teknologi material untuk rangkaian mikrolelektronik tidak mengalami kemajuan pesat seperti sekarang. Pada saat ini dimana dunia terasa semakin kecil, faktor jarak hampir tidak berpengaruh dalam komunikasi. Itupun tidak luput dari pesatnya perkembangan aplikasi material dalam telekomunikasi. Pendek kata penemuan dan aplikasi material baru dapat membuat dunia baru yang boleh jadi tidak pernah dibayangkan oleh si penemunya sendiri. Penemuan semikonduktor tidak pernah membayangkan sebelumnya bahwa dengan semikonduktor akan terjadi revolusi komunikasi. Dalam memasuki milenium ketiga perlu juga diantisipasi material baru apa yang akan diaplikasikan sehingga terjadi sesuatu yang baru di alam global. Jelaslah, bahwa dalam perkembangan pengetahuan, orang melihat bahwa ilmu dan teknologi material melangkah maju dalam perbendaharawan ilmu. Secara ringkas, ilmu dan teknologi material, meliputi pengembangan dan penerapan
BAB I PENDAHULUAN
pengetahuan mengenai hubungan antara komposisi, struktur dan pemrosesan material dengan sifat-sifat dan pemakaiannya. Seorang ahli teknik (insinyur) mengadaptasi material dan energi untuk keperluan masyarakat. Profesi sebagai insinyur harus dibekali dengan
pemahaman tentang material. Dalam menjalankan tugas kereyakasaan selalu dihadapkan dengan pemilihan material yang cocok dan tidak jarang harus melakukan modifikasi atau proses supaya memenuhi syarat-syarat teknoekonomis. Seorang insinyur elektro harus berbekal diri dengan pemahaman material-material yang terkait dengan dunia elektroteknik. Gambar 1.1 berikut ini memperlihat kaitan yang erat antara struktur, sifat, proses, fungsi dan kinerja material.
Pengetahuan Ilmiah
Pengetahuan Empiris
Gambar 1.1. Gambaran unsur ilmu dan teknologi material dan kaitannya dengan aliran pengetahuan ilmiah dan pengetahuan empiris
Ilmu dasar dan keteknikan sangat diperlukan untuk mengetahui struktur material. Dan pihak masyarakat sebagai pengguna memerlukan suatu kinerja (performance) tertentu dari material tersebut. Dari kedua arah ini dilakukan investigasi sifat (properties) material dan selanjutnya dilakukan pemrosesan untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Dalam siklus proses di atas maka baik pengalaman ilmiah (scientific) maupun pengalaman empiris sangat diperlukan.
BAB I PENDAHULUAN
Teknologi material mencakup sintesa dan penerapan ilmu dasar maupun ilmu empiris untuk pengembangan, persiapan, modifikasi dan memanfaatkan material untuk memenuhi kebutuhan tertentu. Jelas bahwa perbedaan antara ilmu material dan teknologi material terletak pada cara pendekatan atau titik berat perhatian; tidak ada garis pemisah antara kedua daerah tersebut dan akan lebih masuk akal bila keduanya digabungkan dan disebut ilmu dan teknologi material. Jadi jelas bahwa ilmu dan teknologi material merupakan suatu bidang yang serba guna dan sangat luas, mulai dari atom dan elektron dalam alam mikro hingga pengetahuan mengenai fungsi dan penggunaan material untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Bagian lingkar dalam gambar 1.2 melukiskan pengetahuan manusia, mulai dari pengetahuan dasar (bagian inti), meluas ke pengetahuan terapan (bagian tengah) hingga ke berbagai bidang teknologi (bagian kulit luar). Di pusat terdapat fisika dan kimia diapit oleh matematika dan mekanika; dan bila bergeser ke luar kita jumpai berbagai disiplin terapan. Bagian dari bagian ini yang berwarna semu gelap di sebelah kanan adalah sektor ilmu dan teknologi material, yang dapat dibandingkan dengan sektor lainnya.
REKAYASA
MESIN KIMIA METALURGI KERAMIK ILMU DAN TEKNOLOGI BAHAN LISTRIK NUKLIR RUANG ANGKASA
BIOLOGI
POLIMER
BAB I PENDAHULUAN
Ilmu dan teknologi material bersifat antar-disiplin yang mecakup beberapa disiplin (seperti metalurgi dan keramik) dan sub disiplin (seperti fisika zat padat dan kimia polimer) lainnya dan mungkin tumpang-tindih dengan beberapa disiplin teknik. Dengan sendirinya banyak ilmuwan dan ahli teknik yang menjadi ahli material - ahli metalurgi, keramik dan ahli kimia polimer diri dalam ilmu dan teknologi material. Perlu dicatat, menurut data statistik pemerintah Amerika terbukti bahwa satu diantara enam jam kerja ahli teknik tercurahkan pada permasalahan dan penggunaannya. Perbandingan ini makin besar untuk ahli kimia dan fisika. Akibatnya, sekitar setengah juta ilmuwan dan ahli teknik (seluruhnya kurang lebih dua juta orang) menghasilkan karya dibidang ini demi peningkatan produk dan kesejahteraan nasional. Ilmu dan teknologi material merupakan bidang kerja para ahli dalam berbagai disiplin, mereka menyelidiki proses alam dan bersamaan dengan itu memajukan pengetahuan memenuhi tantangan kebutuhan manusia yang semakin meningkat. Sifat-sifat material yang diinginkan sangat banyak, termasuk sifat mekanik (kekuatan, kekerasan, kekakuan, keliatan, keuletan, kekuatan impak dsb), sifat-sifat listrik (daya hantar, dielektrik, dsb), sifat magnetik (permeabilitas, koersivitas, histerisis, dsb), sifat-sifat termal (panas jenis, pemuaian, konduktivitas, dsb); sifat-sifat kimia (reaksi kimia, kombinasi, korosi, dsb), sifat-sifat fisik (ukuran, massa jenis, struktur, dsb) dan masih banyak lainnya. Kebanyakan sifat-sifat tersebut ditentukan oleh jenis dan perbandingan atom yang membentuk material, yaitu unsur dan komposisinya. kemudian melibatkan
BAB I PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
b.
Material semikonduktor, sifat hantaran listrik dipengaruhi oleh adanya energi dari luar, seperti tegangan, temperatur, iluminasi dan faktor-faktor lain. Pada temperaur 0 oK material ini bersifat sebagai material isolator. Sedangkan pada temperatur di atas 0 oK seperti pada temperatur ruang (300 oK) bersifat sebagai konduktor.
c.
Material insolator atau dielektrik, bersifat tidak menghantarkan (isolasi) arus listrik.
d. Material magnetik, material yang dapat dimagnetisasi bila ditempatkan dalam pengaruh medan megnetik. Beberapa diantaranya tetap memiliki sifat magnetik setelah tidak dipengaruhi medan magnet lagi. Sedangkan material non-magnetik tidak dapat dimagnetisasi bila ditempatkan dalam suatu medan magnetik.
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
2.1. STRUKTUR ATOM Tiap atom terdiri dari suatu nukleus yang sangat kecil mengandung proton dan neutron yang dikelilingi oleh perputaran elektron. Baik elektron maupun proton adalah bermuatan listrik, besarnya muatan listrik tersebut adalah 1,6 x 10-19 Coulomb. Elektron bermuatan negatip, proton bermuatan positip sedangkan neutron bermuatan netral. Massa partikel subatom tersebut sangatlah kecil, proton dan neutron memiliki massa yang hampir sama sebesar 1,6 x 10-27 kg, massa tersebut lebih besar dari massa elektron sebesar 9,1 x 10-37 kg. Tiap unsur kimia dikarekterisasi dengan jumlah proton dalam nukleus atau nomor atom (Z). Untuk atom netral atau atom kompleks, nomor atom sama dengan jumlah elektron. Setiap unsur memiliki nomor atom tersendiri, khususnya
elektron yang paling luar menentukan sifat-siafat yang diutamakan dalam teknik, yaitu: Menentukan sifat-sifat kimia, Menentukan ikatan antara atom-atom, dengan demikian menentukan
karakteristik mekanik dan kekuatan, Menentukan ukuran atom dan mempengaruhi konduktivitas listrik material, Mempengaruhi karakteristik optik. Massa atom A dari atom spesifik dinyatakan sebagai jumlah massa proton dan neutron dalam nukleus. Walaupun jumlah proton sama untuk semua atom dari suatu elemen, jumlah neutron N dapat menjadi variabel. Sehingga, atom dari beberapa elemen mempunyai dua atau lebih massa atom yang berbeda disebut isotop. Berat atom berkaitan dengan rata-rata berat massa atomik dari atom secara alamiah menjadi isotop. Satuan massa atom, amu (atomic mass unit) digunakan untuk perhitungan berat atom. 1 amu didefinisikan sebagai 1/ 12 massa atom dari isotop karbon, karbon 12 ( 12C): (A = 12,00000). Massa proton dan neutron adalah sedikit lebih besar dari satu, dengan persmaan A Z+N (2.1)
Berat atom suatu elemen atau berat molekul dari suatu campuran secara spesifik berdasarkan amu per atom (molekul) atau massa per mole material. Dalam satu mole zat adalah 6, 023 x 1023 (bilangan Avogadro) atom atau molekul. Perhitungan berat dua atom berkaitan dengan persamaan berikut, 1 amu/atom (atau molekul) = 1 g/mole Contoh, berat atom besi adalah 55,85 amu/ atom atau 55,85 g/ mole. Kadangkadang menggunakan amu per atom atau molekul dikonversi dengan cara lain g (atau kg)/mole.
2.2. MODEL ATOM Menurut model atom Bohr, suatu atom terdiri atas sebuah inti yang bermuatan positip, yang dikelilingi oleh sebuah inti yang bermuatan positip, yang dikelilingi oleh sebuah atau lebih elektron yang bermuatan negatip sehingga atom tersebut netral (muatan inti + muatan elektron neutron = 0).
Tempat-tempat kedudukan elektron sudah tertentu dan terdiri dari beberapa kulit (shell) yang masing-masing disebut K, L, M, N dan seterusnya, dengan konfigurasi sebagai berikut: N M L K inti
Gambar 2.1. Model atom Bohr, beserta tempat-tempat kedudukan elektron K u l i t: Pertama Kedua Ketiga Keempat : : Ke X : X dapat menampung maksimum 2 X2 elektron Susunan dan konfigurasi elektron atom unsur-unsur pada setian kulit dan subkulit seperti diperlihatkan pada Tabel 2.1.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
: K dapat menampung maksimum 2 elektron : L dapat menampung maksimum 8 elektron : M dapat menampung maksimum 18 elektron : N dapat menampung maksimum 32 elektron
10
H He Li Be B C N O F Ne Na Mg Al Si P Si Cl A K Ca Se Ti V Cr Mn Fe Co Ni Cu Zn Ga Ge As Se Br Kr Rb Sr Y Zr Nb Mo Tc Ru Rh Pd Ag Cd In Sn
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
1 2 3 5 5 6 7 8 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
1 2 3 4 5 6 7 8 10 10 10 10
1 2 2 2 1 1 1 1 1 1 2 2 1 2 2
Sb Te I Xe Cs Ba La Ce Pr Nd Pm Sm Eu Gd Tb Dy Ho Er Tm Yb Lu Hf Ta W Re Os Ir Pt Au Hg TI Pb Bi Po At Rn Fr Ra Ac Th Pa U Np Pu Am Cm Bk Cr Es Fm
1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 3 4 5 6 9 9 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10 10
5 5 6 7 8 9 10 11
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 0 1 1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
1 2 3 4 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
1 2 3 4 1 1 1 1 1 1 1
1 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
11
Jika diteliti lebih lanjut konfigurasi elektron ini terpecah lagi menjadi grup-grup kwantum menurut notasi spektroskopi sebagai berikut: K menjadi 1 s L menjadi 2 s, 2 p M menjadi 3 s, 3 p, dan 3 d N menjadi 4 s, 4 p, 4 d dan 4 f Dimana subkulit: s dapat menampung maksimum 2 elektron p dapat menampung maksimum 6 elektron d dapat menampung maksimum 10 elektron f dapat menampung maksimum 14 elektron.
2.3. STRUKTUR KRISTAL Wujud material-material listrik dapat diklasifikasikan sebagai zat padat, cair dan gas. Selain dari fasa-fasa wujud tersebut, terdapat tiga wujud gas terionisasi yaitu plasma. Semua logam, sebagian besar keramik dan beberapa polimer membentuk kristal ketika bahan tersebut membeku. Dengan ini dimaksudkan bahwa atom-atom mengatur diri secara teratur dan berulang dalam pola 3 dimensi, struktur semacam ini disebut kristal. Struktur zat padat dapat digolongan sebagai monokristal, polikristal, amorphous amorphous-kristal. a. Monokristal Zat monokristal bersifat homogen dan mempunyai susunan atom-atom yang teratur di seluruh bagian dan membentuk sel-sel kristal yang identik dan periodik. Sel-sel kristal tersebut sebagai sel primitif (sel satuan). Sel satuan ini yang mempunyai volume terbatas, masing-masing memiliki ciri yang sama dengan kristal secara keseluruhan.
12
Sel primitif ini dibentuk oleh tiga vektor dasar a, b, c yang tersusun secara berulang di dalam bahan dengan vektor pergeseran (translation vektor): R = n1 a + n2 b + n3 c (n1, n2, n3 = 0, , , 1, 2, ..........)
tersebut. Ada tujuh sistem kristal, dengan karakteristik geometriknya seperti tercantum dalam Tabel 2.2. Tabel 2.2. Sistem Kristal Sistem Kubik Tetragonal Ortorombik Monoklinik Triklinik Heksagonal Rombohedral Sumbu (axes) a=b=c a=b c a b c a b c a b c a=a c a=a=c Sudut sumbu (axial angles) = = = 90o = = = 90o = = = 90o - - 90o 90o = = 90o; =120o = = 90o
c c b a
120o
a b
(a)
(b)
(c)
Gambar 2.2. Kristal bukan kubik (a) tetrogonal: a1 = b2 c; sudutnya = 90o. (b) Ortorombik a b c; sudutnya = 90 . (c) Heksagonal: a1 = a2 c; sudutnya 90, dan 120o
13
b. Polikristal Bahan polikristal tersusun atas grain-grain kristal kristal yang terikat bersama dan bermacam-macam dengan orientasi yang random. Biasanya arah kristal berbeda-beda, tetapi bila dibuat arahnya tertentu, dikenal sebagai bahan polikristal grainoriented atau textured .
c. Amorphous Bahan Amorphous sama sekali tidak mempunyai susunan atom-atom yang teratur. Berasal dari cairan yang berubah menjadi fasa padat, yaitu dengan menurunkan temperatur yang mencegah terjadinya pembentukan dan
pertumbuhan kristal.
d. Bahan Amorphous-Kristal Bersifat amorphous tetapi terdapat keadaan kristal di beberapa bagian.
2.4. IKATAN ATOM DAN MOLEKUL Ikatan kimia terjadi untuk mendapatkan kondisi lebih stabil dibanding bila berdiri sendiri-sendiri. Secara umum ikatan kimia dibagi dua menjadi kelompok yaitu ikatan primer atau ikatan kuat dan ikatan sekunder atau ikatan lemah. Ikatan primer terdiri dari tiga macam yaitu ikatan ionik, ikatan konvalen dan ikatan logam. (a) Ikatan Ionik Ikatan atom yang paling mudah dijelaskan adalah ikatan ionik, yang terbentuk oleh adanya gaya tarik menarik antara muatan positip dengan muatan negatip melalui gaya Coulomb. Atom-atom unsur Na dan Ca yang masing-masing mempunyai satu dan dua elektron pada orbital valensinya, dengan mudah melepaskan elektron luarnya dan menjadi ion positip. Atom Cl dan O dengan mudah menerima tambahan elektron pada orbital valensinya sampai mencapai
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
14
delapan buah elektron. Dengan menerima satu atau dua elektron, keduanya menjadi ion bermuatan negatip. Gaya elektrostatik antara ion positif dengan ion negatif mencirikan ikatan yang banyak dimiliki bahan dielektrik, inorganik dimana komposisinya terdiri dari ion bukan sejenisnya. Muatan negatip dapat menarik semua muatan positip dan muatan positip dapat menarik semua muatan negatip. Akibatnya, ion natrium dikelilingi oleh sejumlah ion Cl dikelilingi oleh sejumlah ion Na positip. Gaya tarik menarik merata kesegala jurusan. Persyaratan utama dalam material dengan ikatan ion ialah bahwa jumlah muatan positip harus sama dengan jumlah muatan negatip. Jadi komposisi natrium klorida adalah NaCl. Magnesium klorida mempunyai komposisi MgCl2, karena atom magnesium dapat memberikan dua elektron dari kulit valensinya, sedang atom klor hanya dapat menerima satu saja. Karena gaya tarik menarik Coulomb ini melibatkan semua tetangga, bahan dengan ikatn ion sangat stabil, khususnya bila menyangkut ion valensi ganda. Sebagai contoh, bila magnesium dan oksigen bergabung membentuk MgO, energi yang dilepaskan adalah 570 kJ/ mol (136.000 kalori) per 0,6 x 1024 ion Mg2+ dan 0,6 x 1024 ion O2-. Jadi MgO harus dipanaskan sampai sekitar 2800 oC sebelum mempunyai cukup energi dan mencair. (b) Ikatan Kovalen Ikatan kovalen terbentuk dengan adanya pemakaian bersama elektronelektron. Jenis ikatan ini dimiliki oleh atom-atom material semikonduktor dan banyak ditemui pada atom diatomik seperti H2, O2, N2, F2, karbon, Si, Ge dan kebanyakan polimer. Sebagai contoh atom oksigen yang mempunyai nomor atom 8 mempunyai konfigurasi elektron 1s1 2s2 2p4. 2p4 menjadi 2p6. Dalam ikatan kovalen makin banyak elektron dipakai bersama maka energi ikatan akan semakin besar dan hal ini menyebabkan panjang ikatan semakin Konfigurasi elektron ini dapat
menjadi stabil seperti konfigurasi Neon dengan saling memakai 2 elektron pada
15
pendek. Sebagai contoh karbon dengan satu ikatan C-C mempunyai energi ikatan 370 kJ/mol dengan panjang ikatan 1,54 A sedangkan untuk ikatan rangkap C=C melibatkan energi 680 KJ/mol dengan panjang ikatan 1,3 A. harga energi dan panjang ikatan untuk beberapa material dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 2.3. Energi dan panjang ikatan beberapa material Ikatan C-C C=C C=C C-H C-N C-O C=O C-F C-Cl O-H O-O N-O N-H F-F Energi Ikatan (kJ/mol) 370 680 890 435 305 360 535 450 340 500 220 250 430 160 Panjang Ikatan (A) 1,54 1,3 1,2 1,1 1,5 1,4 1,2 1,4 1,6 1,0 1,5 1,2 1,0 1,4
(c) Ikatan Logam Ion-ion logam berikatan yaitu antara ion positif dan elektron valensi yang telah terlepas dari atomnya. Ikatan logam lebih lemah daripada ikatan kovalen bahan semikonduktor. Ikatan logam dijumpai pada logam. Atom-atom logam tersusun secara teratur membentuk suatu pola tertentu. Elektron terluar (elektron valensi) dari suatu atom mengalami gaya atraksi dari inti atom beberapa atom lain di sekitarnya. Sehingga elektron-elektron ini tidak menjadi milik suatu atom secara spesifik
akan tetapi membentuk suatu awan elektron milik bersama atom-atom. Sebagai contoh setiap atom tembaga (Cu) yang mempunyai struktur face centered cubic
16
(FCC) bertetangga dengan 12 atom lain dan awan elektron dapat terbentuk dari kelompok atom-atom ini.
(d) Ikatan van der Waals Disamping ketiga ikatan primer di atas masih ada lagi ikatan sekunder yaitu ikatan van der waals dan ikataan hidrogen. Ikatan van der waals muncul pada atom atau molekul yang mempunyai dipol baik permanen atau tidak permanen. Ikatan antara molekul yang ditimbulkan oleh gaya tarik menarik
elektrostatik diantara muatan-muatan yang tidak sejenis dari molekul-molekul. Ikatan ini yang mengikat molekul-molekul dari hidrogen, nitrogen, CO2, dan
bahan-bahan organik. Sifat ikatan molekul adalah lemah, sehingga titik didih dan leleh material-material ini adalah rendah.
2.5. MODEL JALUR ENERGI Bila model atom Bohr pada Gambar 2.1 diperbesar, maka yang terlihat hanya sebagian dari lintasan elektron seperti terlihat pada Gambar 2.3 (a). Untuk mempermudah, maka lintasan elektron pada model atom Bohr dibuat menjadi garis-garis horizontal seperti terlihat pada Gambar 2.3 (b) dan disebut tingkat energi.
Tingkat Energi
R3 R2 R1
Inti atom Lintasan 1 Lintasan 3 Lintasan 2
(a)
(b)
Gambar 2.3 (a) Sebagian dari model atom Bohr, (b) tingkat energi atom
17
Jadi lintasan
energi mempunyai energi yang berbeda-beda. Makin besar jarak lintasan (tingkat energi) dari inti atom, makin besar energi yang dipunyai elektron. Jadi bila atom tersebut mendapatkan tambahan energi, maka elektron dapat pindah ke tingkat energi yang lebih besar. Lintasan-lintasan elektron atau tingkat tingkat energi pada zat, tidak hanya dipengaruhi oleh atom masing-masing lintasan, tetapi juga oleh atom-atom lainnya. Karena setiap elektron pada kristal berada pada posisi berlainan, maka energi dari elektron elektron tersebut tidak sama. Tingkat tingkat energi dari zat padat akan membentuk jalur energi seperti terlihat pada Gambar 2.4.
Energi
ER3
Jalur ketiga
ER2
Jalur kedua
ER1
Jalur pertama
Elektron elektron di jalur energi lebih dalam dari jalur energi valensi karena ikatannya yang kuat dengan inti atom tidak memberikan arti apa-apa pada sifat konduksi material. Elektron elektron di jalur energi valensi apabila memperoleh eksitasi energi luar maka akan meninggalkan jalur energi valensi dan berlaku sebagai elektron bebas. Elektron bebas ini akan bersifat menghantarkan arus listrik. Terdapatnya elektron bebas ini bahan bersifat konduktif.
18
Dalam model jalur energi elektron bebas melakukan konduksi listrik dalam suatu jalur energi yaitu jalur energi konduksi. Karena jalur energi lebih rendah dari jalur energi tidak memberikan arti apaapa bagi sifat konduksi listrik material, maka model jalur energi material disederhanakan dengan hanya terdiri atas jalur energi valensi dan jalur energi konduksi. Pada Gambar 2.5 di bawah ini diperlihatkan model jalur energi material. Antara jalur energi valensi dengan jalur energi konduksi terdapat celah energi (energy gap, Eg). Celah energi menggambarkan berapa energi eksitasi yang diperlukan untuk mengeksitasi elektron valensi menjadi elektron bebas yang memberikan sifat konduksi listrik material.
Gambar 2.5. Model jalur energi suatu bahan (semikonduktor atau Insulator)
Model jalur energi pada Gambar 2.5 menggambarkan keadaan tingkat energi velensi dan konduksi bahan semikonduktor atau insulator, dimana terdapat celah energi Eg > 0. Dalam pembahasan selanjutnya model jalur energi material-
material akan jelas perbedaan kedua bahan tersebut. Elektron-elektron pada material-material konduktor maupun semikonduktor dapat diemisikan ke luar (Evac) material-material tersebut.
19
Terdapat tingkat energi acuan ruang hampa (Evac) di mana perbedaannya dengan tingkat energi Fermi material EF, menyatakan fungsi kerja (work function WF) material tersebut. Fungsi kerja menyatakan berapa energi yang diperlukan bagi elektron bebas di dalam material untuk menjadi elektron bebas di ruang hampa. Pada Gambar 2.6 memperlihatkan model jalur energi dari insulator, semikonduktor, dan konduktor. Untuk insulator dan semikonduktor, masingmasing terdiri dari jalur energi valensi, jalur energi terlarang dan jalur energi konduksi. Sedangkan untuk konduktor, hanya terdiri dari jalur energi valensi dan jalur energi konduksi saja. Bahan-bahan insulator memiliki celah energi yang lebar dengan Eg biasanya > 6 eV. Bahan-bahan semikonduktor memiliki celah energi yang lebih sempit yaitu Eg < 6 eV, biasanya disekitar 1 eV (Si memiliki Eg = 1,1 eV). Sedangkan bahan konduktor tidak memiliki celah energi. Jalur energi konduksi bahan ini berimpit (over lapping) dengan jalur energi valensi jadi tidak ada perbedaan tingkat energi elektron valensi dengan elektron bebas.
Energi Energi Jalur kenduksi Energi
EC Eg 6 eV
Jalur terlarang
Jalur kenduksi
EC Eg 1 eV EV
Jalur valensi
EC EV
EV (a) (b)
(c)
Gambar 2.6. Model jalur energi dari : (a) Isolator; (b) Semikonduktor; (c) Konduktor
20
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
elektroteknik dapat diklasifikasikan ke dalam empat golongan, yaitu: material konduktor termasuk material super konduktor, material semi konduktor, material isolator (dielektrik) dan material magnetik. Penggolongan material tersebut didasarkan pada response setiap material terhadap medan listrik dan medan magnetik luar yang diberikan. Material konduktor sering diasosiasikan sebagai logam. Dalam teori medan elektromagnetik, sifat konduktor atau isolator sangat dipengaruhi oleh frekuensi medan. Suatu material dapat berubah dari konduktor menjadi isolator atau sebaliknya dengan perubahan frekuensi. Pada bab ini akan dibahas material konduktor. Pembahasan dalam bab ini didasarkan kepada medanmedan frekuensi rendah. Kondutivitas dan beberapa faktor yang mempengaruhi akan ditelaah secara detail. Material konduktor khusus yaitu superkonduktor juga akan diperkenalkan pada bab ini.
3.1. ELEKTRON DI DALAM MATERIAL KONDUKTOR Material konduktor mempunyai elektron bebas (free elektron) dalam jumlah yang besar. Elektron bebas dalam matrerial konduktor dapat terjadi karena sifat dari ikatan metalik yaitu antara elektron valensi dengan inti atom bahan semikonduktor yang sangat lemah. Teori klasik elektron yang memperlakukan konduktor sebagai suatu sistem atom-atom (ion-ion) yang terletak pada kisi-kisi kristral yang penuh dikelilingi oleh elektron seakan akan sebagai suatu gas (lautan).
21
gas
elektron,
menurunkan persamaan matematik yang menentukan konduksi listrik (Hukum Ohm), energi listrik (Kukum Joule-Lenz) dan hubungan antara konduktivitas elektrik dengan termal (Hukum Wiedemann-Franz-Lorentz).
Misalkan sebuah atom melepaskan sebuah elektron menjadi elektron bebas (konduksi) maka elektron tersebut berada dalam suatu potensial, yang timbul oleh kation yang membentuk kisi. Bila tidak ada kesalahan bentuk (ketidaksempurnaan) dari kisi (defaul) dan bila kation tersebut diam, elektron-elektron tersebut akan bergerak dalam suatu potensial yang periodik dan akan mempunyai energi yang tetap. Seperti halnya seperti sebuah roda yang bergerak pada rel yang licin (tidak ada gesekan). Dalam kenyataannya keadaan kristal tidaklah demikian sempurna, sehingga elektron-elektron konduksi tersebut akan berinteraksi dengan kisi-kisi. Akibatnya pergerakan elektron-elektron tersebut akan mengalami gangguan dengan
terjadinya benturan-benturan dengan kisi atom. Logam biasanya tergolong dalam konduktor. Ciri khas logam sebagai konduktor adalah kehadiran elektron bebas yang berada pada pita konduksi (yang overlap dengan pita valensi) dan siap untuk berkonduksi. Elektron bebas yang membentuk awam elektron diilustrasikan pada Gambar 3.1(a). Elektron inilah yang memegang peranan penting dalam proses konduksi dalam logam. Pada kondisi tak ada medan luar, elektron bebas bergerak diantara kisi-kisi atom dengan arah random akibat eksitasi termal dengan kecepatan yang berbeda-beda seperti Gambar 3.1(c). Keadaan demikian menyebabkan arus total nol atau tidak arus neto yang mengalir pada konduktor. Pergerakan elektron dipengaruhi oleh
22
susunan atom-atom di dalam material. Makin rapat susunan atom dan makin hebat getaran atom maka elektron semakin tidak bebas untuk bergerak. Gangguan/ benturan tersebut akan menghasilkan suatu pertukaran energi dalam rangka tercapainya keadaan kesetimbangan termodinamik pada material. Misalnya peningkatan energi kenetik dari elektron-elektron konduksi akibat terpaan medan listrik yang menyebabkan naiknya temperatur kisi (naiknya energi kisi).
+ + + (a)
+ + + (b)
+ + + e e
(c)
Gambar 3.1. Elektron bebas dalam logam: (a) Elektron valensi membentuk awan elektron (b) Elektron valensi sebagai muatan negatif individual (c) Ion-ion logam yang bervibrasi Bila elektron bergerak dan menumbuk atom, maka arah pergerakan akan berubah bahkan bisa berbalik. Hal ini disebabkan karena massa atom yang lebih besar dari massa elektron (lebih dari 1000 kali). Kehadiran medan akan mempengaruhi gerak elektron. Bila suatu medan listrik E diberikan maka akan terjadi gaya pada elektron sebesar F = -e.E. Tanda negatif untuk menujukkan bahwa elektron mengalami gaya dengan arah berlawanan dengan arah medan listrik E akibat muatan negatif elektron. Elektron akan bergerak dipercepat dengan percepatan a = F/ m, dimana m adalah massa elektron = 9,1x10
31
23
akibat eksitasi termal, elektron akan mendapatkaan kecepatan searah dengan gaya kehadiran medan E. Elektron berada diantara atom-atom (kristal). Dapat diasumsikan bahwa kecepatan elektron hilang bila bertumbukan dengan atom. Karena massa elektron yang lebih kecil dari atom (massa atom lebih dari 1000 x massa elektron). Setelah terjadi tumbukan dengan atom, elektron mulai bergerak dipercepat lagi dari kondisi kecepatan awal nol, dan menumbuk atom lagi daan seterusnya seperti ilustrasi pada Gambar 3.2 berikut. Kecepatan Terjadi tumbukan dengan atom
Kecepatan rata-rata Waktu (t) Gambar 3.2. Kecepatan pergerakan elektron di bawah medan listrik
Bila waktu rata-rata antara dua tumbukan adalah t maka kecepatan drift yaitu kecepatan rata-rata elektron akibat medan listrik E adalah : VD = e E m (3.1)
Besaran (e / m) sering disebut mobilitas (m2v-1s-1) yang menyatakan kemampuan elektron/ pembawa muatan untuk bergerak di dalam medan listrik. Sehingga VD =
eE
(3.2)
24
maka
total elektron yang menembus suatu bidang per unit luas adalah Ne VD dimana Ne adalah kerapatan elektron. Rapat arus diperoleh sebesar : J = eNeVD (3.3)
Perlu dicatat bahwa kecepatan random tidak berkontribusi terhadap rapat arus. Dengan mengkobinasikan dua persamaan terakhir diperoleh J = eNe eE Persamaan ini tidak lain adalah persamaan Hukum Ohm J= E sehingga konduktivitas ( ) dapat ditulis sebagai : = eNe
e
(3.4)
(3.5)
dari persaman konduktivitas terlihat bahwa konduktivitas adalah perkalian dari dua faktor, yaitu kerapatan muatan ( e) dan mobilitas ( e). Dengan demikian tingginya konduktivitas dapat diperoleh dari tingginya kerapatan muatan atau tingginya mobilitas. Untuk logam, mobilitas elektron relatif rendah, sehingga konduktivitas yang tinggi dari logam adalah sebagai akibat tingginya kerapatan elektron bebas. Hukum Ohm berlaku secara teliti untuk hampir semua logam. Harga tipikal
e=
untuk medan listrik sebesar 1 V/m. Contoh soal: Tembaga mempunyai konduktivitas 5 x 107 s/ m, (
e
listrik 1 V/m diberikan pada tembaga dengan penampang 1 cm2. Tentukan: a. rapat arus b. arus d. kecepatan drift e. kerapatan elektron
25
c. kerapatan muatan Jawab: a. rapat arus J = E = 5,8 x 107 x 1 = 58 MA/m2 b. Arus I = JS = 5,8 x 107. 10-4 = 5,8 kA c. Rapat muatan = /
e
= 18 GC/m3
d. Kecepatan drift Vd = - eE = -0,0032.1 = -0,0032 m/s = -0,32 cm/s e. Kerapatan elektron: /e = 1,124 x 1029 / m3
3.3. KONDUKTIVITAS DAN TEMPERATUR Resistansi elektrik dari suatu bahan adalah akibat adanya gangguan pada perjalanan elektron-elektron (karena adanya ketidaksempurnaan ). Ketidaksenpurnaan ini terdiri atas 3 macam : phonon (
ph) imp) def).
Maka konstanta probabilitas sebuah elektron dikenai benturan dalam waktu 1 detik:
=
Waktu benturan :
ph +
imp +
def
(3.6)
ph
= 1/
1
ph
ph;
imp
= 1/
1
def
imp
def
= 1/
def
1
imp
26
Dari
ne 2 mn
didapat :
mn ne 2
, maka
mn ne
2
1
ph
1
imp
1
def
).
ph
imp
def
(3.7)
dari percobaan:
imp
dan
ef
f (temperatur)
dengan catatan bahwa banyaknya default / volume tetap kecil, temperatur tidak terlalu besar. Didapat bahwa : lim
T
O
ph
= O
(3.8)
0 K
ph ph imp
def
dimana besarnya = temperatur kamar; secara aproksimatik ; ( )= ( =0)[1+ ] , dimana adalah koefisien temperatur dari = 3 4 x 10 c = temperatur (3.9) ]
( )
( =0) [1+
3.3.1. Perubahan konduktivitas logam akibat deformasi Konduktivitas logam dapat berubah akibat deformasi elastis, yang dihasilkan akibat perubahan amplitude vibrasi kisi-kisi kristal. Amplitude vibrasi meningkat karena stres tekanan keluar dan berkurang dengan stres komprensif. Vibrasi kisi
27
yang
meningkat
menyebabkan
muatan
pun
berkurang,
akibatnya
konduktivitas
demikian
sebaliknya
konduktivitas bertambah . Deformasi plastik biasanya menurunkan konduktivitas logam akibat distorsi kisi kristal. Perubahan konduktivitas logam akibat pemuluran atau pengerutan
(1 ns)
Dimana
o
(3.10)
3.3.2. Benturan elektronik dan hukum joule Mengalirnya arus pada suatu konduktor akan diikuti dengan suatu kehilangan enersi : P = E (3.11)
Daya ini melalui benturan elektron di transfer kepada bahan. Bukti : Misal suatu medan EX dipakai untuk arah x, pada suatu bahan dengan persamaan kecepatan setelah benturan : v = v x + vy + vz Dengan adanya Ex maka : v = vx e e Ex t + vy + vz ; ax = mn mn
Ex
28
= m n (v x = mn (
(e/m n ) E x t )2 - v x2
e 2e E x t )2 v x Ex t mn mn
Bila ada N buah elektron, masing-masing mempunyai waktu benturan yang sama bersama-sama E kin naik. Perubahan enersi kinetik dari N buah elektron : E kin ( t ) =
1 N
1/2 m n (
i 1
e 2e Ex t ) 2 v xiEx t mn mn
vxi adalah harga v x untuk elektron yang ke i. Karena benturan ini sama maka :
N
v xi = 0 ;
i 1
E kin(t) = m n (
e E xt) 2 mn
dt = - dn nt o t + dt.
probabilitas sebuah elektron mendapat benturan pertama pada t Maka : kenaikan rata-rata dari enersi elektron antara 2 benturan :
~
Ekin =
t 0
Ekin ( t ) exp(
t)
dt
e 2E2 mn
(3.14)
n
Bila n elektron berada dalam volume 1 dm2 akan mendapatka waktu 1 detik, maka :
benturan, dalam
PJ
E kin
=
ne 2 2 E mn
E2 ( 3.15)
29
3.3.3. Konduktivitas Termal Perpindahan panas pada metal terutama dilakukan oleh elektron bebas yang sama dengan elektron konduksi. Hubungan antara konduktivitas termal ( ) dengan konduktivitas listrik ( ) ditunjukkan oleh persamaan Wiedeman Lorentz : Franz
L0T
dimana T = temperatur absolut L0 adalah bilangan Lorentz: L0 = 2,45 x 10-18 Hukum Wiedemann Franz v2/K2
(3.16)
kenaikan temperatur tertentu. Tabel 3.1. Konduktivitas Berbagai Bahan pada Temperatur Ruang
Bahan Emas (Siver) Tembaga (Copper) Aluminium Brass Tungsten Nikel (Nickel) Besi (Ion) Mercury Graphite Air Laut Germanium intrinsik Ferrite Silikon intrinsik Akuades (destiled water) Bakelit Glass Mika Kuarsa (Quartz) Konduktivitas (S/m) 6,17 x 107 5,8 x 107 3,82 x 107 2,56 x 107 1,83 x 107 1,45 x 107 1,03 x 107 1,0 x 107 ~ 3,0 x 104 ~ 4,0 ~ 2,2 ~ 1,0 x 10-2 ~ 0,44 x 10-3 ~ 1,0 x 10-4 ~ 1,0 x 10-9 ~ 1,0 x 10-12 ~ 1,0 x 10-15 ~ 1,0 x 10-17 Klasifikasi Konduktor Konduktor Konduktor Konduktor Konduktor Konduktor Konduktor Konduktor Konduktor Konduktor Semikonduktor intrinsik Semikonduktor intrinsik Semikonduktor intrinsik Isolator Isolator Isolator Isolator Isolator
30
3.3.4. Pengaruh temperatur Konduktivitas listrik dari logam bervariasi, tergantung dari temperatur mengikuti suatu perilaku tertentu. Variasi ini biasanya didiskusikan dengan hubungan antara resistivitas ( ) terhadap temperatur T. Resistivitas ( )
o
Temperatur (T)
juga naik.
naik secara linear terhadap T. Perilaku linear berlaku hingga titik leleh pada hampir semua logam. Pada suhu ruang biasanya
logam menunjukkan perilaku linear ini. Konduktivitas elektrik telah diturunkan sebagai : = sehingga resistivitas =
m 1 Ne e 2
Ne e 2 m
(3.17)
(3.18)
adalah waktu rata-rata antara dua tumbukan dan 1/ adalah probabilitas elektron menderita tumbukan perunit waktu sehingga bila ada 1014 elektron mengalami tumbukan tiap detik. = 10-14 s, maka hal itu berarti
31
Terjadi tumbukan antara elektron dengan atom terjadi karena susunan atom-atom yang tidak teratur secara sempurna. Hal ini disebabkan oleh dua hal, yaitu : a. Getaran kisi-kisi atom dari sekitar keseimbangan akibat eksitasi termal (phonon) b. Ketidaksempurnaan kisi akibat ketidakmurnian Probabilitas elektron terhabrul oleh getaran kisi dan ketidakmurnian bersifat saling memperkuat sehingga ditulis sebagai berikut. 1 1
ph
1
1
(3.18)
dimana suku pertama ruas kanan adalah akibat phonon oleh getaran atom yang sangat dipengaruhi oleh temperatur dan suku kedua akibat ketidakmurnian kristal. m 1 Ne e 2 i m 1 Ne e 2 ph (3.19)
ph
akibat ketidakmurnian yang praktis tidak tergantung oleh T (T) akibat phonon yang tergantung dari T dan sering dusebut harga
ph
resistivitas ideal mengingat harga ini terjadi pada saat tak ada ketidakmurnian dalam bahan. Pemisahan resistivitas menjadi dua komponen disampaikan oleh Matthiessen. Pada temperatur yang sangat rendah pengaruh phonon dapat diabaikan karena osilasi atom kecil. Pada kondisi ini sehingga =
i ph
ph
mendekati nol,
besar sehingga
. Pada
sebanding dengan
32
konsentrasi ketidakmurnian Ni. Namun demikian perlu dicatat bahwa untuk Ni yang kecil
ph >> i
Koefisien temperatur Untuk mengetahui pengaruh temperatur pada konduktivitas/ resistivitas maka akan dilihat pertama-tama pengaruh temperatur pada jarak bebas. Jarak bebas akan menentukan mobilitas yang akhirnya menentukan konduktivitas. Suatu elektron yang bergerak dengan kecepatan u akan mengalami scattering (hambluran) pada daerah seluas S berupa lingkaran dengan radius a. Pusat scattering bisa berupa atom, ketidakmurnian atau defect. Bila rata scattering dan Ns adalah konsentrasi pusat scattering maka =
1 S u NS
a2 dimana a adalah
amplitudo vibrasi. Vibrasi termal atom dapat diidentikan dengan vibrasi harmonik suatu massa M yang terikat pada suatu pegas. Energi kinetik rata-rata dari osilasi adalah
1 M a2 4
2
dimana
= 2 kT
(3.20)
Dengan demikian a2 sebanding dengan T. kenyataan ini dapat diterima secara intuisi karena dengan menaikkan temperatur maka amplitudo vibrasi akan naik juga. Dengan demikian maka waktu bebas rata-rata 1 a2 1 T atau
C T
33
dalam mobilitas
eC mT
(3.21)
atau dapat disederhanakan menjadi =AT Disini A adalah suatu konstanta. Dengan demikian untuk logam murni maka resistivitas naik secara linier terhadap temperatur. Dengan kehadiran ketidakmurnian di dalam material maka secara umum resistivitas dapat dinyatakan sebagai =AT+B Dengan A dan B suatu konstanta Secara praktis untuk menyatakan ketergantungan resistivitas terhadap temperatur diperkenalkan koefisien temperatur yaitu
1
o o
(3.22)
(3.23)
T To
dimana
293 oK (20 C). Resistivitas pada temperatur tertentu dapat dicari dari persamaan yang sudah sangat kita kenal yaitu: (T) =
o[
1+
o (T
- To) ]
(3.24)
34
Harga
dan
untuk berbagai material pada 273 oK tertera pada tabel berikut . Tabel 3.2
Harga
dan
Material Aluminium, Al Antimony, Sb Tembaga, Cu Emas, Au Indium, In Platina, Pt Perak, Ag Tantalum Timah, Sn Wolfram, W Besi, Fe Nikel, Ni
( n m) 25,0 38,0 15,7 22,8 78,0 98,0 14,6 117,0 110,0 50,0 84,0 59,0
(1/oK)
1/233 1/195 1/232 1/251 1/196 1/255 1/244 1/294 1/247 1/202 1/152 1/125
Contoh soal: Diketahui kecepatan gerak elektron rata-rata dalam tembaga 1.25 x 106 m/ s dan frekuensi vibrasi 4 x 1012 Hz. Kerapatan tembaga adalah 8,96 g/ cm dan massa atom adalah 63,56 g/mol. Tentukan mobilitas dan konduktivitas. Jawab: Karena ditentukan oleh vibrasi atom maka :
dN A M 8,96 10 3.6,02 10 23 63,56 10 3 8,5 10 28 / m 3
Ns =
m2
35
Sehingga =
1 S u Ns 2,35 10
14
Mobilitas adalah =
e m 4,13 10
3
m2 V 1s
5,6 10 5
cm
Timbulnya suatu arus listrik bila suatu bahan konduktor diinduksikan oleh medan magnet, fenomena ini sering dikaitkan dengan elektron sebagai partikel adalah efek Hall, seperti diilustrasikan pada Gambar 3.4. z - - y B I F
EH + + + + + + + + + + ++ ++ ++ x B V vd
Gambar 3.4. Terjadinya Medan Hall Dengan adanya arus (J) dengan arah berlawanan sumbu y, maka material akan mengalami induksi magnet B dengan arah sumbu x, yang akan menimbulkan gaya Lorentz F pada elektron (arah sumbu z). F = - q (vd x B) (3.25)
36
Adanya F akan membentuk akumulasi elektron pada permukaan atas dari material, pada bagian permukaan bawah terjadi pengurangan elektron. Akibat terjadinya medan listrik baru EH disebut sebagai Medan Hall. Efek EH berlawanan dengan efek B. Suatu keseimbangan akan terjadi bila: q EH = q ( V d x B ) Bila J = - n q vd maka :
EH
EH
J xB) nq
(3.26)
RH ( J x B )
Dengan RH =
RH negatif dalam konduktor metalik hanya ada satu pembawa muatan (elektron). Dalam semikonduktor ada dua pembawa muatan RH = 1/nq untuk hole.
Penggunaan effek HALL: Dipakai untuk mengukur besaran besaran seperti: mobilitas, banyaknya muatan persatuan volume, medan magnet. Mobilitas didapatkan sebagai berikut : 1 EH = Ex B nq
n
= =
nq EH Ex B
Sehingga
37
3.5. EFEK TERMOELEKTRIK Bahan konduktor logam/ metal yang berlainan jenis dibuat kontak, maka timbul perbedaan potensial antara kedua bahan logam ini. Fenomena ini dapat terjadi karena perbedaan fungsi kerja untuk bahan metal yang tidak sama dan juga karena perbedaan kerapatan elektron bebas. Bila temperatur pada titik titik kontak metal ini sama dengan nol. Kesetimbangan akan berubah apabila satu junction (kontak) kedua metal memiliki temperatur (T1) yang lebih tinggi dari junction yang lain (T2 , T1 >T2 ) gaya gerak listrik (emf, V) akan timbul antara kedua junction : V= k = konstanta Boltzman q = muatan elektron nA , nB = kerapatan elektron bebas masing masing logam.
k ( T1 q T2 ) ln nA nB
(3.19)
Pemanfaatan efek termolektrik dikenal dengan termokopel 2 material konduktor logam yang berlainan jenis dibuat junction. Bila junction dipanaskan maka diperoleh perbedaan potensial di antara kedua logam.
3.6. POTENSIAL KONTAK Setiap metal mempunyai fungsi kerja masing-masing. Fungsi kerja merupakan energi yang diperlukan oleh suatu elektron untuk terlepas dari permukaan logam. Dalam diagram energi merupakan perbedaan antara Fermi Level dengan Vacum Level. Potensial kontak muncul apabila dua buah metal yang berbeda fungsi kerja disambungkan.
38
Vacuum 5,63 eV
Pt
Fermi Level
elektron
elektron
a. sebelum kontak Pt
Vacuum Level
elektron -
Fermi Level
b. setelah kontak Gambar 3.5. Ilustrasi potensial kontak antara Pt dan Mo Sebagai ilustrasi bila Platina (Pt) yang mempunyai fungsi kerja 5,36 eV dan Molibdenium (Mb) dengan fungsi kerja 4,20 dihubungkan. Dalam metal tingkat energi hingga level Fermi terisi secara penuh. Karena level Fermi Mo lebih tinggi dari level Fermi Pt maka berarti elektron di dalam Mo lebih energik (mempunyai energi lebih besar). Sehingga elektron dari Mo akan pindah ke permukaan Pt karena level energi lebih rendah. Perpindahan elektron dari Mo ke Pt menyebabkan daerah permukaan Pt menjadi lebih negatif dan daerah permukaan Mo menjadi lebih positif. Keadaan setimbang dicapai bila Fermi Level kedua metal telah menjadi satu (Gambar 3.5b). Sebagai akibat perpindahan elektron dari Mo ke Pt maka pada keadaan setimbang didaerah sambungan terjadi perbedaan potensial. Potensial inilah yang disebut dengan potensial kontak.
39
Potensial kontak yang terjadi tergantung dari perbedaan fungsi kerja kedua matel yaitu e V = W1 W2 = W
pt
W Mo = 1,16 eV
Dengan demikian potensial kontak antara Pt dan Mo adalah 1,16 Volt. Pada daerah didalam mo yang jatuh dari kontak masing berlaku fungsi
kerja sebesar W = 4,20 eV begitu pula didalam Pt tetap berlaku W = 5,36 eV.
alumunium dan tembaga. a. Alumunium Alumunium murni (Al) mempunyai massa jenis 2,7 g/cm3, titik leleh 658 oC dan tidak korosif. Daya hantar Al sebesar 35 m/ohm.mm2 atau kira-kira 61,4% daya hantar tembaga. Al murni mudah dibentuk karena lunak, kekuatan tarikya hanya 9 kg/mm2. Untuk itu jika Al digunakan sebagai penghantar yang dimensinya cukup besar, selalu diperkuat dengan baja atau paduan Al. Penggunaan yang demikian misalnya pada: ACSR (Aluminium Conductor Steel Reinforced), ACAR (Aluminium Conductor Alloy Reinforced). Konstruksi penghantar-penghantar dari Al seperti terlihat pada Gambar 3.6.
baja aluminium paduan aluminium
ACSR
ACAR
40
Penggunaan aluminium yang lailn adalah untuk busbar dan karena alasan tertentu misalnya, karena alasan ekomomi, dibuat penghantar aliminium yang berisolasi, misalnya : ACSR OW.
Pemakaian tembaga pada teknik listrik yang terpenting adalah sebagai penghantar, misalnya: kawat berisolasi (NYA, NYAF) kabel (NYM,NYY,NYFGbY) busbar, lamel mesin dc, cincin seret pada mesin ac. Tembaga mempunyai ketahanan terhadap korosi, oksidasi. Massa jenis tembaga murni pada 20 0C adalah 8,96 g/cm3, titik beku 1083 oC. kekekuatan tarik tembaga tidak tinggi yaitu berkisar antara 20 hingga 40 kg/mm2, kekuatan tarik batang tembaga akan naik setelah batang tembaga diperkecil penampangnya untuk dijadikan kawat berisolasi atau kabel. Untuk penghantar yang penampangnya lebih kecil dari 16 mm2 digunakan penghantar pejal, sedangkan untuk penghantar yang penampangnya digunakan penghantar serabut yang dipilih. c. B a j a Baja merupakan logam yang terbuat dari besi dengan campuran karbon. Berdasarkan campuran karbonnya, baja dikategorikan menjadi 3 yaitu: baja 16 mm2
dengan kadar karbon rendah (0 - 0,25%), baja dengan kadar karbon menengah (0,25 - 0,55%), baja dengan kadar karbon tinggi (> 0,55 %).
41
Meskipun konduktivitas baja rendah yaitu 7,7 m/ mm2 tetapi digunakan pada penghantar transmisi yaitu ACSR, fungsi baja dalam hal ini adalah untuk memperkuat konduktor aluminium secara mekanis setelah digalvanis dengan seng. Keuntungan dipakainya baja pada ACSR adalah menghemat pamakaian aluminium. Berdasarkan pertimbangan tersebut dibuat penghantar bimetal seperti ditunjukkan pada Gambar 3.7 (jangan dikacaukan dengan termal bimetal yang biasanya untuk pengaman). tembaga
baja Gambar 3.7. Penampang kawat Bimetal Dua hal yang menguntungkan dari penghantar bimetal, yaitu : a. Pada arus bolak balik ada kecenderungan arus melalui bagian luar konduktor (efek kulit ). b. Dengan melapisi baja menggunakan tembaga maka, baja sebagai penguat penghantar terhindar dari korosi. Pemakain penghantar bimetal selain untuk kawat penghantar adalah untuk: busbar, pisau hubung.
d. W o l f r a m Logam ini berwarna abu-abu keputih-putihan, mempunyai massa jenis 20 g/cm3, titik leleh 3410 oC, titik didih 5900 oC, .mm2/m. Wolfram diperoleh dari tambang yang pemisahnya dari penambangan dengan menggunakan magnetik atau proses kimia. Dengan reaksi reduksi asam wolfram (H2WO4) dengan suhu 700 oC diperoleh bubuk wolfram. Bubuk wolfram tersebut kemudian dibentuk menjadi batangan dengan suatu proses yang disebut metalurgi bubuk yang menggunakan tekanan dan suhu tinggi (2000 atmosfir, 1600 4,4. 10-6 per oC, tahanan jenis 0,055
42
diameternya dapat dikecilkan menjadi 0,01 mm ( penarikannya dilakukan pada keadaan panas). Penggunaan wolfram pada teknik listrik antara lain: filamen (lampu pijar, lampu halogen, lampu ganda), elektroda, tabung elektronik.
e. Molibdenum Logam ini mirip dengan wolfram dalam hal sifatnya, demikian pula cara mendapatkannya. Molibdernum mempunyai massa jenis 10,2 g/cm3, titik leleh 2620 oC, titik didih 3700 oC, koefisien suhu 0,0047 per oC. Di antara penggunaan Molibdenum adalah pada: tabung sinar X, tabung hampa udara, karena molibdenum dapat membentuk lapisan yang kuat dengan gelas. Sebagai campuran logam yang digunakan untuk keperluan yang keras, tahan korosi, bagian-bagian yang digunakan pada suhu tinggi. 53.10-17 per oC, resistivitasnya 0,048 .mm2/m
f. Platina Platina merupakan logam berat, berwarna putih keabu-abuan, tidak korosif, sulit terjadi peleburan dan tahan terhadap sebagian besar bahan kimia. Massa jenisnya 21,4 g.cm3, nya 9.10-6 per oC, titik leleh 1775 oC, titik didih 4530 oC, .mm2/m, koefisien suhu 0,0037 per oC.
resistivitasnya 0,1
Platina dapat dibentuk menjadi filamen yang tipis dan batang yang tipistipis. Penggunaan platina pada teknik listrik antara lain untuk elemen pemanas di laboratorium tentang oven atau tungku pembakaran yang memerlukan suhu tinggi diatas 1300 oC, untuk termokopel platina-rhodium (diatas 1600 oC), platina dengan diameter 1 mikron digunakan untuk menggantung bagian gerak pada meter listrik dan instrumen sensitif lainnya, bahan untuk potensiometer. g. Bimetal Bahan yang umum digunakan untuk bimetal adalah invar (63,1% Fe + 36,1% Ni +0,4% Mn + 0,4% Cu) sebagai logam yang mempunyai kecil yaitu 1,5. 10-6 per
43
C untuk suhu 0 hingga 100 oC. Sedangkan untuk logam kedua dengan
yang
lebih besar dapat digunakan: besi, nikel, konstantan, tembaga dengan proses dingin, perunggu atau monel ( 66% Ni + 28% Cu +Fe, Mn) atau baja non magnetik. Penggunaan bimetal pada teknik listrik adalah untuk rele-termal misalnya pada: Miniature Circuit Breaker (MCB), Over Load Relay (OLR). Bimetal sebagai rele-termal tidak selamanya dilewati arus, kecuali arus yang tidak terlaku besar. Untuk memutuskan arus besar, pada rele ada belitan pemanas khusus yang ditempatkan di sekeliling bimetal. Pengaruh panas dari lilitan inilah yang digunakan untuk mempengaruhi pembegkokan bimetal. Hal ini ditempuh sebab bila bimetal langsung dilewati arus besar dan sekaligus sebagai pemutus, bimetal cepat arus. h. Bahan-bahan Resistivitas Tinggi Bahan-bahan resistivitas tinggi yang digunakan untuk peralatan yang memerlukan resistansi yang besar agar bila dialiri arus akan terjadi tegangan anjlok yang besar. Contoh penggunaan bahan-bahan resistivitas yang tinggi antara lain pada
pemanas listrik, rheostat dan resistor. Bahan-bahan ini harus mempunyai koefisien suhu yang rendah. Untuk elemen pemanas, pada suhu yang tinggi untuk waktu lama tidak boleh teroksidasi dan meleleh. Bahan-bahan yang resistivitasnya tinggi antara lain: konstanta, manganin, nikrom dan fehral yang komposisinya ditunjukkan pada Tabel 3.3. Tabel 3.3. Bahan resistivitas tinggi
Nama paduan Konstantan Kromel Komposisi (%) 60 Cu, 40 Ni 0,7 Mn, 0,6 Ni, s/d 27 Cr, 4,5 s/d 6,5 Al + Fe 86 Cu, 12 Mn, 2Ni 1,5 Mn, 75 s.d 78 Ni 20 s/d 23 Cr sisanya Fe 0,7 Mn, 0,6 Ni, 12 s/d 15 Cr, 3,5 s/d 5 Al, sisanya Fe 54 Cu, 26 Ni, 20 Zn Massa jenis 8,9 6,9 s/d 7,3 Resistivitas . mm2/m 0,48 0,52 6,5 Koefisien Suhu 10-5/oC 5,25 6,5
Manganin Nikron
5,3 10 s/d 20
Fechral Nikelin
10 s/d 12 23
44
i. Karbon Peranan karbon pada teknik listrik juga sangat penting jika dilihat kegunaannya sebagai berikut; sikat sikat pada mesin listrik, resistor dan rheostat, elektroda pada tungku pembakaran (tanur ) busur kolam galvanis. Beberapa perangkat elektronik dan telekomunikasi juga terbuat dari karbon. Untuk penggunaan karbon sebagai sikat pada mesin listrik, fungsinya adalah sebagai jembatan yang harus dilalui arus. Beberapa jenis yang digunakan sebagai sikat adalah: karbon-grafit, grafit elektro-grafit, grafit-tembaga, dan grafit-kuningan. Grafit-tembaga dan grafitkuningan paling banyak digunakan karena resistivitasnya rendah, tegangan anjlok pada persinggungan antara sikat dengan komutator atau cincin seret adalah rendah. Pada tungku pembakaran busur, elektroda yang digunakan diantaranya adalah grafit dan karbon. Pertimbangan penggunaan karbon atau grafit adalah karena; tidak lumer, menghantarkan listrik, sifat tidak larut, kemurnian kimianya, kekuatan mekanis dan tahan terhadap kejutan termal. Secara kimia, karbon dan grafit adalah sama, tetapi secara fisis dan elektris banyak perbedaanya. Sebagai sikat pada bagian berputar pada mesin listrik, karbon mempunyai kelebihan karena : a. Tahan terhadap efek yang disebabkan suhu tinggi. Hal ini karen sikat karbon mampu menahan suhu hingga 3000o C. b. Kepadatannya renda. Karbon lebih ringan dibanding logam pada umumnya (kecuali magnesim). Hal ini memudahkan adaptasi dengan permukaan yang tidak beraturan. c. Tidak terjadi pengelasan (menyatu) dengan logam pada kondisi yang sama jika logam-logam menyatu satu sama lain, misalnya karena panas. Untuk kebutuhan sikat sikat komutator atau slip-ring pada mesin listrik bubuk karbon dicampur dengan bubuk konduktor antara lain : tembaga, perunggu. Berdasarkan tingkatannya, sikat karbon dibedakan seperti pada tabel 3.4.
45
10 s/d 20
rendah
j. Timah Hitam Timah hitam mempunyai massa jenis 11,4 g/cm3, agak lunak , meleleh pada suhu 327
o o
Pemakaian timah hitam pada teknik listrik antara lain; sel akumulator, selubung kabel tanah disamping digunakan sebagai pelindung pada industri nuklir. Timah hitam tidak tahan terhadap pengaruh getaran dan mudah mengikat sisa asam. Pemakaiannya sebagai pelindung kabel tanah jika ditanam pada tempat tempat tersebut, diperlukan perlindungan tambahan. Kapur basah, air laut dan semen basah dapat bereaksi dengan timah hitam. Itulah sebabnya disamping timah hitam sebagai pelindung kabel tanah, digunakan paduan dari timah hitam yang mempunyai struktur kristal yang lebih luas, kuat, tahan getaran. Tetapi lebih mudah korosi. Timah dan komponennya mengandung racun.
k. Material Konduktor Bentuk Cair Air raksa adalah satu-satunya logam yang berbentuk cair pada suhu ruang. Resistivitasnya adalah 0,95 .mm2/m, koefisien suhu 0,00027 per oC.
Pada pemanasan di udara air raksa sangat mudah terjadi oksidasi. Air raksa dan campurannya khususnya uap air raksa adalah beracun.
46
Penggunaan air raksa antara lain: gas pengisi tabung tabung elektronik, penghubung pada saklar air raksa, cairan pada pompa diffusi, elektroda pada instrumen untuk mengukur sifat elektris bahan dielektrik padat. Logam-logam lain yang juga banyak digunakan pada teknik listrik di antaranya adalah tantalum dan niobium. Tantalum dan niobium dipadukan dengan aluminium banyak di gunakan sebagai kapasitor elektronik.
l. Material Konduktor Bentuk Gas Pada umumnya gas digunakan dalam lampu penerangan. Tidak semua berfungsi sebagai penghantar, misalnya pada lampu pijar. Dahulu lampu pijar tidak berisi gas atau hampa, tetapi sekarang umumnya berisi gas. Beberap jenis gas yang banyak digunakan antara lain: Argon, kripton, neon, helium dan sebagainya. Gas yang berfungsi penghantar pada lampu fluorescent yaitu waktu sakelar dihubungkan (start) arus mengalir, setelah menyala starter terbuka sehingga arus mengalir melalui gas.
47
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
BAB IV SEMIKONDUKTOR
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Perkembangan kemajuan elekronika sangat pesat dan telah menjadi tulang punggung dalam dunia modern. Kemajuan yang sangat cepat terjadi setalah ditemukannya komponen semikonduktor (zat padat) yang memberikan bayak sifatsifat listrik yang unik yang hampir dapat memecahka semua persoalan elektronika. Dengan ditemukannya semikonduktor maka komponen menjadi sangat ringan, murah dan sangat kompak, inilah dan persatuan luas mempunyai kepadatan rangkaian yang sangat tinggi, inilah yang mendorong penggunaan semikonduktor secara meluas, seperti teknologi komputer. Dalam bab ini menjelaskan secara sederhana mengenai material semikonduktor.
48
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Pita Konduksi
E = Eg
Sela
E=0
Pita Valensi
Tabel 4.1 Sela energi dalam unsur semikonduktor Pada 20o C Sela energi (energi gap) Unsur C (intan) Si Ge Sn(kelabu) 10-18 0,96 0,176 0,112 0,016 J eV ~6 1,1 0,7 0,1 Bagian dari elektron valensi dengan energi > Eg ~ 1/30 x 1021 ~ 1/1013 ~ 1/1010 ~ 1/5000 konduktivitas ohm-1.m-1
Pada Gambar 4.2 terlihat sela energi untuk C (intan), Si, Ge, dan Sn (kelabu). Sela dalam intan terlalu besar untuk dapat menghasilkan sejumlah pembawa muatan, sehingga intan termasuk kelompok isolator (Tabel 4.1). Jumlah pembawa muatan meningkat kalau kita lihat dari kelompok IV susunan periodik ke silikon, germanium, dan timah putih; akibatnya konduktivitas meningkat.
Konduktivitas ini merupakan sifat dasar dari bahan dan tidak ditimbulkan oleh ketidakmurnian. Oleh karena itu disebut semikonduktivitas intrinsik.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
49
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Struktur kristal intan diulangi dalam Gambar 4.3 (a). Setiap atom karbon mempunyai bilangan koordinasi 4 dan setiap pasangan atom tetangga membawa sepasang elektron. Semua unsur ini dapat mempunyai struktur yang sama dan mempunyai pita yang terisi. Karena timah putih memiliki sela energi yang terkecil, pada suhu ruang, ia mempunyai elektron yang terbanyak dalam pita konduksi (CB), oleh karena itu mempunyai konduktivutas tertinggi (lihat Tabel 5 4.1.).
CB
6 eV
1,1 eV
0,7 eV
0,1eV
VB Karbon (a) Silikon (b) Germanium (c) Timah putih (kelabu) Germanium (d) (c)
a 3 4
(a)
(b)
Gambar 4.3. Struktur kristal dari semikonduktor yang terkenal. (a) Intan, Silikon, germanium, dan timah putih. (b) ZnS, GaP, GaAs, InP dsbnya. Kedua struktur ini serupa, kecuali ada dua jenis atom pada kedudukan yang berlainan dalam senyawa semikonduktor valensi per atom dan dua elektron per ikatan.
50
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Silikon, germanium dan timah kelabu mempunyai struktur yang sama. Timah putih adalah polimorf yang dikenal. Stabil di atas suhu 13o C (tetapi dapat mengalami pendinginan lanjut). Timah putih (tpr) lebih padat daripada timah kelabu (
w
pita energi timah putih saling tumpang tindih dan fase ini merupakan konduktor logam. Pada Gambar 4.4. terlihat secara skematis mekanisme semikonduktivitas untuk germanium. Keempat unsur Kelompok IV tersebut di atas merupakan satu-satunya unsur yang bersifat semikonduktor dengan struktur seperti Gambar 4.3(a). Beberapa senyawa III IV mempunyai struktur yang sama (Gambar 4.3b). Atom-atom unsur kelompok III dari tabel periodik (B, Al, Ga, In) bertukar letak dengan atom-atom Kelompok V (N, P, As, Sb). Hampir semua senyawa unsur dari ke-16 senyawa III V merupakan semikonduktor karena setiap atom memiliki empat tetangga, dan jumlah rata-rata elektron valensi yang terbagi adalah empat.
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge Ge Ge Ge
Ge Ge
Pita Konduksi
Ge
Sela
0,7eV
Ge Ge
Pita Valensi
(a)
(b)
(c)
Gambar 4.4. Semikonduktor intrisik (germanium). (a) Gambaran skematik. Menampilkan elektron dalam ikatan kovalen ( dan pita valensinya) (b) pasangan elektron hole (c) Sela energi, suatu elektron harus ditingkatkan energinya sehingga menghasilkan konduksi
51
BAB IV SEMIKONDUKTOR
4.1.1 Mobilitas Muatan Rumus mengenai konduktivitas harus diubah sehingga memenuhi Gambar 4.1 karena semikonduktor intrinsik mempunyai pembawa negatip dan positip. Elektron yang melompat ke pita konduksi disebut pembawa muatan jenis negatif. Konduktivitas yang dihasilkan tergantung pada mobolitas
n
dalam pita
konduksi semikonduktor. Lubang elektron yang terjadi dalam pita valensi merupakan pembawa muatan
p
jenis-positif.
Konduktivitas
yang
dihasilkan
nnq
n pq
(4.1)
Dengan sendirinya, baik lubang maupun elektron membawa muatan dasar yang sama yaitu 0,16 x 10-18 Coulomb. Dalam semikonduktor intrinsik, dimana terdapat perbandingan
pembentukan elektron konduksi dan lubang, sama banding satu; nn = np ; pers. (4.1) dapat disederhanakan. Untuk semikonduktor ekstrinsik nn tidak sama dengan np sehingga bentuk pers. (4.1) tetap digunakan. Pada tabel 4.2 terdapat sifat-sifat dari beberapa semikonduktor. Kita dapat membuat dua pernyataan umum. 1. Besar sela energi biasanya berkurang bila kita bergerak dari (C Sn) atau (GaP periodik. 2. Mobilitas elektron dalam suatu semikonduktor lebih besar daripada mobilitas lubang elektron dalam semikonduktor yang sama ). Hubungan ini berlaku untuk semua semikonduktor yang ada di tabel 4.2, dengan kemungkinan pengecualian AlSb, karena data mobilitas belum dapat ditentukan dengan teliti. Perbedaan ini penting artinya ketika membahas kegunaan semikonduktor jenis - n dibandingkan dengan semikonduktor jenis - p .
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
Si
Ge
GaAs
GaSb
52
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Tabel 4.2. Sifat beberapa semikonduktor umum (20o C)* Mobilitas M2 /Volt/detik Bahan Sela Energi Eg , 10-18 J eV
n p
Unsur C(intan) Silikon Germanium Timah putih Senyawa AlSb GaP GaAs GaSb InP InAs InSb ZnS 0,26 0,37 0,22 0,11 0,21 0,058 0,029 0,59 1,6 2,3 0,02 0,019 0,012 0,04 0,08 0,015 0,026 0,17 500 104 10- 6 0,613 0,545 0,565 0,612 0,587 0,604 0,648 0,9 0,176 0,112 0,016 ~6 1,1 0,7 0,1 0,17 0,19 0,36 0,20 0,12 0,0425 0,23 0,10
1,4 0,88 0,7 1,3 0,36 0,18 3,7 3 0,60 0,47 2,26 8,2
SiC(heksagonal) 0,48
4.1.2 Semikonduktivitas (intrinsik) sebagai fungsi dari suhu Tidak seperti logam, yang mengalami kenaikan tahanan dalam penurunan konduktivitas bila suhu lebih tinggi, konduktivitas semikonduktor intrinsik meningkat dengan naiknya suhu. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut: jumlah pembawa muatan, n, bertambah sebanding dengan jumlah elektron yang dapat melompati sela. Pada suhu 0o K, tidak ada elektron yang mampunyai cukup energi untuk melompat; akan tetapi dengan naiknya suhu, energi; elektron bertambah.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
53
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Pada 20o C, sejumlah elektron valensi dalam silikon, germanium dan timah memilki energi melebihi Eg , yaitu energi sela. Hal yang sama terjadi pada semikonduktor senyawa. Distribusi elektron yang mendapat energi termal adalah
ni
(g E)/kT
(4.2a)
dimana, ni adalah jumlah elektron/ m3 dalam pita konduksi (atau jumlah lubang/ m3 dalam pita valensi). Dalam sela energi terlarang dari semikonduktor intrinsik. Energi rata-rata E terdapat ditengah-tengah sela, Eg/2. Oleh karena itu
ni
Eg/2kT
(4.2b)
T adalah suhu absolut (K) dan k adalah konstanta Bolztman dan dinyatakan dalam 86,1 x 10- 6 eV/K dan bukan 13,8 x 10 Konduktivitas karena itu;
0
24
J/K.
Eg / 2 kT
(4.3a)
dimana
0
adalah konstanta pembanding yang mencakup faktor-faktor, q dan . Mobilitas memang tergantung pada suhu akan tetapi perubahan tersebut berada dalam
batas-batas daerah kerja semikonduktor umumnya dan kecil dibandingkan dengan perubahan eksponensil dari jumlah pembawa muatan n. Jadi kita dapat menuliskan kembali persamaan terakhir dalam bentuk Arrhenius;
In
In
Eg / 2kT .
(4.3b)
Bila konduktivitas (atau tahanan) semikonduktor diukur di laboratorium maka Eg dapat ditentukan dari kemiringan kurva, InT terhadap Eg yaitu kemiringan =-Eg/2k. Sebaliknya bila diketahui Eg dan , kita dapat menghitung pada suhu tertentu.
54
BAB IV SEMIKONDUKTOR
4.1.3 Foto Konduksi Kemungkinan bagi suatu elektron pita valensi silikon untuk memperoleh energi tambahan dengan agitasi termal sehingga dapat melompati sela energi dan masuk ke pita konduksi adalah kecil sekali (~ 1 dalam 1013 , sesuai tabel 4.1). Sebaliknya, foton sinar merah ( = 660 nm) mempunyai energi sebesar 1,9 eV
yang jauh lebih besar dari energi yang diperlukan suatu elektron untuk melompati sela energi 1.1 eV dalam silikon (Gamb. 4.5). Jadi konduktivitas silikon meningkat dengan menyolok karena aktivitas foto bila terkena cahaya.
Pita Konduksi Eg Sela 0 Foton Pita Valensi
Gambar 4.5. Fotokonduksi, Suatu foton (yaitu energi cahaya) memacu elektron agar melompati sela energi. Mengahasilkan sepasang elektron konduksi dan lubang Valensi atau pasangan pembawa muatan. Penggabungan Kembali terjadi ketika elektron masuk Kembali ke dalam pita valensi. 4.1.4 Penggabungan kembali Reaksi yang menghasilkan pasangan elektron-lubang, sebagaimana terlihat pada Gambar 4.5 dapat ditulis sebagai: E n+p (4.4a)
Dimana E adalah energi, n adalah elektron konduksi dan p adalah lubang dalam pita valensi. Dalam hal ini energi berasal dari cahaya, akan tetapi dapat pula berasal dari sumber energi lain seperti panas atau elektron berkecepatan tinggi.
55
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Karena semua bahan lebih stabil bila energi berkurang, pasangan elektron lubang, cepat atau lambat akan menggabung kembali:
n+p
(4.4b)
Elektron masuk kembali ke pita valensi dari pita konduksi, terjadi kebalikan dari Gambar 4.4(c). Karena cahaya atau sumber energi lainnya terus-menerus menghasilkan pasangan elektron-lubang tambahan, pita konduksi tidak kehabisan pasangan. Waktu yang diperlukan untuk penggabungan kembali berbeda dari bahan ke bahan. Namun mengikuti pola yang sama, dalam bahan tertentu, setiap elektron konduksi mempunyai kemungkinan yang sama untuk bergabung kembali dalam batas tertentu (detik atau menit). Hal ini menghasilkan persamaan :
N
yang dapat disusun kembali menjadi :
N 0e
t/
(4.5a)
In( N 0 / N )
t/
(4.5b)
Pada persamaan ini, No adalah jumlah elektron dalam pita konduktor pada saat tertentu (misalkan, saat cahaya dipadamkan). Setelah waktu t tertentu jumlah elektron konduksi yang tersisa adalah N. disebut waktu relaksasi atau waktu
penggabungan kembali merupakan karakteristik beban. 4.1.5 Perpendaran cahaya Energi yang dilepaskan pada pers. (4.4b) dapat berbentuk kalor atau cahaya. Bila demikian halnya, maka disebut perpendaran cahaya (Gambar 4.6) Kadang kadang perpendaran cahaya dibagi dalam beberapa kelompok.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
56
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Perpendaharaan cahaya foto adalah cahaya yang dipancarkan setelah elektron di aktivi oleh foton cahaya dan memasuki pita konduksi. Istilah perpendaraan cahaya kimia digunakan bila aktivasi mula berasal dari reaksi kimia. Perpendaraan cahaya elektro terjadi pada tabung TV, disini suatu berkas elektron (berkas sinar katoda ) menyusuri layar, mengaktivi elektron dalam fosfor sehingga memasuki pita konduksi. Pada saat yang bersamaan, elektron dan lubang bergabung kembali, memancarkan energi dalam bentuk cahaya tampak.
Gambar 4.6. Perpendaran cahaya. Tiap detik, sebagian dari elektron yang memperoleh energi tambahan dan mencapai pita konduksi kembali ke pita valensi. Pada saat elektron turun melalui sela, energi dibebaskan dalam bentuk toton cahaya.
Karena laju penggabungan kembali sebanding dengan jumlah, elektron yang diaktivi, intensitas perpendaran cahaya memenuhi persmaan 4. 5b: In(Io /I) = t/ (4.7)
Untuk tabung TV, ahli teknik memilih fosfor dengan waktu relaksasi sedemikian sehingga cahaya dipancarkan terus menerus sampai penyusuran berikutnya. Jadi mata kita tidak akan mengamati kilauan terang-gelap. Namun,
57
BAB IV SEMIKONDUKTOR
identitas cahaya dari runutan sebelumnya harus lemah sehingga tidak melebihi runutan berikutnya dengan selang waktu 1/30 detik. Sarana pembantu belajar (semikonduktor intrinsik). Dalam buku study Aids for Introductory Material Courses terdapat satu bagian mengenai semikonduktor intrinsik dimana dibahas pita energi, konduktor, semikonduktor, Isolator,
hubungan antara konduktivitas dengan ukuran sela dan suhu. Beberapa gambar tambahan menjelaskan cara kerja beberapa alat semikonduktor intrinsik.
mudah dapat diaktivitasikan memasuki pita konduksi. Tanpa mengindahkan jenis model yang digunakan, Gambar 4.7(b) atau 4.7(c), Atom-atom kelompok V (N, P, As dan Sb) dari tabel periodik dapat menghasilkan pembawa muatan negatif, atau jenis n, untuk semikonduktor.
58
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si P Si Si (a)
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si
Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si (b)
Si Si
Pita konduksi
Ed
Sela
Eg +
0 Level donor
Gambar 4.7. Semikonduktor ekstrinsik (jenisn). Atom grup V merupakan elektron valensi tambahan disamping keempat lainnya, seperti terlihat pada Gamb. 4.3 Elektron yang kelima dapat terlepas dari atom induk dengan energi tambahan sedikit saja, dan diberikan pada pita konduksi sebagai pembawa muatan. Level energi donor, Ed, sedikit dibawah puncak sela Energi. (a) jenis n, seperti fosfor. (b) Atom fosfor yang terionisir (elektroda positif berada disebelah kiri).(c) Model pita.
4.2.2 Semikonduktor jenis p Kelompok III (B, Al, Ga dan In) hanya mempunyai tiga elektron valensi. Oleh karena itu bila unsur tersebut ditambahkan pada silikon sebagai ketidakmurnian, terjadilah lubang elektron. Pada Gambar 4.8(a) dan (b) terlihat bahwa setiap atom aluminium dapat menerima sebuah elektron. Dalam proses ini, suatu muatan positif bergerak mendekati elektrode negatif. Menggunakan pita Gambar 4.8(c) tercatat bahwa perbedaan enersi untuk elektron agar dapat pindah dari pita valensi ke level akseptor, Ea, jauh kurang dari sela energi penuh. Oleh karena itu, elektron lebih mudah diaktivasikan untuk menduduki tempat akseptor
59
BAB IV SEMIKONDUKTOR
dibandingkan dengan pita konduksi. Lubang elektron yang tertinggal dalam pita valensi dapat menjadi pembawa muatan positif untuk semikonduktor jenis p.
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si
Al
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si
Al
Si Si Si Si Si
Si Si Si Si Si
Si Si (a)
Si Si
(b)
Eg
Gambar 4.8. Semikonduktor ekstrinsik (jenis-p). Atom-atom unsur kelompok III kurang satu elektron valensi dari rata-rata empat elektron seperti terlihat pada Gamb. 4.3. Atom ini dapat menerima sebuah dari pita valensi, sehingga Akseptor elektron meninggalkan sebuah lubang elektron level sebagai pembawa muatan. Level energi akseptor,Ea, sedikit di atas bagian bawah sela energi. (a) ketidakmurnian jenis-p seperti aluminium yang teriosinir (elektroda negatif di sebelah kanan), (c) Model pita.
4.2.3 Kehabisan donor (dan kejenuhan ekseptor) Karena elektron donor hanya memerlukan lompatan kecil saja untuk memasuki pita konduksi, mereka menimbulkan konduktivitas ekstrinsik pada suhu yang relatif rendah. Bila suhu ditingkatkan, kemiringan kurva Arrhenius menjadi (Eg Ed )/k sebagai mana terlihat pada Gambar 4.9.
60
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Bila ketidak-murnian donor terbatas (misalnya: 1021 P/m3 dalam silikon), hampir semua elektron donasi bergerak memasuki pita konduksi pada suhu di bawah suhu pemakaian biasa. Persediaan ini telah terkuras habis. Persediaan telah habis terkuras. Pada contoh 1021/ m3 di atas, konduktivitas ekstrinsik adalah :
ex
Konduktivitas, In
Pembawa Intrinsik
Tinggi
Rendah
Gambar 4.9. Kehabisan donor. Konduktor intrinsik (kurva sebelah kiri) dan ekstrinsik (kurva sebelah kanan ) masing- masing memerlukan energi Eg dan (EgEd), untuk meningkatkan elektron ke pita konduksi. Pada suhu yang lebih rendah, elektron donorlah yang menjadi penghantar. Pengurasan terjadi bila semua elektron donor telah memasuki pita konduksi, dan suhu belum cukup tinggi untuk memungkinkan elektron valensi melompati sela energi. Konduktivitas hampir tetap pada daerah suhu ini. Konduktivitas ekstrinsik tidak akan naik terus menerus dengan naiknya suhu dan akan dijumpai dataran konduktivitas. Sementara itu, konduktivitas intrinsik sangat rendah pada semikonduktor seperti silikon (5x10
4 1, 1 o
ohm
pada 20
Arheniusnya terdapat disebelah kiri Gamb. 4.50, dengan kemiringan intrinsik -Eg
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
61
BAB IV SEMIKONDUKTOR
/2k, yaitu,
keseluruhan naik mencapai nilai diatas dataran terkuras. Pengurasan donor semikonduktor jenis n mirip dengan penjenuhan akseptor semikonduktor jenis p (Pembaca dipersilahkan merujuk pada pasal-
pasal sebelumnya untuk analogi kejenuhan). Pengurasan donor dan penjenuhan akseptor penting bagi ahli teknik bahan dan listrik, karena keadaan ini menghasilkan daerah dimana konduktivitas dapat dianggap konstan. Hal ini berarti bahwa tidak perlu diadakan kompensasi untuk perubahan suhu dalam rangkaian listrik kecuali jika karakteristik log menerus naik. 4.2.4 Semikonduktor cacat Oksida besi memilki ion Fe3+ disamping ion Fe2+. Hal yang sama terdapat pada Gambar 4.10(a) dimana NiO teroksidasi membentuk ion Ni3+, suatu hal yang lazim pada oksidasi logam transisi yang memiliki valensi ganda. Pada oksida nikel, tiga Ni2+ digantikan oleh dua Ni3+ dan satu kekosongan . Dengan demikian terhadap 1/ T mengikuti garis yang terus
keseimbangan muatan terpelihara; dan difusi lebih mudah demikian pula konduktivitas ion. Akan tetapi hal lebih penting adalah kenyataan bahwa elektron dapat melompat dari ion Ni2+ ke letak akseptor dalam ion Ni3+. Sebaliknya, suatu lubang elektron bergerak dari ion nikel yang satu ke ion lainnya dalam pergerakannya ke elektroda negatif. Oksida nikel dan oksida lainnya dengan struktur M1
x
p.
atmosfir reduksi, menjadi Zn1+yO dengan hilangnya oksigen. Akan tetapi dalam hal ini kekosongan oksigen tidak terbentuk. Ion seng menduduki letak interstisi (Gamb. 4.10b). Ion Zn+ yang timbul untuk mengimbangi muatan memiliki kelebihan satu elektron dibandingkan dengan ion-ion Zn2+ lainnya. Ion-ion lainnya ini dapat memberikan elektron pada pita konduksi menghasilkan semikonduktivitas jenis n.
62
BAB IV SEMIKONDUKTOR
O2-
Ni3+
Kekosongan
Ni3+
O2-
Zn2+
Zn+
CB
Donor
Akseptor
VB
(a)
(b)
Gambar 4.10. Semikonduktor cacat. (a) Ni1-xO. Ion Ni3+ menjadi akseptor elektron, sehingga lubang O terbentuk dalam pita valensi. (b) Zn1+yO. Ion Zn+ merupakan donor elektron, , pada pita konduksi untuk semikonduktor jenis n.
63
BAB IV SEMIKONDUKTOR
inframerah, asalkan foton memiliki energi yang setara atau lebih besar daripada sela energi. Alat jenis kedua adalah termistor, yaitu suatu semikonduktor dengan tahanan yang telah dikalibrasi terhadap suhu. Bila sela energi besar, sehingga kurva In terhadap 1/ T terjal , maka dapat dirancang suatu termistor yang dapat
40 o
C.
Karena banyak bahan semikondktor mempunyai faktor tumpukan yang rendah, mereka memiliki kompresibilitas yang tinggi. Percobaan menunjukkan bahwa bila volum ditekan, ukuran sela energi turun; hal ini dengan sendiirinya meningkatkan jumlah elektron yang dapat melompati sela energi. Dengan demikian tekan dikalibrasikan terhadap tahanan untuk alat pengukur tekanan. Alat foto multiflier bekerja berdasarkan aktivitas elektron, pertama oleh foton dan kemudian oleh elektron-elektron sendiri. Sebagai contoh, misalkan ada sumber cahaya yang sangat lemah, berupa sebuah foton yang mengenai elektron valensi. Mata kita tidak mungkin dapat mengamatinya. Akan tetapi bila elektron tadi ditingkatkan sampai pita konduksi dan sekaligus berada dalam medan listrik yang kuat sekali, elektron itu akan dipercepat sampai mencapai kecepatan tinggi dan energi tinggi. Elektron ini juga dapat mengaktivasi elektron atau beberapa elektron lainnya yang juga dapat dipengaruhi oleh medan yang kuat. Efek penggandaan ini dapat dimanfaatkan. Suatu signal cahaya yang sangat lemah dapat diperbesar. Melalui pengfokusan yang baik, suatu benda dalam kegelapan akan dapat dilihat.
4.3.2 Alat junction (dioda) Beberapa peralatan menggunakan sambungan antara semikonduktor jenis n dan jenis p, yang paling sering digunakan adalah LED (dioda pemancar cahaya) LED ini digunakan pada display digital (merah) yang ditempatkan di
kalkulator. Prinsip kerja LED terlhat pada Gambar 4.11. Pembawa muatan pada
64
BAB IV SEMIKONDUKTOR
sisi-n dan sisi p dari junction adalah elektron dan lubang. Bila arus melalui alat dalam arah seperti terlihat pada gambar, lubang dalam pita valensi bergerak melalui junction kedalam bahan jenis n, sebaliknya elektron pita konduksi memasuki bahan jenis p, Berdekatan dengan junction terdapat pembawa muatan yang berlebihan yang bergabung kembali dan menghasilkan perpendaran cahaya. n+p foton (4.8)
Bila digunakan GaAs, foton yang dikeluarkan dalam daerah penggabungan kembali berwarna merah; GaP akan menghasilkan foton hijau.
Daerah penggabungan kembali foton
Elektron
Arus
(a)
(b)
Gambar 4.11. Dioda pemancar cahaya, (a) suatu LED adalah alat yang terdiri dari junction antara semikonduktor jenis n dan jenis p, (b) Bila terdapat kecenderungan kemuka pada pada junction, kedua jenis pembawa muatan melintasi junction dimana keduanya bergabung dan menghasilkan sebuah foton. Junction pada Gambar 4.11 dapat juga digunakan sebagai penyearah arus (rectifier); yaitu menjadi suatu check valve yang dapat melakukan arus dalam suatu arah dan tidak sebaliknya. Dengan bias maju sesuai Gambar 4.12(a), arus dapat lewat karena pembawa muatan baik elektron maupun lubang bergerak melalui junction. Dengan bias balik sesuai Gambar 4.12(b), pembawa muatan
65
BAB IV SEMIKONDUKTOR
tertarik menjauhi kedua sisi junctin, meninggalkan daerah yang kekurangan pembawa muatan atau daerah isolasi pada pada junction.
Bila tegangan ditingkatkan daerah yang kosong betambah besar. Arus hanya dapat mengalir pada bias maju.
Daerah Isolasi
Elektron
Arus
Gambar 4.12. Penyearah arus (rectifier). (a) Arus mengalir denga bias maju karena pembawa muatan melalui junction. (b) Dengan bias terbalik, pembawa muatan meninggalkan daerah junction. konduktivitas ekstrinsik menghilang dari daerah junction dan hanya tersisa sejumlah kecil konduktivitas Intrinsik.
Hal ini berlaku untuk jangkau tegangan balik yang cukup besar. Akan tetapi, ada suatu titik, di mana arus dapat lewat karena terjadi suatu hubung-singkatan ada di daerah kosong. Khususnya, beberapa pembawa muatan yang ada di daerah kosong dipercepat hingga mencapai kecepatan tinggi oleh perbedaan potensial yang tajam. Sama halnya dengan alat fotomultilflier yang telah diuraikan tadi, elektron berenergi tinggi dapat melepaskan elektron lainnya. Terjadi banjir yang menghasilkan arus yang besar. Pada hakikatnya, kita-kini memiliki pengaman yang terbuka pada tegangan tertentu. katup
66
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Dioda, berdasarkan prinsip tersebut di atas, dapat dirancang untuk tegangan tembus antara 1 atau 2 Volt hingga beberapa ratus volt dengan arus yang berkisar dari milliamper hingga beberapa amper. Dioda yang disebut dioda zener, dapat digunakan sebagai filter, gate dan pengontrol voltage tetap.
4.3.3 Transistor Transistor adalah alat junction yang dapat memperkuat sinyal yang lemah menjadi besaran yang lebih kuat dan dapat dimanfaatkan. Transistor paling sederhana memanfaatkan daerah yang kekurangan pembawa-muatan untuk memperkuat keluaran (output) suatu rangkaian. Ini disebut transistor-efek medan (FET. field-effect-transistor ). Pada Gambar 4.13, junction p-n, oleh sinyal masuk menjadi bias balikan. Dengan perubahannya sinyal, daerah yang kekurangan
pembawa-muatan berubah dan dengan demikian mengubah resistivitas antara sumber dan penerima. Sebalikya, arus yang mangalir ke luar berubah secara terkendali. Sinyal yang lemah dapat menghasilkan fluktuasi arus yang berarti.
Gate
Penerima
Sumber
Gambar 4.13. Transistor (efek-medan). Di sini digunakan junction n-p tunggal. Tegangan pada gate yang bersifat bias-balikan mengubah lebar daerah yang kekurangan dan kerenanya penampang saluran konduksi antara sumber dan penerima. Perubahan kecil saja pada tegangan masuk menghasilkan perubahan besar pada arus yang melalui saluran konduksi.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
67
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Dikenal transistor umum dengan dua junction yang dihubungkan secara seri. Jenisnya adalah p-n-p atau n-p-n dan disebut transistor junction. Jenis pertama banyak digunakan pada waktu dahulu ; akan tetapi, kita akan membahas transistor n-p-n, karena lebih mudah menggambarkan pergerakan elektron dibandingkan dengan pergerakan lubang. Namun prinsipnya sama saja. Sebelum membahas susunan transistor, perlu diingat kembali bahwa jika lubang bergerak melintasi junction dengan bias maju (Gambar 4.12a), mereka akan bergabung kembali dengan elektron dalam bahan jenis-n sesuai pers. (4.4b). Elektron bergabung dengan lubang ketika elektron melintasi junction dan memasuki bahan jenis-p. Namun, reaksi Pers. (4.4b) tidak terjadi seketika itu. Sebenarnya, kelebihan jumlah pembawa-muatan positif dan negatif dapat bergerak cukup jauh melewati junction, Jumlah pembawa-muatan yang tidak bergabung kembali yang berlebihan merupakan fungsi eksponensial dari tegangan terpasang dan penting untuk operasi transistor.
n
p
Pemancar
Basis
Kolektor
Ve
Ve
Gambar 4.14. Transistor (n p n) jumlah elektron yang melintas dari junction pemancar sangat peka terhadap tegangan pemancar. Bila basis sempit, pembawa muatan ini bergerak ke junction basis kolektor dan lebih jauh lagi sebelum menggabung kembali. Jumlah arus fluks total, dari pemancar ke basis, dibesarkan oleh fluktuasi dalam tegangan pemancar.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
68
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Suatu transistor terdiri dari pemancar, basis, dan kolektor. (Gambar. 6.14). Untuk sementara, baiklah ditinjau junction pemancar saja yang biased
sedemikian rupa sehingga elektron bergerak ke basis (dan menuju ke kolektor). Sebagai mana telah diuraikan sebelumnya, jumlah elektron yang melintasi junction ini dan memasuki bahan jenis p merupakan fungsi eksponensil dari tegangan pemancar, Ve. Dengan sendirinya, elektron-elektron tersebut serentak mulai bergabung dengan lubang-lubang dalam basis, akan tetapi bila base sempit, atau bila waktu penggabungan kembali lama ( pada pers. 4.5). elektron akan terus bergerak bebas kerena kolektor merupakan semikonduktor jenis n, Arus total yang mengalir melalui kolektor dikendalikan oleh tegangan pemancar, Ve. Bila tegangan pemancar berubah-ubah, arus kolektor, lc berubah secara eksponensil. Secara logaritmis dapat ditulis sebagai berikut :
In Ic In Io + Ve /B, atau
(4.9a)
IC
I O e Ve /B ,
(4.9b)
dimana I o dan B merupakan konstan. Jadi, bila tegangan dalam pemamcar dinaikkan sedikit saja, pertambahan arus cukup besar. Hubungan inilah yang menyebabkan mengapa transistor digunakan sebagai amplifier.
ketidakmurnian merupakan pembawa donor dan pembawa negatif (jenis-n); jenis lain lagi merupakan pembawa akseptor dan pembawa negatif (jenis-p). Dopant ini meskipun sengaja ditambahkan, jumlahnya harus terkontrol dengan ketat hingga level perjutaan (ppm) bahkan kurang. Oleh karena itu, biasanya silikon dimurnikan
69
BAB IV SEMIKONDUKTOR
(atau semikonduktor lainnya) semurni mungkin, kemudian baru ditambahkan dopant tepat sesuai diinginkan.
4.4.1 Pertumbuhan kristal Untuk sebagian besar pemakaian semikonduktor diperlukan kristal tunggal, karena batas butir mengurangi mobilitas pembawa muatan dan mengurangi waktu rekombinasi pembawa muatan terlebih. Pengurangan waktu rekombinasi
mempengaruhi daya guna sejumlah peralatan junction. Penumbuhan kristal biasanya memanfaatkan salah satu dari dua teknik yang dikenal dalam teknologi semikonduktor, yaitu metode penarikan kristal dan metode zona-mengambang (Gambar 4.15).
(b ) Gambar 4.15. Pertumbuhan kristal tunggal semikonduktor (a) metode penarikan kristal, benih berupa kristal tunggal ditarik ke atas perlahan-lahan. Cairan berkristalisasi pada permukaan bawah, (b) Prosedur zona mengambang. Zona atau daerah cair diangkat sepanjang semikonduktor yang membeku pada bagian bawah sebagai suatu kristal tunggal. Cairan tetap berada pada posisinya oleh tegangan permukaan dan tidak bersinggungan dengan wadahnya. (a)
Pertama-tama bahan semikonduktor lebur; kemudian benih kristal tunggal dikenakan kepermukaan dan ditarik keatas dengan perlahan-lahan (~ 1 mm/menit) sambil diputar (~ 1/ det). Bila cairan sedikit di atas titik cairnya, maka akan
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
70
BAB IV SEMIKONDUKTOR
membeku pada kristal benih ketika benih ditarik ke atas. Atom bersolidifikasi sesuai dengan struktur kristal benih. Dapat ditambahkan bahan dopant kelompok III atau kelompok V pada bahan cair dalam jumlah (~ 10 diperlukan untuk menghasilkan produk jenis-p dan n. Teknik tersebut (Gambar 4.15a) cukup memuaskan untuk germanium dan bahan lain yang mencair di bawah 1000 oC. Namun, kurang sesuai untuk silikon. Silikon mencair di atas 1400 oC dan, oleh karena itu lebih mudah terkena kotoran yang berasal dari tempat dan dinding dapur. Selain itu, dopant mudah menguap hingga pengendalian komposisi lebih sulit, oleh karena itu digunakan proses daerah mengambang. Zona mengambang diawali dengan batang (diameter > 5 cm ) dari silikon polikristalin yang telah dimurnikan. yang berada di atas piring kristal tunggal yang telah dipersiapkan. Keduanya mencair ditempat bersinggungan dengan pemanasan r-f. kumparan r-f diangkat perlahan-lahan (Gambar 4.15b) untuk menggerakkan daerah yang cair ke arah atas. Bahan polikristal mencair mengikuti pergerakan ke atas dan mengumpan zona cair. Kristal tunggal awal tumbuh ke atas mengikuti pergerakan daerah bawah yang cair yang kemudian mencair. Sama dengan proses penarikan kristal, pergerakan ke atas dari zona cair adalah sekitar ~1 mm/menit. Kemudian batang dipotong-potong menjadi keping yang halus (~ 0,25 mm). keping tersebut dipolis dan diberikan secara kimia, kemudian ditambahkan dopant pada lapisan epitaksial. Lapisan ini adalah lapisan yang tumbuh pada permukaan sebagai kelanjutan kristal yang berada di bawahnya. Pertumbuhan berasal dari campuran gas dengan komposisi sedemikian rupa sehingga lapisan jenis-n atau jenis-p. SiCl4H2 dan PH3 untuk silikon jenis-n, dan SiCl4, H2, dan B2H6 untuk silikon jenis-p.
6
% atom) yang
71
BAB IV SEMIKONDUKTOR
/(
p)
= 0,18.
Catatan: Konduktivitas dalam pita konduksi lebih tinggi dari konduktivitas lubang elektron dalam pita valensi.
2. Dari Tabel 4.2, diketahui bahwa senyawa arsen gallium mempunyai konduktivitas intrinsik sebesar 10
6
ohm-1.m-1 pada
elektron yang melompati celah energi ? Jawab : Dari pers. (4.1.). n = (10-6 ohm-1 m-1)/(0,16 x 10-18 amp.detik)(0,88+0,04 m2/V. detik) = 6,8 x 1012 /m3 Catatan: Terdapat 1,36 x 1013 pembawa / m3 kerena untuk setiap elektron yang diaktivir melompati sela energi tersedia satu lubang elektron.
3.
Setiap atom timah kelabu memiliki 4 elektron valensi. Ukuran sel satuan (Gamb. 4.3a) adalah 0,649 nm. Perhitungan tersendiri menunjukkan bahwa ada 2x 025 elektron konduksi perm3. Berapa bagian dari elektron telah diaktivir hingga pita konduksi ? Jawab: Menurut Gamb. 4.3. terdapat 8 atom per sel satuan Elektron valensi /cm3 =
(8atom / selsatuan)(4cl / atom) (0,649x10 9 cm)3 / selsatuan
72
BAB IV SEMIKONDUKTOR
4. Tahanan germanium pada 20 0C adalah 0,5 ohm.m. Berapa tehanannya pada 400 C ? Jawab : berdasarkan Pers. (4.3) dan sela energi sebesar 0,7 eV (Tabel 4.2):
2 1 1 2 0e 0e Eg / 2 kT2 Eg / 2 kT1
In
Eg
2
2k
1 T1
1 . T2
1 3I3K
=
2/ 1
0,9.
= ~ 2,5.
Jadi bila
20
= 0,5 0hm.m.
40 0 C
= 0,2 ohm.m.
5. Berkas tabung TV menyusuri layar dengan kecepatan 30 rangka per detik. Berapa waktu relaksasi dari elektron fosfor yang diaktivir bila intensitas sisa adalah 20% pada penyusuran berikutnya ? Jawab : Dari pers. (4.7). In(1,00/0,20) = (0,033 detik )/ = 0,02 detik. Catatan: Kita gunakan istilah pendar fluor bila waktu relaksasi pendek
dibandingkan dengan waktu relaksasi visual kita. Bila perpendaran cahaya memiliki waktu pijar sisa yang berarti, kita menggunakan istilah pender fosfor.
73
BAB IV SEMIKONDUKTOR
dalam keadaan murni. Seorang ahli teknik ingin menghasilkan bila ditambahkan aluminium sebagai
ketidakmurnian. Berapa jumlah atom aluminium per m3 ? Jawab: Karena konduktivitas intrinsik rendah dibandingkan dengan 200 ohm 1,m 1, hampir semua konduktivitas dihasilkan oleh lubang yang berasal dari atom akseptor : np = (200 ohm 1,m 1)/(0,16 x 10 = 3 x 1023 /m3 . Catatan : setiap aluminium menghasilkan satu letak akseptor dan satu lubang elektron. oleh karena itu diperlukan 3x1022 atom aluminium perm3. Jumlah yang cukup besar, akan tetapi masih kecil (0,6 ppm) dibandingkan dengan jumlah atom silikon per-m3 (lihat soal 1a).
18
7. Transistor terdahulu menggunakan germanium dengan tahanan ekstrinsik sebesar 0,02 ohm.m dan konsentrasi elektron konduksi sebesar 0,87x1021 /m3 (a) Hitunglah mobilitas elektron dalam germanium (b) Sebutkan unsur ketidak murnian yang dapat ditambahkan pada germanium agar menghasilkan elektron konduksi. Jawab: Karena kita sedang membahas konduktivitas ekstrinsik elektron, yaitu jenis-n. a)
n
18
amp sek)
b)
Catatan: Mobilitas elektron tidak tergantung pada unsur kelompok V yang ditambahkan karena elektron, sekali mamasuki pita konduksi, bergerak melalui kisi silikon tidak tergantung pada donor.
74
BAB IV SEMIKONDUKTOR
Unsur Kelompok VI dapat juga ditambahkan. Karena mereka memiliki elektron tambahan kedua (disamping empat lainnya utuk ikatan ), hanya dipulukan 0,4x1021/m atom untuk menghasilkan 0,8x1021/m3 elektron konduksi. 8. Terdapat 1022 Al/m3 dalam silikon untuk menghasilkan semikonduktor jenis-p. Pada suhu berapa konduktivitas intrinsik silikon akan sama dengan konduktivitas ekstrinsik maksimum. Jawab: Pada saat jenuh
ex
= =
18
A. sek)(0,0425 m2 / v. sek)
,m
dari Tabel 2.
In
5 x 10
1
ohm 1.m
o
pada 20oC ;
1 : T
e
o
1,1 / 2 k ( 293 K )
1.1 / 2 kT
/ 68) =
11,8 =
T = 640 K (atau 367o C). catatan :Persamaan umum untuk konduktivitas dalam semikonduktor adalah: =
In
+ ( n) ex + ( p) ex
n
= (nInq)(
) + (nnq n) ex + (npq p) ex
Biasanya, hanya satu dari ketiga suhu tersebut yang penting pada suatu waktu tertentu dan lainnya dapat diabaikan. Pada contoh ini , hanya ( pada 20oC. 9. Sulfida seng digunakan sebagai termistor. Berapa tingkat ketelitian, pengukuran tahanan agar dapat dicatat perubahan suhu 0,001 oC ? Jawab: karena ukuran konstan
p)ex
yang penting
75
BAB IV SEMIKONDUKTOR
R1 R1
R2
1 1
2 1
1 2
1 2 Oe
3, 7 eV / 2 kT Oe 3, 7 eV / 2 k (T 0 , 001)
In (1 karena
1 T
3,7eV 1 6 2(86,1 10 eV / K ) T
1 T 10
1 T 10
(T 10 3 ) T T (T 10 3 )
10 3 . T2
In (1
)= ( =
= 0,00025
(atau 0,025%)
10. Suatu transistor mempunyai arus kolektor sebesar 4,7 miliamper bila tegangan pemancar = 17 milivolt. Pada 28 milivolt arus besarnya 27,5 miliamper. Bila diketahui bahwa tegangan pemancar = 39 milivolt, berapa besar arus ? Jawab: Berdasarkan (4.9). In 4,7 In 27,5 Penyelesaian memberikan : Pada 39 milivolt. In Io + 17/B = 1,55 In Io + 28/B = 3,31 In Io In Ic Ic 1,17 dan B 6,25 5.07.
Catatan: Seorang ahli listrik mengubah Pers. (4.9) untuk menentukan efek arus tambahan. Hal ini ternyata tidak merubah hubungan dasar: Variasi arus kolektor jauh lebih besar dibandingkan dengan perubahan tegangan sinyal.
76
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
Konsep penting dalam permasalahan dielektrik adalah momen dipol listrik yang merupakan ukuran pengaruh medan listrik pada sepasang muatan listrik yang besarnya sama tapi berlawanan tanda. Ketika medan listrik diberikan kepada material maka fenomena populasi muncul. Bahkan dielektrik dipergunakan terutama terkait dengan kemampuannya menyimpan muatan atau energi elektrostatik. Dalam kaitan ini diperkenalkan beberapa konstanta material dielektrik berkaitan dengan interaksinya dengan medan listrik diantaranya adalah
permitivitas dan susceptibilitas untuk besaran makro dan konstanta polarisasi untuk skala mikro. Di lain pihak material dielektrik juga sangat luas dipakai sebagai isolasi tegangan/ medan tinggi. Dalam keadaan demikian maka fungsi utama material adalah untuk menahan medan listrik. Sebagai isolasi dikenal kekuatan dielektrik/isolasi dan suatu konstanta penting yaitu rugi rugi dielektrik. Baik fungsinya sebagai dielektrik maupun sebagai isolasi, materil dielektrik memegang peranan sangat penting dalam elektroteknik. Komponen komponen seperti kapasitor, hingga isolasi pada peralatan listrik seperti motor motor listrik, generator, peralatan listrik rumah tangga adalah beberapa contoh peran material dielektrik dalam kehidupan sehari hari. Pada Bab ini akan dibahas mengenai material dielektrik sebagai dielektrik maupun sebagai isolasi. Bertitik tolak dari polarisasi dan macam macamnya, konstanta dielektrik serta pengaruh frekuensi dielektrik hingga kekuatan dielektrik serta macam macam tembus isolasi.
77
5.1. KAPASITANSI
Jika tegangan searah (dc) diberikan pada suatu kapasitor, antara kedua plat yang satu bermuatan positip dan yang lainnya bermuatan negatip tergantung polaritas medan listrik positip dan negatip. Besarnya kapasitansi C tergantung muatan Q yang tersimpan antara kedua plat. C = Q/V (5.1)
Dimana V adalah tegangan yang diberikan pada kapasitor. Satuan kapasitansi coulomb per volt atau Farad. Suatu kapasitor plat sejajar yang berisi udara antara kedua plat seperti pada Gamber 5.1, maka kapasitansi dapat diketahui dengan persamaan,
A
o
(5.2)
o
Dimana A luas plat, l jarak antara kedua plat, dalam vakum) dengan nilai 8,854x10-12 Farad/m.
Jika material dielektrik dimasukkan diantara kedua plat (lihat Gambar 5.1a), maka kapasitansi adalah,
C
Dimana
(5.3)
o.
Jika nilai
material dielektrik dari udara antara kedua plat. Konstanta dielektrik merupakan salah satu sifat material yang dijadikan pertimbangan dalam mendesain kapasitor dan isolator. Nilai
r
78
Gambar 5.1. Kapasitor plat sejajar (a) antara kedua plat berisi udara (vakum), (b) antara kedua plat berisi material dielektrik. Tabel 4.1 Konstanta dan Kekuatan Dilektrik Beberapa Material Material Keramik Keramik Titanium Mika Steatite (MgO-SiO2) Soda-Lime Galas Porselen Silika Fuse Polimer Phenol-Formaldehyde Nylon 6,6 Polystyrene Polyethylene Polytetrafluoroethylene
* 1 mil = 0,001 in
Konstata Dielektrik 60 Hz 1 MHz 6,9 6,0 4,0 5,3 4,0 2,6 2,3 2,1 15-10.000 5,4 8,7 5,5-7,5 6,9 6,0 3,8 4,8 3,6 2,6 2,3 2,1
Kekuatan Dielektrik (V/mil)* 50-300 1000-2000 200-350 250 40-400 250 300-400 400 500-700 450-500 400-500
79
Bila suatu material ditempatkan pada medan listrik maka terjadilah momen dipol didalam material. Peristiwa ini dapat diilustrasikan dengan penempatan material di antara dua pelat kapasitor yang diberi medan listrik E seperti pada Gambar 5.2. Pada Gambar 5.2a material terpolarisasi dan pada pelat terinduksi muatan yang berlawanan tanda. Gambar 5.2b menunjukkan bagian material saja di mana dalam material terdapat untaian muatan positif negatif secara berantai.
Dengan demikian dilihat secara ruah (bulk) maka tidak ada muatan netto. Namun demikian pada permukaan perbatasan dengan pelat terdapat muatan terikat masing masing -Qp dan + Qp. Dua muatan inilah yang mewakili peristiwa polarisasi secara bulk yang dialami oleh material akibat kehadiran medan listrik yang diekspresikan dengan Gambar 5.2c.
(a)
(b)
(c)
Gambar 5.2: Ilustrasi polarisasi material dielektrik Polarisasi di dalam material direpresentasikan dengan besaran polarisasi P yang menyatakan momen dipol per satuan volume. Bila momen dipol per dipol p = q.d, dan kerapatan dipol N per meter kubik maka polarisasi dapat dinyatakan sebagai :
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
80
P = Np
(5.5)
Polarisasi tergantung dari besarnya medan listrik yang diberikan. Untuk material yang bersifat homogen dan isotropik maka P = Dimana
0 0 e
E
e
(5.6) adalah
E/N
atau
P=N
Bila dibandingkan dengan sebelum ditempatkannya material dielektrik di antara dua pelat maka pada saat tidak dielektrik (ruangan diisi ruang hampa /udara ) berlaku hubungan D=
O
(5.7)
Dimana D = kerapatan fluk listrik. Pada saat ruang hampa diganti dengan bahan dielektrik maka hubungan menjadi D= Dimana E=
r O
E
r
Perubahan pada D dengan kehadiran dielektrik disebabkan oleh munculnya polarisasi di dalam dielektrik. D= E=
O
E+ P
1)
(5.9)
81
5.3.1 Polarisasi Elektronik Teori atom menyatakan bahwa suatu atom tersusun atas inti atom bemuatan positif dan elektron yang mengitari inti bermuatan negatif. Muatan neto dalam atom adalah netral. Dalam keadaan tidak ada pengaruh medan luar maka pusat muatan positif inti atom terimpit dengan pusat muatan negatif elektron. Dengan demikian tidak ada momen dipol dalam atom. Namun bila atom berada pada daerah dengan medan listrik maka muatan akan berinteraksi dengan medan dan terjadilah pergeseran pusat muatan baik positif maupun negatif. Munculah polarisasi. Polarisasi demikan disebut diilustrasikan pada gambar berikut. dengan polarisasi elektronik seperti
82
Pergeseran pusat muatan sejauh x akan oleh medan E menimbulkan gaya atraksi antar pusat muatan yang cenderung untuk mendekat. Bila atom mempunyai nomor Z yang berarti mempunyai Z elektron maka gaya yang mendorong elektron menjauh dari inti atom akibat medan listrik adalah ZeE. Di lain pihak gaya yang mendorong elektron untuk mendekati inti adalah sebanding dengan pergeseran x yaitu Fr
x . Di sini
ZeE = x
pe
ZeE
Z 2e2
(5.10)
momen dipol ini akan tetap bila medan yang diberikan adalah DC dan konstan. Bila tiba tiba medan hilang gaya atraksi berperan. Pergerakan pusat muatan negatif dapat dinyatakan dengan persamaan
Zme
d2 x dt 2
(5.11)
Penyelesaian dari persamaan diferensial ini kan menghasilkan persamaan posisi yaitu
x(t)
dimana
x o cos(
1/2
t)
(5.12)
Zm e
83
Adalah frekuensi osilasi awan elektron disekitar inti atom dan xo merupakan jarak sebelum medan dihilangkan. Konstanta polarisasi elektronik dapat dinyatakan sebagai
p E
Ze 2 me
2 o
(5.13)
5.3.2. Polarisasi Ionik Yaitu polarisasi pada molekul/ ion yang disusun beberapa atom dengan kehadiran medan listrik. Kristal ionik seperti NaCl, KCl dan sebagainya mempunyai susunan rantai ion positif dan negatif. Sebagai contoh kita lihat untuk NaCl. Pada saat tidak ada medan luar maka NaCl tidak terjadi polarisasi karena rantai tersusun oleh momen dipol yang sama besar dan berlawanan arah seperti pada Gambar (5.4a. Namun dengan kehadiran medan luar maka posisi ion positif dan negatif sedikit bergeser dan terjadilah polarisasi netto seperti ditunjukkan oleh Gambar (5.4b.
Gambar 5.4. Ilustrasi polarisasi ionik pada NaCl (a) tidak ada medan (b) ada medan Sebagaimana pada polarisasi elektronik maka dikenal adanya konstanta polarisasi ionik/atomik.
84
p
e
E lokal
Besar konstanta polarisasi ionik dapat dicari dengan persamaan Clasium Mossotti yang akan dibicarakan kemudian.
5.3.3. Polarisasi Orientasi ( dipolar) Yaitu polarisasi akibat dipol dipol di dalam bahan dielektrik mengalami perubahan orientasi akibat medan listrik. Polarisasi ini terjadi di dalam material dielektrik yang mempunyai dipol permanen (dipolar) seperti HCl. Pada saat tidak ada medan luar maka dipol dipol terorientasi secara acak dan tidak ada polarisasi netto. Gambar a dan b menunjukkan momen dipol permanen HCl dan orientasi random dari dipol pada saat tidak ada medan. Kehadiran akan membuat orientasi dipol dipol mengarah pada medan dan muncullah polarisasi netto seperti ditunjukkan Gambar (5.5c dan (5.5d.
85
Konstanta polarisasi orientasi tergantung dari temperatur dan dapat dihitung dengan menggunakan statistik Boltzmann dan diperoleh
1 2 3 kT
(5.14)
dimana adalah dipol permanen, k adalah konstanta Boltzmann dan T adalah temperatur.
5.3.4. Polarisasi Interfacial Yaitu polarisasi akibat terjadi penumpukan muatan pada perbatasan bahan dielektrik yang tidak homogen. Dengan mempertimbangkan tiga macam polarisasi yaitu elektronik, ionik dan orientasi maka polarisasi dapat diuraikan menjadi : P = Pe + Pi + PO Dengan Pe = Pi = Po =
e
(5.15
NE
i NE o
NE
Dengan demikian
Yaitu total koefisien polarisasi merupakan penjumlahan dari komponen koefisien polarisasi. Koefisien polarisasi total menjadi : = dan
e e
/ (3kT)
(5.16)
/(3kT) =
1 )/N
86
Tabel 5.1 Permetivitas relatif beberapa material dan jenis polarisasi Material Gas Argon Argon Cair Si NaCl CsCl Air PVC Polarisasi Elektronik Elektronik Elektronik Ionik Ionik Orientasi / dipolar Orientasi / dipolar Permitivitas Statik 1,0005 1,53 11,9 5,9 7,2 80 7
PADA
ZAT
PADAT
DAN
PERSAMAAN
CLAUSIUS MOSSOTTI.
Pada zat pada antar atom berinteraksi sehingga antar dipol juga berinteraksi. Dalam nengevaluasi koefisien polarisasi maka pengaruh dipol disekitarnya perlu dipertimbangkan. Bila medan E diberikan ke dalam dielektrik maka suatu titik di dalam dielektrik akan mengalami medan tambahan akibat interaksi dipol seperti digambarkan berikut. E P - - E1 + + +
87
Medan lokal di dalam dielektrik adalah E* = E + E1 Medan akibat dipol E1 dapat dihitung dengan penjumlahan seluruh pengaruh dipol dan akan menghasilkan E1 = P/3
O
(5.17)
dan konstanta polarisasi menjadi a = P/NE* = P/N (E + E1) Dengan subtitusi persamaan sebelumnya akan didapat N /3
O
=(
1)/( r + 2)
(5.18)
Pada frekuensi optik maka yang ada hanyalah polarisasi elektronik maka persamaan dapat dituliskan menjadi N
e
/3
=(
re
1)/(
re
+2)
re
bahan dielektrik. Subtitusi n ke dalam persamaan sebelumnya diperoleh persamaan Clausius Mossotti yaitu N
e
/3
= (n2
1)/(n2 + 2)
(5.20)
)/ 3
=(
1)/( r +2)
)/3
=(
1)/( r +2)
Didefinisikan konstanta polarisasi molar yaitu besar polarisasi per satu molar dielektrik yaitu: Na(
e
)/3
= M/
x (
1)/( r +2)
(5.23)
88
konstanta dielektrik dalam keadaan sionusoidal ini akan berbeda dengan pada keadaan DC. Kehadiran medan sinusoidal akan membuat besar dan arah
polarisasi berubah secara periodik mengikuti perubahan medan. Jika momen dipol dapat mengikuti perubahan medan secara sempurn maka
(5.24)
ad
po 3kT
(5.25)
Kehadiran medan sinusoidal akan membawa kepada kondisi dimana tidak semua dipol dapat mengikuti perubahan medan. Hal ini disebabkan oleh dua faktor. Faktor pertama adalah agitasi thermal yang cenderung membuat orientasi dipol menjadi random. Faktor kedua adalah friksi dengan atom/ kisi/ dipol di sekitarnya yang cenderung untuk menghambat terjadinya orientasi untuk mengikuti medan. Bila medan berubah dengan cepat maka dipol tidak dapat lagi mengikuti perubahan medan dan sebagai akibatnya sebagian besar dipol tetap berada pada kondisi random. Pada frekuensi yang sangat tinggi maka ad akan cenderung menjadi nol. Dengan demikian maka ad mengecil menuju pada frekuensi tinggi. Anggap pada suatu dielektrik gas diberikan medan DC untuk waktu lama dan tiba tiba medan diturunkan dari Eo menjadi E seperti pada Gambar (5.7. maksimum pada kondisi DC dan
Karena E menjadi lebih kecil maka dipol induksi DC juga mengecil dan dapat dinyatakan sebagai
d
(0)E
(5.26)
89
dimana
momen dipol induksi per molekul akan berkurang atau mengalami relaksasi dari
d
(0)E O ke
( 0) E .
Bila
adalah waktu relaksasi rata rata di antara dua tumbukan / gesekan selama
proses relaksasi maka waktu yang diperlukan sehingga dipol induksi menjadi random adalah . Bila momen induksi sesaat adalah p maka p d
(0)E adalah
momen dipol induksi sisa yang harus menjadi random selama relaksasi untuk t mendekati tak hingga. Kecepatan perubahan momen dipol dapat dituliskan sebagai
dp dt
(0)E
(5.27)
Untuk kondisi AC, dapat diasumsikan mempunyai bentuk E EO sin ( t ) Eo exp (j t) , didapat (5.28)
dp dt
(0)
exp(j t)
90
Solusi dari persamaan ini diperoleh momen dipol induksi sesaat sebagai p dimana
d
d
( )E O exp( j t )
(5.29)
( )
(0) 1 j
d
(5.30)
yang menyatakan konstanta polarisasi pada keadaan AC. Konstanta polarisasi pada keadaan AC merupakan bilangan kompleks yang menyatakan bahwa dalam keadaan AC antara p dan E berbeda phasa. Bila N adalah jumlah molekul per unit volume maka P = Np. Pada frekuensi rendah maka frekuensi tinggi t 1,
d
( ) mendekati
Gambar 5.8 (a) Medium dipolar dengan medan AC (b) Permitivitas relatif kompleks.
Untuk kerapatan molekul N per satuan volume maka konstanta dielektrik dapat dinyatakan sebagai
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
91
N
O
(5.31)
j r" 1
N
O
( 0) 1 j
d
N ( 0) 1 j 1 ( )2 O
(5.32)
Besaran N
( 0)
(5.33)
' 1
( 0) 1 1 ( )2
r
"
( 0) 1 1 ( )2
r
(5.34)
Persamaan ini disebut dengan persamaan Debye yang menggambarkan perilaku konstanta dielektrik kompleks terhadap frekuensi.
Gambar 5.9. Ketergantungan terhadap frekuensi dari komponen ril dan imajiner dari konstanta dielektrik untuk berbagai polarisasi
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
92
"/
W vol
E2
tan
Dengan demikian rugi rugi dielektrik per satuan volume ditentukan oleh tiga faktor yaitu: - Frekuensi, makin tinggi frekuensi makin tinggi pula rugi rugi - Medan, makin tinggi medan listrik makin tinggi pula rugi rugi - Konstanta rugi rugi, makin tinggi konstanta rugi rugi makin tinggi pula rugi rugi dielektrik. Sebagai contoh untuk bahan cross linked polyethylene (XLPE) yang banyak digunakan untuk kabel dan alumina yang banyak digunakan untuk komponen elektronik pada frekuensi 60 Hz dan 1 MHz dan pada medan sebesar 100 kV/cm dapat dihitung losses per cm kubik (silakan coba) seperti pada tabel berikut: Tabel 5.2 Rugi rugi dielektrik untuk XLPE dan Alumina Material
r
XLPE Alumina
2,3 8,5
2,3 8,5
93
CO V
r r
(5.36)
' j r " maka
(5.37)
Co adalah kapasitansi kapasitor bila tidak diisi dengan bahan dielektrik (berisi ruang bebas.
(a)
(b)
Gambar 5.10. (a) Dielektrik dengan arus AC (b) Diagram phasor arus
Dielektrik yang diberi tegangan AC dapat dinyatakan dengan rangkaian ekivalen seri atau pararel seperti pada Gambar 5.10 berikut:
94
(a)
(b)
Pada rangkaian ekivalen pararel komponen permitivitas relatif kompleks terdiri dari " Cp CO
1 R pCO
'
(5.38)
(5.39)
Selain rangkaian pararel ini dapat juga dipergunakan rangkaian ekivalen seri seperti Gambar 5.10(b). Hubungan hubungan yang dapat diturunkan adalah
RS Rp 1
2
Rp Cp
CS
1
2
Rp Cp
2
Rp Cp
R S CS
(5.40)
95
5.8.
KEKUATAN DIELEKTRIK DAN TEMBUS DIELEKTRIK Material dielektrik banyak dipakai sebagai isolasi tegangan tinggi. Sebagai
isolasi maka kekuatan menahan medan listrik yang besar merupakan syarat. Suatu bahan dielektrik mampunyai kekuatan menahan medan listrik tertentu. Kekuatan menahan medan listrik tertentu disebut dengan kekuatan isolasi (satuan kV/cm dll.). Setiap bahan isolasi mampunyai harga kekuatan isolasi masing masing. Banyak faktor yang berpengaruh terhadap kekuatan isolasi seperti struktur molekul, kehadiran ketidakmurnian, temperatur dan kelembaban. Secara umum material isolasi padat mempunyai kekuatan isolasi paling tinggi dan isolasi gas mempunyai harga yang paling rendah. Bila kepada bahan dielektrik tersebut diberikan medan listrik melebihi kemampuannya maka isolasi akan mengalami kegagalan berupa tembus
(breakdown). Tembus pada zat padat bersifat permanen sedangkan tembus pada isolasi cair dan terutama gas pada umumnya bersifat sementara. Kejadian tembus isolasi diikuti oleh kenaikan arus yang sangat tinggi. Ini dapat dilihat pada diagram karakteristik arus tegangan ditandai dengan kenaikan arus yang sangat tajam.
Arus
Ib
Tegangan
96
5.8.1. Tembus pada dielektrik gas Dielektrik gas mempunyai susunan molekul/ atom yang relatif jarang dibandingkan dengan dielektrik cair atau padat. Untuk terjadinya tembus perlu ada elektron awal. Elektron awal dapat muncul dalam gas melalui berbagai cara seperti akibat radiasi kosmik, eksitasi termal atau elektron dari permukaan katoda akibat berbagai proses seperti radiasi atau emisi medan. Bila suatu elektron awal telah tersedia di dalam gas maka bila medan listrik dalam gas cukup besar maka elektron akan bergerak dipercepat dan akan memperoleh energi kinetik yang besar pula. Energi kinetik yang besar yang dimiliki elektron memungkinkan mengionisasi molekul/ atom gas bila bertumbukan. Dengan adanya ionisasi gas ini maka muncul elektron kedua. Kedua elektron akan memulai proses serupa untuk menghasilkan dua elektron baru dan seterusnya. Sehingga didalam gas akan terjadi multiplikasi elektron secara eksponensial. Peristiwa ini disebut dengan Avalanche. Bila kenaikan elektron berjalan terus maka suatu ketika kedua elektroda akan dijembatani oleh avalanche elektron dan terjadila tembus. Tembus gas dipengaruhi oleh tekenan gas. Makin tinggi tekanan gas maka kerapatan juga makin tinggi. Hal ini mengakibatkan jarak rata rata antara molekul atau atom semakin kecil dan sebagai akibatnya energi kinetik elektron lebih kecil dan ionisasi molekul/ atom gas semakin sulit. Dengan demikian secara umum maki tinggi tekanan gas makin tinggi pula kekuatan tembus. Tembus gas juga dipengaruhi oleh tingkat kemurnian gas tersebut. Kandungan zat pengotor dan kelembaban dapat menurunkan kekuatan dielktrik. Temperatur juga dapat mempengaruhi kekuatan dielektrin cair namun biasanya terkait dengan parameter phisik yang lainnya. Pada tekanan 1 atm dan frekuensi 60 Hz maka kekuatan tembus udara adalah 31 kV/ cm. Pada saat ini telah ditemukan dielektrik gas dengan kekuatan isolasi tinggi misalnya SF6. Yang mempunyai kekuatan pada 1 atm 79,3 kV/ cm,
97
CHCl3 dengan kekuatan sekitar 150 kV/cm, CCl4 dengan kekuatan yang lebih tinggi yaitu sekitar 215 kV/cm.
5.8.2. Tembus pada dielektrik cair Kejadian tembus pada dielektrik cair masih menyimpan banyak misteri dan tidak sejelas dielektrik gas. Kehadiran gelembung gas (buble) dan partilek konduktif di dalam dielektrik cair dianggap sebagai bertanggungjawab atas terjadinya tembus pada dielektrik cair. Gelembung gas akan tembus walaupun dielektrik cair masih sehat karena kekuatan tembus dielektrik cair lebih tinggi dari gas. Tembus didalam gelembung gas akan menghasilkan gas baru yang akan memperbanyak jumlah gelembung atau memperbesar ukuran gelembung gas. Juga dapat timbul partilek konduktif akibat oksidasi selama tembus gas dalam gelembung berlangsung. Emisi elektron dari permukaan elektroda juga mungkin terjadi. Bila kejadian ini berlangsung terus menerus maka suatu saat dapat
menjembatani kedua elektroda dan terjadilah tembus dielektrik cair. Tabel 5.3 Kekuatan dielektrik cair Material dielektrik Cair exana Benzena Nitrogen cair Oksigen cair Minyak trasformator Minyak kapasitor Askarel Kekuatan dielektrik (kV/cm) 130 110 170 240 150 200 200
98
5.8.3 Tembus pada dielektrik padat Secara umum kekuatan dielektrik padat lebih besar dari dielektrik gas dan cair. Tembus dielektrik padat dibagi atas : tembus interisik (intrinsic breakdown) tembus thermal (thermal brekdown) tembus elektomekanik (electromechanical breakdown) tembus peluahan (discharge breakdown)
a. Tembus intrisik Bila ke dalam dielektrik diberikan tegangan tinggi maka munculah medan tinggi. Bila di dalam bahan dielektrik terdapat elektron konduksi maka elektron akan dipercepat. Percepatan elektron berbanding lurus dengan kuat medan listrik. Elektron yang dipercepat akan mendapatkan energi kinetik dalam perjalanannya karena kecepatan makin bertambah. Elektron ini bergerak diantara atom atom dielektrik. Bila selama tumbukan dengan atom semua energi elektron tidak dapat diserap oleh atom maka elektron mengionisasi atom dan munculah elektron baru yang siap mengalami proses yang sama. Dengan demikian sepanjang perjalanan muncul elektron makin banyak. Terjadilah konduksi elektron yang sangat besar disebut dengan elektron avalanche. Tembus intrisik sering disebut juga dengan tembus elektronik. Hal ini karena proses terjadinya tembus yang disominasi oleh proses elektronik. Kekuatan tembus intrinsik bahan isolasi berharga sangat tinggi dan biasanya diperoleh dengan pemberian tagangan yang sangat cepat (impuls). Polyethylene mempunyai harga mencapai 500 Mega Volt per meter.
b. Tembus thermal Tembus jenis ini muncul bila isolasi beroperasi pada kondisi yang memanaskan kisi kisi bahan. Pemanasan bisa terjadi karena dielectric losses.
99
Sebagian panas dapat disalurkan ke lingkungan, Sebagian lagi akan memanaskan isolasi. Persamaan keseimbangan kalor/panas memenuhi hubungan.
Kalor yang dihasilkan Oleh pemanasan listrik Laju penambahan kalor Laju disipasi kalor ke lingkungan
E2
dimana
dT dt
.(
T)
(5.41)
Bila kalor yang dihasilkan oleh pemanasan listrik sedikit dan dapat diatasi dengan disipasi ke lingkungan maka temperatur meterial akan tetep stabil. Akan tetapi bila pemanasan listrik membesar maka suatu saat kalor tidak lagi dapat dibuang ke lingkungan dan sebagai akibatnya temperatur kisi kisi material akan naik dan mencapai harga kritis Tc. Bila pemanasan lebih hebat lagi maka temperatur akan lebih tinggi lagi. Akibat pemanasan ini maka atom akan lebih mudah terionisasi oleh tumbukan elektron. Dengan demikian dapat diperkirakan tegangan tembus jenis ini akan jauh lebih kecil dibandingkan dengan tegangan tembus intrinsik. Sebagai contoh untuk polyethylence tegangan tembus dapat turun menjadi hanaya mega 5 Volt per meter pada daerah frekuensi relaksasi (losses tinggi).
Temperatur kisi tertinggi dalam material, T
Waktu, t
100
c. Tembus elektromekanik Ketika dielektrik padat dikenai medan listrik tinggi maka akan muncul gaya kompresi yang menekan dieletrik tersebut. Bila tebal spesimen adalah do dan terkompresi menjadi hubungan
o r
V maka berlaku
V2 2d 2
Y ln
do d
(5.42)
dimana Y adalah modulus Young dari dielektrik. Penyelesaian dari persamaan di (5.40
Dari eksperimen mekanik didapatkan bahwa secara empirik instabilitas mekanik akan terjadi bila kompresi terlah menyebabkan d/ do = 0,5. Dengan memasukkan kriteria instabilitas ini sebagai awal terjadinya tembus elektromekanik maka diperoleh besarnya medan kritis untuk terjadinya tembus elektromekanik sebagai.
E max 0,6 Y
o r
1/ 2
(5.43)
Stark dan garton telah mengamati peristiwa tembus elektromekanik ini pada dielektrik polyethylene.
d. Discharge breakdown Bahan bahan seperti mika atau keramik atau bahan pada lainnya sering kali ditemukan gas yang terperangkap di dalamnya. Gas mempunyai kekuatan isolasi yang lebih kecil dari isolasi padat. Secara umum gas mempunyai konstanta dielektrik kecil (mendekati 1) sedangkan isolasi padat mempunyai konstanta dielektrik 2 5. Dengan demikian gas yang berada di dalam isolasi padat akan mendapatkan kuat medan yang lebih besar dari isolasi padat. Padahal
kekuatannya lebih rendah. Dengan demikian gas akan tembus pada saat isolasi
101
pada masih jauh lebih tembus. Tembus ini sering disebut dengan tembus sebagian (partial discharge). Pada isolasi polimer seringkali ditemukan tembus sebagian ini. Dari tembus sebagian di dalam void dapat tumbuh kanal bercabang cabang membentuk suatu struktur menyerupai ranting pohon yang disebut dengan pepohonan listrik (electrical treeing). Pepohonanan listrik makin lama makin makin panjang dan jumlah cabang akan semakin banyak seperti pada Gambar 5.14. Bila pepohonanan listrik ini telah menjembatani kedua elektroda maka biasanya isolasi padat sudah tidak dapat lagi berfungsi untuk menahan medan normal. Terjadilah kegagalan isolasi.
(a)
(b)
Gambar 5.14. Pepohonan (treeing) listrik di dalam isolasi polimer (a) Proses awal terbentunya treeing, (b) Treeing menjembatangi kedua elektroda
Pepohonan listrik juga dapat bermula dari medan yang sangat tinggi di dalam isolasi padat karena adanya permukaan konduktor yang tajam atau ada kontaminan konduktif. Medan lokal sebesar lebih dari 1 MV/ m dapat muncul di daerah seperti ini. Degradasi lokal akibat stress medan listrik seperti ini akan menginisiasi munculnya pemohonana listrik. Daerah dengan medan sangat tinggi
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
102
ini bisa menyebabkan kegagalan lokal isolasi padat sehingga pemohonan listrik akan timbul. Teknik pembuatan, material dasar, pemasangan dan pengoperasian merupakan faktor faktor penting yang dapat mempengaruhi pemunculan titik titik isolasi yang menyebabkan bermulanya kegagalan isolasi.
Tabel 5.4 Kekuatan dielektrik material padat Material XLPE Silicon rubber Polystyrene Polyester Mika Al2O3 (keramik) Permitivitas Relatif ( r) 2,3 3,7 2,5 3,2 6,9 8,5 Kekuatan dielektrik (kV/cm) 217 158 200-250 175 1000 1000
5.9. PIEZOELEKTRIK
Ada penomena yang disebut dengan electrostriction yaitu keadaan dimana polarisasi mengubah dimensi material dan sebaliknya perubahan dimensi dielektrik menyebabkan perubahan polarisasi yang berakibat munculnya medan atau tegangan. Dielektrik yang menunjukkan sifat demikian disebut piezoelectric. Kejadian ini diilustrasikan sebagai berikut :
103
Gaya
(a)
(b)
(c)
(d)
Pada Gambar 5.15a. tidak ada tekanan makanik maupun medan sehingga tidak ada perubaan bentuk maupun keluaran tegangan. Pada Gambar 5.15b kepada material diberikan tekanan maka timbul polarisasi yang akan menghasilkan tegangan. Pada Gambar 5.15c. dan 15.15d karena kepada material diberikan tegangan maka terjadilah perubahan bentuk/ ukuran hanya saja perubahan tergantung juga oleh polaritas tegangan yang diberikan. Kristal piezoelektrik tidak mempunyai pusat simetri. Sebagai contoh kristal kubik mempunyai pusat simetri sehingga tidak menunjukkan sifat piezoelektrik (Gambar 5.16). Sebaliknya kristal heksagonal tidak mempunyai pusat simetri sehingga menunjukkan sifat piezoelektrik (Gambar 5.17). Gaya
(a)
(b)
Gambar 5.16. Kristal kubik tidak menunjukkan sifat piezoelektrik (a) tanpa tekanan (b) dengan tekanan
104
Gaya
(a)
(b)
(c)
Ganbar 5.17. Kristal heksagonal (a) tanpa tekanan (b) dengan tekanan arah vertikal (c) dengan tekanan arah horizontal Secara umum tekanan pada arah tertentu kepada kristal piezoelektrik akan memberikan polarisasi pada arah yang lainnya. Konstanta kristal piezoelektrik (d) biasanya menyatakan beberapa meter pengecilan atau pembesaran dengan pemberian tegangan satu volt. Disamping itu juga ada konstanta efisiensi (K) yang menyatakan rasio dari input energi mekanik menjadi energi listrik atau sebaliknya dari energi listrik menjadi energi mekanik. Harga d dan K untuk beberapa kristal piezoelektrik diberikan pada Tabel 5.5. Aplikasi yang paling banyak dari material piezoelektrik adalah untuk pengukuran tekanan (tekanan tegangan), transmisi gelombang elestik dalam zat padat dan sebagainya. Tabel 5.5 Konstanta piezoelektrik d dan K untuk beberapa kristal Kristal Piezoelektrik Quartz BaTiO3 PbZrTiO6 Polyvinylidene ( PVD ) PbNb2O6 KonstantaEfisiensi ( K) 0,1 0,49 0,27 Konstanta piezoelektrik d (m/V)x10-12 2,3 100 250 18 80
105
1)
2. Suatu spesimen dielektrik padat mempunyai permitivitas relatif 4,2 dan tan
0,001 pada frekuensi 50 Hz. Bila kepada spesimen diberikan medan sebesar 50 kV/cm. Tentukan kalor yang timbul akibat rugi rugi dielektrik. Jawab: Rugi rugi dielektrik padza suatu medan dapat dituliskan sebagai W = E2
o r
tan
Dengan memasukkan harga harga yang ada didapatkan kalor sebesar 0,291 mJ/cm3 per detik. 3. Kristal LiF mempunyai konstanta dielektrik 9,27, indeks refraksi 1,395 dan
kerapatan 2,635x103 kg/m3 . Tentukan konstanta polarisasielektronik dan ionik molar per unit volume. Jawab : LiF merupakan kristal ionik non polar sehingga polarisasi dipolar dapat diabaikan. Yang adalah polarisasi ionik dan elektronik. Dengan demikian :
NA 3
e o
NA i 3 o
r r
1 M 2
dimana M adalah berat molar dan NA adalah bilangan Avogadro. Untuk komponen elektronik berlaku
NA 3 o
i r r
1 2
106
1 2
re re
1 2
Diketahui indeks refraksi LiF adalah 1,395 maka demikian didapat konstanta polarisasi ionik. NA 3 o
i
re
4,9
4. Kristal CsCl tiap pasang ion ionnya mempunyai parameter a = 0,412 nm. Konstanta polarisasi ion Cs+ dan ion Cl- adalah 3,35x10 polarisasi ionik 6x10
0 40
rendah dan frekuensi tinggi ? Jawab : Jumlah pasangan ion per unit volume adalah
Ni
1 a3
1,43 10 28 m
Ni juga merupakan kerapatan kation dan anion. Dari persamaan Claussius Mossotti diperoleh
r r
1 2
1 Ni 3 o
(Cs ) N i
(Cl ) N i
40
6,1 10
40
ro
= 2,71
107
5. Suatu kabel koaksial mempunyai konduktivitas dalam dan luar a dan b. Bila tegangan yang diberikan antara konduktor dalam dan luar adalah V, tentukan: a. Kuat medan listrik sebagai fungsi dari jarak dari sumbu kabel. b. Bila a = 5 mm dan isolasi antara kedua konduktor adalah XLPE dengan ketebalan 5 mm dimana permitivitas relatif = 2,3 dan V = 220 kV, tentukan kuat medan maksimum. c. Bagaimana bila dalam isolasi terdapat void berisi udara ? Jawab: a. Dari Hukum Gaus didapat
Medan listrik terjadi pada r = a yaitu pada permukaan konduktor dalam. Di tempat ini kuat medan listrik adalah
2 a
ln r
r o
b a
Vbr
E maks a ln
b a
22.000 5.10 3 ln
10 5
76,2kV
c. Bila dalam isolasi terdapat void berisi udara maka medan pada void akan lebih besar dari medan pada isolasi. Dalam hal ini karena permitivitas relatif isolasi (XLPE) adalah 2,3 maka kuat medan listrik dalam void akan 2,3 kali lebih besar dari kuat medan pada isolasi sehat. Karena kuat medan listrik pada isolasi XLPE merupakan fungsi dari posisi radial maka kuat medan
108
listrik di dalam void tergantung dari posisi viod. Bila void berada pada daerah permukaan konduktor dalam maka akan mengalami kuat medan yang sangat tinggi. Sebaliknya bila void berada di daerah permukaan konduktor luar maka kuat medan tidak terlalu tinggi bahkan boleh jadi lebih rendah dari kuat medan listrik dalam. XLPE di daerah permukaan konduktor
6. Suatu kapasitor pelat sejajar berfungsi untuk menyimpan muatan sebesar 0,1 mC pada tegangan 3 kV. Ketebalan dielektrik 0,1 mm. Berapakah luas dielektrik bila dielektrik tersebut adalah teflon, BaTiO3 dan mika ? Jawab: C = Q/V = 33,3 nF A = Cd/
r
Dengan memasukkan harga harga diperoleh A = 0,7525/ r m2. Sehingga, Untuk teflon dengan permitivitas relatif 2 didapat A = 0,35 m2. Untuk BaTiO3 dengan permitivitas relativ 3000 didapat A = 2,5 cm2. Untuk nika dengan permitivitas relatif 7 didapat A = 0,11 m2.
5.11. SOAL SOAL LATIHAN 1. Sebutkan jenis jenis polarisasi dan apa perbedaan masing masing. 2. Bagaimana pengaruh frekuensi terhadap polarisasi ? 3. Suatu material diberi medan listrik 2 kV/m dan timbul polarisasi didalamnya sebesar 50 Nc/m2. Perkirakan konstanta dielektrik material tersebut.? 4. Tentukan kuat medan yang diperlukan agar di dalam polietilen terjadi polarisasi sebesar 100 Nc/m2. 5. Berapakah tegangan diperlukan untuk menghasilkan muatan sebesar 25 nC dalam kapasitor pelat sejajar ukuran 20 x 20 mm dan jarak pisah 0,1 mm bila dielektrik adalah (a) vakum (b) politelin.
109
6. Suatu material ditempatkan di dalam medan listrik 200 V/ m dan menghasilkan polarisasi 50 nC/m2. Tentukan konstanta dielektrik material tersebut. 7. Tentukan medan yang diperlukan agar terjadi polarisasi 200 nC/ m2 di dalam polietilen. Mampukah polietilen menahan medan tersebut ? 8. Polistiren dengan ukuran 25x25x0,01 mm dipakai sebagai dielektrik kapasitor yang beroperasi pada frekuensi 1 MHz. Berapa tegangan maksimum yang diberikan agar losses tidak melebihi harga 0,1 W ? 9. Kristal silikon mempunyai konstanta dielektrik 11,9 dan kerapatan 5x1028/m3. Tentukan: a. Konstanta polarisasi elektronik. b. Berapakah frekuensi resonansi ? 10. KCL mempunyai konstanta kristal a = 0,629 nm. Konstanta polarisasi elektronik untuk K+ adalah 1,26x10-40 Fm2 sedangkan untuk Cl- adalah 3,4x10-40 Fm2 . Tentukan permitivitas relatif padas frekuensi optik. Bandingkan harganya dengan hasil pengukuran 2,2.
110
This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com. The unregistered version of Win2PDF is for evaluation or non-commercial use only.
111
dimana I adalah loop arus listrik, A adalah luas loop dimana arus mengalir dan an adalah vektor normal terhadap lias loop.
Gambar 6.1. Loop arus dan momen dipol magnetik Bila ke dalam bahan magnetik diberikan madan magnet maka dipol akan berinteraksi dengan medan magnet dan munculah torsi magnetik. Interaksi ini dapat menyebabkan orientasi dipoldipol berubah mengikuti arah medan magnet.
112
Suatu momen dipol merupakan loop arus maka akan meninbulkan juga medan magnetik di sekitarnya sebagaimana suatu batangan magnet.
Gambar 6.4. Elektron yang mengorbit dan momen dipol magnetik Bila frekuensi angular orbit elektron adalah , maka arus akibat orbit elektron tersebut adalah: I= e e = perioda 2 (6.2)
113
Bila radius orbit elektron adalah r maka momen dipol magnetik orbital elektron tersebut adalah L orb = Ir 2 = er 2 2 (6.3)
Momentum angular (L) elektron adalah L = m e v r = me r 2 Dengan demikian momen magnetik orbital elektron dapat dinyatakan sebagai (6.4)
orb =
e L 2me
(6.5)
Terlihat bahwa momen magnetik sebanding dengan momentum angular dan faktor yang ditentukan oleh rasio muatan dan massa elektron yaitu e/2me yang sering disebut dengan rasio gyromagnetik. Tanda negatif nenuujukkan bahwa momen magnetik mempunyai arah berlawanan dengan arah momentum magnetik sebagai akibat muatan negatif elektron. Elektron juga mempunyai momen magnetik spin akibat gerakan spinnya. Momen ini dinyatakan sebagai spin = e S me (6.6)
Dimana S adalah momentum angular spin yang basarnya adalah S = h/2 atau h/2 Besar momen magnetik spin ratarata suatu elektron adalah spin = e eh S= B me 2m e (6.8) (6.7)
114
O = permeabilitas vakun = 4x107 Henry /m r = permeabilitas relatif c. Magnetisasi (M) satuan A/m yang menyatakan tingkat orientasi dipol dipol magnetik di dalam bahan ketika diberikan medan magnet. Muncul pada saat material magnetik diberikan medan magnet luar. Magnetisasi merupkan momen dipol total per satuan volume yang secara matematis dinyatakan sebagai M= 1 mi = n mav v i (6.9)
dengan n adalah kerapatan atom. Analogi dari magnetisasi dalam besaran listrik adalah polarisasi (P). M = mH B = o H + o M = o H + o m H m = susceptibilitas magnetik = r - 1
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
115
(b)
Gambar 6.5. (a) Solenoid tanpa bahan magnetik, (b) Solenoid dengan bahan
ferromagnetik, diamagnetik, paramagnetik, antiferromagnetik dan ferrimagnetik. Klasifikasi tersebut didasarkan atas kandungan dipoldipol magnetik dan interaksi material terhadap medan magnetik luar. Berikut akan diuraikan untuk masing masing kelompok.
6.5.1. Ferromagnetik
Material
ferromagnetik
seperti
besi
dapat
mempunyai
magnetisasi
permanen yang sangant besar meskipun tanpa kehadiran medan magnetik luar. Susceptibilitas magnetik biasanya sangat besar dan tergantung pada medan magnet luar. Hubungan antara magnetisasi M dan intensitas medan magnet H biasanya tidak linier. Sifat magnetik bahan muncul karena struktur elektron dalam atom yang tidak lengkap. Artinya ditemukan beberapa elektron yang tidak berpasangan sesuai dengan prinsip Pauli dan dengan demikian beberapa elektron akan mempunyai spin yang sama dan saling memperkuat. Elektron dengan suatu orientasi dan tidak dapat berpasangan dengan orientasi lawannya akan menyebabakan dipol magnetik.
116
Sifat ferromagnetik muncul karena atom mempunyai struktur elektron yang tidak berpasangan dalam jumlah yang cukup banyak yang memungkinkan munculnya momen dipol di dalamnya cukup besar. Untuk mengetahui suatu material bersifat megnetik kuat atau tidak dapat dilihat struktur elektronnya. Elektron yang dimiliki atom akan terdistribusi dalam orbitalorbital dengan cara pengisian menurut tingkatan energinya. Cara pengisian elektron didalam orbital dapat diurutkan sebagai berikut: 1s 2s 2p 3s 3p 3d 4s 4p 4d 4f Urutan pengisian seperti diagram diatas dapat dituliskan sebagai berikut: 1s 2s 2p 3s 3p 4s 3d 4p dst. Dengan menggunakan cara tersebut maka struktur elektron kulit luar beberapa bahan magnetik adalah sebagai berikut:
Gambar 6.6. Struktur elektron bahan magnetik Sebagai contoh bahan magnetik yang banyak dipakai yaitu Fe, Co dan Ni mempunyai empat, tiga dan dua elektron pada magnetik berasal dari spin elektron ini.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
3d
117
Setiap elektron yang dengan spinnya berperilaku seperti dipol magnetik. Bila pada satu orbital terdapat dua elektron dengan spin yang berlawanan maka dipol total = 0. Akan tetepi bila dalam suatu orbital hanya terdapat satu elektron maka munculah suatu dipol yang disebut dengan magneton Bohr B. Besar magnetisasi dalam suatu bahan ditentukan oleh banyaknya dan orientasi magneton. Bahan ferromagnetik mempunyai momen magnetik spontan pada saat tidak ada medan magnet sekalipun. Beberapa contoh bahan ferromagnetik: Besi, Nikel, Cobalt serta oksidasi dan carbidanya, godolium. Pada bahan ferromagnetik, interaksi antar atom cukup kuat untuk menahan agitasi termal agar momen dipol dan atom disekitarnya senantiasa pararel suatu dengan yang lainnya. Sifat ferromagnetik muncul bila bahan memepunyai level terluar tidak penuh seperti 3d godonolium. untuk besi, Cobalt dan nikel serta 4f untuk
6.5.2. Diamagnetik
Bahan diagmetik tidak mempunyai dipol magnet permanen di dalam bahan namun terdapat momen magnetik induksi yang lemah. Tipikal material ini mempunyai susceptibilitas magnetik negatif dan kecil. Hal ini menunjukkan bahwa material diamagnetik cenderung menolak medan magnetik luar. Sebagai contoh kristal silikon adalah diamagnetik dengan suscepbilitas magnetik sebesar 5,2x10-6 Dengan demikian permeabilitas relatif material diamagnetik sedikit lebih kecil dari satu. Bila bahan diamagnetik ditempatkan di dalam medan magnet H maka vektor magnetisasi M akan berarah berlawanan dengan medan luar dan menyebabkan medan di dalam material sedikit lebih kecil dari oH. Kristalkristal yang terikat kovalen dan beberapa kristal ionik bersifat diamagnetik karena atom tom penyusunnya tidak memepunyai sub kulit kosong. Super konduktor merupakan kasus khusus dari material diamagnetik karena memepunyai sifat menolak medan magnet luar secara sempurna dan dengan demikian mempunyai susceptibilitas 1.
118
6.5.3. Paramagnetik
Material paramagnetik mempunyai momen dipol permanen. Biasanya atom mempunyai jumlah elektron ganjil. Material paramagnetik mempunyai susceptibilitas magnetik positif dan sangat kecil. Sebagai contoh adalah paramagnetik gas dengan susceptibilitas magnetik 2,1x10-6 pada tekanan atmosfir dan suhu kamar. Setiap molekul oksigen mempunyai dipol yang kecil. Pada saat tidak ada medan magnet luar maka dipoldipol magnetik terorientasi random sehingga magnetisasi total nol. Pada saat diberikan medan magnet luar maka terjadi orientasi dipol pada arah medan luar. Dengan demikian magnetisasi makin besar dengan peningkatan medan magnet luar. Contoh lain dari material paramagnetik adalah magnesium dengan susceptibilitas 1,2x10-5.
Gambar 6.13. Material paramagnetik tanpa (a) dan dengan (b) medan magnet luar
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
119
6.5.4. Antiferromagnetik
Bahan antiferromagnetik mempunyai susceptibilitas magnetik positif kecil. Tak ada magnetisasi bila tidak ada medan luar. Material antiferromagnetik mempunyai dipol dengan arah yang berlawanan yang berasal dari orientasi kristal yang berlawanan arah. Sifat antiferromagnetik terjadi untuk temperatur di bawah temperatur kritis yang disebut dengan temperatur Neel, TN. Pada temperatur di atas TN maka material antiferromagnetik akan berubah menjadi paramagnetik.
M=0
6.5.5. Ferrimagnetik
Material ferrimagnetik seperti ferrit (misalnya Fe3O4) menunjukkan sifat serupa dengan material ferromagnetik untuk temperatur di bawah harga kritis yang disebut dengan temperatur Curie, TC . Pada temperatur di atas TC maka material ferrimagnetik berubah menjadi faramagnetik. Ciri khas material ferrimagnetik adalah adanya momen dipol yang besarnya tidak sama dan berlawanan arah. Sifat ini muncul karena atom-atom penyusunnya misalnya (A dan B) mempunyai dipol dengan ukuran yang berbeda dan arahnya berlawanan. Material ini dapat mempunyai magnetisasi walau dalam keadaan tanpa medan luar sekalipun. Material ferrimagnetik seperti ferrit biasanya non konduktif dan bebas losses arus eddy. Sehingga banyak diaplikasikan untuk medan magnetik dengan frekuensi tinggi.
120
Gambar 6.15. Ilustrasi kristal ferrimagnetik Secara diagramagnetik dipol-dipol dalam material ferro, antiferro dan ferrimagnetik diilustrasikan sebagai berikut :
Ferromagnetik
Antiferromagnetik
Ferrimagnetik
Gambar 6.16. Orientasi dipol-dipol magnetik Sedangkan hubungan antara H dan B untuk material ferro, para dan diamagnetik dapat dijelaskan dangan gambar berikut : ferromagnetik
Positif
paramagnetik vakum
Negatif
diamagnetik
121
Elektron yeng mengorbit menghasilkan momen dipol magnetik. Kehadiran medan magnetik luar akan menginduksikan medan listrik yang akan menpengaruhi kecepatan elektron (v) yang mengorbit. Dengan asumsi bahwa medan magnet luar tegak lurus bidang orbit elektron maka besar perubahan kecepatan tersebut adalah
v =
erH 2m
(6-10)
(6-11)
Bila medan magnet tidak tegak lurus bidang orbit elektron maka lebih tepat dipakai perubahan momen rata-rata yaitu, m =
evr e2r 2 H = 2 6m
(6-12)
Bila terdapat sejumlah Z elektron pada setiap atom maka momen magnetik per atom adalah m =
e 2 Zr 2 H 6m
(6-13)
(6-14)
e 2 Zr 2 N O M e 2 Zr 2 = = H 6mV 6m W
(6-15)
122
6.6.2. Faramagnetisme
Untuk menjelaskan paramagnetisme, Langevin mempostulatkan bahwa momen elektron bertanggung jawab. Kehadiran medan magnetik luar H akan mengarahkan momen elektron ke arah tertentu menghasilkan energi potensial sebesar
E p = m H cos
(6-16)
Gambar 6.18. Bola dengan pusat elektron dan orientasi momen Temperatur akan melawan efek orientasi oleh medan luar dengan faktor proporsional dengan exp(-Ep/kt). Elektron berada di pusat bola maka orientasi momen bisa ke segala arah di dalam ruang. Jumlah momen magnetik dengan energi Ep menembus luas dA adalah
dn = cons.dA exp(
Ep kT
Bila terdapat n momen maka magnetisasi M dan susceptibilitas magnetik secara matematik dapat didekati dengan
n H M = m dan 3kT
2
para
n m 1 1 . = C. = 3k T T
2
(6-17)
123
Di dalam bahan diamagnetik dan paramagnetik, medan yang mempengaruhi mome elektron berasal dari luar. Weiss mempostulatkan bahwa momen elektron berinteraksi satu dengan yang lain menghasilkan medan molekular. Dengan demikian medan total menjadi penjumlahan medan luar He dan medan molekular Hm
Ht = He + H m
M M C = = H t H e + M T M C = He T
dan
M =
H eC T C
(6-18)
maka =
Dalam hal ferromagnetik maka Weiss menjelaskan interaksi antar momen magnetik cukup kuat pada temperatur di bawah temperatur Curie menghasilkan magnetisasi di dalam domain. Interaksi juga menghasilkan medan magnetik molekular yang besar. Dengan demikian Weiss memandang bahwa ferromagnetik merupakan bahan paramagnetik dengan medan molekular yang besar.
124
Bs
Kerapatan fluks, B
H B
Slope = r (max)
Medan Magnet, H
Suatu material magnetik yang telah dimagnetisasi dapat mempunyai magnetisasi sisa (remanensi) meskipun medan magnetik luar telah dihilangkan. Remanensi ini dapat dihilangkan dengan cara melakukan demagnetisasi dan magnetisasi lagi dengan menggunakan medan yang besarnya makin menurun seperti ilustrasi berikut.
125
6.8. HISTERISIS
Histerisis didefinisikan sebagai keterlambatan perubahan magnetisasi dikala H berubah. Bila bahan ferromagnetik diberikan H yang menaik dan menurun maka plot dari HB akan membentuk loop histerisis . Pada saat H dinaikkan maka B juga naik mengikuti garis OB. Ketika H diturunkan maka B Tidak menurun sesuai dengan garis OB melainkan menurut garis BC. Pada titik C ketika H = 0, B masih mempunyai harga dan disebut
magnetisasi sisa. Bila H negatif diberikan maka akan terjadi demagnetisasi dan
didapat titik D dimana B = 0 pada saat H = HC . Penurunan H lebih lanjut akan menghasilkan B negatif hingga titik E. Kenaikan H pada langkah berikutnya akan mengikuti garis E-F. Di titik F meskipun tidak ada H, di dalam bahan ditemukan B negatif cukup besar. Kenaikan H selanjutnya akan menghasilkan loop B-C-D-E-F-G-B.
Gambar 6.21. Tipikal loop histerisis Bahan magnetik yang mempunyai luas loop yang besar menunjukkan adanya losses yang besar pada proses magnetisasi-demagnetisasi.
Diktat Kuliah Material Elektroteknik
126
Pemberian H yang berubah-ubah dapat terjadi misalnya dengan pemberian medan yang berubah terhadap waktu (AC). Keberadaaan loop histerisis akan menimbulkan rugi-rugi. Rugi-rugi ini terkait dengan luas loop. Dari teori elektromagnetik, dalam suatu material magetik dengan medan magnet maka kerapatan energi adalah dEvol = H dB sehingga total energi atau kerja yang terlibat dalam magetisasi suatu material magnetik dari medan awal B1 ke medan akhir B2 adalah
Evol =
B2
B1
HdB
(6-19)
Anggap mula-mula berada pada titik P dan dimagnetisasi ke titik Q seperti pada gambar berikut.
Gambar 6.22. Ilustrasi energi magnetisasi dan demagnetisasi Proses magnetisasi dari P ke Q memasukkan energi ke dalam material sebesar sebanding dengan luas PQRS. Pada proses demagnetisasi dari Q ke S dimana B sama dengan ketika luas QRS. Energi ini lebih kecil dari energi magnetisasi PQRS. Perbedaan energi adalah sebanding dengan luas di antara kurva magnetisasi dan demagnetisasi. Energi inilah yang merepresentasikan rugirugi energi histerisis. Untuk loop penuh (satu siklus magnetisasi ) maka losses
127
sebanding dengan luas loop histerisis tersebut, makin luas loop histerisis makin besar losses. Energi yang didisipasikan per unit volume sebagai losses histeris tergantung dari material magnetik dan medan magetik. Berarti tergantung dari tingkat pembebanan medan dalam material tersebut. makin besar beban medan magnet makin besar pula losses histeris. Untuk material yang dipergunakan sebagai inti transformator misalnya losses histerisis dinyatakan secara empirik sebagai
n Pn = KfBm
(6.20)
dimana K adalah konstanta material (berharga sekitar 150), f adalah frekuensi medan dan Bm adalah medan magnet maksimum, n adalah konstanta yang besarnya 1,6. Dengan demikian losses histeris dapat diturunkan dengan menurunkan frekuensi operasi medan yang dipergunakan. Oleh karena itu aplikasi bahan magnetik (misalnya untuk inti transformator) biasanya dipilih untuk bahan dengan loop sekecil mungkin.
128
Paramagnetik
Ferromagnetik
Temperatur
TC
Gambar 6.23. Hubungan saturasi magnetik dan temperatur Harga temperatur Curie untuk beberapa bahan adalah: Tabel 6.1 Temperatur Curie beberapa Material
Material Temperatur Curie (OC )
Fe Co Gd Ni
Dengan cara alloy dari beberapa bahan ferromagnetik atau dengan menambahkan sedikit bahan non magnetik dapat diperoleh bahan dengan temperatur Curie yang berbeda. Kristal BaTiO3 merupakan contoh kristal yang
menunjukkan sifat ferroelektrik seperti ditunjukkan pada Tabel 6.3.
129
Tabel 6.2 Temperatur Curie beberapa material kristal Material BaTiO3 PbZrO3 PbNb2O6 Temperatur Curie (0 C ) 130 233 570
Sifat ferroelektrik adalah sifat material dimana bila medan listrik diberikan maka terjadi polarisasi di dalamnya. Bila medan diberikan maka masih tersisa polarisasi dalam material. Dengan demikian akan muncul polarisasi permanen.
Gambar 6.24. Kurva ferroelektrik Sifat ferroelektrik akan tetap diperlihatkan untuk temperatur di bawah harga tertentu yang dikenal dengan temperatur Curie. Di atas temperatur Curie sifat ferroelektrik hilang.
130
harus lebih tinggi dari temperatur tertinggi yang mungkin terjadi pada operasi peralatan. Bila tidak maka sifat magnetik akan hilang dan peralatan tidak berfungsi.
Permeabilitas
TC
Temperatur
Gambar 6.25. Hubungan permeabilitas dan temperatur Pada sisi lain splikasi alloy nikel dan besi untuk tabung sinar katoda atau rangka kompas harus mempunyai temperatur Curie yang lebih rendah dari suhu terendah operasi alat agar dalam pemakaian bahan berada pada kondisi non
magnetik. Pengaruh temperatur juga dapat diamati pada permeabilitas bahan akan
naik dengan kenaikan temperatur kemudian menurun tajam pada temperatur Curie seperti terlihat pada Gambar 6.25.
131
berbagai arah dipol pada keseluruhan domain mungkin nol karena saling menghilangkan.
Gambar 6.26. Domain dalam bahan magnetik Ketika medan magnet luar diberikan kepada material ferromagnetik maka domain magnetik yang semula momennya berarah pada domainnya sendiri akan mengarah mengikuti medan luar.
Rotasi M
Saturasi M
132
Ada dua pergerakan domain yaitu pergerakan dinding domain dan rotasi domain. perkembangan domain dimulai dengan pergerakan dinding domain karena diperlukan energi yang lebih kecil. Pada kondisi medan rendah maka pergerakan dinding terjadi.
Gambar 6.28. Pergerakan domain magnetik. Bila medan dinaikkan lebih lanjut maka rotasi domain terjadi. Rotasi domain memerlukan energi lebih tinggi dari pergeseran dinding domain hal ini ditandai dengan kemiringan kurva yang mengecil pada daerah saturasi pada saat terjadi rotasi domain. Ketika medan dilepaskan maka bahan akan tetap termagnetisasi meskipun berkurang akibat sebagian domain berorientasi menuju arah semula. Contoh pergerakan domain diperlihatkan pada Gambar 6.27.
Bahan magnetik lunak adalah bahan magnetik yang mudah dimagnetisasi dan didemagnetisasi. Lawannya adalah bahan magnetik keras yaitu bahan yang sulit dimagnetisasi dan sulit pada didemagnetisasi. Pada awalnya kata lunak
133
memang menunjukkan sifat fisik bahan yang memang lunak namun dalam perkembangannya tidak selalu demikian. Contoh bahan magnetik lunak adalah Fe + 3-4% Si yang banyak dipakai pada inti transformator, motor atau generator dimana mempunyai loop histerisis yang sempit dengan gaya koersif untuk demagnetisasi yang rendah.
(a)
(b)
Gambar 6.29. Loop histerisis magnetik (a) lunak, (b) keras Pada pihak lain bahan magnetik keras mempunyai loop histerisis yang luas dangan gaya koersif yang cukup besar. Karakteristik bahan magnetik lunak dapat dilihat dari loop histerisis yaitu
langsing dan kurus . Hal ini berarti permeabilitas bahan besar serta mudah untuk
dimagnetisasi. Sifat lain yang penting adalah tinggkat saturasi yang tinggi. Contoh
bahan magnetik lunak adalah besi-Si Alloy
Bahan yang paling banyak untuk magnetik lunak adalah Fe-Si Alloy. Penambahan Si ke dalam Fe secara umum menurunkan rugi-rugi magnetik. a. Si menaikkan tahahan jenis sehingga mengurangi rugi-rugi eddy curent. b. Si menurunkan energi magnetoanistrophy besi sehingga menaikkan permeabilitas dan menurunkan rugi-rugi histerisis Kerugian penambahan Si ke dalam Fe adalah penurunan tingkat saturasi dan temperatur Curie.
134
Yaitu bahan magnetik yang sulit dimagnetisasi dan didemagnetisasi. Ditandai dengan:
Gambar 6.30. Kurva demagnetisasi bahan magnet keras 1. Sm (Co,Cu)7.4 4. Alnico 7. Cr-Co-Fe 2. SmCo5 5. Mn-Al-C 8. Ferrite 3. Bonded SmCo5 6. Alnico 8 9. Bonded ferrite
Beberapa material magnetik lunak dan keras dengan aplikasinya dapat dilihat masing-masing pada Tabel 6.3 dan Tabel 6.4.
135
0 He (T)
0
Bsat (T)
besar
Br (T)
0
ri
besar
rmax
besar
Wh
0
Aplikasi
inti tranformator,induktor, mesin listrik, inti elektromagnetik, tele dan head magnetik Arus eddy dan jarang grade, dipakai untuk mesin listrik Resistivitas tinggi sehingga rugi-rugi arus eddy kecil.Banyak untuk mesin listrik seperti transformator permeabilitas tinggi, rugirugi rendah. Banyak dipakai untuk transformator khusus, amplifier magnetik Transformator audio, recording heads, filter. Inti tranformator rugi-rugi rendah
<10-4
2.2
<0.1
150
104
250
<10-4
2.0
0.5-1
103
104- 4 105
30-100
Supermalloy (79Ni-15 Fe-5-5 Mo-0.5Mn 78 Permalloy (78.5% Ni - 21.5% Fe) Glassy metals, (Fe-Si-B Ferrites, Mn-Zn ferrite
2 10-7
0.7 0.8
<0.1
105
106
<0.5
5 10-6
0.87
<0.1
8 103
105
<0.1
2 10-6 10
1.6 0.4
<10-6 <0.01
2 103
105 5 103
20
136
0 He (T)
Br (T)
Aplikasinya
Ideal
Large
Large
Large
Magnet permanen untuk banyak aplikasi Magnet permanen untuk berbagai aplikasi
50 60 2434
Motor stater, loudspeaker , penerima telepon, receivers, mainan. Servo motors, stepper motors, coupling, rem, audio, headphone. walkman, CD motors, komputer aplications. Pita Audio floopy disks dan video,
0.621.1
1.1
150240
0.91.0 0.03
1.01.2 0.02
200275 -
137
Energi potensial magnetik dari bahan magnetik keras diukur dengan perkalian antara B dan H. Satuan perkalian B-H adalah J per meter kubik.
B Br
Hc
(BH)max
BH
Timbul akibat disipasi energi untuk mendorong dinding domain ke depan dan ke belakang selama magnetisasi dan demagnetisasi. Kehadiran impuriti dan ketidaksempurnaan kristal menyebabkan hambatan pergerakan didinding domain sehingga menaikkan rugi-rugi histeristis. Luas loop histeristis merupakan ukuran rugi-rugi histeristis. Rugi-rugi histeristis berbanding lurus dangan frekuensi karena satu loop histeristis terkait dengan satu siklus medan magnetik atau tegangan. Secara empirik rugi-rugi histeristis dapat dinyatakan sebagai
n Ph = KfB m
(6.21)
138
Dari persamaan ini terlihat besarnya rugi-rugi histeristis berbanding lurus dengan frekuensi (f).
Fluktuasi medan magnetik dalam suatu material magnetik oleh tegangan AC akan menghasilkan tegangan induksi sesuai dengan persamaan Maxwell
v i = E.dl =
l
B .dS S t
(6.22)
(6.23)
Karena tegangan induksi berada di dalam material maka akibat resiatansi material muncullah arus. Arus ini disebut dengan arus Eddy. Besar arus eddy sebanding dengan tegangan induksi dan dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya: (a) frekuensi (b) besar medan magnetik yang diberikan (c) luas penampang dimana arus membentuk loop. loop arus eddy
Fluks induksi
Fluks magnetik berubah terhadap waktu Gambar 6.32. Ilustrasi arus eddy dalam material magnetik
139
Akibat arus eddy ini timbulah pemanasan Joule di dalam bahan dan kerugian energi ini disebut dengan rugi-rugi eddy current. Rugi-rugi eddy current dapat dikurangi dengan beberapa cara diantaranya: (a) menggunakan laminasi atau lembaran-lembaran yang satu dengan lainnya terisolasi secara listrik. Loop yang kecil akan membuat fluksi magnetik yang terlingkupi juga kecil sehingga perubahan fluksi juga kecil. Tegangan induksi menjadi kecil dan dengan demikian arus induksipun mengecil. Hal ini dilakukan misalnya pada iti transformator. (b) menurunkan frekuensi. Arus eddy berbanding lurus dengan tegangan induksi sedangkan tegangan induksi sebanding dengan frekuensi. Dengan demikian arus eddy sebanding dengan frekuensi. Rugi-rugi akibat arus eddy dalam bentuk pemanasan Joule sebanding dengan kuadrat arus eddy sehingga berbanding lurus dengan kuadrat frekuensi (f) dari medan magnet yang diberikan. (c) menurunkan kuat medan magnetik. Arus eddy sebanding dengan kuat medan magnetik maksimum. Oleh karena itu rugi-rugi arus eddy sebanding dengan kuadrat medan magnetik maksimum (Bm). Sebagai contoh untuk transformator, penurunan tegangan kerja akan menurunkan kuat medan magnetik dan hal ini menurunkan rugi-rugi secara kadratik. (d) menaikkan resistansi material. Hal ini dilakukan dengan menggunakan material magnetik dengan konduktivitas rendah seperti ferrite Mn-Zn atau NiZn. Secara empirik rugi-rugi arus eddy dinyatakan sebagai
2 Pe = Ke Kf f 2 Bm
(6.24)
Kf : faktor bentuk gelombang Ke : faktor rugi-rugi arus eddy (tergantung dari dimensi dan jenis material) f : frekuensi Bm: kuat medan magnetik maksimum
140
Bila suatu material magnetik diberi medan magnetik yang berubah terhadap waktu maka rugi-rugi histerisis dan rugi-rugi arus eddy timbul secara bersamasama. Untuk mengetahui kontribusi masing-masing rugi-rugi biasanya dilakukan dengan pemberian medan magnetik dengan frekuensi yang diubah-ubah. Bila hal ini dilakukan maka rugi-rugi total (sering disebut dengan rugi-rugi inti) dapat dituliskan sebagai: Rugi-rugi inti = rugi-rugi histerisis + rugi-rugi eddy current Pi = A f + B f2 atau Pi /f = A + Bf Bila data-data diplot maka akan diperoleh gambar sebagai berikut: (6.26) (6.25)
Pi /f
A f Gambar 6.33. Hubungan antara rugi-rugi dan frekuensi Dari gambar ini dapat ditentukan konstanta-konstanta yang terkait dengan material magnetik yaitu dari A = kl2 Bm1,6 dari titik potong (intercept) sedangkan B = Ke Kf Bm2 dari kemiringan (slope).
141
142
temperatur, tetapi ini hanya dianggap secara teoritis saja, karena tidak dapat dibayangkan untuk mencapai temperatur sekitar 270 oC di bawah titik beku air.
143
Pada tahun 1911 Heike Kammerlingh Onnes, seorang ilmuwan Belanda menyatakan keberhasilan percobaannya untuk mendapatkan sifat superkonduktivitas pada logam merkuri yang direndam dalam helium cair ( 4oK), kenyataan ini menjadi pemicu untuk kegiatan penelitian selanjutnya. Satu lagi sifat logam superkonduktor ditemukan pada tahun 1933 yang kemudian dikenal dengan sebutan Meissner Effect (nama penemunya) yang berhubungan dengan kecenderungan logam superkonduktor untuk mendorong keluar medan magnet yang ada padanya. Sifat ini telah dimanfaatkan pada sistem suspensi magnetik seperti yang dipakai pada kereta api supercepat. Perkembangan yang cukup menggembirakan adalah dengan ditemukannya bahan campuran niobium timah pada tahun 1950 yang memungkinkan superkonduktivitas pada temperatur yang relatif lebih tinggi, yaitu sekitar 20oK , sehingga cairan kriogenik (kriogen) yang dibutuhkan menjadi lebih murah.
konduksi pembawa muatan akan mencapai suatu tingkatan keadaan baru dan
144
membentuk pasangan elektron yang disebut Cooper Pairs. Pasangan inilah yang
kemudian bertindak sebagai pembawa muatan yang tidak dapat dihamburkan oleh ketidaksempurnaan kisi kristal (energi yang tersedia tidak cukup untuk memecahkan pasangan dan menghamburkannya) sehingga resistansi menjadi kecil sekali (pada keadaan normal penghamburan elektron konduksi dalam arah
yang tidak tentu dipandang sebagai penyebab terjadinya resistansi bahan). Begitu
temperatur dinaikkan kembali melampaui Tc, maka energi yang bertambah sejalan dengan naiknya temperatur akan memecahkan pasangan elektron tadi sehingga otomatis kembali pada keadaan normalnya. Secara komparatif perilaku elektron pada keadaan normal dan superkonduktiv dinyatakan dengan dalam tabel 10.1. Fenomena terjadinya keadaan superkonduktif tersebut terhadap temperatur dapat dilihat pada gambar 10.1 . Temperatur transisi Tc untuk bahan superkonduktif yang terbuat dari bahan logam murni adalah sekitar 0,01o - 9,15 oK, sedangkan untuk bahan campuran, Tc dari keadaan transisi superkonduktif adalah tergantung pada keadaan materialnya. Tabel 7.1. Perbandingan Perilaku Superkonduktif Normal Pembawa bebas. Diameter elektronnya 10 . Jarak atom kisi kristal 10-10. Panjang gelombang < jarak kisi Elektron konduksi dihamburkan dalam elektris. arah tak menentu, resistansi akibatnya timbul
-15
Elaktron
dalam
Keadaan
Normal
dan
Superkonduktif elektron Pasangan Pairs Diameter CP~10-7. Jarak atom kisi kristal > 10-10. Panjang gelombang > jarak kisi. Tidak terjadi hamburan (energi yang tersedia tidak mencukupi), akibatnya menjadi nol. resistansi elektron elektron Cooper
muatan
145
Resistivitas
146
T 2 Hc = Ho 1 (7.1) Tc Sedangkan B=H, bila u dianggap konstan, maka H dapat digantikan dengan B (rapat fluksi), sehingga bentuk persamaan menjadi : T 2 Bc = Bo 1 Tc di mana Ho Bo Tc (7.2)
= medan magnet kritis pada T = 0oK = rapat fluksi kritis pada T = 0oK = temperatur kritis pada B =0 (temperatur tertinggi yang diizinkan)
Kenyataan yang menarik adalah bahwa tidak semua jenis logam dapat menunjukkan sifat superkonduktivitasnya. Platina dan perak yang pada kondisi normalnya merupakan konduktor terbaik (resistivitasnya kecil) ternyata tidak bisa dijadikan superkonduktor. Beberapa jenis logam yang mula-mula diketahui dapat dijadikan superkonduktor atau yang disebut soft type superconductor atau superkonduktor jenis I adalah seperti yang dapat dilihat pada Tabel 7.2, di bawah ini: Tabel 7.2. Parameter Tc dan Bo dari superkonduktor Jenis-I Bahan Aluminium Mercury Tantalum Timbal Niobium Tc (oK) 1,2 4,2 4,5 7,2 9,4 Bo (T) 0,010 0,041 0,083 0,080 0,195
Pada saat awal superkonduktor jenis-I yang dikenal, tetapi usaha untuk mengaplikasikannya untuk keperluan praktis selalu berakhir dengan kegagalan, hal ini karena karakteristik Tc dan Bo yang sangat rendah.
147
Pada tahun 1950 ditemukan bahan superkonduktor jenis baru yang dikenal sebagai hard type superconductor atau disebut juga superkonduktor jenis-II, yang semuanya merupakan komposit/campuran/perpaduan dari dua jenis logam atau lebih. Tabel 7.3, memeperlihatkan parameter Tc dan Bo dari superkonduktor jenisII. Tabel 7.3. Parameter Tc dan Bo Superkonduktor Jenis-II Bahan Niobium + Titanium Niobium + Zirconium Vanadium + Gallide Niobium + Gallide Niobium + Timah Tc (oK) 8,7 9,5 14 15 18 Bo (T) 1,2 11 50 7 22
Pada Tabel 7.3, superkonduktor jenis-II mempunyai nilai Tc dan Bo yang tinggi lainnya. Karakteristik bahan superkonduktor yang paling penting ditemukan pada tahun 1933 oleh dua ilmuwan jerman, V.Meissner dan R. Ochsenfeld. Mereka menjelaskan bahwa bahan superkonduktor akan kehilangan sifat magnetisnya pada saat didinginkan di bawah temperatur kritisnya dan menjadi bahan diagmagnetik ideal, atau dengan kata lain permeabilitasnya mengecil drastis mendekati nol. Medan magnet terdorong ke luar dan membentuk tirai di permukaan konduktor (seperti efek kulit), dan medan magnet di bagian dalam menjadi kecil sekali seperti yang ditunjukkan dalam persamaan di bawah ini. sehingga memberikan kemudahan untuk mengaplikasikannya pada peralatan yang memerlukan medan magnet/listrik yang kuat serta kepraktisan
di mana:
Ho x
X Hx = Ho exp = medan magnet di permukaan = jarak dari permukaan = kedalaman dari penetrasi (10-100 mm)
(7.3)
148
Kenyataan ini dimanfaatkan oleh Arkadyev (1953) seorang ilmuwan rusia dalam percobaannya suspensi magnetic seperti pada gambar 7.2. Sebuah batang magnet yang diletakkan di atas suatu bahan superkonduktor yang selalu dijaga temperaturnya ternyata terangkat ke atas dan terus mengambang atau melayang dalam keadan seimbang. Fenomena inilah yang kemudian menjadi dasar perancangan kereta api supercepat(Maglev) yang melaju atau melayang di atas bantalan rel magnet tanpa friksi/gesekan.
MAGNET
super konduktor
Gambar 7.2. Percobaan suspensi magnetik dari Arkadyev Bahan superkonduktor selalu dibuat dalam bentuk komposit, baik dalam bentuk pita maupun kawat kumparan; bahan superkonduktor sering dilapisi dengan bahan lain yang mempunyai konduktivitas termal maupun elektris yang baik. Bahan pelapis biasanya dibuat dari tembaga dan disebut metriks, hal ini untuk menambah kekuatan mekanis dan melindungi bahan superkonduktor dari adanya ketidakstabilan temperatur yang biasa terjadi. Pada umumnya jenis bahan superkonduktor di atas memerlukan pendinginan sekitar 4o K atau memerlukan cairan helium sebagai pendingin. Superkonduktor merupakan teknologi yang sangat mahal, disamping itu untuk mendapatkan helium cair juga tidak mudah dan harganyapun mahal serta untuk mempertahankan kestabilan temperatur yang sangat rendah bukan hal yang mudah.
149
Bahan Superkonduktor yang mempunyai temperatur transisi cukup tinggi dan banyak digunakan adalah niobium-timah (Nb3Sn) yang ditemukan oleh Berndt T.Matthias (Amerika Serikat) pada tahun 1954 yang juga menemukan campuran bahan Nb0,79 (Ge0,25)0,21 yang mempunyai temperatur transisi kritis mendekati titik cair hidrogen dan rapat fluksi kritis di atas 40 T, kemudian juga niobiumgermanide Nb3Ge dengan Tco sebesar 23,2oK.
150
temperatur bahan superkonduktor pada lilitan tersebut, sedangkan lilitan jangkar tetap dibuat pada temperatur kamar.
superkonduktor 1000 MVA akan 30% sampai dengan 50% lebih murah, 40% lebih kecil dan 1% lebih efisien dibandingkan dengan generator konvensional yang setara. 7.4.2. Transformator Superkonduktor Transformator superkonduktor ini lebih kompak dan tidak ada bagian yang bergerak (berputar), sehingga sistem pendinginnya maupun sistem isolasi termalnya menjadi lebih mudah. Akan tetapi mempunyai kekurangan yang justru membuat prospek transformator superkonduktor tidak secerah generatornya. Pada transformator pemindahan daya listrik dari lilitan primer ke lilitan sekunder terjadi secara magnetis sehingga rapat fluksi magnetik yang diperlukan besar sekali, akibatnya;
151
152
153
dari molekul-molekul yang disusun dari variasi kombinasi hidrogen, oksigen, nitrogen, dan karbon. Empat elemen inilah yang biasanya paling banyak ditemukan dalam polimer organik. Karbon membentuk ikatan utama dari rantai polimer, dan unsur lainnya mengikat dirinya pada karbon tersebut. Rantai polimer ini terbelit dan membentuk gulungan tak beraturan, yang memberikan kekuatan tambahan. Kebanyakan polimer berbasis hidrokarbon, dimana elemen-elemen karbon dan hidrogen membentuk kombinasi yang dapat diperkirakan berdasarkan hubungan CnH2n+2 . Bahan petrokimia setengah jadi ini adalah bahan kimia yang dibuat dari parafin dalam minyak dan gas alami, yang diproses lebih lanjut menjadi produk polimer. Bahan setengah jadi ini adalah dasar untuk hampir semua karet dan produk polimer. Bahan ini juga dapat diproduksi dari batu bara. Yang paling penting dari bahan setengah jadi ini adalah etilen. Semua ini disebut bahan setengah jadi olefin dan termasuk juga acetilen, butilen, isobutilen, dan butadiena. Ikatan kovalen tunggal antaratom tidak menyediakan tempat untuk penambahan atom, maka mereka dalam kondisi jenuh. Molekul jenuh memiliki ikatan intramolekul yang kuat namun ikatan intermolekulnya lemah. Methan dan ethane adalah contoh molekul jenuh. Pada saat bentuk karbon dan hidrogen tidak jenuh, seperti ethylene dan acetylene, molekul akan membentuk 2 atau 3 ikatan kovalen. Molekul yang jenuh tidak membutuhkan atom hidrogen untuk memenuhi kulit terluar dari atom karbon. Banyak bentuk molekul dan ikatan ganda yang berdasarkan senyawa polyunsaturated. Material-material ini umumnya digunakan untuk minyak goreng dan margarin. Material ini tidak jenuh dan bahan ini sering menimbulkan asap bila dibakar. Senyawa jenuh tidak akan menimbulkan asap bila dibakar. Polimerisasi, atau penggabungan dari unit molekul yang besar dinamakan monomer, penggunaan valensi mengisi kulit terluar dari atom karbon (karbon memiliki elektron valensi 4) untuk bergabung dengan unit yang lebih kecil dan membentuk rantai molekul yang lebih besar. Oksigen, sulfur, silikon, atau nitrogen
154
bisa digunakan untuk menggantikan atom karbon. Gambar 8.1 memperlihatkan perbedan antara ethane jenuh dan ethylene tidak jenuh.
C C
H C H
H C H H
C C
H C H
C H
(a)
(b)
Gambar 8.1. Ethane (a) dan Ethylene (b). Agar polimerisai terjadi maka 2 kondisi harus terpenuhi. Kondisi pertama ialah molekul harus mempunyai setidaknya 2 lokasi yang tidak memenuhi ikatan, dimana akan mudah bergabung dengan molekul lain. Syarat ini artinya harus memulai dengan molekul yang mempunyai ikatan ganda, seperti karbon. Karena molekul karbon memiliki ikatan ganda, setiap ikatan memiliki sepasang elektron bersama. Apabila salah satu ikatan antarkarbon terbuka, ikatan tunggal akan muncul, meninggalkan kedua elektron lain untuk bergabung dengan atom lain. Apabila atom karbon lain melewati ikatan ganda yang telah terbuka, keduanya akan bergabung untuk membentuk rantai. Prosedur ini berlanjut, menghasilkan rantai polimer, dan dinamakan polimerisasi. Proses akan terus terjadi selama kondisi kedua bertemu. Kondisi kedua yang diperlukan untuk polimerisasi adalah bahwa setelah proses polimerisasi, sedikitnya 2 lokasi yang terbuka harus tersedia. Rantai polimer banyak bentuknya. Bentuk rantainya membentuk urutan yang mengelilingi setiap satu dengan yang lainnya. Polimer bisa lebih kuat dengan ikatan silang (cross link). Ikatan ini terjadi apabila ikatan ganda di antara atom-atom dalam rantai rusak, atau bentuk molekul yang mempunyai hubungan dengan atom didekatnya. Hubungan ini menghasilkan
155
kekuatan tambahan pada rantai dan mengurangi kerenggangan yang terjadi antarmolekul. Sifat dari polimer juga bergantung pada struktur dan komposisi dari molekul. Dua molekul dengan komposisi yang sama bisa membentuk 2 konfigurasi yang berbeda dengan sifat yang berbeda pula, seperti propil (1-propanol) dan isopropil(2-propanol) alkohol. Variasi ini dinamakan isomer. Gambar 8.2 menunjukkan bagaimana kedua polimer ini berbentuk.
C C
H C H
H C H
H O
C
C
C
(a)
H O
C
H C H
H C
C
C H
(b)
Gambar 8.2. Propil (a) dan isopropil alkohol (b). Perlu diingat bahwa kedua material ini memiliki komponen yang sama, disusun secara berbeda. Kedua polimer ini berdasarkan standar sistem penandaan untuk ikatan organik yang dibuat oleh International Union of Pure and Applied
156
molekul yang besar, monomer, ditambahkan ke monomer lain untuk membentuk ranatai yang lebih besar, polimer ini (menunjukkan kebanyak bagian), di mana memiliki angka dari unit-unit yang diulang, mers. Mers merupakan unit terkecil pada suatu rantai yang bisa dikenali. Tingkatan dari polimerisasi adalah angka dari unit yang diulang yang memiliki struktur yang identik dalam rantai yang dibentuk oleh polimer. Penambahan polimerisasi hanya melibatkan 1 tipe mer. Gambar 8.3 memperlihatkan polimerisasi dengan penambahan. Mer
H H C Cl H H O H C
H H
C H
Cl
Cl
Cl
Monomer
H C H
H C
H C H
H C
H C H
H C H
H C H
H C CN
Butadine
Styrene
Styrene
Acrylonitrile
157
158
perbedaan dan banyaknya molekul yang disebabkan pemecahan dari ikatannya tersebut. Jika dipanaskan dan diberi tekanan, rantai polimer berubah dan saling bertumbukan. Dan ketika panas dan tekanan tersebut kita hentikan, maka akan berbentuk yang baru. Secara umum, bahan polimer berupa bahan yang kuat, kaku, keras dan dapat dilelehkan. Beberapa bahan dapat ditambahkan pada bahan polimer, untuk meningkatkan beberapa sifat, mengurangi biaya bahan polimer, kemampuan pembentukan dari bahan tersebut, dan atau mewarnai bahan tersebut. Bahan aditif ini dapat berupa bahan pengisi, bahan pewarna, dan pelumas. Dari bahan aditif tersebut dapat dibagi menjadi bahan aditif untuk menyempurnakan tampilan, dan bahan aditif untuk mempercepat pemrosesan, tergantung dari kegunaan yang diinginkan. Sifat bahan polimer juga tergantung dari bahan aditifnya, beberapa bahan ditambahkan untuk menambahkan kekuatan dari polimer, berbagai macam bahan pengisi digunakan; di antaranya bahan pewarna, dan bahan pelunak, yang dapat ditambahkan sebagai pelumas bagian dalam. Polimer termoplastik banyak digunakan pada kertas film, lembaran kertas, mistar, pipa, dan beberapa bentuk model cetakan dan bentuk yang terekstrusi. Bentuk dari polimer termoplastik yang paling umum adalah bulatan pencetak. Polimer termoset tersedia dalam bentuk bubuk atau cairan. Bahan ini mengandung bahan polimer dasar, bahan pengisi (filler), bahan pewarna, bahan pelunak, bahan penguat (katalis), yang akan membuat saling berhubungan dan sebuah ekselerator. Untuk mendapatkan mers yang tidak jenuh dan memberikan reaksi antara satu dengan yang lain dan bergabung secara bersamaan, maka digunakan sebuah zat katalisator (biasanya bahan peroksida). Bahan awalan ini akan meningkatkan panas, dengan peningkatan panas, akan mempercepat reaksi. Tetapi jika terlalu panas (dengan menggunakan inisiator) maka bahan tersebut akan bergelembung dan berbusa, proses ini akan memperkuat perbaikan cairan resin. Secara umum,
159
metil etil keton peroksida (MEKP) ditambahkan sebagai cairan resin dasar untuk mengawali proses pengerasan. Contoh bahan pengisi, seperti: bubuk, kain, serat, dan lain-lain digunakan untuk mengubah sisi fisik dan mekanik dari polimer. Bahan tersebut digunakan pada jumlah yang berbeda, tergantung aspek yang diinginkan dan biaya dari sebuah produk. Jika bahan pengisi (filler) yang digunakan terlalu banyak, maka polimer akan menggumpal dan menghasilkan titik terendah dan banyak membuat kekosongan, jadi akan mengurangi kegunaannya. Kegunaan utama dari filler adalah mengurangi pergerakan dari rantai polimer, dan jadi meningkatkan kekuatannya tetapi mengurangi kekenyalan/kelenturannya. Sebagai tambahan, filler digunakan untuk mengurangi biaya dari produk tersebut. Bahan pengisi (filler) juga dapat digunakan untuk mengontrol penyusutan produk atau meningkatkan ketepatan bentuk dari bahan. Tabel 8.1. menampilkan beberapa dari bahan pengisi (filler) yang banyak dipakai. Tabel 8.1. Bahan Pengisi (Filler) yang Umum dan Kegunaannya Serbuk Kayu Serat Pakaian Serat gelas Mika Filler (bahan pengisi) yang banyak kegunaan, murah, cukup kuat, dan pembentukannya bagus. Kuat, cukup dalam kemampuan bentuk Sangat kuat, sangat stabil, tembus cahaya Sangat bagus kelembapan untuk bahan listrik, mudah menyerap
Bahan pewarna ditambahkan pada polimer biasanya berupa pewarna atau pigmen. Pewarna yang dihasilkan, sedangkan pigmen akan mengubah warna dari bahan tersebut. Sebagian bahan pengisi (filler) tidak menghasilkan warna yang menarik, sehingga kegunaan dari bahan pewarna adalah untuk nilai estetika.
160
Bahan
pelunak,
dalam
jumlah
yang
sedikit,
ditambahkan
untuk
meningkatkan dan mengontrol dari aliran proses bahan. Bahan pelunak dapat meningkatkan kegunaan dari polimer, dengan mengurangi friksi dan meningkatkan fleksibilitas dari bahan dengan cara membuat rantai lebih mudah pindah. Bahan pelunak digunakan juga sebagai pelumas bagian dalam. Bahan ini secara umum berupa polimer dengan berat molekul yang ringan yang dapat memisahkan rantai polimer dan mengurangi kekristalan. Bahan pelunak ini ditambahkan dalam jumlah sedikit, karena akan mengganggu kestabilan dari produk yang didiamkan dalam waktu yang lama. Pelumas juga dapat ditambahkan dalam jumlah yang sedikit, untuk meningkatkan bentuk sebuah produk dan mengurangi adanya jamur pada produk setelah pembentukan. Lilin, asam stearat, dan sabun banyak dipakai sebagai pelumas. Jumlah dari pelumas ini selalu dalam jumlah sedikit karena jika terlalu banyak akan mengganggu sifat dari bahan. Biasanya polimer dalam bentuk amorf, tidak dalam bentuk kristal tetap. Dua tipe utama dari struktur polimer ini yaitu: amorf, atau isotropik, dan anisatropik. Isotropik akan sama memberikan sifat dari bahan polimer. Kristalisasi pada polimer akan membutuhkan stuktur yang teratur, kuat dan memiliki banyak penggunaan. Deformasi secara mekanik dan penambahan bahan pengisi (filler) akan dapat meningkatkan kekristalan dari polimer dan meningkatkan kekuatan dari sebuah polimer. Derajat kekristalan berupa persentase dari sebuah bahan yang dapat dikristalkan dibandingkan dengan keadaan penuh dari kondisi crystalline. Secara umum, polimer berupa bahan yang ringan, isolasi listrik yang baik, isolasi panas yang bagus, dan memiliki ketahanan terhadap korosi. Menyediakan resistansi abrasi, dan memiliki resistansi terhadap serangan kimiawi. Bahan ini dapat dibuat melalui berbagai proses, dan akan menghasilkan produk yang menarik dan tersedia dalam berbagai warna. Selain itu, tanpa penyokong, namun
161
kekurangan Banyak
utamanya polimer
adalah yang
kurang
kuat
dibandingkan kurang
dengan karena
bahan tingkat
manufaktur yang lain yaitu logam dan komposit. stabilitasnya sangat kekenyalannya tinggi dan tidak kaku. Kekenyalan merupakan keadaan di mana sebuah bahan plastik dapat tertarik ketika usaha tarikan dalam waktu yang cukup lama. Polimer juga dipakai pada pabrik bahan ringan, yaitu yang membutuhkan kekuatan rendah hingga menengah; isolasi terhadap listrik; isolasi terhadap panas; busa lentur dipakai untuk pengemasan dan filler; adhesif atau bahan pengikat, atau mengurangi bahan yang mahal seperti pelindung mobil, pintu, jendela, dan lain-lain. Polimer juga banyak dipakai dengan penambahan dari penguat, juga membuat karakteristik, dan dengan penambahan kombinasi dari polimer yang berbeda akan membuat bahan polimer ini berbeda dengan bahan yang lain. Beberapa tipe yang umum dari polimer, kopolimer, dan karakteristiknya, disajikan dalam tabel di bawah ini; Tabel 8.2. Sifat Umum dari Beberapa Jenis Polimer, Kopolimer* Jenis Polimer ABS Acrilic Keterangan Acrilonitril-butadin-stiren, ringan kuat, ketahanannya sangat bagus. Kualitas optikalnya sangat bagus, nama dagang: Lucit dan Plexiglas, tahan terhadap benturan/kejutan, tahan terhadap bengkokan dari luar dan tarikan dan kuat secara dielektrik. Isolasi yang bagus, mudah terbentuk, menyerap kelembapan yang berlebih, resistansi terhadap bahan kimia kecil. Seperti pada selulosa asetat, tapi dapat tahan pada beberapa kondisi.
Selulosa asetat
162
Tabel 8.2. Lanjutan Jenis Polimer Epoxies Keterangan Ketahanannya bagus, elastis, tahan, terhadap bahan kimia, stabil, banyak digunakan pada pelindung, semen komponen listrik, peralatan. Tahan terhadap arus listrik besar, kekuatan tahan terhadap benturan, tahan pada kondisi dingin, low tear strength.
Etil Selulosa
Flurokarbon
temperatur yang tinggi, koefisien friksi yang kecil (teflon), dipakai pada pelindung yang dilumasi dan Tahan terhadap panas yang tinggi, air, bahan kimia, dipakai pada meja dan kertas olahan, pakaian. Keras, cukup kuat, murah, dapat terbentuk dengan mudah, tidak tembus cahaya; banyak pilihan dalam bentuk. Tahan terhadap abrasi dan stabilitas yang sangat bagus, dipakai pada bearing materials yang membutuhkan pelumas yang sedikit, bahan benang pancing dan tali tambang (rope). Kekuatan dan katahanan yang bagus, banyak dipakai pada gelas pengaman. pada tutup botol, perkakas yang tahan pecah dan kabel isolasi.
Melamin Fenolik
Poliamid
Polikarbonat
Polipropilen Polistiren
Sangat ringan, lebih kuat dari polietilen. Sangat stabil, dapat menyerap kelembapan yang kecil, dielektrik yang bagus, mudah terbakar, resistansi terhadap beberapa bahan kimia sangat kecil. Tahan terhadap panas, dapat menyerap kelembapan yang kecil, sifat dielektrik yang bagus. Seperti pada fenolik, dipakai dalam ruangan tahan terhadap tetesan air, lama dipakai, sangat stabil, tahan terhadap kelembapan yang berlebih, dipakai pada dinding dan lantai, bahan pakaian, selang.
163
enamels, sabun, tinta, lem, dan plastik dari material polimer lain. Ini termasuk shelllac, rosin, dan resin kopal.
Shellac merupakan material termoplastik yang digunakan sebagai bahan dasar pelarut kimia, seperti pada bahan pelapis dan pencampur. Penggunaan bahan ini berkurang karena sifatnya yang getas; walaupun begitu, bahan ini tetap digunakan pada pabrik pembuat ban, di mana faktor elastisitas dibutuhkan. Ini juga digunakan untuk pengkilap, lilin, tinta, dan vernis. Rosin adalah getah yang didestilasi; terpenting di hasilkan sebagai produk sampingan. Rosin digunakan untuk cat, dan vernis. Apabila resin kopal dicampur dengan seluloid, akan menjadi pelembab dan tahan terhadap abrasi.
164
menunjukkan penguluran yang kecil sebelum patah. Produksi fenolik dihasilkan melalui pembentukan kompresi dan digunakan untuk aplikasi elektronika dan isolasi. Fenolik secara umum memiliki resistansi terhadap air, pelumas, alkohol, oli, dan kimia untuk rumah tangga. Karena mereka memiliki resistansi terhadap bensin dan oli, penggunaannya cukup luas pada beberapa bagian mesin kecil, mobil dan aplikasi lain yang serupa. Bahan ini juga biasa dibuat berlapis dan berbentuk busa atau digunakan pada sikat atau spray pada bahan pengawet. Polimer amino (Gambar 8.5), seperti aminoformaldehid, juga terbentuk melalui reaksi kondensasi yang melibatkan aldehid dan grup amino. Hal paling penting dari bahan ini adalah urea formaldehd dan melamin formaldehd. Sifat dari urea formaldehid serupa dengan fenolformaldehid, namun memiliki tingkat resistansi yang lebih kecil terhadap kelembapan dan panas. Bahan yang dihasilkan dengan kompresi molding,
165
namun bubuk ini relatif lebih mahal. Bahan ini memiliki resistansi terhadap detergen, cairan pembersih, minyak, pelumas, bensin, kerosin, dan tiner. Walaupun begitu, bahan ini cenderung tahan terhadap kelembapan yang rendah. Melamin formaldehid lebih mahal namun memiliki kekuatan mekanik yang lebih besar dan memiliki resistansi panas dan kelembapan yang lebih besar. Berdasarkan ketinggian tahanan, permukaan yang bagus, dan ketahanan terhadap panas dan kimia, polimer amino biasanya digunakan untuk bahan-bahan rumah tangga. Dengan alasan yang sama pula, polimer amino juga digunakan sebagai peralatan dapur dan cucian (dengan nama Melmac). Ester merupakan hasil reaksi asam dengan alkohol. Keebanyakan dari poliester adalah termosetting, tetapi Dacron (Gambar 8.6) adalah polimer termoplastik yang digunakan bahan tenunan. Aplikasi poliester yang paling umum ialah dalam kombinasi dengan bahan filler, itu semua adalah massa molekul rendah dan katalis atau bahan penguat.
Gambar 8.6. Poliester (Dacron) Resultan dari kombinasi di atas menghasilkan struktur yang keras. Polimer termosetting digunakan sebagai alat pencampur yang biasanya digunakan feberglass. Grup ini dari poliester termosetting adalah alkid. Resin alkid biasanya digunakan untuk cat, enamels, vernis, dan berhubungan dengan aplikasi lapisan permukaan. Resin alkid memiliki memiliki tingkat absorpsi yang rendah. Tingkat stabilitas dimensi yang bagus dan isolasi listrik yang cukup bagus.
166
Epoxies memiliki berat yang medium, dan juga memiliki tingkat kekuatan yang
tinggi.
Gambar 8.7. Epoxies. Epoxies dibuat dalam bermacam-macam bentuk padat maupun cair, dan untuk yang keras ( biasanya mengandung grup amino) diaplikasikan untuk resin yang dapat menghasilkan ikatan yang diperlukan. Pemakaian fiber atau bubuk pengisi terkadang digunakan untuk penguat material. Karakteristiknya yang menonjol adalah kemampuan untuk merekat pada semua jenis permukaan. Bahanbahan tersebut tahan terhadap suhu ruangan dan memiliki tingkat viskositas yang rendah, selain itu juga memiliki resistansi terhadap kimia dan tingkat absorsi air yang rendah. Aplikasi Epoxies bermacam-macam seperti seperti untuk perekat yang sangat keras. Bahan ini juga digunakan sebagai aplikasi lapisan permukaan lantai dan lapisan untuk aplikasi service yang keras. Sifat pelekatannya membuat bahan ini menjadi pilihan material isolasi yang baik, (keduanya untuk panas dan isolasi akustik) yang aplikasinya pada sayap dan badan pesawat terbang. Bahan ini juga digunakan untuk shock resistansi untuk helm pada pilot, pembalap mobil, dan balap motor.
167
Polimer silikon (Gambar 8.8.) sering diklarifikasikan sebagai material organik. Pada tabel periodik, silikon berada di bawah karbon. Untuk itu, dibutuhkan 4 ikatan untuk setiap atom, silikon merupakan material yang berlebihan. Polimer silikon lebih mahal dibandingkan polimer organik.
Gambar 8.8. Silikon Polimer silikon memiliki berat yang ringan, dihasilkan dalam bentuk cairan atau lilin, dan repellant air. Selain itu ada dalam bentuk buih silikon karet, dibutuhkan katalis dalam material termosetting. Keunggualn utama dari polimer silikon adalah aplikasi ketahanan temperatur yang besar. Karet silikon menahan fleksibilitas pada temperatur rendah, dan polimer menahan properti pada temperatur tinggi, serta digunakan juga sebagai anti busa untuk mengurangi resiko terbakar dari minyak pelumas. Polimer silikon digunakan untuk menghilangkan goresan pada mebel dan mobil. Karena ketahanannya terhadap panas dan resistansi kimia, maka digunakan juga sebagai pelepas cetakan. Memiliki tingkat perekatan yang baik dan biasanya digunakan untuk bahan perekat dan pita dengan tekanan yang sensitif. Dengan penambahan fiber, gelas silikon laminates memiliki tingkat isolasi elektrik yang baik.
168
Gambar 8.9. Polietilen dan polipropilen. Polimer ini adalah salah satu dari polimer yang ringan, dan menunjukkan peregangan yang tinggi sebanyak 500% sebelum rusak, oleh karena itu sulit untuk diputuskan.
169
Polietilen atau disebut politen, merupakan sebuah material fleksibel dan kuat yang anti air dan digunakan untuk isolasi listrik, pipa air dingin, pegangan, pelapis, dan kertas pembungkus. Polietilen digunakan untuk membungkus daging dan barang-barang segar (fresh product). Inilah pembungkus yang paling bagus untuk aplikasi di atas karena bisa membuat material bernapas. Oksigen melewati bungkusan, dan karbondioksida yang dibebaskan oleh material di dalamnya bisa dilepaskan ke udara. Karena tahanan suhu rendahnya, polietilen mempunyai keunggulan tambahan dalam lapisan pembungkus, aplikasi penahan panas sebagaimana pembungkus. Berdasarkan fleksibilitas, kekuatan, dan penyerapan air yang rendah, poliefin digunakan untuk gelas minum, botol padat, dan peralatan dapur seperti kotak es. Sifat material tergantung dari panjang rantai. Secara umum diklasifikasikan dalam kepadatan yang tinggi atau rendah. Polipropilen adalah polimer kristal yang lebih kuat dan kaku daripada polietilan, selain lebih ringan juga lebih mahal untuk diproduksi. Kegunaannya utamanya adalah untuk pegangan gagang bahan kimia yang steril (berdasarkan tahanan suhu tingginya) dan untuk high-fatigue-strength parts. Vinil polimer adalah yang paling penting tua di antara polimer-polimer. Vinil murni cenderung keras dan mudah patah. Oleh karena itu, kegunaannya dibatasi tanpa penambahan bahan pelunak (plastik). Sifat dari vinil polimer adalah berjarak lebar, tergantung tipe khusus dan kegunaan tambahan. Secara umum vinil polimer cenderung memiliki berat ringan sampai menengah, kekuatan rendah, tidak gampang putus. Kelompok ini memiliki tahanan suhu rendah dan dengan tidak menguntungkan dipengaruhi oleh banyak bahan kimia umum dan pelarut-pelarut. Salah satu vinil polimer yang istimewa adalah provinil klorida atau PVC (Gambar 8.10), yang digunakan untuk membuat pipa, fitting, dan material tambal.
170
Gambar 8.10. Polivinil klorida (PVC) Polivinil klorida asetat digunakan secara besar-besaran dalam pembuatan perlengkapan hujan dan pakaian tahan cuaca. PVC menunjukkan tahanan kimia yang baik dan sangat ekonomis saat material pengisi digunakan. Aplikasi vinil polimer lainnya adalah polivinil asetat, yang digunakan sebagai bahan perekat; polivinil asetat yang digunakan sebagai lapisan dalam kaca pengaman; polivinil alkohol polimer yang digunakan sebagai pipa untuk mentransfer zat cair; dan vinil foam yang digunakan sebagai bantal dan material pakaian . Polistiren (Gambar 8.11) adalah polimer yang paling banyak digunakan. Polistiren diklasifikasikan dalam dua grup: general-purpose polistiren dan campuran stiren. General-purpose polistiren bersifat ringan, kaku, tapi material yang mudah patah ini sangat baik digunakan untuk isolasi listrik dan sebagai busa tambahn dalam isolasi termal.
Gambar 8.12. Polistiren Polistiren adalah material yang tak beracun, tak berbau dan tak berasa, yang banyak dijadikan sebagai tempat minuman dan makanan.
171
Campuran stiren pada umumnya tidak begitu mahal tapi lebih sulit diproduksi daripada polistiren yang banyak dipakai. Kopolimer dari stiren dan skrilonitril bisa diperkuat terus dengan kombinasi dengan karet butadine akrilonitril ke bentuk kopolimer akrilonitril butadiena stiren (ABS). Campuran stiren digunakan pada bagian plastik, cetakan mainan, tempat makanan dingin, dan tempat bawaan. ABS terbukti sangat penting untuk bahan yang tahan kimia dan tumbukan yang keras. Sering juga digunakan pada cetakan badan mobil, tempat baterai, dan telepon. Stiren yang lebih dikembangkan digunakan dalam alat flotasi dan isolasi termal. Florokarbon (Gambar 8.13) dapat diklasifikasikan di bawah keluarga etilen. Anggota terlama dan paling di kenal dari flokarbon adalah politetra floroetilen (PTFE), yang pada umumnya di kenal dengan nama teflon, dan kloro trifloro etilen (CFE). Kelebihan dari PTFE dan CFE adalah tahan kimianya, kekuatan tumbukan yang bagus, sifat listrik yang baik, dan koefisien gesekan yang kecil serta memiliki daya serap air nol. Tidak dipengaruhi oleh perubahan cuaca, sinar matahari, dan suhu. PTFE tak tembus cahaya dan putih alami, sedangkan CFE transparan atau tembus cahaya. Biasa digunakan untuk nonstick coating, nonstick film, material penunjang, dan aplikasi lainnya yang hampir sama. Semua florokarbon mahal. relatif
Gambar 8.13. Florokarbon Poliamida (Gambar 8.14) adalah hasil dari reaksi kondensasi yang melibatkan asam organik dan amino. Pada umumnya dikenal dengan nama nilon,
172
nilon sangat kuat, keras dan fleksibel, mempunyai kekuatan tumbukan yang kuat, dan tahan abrasi. Beberapa poliamida akan tahan pemanjangan sampai 300%. Nilon juga memiliki koefisien gesekan yang sangat kecil sehingga cocok digunakan untuk pakaian indor dan sering diproduksi dan digunakan sebagai serat. Selain itu nilon juga cocok bila digunakan
Gambar 8.14. Poliamida Sebagai peralatan memasak di mana tidak digunakan minyak, perkakas rumah, dan tekstil seperti parasut. Poliamida aromatik digunakan untuk komposit dan sebagai penambal ban. Salah satu produknya adalah serat poliamida (dipasarkan oleh pemasaran Kevlar) di gunakan untuk topi baja dan sebagai campuran penambal serat. Kekurangannya adalah penyerapan embun yang tinggi, dengan disertai perubahan dimensi dan penurunan kekuatan . Poliester bisa menjadi termoplastik ataupun termosetting, tergantung dari asam dan alkohol yang digunakan dalam produksinya. Salah satu poliester adalah polietilen teraptalad, yang dibuat dalam reaksi kondensasi antara asam teraptalik dan etilen glikol. Hasil produksi utamanya digunakan sebagai serat ekstrusi, hampir sama dengan serat nilon. Akrilik yang paling umum adalah polimetil metakrilat, atau PMMA (Gambar 8.15) , yang dikenal dengan nama plexiglas. Dibuat dengan reaksi dari asam metil akrilik dan sebuah alkohol. Hasil setengah jadinya adalah metakrilat. PMMA bersifat
173
keras, kaku, material transparan yang dengan mudah dibentuk dengan cetakan injeksi. Kegunaannya adalah sebagai pelindung, lensa, dan aplikasi optik lainnya.
Gambar 8.15. Polimetil Metakrilat (PMMA) PMMA sangat tahan pada kebanyakan bahan kimia tapi tidak pada gasolin, aseton, dan unsur pembersih lainnya. Termasuk dalam akrilik adalah akrilonitril. Akrilonitril diproduksi dengan penambahan polimerisasi dan dibentuk secara khas seperti serat fiber. Polimer selulosa berdasarkan molekul selulosa (8.16). Polimer selulosa dibuat dari kayu alami atau serat kapas. Polimer selulosa terbaru digunakan untuk memproduksi seluloid film. Lima dasar polimer selulosa adalah selulosa asetat, selulosa nitrat, selulosa asetat butirat, etil selulosa, dan selulosa propionat. Polimerisasi selulosa diperoleh melalui ikatan oksigen. Seluloid (selulosa nitrat) merupakan bahan termoplastik. Tetapi, gampang terbakar dan tidak bisa dilelehkan. Untuk alasan ini, bahan seluloid sering digantikan oleh bahan yang lebih tahan api. Salah satu aplikasi dari selulosa nitrat adalah untuk keperluan pembuatan pena dan topi. Daya tahan akan apinya membatasi aplikasinya. Salah satu bahan pengganti selulosa nitrat adalah selulosa asetat, yang tidak mahal dan mudah dibentuk, kemudian lebih tahan api
174
Gambar 8.16. Selulosa daripada nitroselulosa dan mempertahankan warnanya. Selulosa asetat adalah bahan yang mempunyai daya tahan tinggi, mempunyai daya tumbukan (impact) yang kuat dan fleksibel, transparan dan ikatan larutannya gampang dibentuk. Penyelesaian permukaan yang sempurna dan bentuk selulosa asetat membuatnya menjadi bahan yang sangat praktis untuk berbagai aplikasi misalnya rak display dan sikat gigi, peralatan toilet, dan pengepakan sepatu. Selulosa asetat monofilamennya sangat kuat dan sering digunakan untuk serat baju. Selulosa asetat tidak kedap air terhadap air, tapi selulosa asetat butirat kedap air. Bahan seperti ini digunakan untuk penggunaan outdoor. Dalam penggunaan indor, dapat menghasilkan bau yang tidak enak. Etil selulosa dan benzil selulosa merupakan bahan polimer yang umum. Bahan-bahan ini biasa disebut sebagai rayon dan cellophone. Polimer poliasetal terdiri dari ikatan karbon-oksigen, yang merupakan formaldehid tunggal, kecuali dari ikatan paling belakang dari rantai polimer. Asetal menunjukkan tidak adanya titik lumer yang jelas. Bahan ini mempunyai stabilitas dimensional yang hebat, daya tahan resistansi yang kuat, dan dapat menjadi isolasi listrik yang baik. Kualitasnya yang terbaik adalah ketahanannya terhadap bahan kimia terutama bahan pelarut. Polikarbonat merupakan poliester yang dibuat dari asam karbonik dan fenol, transparan dan mempunyai temperatur meleleh yang rendah. Bahan ini bisa
175
dipotong atau digores dengan mudah tetapi mempunyai bahan penyusun yang mirip dengan akrilik dan mempunyai daya tumbuk yang baik. Salah satu nama produk bahan ini adalah Lexan. Ini di gunakan untuk jendela kaca anti peluru.
176
Polister yang diperkuat dengan karbon fiber harganya lebih mahal dibandingkan dengan polister yang diperkuat dengan kaca fiber, bahkan sampai 34 kali lipatnya. Polister yang diperkuat dengan karbon fiber mempunyai daya renggang yang baik, kekakuan, dan bisa dengan baik digunakan untuk keperluan mekanik. Bahan ini juga mempunyai efisiensi ekspansi yang lebih kecil, resistansi pemuluran yang lebih baik, tidak mudah aus, serta daya tahan yang lebih tinggi. Kaca dan karbon merupakan bahan untuk memperkuat fiber. Material lain dalam penguatan fiber termasuk grafit, boron, dan katun. Bahan penguat dapat tersedia dalam berbagai bentuk seperti, ikatan fiber, potongan fiber dan kain. Bagaimanapun juga, peningkatannya tinggi dalam biaya ekonomi. Kebanyakan dari polimer yang telah diperkuat merupakan poliester dan epoksis. Fenol dan silikon digunakan juga dalam bentuknya yang diperkuat untuk tingkat yang lebih kecil. Bentuk polimernya yang diperkuat digunakan untuk tanduk kapal, bodi mobil, tangki penyimpanan, papan sirkit (circuit board), perlengkapan pesawat terbang, gigi transmisi mobil, serta isolasi termal dan elektrik. Polimer yang diperkuat dalam penerapan yang beragam banyak menggantikan logam, dan polimer menjanjikan kekuatan dengan sifat/karakteristik yang sama, atau lebih baik dan seringkali dengan biaya yang lebih rendah. Polimer lebih mudah dibuat dab tahap terhadap korosi dan bahan kimia.Selain itu proses pabrikasi cukup beragam dari yang paling sederhana dan murah sampai dengan yang prosesnya rumit.
8.9. ELASTOMER
Berikut ini adalah gambaran secara singkat mengenai elastomer. Elastomer adalah material yang memiliki sifat hampir sama dengan polimer. Elaastomer adalah material yang dapat meregang dan mulur berulang kali, atau memanjang dan akan kembali ke bentuk semula dengan melepaskan tenaga yang dipakai
177
untuk memanjangkannya. Dengan demikian elastomer memperlihatkan sifat elastik, bila dibandingkan dengan polimer yang lebih banyak memperlihatkan sifat plastiknya. Yang termasuk dalam kategori elastomer contohnya adalah karet dan material semacam karet. Ada sedikit perbedaan antara karet dengan elastomer, karet dapat tahan ditarik sampai 200% dan kembali dengan cepat ke kondisi awalnya. Kemampuan material untuk kembali ke bentuk awal dari perubahan bentuk elastiknya disebut resilience. Karet alam diperoleh dari getah resin pohon tertentu. Getah tumbuhan ini mengandung cairan/emulsi yang terdiri atas 40% air, dan mengandung partikel karet. Partikel karet ini dipadatkan dengan menggunakan formic atau asam asetat. Partikel-partikel yang dipadatkan ini kemudian dikemas dan dikirim ke pabrik untuk proses selanjutnya. Karet dalam bentuk ini sering kali disebut lateks. Karet mentah dipakai untuk beberapa keperluan karena mempunyai kuat peregangan yang rendah dan meleleh pada temperatur yang cukup tinggi. Untuk meningkatkan sifat-sifat daripada karet alam, maka bahan tambahan (additive) yang menjadikan material keras dicampurkan kedalam karet. Karet dapat dibentuk sesudah dicampur, kemudian diolah pada temperatur tinggi sekitar 150oC. Karet yang keras (hard rubber) mempunyai tampilan phenol
formaldehyde (bakelite). Bakelite adalah bahan isolasi listrik yang sangat baik dan
banyak digunakan dalam pembuatan battery sebagai wadah (casing). Karet juga banyak digunakan sebagai peredam getaran pada motor bakar maupun motor listrik.
178