Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
NAMA
NIM
: 1305045191
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan hidayah dan kelancaran
untuk pembuatan makalah agama islam ini dengan judul ketuhanan dalam islam.
Salawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta
segenap pengikutnya hingga akhir.
Kami mengucapka banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini yan berjudul ketuhanan dalam islam.
Terima kasih kepada ibu sukiaty, S.Ag yang telah membimbing dalam pengerjaan
makalah ini hingga sampai selesai.
Dengan selesainya makalah ini, kami berharap banyak semoga makalah ini
dengan juduk ketuhanan dalam islam dapat bermanfaat. Tujuan makalah ini juga
agar dapat meningkatkan kepercayaan kita semua dengan adanya allah itu haq adanya
di dunia ini.
Kami sebagai manusia dalam menyusun makalah ini masih banyak kesalahan.
Untuk kesempurnaannya kami menerima segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun.
Samarinda, 24 Oktober 2013
penyusun
DAFTAR ISI
A. Kata Pengantar ..................................................................................... 1
B. Daftar Isi ............................................................................................... 2
C. Pendahuluan .......................................................................................... 3
D. Isi .......................................................................................................... 4
Pendahuluan
Pembicaraan tentang Tuhan merupakan pembicaraan yang menyedot pemikiran
manusia sejak jaman dahulu kala. Manusia senantiasa bertanya tentang siapa di balik
adanya alam semesta ini. Apakah alam semesta terjadi dengan sendirinya ataukah ada
kekuatan lain yang mengatur alam semesta ini. Bertitik-tolak dari keinginan manusia
untuk mengetahui keberadaan alam semesta ini, maka manusia mencoba mengkajinya
sesuai dengan kemampuan akal yang dimilikinya. Hasil dari kajian-kajian yang
dilakukan, manusia sejak jaman primitif sudah mempercayai adanya kekuatan lain di
luar diri manusia yang disebut dengan Tuhan.
Namun, kepercayaan kepada adanya Tuhan berbeda-beda. Hal ini disebabkan
karena perbedaan tingkat kemampuan akal manusia. Menurut Ibnu Thufail yang
menulis kisah novel Hayy bin Yaqdzan mengatakan bahwa manusia dengan akalnya
mampu mempercayai adanya Tuhan.1 Demikian juga para pemikir dari semua aliran
teologi dalam Islam seperti Mutazilah, Asyariyah, Maturidiyah Bukhara dan
Samarkand berpendapat bahwa mengetahui Tuhan dapat diketahui melalui akal.2
Mengingat kepercayaan terhadap Tuhan berbeda-beda, lantas apakah semua Tuhan
yang dipercayai oleh manusia merupakan Tuhan yang Haq (benar), dan bagaimana
cara mengetahui Tuhan yang Haq (benar) tersebut? Tulisan ini akan menjelaskan
tentang Tuhan yang Haq (benar) dalam perspektif Islam, dan menguji Tuhan-Tuhan
yang ada dalam kepercayaan manusia di luar Islam.
Pembahasan
membersihkan diri dari segala macam Tuhan , sehingga yang ada di dalam hatinya
hanya ada satu Tuhan yakni ALLAH SWT.
Teori evolusionisme :
Henoteisme (kepercayaan pada satu Tuhan untuk satu bangsa, dan mengakui
ilah bangsa lain)
Monoteisme (hanya mengakui satu Tuhan untuk semu bangsa dan bersifat
Internasional)
datang secara evolusi, tetapi adanya relevansi atau wahyu. Kepercayaan masyarakat
primitive memiliki asal-usul yang sama dengan monoteisme dan berasal dari ajaran
wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993, 26-27)
2. Surat AL-Maidah : 72 , Surat Ali Imran :62 , Surat Shad :35 dan 65
Surat Muhammad : 19, bahwa perbuatan syirik akan diharamkan oleh
ALLAH masuk surga dan tempat mereka adalah neraka
3. Surat Al-Ikhlas : 1-4, Surat Al-Ankabut : 46, Taha : 98 dan Shad : 4;
bahwa ALLAH SWT adalah dzat yang esa.
2.
3.
4.
Secara Komologis
1.
Benda yang ditangkap oleh panca indera mempunyai materi (matter) dari
bentuk (form)
2.
Alam ini diciptakan dan penciptaannya adalah esa dari segala bentuk dia berbeda
dengan alam.
Hakekat benda :
-
3.
Wujud dibagi dua yaitu pertama : wujud mungkin (mahiah bisa mempunyai wujud
dan bisa pula tidak mempunyai wujud), kedua wajib wujud (mahiah yang tidak dapat
dipisahkan wujudnya)
4.
2.Menurut Ibnu Rusyd metode pembuktian wujud ALLAH dengan pemahaman dan
penghayatan keserasian alam disebut dengan dalil ikhtira
3. Dan juga bisa melalui metode pembuktian wujud ALLAH melalui pemahaman dan
penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia disebut dalil inayah. I(Zakiyah
Darajat, 1996)
B.2.2 Keberadaan alam
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak
boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya, suatu Akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal
percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini ada. Dengan dasar
itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan
kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang
adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: <<Percaya adanya makhluk,
tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum
pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala
sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana
akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya
tanpa pencipta?
Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya
sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan
hukum kedua termodinamika (Second law of Thermodynamics), pernyataan ini
telah kehilangan landasan berpijak.
Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin
bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari
keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin,
yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi
panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara energi yang
ada dengan energi yang tidak ada.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus
berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa
alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah
kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi
kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi
sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap
edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak
93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu
mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun
sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi,
yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama
dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan
600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain sistem tata
surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri.
Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy dimana terletak
sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali
dalam 200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang
teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya,
bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar
yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha
besar tersebut adalah Tuhan.
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian
alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah dalil ikhtira. Di samping itu Ibnu
Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu dalil inayah. Dalil inayah adalah
metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat
alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996:78-80).
E. ANALISA
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim
bagi semesta alam.Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang
Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan
Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya:
"nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda.Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan
Maha Luas.Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering
digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan
kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya
dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan
muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.Menurut al-Qur'an,
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS alAn'am[6]:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut al-Qur'an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, jalan yang diridhai-Nya.
F. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas kita bisa simpulkan bahwa kita sebagai manusia yang
penuh dengan kekurangan tidak mungkin tidak dikuasai oleh dzat yang maha esa
yaitu Tuhan. Sehingga benar bahwa Tuhan menurut Logika Al-Quran yang berarti
dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.
G. Daftar Pustaka