Вы находитесь на странице: 1из 15

Makalah

KETUHANAN DALAM AGAMA ISLAM

NAMA

: MUHAMMAD ARYA MULAWARMAN

NIM

: 1305045191

PRODI S1-PENDIDIKAN ILMU KOMPUTER


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
2012-2013

KATA PENGANTAR
Segala puji bagi allah SWT yang telah memberikan hidayah dan kelancaran
untuk pembuatan makalah agama islam ini dengan judul ketuhanan dalam islam.
Salawat serta salam yang tetap tercurahkan kepada nabi Muhammad SAW, beserta
segenap pengikutnya hingga akhir.
Kami mengucapka banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini yan berjudul ketuhanan dalam islam.
Terima kasih kepada ibu sukiaty, S.Ag yang telah membimbing dalam pengerjaan
makalah ini hingga sampai selesai.
Dengan selesainya makalah ini, kami berharap banyak semoga makalah ini
dengan juduk ketuhanan dalam islam dapat bermanfaat. Tujuan makalah ini juga
agar dapat meningkatkan kepercayaan kita semua dengan adanya allah itu haq adanya
di dunia ini.
Kami sebagai manusia dalam menyusun makalah ini masih banyak kesalahan.
Untuk kesempurnaannya kami menerima segala saran dan kritik yang sifatnya
membangun.
Samarinda, 24 Oktober 2013

penyusun

DAFTAR ISI
A. Kata Pengantar ..................................................................................... 1
B. Daftar Isi ............................................................................................... 2
C. Pendahuluan .......................................................................................... 3
D. Isi .......................................................................................................... 4

B.1 FILSAFAT KETUHANAN .................................................... 4

B.1.1 SIAPAKAH TUHAN ITU ............................................. 4


B.1.2 SEJARAH PEMIKIRAN MANUSIA TENTANG
TUHAN .......................................................................... 5
B.1.2.1 PEMIKIRAN BARAT ....................................... 5
B.1.2.2 PEMIKIRAN UMAT ISLAM ........................... 7
B.1.3 TUHAN MENURUT AGAMA DAN WAHYU .............. 8
B.2 PEMBUKTIAN WUJUD TUHAN ............................................ 10
B.2.1 PEMBUKTIAN ILMIAH .................................................. 10
B.2.2 KEBERADAAN ALAM ................................................... 11
B.2.3 INFORMASI WAHYU ..................................................... 12
E. Analisa ..................................................................................................... 14
F. Kesimpulan .............................................................................................. 14
G. Daftar Pustaka .......................................................................................... 15

Pendahuluan
Pembicaraan tentang Tuhan merupakan pembicaraan yang menyedot pemikiran
manusia sejak jaman dahulu kala. Manusia senantiasa bertanya tentang siapa di balik
adanya alam semesta ini. Apakah alam semesta terjadi dengan sendirinya ataukah ada
kekuatan lain yang mengatur alam semesta ini. Bertitik-tolak dari keinginan manusia
untuk mengetahui keberadaan alam semesta ini, maka manusia mencoba mengkajinya
sesuai dengan kemampuan akal yang dimilikinya. Hasil dari kajian-kajian yang
dilakukan, manusia sejak jaman primitif sudah mempercayai adanya kekuatan lain di
luar diri manusia yang disebut dengan Tuhan.
Namun, kepercayaan kepada adanya Tuhan berbeda-beda. Hal ini disebabkan
karena perbedaan tingkat kemampuan akal manusia. Menurut Ibnu Thufail yang
menulis kisah novel Hayy bin Yaqdzan mengatakan bahwa manusia dengan akalnya
mampu mempercayai adanya Tuhan.1 Demikian juga para pemikir dari semua aliran
teologi dalam Islam seperti Mutazilah, Asyariyah, Maturidiyah Bukhara dan
Samarkand berpendapat bahwa mengetahui Tuhan dapat diketahui melalui akal.2
Mengingat kepercayaan terhadap Tuhan berbeda-beda, lantas apakah semua Tuhan
yang dipercayai oleh manusia merupakan Tuhan yang Haq (benar), dan bagaimana
cara mengetahui Tuhan yang Haq (benar) tersebut? Tulisan ini akan menjelaskan
tentang Tuhan yang Haq (benar) dalam perspektif Islam, dan menguji Tuhan-Tuhan
yang ada dalam kepercayaan manusia di luar Islam.

Pembahasan

B.1 SIAPAKAH TUHAN ITU ?


Asal kata ilah selalu diterjemahkan Tuhan , dalam Al-Quran dipakai untuk
menyatakan obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, Misalnya dalam surat
Al-Jatsiyah : 23 dan Al-Qashas ayat 38. Pada kedua ayat tersebut, ilah bisa diartikan
benda, baik abstrak yakni nafsu atau keinginan pribadi maupun benda nyata.
Menurut logika Al-Quran ilah (Tuhan) , sesuatu yang dipentingkan ( dianggap
penting) oleh manusia sedemikian rupa , sehingga manusia merelakan dirinya
dikuasai oleh-Nya. Oleh sebab itu sangat tidak mungkin jika manusia menyebutkan
dirinya tidak bertuhan.
Menurut Ibnu Taimiyah, Ilah adalah yang dipuja dengan penuh kecintaan
hati , tunduk kepadanya , merendahkan diri dihadapannya , takut dan mengharapkanNya , kepadanya , tempat berpasrah ketika berada dalam kesulitan , berdoa dan
bertawakal kepadanya , untuk kemaslahatan diri , meminta perlindungan diri padanya
dan menimbulkan ketenangan disaat mengingatkan dan terpaut cinta kepadanya.
(M.Imaduddin, 1989:56)
Dalam islam diajarkan kalimat la illaha illa Allah yang susunan kalimatnya
dimulai dengan peniadaan , yaitu tidak ada tuhan , kemudian baru diikuti dengan
penegasan selain Allah. Yang maksudnya adalah seorang muslim harus

membersihkan diri dari segala macam Tuhan , sehingga yang ada di dalam hatinya
hanya ada satu Tuhan yakni ALLAH SWT.

B.2 Sejarah Pemikiran Manusia tentang Tuhan


B.1.2..1 Pemikiran barat
Konsep ketuhanan adalah pemikiran manusia yang didasarkan atas hasil
pemkiran baik melalui pengalaman lahiriah maupun batiniyah, baik yang bersifat
penilitian rasional maupun pengalaman batin.
Menurut tori evolusi yang dikemukakan oleh Max Muller, yang kemudian
diteruskan EB Taylor (1877), Robertson Smith, Lubbock dan Jevens, adalah sebagai
berikut :
-

Teori evolusionisme :

Dinamisme (mengakui adanya kekuatan benda yang berpengaruh dalam


kehidupan terutama adanya kekuatan suatu benda).

Animisme (segala sesuatu benda diyakini memiliki roh sehingga memiliki


pengaruh terhadap kehidupan manusia)

Politeisme (percaya pada dewa-dewa)

Henoteisme (kepercayaan pada satu Tuhan untuk satu bangsa, dan mengakui
ilah bangsa lain)

Monoteisme (hanya mengakui satu Tuhan untuk semu bangsa dan bersifat
Internasional)

Solusi atas Kritik


Menurut Andrew Lang (1898) menyatakan, bahwa ide tentang Tuhan tidak

datang secara evolusi, tetapi adanya relevansi atau wahyu. Kepercayaan masyarakat
primitive memiliki asal-usul yang sama dengan monoteisme dan berasal dari ajaran
wahyu Tuhan. (Zaglul Yusuf, 1993, 26-27)

B.1.2.2 Pemikiran Umat Islam


Pemikiran tentang keesaan Allah SWT, menghasilkan ilmu-ilmu yang
bersumber sejak zaman nabi Muhammad SAW, yakni munculnya beberapa ilmu
pengetahuan :
a. Ilmu Tauhid
b. Ilmu Kalam
c. Ilmu Ushuluddin
Dalam Sejarah Ilmu Ketahuan dalam Islam tersebut terdapat beberapa
komunitas antara lain
Mutazilah
Merupakan sekelompok masyarakat yang selalu mengedepankan kemampuan
akal (rasio), serta menekankan pemakaian akal pikiran dalam memahami
semua ajaran keimanan dalam Islam.
Menurut mereka orang Islam yang berbuat dosa besar maka ia tidak kafir dan
juga tidak mukmin, ia berada diantara dua sisi (al manzilu bayna manzilatayn)

Analisis ketuhanan mutazilah: mereka memakai bantuan ilmu logika Yunani,


satu system teologi untuk mempertahankan kedudukan keimanan.
Qodariyah
Pendapat Qodariyah: manusia mempunyai kebebasan dalam berkehendak dan
berbuat. Manusia sendiri yang mengkehendaki apakah ia kafir atau mukmin
dan hal tersebut menjadikan manusia bertanggung jawab atas perbuatannya.
Jabariyah
Pendapat jabariyah: manusia mempunyai kemerdekaan dalam berkehendak
dan berbuat. Semua tingkah laku manusia ditentukan dan dipaksa Allah.
Asyariyah dan Maturudiah
Pendapatnya berada diantara pendapat qodariah dan jabariah.

B.1.3 TUHAN MENURUT AGAMA DAN WAHYU


Mengkaji tentang tuhan hanya didasarkan atas pengamatan dan
pengalaman serta pemikiran manusia, tidak akan pernah benar. Sebab
tuhan adalah sesuatu yang ghaib, sehingga informasi tentang tuhan yang
hanya berasal dari mansuia meskipun dinyatakan sebagai hasil renungan
maupun pemikiran nasioanal,Tidak akan benar.
Sebagaimana disebutkan dalam AL-Quran :

1. Surat AL-Anbiya :92, Surat Hud : 84 dan Surat AL-Maidah : 72 ,


bahwa ALLAH SWT memperkenalkan diri melalui para nabi dan rasul

2. Surat AL-Maidah : 72 , Surat Ali Imran :62 , Surat Shad :35 dan 65
Surat Muhammad : 19, bahwa perbuatan syirik akan diharamkan oleh
ALLAH masuk surga dan tempat mereka adalah neraka
3. Surat Al-Ikhlas : 1-4, Surat Al-Ankabut : 46, Taha : 98 dan Shad : 4;
bahwa ALLAH SWT adalah dzat yang esa.

B.2 PEMBUKTIAN ADANYA TUHAN


B.2.1 Pembuktian ilmiah
Secara Ontologis
1.

Plato (428-348 SM)


Ide bersatu dalam ide tertinggi yang disebut ide kebalikan (the absolute
good)

2.

ST. Agustinus (354-430 SM)


Manusia mengetahui dari pengalamannya hidup ala mini ada kebenarannya

3.

Al-Farabi (872-950 SM)


Wujud yang semprurna dan yang paling awal, tidak harus berwujud

4.

ST. Anselm-Cantembury (1033-1109 SM)


Manusia tidak dapat memikirkan sesuatu yang kebesarannya tidak dapat
melebihi dan diatasi oleh segala sesuatu yang ada

Secara Komologis
1.

Aristoteles (383-322 SM)

Benda yang ditangkap oleh panca indera mempunyai materi (matter) dari
bentuk (form)
2.

Al Kindi (796-873 SM)

Alam ini diciptakan dan penciptaannya adalah esa dari segala bentuk dia berbeda
dengan alam.
Hakekat benda :
-

Hakekat particular aniah (tidak seperti alam)

Hakekat universal mahiah (genus/species)

3.

Ibnu sina (980-1037 SM)

Wujud dibagi dua yaitu pertama : wujud mungkin (mahiah bisa mempunyai wujud
dan bisa pula tidak mempunyai wujud), kedua wajib wujud (mahiah yang tidak dapat
dipisahkan wujudnya)
4.

Thomas Aquinas (122-1274 SM)

Keberadaan alam dengan dalil-dalil rasional


Secara theologies
1.William Pacey (1743-1805 SM)
Alam adalah struktur yang semua bagiannya adalah struktur yang saling bekerja
sama.
Secara moral
1.Immanuel Kant (1724-1804)
Manusia mempunyai perasaan moral yang tertanam dalam jiwa

2.Menurut Ibnu Rusyd metode pembuktian wujud ALLAH dengan pemahaman dan
penghayatan keserasian alam disebut dengan dalil ikhtira
3. Dan juga bisa melalui metode pembuktian wujud ALLAH melalui pemahaman dan
penghayatan manfaat alam bagi kehidupan manusia disebut dalil inayah. I(Zakiyah
Darajat, 1996)
B.2.2 Keberadaan alam
Adanya alam serta organisasinya yang menakjubkan dan rahasianya yang pelik, tidak
boleh tidak memberikan penjelasan bahwa ada sesuatu kekuatan yang telah
menciptakannya, suatu Akal yang tidak ada batasnya. Setiap manusia normal
percaya bahwa dirinya ada dan percaya pula bahwa alam ini ada. Dengan dasar
itu dan dengan kepercayaan inilah dijalani setiap bentuk kegiatan ilmiah dan
kehidupan.
Jika percaya tentang eksistensi alam, maka secara logika harus percaya tentang
adanya Pencipta Alam. Pernyataan yang mengatakan: <<Percaya adanya makhluk,
tetapi menolak adanya Khaliq>> adalah suatu pernyataan yang tidak benar. Belum
pernah diketahui adanya sesuatu yang berasal dari tidak ada tanpa diciptakan. Segala
sesuatu bagaimanapun ukurannya, pasti ada penyebabnya. Oleh karena itu bagaimana
akan percaya bahwa alam semesta yang demikian luasnya, ada dengan sendirinya
tanpa pencipta?
Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Fisika
Sampai abad ke-19 pendapat yang mengatakan bahwa alam menciptakan dirinya
sendiri (alam bersifat azali) masih banyak pengikutnya. Tetapi setelah ditemukan
hukum kedua termodinamika (Second law of Thermodynamics), pernyataan ini
telah kehilangan landasan berpijak.

Hukum tersebut yang dikenal dengan hukum keterbatasan energi atau teori
pembatasan perubahan energi panas membuktikan bahwa adanya alam tidak mungkin
bersifat azali. Hukum tersebut menerangkan bahwa energi panas selalu berpindah dari
keadaan panas beralih menjadi tidak panas. Sedang kebalikannya tidak mungkin,
yakni energi panas tidak mungkin berubah dari keadaan yang tidak panas menjadi
panas. Perubahan energi panas dikendalikan oleh keseimbangan antara energi yang
ada dengan energi yang tidak ada.
Bertitik tolak dari kenyataan bahwa proses kerja kimia dan fisika di alam terus
berlangsung, serta kehidupan tetap berjalan. Hal itu membuktikan secara pasti bahwa
alam bukan bersifat azali. Seandainya alam ini azali, maka sejak dulu alam sudah
kehilangan energinya, sesuai dengan hukum tersebut dan tidak akan ada lagi
kehidupan di alam ini. Oleh karena itu pasti ada yang menciptakan alam yaitu Tuhan.
Pembuktian Adanya Tuhan dengan Pendekatan Astronomi
Benda alam yang paling dekat dengan bumi adalah bulan, yang jaraknya dari bumi
sekitar 240.000 mil, yang bergerak mengelilingi bumi dan menyelesaikan setiap
edarannya selama dua puluh sembilan hari sekali. Demikian pula bumi yang terletak
93.000.000.000 mil dari matahari berputar pada porosnya dengan kecepatan seribu
mil per jam dan menempuh garis edarnya sepanjang 190.000.000 mil setiap setahun
sekali. Di samping bumi terdapat gugus sembilan planet tata surya, termasuk bumi,
yang mengelilingi matahari dengan kecepatan luar biasa.
Matahari tidak berhenti pada suatu tempat tertentu, tetapi ia beredar bersama-sama
dengan planet-planet dan asteroid mengelilingi garis edarnya dengan kecepatan
600.000 mil per jam. Di samping itu masih ada ribuan sistem selain sistem tata
surya kita dan setiap sistem mempunyai kumpulan atau galaxy sendiri-sendiri.
Galaxy-galaxy tersebut juga beredar pada garis edarnya. Galaxy dimana terletak

sistem matahari kita, beredar pada sumbunya dan menyelesaikan edarannya sekali
dalam 200.000.000 tahun cahaya.
Logika manusia dengan memperhatikan sistem yang luar biasa dan organisasi yang
teliti, akan berkesimpulan bahwa mustahil semuanya ini terjadi dengan sendirinya,
bahkan akan menyimpulkan bahwa di balik semuanya itu ada kekuatan maha besar
yang membuat dan mengendalikan sistem yang luar biasa tersebut, kekuatan maha
besar tersebut adalah Tuhan.
Metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan keserasian
alam tersebut oleh Ibnu Rusyd diberi istilah dalil ikhtira. Di samping itu Ibnu
Rusyd juga menggunakan metode lain yaitu dalil inayah. Dalil inayah adalah
metode pembuktian adanya Tuhan melalui pemahaman dan penghayatan manfaat
alam bagi kehidupan manusia (Zakiah Daradjat, 1996:78-80).

B.2.3 Informasi wahyu


Perkataan ilah, yang diterjemahkan Tuhan, dalam Al-Quran dipakai untuk
menyatakan berbagai obyek yang dibesarkan atau dipentingkan manusia, misalnya
dalam QS 45 (Al-Jatsiiyah): 23, yaitu:
Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
Tuhannya.?
QS 21 (Al-Anbiya): 92, Sesungguhnya agama yang diturunkan Allah adalah satu,
yaitu agama Tauhid. Oleh karena itu seharusnya manusia menganut satu agama,
tetapi mereka telah berpecah belah. Mereka akan kembali kepada Allah dan Allah
akan menghakimi mereka.

QS 5 (Al-Maidah):72, Al-Masih berkata: Hai Bani Israil sembahlah Allah Tuhaku


dan Tuhanmu. Sesungguhnya orang yang mempersekutukan (sesuatu dengan) Allah,
maka pasti mengharamkan kepadanya syurga, dan tempat mereka adalah neraka.
QS 112 (Al-Ikhlas): 1-4, Katakanlah, Dia-lah Allah, Yang Maha Esa. Allah adalah
Tuhan yang bergantung pada-Nya segala sesuatu. Dia tiada beranak dan tiada pula
diperanakkan dan tidak ada seorangpun yang setara dengan Dia.
Tuhan yang haq dalam konsep al-Quran adalah Allah. Hal ini dinyatakan antara lain
dalam surat Ali Imran ayat 62, surat Shad 35 dan 65, surat Muhammad ayat 19.
Dalam al-quran diberitahukan pula bahwa ajaran tentang Tuhan yang diberikan
kepada Nabi sebelum Muhammad adalah Tuhan Allah juga. Perhatikan antara lain
surat Hud ayat 84 dan surat al-Maidah ayat 72. Tuhan Allah adalah esa sebagaimana
dinyatakan dalam surat al-Ankabut ayat 46, Thaha ayat 98, dan Shad ayat 4.

E. ANALISA
Dalam konsep Islam, Tuhan diyakini sebagai Zat Maha Tinggi Yang Nyata dan Esa,
Pencipta Yang Maha Kuat dan Maha Tahu, Yang Abadi, Penentu Takdir, dan Hakim
bagi semesta alam.Islam menitik beratkan konseptualisasi Tuhan sebagai Yang
Tunggal dan Maha Kuasa (tauhid).Dia itu wahid dan Esa (ahad), Maha Pengasih dan
Maha Kuasa. Menurut al-Qur'an terdapat 99 Nama Allah (asma'ul husna artinya:
"nama-nama yang paling baik") yang mengingatkan setiap sifat-sifat Tuhan yang
berbeda.Semua nama tersebut mengacu pada Allah, nama Tuhan Maha Tinggi dan
Maha Luas.Di antara 99 nama Allah tersebut, yang paling terkenal dan paling sering
digunakan adalah "Maha Pengasih" (ar-rahman) dan "Maha Penyayang" (ar-rahim).
Penciptaan dan penguasaan alam semesta dideskripsikan sebagai suatu tindakan
kemurahhatian yang paling utama untuk semua ciptaan yang memuji keagungan-Nya
dan menjadi saksi atas keesan-Nya dan kuasa-Nya. Menurut ajaran Islam, Tuhan

muncul dimana pun tanpa harus menjelma dalam bentuk apa pun.Menurut al-Qur'an,
"Dia tidak dapat dicapai oleh penglihatan mata, sedang Dia dapat melihat segala yang
kelihatan; dan Dialah Yang Maha Halus lagi Maha Mengetahui." (QS alAn'am[6]:103)
Tuhan dalam Islam tidak hanya Maha Agung dan Maha Kuasa, namun juga Tuhan
yang personal: Menurut al-Qur'an, Dia lebih dekat pada manusia daripada urat nadi
manusia. Dia menjawab bagi yang membutuhkan dan memohon pertolongan jika
mereka berdoa pada-Nya. Di atas itu semua, Dia memandu manusia pada jalan yang
lurus, jalan yang diridhai-Nya.

F. KESIMPULAN
Berdasarkan pembahasan diatas kita bisa simpulkan bahwa kita sebagai manusia yang
penuh dengan kekurangan tidak mungkin tidak dikuasai oleh dzat yang maha esa
yaitu Tuhan. Sehingga benar bahwa Tuhan menurut Logika Al-Quran yang berarti
dipentingkan (dianggap penting) oleh manusia sedemikian rupa, sehingga manusia
merelakan dirinya dikuasai oleh-Nya.

G. Daftar Pustaka

Fanadi,sunan, 2010, Lembar kerja mahasiswa Pendidikan Agama Islam.


Almaktabah, Surabaya.
http://id.wikipedia.org/wiki/Tuhan_dalam_Islam , 20 September 2011

Вам также может понравиться