Вы находитесь на странице: 1из 13

Baru 27,5% Ibu di Indonesia Berikan ASI Eksklusif Ilustrasi ibu menyusui.

(sumber: JG Photo/ Afriadi Hikmal) Jakarta - Merujuk laporan World Breastfeeding Trends Initiative 2012, Indonesia berada di peringkat 49 dari 51 negara yang mendukung pemberian ASI eksklusif. Kementerian Kesehatan (Kemkes) sendiri telah menetapkan target cakupan pemberian ASI Eksklusif per 2014 sebesar 80 persen. Kenyataannya, baru 27,5 persen ibu di Indonesia yang berhasil memberi ASI ekslusif. Menanggapi temuan ini, World Vision Indonesia (WVI) & Asosiasi Ibu Menyusui Indonesia (AIMI) bekerjasama melakukan penelitian untuk mencari solusi pemberian ASI. Hasil penelitian tersebut dipaparkan Kamis (13/6) di Cheesecake Factory, Cikini, Jakarta. "Undang-undang yang mendukung pemberian ASI dan kesehatan ibu-anak di Indonesia sudah baik, tapi pengaduan masyarakat mengenai pelanggaran hak bayi untuk mendapat ASI tetap marak. Hal inilah yang berusaha kami gali dan carikan solusinya," ujar Asteria Aritonang,Campaign Director World Vision Indonesia. Selaku organisasi kemanusiaan yang fokus pada anak, WVI dan AIMI berharap, rekomendasi tersebut dapat ditindaklanjuti untuk memastikan setiap bayi mendapat haknya atas ASI sesuaimandat UU Kesehatan 36/2009. Berbagai penelitian sebelumnya menunjukkan, bahwa dukungan tenaga kesehatan merupakan faktor penting penentu keberhasilan ibu menyusui. Tenaga kesehatan memiliki peran sentral dalam pelayanan kesehatan dasar, mengurangi risiko kematian bayi saat lahir, dan memberikan perawatan ideal paska persalinan. Berdasarkan referensi tersebut, penelitian yang dilakukan WVI dan AIMI secara khusus melibatkan hampir 250 responden yang berprofesi sebagai tenaga kesehatan, seperti dokter, perawat, dan bidan. Penelitian dilakukan selama Februari - April 2013 di lima kota besar Indonesia menggunakan metode kuantitatif -kualitatif. Beberapa temuan menarik, lebih dari 50 persen responden mengaku belum pernah mendapatkan sesi sosialisasi dan edukasi mengenai kebijakan menyusui. Sebagian besar responden yang pernah mendapat sosialisasi kebijakan mengaku tidak tahu atau tidak ingat pesan-pesan penting dalam kebijakan tersebut. Sosialisasi Kebijakan Menyusui Lebih jauh lagi, para tenaga kesehatan belum mendapatkan informasi yang memadai tentang cara mendukung ibu menyusui. Hampir semua responden memiliki pengalaman bertemu dengan pasien yang mengalami kesulitan menyusui, tapi tidak sampai 25 persen yang tahu bahwa pasien tersebut perlu diberi rujukan ke klinik laktasi dan atau konselor menyusui. Setelah melakukan penelitian, WVI dan AIMI menemukan, bahwa tenaga kesehatan merasa perlu mengembangkan pemahamannya akan kebijakan menyusui melalui sesi diskusi yang interaktif. Mereka berpendapat bahwa sosialisasi kebijakan yang selama ini dilakukan manajemen rumah sakit kurang efektif, karena hanya mengandalkan surat edaran atau mengandalkan individu tenaga kesehatan yang sudah mendapatkan pelatihan atau edukasi untuk menyebarluaskan kepada sejawatnya secara lisan.

"Perlu komitmen kita bersama agar kebijakan yang baik dapat diterapkan dengan lebih baik lagi," ujar Sari Kailaku, selaku Ketua Tim Riset AIMI. WVI, AIMI, beserta semua mitra yang tergabung dalam koalisi NGO Gerakan Kesehatan Ibu dan Anak berharap, bahwa semakin banyak bayi dan anak Indonesia yang bisa mendapat standar emas nutrisi. Meliputi Inisiasi Menyusu Dini, ASI Eksklusif selama 6 bulan, Lanjutkan Pemberian ASI selama 2 tahun atau lebih, dan Pemberian Makanan Pendamping ASI sejak usia 6 bulan dari bahan pangan lokal. Kesuksesan ibu Indonesia dalam memberi ASI akan mendukung terbentuknya generasi penerus yang mumpuni. Anak sehat adalah investasi bagi bangsa

Pendahuluan Pemberian ASI eksklusif merupakan investasi terbaik bagi kesehatan dan kecerdasan anak (Depkes, 2007). Manfaat pemberian ASI eksklusif sesuai dengan salah satu tujuan dari Millenium Development Goals (MDGs) yaitu mengurangi tingkat kematian anak dan meningkatkan kesehatan ibu. WHO (2009) menyatakan sekitar 15% dari total kasus kematian anak di bawah usia lima tahun di negara berkembang disebabkan oleh pemberian ASI tidak eksklusif. Berbagai masalah gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan (Baker, et al, 2004). Target 80% cakupan pemberian ASI eksklusif di Indonesia masih sangat jauh dari kenyataan. Prevalensi ASI eksklusif dari Data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (1997-2007) menunjukkan penurunan dari tahun ke tahun yaitu dari 40,2% (1997) menjadi 39,5% (2003) dan semakin menurun pada tahun 2007 yaitu sebanyak 32%. Bahkan angka ini beradsarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) semakin mengkhawatirkan turun menjadi 15,3% pada Tahun 2010. Praktik pemberian ASI eksklusf hingga usia bayi 6 bulan di DKI Jakarta adalah 8,5% (Dinkes Propinsi DKI Jakarta, 2005). Prevalensi Pemberian ASI eksklusif di Tangerang Selatan masih di luar harapan. Pelaporan yang belum jelas menyebabkan prevalensi ASI ekslusif tidak menggambarkan jumlah yang nyata. Peran keluarga menjadi utama karena ibu bukanlah pelaku tunggal yang bertanggungjawab dalam pemberian ASI Eksklusif. Keluarga terdekatlah dalam hal ini adalah suami yang faktor dominan dalam memberikan dukungan pada ibu dan bayi. Breastfeeding father merupakan istilah populer bagi ayah yang mendukung dan berperan aktif membantu ibu dalam menyusui sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Kac, et, al, 2004). Beragam penelitian berhasil membuktikan terdapatnya hubungan yang bermakna antara peran keluarga terdekat dengan keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Baker, et al, 2004). Ayah memiliki berbagi tipe peran dalam mendukung keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Februhartanty, 2008). Begitupun keluarga terdekat lainnya terutama orangtua baik dari pihak ibu maupun ayah sang bayi. Pemberian ASI eksklusif seharusnya mudah untuk dilaknakan karena hal ini sejalan dengan program Kadarzi (Keluarga Sadar Gizi) dimana salah satu pointnya adalah ASI eksklusif selama 6 bulan. Konseling Kadarzi diberikan pada saat kegiatan pos pelayanan terpadu (posyandu). Selain itu juga kegiatan imunisasi dasar lengkap (hingga usia bayi 9 bulan) yang melibatkan peran keluarga dalam mendampingi ibu selama kegiatan tersebut dilakukan. Asi Eksklusif ASI eksklusif didefinisikan sebagai makanan dan minuman yang diterima oleh bayi yang berasal hanya dari Air Susu Ibu (ASI) tanpa tambahan dari makanan atau minuman lainya termasuk air putih keculai pemberian cairan melalui mulut baik dalam bentuk tetes atau pun sirup yang terdiri dari vitamin, mineral maupun obat yang diberikan kepada bayi sejak lahir (usia 0 bulan) hingga bayi berusia 6 bulan (WHO, 2009). Kramer, et, al (2003) memaparkan berbagai manfaat pemberian ASI eksklusif bagi ibu maupun bayi baik secara fisik maupun psiokologis. Pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan angka mortalitas dan morbiditas bayi, mengoptimalkan pertumbuhan terutama pertumbuhan ideal dalam 6 bulan pertama serta perkembangannya. Imunitas dan tingkat kecerdasan bayi yang diberikan ASI eksklusif jauh lebih baik dibandingkan bayi yang tidak diberi ASI eksklusif. Selain itu jalinan kasih sayang antara ibu anak serta ayah yang berperan menjadibreastfeeding father akan terbentuk secara kuat sejak dini hingga mereka dewasa. Kesehatan ibu lebih cepat pulih dan ASI ekslusif juga menjadi alat kontrasepsi alami selama ibu menyusui (Roesli, 2001).

Banyak faktor yang memengaruhi tingkat keberhasilan dan kegagalan pemberian ASI eksklusif termasuki didalamnya adalah dukungan sosial terutama dari keluarga terdekat yaitu ayah (Fikawati dan Syafiq, 2009). Beragam studi di negara berkembang memperlihatkan bahwa bayi yang tidak diberi ASI lebih berisiko sepuluh kali lebih tinggi meninggal pada bulan pertama kehidupan dibandingkan bayi yang diberi ASI (Bahl, R, et al, 2005). Diare dan ISPA (Infeksi Saluran Pernafasan Akut) merupakan penyakit infeksi yang paling umum diderita pada bayi yang diberikan makanan pendamping sebelum berusia 6 bulan (Bachrach VR, Schwarz E, Bachrach LR, 2003). Peran Keluarga Peran keluarga sangat menentukan keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hal ini akan lebih terlihat pada ibu-dan ayah yang baru memilki anak pertama. Pengetahuan dan pengalaman mereka memilki bayi menjadikan suami dan istri mencari informasi yang seluasluasnya dan cenderung mendengarkan serta mempraktekan nasihat dari keluarga terdekat terutama pengalaman ibu mereka terdahulu saat menyususi (Sugiatmi, 2008). Umumnya para ibu baru akan lebih menuruti perkataan orangtua mereka dan mempercayai nasihat bahkan seringkali mitos negatif tentang menyusui akan turun temurun diwariskan pada anak-anak perempuan mereka yang sedang menyusui. Terlebih tidak sedikit ibu yang baru menyusui berhenti memberikan ASI karena dipercaya ASI menjadikan anak diare dan tubuhnya menjadi bau amis. Seringkali kita mendengar kata ASI jahat karena ASI yang dihisap bayi baru lahir jika tidak segera dibersihkan mulut bayinya bisa menyebabkan kulit bayi menjadi bercak-bercak putih. Masih banyak pula ibu yang khawatir payudaranya akan berubah bentuk menjadi tidak menarik lagi jika memberikan ASI pada buah hati mereka. Kesalahpahaman ini yang menyebabkan pada akhirnya ibu memilih memberikan makanan selain ASI walaupun usia bayi belum genap 6 bulan. Padahal Berbagai masalah gizi kurang maupun gizi lebih juga timbul akibat dari pemberian makanan sebelum bayi berusia 6 bulan (Baker, et al, 2004). Berbagai penyakit infeksi pun mudah menyerang bayi yang diberikan makanan ataupun minuman pendamping sebelum waktunya. Selain itu penyakit degenerative menjadi penyakit masa depan yang berisiko tinggi bayi mereka alami di periode kehidupan berikutnya. Jika hal ini terus berlanjut maka angka cakupan pemberian ASI eksklusif semakin rendah karena mungkin tidak hanya terdapat satu anak perempuan yang mendengarkan nasihat yang tidak tepat tentang menyusui dari ibu mereka yang sebelumnya pun tidak memberikan ASI. Peran suami akan lebih menentukan bagaiaman ibu berani bersikap untuk menentukan apakah ibu akan memberikan ASI eksklusif ataukah memberikan makanan atau minuman lain selain ASI pada bayi mereka. Dukungan suami memberikan kepercayaan diri pada ibu untuk dapat memberikan ASI eksklif. Beberapa studi tentang Breastfeeding father yaitu merupakan istilah populer yang digunakan untuk ayah yang mendukung dan berperan aktif membantu ibu dalam proses menyusui menjadi faktor dominan penentu keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Berbagai tipe peran ayah seperti mencari informasi tentang ASI serta mendampingi ibu saat proses selama proses kehamilan dan melahirkan hingga 6 bulan pertama kehidupan bayi memiliki hubungan yang signifikan terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif (Februhartanty, 2008). Ayah berperan aktif mulai proses kehamilan. Ayah memiliki sikap positif terhadap kehidupan pernikahan antara suami istri termasuk tanggungjawabnya pada janin yang dikandung oleh ibu sebagai hasil buah hati mereka. Komunikasi antara keluarga kecil sudah terbentuk antar ayah, ibu dan anak sejak calon bayi di dalam rahim ibu. Setelah bayi

dilahirkan, ikatan emosional antara ayah dan bayi dapat dibentuk melalui hal yang sederhana seperti menggendong bayi lalu memberikan pada ibunya saat bayi ingin menyusu, menemui, menyanyikan lagu dan mengajak bercerita bayi, menggantikan popok/celana bayi, ikut serta dalam memandikan bayi, memijat bayi dan beragam aktifitas lainnya yang melibatkan ayah dalam hal mengurus bayi yang dilakukan dengan ketulusan dan penuh cinta. Selain kepada bayi, ayah memberikan dukungan penuh secara emosional dan spiritual pada ibu untuk membangun kepercayaan ibu selama menyusui. Mendukung ibu dalam pengambilan keputusan untuk memberikan ASI eksklusif serta berpartisipasi aktif membantu ibu selama menyusui terutama pada minggu-minggu pertama menyusui. Hal ini dapat ditunjukkan dengan cara membawakan air, membuatkan makanan, membantu pekerjaan ibu serta memberikan kesempatan istirahat yang cukup untuk ibu dengan cara turut menjaga bayi saat ibu tidur (WHO, 2007) Studi yang dilakukan oleh Glenn dan Quillin (2006) di Amerika Serikat menemukan bahwa peran ayah dari status sosial apapun menunjukkan hubungan yang bermakna terhadap keberhasilan pemberian ASI eksklusif. Hasil yang sama ditunjukkan pula oleh Chudasama, Patel dan Kavishwar (2009) yang melakukan studi di India bahwa peran ayah baik dari kalangan ekonomi rendah maupun tinggiberhubungan positif dengan keputusan ibu untuk menyusui bayi secara eksklusif. Hasil ini akan lebih optimal jika suami dan keluarga terdekat ibu lainnya yaitu orangtua dan anggota keluarga lainnya ikut mendukung dan berperan aktif untuk bekerjasama menciptakan atmosfir yang baik sehingga ibu merasa didukung dan dibantu dalam melaksanakan tugas utamanya memberikan ASI eksklusif. Hal ini tentu akan lebih kuat pondasinya jika ibu dibekali pengetahuan dan pemahaman yang cukup mengenai ASI eksklusif. Masih banyak pula ibu yang berhenti menyusui sebelum bayi berusia 6 bulan karena kurangnya pengetahuan ibu tentang teknik menyusui yang baik dan benar. Depkes (2007) memberikan panduan mengenai cara dan teknik menyusui yang baik namun sosialisasi hal ini masih terbilang rendah. Meskipun banyak pelatihan mengenai teknik menyusui namun relative memerlukan waktu yang lama dan biaya yang tidak murah. Adanya kelompokkelompok pemerhati ASI membantu para ib mengatasi masalah-masalah kesehatan yang dihadapi saat menyusui terutama saat 6 bulan pertama. Bahkan tidak sedikit ibu yang bekerja akhirnya mencampur pemberian ASI dengan susu formula saat mereka selesai masa cuti melahirkan yaitu selama 3 bulan yang sudah terpotong satu bulan pada saat persiapan kelahiran di bulan ke Sembilan kehamilan. Teknik menyusui ini antara lain mencakup mengatur posisi bayi saat menyusu dan pelekatan bayi saat meyusu dengan payudara ibu (WHO, 2007). Jika hal ini tidak dilakukan dengan benar banyak sekali masalah kesehatan yang akan ditimbulkan terutama masalah penyakit mastitis pada payudara ibu. Penyakit mastitis diawali dengan lecetnya payudara ibu yang mungkin disebabkan bayi tidak menghisap pada areola (lingkartan hitam pada payudara) ibu namun menghisap hanya pada puting ibu saja. Penyakit mastitis ini cukup tinggi terjadi namun nyaris tidak ada data yang menunjukkan berapa prevalensi ibu yang mengalami mastitis saat menyusu. Hal ini disebabkan ibu enggan melaporkan penyakit tersbut dan kurangnya informasi dari tenaga penyuluh kesehatan mengenai masalah-masalah kesehatan yang ditemui saat ibu menyusui. Tempat-tempat konseling menyusui pun masih relatif sedikit sehingga akses ibu memperoleh informasi terbatas pada media terutama seminar, televise atau pun internet. Bahkan tidak sedikit tenaga kesehatan terutama para penolong persalinan yang masih menganjurkan pemberian susu formula pada bayi baru lahir. Bahkan susu formula menjadi solusi saat ibu mengalami masalah-masalah kesehatan yang masih bisa diselesaikan saat menyusui. Padahal

pemberian ASI terutama ASI eksklusif seharusnya menjadi solusi yang cerdas dalam memenuhi kebutuhan bayi kecuali terdapat alasan kesehatan yang membahayakan ibu, bayi atau keduanya tanpa dapat ditawar lagi. Positive Deviance sebagai Pendekatan Optimalisasi Keluarga dalam Pemberian ASI Ekslusif Optimalisasi keluarag dalam pemberian ASI eksklusif perlu dikaji lebih mendalam. Metode yang dapat dilakukan dalam menggali informasi ini dapat dilakukan dengan studi kualitatif yaitu melalui pendekatan Positive Deviance (PD). MetodePositive Deviance (PD) merupakan metode yang berdasarkan kekuatan atau modal atas landasan keyakinan bahwa di setiap masyarakat terdapat individu-individu tertentu (Pelaku PD) yang memiliki kebiasaan dan perilaku khusus atau tidak umum yang memungkinkan mereka dapat menemukan cara-cara yang lebih baik untuk mencegah terjadinya masalah kesehatan dibandingkan individu lain dengan kondisi sumber daya dan risiko yang sama (Core, 2004). Pendekatan ini didasarkan pada asumsi bahwa beberapa solusi sosial untuk masalahmasalah masyarakat sudah ada kuncinya pada masyarakat tersbut dan hanya perlu digali untuk diketemukan. Perubahan perilkau yang bersifat perlahan, diyakini bahwa suatu permasalahan yang solusinya berasal dari masyarakat itu sendiri dapat bertahan lebih permanen dibandingkan dengan perlakuan intervensi-intervensi yang masuk dari perilaku hidup masyarakat itu sendiri (Core, 2004). Keberhasilan Pendekatan Positive Deviance Metode ini seringkali digunakan untuk menangani berbagai masalah kesehatan antara lain menanggulangi masalah gizi buruk, HIV AIDS, masalah kesehatan reproduksi dan masalah kesehatan lainnya yang dilakukan melalui proses yang dinamis yaitu penyelidikan PD (Positive Deviance Inquiry). Petugas kesehatan menggali informasi untuk menemukan kebiasaan-kebiasaan unik dari suatu kelompok masyarakat dengan kondisi kesehatan yang lebih baik. Selanjutnya para petugas kesehatan serta anggota masyarakat merancang suatu program intervensi yang memungkinkan keluarga yang memiliki masalah kesehatan dapat belajar dan mempraktekan berbagai perilaku yang baik tersebut. Pendekatan PD telah digunakan secara luas dalam menangani masalah gizi terutama masalah gizi kurang dan gizi buruk. Selain itu juga digunakan untuk bidang lainnya diantaranya adalah perawatan ibu hamil anak dan bayi yang baru lahir seperti pemberian ASI eksklusif (Core, 2004). Pendekatan PD juga sudah banyak menunjukkan keberhasilan dalam menanggulangi masalah gizi. Pendekatan ini telah digunakan dalam penanggulangan masalah kesehatan di berbagai dunia seperti Haiti, Vietnam, Bangladesh dan berbagai negara Afrika Barat dan juga di Indonesia. Penanganan kasus gizi kurang dan gizi buruk yang dilakukan di Kota Depok memberikan hasil yang cukup memuaskan melalui metode ini. Sebanyak 54,21% daro total balita dengan status gizi kurang dan gizi buruk dapat meningkat menjadi status gizi baik (Dinkes Kota Depok, 2010). Petugas kesehatan menyatakan bahwa terjadi perubahan sikap para ibu, suami dan keluarga yang cukup signifikan dalam berperilaku mendukung perbaikan status gizi balitanya. Diskusi Pemberian ASI eksklusif merupakan suatu investasi yang tidak bisa tergantikan dalam menentukan kesehatan dan kecerdasan anak. Generasi sehat berkualitas akan tercapai jika ASI sebagai gizi utama yang diperlukan anak dalam dua tahun periode awal kehidupannya diberikan sampai dilakukan penyapihan. Seribu hari pertama yaitu terhitung sejak bayi dalam kandungan (40 minggu hingga dua tahun pertama) menjadi penentu kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) bangsa kita. Keberhasilan pemberian ASI eksklusif ini sebisa mungkin dilakukan karena manfaat ASI yang luar biasa baik bagi ibu dan bayi. Peran ibu sebagai pelaku utama namun bukan pelaku tunggal yang bertanggungjawab atas keberhasilan

pemberian ASI eksklusif akan menjadi ringan bahkan menjadi kebahagiaan yang tak ternilai harganya saat mampu memberikan setiap tetesan demi tetesan air susunya dihisap oleh sang bayi dan mengalir dalam darah menjadi sumber kehidupan sebagai anugrah dari Sang Maha Pencipta. Peran keluarga ini perlu dioptimalisasi dengan cara mempelajari berbagai strategi atau perilaku keluarga terdekat yang dapat dicontoh dari ibu yang telah berhasil memberikan ASI eksklusif dan disebarluaskan kepada ibu yang baru dalam hal pengalaman menyusuinya ataupun ibu yang mengalami masalah-masalah kesehatan yang sama saat menyusui. Perlu dilakukaknya studi yang mempelajari peran-peran khusus ini untuk dapat meningkatkan cakupan ASI eksklusif sesuai dengan target yang diharapkan. Penelitian-penelitian deskriptif maupun analitik selayaknya dilakukan untuk meningkatkan prevalensi pemberian ASI eksklusif di Indonesia melaui dukungan seluruh pihak baik ayah sebagai keluarga terdekat atau keluarga lainnya, tenaga kesehatan, konselor ASI, kelompok pemerhati ASI, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang peduli terhadap gizi anak bangsa melalui pemberian ASI ekklusif yaitu mulai dari nol hari sampai bayi berusia 6 bulan.

DAFTAR PUSTAKA
Bachrach VR, Schwarz E, Bachrach LR. Breastfeeding and the risk of hospitalization for respiratory diseases in infancy: a meta-analysis. Archives of Pediatrics and Adolescent Medicine, 2003, 157:237243. Bahl R et al, 2005. Infant feeding patterns and risks of death and hospitalization in the first half of infancy: multicentre cohort study. Bulletin of the WorldHealth Organization, 2005, 83:418426. Baker, et, al, 2007. High Pregnant Body Mass Index is Associated with Early termination of Full and Any Breastfeeding in Danish Woman. American Journal Clinical of Nutrition, USA. 86 : 404-11. Baker, et, al. 2004. Maternal Prepregnant Body Mass Index, Duration of Breastfeeding, and Timing of Complementary Food Introduction are Associated with Infant Weight Gain. American Journal Clinical of Nutrition. USA. 80 : 1579-88. Core, 2004. Positive Deviance and Health suatu Pendekatan Perubahan Perilaku dan Pos Gizi. Child Survival Collaborations and Resource. Diterjemahkan oleh PCI. Depkes, RI. 2007. Pelatihan Konseling Menyusui. Direktorat Bina Gizi dan Kesehatan. Jakarta Dinkes Kota Depok. Profil Kesehatan Kota Depok, 2010. Depok Fikawati, S dan Ahmad Syafiq, 2009. Praktk Pemberian ASI eksklusif, Penyebab-Penyebab Keberhasilan dan Kegagalannya. Jurnal Kesmas Nasional. 4(3): 120-131. Februhartanty, J, 2008. Strategic Roles of Fathers in Optimizing Breastfeeding Practices : A Study in A Urban Setting of Jakarta. Jakarta Kac, et, al. 2004. Breastfeeding and Postpartum Weight Retention in a Cohort of Brazilian Woman. American Jornal Clinical of Nutrition, USA.79 : 487-93 Kramer, et al. 2002. Breastfeeding and Infant Growth : Biology or Bias?. Pediatrics 2002. 110 92): 343-7. Roesli, U. 2001. Mitos Menyusui. Makalah dalam Seminar Telaah Mutakhir tentang ASI. Bali, FAOPS, Perinasia. WHO, 2009. Infant and Young Child Feeding. WHO Press, Geneva.

ABSTRAK Samarinda adalah ibu kota kalimantan timur ,Indonesia kota ini memiliki luas wilayah 7182 km dan 726.223 jiwa salah satu kota yang mulai berkembang pesat dengan pertumbuhan penduduknya hal ini tentunya sangat berhubungan dengan keadaan sumber daya manusianya dapat kita yakinkan bahwa tumbuh kembang penduduknya haruslah diperhatikan terutama bayi-bayi yang baru dilahirkan karna merupakan bibit-bibit pendiri samarinda selanjutnya. Asi atau air susu ibu merupakan susu yang diproduksi oleh manusia untuk dikonsumsi bayi dan merupakan sumber gizi utama bayi yang belum dapat mencerna makanan padat .air susu ibu diproduksi karena pengaruh hormone prolaktin dan oksitosinsetelah kelahiran bayi .air susu pertama ibu yang keluar disebut kolostrum atau jolong yang banyak mengandung immunoglobulin IgA yang amat baik untuk pertahanan tumbuh bayi melawan penyakit .Asi menjadi salah satu penunjang kesehatan bayi terbesar karna dalam asi banyak mengadung banyak zat bermanfaat bagi sibayi pemberian asi hendaknya 2 tahun karna hal tersebut merupakan Tujuan penelitian adalah untuk mengkaji aspek kesehatan dan untk menganalisis kesehatan masyarakat penelitian puskesmas sambutan perDesember 2012 kelurahan sambutan kecamatan samarinda ilir.

BAB 2 PENDAHULUAN Latar belakang Kehidupan bermasyarakat tidak lepas dari masalah kesehatan .kesehatan masyarakat merupakan upaya untuk mencegah penyakit,memperpanjang hidup ,dan meningkatkan kesehatan .terdapat beberapa ruang lingkup kesehatan masyarakat diantaranya adalah epidemiologi,biostatistik,kesehatan lingkungan ,pendidikan kesehatan dan prilaku ,administrasi kesehatan masyarakat,gizi masyarakat,serta kesaehatan dan keselamatan kerja.dengan banyaknya ruang lingkup tersebut maka tidak mengherankan banyak sekali tema yang bisa diangkat untuk dijadikan tugas akhir skripsi. Hal tersebut tentunya menyakinkan bahwa pemberian asi eksklusif pada bayi sampai minimal 6 bulan sangat penting bagi kecerdasan anak karena asi banyak mengandung kolostrum atau jolong yang banyak mengandung immunoglobulin IgA. Namun fenomena yang terjadi disamarinda khususnya saat ini masih banyak ditemukan ibu yang tidak menyusui balita dengan menggunakan asi tapi dengan susu formula yang sifat dan manfaatnya sangat jauh berbeda karna asi tak tergantikan dan itu sangat diketahui oleh seluruh ibu kenyatanya kurang peduli terhadap hal tersebut ,kesadaran yang rendah terhadap kesehatan,kurangnya tenaga penyuluh,informasi diberbagai media yang kurang,pendidikan yang rendah menyebabkan pemberian asi eksklusif mulai ditinggalkan karna menurut mereka yang sibuk terutama sangat membuang waktu,padahal kita ketahui bahwa asi dapat bertahan lama apabila disimpan dalam pendingin ,hal tersebut menegaskan bahwa mudah dan sehatnya susu ibu itu sendiri.

Dalam asi kita ketahui bahwa kandungannya dapat membuat bayi bertahan hidup karna pada saat menyusui dakapan seorang ibu menimbulkan kehangatan alami yang memberikan kekuatan pada bayi yang disusui dapat disimpulkan bahwa semakin sering disusui maka bayi dapat lebih lama bertahan hidup. Penelitian yang dilakuakan pada puskesmas sambutan berasal dari beberapa posyandu yang masih aktif dimana data-data diperoleh secara sekunder hal ini membuktikan masih rendahnya kesadaran para ibu untuk menyusui bayinya.susu formula dinggap sangat membantu para ibu padahal untuk mendapatkan susu formula diperlukan biaya yang tidak murah sedangkan asi dapat diperoleh secara gratis. Air susu ibu keluarnya sangat dipengaruhi oleh keadaan jiwa,pola makan dan berbagai macam factor lainnya.hal tersebut menyebabkan para ibu memilih yang instan karna tidak perlu lagi memperhatikan factor-faktor yang mempengaruhi keluarnya asi . Fenomena yang terjadi pada pengaruh asi terhadap kecerdasan anak adalah anak yang di berikan asi minimal 6 bulan akan lebih memiliki kecerdasan yang terus meningkatt setiap tahunya dan berbanding terbalik pada susu formula kecerdasan anak sangan tinggi namun seiring waktu berjalan kecerdasan anak menurun . Rumusan masalah Berdasarkan pada uraian diatas yang telah dikemukakan dalam latar belakang,maka disimpulkan suatu rumusan masalah yaitu: 1. apakah hubungan pemberian asi eksklusif berpengaruh positif terhadap pertumbuhan anak pada bayi di sekitar puskesmas sambutan samarinda? 2 . apakah hubungan pemberian asi eksklusif berpengaruh positif terhadap kecerdasan anak pada bayi disekitar?

Tujuan umum penelitian 1. Menguji apakah asi eksklusif mempunyai pengaruh positif terhadap pertumbuhan anak di sekitar puskesmas sambutan samarinda. 2. Menguji apakah asi eksklusif mempunyai pengaruh positif terhadap kecerdasan anak disekitar puskesmas sambutan samarinda. Manfaat penelitian 1. Sebagai bahan informasi bagi para pembaca agar dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan. 2. Sebagai bahan penambah ilmu pengetahuan bagi penulis sendiri 3. Sebagai refrensi untuk para ibu dan tenaga kesehatan 4. Sebagai refrensi untuk penelitian selanjutnya yang sejenis Kesimpulan

Dapat disimpulkan bahwa asi ekslusif mempunyai pengaruh terhadap pertumbuhan anak dan asi juga mempunyai pengaruh terhadap kecerdasan anak.

BAB III METODE PENELITIAN A. JENIS PENELITIAN Jenis penelitian yang digunakan dalam pengolahan data adalah penelitian jenis kualitatif,penelitian kualitatif adalah metode penelitian tentang riset yang bersifat deskriptif dan cenderung menggunakan analisis dengan pendekatan induktif . proses dan makna (perspektif subyek) lebih ditonjolkan dalam penelitian kualitatif.landasan teori dimanfaatkan sebagai pemandu agar focus penelitian sesuai dengan fakta dilapangan.selain itu landasan teori juga bermanfaat untuk memberikan gambaran umum tentang latar penelitian dan sebagai bahan pembahasan hasil penelitian terdapat perbedaan mendasar antara peran landasan teori dalam penelitian kuantitaif dengan penelitian kualitatif .dalam penelitian kuantitatif ,penelitian berangkat dari teori menuju data,dan berakhir pada penerimanaan atau penolakan terhadap teori yang digunakan.sedangkan dalam penelitian kualitatif peneliti bertolak dari data memanfaatkan teori yang ada sebagai bahan penjelas dan berakhir dengan suatu teori Penelitian kualitatif jauh lebih subyektif dari pada penelitian atau survey kuantitatif dan menggunakan metode sangat berbeda dari pengumpulan infor masi , terutama individu,dalam menggunakan wawancara secara mendalam dan group focus.sifat dari jenis penelitian ini adalah penelitian dan penjelajahan terbuka berakhir dilakukan dalam jumlah relative kelompok kecil yang diwawancarai secara mendalam. Peserta diminta untuk menjawab pertanyaan umum dan interviwer atau moderator group periset menjelajah dengan tanggapan mereka untuk mengidentifikasi dan menentukan persepsi ,pendapat,dan perasaan tentang gagasan atau topic yang dibahas dan untuk kemampuan ,pengalaman dan kepekaan dari moderator group. Jenis penelitian yang sering kurang dilakukan dari survey karena mahal dan sangat efektif dalam memperoleh informasi tentang kebutuhan komunikasi dan tanggapan atau pandangan atau komunikasi tertentu. B. WAKTU PENELITIAN Penelitian ini telah dilaksanakan disekitar puskesmas sambutan pelita IV Samarinda,provinsi Kalimantan timur pada bulan 1 Desember sampai 15 Desember 2012.

Dasar teori C. DEFINISI TEORI Asi eksklusif

Asi eksklusif adalah satu-satunya makanan bayi yang peling baik karna mengandung zat gizi yang paling sesuai dengan kebutuhan bayi yang sedang dalam tahap perceptan tumbuh kembang (Sanyoto dan Eveline, 2008) Asi eksklusif atau lebih tepatnya pemberian asi secara eksklusif adalah bayi hanya diberi asi saja,tanpa tambahan cairan lain seperti susu formula,jeruk,madu,air putih dan tanpa tambahan makanan padat seperti pisang,papaya,bubur susu,biscuit,bubur nasi ,dan tim.bayi sehat umumnya tidak memerlukan tambahan makanan sampai usia 6 bulan.pada keadaan-keadaan khusus dibenarkan untuk mulai member makanan padat setelah bayi berumur 4 bulan tetapi belum mencapai 6 bulan. Misalnya karena terjadi peningkatan berat badan kurang atau didapatkan tanda-tanda lain yang menunjukkan bahwa pemberian asi eksklusif tidak berjalan dengan baik( Roesli 2005) Asi adalah makanan bayi yang paling penting terutama pada bulan-bulan pertama kehidupan. asi merupakan sumber gizi yang sangat ideal dengan komposisi yang seimbang dan sesuai dengan kebutuhan pertumbuhan bayi ,karna asi adalah makanan bayi yang paling sempurna baik secara kualitas maupun kuantitas.asi sebagai makanan tunggal akan cukup memenuhi kebutuhan tumbuh kembang bayi normal sampai usian 4-6 bulan(khairuniyah 2004). Menurut Azrul anwar(2004),asi eksklusif sangat penting untuk peningkatan sdm kita dimasa akan dating,terutama dari segi kecukupan gizi sejak dini Asi eksklusif adalah pemberian asi selama 6 bulan pertama(A.August burns) Asi juga mengandung nutrisi khusus yang di perlukan otak bayi agar tumbuh optimal (Utami Roesli2004) Kecerdasan Kecerdasan adalah kemampuan menghadapi dan menyesuaikan diri terhadap situasi baru secara cepat dan efektif (C.P.Chaplin,1975). Kecerdasan adalah sebagai kemmpuan seseorang untuk berfikir secara abstrak (Lewis Madison Terman,1916). Kecerdasan adalah sebagai tingkat kemampuan pengalaman seseorang untuk menyelesaikan masalah-masalah yang langsung dihadapi dan untuk mengatasi masalah-masalah yang datang (H.H.Goddard,1946). Kecerdasan sebagai kumpulan atau totalitas kemampuan seseorang untuk bertindak dengan tujuan tertentu,berfikir secara rasional,serta menghadapi lingkungannya dengan efektif (David weshler). Kecerdasan yaitu kemampuan untuk menerapkan pengetahuan yang sudah ada untuk memecahkan masalah-masalah baru,tingkat kecerdasan diukur dengan kececepatan memecahkan masalah(Donald sterner). Kecerdasan sebagai kemampuan untuk memecahkan masalah atau menciptakan suatu produk yang bernilai dalam suatu latar belakang budaya atau lebih (Howard Gardner) Kecerdasan yaitu kemampuan untuk belajar,keseluruhan pengetahuan yang diperoleh dan kemampuan untuk beradaptasi dengan situasi baru atau lingkungan pada umumnya (Anita E.Woolfolk,1975) Kecerdasan sebagai penilaian tahap kemampuan yang akan dilihat pada tahap intelek yang aman dan bukannya yang spesifik (Anastasi)

Kecerdasan dapat ditafsirkan sebagai kebolehan untuk melakukan fikiran secara abstrak,dan selalunya tingkah laku menjadi petunjuk dari kecerdasan seseorang(Atan long,1978)

Obyek dan kriteria penelitian Obyek adalah sesuatu yang mempunyai keadaan ,prilaku ,dan identitas keadaan dari obyek adalah suatu kondisi yang memungkinkan dimana obyek dapat muncul secara normal dengan berubahnya berdasarkan waktu kriteria adalah adalah ukuran yang menjadi dasar penelitian atau penetapan sesuatu guna memperkuat suatu laporan penelitian

D. Populasi dan sampel Populasi adalah jumlah keseluruhan dari unit analisa yang ciri-cirinya akan diduga . Populasi adalah keseluruhan jumlah subyek atau obyek yang akan teliti Populasi dalam ilmu social adalah manusia dalam suatu masyarakat Besar atau jumlah populasi tersebut ada yang dapat ditetapkan secara pasti dan ada pula yang tidak dapat ditetapkan secara pasti. Sampel adalah bagian dari populasi yang diharapkan mampu mewakili populasi dalam penelitian. Populasi yang kami gunakan adalah ibu menyusui sekitar puskesmas sambutan pelita VI samarinda Sampel adalah contoh,monster,representan atau wakil dari suatu populasi yang cukup besar jumlahnya atau satu bagian dari keseluruhan yang dipilih dan representative sifatnya. Sampel merupakan bagian dari populasi yang ingin diteliti,dipandang sebagai suatu pendugaan terhadap populasi namun bukan populasi itu sendiri.(Wikipedia) Sampel merupakan sebagian anggota populasi yang memberikan keterangan (mewakili populasi) yang diperlukan dalam suatu penelitian (harfiah). E. TEHNIK PENGUMPULAN Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh informasi yang di butuhkan dalam rangka mencapai tujuan penelitian yang dilakukan. Adapun macam-macam tehnik pengumpulan data a. Angket (kuisioner) Angket adalah daftar pertanyaan yang dibrikan kepada responden untuk menggalih data sesuai dengan permasalahan penelitian b. Tes adalah serentetan pertanyaan atau latihan serta alat lain yang digunakan untuk mengukur keterampilan ,pengetahuan intelegasi,kemampuan atau bakat yang dimiliki oleh individu atau kelompok. c. Wawancara Wawancara merupakan proses komunikasi yang sangat menentukan dalam proses penelitian . d. Dokumen Dokumen adalah data dalam penelitian kulitatif kebanyakan diperoleh dari sumber manusia atau human resoures melalui observasi dan wawancara

e.

Observasi dilakukan oleh peneliti memperoleh hasil yang maksimal maka perlu dilengkapi format atau blanko pengamatan sebagai instrument.

F. Pengolahan data Menurut hasan (2006:24) pengolahan data adalah suatu proses dalam memperoleh data angka ringkasan atau angka dengan mengunakan cara-cara atau rumus-rumus tertentu. Pengolahan data dilakukan menggunakan program komputer SPSS yang membantu pengolahan data secara numeric .karena program ini memiliki kemampuan analisis statistic cukup tinggi serta system manajemen data pada lingkungan grefis menggunakan menu-menu dekritif dan kotak-kotak dialog sederhana ,sehingga mudah dipahami cara pengoperasian G. Jadwal penelitian Penelitian dilakukan pada tanggal 1 desember sampai dengan tanggal 15 desember.

Вам также может понравиться