Вы находитесь на странице: 1из 19

1

Mahasiswa Jurusan Teknik Elektro UNDIP Semarang


2
Staff Pengajar Jurusan Teknik Elektro UNDIP Semarang

Makalah Tugas Akhir
ANALISA GANGGUAN HUBUNG SINGKAT PADA JARINGAN SUTT 150 kV JALUR
KEBASEN BALAPULANG BUMIAYU MENGGUNAKAN PROGRAM ETAP
Rachmad Hidayatulloh
1
, Juningtyastuti
2
, Karnoto
2

Jurusan Teknik Elektro, Fakultas Teknik, Universitas Diponegoro
Jl. Prof. Sudharto, Tembalang, Semarang, Indonesia
Rachmad.hidayatulloh@yahoo.com

ABSTRACT

Transmission system is very vulnerable to disruption, especially on the SUTT 150kV line this leads to
decreased reliability of the electrical system, so that from the electricity providers and consumers alike suffered
losses.
There are several types of disturbances that often occur in SUTT 150 kV line, one of which is a short
circuit interruption on the line SUTT. The first step, the author tries to calculate and analyze interference SUTT
150 kV line in order not to damage the equipment interference is used. Interference analysis is conducted by
simulating the disorder with the help of ETAP software version 4.0.
The results of calculation and analysis indicates that the short circuit fault current in the event that the
smallest disruption to the flow of one phase and the biggest annoyances is when an interruption of 3 phase. Safety
relays are used to consist of two types include safety relays Distance which is the main (main Protection) for the 3
phase fault current If the largest in Bus 2 is 21.383 kA the Distance relays mounted on Bus 2 detects disturbances
in Zone 1, which zone 1 has tms = 0 seconds (instant), while relay OCR is a safety backup (backup protection) due
to the fault current If 3 phase biggest Bus 2 is 21.383 kA OCR then relays mounted on Bus 2 large tms = 0.24 sec .
So relay Distance will always work first than relay OCR during the disruption.

Keyword : Disturbance Analysis, SUTT 150 kV line, ETAP Software version 4.0, Relay Distance, Relay OCR.

I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Listrik sekarang ini sudah menjadi kebutuhan
sekunder yang penting bagi seluruh masyarakat baik
di perkotaan maupun pedesaan, bahkan industri-
industri juga menggunakan listrik dari PLN untuk
kelangsungan proses produksi.
Ketersediaan listrik PLN dari pembangkit-
pembangkit di pulau Jawa sudah cukup untuk
memenuhi kebutuhan konsumen seluruh pulau Jawa-
Bali, namun dalam proses penyaluran listrik tersebut
masih banyak muncul kendala / gangguan yang
terjadi. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya gangguan sistem tenaga listrik diantaranya
adalah gangguan pada sistem Transmisi baik itu
transmisi Tegangan Tinggi (SUTT) atau transmisi
Tegangan Extra Tinggi (SUTET), baik gangguan tiga
fasa, antar fasa maupun gangguan fasa ke tanah.
Penyebabnya bermacam-macam antara lain
kelebihan beban, jaringan yang terganggu, dan lain-
lain, untuk meminimalisir area gangguan dan
mempersingkat waktu terjadinya gangguan maka
perlu dipasang peralatan proteksi yang cocok untuk
mengatasi gangguan yang muncul. Sistem proteksi
bertujuan untuk mengurangi terjadinya gangguan
serta mengurangi akibat gangguan tersebut. Sistem
Proteksi yang digunakan haruslah mampu
melindungi Sistem Transmisi baik SUTT maupun
SUTET secara optimal, handal serta memiliki
sensitifitas tinggi. Banyak peralatan proteksi (dalam
hal ini rele pengaman) yang digunakan pada
pengaman sistem transmisi diantaranya adalah Rele
Arus Lebih / Over Current Rele (OCR) dan Rele
Jarak (Distance Rele). Prinsip kerja rele OCR adalah
mendeteksi kelebihan arus akibat beban lebih atau
terjadi hubung singkat pada sistem, maka Rele
memerintahkan PMT untuk membuka sehingga
gangguan dapat dilokalisi. Sedangkan Distance Rele
adalah untuk mendeteksi impedansi saluran yang
terjadi gangguan di sepanjang jalur Transmisi,
sehingga diketahui zona titik gangguan.
Kedua rele (OCR dan Distance) diaplikasikan
untuk mengatasi gangguan hubung singkat pada line
SUTT Kebasen Balapulang Bumiayu agar sistem
kelistrikan di daerah tersebut lebih handal. Untuk
menganalisa besarnya arus gangguan hubung singkat
untuk menentukan seting rele digunakan program
simulator yaitu program ETAP.
2

1.2 Tujuan
Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini
adalah :
1. Menghitung dan menganalisis besarnya Arus
gangguan pada jaringan SUTT 150kV Kebasen
Balapulang Bumiayu di area PT. PLN
(Persero) APP Purwokerto.
2. Menghitung dan menganalisa jarak/zona
gangguan untuk rele Distance
3. Menghitung dan menganalisa setting rele OCR
4. Menganalisa koordinasi antara rele OCR
dengan rele Distance


1.3 Pembatasan Masalah
Untuk menghindari presepsi yang salah dan
meluasnya pembahasan, maka pada penelitian ini
pembatasan masalahnya meliputi :
1. Standard rele OCR yang digunakan adalah
Standard Inverse.
2. Karakteristik rele Distance yang digunakan
adalah karakteristik Mho.
3. Impedansi Generator Z
G
diabaikan.
4. Standarisasi perhitungan mengacu pada standard
IEC.
5. Program Simulator yang digunakan adalah
program ETAP Versi 4.0, dan digunakan untuk
mensimulasi arus hubung singkat.
6. Semua nilai impedansi real, impedansi shunt,
arus magnetisasi, arus pengisian saluran
transmisi dan arus beban nol diabaikan.
7. Impedansi bersama (timbal balik) antara saluran
diabaikan.


II. DASAR TEORI
2.1 Sistem Tenaga Listrik
Sistem tenaga listrik adalah sistem penyaluran energi
listrik dari pembangkit kepelanggan yang
membutuhkan energi listrik tersebut. Pada gambar
2.1 ditunjukkan suatu sistem kelistrikan terpadu,
seperti: generator, transformator, jaringan tenaga
listrik dan beban listrik.
Busbar 1 Busbar 2
Generator
Transmisi

Gb 2.1 Sistem Tenaga Kelistrikan

Secara garis besar suatu sistem tenaga listrik dapat
dikelompokkan atas 3 bagian sub sistem. Bagian sub
sistem tersebut terdiri dari beberapa komponen dan
peralatan yang saling berhubungan, antara lain :
1 Sistem pembangkitan yang meliputi generator
dan gardu induk pembangkit.
2 Sistem penyaluran meliputi : Jaringan transmisi,
gardu induk, jaringan sub-transmisi.
3 Bagian distribusi dan beban meliputi : Gardu
induk distribusi, jaringan distribusi primer, gardu
distribusi, jaringan distribusi sekunder, beban
listrik / pelanggan.

2.2 Pembangkit Tenaga Listrik
Energi listrik merupakan energi yang setiap periode
kebutuhannya semakin bertambah. Untuk itu perlu
adanya pemanfaatan energi listrik secara optimum
dengan sistem distribusi daya yang efektif.
Pusat pembangkit tenaga listrik dapat dibedakan
menjadi :
1) Pusat pembangkit tenaga listrik konvensional,
terdiri dari :
Pusat Listrik Tenaga Air (PLTA).
Pusat Listrik Tenaga Thermo (PLTT),
meliputi :
- Pusat Listrik Tenaga Uap (PLTU)
- Pusat Listrik Tenaga Gas (PLTG)
- Pusat Listrik Tenaga Diesel (PLTD)
- Pusat Listrik Tenaga Nuklir (PLTN)
- Pusat Listrik Tenaga Panas Bumi
(PLTB)
2) Pusat tenaga listrik non konvensional, terdiri
dari :
Pusat Listrik Tenaga Angin.
Pusat Listrik Tenaga Matahari.
Pusat Listrik Tenaga Pasang Surut.

2.2.1 Generator / Motor Listrik
Suatu sistem pembangkit yang ditunjukkan pada
gambar 2.2 yang merupaka rangkaian setara
generator berikut ini,
E
X
sinkron
R
V

Gambar 2.2. Rangkaian setara suatu generator
(mesin serempak )

terdiri dari beberapa bagian penting yaitu motor
serempak, dalam motor serempak terdapat dua
3

bentuk konstruksi rotor yang menghasilkan
karakteristik yang sangat berpengaruh terhadap
operasi suatu sistem, yaitu motor serempak dengan
rotor bulat (Round or cylindrical rotor) dan motor
serempak dengan kutub menonjol (the salient pole
rotor). Diameter rotor bulat relatif lebih kecil
dibandingkan diameter rotor dengan kutub menonjol.
Motor serempak dengan rotor bulat dioperasikan
pada putaran tinggi, dan dikenal sebagi turbo
generator. Rangkaian setara motor serempak
diberikan sebagai suatu sumber tegangan dengan
satu impedansi yang dihubungkan seri dengan
sumber tegangan tersebut. Pengaruh reaksi jangkar
dan fluks bocor merupakan reaktansi sinkron.
Tahanan setiap fasa dari belitan jangkar yang
terhubung seri dengan reaktansi dapat diabaikan
terhadap reaktansinya.Rangkaian setara tersebut
digunakan untuk menganalisis suatu sistem tenaga
listrik hanya dalam keadaan tetap.
Berdasarkan gambar 2.2 digunakan untuk
menghitung arus hubung singkat, dengan persamaan
berikut :

=

( +)

Dimana:

= Arus Gangguan
= Tegangan sumber / Generator
= Tahanan real
= Tahanan imajiner


2.2.2 Sistem Penyaluran
2.2.2.1 Jaringan Transmisi
Transmisi adalah proses penyaluran energi
listrik dari satu tempat ke tempat lainnya, yang
besaran tegangannya adalah Tegangan Ultra Tinggi
(UHV), Tegangan Ekstra Tinggi (EHV), Tegangan
Tinggi (HV), Tegangan Menengah (MHV), dan
Tegangan Rendah (LV).
Sedangkan Transmisi Tegangan Tinggi, adalah:
1 Berfungsi menyalurkan energi listrik dari satu
gardu induk ke gardu induk lainnya.
2 Terdiri dari konduktor yang direntangkan antara
tiang-tiang (tower) melalui isolator-isolator,
dengan sistem tegangan tinggi.
3 Standar tegangan tinggi yang berlaku di
Indonesia adalah : 30 KV, 70 KV dan 150 KV.



2.2.3 Gardu Induk
Gardu Induk (GI) sebagai sub-sistem dalam
penyaluran energi listrik memegang peranan penting
dalam menaikkan maupun menurunkan tegangan.
Dalam gardu induk dilakukan proses pencatatan
(recording) terhadap parameter-parameter
ketenagalistrikan yang meliputi tegangan (V), Arus
(A), Frektiensi (Hz), Daya aktif (MW), Daya Reaktif
(MVAR). Di dalam Gardu Induk juga dilakukan
fungsi proteksi terhadap komponen-komponen yang
terdapat di dalam gardu induk, fungsi proteksi
penting untuk melindungi peralatan dari kondisi
sistem kelistrikan yang abnormal yang mungkin
disebabkan adanya gangguan penghantar ataupun
adanya tegangan surja / petir. Dalam Gardu Induk
juga dilakukan proses, kontrol on/off terhadap
peralatan switching device sebagai salah satu
mekanisme on/off aliran daya. Secara garis besar
fungsi dari Gardu Induk adalah sebagai berikut:
1. Transformasi tenaga listrik dari satu level
tegangan ke level tegangan yang lain (dari
tegangan tinggi ke tegangan menengah atau
sebaliknya).
2. Pengukuran, pengawasan operasi, serta
pengaturan pengaman sistem tenaga listrik.
3. Pengaturan daya ke gardu-gardu Induk lain
melalui tegangan tinggi dan gardu-gardu induk
distribusi melalui feeder tegangan menengah.
Bila dilihat dari sifatnya, gardu Induk dapat
dibedakan menjadi tiga yaitu:
a. Gardu Induk Slack adalah gardu induk yang
menyalurkan tenaga listrik dari satu gardu induk
ke gardu Induk yang lain pada level tegangan
yang sama.
b. Gardu Induk Distribusi adalah gardu induk yang
menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem
/ tegangan trasmisi ke tegangan distribusi.
c. Gardu Induk Industri adalah gardu induk yang
menyalurkan tenaga listrik dari tegangan sistem
langsung hanya ke industri yang membutuhkan
(biasanya gardu induk ini dibangun dekat
dengan industri tersebut).

2.2.3.1 Peralatan Gardu induk
Suatu gardu induk merupakan semacam unit
rangkaian yang meliputi bagian-bagian peralatan
pemasuk rangkaian(circuit entry), rel (busbar),
pemisah (disconecting switch), pemtus tenaga
(circuit breaker), transformator daya dan peralatan-
peralatan pendukung lainnya seperti trafo tegangan
(voltage transformer), trafo arus (current
transformer), arrester, pemisah dan lain-lain.
4

1. Busbar atau Rel
2. Ligthning Arrester
3. Sakelar Pemisah (PMS) atau Disconnecting
Switch (DS)
4. Sakelar Pentanahan
5. Circuit Breaker (CB)/Pemutus Tenaga (PMT)
6. Peralatan SCADA dan Telekomunikasi
7. Papan Alarm (Announciator)
8. Transformator Daya
9. Rele Proteksi

- Rele OCR (Over Current Relay)
Rele arus lebih (Over Current Relay) adalah rele
yang bekerja berdasarkan adanya kenaikan arus
yang melebihi suatu nilai pengaman tertentu dan
jangka waktu tertentu.
R T S
CT
Trip Coil
PMT
PMT
CT
CT
Relay
Arus
Lebih
Battery
Ib
Ib
Ib
IR IR IR

Gambar 2.11 wiring tiga buah rele arus lebih (OCR)
Tabel 2.1 menunjukkan karakteristik kurva Invers
berdasarkan standar IEC
Kurva karakteristik
IEC Standard inverse (SIT) 0,14 0,02
IEC Very Inverse (VIT) 13,5 1
IEC Long Time Inverse (LIT) 120 1
IEC Extremely Inverse (EIT) 80 2
IEC Ultra Inverse (UIT) 315,2 2,5

- Setting OCR
Apabila standar yang digunakan untuk
penyetingan rele adalah standar IEC
(International Electrical Cooperation). Waktu
tunda kerja antar CB (pemutus tenaga) adalah 0,4
detik, Standar IEC untuk kurva invers.
Setting berdasarkan standard IEC menurut
kurva invers maka didapat persamaan sebagai
berikut :
|
|
.
|

\
|

|
|
.
|

\
|

=
u
1
3
o
set
fault
I
I
tms k
top

=

(2.5)


dengan t
0
= 1 detik maka akan didapatkan nilai
TMS berdasarkan rumus (2.5) yaitu tms = 0,1

- Rele J arak (Distance Relay)
Rele jarak (Distance Relay) merupakan
proteksi yang paling utama pada saluran
transmisi. Rele jarak menggunakan pengukuran
tegangan dan arus untuk mendapatkan impedansi
saluran yang harus diamankan. Jika impedansi
yang terukur didalam batas settingnya, maka rele
akan bekerja. Disebut rele jarak, karena impedansi
pada saluran besarnya akan sebanding dengan
panjang saluran. Oleh karena itu, rele jarak tidak
tergantung oleh besarnya arus gangguan yang
terjadi, tetapi tergantung pada jarak gangguan
yang terjadi
Terhadap rele proteksi. Impedansi yang diukur
dapat berupa Z, R saja ataupun X saja, tergantung
jenis rele yang dipakai.
Macam macam rele jarak, yang digunakan
untuk proteksi saluran transmisi dapat dilihat pada
tabel berikut ini.
Tabel 2.1 Jenis Rele jarak Proteksi Saluran
Transmisi

5



- Setting Rele Jarak
Setting rele jarak berdasarkan pada derah atau
zone dari saluran transmisi yang akan diproteksi.
Zone ini menggambarkan seberapa panjang saluran
yang diproteksi oleh pengaman jarak. Secara umum,
zone pada proteksi rele jarak terdiri dari tiga zone,
yaitu:
a. Zone I : mengamankan saluran yang diproteksi
(protected line) Settingnya adalah 80 persen
impedansi saluran yang diproteksi.
b. Zone II : mengamankan saluran yang diproteksi
(protected line) dan saluran sebelahnya (adjacent
line) Settingnya adalah 120 persen impedansi
saluran yang diproteksi.
c. Zone III : mengamankan saluran sebelahnya
(adjacent line) Settingnya adalah saluran yang
diproteksi ditambah 120 persen saluran
sebelahnya (adjacent line)
- Pengaruh Infeed
Pengaruh infeed adalah pengaruh penambahan atau
pengurangan arus menuju ke titik gangguan terhadap
arus yang melewati rele. Hal ini akan menyebabkan
pendeteksian lokasi gangguan menjadi salah. Halhal
yang menyebabkan terjadinya pengaruh infeed
adalah:
a. Pembangkit pada ujung saluran yang diamankan.
Seperti terlihat pada gambar dibawah ini, maka
jika terjadi gangguan di titik F, impedansi dilihat
dari rele A adalah :
Z
rA
= V
A
/I
1
= (I
1
Z
AB
+ I
F
Z
BF
)/ I
1
(2.4)
= Z
AB
+ (I
F
/I
1
) Z
BF

= Z
AB
+ [ (I
1
+ I
2
)/I
1
] Z
BF

= Z
AB
+ (1 + I
2
/I
1
) Z
BF

Sehingga rele di A akan merasakan gangguan
semakin
menjadi lebih pendek.

Gambar 2.11 Pengaruh Infeed Akibat Adanya
Unit Pembangkit di Ujung Saluran Yang
Diproteksi

b. Perubahan saluran transmisi
Perubahan konfigurasi saluran akan
mempengaruhi impedansi yang terbaca oleh rele
jarak. Sebagai contoh kasus adalah seperti berikut
ini (seperti gambar di bawah ini):


- Saluran tunggal ke ganda
Impedansi dilihat dari rele A, dengan gangguan
di titik F adalah:
Z
rA
= (I Z
AB
+ I
1
Z
BF
)/I (2.5)
= Z
AB
+ I
1
/I Z
BF

= Z
AB
+ [(2l x) / 2l ] Z
BF

Gangguan di dekat bus B, x = 0, maka k = 1
Gangguan di bus C, x = l, maka k =
Sehingga gangguan disalah satu transmisi antara
BC, impedansi yang dilihat oleh rele A selalu
lebih kecil dari sesungguhnya. Akibatnya
jangkauan rele lebih panjang.
- Saluran ganda ke tunggal
Impedansi saluran jika dilihat dari rele A, untuk
gangguan di titik F adalah:
Z
rA
= (I
1
Z
AB
+ I
F
Z
BF
)/I
1

= Z
AB
+ I
F
/I
1
Z
BF

= Z
AB
+ [(I
1
/I
2
)/I
1
] Z
BF

Jika I
1
= I
2
, maka Z
rA
= Z
AB
+ 2Z
BF

Sehingga gangguan setelah bus B, impedansi
dilihat dari rele A akan selalu lebih besar.
Akibatnya rele mempunyai jangkauan yang lebih
pendek.

Gambar 2.12 Pengaruh Infeed Akibat
perubahan Saluran
(a). Saluran tunggal ke ganda
(b). Saluran ganda ke tunggal

6

2.4 Konversi Satuan ke dalam per-unit (pu)
Untuk mempermudah dalam melakukan
perhitungan impedansi urutan maka diperlukan
perubahan satuan dari satuan ohm ke dalam satuan
pu (per unit). Bila base yang digunakan adalah.
MVA
base
= 100 MVA
kV
base
= 150 kV
Maka impedansi dalam pu diperoleh:

(2.9)

(2.10)

3.

(2.11)

2
=
150
2
kV
150
2
kV
= 1 pu (2.12)


2.5 Transformasi Impedansi
2.5.1 Transformasi Delta () ke Bintang (Y)
Transformasi Delta () ke Bitang (Y)
merupakan suatu perubahan formasi dari susunan
impedansi berbentuk Delta diubah menjadi
berbentuk Bintang, hal ini bertujuan agar
memudahkan dalam menghitung impedansi totalnya.
formasi Delta ( ) ke bintang (Y), seperti
ditunjukkan pada gambar 2.15 berikut ini.
Z1-2 Z2-3
Z1-3
B1
B2
B3 B1
B2
B3
Za Zc
Zb
a.
b.
Gambar 2.15. Formasi Impedansi Delta () dan
Bintang (Y)
(a) Impedansi formasi Delta ()
(b) Impedansi formasi Bintang (Y)


Persamaan transformasi dari delta ke bintang adalah:

=

13
.
12

12
+
23
+
13
(2.14)

=

12
.
23

12
+
23
+
13
(2.15)

=

13
.
23

12
+
23
+
13
(2.16)


2.5.2 Transformasi Bintang (Y) ke Delta ()
Transformasi Bintang (Y) ke Delta ()
merupakan suatu perubahan formasi dari susunan
impedansi berbentuk Bintang diubah menjadi
berbentuk Delta, formasi Delta ( ) ke bintang (Y),
seperti ditunjukkan pada gambar 2.16 berikut ini.
B1
B2
B3
Za Zc
Zb
b. Impedansi formasi
B1
Z1-2 Z2-3
Z1-3
B2
B3
a. Impedansi formasi
Gambar 2.16. Formasi Impedansi Bintang (Y) dan
Delta ()
(a) Impedansi formasi Bintang (Y)
(b) Impedansi formasi Delta ()

Persamaan transformasi dari Bintang ke Delta
adalah:

=

12

13
+
12

23
+
13

23

23
(2.17)

=

12

13
+
12

23
+
13

23

13
(2.18)

=

12

13
+
12

23
+
13

23

12
(2.19)

2.6 Gangguan-Gangguan Pada Sistem Tenaga
Gangguan pada sistem tenaga terdiri dari dua jenis
yaitu :
1. Gangguan Nonsimetris
a. Gangguan hubung singkat satu fasa ke tanah (L-
Gnd)
b. Gangguan hubung singkat dua fasa ke tanah (L-
L-Gnd)
c. Gangguan hubung singkat dua fasa (L-L)
2. Gangguan Simetris
a. Gangguan hubung singkat tiga fasa (L-L-L)
b. Gangguan hubung singkat tiga fasa ke tanah (L-
L-L-Gnd)

2.6.1 Hubung singkat satu fasa ke tanah
Hubung singkat ini disebabkan oleh adanya
sambaran petir, isolator pecah, benturan mekanis,
satu kawat kena pohon ataupun tali layang-layang
dan lain-lain.
Dengan demikian arus gagguan pada fasa a dapat
dicari dengan:

= 3
0
= 3
1
= 3
2

(2.7)
7

maka,
( )
G
a G L f
Z Z Z Z
V
I I
3
. 3
2 1 0
+ + +
= =



2.6.2 Hubung singkat dua fasa ke tanah
Hubung singkat ini disebabkan oleh adanya tegangan
lebih pada salah satu fasa yang disertai flash over
yang terjadi dengan isolator dari fasa disebelahnya.
Pada gangguan F dengan sebuah impedansi
gangguan Zf dan impedansi dari saluran ke tanah Z
G

(yang sama dengan nol atau tak terhingga). Dari
persamaan arus di titik gangguan dihasilkan arus
gangguan dua fasa ke tanah, yaitu:
I
af
= 0 =I
a0
+I
a1
+I
a2

jika I
a1
dan I
a2
diketahui maka:
I
a0
= -(I
a1
+I
a2
)
G
G
L L
G L L f
Z Z Z
Z Z Z
Z
V
I
3
) 3 .(
. 3
0 2
0 2
1
) (
+ +
+
+
=



2.6.3 Hubung singkat antar fasa
Dari gangguan berikut diketahui bahwa:
I
af
= 0, I
ao
= 0, I
bf
= -I
cf

Dan V
bc
= V
b
-Vc = Z
f
.I
bf

I
ao
=0
Sehingga arus urutan dapat dikethui sebagai berikut:
G
L L
a a
Z Z Z
V
I I
+ +
= =

2 1
2 1
. 3

2.6.4 Hubung singkat tiga fasa ke tanah
Gangguan ini jarang terjadi namun tetap harus
mendapat perhatian. penyebab gangguan ini antara
lain surja petir yang menyambar ketiga kawat fasa
ataupun pohon yang mengenai kawat fasa. Gangguan
ini Merupakan gangguan yang paling besar dari
gangguan-gangguan tersebut diatas.

0
= 0,
2
= 0,
) (
1 G
af
Z Z
V
I
+
=
Jika Z
G
= 0, Maka arus gangguan tiga fasanya
adalah:
1
1
Z
V
I I I I I
a fc fb fa f
= = = = =




III. METODE PENELITIAN
3.1 Sistem Penulisan Tugas Akhir
Langkah langkah dalam Penelitian Tugas Akhir ini
dijelaskan dalam diagram alir berikut ini :

Data
Masukkan data
Proses olah data dengan
program dan perhitungan
Hasil proses program dan
perhitungan
Perbandingan hasil
perhitungan dengan program
Analisa
Kesimpulan

Gambar 3.1 Diagram alir Penelitian Tugas Akhir
3.1 Data-data Tiap Komponen
Data-data yang diperoleh dari hasil observasi
dan penelitian di lapangan adalah sebagai berikut:
a. Data sumber 1
Sumber suplay Gardu Induk 150 kV Bumiayu
dengan data sebagai berikut:
MVA hubung singkat 3 : 10.392 MVA
Impedansi urutan positif (Z
1
) : 0,258 + j2,16
Impedansi urutan negatif (Z2) : 0,258 + j2,16
Impedasi urutan nol (Z
0
) : 1,810 + j15,026

b. Data sumber 2
Sumber suplay Gardu Induk 150 kV Bumiayu
dengan data sebagai berikut:
MVA hubung singkat 3 : 10.392 MVA
Impedansi urutan positif (Z
1
) : 0,258 + j2,16
Impedansi urutan negatif (Z2) : 0,258 + j2,16
Impedasi urutan nol (Z
0
) : 1,810 + j15,026

c. Data Bus
Busbar yang digunakan pada sistem adalah :
Busbar 1 (GI Bumiayu), Busbar 2 (GI
Balapulang), Busbar 3 (GI Kebasen) adalah
Busbar dengan tegangan operasi nominal 150 kV.
8

d. Data impedansi saluran
Konduktor yang digunakan pada jaringan
transmisi 150 kV adalah jenis ACSR, adapun
konstanta impedansi urutannya adalah sebagai
berikut :
- Imp.urutan positif (Z
1
) : 0.0336 + j.0.2614 /km.
- Imp.urutan positif (Z2) : 0.0336 + j.0.2614 /km
- Imp.urutan positif (Z0) : 0.5970 + j.2.0483 /km

Jarak dari bus 1 (GI Bumiayu) ke bus 2 (GI
Balapulang) sejauh 21.5 km maka impedansi
salurannya adalah:
Z
1
= 0.0336 + j0.2614 /km x 21.5 km
= 0.722 + j5.62
Z
2
= Z
1
= 0.722 + j5.62
Z
0
= 0.5970 + j.2.0483 /km x 21.5 km
= 12.836 + j44.038

Jarak antara bus 2 (GI Balapulang) ke bus 3 (GI
Kebasen) sejauh 22 km maka impedansi
salurannya adalah:
Z
1
= 0.0336 + j0.2614 /km x 22 km
= 0.739 + j5.751
Z
2
= Z1 = 0.739 + j5.751
Z
0
= 0.5970 + j.2.0483 /km x 22 km
= 13.134 + j45.063

Jarak antara bus 1 (GI Bumiayu) ke bus 3 (GI
Kebasen) sejauh 22 km maka impedansi
salurannya adalah:
Z
1
= 0.0336 + j0.2614 /km x 22 km
= 0.739 + j5.751
Z
2
= Z1 = 0.739 + j5.751
Z
0
= 0.5970 + j.2.0483 /km x 22 km
= 13.134 + j45.063

3.3 Data setting OCR
a. Setting rele OCR pada tegangan nominal 150 kV
Arus maksimum yang dapat dialirkan melalui
konduktor jaringan transmisi adalah 600 A.
Setting sisi 150 kV merupakan sisi yang
mempunyai setting rele OCR sebagai berikut:
- Setting OCR GI 150 kV Bumiayu arah Bay
Balapulang
Setting arus (Iset) prim : 600 A
Setting arus (Iset) sec : 600 x 5 / 600 = 5 A
tms (time multiple set) : 0,1 kurva standar (SI)

- Setting OCR GI 150 kV Balapulang arah Bay
Bumiayu
Setting Arus (Iset) prim : 1100 A
Setting arus (Iset) sec : 1100 x 1 / 2000 = 0,55A
tms (time multiple set) : 0,1 kurva standar (SI)

- Setting OCR GI 150 kV Balapulang arah Bay
Kebasen
Setting Arus (Iset)prim : 1100 A
Setting arus (Iset) sec : 1100 x 1 / 2000 = 0,55A
tms (time multiple set) : 0,1 kurva standar (SI)

- Setting OCR GI 150 kV Kebasen arah Bay
Balapulang
Setting Arus (Iset) : 600 A
Setting arus (Iset) sec : 600 x 5 / 600 = 5 A
tms (time multiple setting) : 0,1 kurva standar (SI)

- Setting OCR GI 150 kV Bumiayu arah Bay
Kebasen
Setting Arus (Iset) : 600 A
Setting arus (Iset) sec : 600 x 5 / 600 = 5 A
tms (time multiple setting) : 0,1 kurva standar (SI)

- Setting OCR GI 150 kV Kebasen arah Bay
Bumiayu
Setting Arus (Iset) : 600 A
Setting arus (Iset) sec : 600 x 5 / 600 = 5 A
tms (time multiple setting) : 0,1 kurva standar (SI)

3.4 Data setting DR (Distance Rele)
Setting rele Distance pada Jaringan Transmisi 150
kV dengan tiga zona gangguan yaitu zona 1, zona 2
dan zona 3, masing masing memiliki prosentase
pengamanan terhadap total panjang saluran
transmisi. Setting rele Distance sebagai berikut:

1. Setting Zone pada Line 1
- Setting DR GI 150 kV Bumiayu arah Bay
Balapulang
Setting Zone 1 : 4,5
Setting Zone 2 : 6,8
Setting Zone 3 : 11,3
- Setting DR GI 150 kV Balapulang arah Bay
Bumiayu
Setting Zone 1 : 4,5
Setting Zone 2 : 6,8
Setting Zone 3 : 11,3

2. Setting Zone pada Line 2
- Setting DR GI 150 kV Balapulang arah Bay
Kebasen
Setting Zone 1 : 4,6
Setting Zone 2 : 6,96
Setting Zone 3 : 11,6
9

- Setting DR GI 150 kV Kebasen arah Bay
Balapulang
Setting Zone 1 : 4,6
Setting Zone 2 : 6,96
Setting Zone 3 : 11,6

3. Setting Zone pada Line 3
- Setting DR GI 150 kV Bumiayu arah Bay
Kebasen
Setting Zone 1 : 4,6
Setting Zone 2 : 6,96
Setting Zone 3 : 11,6
- Setting DR GI 150 kV Kebasen arah Bay
Bumiayu
Setting Zone 1 : 4,6
Setting Zone 2 : 6,96
Setting Zone 3 : 11,6

3.5 Program Simulasi dengan ETAP versi 4.0
Perhitungan arus hubung singkat disimulasikan
dengan bahasa komputasi dengan menggunakan
program ETAP dan hasil simulasi perhitungan arus
hubung singkat tersebut digunakan untuk
menghitung nilai arus setting rele over current dan
menghitung jarak titik gangguan guna menentukan
Zona gangguan tersebut.
Program yang digunakan untuk simulasi adalah
program ETAP versi 4.0 yang didalamnya terdapat
fasilitas untuk membuat single line diagram yang
sesuai dengan obyek penelitian dari menu-menu
program yang ada pada program ETAP 4.0, sehingga
memberikan kemudahan bagi pengguna untuk dapat
menjalankan program tersebut.
Tampilan awal program perhitungan arus hubung
singkat dengan menggunakan program ETAP versi
4.0 adalah sebagai berikut:
1. Menu Pendataan yang terdiri dari submenu antara
lain:
- Form Create New Project File yaitu masukan dan
keterangan yang menyangkut penamaan dari
project yang akan dibuat, folder penyimpanan,
sistem unit, permohonan password, dan data base
access.
- Form User Information ini merupakan masukan
keterangan dan informasi perihal user / pengguna
program tersebut.
- Layar OLV yaitu layar kerja untuk membuat
gambar project yang berupa single line diagram
dari project yang dikerjakan
- Form gambar adalah gambar single line diagram
tiga bus.

2. Menu Perhitungan yang mempunyai submenu
antara lain:
- Perhitungan hubung singkat input data berupa
data-data / parameter yang diperoleh dari
lapangan.
- Perhitungan I
hs
pada busbar 150 kV

3. Menu Data lapangan yaitu berbagai data yang
diperoleh dari lapangan yang berupa antara lain:
- Data arus hubung singkat,
- Data setting rele arus lebih (OCR),
- Data setting rele jarak (Distance Relay).

4. Menu laporan yaitu laporan yang dihasilkan dari
pengolahan data atau perhitungan yang antara
lain berupa:
- Laporan impedansi saluran,
- Laporan arus per unit,
- Laporan arus hubung singkat dan
- Laporan nilai impedansi gangguan penentu jarak
gangguan.

5. Menu Utility yaitu menu untuk menambah atau
mengganti user dan password.

6. Menu help yang berupa menu bantuan panduan
menjalankan program.


IV. PERHITUNGAN dan ANALISIS
4.1 Perhitungan Arus Hubung Singkat
Dibawah ini menunjukkan gambar single line
diagram dari penelitian ini.
Daya Sumber 1
Busbar 1
GI Bumiayu
150 kV
Busbar 2
GI Balapulang
Busbar 3
GI Kebasen
Daya Sumber 2
Beban
GI Balapulang
Beban
GI Kebasen
Line 1
Bumiayu-Balapulang
Line 2
Balapulang-Kebasen
Line 3
Bumiayu-Kebasen
150 kV
150 kV
10392 MVAsc
150 kV
5,433 MVA
130 MVA
10392 MVAsc
150 kV
F1
F2
R1
R2
R3
R4
R5
R6 R7
R8
F3

Gambar 4.1. Single line diagram, rele dan gangguan
Bus
10

4.1.1 Perhitungan Impedansi Setiap Bagian
Impedansi-impedansi setiap bagian pada jaringan
SUTT 150kV Bumiayu-Balapulang-Kebasen yang di
dapat diubah menjadi satuan pu adalah sebagai
berikut:
Dengan mengacu pada,
MVA
base
= 100 MVA
kVbase = 150 kV
Dengan menggunakan persamaan 2.9, maka
impedansi dalam pu diperoleh:
Tabel4.1 impedansi setiap bagian dalam per unit (pu)
Komponen
Daya
MVA
Tegangan
(kV)
Impedansi urutan (pu)
X1 X2 X0
Sumber 1 100 150 0,010 0,010 0,066
Sumber 2 100 150 0,010 0,010 0,066
Line 1-2 150 0,025 0,025 0,196
Line 2-3 150 0,026 0,026 0,200
Line 1-3 150 0,026 0,026 0,200

4.1.2 Perhitungan Arus Hubung Singkat Tiap
Bus
Setelah diketahui nilai impedansi tiap komponen
kemudian melakukan perhitungan impedansi urutan
positif, impedansi urutan negatif dan impedansi
urutan nol dalam bentuk pu (per unit) sehingga arus
hubung singkat pada tiap bus dan Line dapat
diketahui. Perhitungan arus hubung singkat tiap bus
dan Line adalah sebagai berikut:

4.1.2.1 Perhitungan arus hubung singkat pada
bus 1
1. Impedansi urutan Bus 1 tegangan tinggi 150 kV
dari data yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan 2.11, 2.12, dan 2.13 maka didapatkan
impedansi urutan sebagai berikut:
- Impedansi urutan positif

1
= 0,0073

- Impedansi urutan negative

2
= 0,0073

- Impedansi urutan nol

0
= 0,049

2. Perhitungan arus hubung singkat bus 1 tegangan
tinggi 150 kV dengan menggunakan persamaan
pada sub bab 2.6.1 sampai 2.6.4
- Arus hubung singkat satu fasa ke tanah I
f(L-G)
dengan Z
G
= 0 adalah

= 46,88 90 = 18042

- Arus hubung singkat dua fasa adalah

2
= 118,49 90 = 45606
- Arus hubung singkat dua fasa ke tanah adalah

2
= 126,28 90 = 48604
- Arus hubung singkat tiga fasa adalah

3
= 136,99 90 = 52727

Tabel 4.2 Arus hubung singkat Bus 1
BUS 1
Arus Hubung Singkat (Ampere)
1 -G 2 2 -G 3 -G
Perhitungan
18042 45606 48604 52727
Program
17802 47107 47534 54394

4.1.2.2 Perhitungan arus hubung singkat bus 2
1. Impedansi urutan Bus 2 tegangan tinggi 150 kV
dari data yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Impedansi saluran untuk arus hubung singkat
pada Bus 2, line membentuk formasi delta (),
untuk memudahkan perhitungan impedansi
urutan maka formasi line harus diubah menjadi
formasi bintang (Y), seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
L1-2 L2-3
L1-3
B1
B2
B3 B1
B2
B3
Xa Xc
Xb
a.
b.
Gambar 4.2 Formasi impedansi
a. Impedansi formasi Delta ()
b. Impedansi formasi Bintang (Y)

Dengan menggunakan persamaan 2.11, 2.12,
dan2.13 maka didapatkan impedansi urutan
sebagai berikut :
- Impedansi urutan positif

1
= 0,018

- Impedansi urutan negatif

2
= 0,018

- Impedansi urutan nol

0
= 0,132

2. Perhitungan arus hubung singkat bus 2 tegangan
tinggi 150 kV dengan menggunakan persamaan
pada sub bab 2.6.1 sampai 2.6.4
11

- Arus hubung singkat satu fasa ke tanah I
f(L-G)
dengan
Z
G
= 0 adalah

= 17,86 90 = 6873

- Arus hubung singkat dua fasa adalah

2
= 48,06 90 = 18497
- Arus hubung singkat dua fasa ke tanah adalah

2
= 51,18 90 = 19701
- Arus hubung singkat tiga fasa adalah

3
55,56 90 = 21383

Tabel 4.3 Arus hubung singkat Bus 2
BUS 2
Arus Hubung Singkat (Ampere)
1 -G 2 2 -G 3 -G
Perhitungan
6873 18497 19701 21383
Program
6741 18995 19317 21934

4.1.2.3 Perhitungan Arus Hubung Singkat Bus 3
1. Impedansi urutan Bus 3 tegangan tinggi 150 kV
dari data yang diperoleh dengan menggunakan
persamaan 2.11, 2.12, dan 2.13 maka didapatkan
impedansi urutan sebagai berikut:
- Impedansi urutan positif

1
= 0,0073

- Impedansi urutan negative

2
= 0,0073

- Impedansi urutan nol

0
= 0,049

2. Perhitungan arus hubung singkat bus 3 tegangan
tinggi 150 kV dengan menggunakan persamaan
pada sub bab 2.6.1 sampai 2.6.4
- Arus hubung singkat satu fasa ke tanah I
f(L-G)
dengan Z
G
= 0 adalah

= 46,88 90 = 18042

- Arus hubung singkat dua fasa adalah

2
= 118,49 90 = 45606

- Arus hubung singkat dua fasa ke tanah adalah

2
= 126,28 90 = 48604
- Arus hubung singkat tiga fasa adalah

3
= 136,99 90 = 52727

Tabel 4.4 Arus hubung singkat Bus 3
BUS 3
Arus Hubung Singkat (Ampere)
1 -G 2 2 -G 3 -G
Perhitungan
18042 45606 48604 52727
Program
17802 47107 47534 54395

4.1.3 Perhitungan arus hubung singkat tiap
J aringan Transmisi (Line)
4.1.3.1 Perhitungan arus hubung singkat pada
Line1
1. Perhitungan impedansi urutan
Impedansi saluran untuk arus hubung singkat
pada Line 1, line membentuk formasi delta (),
untuk memudahkan perhitungan impedansi
urutan maka formasi line harus diubah menjadi
formasi bintang (Y), seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
L1-2 L2-3
L1-3
B1
B2
B3
B1
F
B3
Xa Xc
Xb
a. Impedansi formasi b. Impedansi formasi
L1-2
F
Gambar 4.3 a. Impedansi formasi Delta ()
b. Impedansi formasi Bintang (Y)
Dengan menggunakan persamaan 2.11, 2.12,
dan 2.13 maka didapatkan impedansi urutan
sebagai berikut :
- Impedansi urutan positif

1
= 0,015

- Impedansi urutan negatif

2
= 0,015

- Impedansi urutan nol

0
= 0,11

2. Perhitungan arus hubung singkat line 1 tegangan
tinggi 150 kV dengan menggunakan persamaan
pada sub bab 2.6.1 sampai 2.6.4
- Arus hubung singkat satu fasa ke tanah I
f(L-G)
dengan Z
G
= 0 adalah

= 21,13 90 = 8132

- Arus hubung singkat dua fasa adalah

2
= 57,67 90 = 22196

- Arus hubung singkat dua fasa ke tanah adalah

2
= 61,79 90 = 23783
12


- Arus hubung singkat tiga fasa adalah

3
= 66,67 90 = 25660
Tabel 4.5 Arus hubung singkat Line 1
Line 1
Arus Hubung Singkat (Ampere)
1 -G 2 2 -G 3 -G
Perhitungan
8132 22196 23783 25660
Program 8087 22603 22966 26099

4.1.3.2 Perhitungan arus hubung singkat pada
Line2
1. Perhitungan impedansi urutan
Impedansi saluran untuk arus hubung singkat
pada Line 2, line membentuk formasi delta (),
untuk memudahkan perhitungan impedansi
urutan maka formasi line harus diubah menjadi
formasi bintang (Y), seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
L1-2
L1-3
B1
B2
B3
B1
F
B3
Xa Xc
Xb
a. Impedansi formasi b. Impedansi formasi
L2-3
F
Gambar 4.3 a. Impedansi formasi Delta ()
b. Impedansi formasi Bintang (Y)
L2-3
Dengan menggunakan persamaan 2.11, 2.12, dan
2.13 maka didapatkan impedansi urutan sebagai
berikut :
- Impedansi urutan positif

1
= 0,015

- Impedansi urutan negatif

2
= 0,015

- Impedansi urutan nol

0
= 0,075

b. Perhitungan arus hubung singkat line 2 tegangan
tinggi 150 kV dengan menggunakan persamaan
pada sub bab 2.6.1 sampai 2.6.4
- Arus hubung singkat satu fasa ke tanah I
f(L-G)
dengan Z
G
= 0 adalah

= 21,13 90 = 8133

- Arus hubung singkat dua fasa adalah

2
= 57,67 90 = 22196

- Arus hubung singkat dua fasa ke tanah adalah

2
= 61,79 90 = 23783

- Arus hubung singkat tiga fasa adalah

3
= 66,67 90 = 25660
Tabel 4.6 Arus hubung singkat Line 2
Line 2
Arus Hubung Singkat (Ampere)
1 -G 2 2 -G 3 -G
Perhitungan 8133 22196 23783 25660
Program 7949 22236 22595 25675

4.1.3.3 Perhitungan arus hubung singkat pada
Line3
1. Perhitungan impedansi urutan
Impedansi saluran untuk arus hubung singkat
pada Line 3, line membentuk formasi delta (),
untuk memudahkan perhitungan impedansi
urutan maka formasi line harus diubah menjadi
formasi bintang (Y), seperti ditunjukkan pada
gambar dibawah ini.
L1-2 L2-3
B1
B2
B3
B1
F
B3
Xa Xc
Xb
a. Impedansi formasi b. Impedansi formasi
L1-3
F
Gambar 4.3 a. Impedansi formasi Delta ()
b. Impedansi formasi Bintang (Y)
L1-3

Dengan menggunakan persamaan 2.11, 2.12,
dan2.13 maka didapatkan impedansi urutan
sebagai berikut :
- Impedansi urutan positif

1
= 0,012

- Impedansi urutan negatif

2
= 0,012

- Impedansi urutan nol

0
= 0,083

2. Perhitungan arus hubung singkat line 3 tegangan
tinggi 150 kV dengan menggunakan persamaan
pada sub bab 2.6.1 sampai 2.6.4
- Arus hubung singkat satu fasa ke tanah I
f(L-G)
dengan Z
G
= 0 adalah

= 28,04 90 = 10793

- Arus hubung singkat dua fasa adalah

2
= 72,08 90 = 27745

- Arus hubung singkat dua fasa ke tanah adalah

2
= 76,89 90 = 29595
13


- Arus hubung singkat tiga fasa adalah

3
= 83,33 90 = 32074
Tabel 4.7 Arus hubung singkat Line 3
Line 3
Arus Hubung Singkat (Ampere)
1 -G 2 2 -G 3 -G
Perhitungan
10793 27745 29595 32074
Program
10699 29620 30068 34202

4.2 Perhitungan setting Distance rele
4.2.1 Perhitungan setting Zona gangguan (Zone 1,
2 & 3)
Rele jarak (distance relay) merupakan proteksi
yang paling utama pada saluran transmisi. Rele jarak
menggunakan pengukuran tegangan dan arus untuk
mendapatkan impedansi saluran yang harus
diamankan. Jika impedansi yang terukur didalam
batas setting, maka rele akan bekerja.
Di sebut rele jarak, karena impedansi pada
saluran besarnya akan sebanding dengan panjang
saluran. Oleh karena itu, rele jarak tidak tergantung
oleh besarnya arus gangguan yang terjadi, tetapi
tergantung pada jarak gangguan yang terjadi
terhadap rele proteksi. Impedansi yang diukur dapat
berupa Z, R saja ataupun X saja, tergantung jenis rele
yang dipakai.

Perhitungan R
f
, jika gangguan berada di Bus 1
(dilihat dari Bus 2)

- Gangguan 1-Gnd
-

= Tegangan gangguan = 150 kV


-
3
= Arus gangguan 3 = 18,042 kA
Maka,

3
=

3.
1
=
150
3. 18,042

=
150
28,891
= 5,8

Jadi, gangguan 1 pada Bus 1 berada di zona 2
karena Z
r4
& Z
r7
lebih besar dari Z
zone1
namun lebih
kecil dari Z
zone2
(
1
(4,6) < 5,8 <

2
(6,9))

- Gangguan 3
-

= Tegangan gangguan = 150 kV


-
1
= Arus gangguan 1 = 52,727 kA
Maka,

3
=
3.

3
=
3. 150
52,727
= 5,8

Jadi, gangguan 3 pada Bus 1 berada di zona 2
karena Z
r4
& Z
r7
lebih besar dari Z
zone1
namun
lebih kecil dari Z
zone2
(
1
(4,6) < 5,8 <

2
(6,9)).
Tabel 4.9 Nilai impedansi gangguan di Bus 1
Ganggu
an
Rele 3&8 Rele 4&7
Impedansi
()
Zona
Impedansi
()
Zona
1 -G 0 1 5,8 2
3 -G 0 1 5,8 2
Time operasi 0 detik - 0,4 detik

Perhitungan R
f
, jika gangguan di Bus 2 (dilihat
dari Bus 1 & 3)
- Gangguan 1-Gnd
-

= Tegangan gangguan = 74,74 kV


-
1
= Arus gangguan 1 = 6,873 kA
Maka,

3
=

3.
1
=
74,40
3. 6,873

=
74,40
11,86
= 5,8
Jadi, gangguan 1 pada Bus 2 berada di
zona 2 karena Z
r3
& Z
r6
lebih besar dari
Z
zone1
namun lebih kecil dari Z
zone2

(
1
(4,6) < 5,8 <
2
(6,9))

- Gangguan 3
-

= Tegangan gangguan = 74,40 kV


-
3
= Arus gangguan 3 = 21,383 kA
Maka,

3
=

3
=
3. 74,40
21,383
= 5,8
Jadi, gangguan 3 pada Bus 2 berada di
zona 2 karena Z
r3
& Z
r6
lebih besar dari
Z
zone1
namun lebih kecil dari Z
zone2

(
1
(4,6) < 5,8 <
2
(6,9)).
Tabel 4.10 Nilai impedansi gangguan di Bus 2
Ganggu
an
Rele 4 & 5 Rele 3 & 6
Impedansi
()
Zona
Impedansi
()
Zona
1 -G 0 1 5,8 2
3 -G 0 1 5,8 2
Time operasi 0 detik - 0,4 detik
14


Perhitungan R
f
, jika gangguan berada di Bus 3
Rele 6 (dilihat dari rele 5)
- Gangguan 1-Gnd
-

= Tegangan gangguan = 150 kV


-
1
= Arus gangguan 1 = 18,042 kA
Maka,

3
=

3.
1
=
150
3. 18,042

=
150
28,891
= 5,8
Jadi, gangguan 1 pada Bus 3 berada di zona
2 karena Z
r5
& Z
r8
lebih besar dari Z
zone1

namun lebih kecil dari Z
zone2
(
1
(4,6) <
5,8 <
2
(6,9))

- Gangguan 3
-

= Tegangan gangguan = 150 kV


-
3
= Arus gangguan 3 = 52,727 kA
Maka,

3
=

3
=
3. 150
52,727
= 5,8
Jadi, gangguan 3 pada Bus 3 berada di
zona 2 karena Z
r5
& Z
r8
lebih besar dari
Z
zone1
namun lebih kecil dari Z
zone2

(
1
(4,6) < 5,8 <
2
(6,9)).

Tabel 4.11 Nilai impedansi gangguan di Bus 3
Ganggu
an
Rele 6&7 Rele 5&8
Impedansi
()
Zona
Impedansi
()
Zona
1 -G 0 1 5,8 2
3 -G 0 1 5,8 2
Time operasi 0 detik - 0,4detik


4.3 Perhitungan Setting Rele OCR
4.3.1 Perhitungan Setting Kerja Rele arus lebih
(OCR)
Rele arus lebih (Over current Relay ) harus
disetting diatas arus beban maksimum dan dibawah
arus hubung singkat minimum, artinya pada saat
sistem dalam keadaan beban puncak maka rele tidak
diharapkan trip oleh karena hal tersebut bukan
merupakan sebuah gangguan. Sebaliknya, rele
diharapkan mampu mendeteksi arus gangguan
sekecil mungkin yang dapat mengganggu kinerja
dari sistem.
Dalam perhitungan setting rele ada dua hal
yang perlu dilakukan yaitu setting arus dan setting
waktu operasi rele. Perhitungan rele arus lebih pada
jaringan tenaga listrik dimulai dari rele pada bus
penyalur ke beban dalam hal ini bus 2. Pada jaringan
konfigurasi ring terdapat dua prosedur dalam
melakukan setting waktu rele OCR yaitu prosedur
pengurutan waktu searah jarum jam (clockwise) dan
pengurutan waktu berlawanan arah jarum jam (anti-
clockise).
Dari perhitungan sehingga diperoleh setting arus rele
arus lebih dari hasil perhitungan adalah sebagai
berikut:
Tabel 4.12 Hasil perhitungan setting rele arus lebih
(OCR)
lokasi Rele
I hs 3
(kA)
CT rasio
Iset
(perhitungan)
Primer Sek
Bus 1 1 52,73 1200 5 1440
Bus 2

21,38 4000 1 4800
Bus 3 2 52,73 1200 5 1440
Line 1
3 25,66 600 5 720
4 25,66 2000 1 1320
Line 2
5 25,66 2000 1 1320
6 25,66 600 5 720
Line
3
7 32,07 600 5 720
8 32,07 600 5 720


4.4 Koordinasi Rele Distance dan Rele Over
Current
Rele yang digunakan dalam sistem ini terdiri dari
dua jenis yaitu Rele Distance dan Rele Over Current,
dimana rele Distance merupakan main protection
atau pengaman utama sedangkan rele over current
merupakan backup protection atau pengaman
cadangan namun kedua rele tersebut sangat penting
untuk pengaman sistem jaringan. Koordinasi kerja
dari rele distance dan rele over current ditunjukkan
sebagai berikut;
1. Koordinasi antara Rele Distance R3 & R4,
serta OCR R3 & R4
- Gangguan di Bus 1;
Distance R3 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0 s
OCR R3 = Time operasi : 0,35 s
Distance R4 = 5,8; Zona 2; Time operasi : 0,4s
- Gangguan di Bus 2;
Distance R4 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0 s
OCR R4 = Time operasi : 0,24 s
Distance R3 = 5,8; Zona 2; Time operasi : 0,4s
15


2. Koordinasi antara Rele Distance R5 & R6,
serta OCR R5 & R6
- Gangguan di Bus 2;
Distance R5 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0s
OCR R5 = Time operasi : 0,24s
Distance R6 = 5,8; Zona 2; Time operasi : 0,4s
- Gangguan di Bus 3;
Distance R6 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0s
OCR R6 = Time operasi : 0,35s
Distance R5 = 5,8; Zona 2; Time operasi : 0,4s

4.5 Analisa Hasil Perhitungan
4.5.1 Analisa Arus Hubung Singkat
Setelah dilakukan perhitungan arus hubung
singkat dengan prediksi gangguan pada tiap
Bus dan Line maka didapatkan hasil sebagai
berikut:
Tabel 4.8 arus hubung singkat setiap Bus dan Line
Arus
HS
Arus BUS (Ampere)
1 2 3
Hit Prog Hit Prog Hit Prog
1 -G 18042 17802 6873 6741 18042 17802
2 45606 47107 18497 18995 45606 47107
2 -G 48604 47534 19701 19317 48604 47534
3 52727 54395 21383 21934 52727 54395

Arus
HS
Arus Line(Ampere)
1 2 3
Hit Prog Hit Prog Hit Prog
1 -G 8132 8087 8133 7949 10793 10699
2 22196 22603 22196 22236 27745 29620
2 -G 23783 22966 23783 22595 29595 30068
3 25660 26099 25660 25675 32074 34202
Merujuk pada tabel 4.8 arus hubung singkat
pada setiap bus dan Line hasil perhitungan dan
hasil program ETAP. Hasil perhitungan
diketahui bahwa gangguan 3 terbesar terjadi
pada bus 1 & 3 sebesar 52.727 Ampere dan
arus hubung singkat 3 terkecil ada pada bus 2
sebesar 21.383 Ampere. Untuk arus hubung
singkat satu fasa ketanah, gangguan terbesar
juga berada pada pada bus 1 & 3 sebesar
18.042 Ampere sedangkan arus hubung singkat
fasa tanah terkecil berada pada bus 2 sebesar
6.873 Ampere. Begitu pula untuk hasil dari
program ETAP untuk arus gangguan terbesar
dan terkecil baik itu gangguan 1 -G sampai
gangguan 3 sama dengan hasil perhitungan
begitu pula nilainya juga mendekati dari hasil
perhitungan.

4.5.2 Analisa Rele Distance
Berdasarkan hasil perhitungan impedansi
gangguan dan waktu operasi rele Distance
dengan prediksi gangguan pada tiap Bus dan
Line maka didapatkan hasil sebagai berikut:
Tabel 4.9 Waktu operasi rele Distance
R
e
l
e
Distance
Gangguan (tms) second
Bus 1 Bus 2 Bus 3 Line 1 Line 2 Line 3
Z
o
n
a
To
p
Z
o
n
a
To
p
Z
o
n
a
To
p
Z
o
n
a
T
o
p
Z
o
n
a
T
o
p
Z
o
n
a
T
o
p
1 - - - - - -

- - - - - -
2 - - - - - -
3 1 0 2 0,4 - 1 0 - -
4 2 0,4 1 0 - 1 0 - -
5 - 1 0 2 0,4 - 1 0 -
6 - 2 0,4 1 0 - 1 0 -
7 2 0,4 - 1 0 - - 1 0
8 1 0 - 2 0,4 - - 1 0

Bus 1 Bus 2 Bus 3
80 %
Zona 1
Zona 2
120 %
Zona 3
200 %
Zona 1
80 %
Zona 2
120 %
Zona 3
200 %
Zona 1
80 %
Zona 2
120 %
Zona 3
200 %
80 %
Zona 1
Zona 2
120 %
Zona 3
200 %
Gambar 4.3 Arah Zona gangguan
Secara logika teori, jika lokasi gangguan
semakin jauh dari sumber, maka impedansi
gangguan semakin besar dan akibatnya arus
gangguan semakin kecil. Berdasarkan logika
tersebut. Terlihat bahwa arus gangguan pada
16

bus 2 lebih kecil bila dibandingkan dengan arus
gangguan pada bus 1 & 3.
Hasil perhitungan hubung singkat yang diambil
dari contoh gangguan pada bus 1 & 3 dengan
bus 2 yang terjauh dari sumber maka diperoleh
bahwa arus hubung singkat terbesar pada bus 1
& 3 sebesar 52,727 kA dengan impedansi
gangguan sebesar 5,8 untuk gangguan 1
ke tanah dan impedansi gangguan 5,8 untuk
gangguan 3 bila dilihat dari bus 2 sehingga
terdeteksi gangguan di zona 2, namun bila
dilihat dari rele di bus 1&3 itu sendiri nilai
impedansi gangguan adalah 0 sehingga
terdeteksi di zona 1. Begitu juga saat gangguan
berada di bus 2 arus hubung singkat terbesar
sebesar 21,383 kA dengan impedansi gangguan
sebesar 5,8 untuk gangguan 1 ke tanah dan
impedansi gangguan 5,8 untuk gangguan 3
bila dilihat dari bus 1&3 sehingga terdeteksi
gangguan di zona 2, namun bila dilihat dari rele
di bus 2 itu sendiri nilai impedansi gangguan
adalah 0 sehingga terdeteksi di zona 1.

4.5.3 Analisa Rele OCR
Berdasarkan perhitungan setting rele arus lebih
(OCR) dibandingkan dengan data setting
dilapanngan adalah sebagai berikut:
Tabel 4.13 Perbandingan setting rele OCR hasil
perhitungan dan data lapangan
lokasi Rele
I hs 3
(kA)
CT rasio
Iset
(hit)
Iset
(data)
tms
Prim sek
Bus 1 1 52,73 1200 5 1440 1400 -
Bus 2

21,38 4000 1 4800 4800 -
Bus 3 2 52,73 1200 5 1440 1400 -
Line 1
3 25,66 600 5 720 700 0,35
4 25,66 2000 1 1320 1200 0,24
Line 2
5 25,66 2000 1 1320 1200 0,24
6 25,66 600 5 720 700 0,35
Line 3
7 32,07 600 5 720 700 0,54
8 32,07 600 5 720 700 0,54

Tabel 4.5 diatas yaitu tabel perbandingan data
setting arus OCR hasil perhitungan dan data
lapangan dapat kita lihat bahwa nilai arus setting
OCR hasil perhitungan masih mempunyai selisih
dengan data lapangan hal ini dapat di sebabkan oleh
faktor pengali atau persentase yang digunakan untuk
setting rele OCR berbeda, kaidah atau aturan setting
rele arus lebih (OCR) yaitu:
- Setting arus rele harus lebih besar dari beban
maksimal (I
set
>I
full load
) dan tidak trip pada
beban maksimal maka setting arus rele arus
lebih. Jika mengacu pada aturan tersebut maka
baik setting data dilapangan maupun telah
sesuai dengan aturan tersebut. Ini dapat dilihat
ketika pada jaringan mengalir arus sebesar 600
A dengan setting arus sebesar 720 A maka rele
tidak akan pick up karena arus beban maksimal
tersebut lebih kecil dari arus setting sehingga
pada keadaan tersebut rele arus lebih OCR tidak
trip dan jaringan masih dapat mengalirkan arus
ke beban dengan normal.
- Rele Arus lebih (OCR) harus trip pada arus
hubung singkat dua phasa minimum diujung
penghantar yang diamankan,
I
max
< I
set
< 0.8 I
hs 2 min

Bila I
max
tidak diketahui, maka dapat
menggunakan I
n
penghantar. Berdasarkan pada
kaidah ini maka setting arus dari tabel 4.5 juga
telah sesuai baik data hasil perhitungan maupun
data lapangan jika arus hubung singkat dua
phasa minimum sebesar 18497 A maka, 600 A <
720 A < 14798 A.
- Koordinasi antara rele 3 dan 4 bila kita lihat dari
hasil perhitungan nilai tms rele 3 adalah 0,35
detik dan rele 4 adalah 0,24, bila terjadi
gangguan diantara rele 3 dan 4 maka rele 4 akan
bekerja untuk mentripkan CB (Circuit Breaker)
lebih cepat dibandingkan kerja dari rele 3.
- Koordinasi antara rele 5 dan 6 bila kita lihat dari
hasil perhitungan nilai tms rele 5 adalah 0,24
detik dan rele 6 adalah 0,35, bila terjadi
gangguan diantara rele 5 dan 6 maka rele 5 akan
bekerja untuk mentripkan CB (Circuit Breaker)
lebih cepat dibandingkan kerja dari rele 6.
- Koordinasi antara rele 7 dan 8 bila kita lihat dari
hasil perhitungan nilai tms rele 7 dan rele 8
sama yaitu 0,54 detik, bila terjadi gangguan
diantara rele 7 dan 8 maka rele 7 dan 8 akan
bekerja untuk mentripkan CB (Circuit Breaker)
bersamaan, hal ini dikarenakan Bus pada rele 7
dan 8 terdapat sumber tegangan sehingga untuk
menjaga kestabilan dan keandalan sistem maka
jika yang terjadi hanya gangguan sementara
tidak akan mentripkan CB pada Bus sumber
tegangan tersebut.





17

4.5.4 Analisa koordinasi Rele Distance dan Rele
Over Current
Berdasarkan hasil perhitungan rele Distance
dan rele arus lebih (OCR) maka didapatkan
rekapitulasi hasil sebagai berikut:
Tabel 4.14 Rekapitulasi hasil perhitungan
Hubung Singkat, Distance dan OCR
loka
si
R
e
l
e
I hs
3
(kA)
Iset
(Hit)
(kA)
Iset
Lap
(kA)
OCR
tms
Distance
Gangguan (tms)
B1 B2 B3
L
1
L
2
L
3
Bus
1
1 52,7 1,44 1,4 - - - - - - -
Bus
2

21,4 4,8 4,8 - - - - - - -
Bus
3
2 52,7 1,44 1,4 - - - - - - -
Line
1
3 25,7 0,72 0,7 0,35 0 0,4 - 0 - -
4 25,7 1,32 1,2 0,24 0,4 0 - 0 - -
Line
2
5 25,7 1,32 1,2 0,24 - 0 0,4 - 0 -
6 25,7 0,72 0,7 0,35 - 0,4 0 - 0 -
Line
3
7 32,1 0,72 0,7 0,54 0,4 - 0 - - 0
8 32,1 0,72 0,7 0,54 0 - 0,4 - - 0

0,2
0,4
0,6
0,8
1
1,2
1,4
1 4 8 12 16 20 24
T
i
m
e

O
p
e
r
a
t
i
o
n

(
t
o
p
)
Current (multiples of plug setting)
0,1 s
0,35 s
Waktu setting rele
OCR R7&R8
0,54 s
Waktu setting rele
OCR R3&R6
Waktu setting rele
OCR R4&R5
Zona 1
0
Zona 2 Waktu setting rele Distance
Gambar 4.4 Grafik waktu operasi rele Distance dan
rele OCR

1. Koordinasi antara Rele Distance R3 & R4,
serta OCR R3 & R4
- Gangguan di Bus 1;
Distance R3 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0 s
OCR R3 = Time operasi : 0,35 s
Distance R4 = 5,8 ; Zona 2; Time operasi : 0,4s
Dari data diatas saat gangguan di Bus 1 maka
rele yang bekerja lebih dulu adalah rele Distance
R3 yang mendeteksi gangguan di Zona 1 dan
time operasinya 0 detik (instan), setelah Distance
R3 operasi disusul rele Distance R4 akan
beroperasi setelah 0,4 detik kemudian karena
Distance R4 merasakan gangguan berada di
Zona2. Namun apabila terjadi kegagalan operasi
pada rele Distance R3 maka rele cadangan yaitu
OCR R3 akan bekerja setelah 0,35 detik setelah
terjadinya gangguan baru disusul Distance R4
pada 0,4 detik setelah gangguan.

- Gangguan di Bus 2;
Distance R4 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0 s
OCR R4 = Time operasi : 0,24 s
Distance R3 = 5,8 ; Zona 2; Time operasi : 0,4s
Dari data diatas saat gangguan di Bus 2 maka
rele yang bekerja lebih dulu adalah rele Distance
R4 yang mendeteksi gangguan di Zona 1 dan
time operasinya 0 detik (instan), setelah Distance
R4 operasi disusul rele Distance R3 akan
beroperasi setelah 0,4 detik kemudian karena
Distance R3 merasakan gangguan berada di
Zona2. Namun apabila terjadi kegagalan operasi
pada rele Distance R4 maka rele cadangan yaitu
OCR R4 akan bekerja setelah 0,24 detik setelah
terjadinya gangguan baru disusul Distance R3
pada 0,4 detik setelah gangguan.
2. Koordinasi antara Rele Distance R5 & R6,
serta OCR R5 & R6
- Gangguan di Bus 2;
Distance R5 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0 s
OCR R5 = Time operasi : 0,24 s
Distance R6 = 5,8 ; Zona 2; Time operasi : 0,4s
Dari data diatas saat gangguan di Bus 1 maka
rele yang bekerja lebih dulu adalah rele Distance
R5 yang mendeteksi gangguan di Zona 1 dan
time operasinya 0 detik (instan), setelah Distance
R5 operasi disusul rele Distance R6 akan
beroperasi setelah 0,4 detik kemudian karena
Distance R6 merasakan gangguan berada di Zona
2. Namun apabila terjadi kegagalan operasi pada
rele Distance R5 maka rele cadangan yaitu OCR
R5 akan bekerja setelah 0,24 detik setelah
18

terjadinya gangguan baru disusul Distance R6
pada 0,4 detik setelah gangguan.
- Gangguan di Bus 3;
Distance R6 = 0 ; Zona 1; Time operasi : 0 s
OCR R6 = Time operasi : 0,35 s
Distance R5 = 5,8 ; Zona 2; Time operasi : 0,4s
Dari data diatas saat gangguan di Bus 3 maka
rele yang bekerja lebih dulu adalah rele Distance
R6 yang mendeteksi gangguan di Zona 1 dan
time operasinya 0 detik (instan), setelah Distance
R6 operasi disusul rele Distance R5 akan
beroperasi setelah 0,4 detik kemudian karena
Distance R5 merasakan gangguan berada di
Zona2. Namun apabila terjadi kegagalan operasi
pada rele Distance R6 maka rele cadangan yaitu
OCR R6 akan bekerja setelah 0,35 detik setelah
terjadinya gangguan baru disusul Distance R3
pada 0,4 detik setelah gangguan.

V. PENUTUP
5.1 Kesimpulan
1. Hasil perhitungan diketahui bahwa gangguan
terbesar terjadi pada bus 1 & 3 sebesar 52.727
Ampere dan arus hubung singkat 3 terkecil ada
pada bus 2 sebesar 21.383 Ampere. Untuk arus
hubung singkat satu fasa ketanah, gangguan
terbesar juga berada pada pada bus 1 & 3 sebesar
18.042 Ampere sedangkan arus hubung singkat
fasa tanah terkecil berada pada Bus 2 sebesar
6.873 Ampere.
2. Distance Rele pada sistem jaringan 3 Bus
Bumiayu-Balapulang-kebasen terpasang saling
berhadapan untuk tiap line, sehingga penentuan
zona gangguan saling berbanding terbalik antara
2 rele yang berhadapan, hal ini bertujuan agar
pengamanan pada sistem saat terjadi gangguan
lebih protektif dan handal. Dari hasil perhitungan
diketahui bahwa untuk rele Distance yang
terpasang dekat dengan gangguan maka rele
tersebut akan bekerja lebih cepat dibandingkan
rele yang jauh dari gangguan.
3. Hasil dari perhitungan dan analisis untuk setting
rele arus lebih (OCR) pada konfigurasi jaringan
ring 3 bus dengan menggunakan karakteristik
kurva normal inverse maka dapat diketahui
bahwa rele-rele yang mempunyai setting waktu
operasi (top) serta nilai tms yang kecil akan
beroperasi lebih cepat dalam melokalisir
gangguan dibandingkan dengan rele yang
mempunyai waktu operasi (top) dan tms yang
besar.
4. Koordinasi antara kedua rele yaitu rele Distance
dan rele OCR, dilihat dari waktu operasinya
maka dapat kita ketahui bahwa rele Distance
merupakan pengaman utama (main Protection)
karena dengan arus gangguan If 3 terbesar di
Bus 2 yaitu 21,383 kA maka R4 Distance tms = 0
detik (instan), sedangkan rele OCR merupakan
pengaman cadangan (backup protection) karena
untuk arus gangguan If 3 terbesar di Bus 2
yaitu 21,383 kA maka R4 OCR besarnya tms =
0,24 detik. Jadi rele Distance akan selalu bekerja
lebih dulu dibandingkan rele OCR saat terjadi
gangguan.

5.2 Saran
1. Program ETAP versi 4.0 hanya dapat digunakan
untuk mensimulasikan arus hubung singkat saja,
sehingga untuk menentukan besaran nilai untuk
setting rele yang digunakan hanya bisa dilakukan
melalui perhitungan manual dimana parameter
untuk perhitungan tersebut bisa didapatkan dari
hasil simulasi arus hubung singkat.
2. Koordinasi antar rele sangat penting terutama
untuk sistem yang lebih kompleks, untuk
menghindari terjadinya rele tidak bekerja atau
kesalahan pada penunjukan indikasi alarm
gangguan.






















19

DAFTAR PUSTAKA:
[1]. Christopoulos, C, Wright, A. Electrical
Power System Protection, Chapman & Hall :
London : 1993
[2]. Das J.C. Power System Anayisis Short-
Circuit Load Flow And Harmonic Marcel
Dekker Inc. Newyork : 2002
[3]. Gonen, Turan. Modern Power System
Analysis. John Wiley & Son, Inc. 1988
[4]. Hewitson, Les. Mark Brown. Ramesh, B.
Practical Power System Protection.
Newnes & Elsevier : 2004
[5]. Jamaah, Akhmad S.T. Buku Pegangan
Kuliah Proteksi Sistem Tenaga POLINES:
2004
[6]. Paithankar, Y.G. Bhide, S.R.Fundamental Of
Power System Protection, Prentice-Hall of
INDIA. New Delhi.2003.
[7]. Saadat, Hadi. 1999. Power System Analysis
. New York : The McGraw-Hill Companies.
[8]. Sulasno, Ir Analisa sistem Tenaga Listrik
Satya Wacana : Semarang : 1993
[9]. Stevenson, Jr, William, D. Analisa sistem
tenaga listrik edisi keempat, Erlangga:
Jakarta : 1994
[10]. Zuhal,Dasar Teknik Tenaga Listrik dan
Elekronika Daya,PT Gramedia Pustaka
Utama, Jakarta:1992
[11]. PT. PLN (Persero) P3B. Pelatihan O&M
Relai Proteksi Jaringan September 2005.
[12]. PT. PLN (Persero) P3B Diklat Kursus Rele
Proteksi Semarang : 2007
[13]. http://www.abb.com/global/seitp328.nsf
[14]. http://dunia-listrik.blogspot.com

















BIODATA PENULIS

Rachmad Hidayatulloh lahir di
Semarang pada 27 Mei 1982.
Menempuh pendidikan di SDN
Delik Rejo 1 & 2, SMPN 8
Semarang, SMKN 4 Semarang, D3
Politeknik Negeri Semarang
konsentrasi teknik elektronika dan
saat ini sedang menyelesaikan studi Strata-1 di
Jurusan Teknik Elektro Fakultas Teknik Universitas
Diponegoro Semarang dengan mengambil
konsentrasi Power / Ketenagaan.

Semarang, Agustus 2012
Menyetujui,
Dosen Pembimbing I





Ir. Juningtyastuti, MT.
NIP. 195209261983032001


Dosen Pembimbing II





Karnoto, ST. MT.
NIP. 196907091997021001

Вам также может понравиться