Вы находитесь на странице: 1из 19

POLA PERTUMBUHAN MIKROBA Mikroba hidup di sekitar kita dan hidup di sembarang lingkungan di bumi.

Pertumbuhan mikroba merupakan aspek penting dalam mempelajari mikrobiologi. Karena berdasarkan kurva pertumbuhan tersebut kita dapat memanipulasi pertumbuhan mikroba untuk kepentingan manusia. Bentuk manipulasi pertumbuhan dapat berupa mempercepat maupun menghambat pertumbuhan. PERTUMBUHAN Pertumbuhan adalah bertambahnya tinggi atau berat suatu organisme. Pertambahan tinggi maupun berat organisme merupakan bertambahnya ukuran sel atau bertambahnya jumlah sel. Dalam dunia mikroba pertumbuhan diartikan sebagai bertambahnya jumlah sel. Hal ini karena mikroba sebagian besar adalah organisme bersel tunggal. Sehingga difinisi pertambahan tinggi maupun berat organisme tidak berlaku lagi. Mikroba memperbanyak diri melalui pembelahan sel maupun reproduksi seksual. jamur. Pembelahan Sel !erdapat " jenis pembelahan sel yaitu pembelahan biner dan pertunasan #budding$. Pembelahan biner adalah pembelahan yang menghasilkan " sel sama besar% sedangkan pertunasan adalah pembelahan yang menghasilkan " sel yang tidak sama besar #sel yang besar disebut induk dan sel yang kecil disebut anak$. Pada jamur terdapat suatu deviasi dari pembelahan biner yang disebut pembelahan filamentus. Pembelahan atau pertumbuhan filamentus adalah pembelahan sel filamen #sel tubulus dan panjang$% di mana hasil pembelahan tidak terpisah melainkan tetap menjadi suatu bagian utuh organisme tersebut. Hal ini masuk akal karena jamur merupakan mikroba bersel banyak. Pada bagian ini pembelahan sel yang dipelajari adalah pembelahan biner. Hal ini karena bakteri sebagian besar melakukan pembelahan biner dalam pertumbuhannya. Pembelahan #Biner$ Sel Pada pembelahan #biner$ sel akan memperbesar ukurannya mencapai ukuran ideal untuk pembelahan sel. Selama proses pertambahan ukuran sel terdapat beberapa eproduksi seksual hanya dijumpai pada mikroba bersel banyak seperti

kejadian di dalam sel termasuk replikasi kromosom dan sintesis dinding sel untuk perpanjangan sel. Pada dasarnya pembelahan sel dimulai setelah pembelahan kromosom. &amun pembelahan sel dapat dimulai tanpa menunggu selesainya pembelahan kromosom. 'okasi pembelahan pada dinding sel bukan di sembarang tempat. Hal ini ditunjukkan oleh adanya mesosom yang berindikasi pada lokasi atau tempat pembelahan berlangsung.

(ambar ) Pembelahan biner sel bakteri Staphylococcus aureus

Pada bakteri Enterococcus hirae pembelahan sel dimulai dari pembelahan kromosom #replikasi$. Dua pita D&* pada kromosom bakteri mengalami pemutusan ikatan pada lokasi yang disebut origin of replication. Dengan putusnya ikatan antarbasa mengakibatkan en+im polimerase bekerja menyintesis pasangan baru untuk masing,masing pita D&*. Selama proses replikasi dinding sel bakteri E. hirae mempersiapkan diri untuk pembelahan dinding sel. Secara kronologis pembelahan dinding sel pada E. hirae adalah sebagai berikut #(ambar "$. !erjadi penetrasi sentripetal dinding sel dari " arah berla-anan pada pita dinding sel #pita ekuatorial$% sehingga menghasilkan celah atau noktah dinding sel " pita dinding sel yang terpisah. Penetrasi noktah dinding sel ke arah dalam #./,0/ nm$ diikuti sintesis dinding sel baru. Pita dinding sel terbelah menjadi " dinding sel anakan #sebagian$. Penetrasi noktah dinding sel #diikuti sintesis dinding sel baru$ semakin ke dalam sehingga " noktah dinding sel bertemu. Ketika " noktah dinding sel bertemu% dinding sel memisah% terjadi pembelahan sel sempurna.

(ambar " Proses pembelahan sel pada E. hirae. M% mesosom1 &% nukleoid1 MS% membran sel1 PD% pita dinding sel1 &D% noktah dinding sel

Pengukuran Pertumbuhan Pertumbuhan pada bakteri didefinisikan dengan pertambahan berat sel. Karena berat sel relatif sama% maka pertumbuhan dapat didefinisikan sebagai pertambahan jumlah sel. !erdapat berbagai metode dalam mengukur pertumbuhan sel bakteri. Perhitungan sel bakteri terdiri atas " cara% yaitu perhitungan langsung dan tidak langsung. Perhitungan langsung meliputi metode turbidimetri% total count% dan berat kering. Perhitungan tidak langsung yaitu viable count. Metode !urbidimetri Secara rutin jumlah sel bakteri dapat dihitung dengan cara mengetahui kekeruhan #turbiditas$ kultur. Semakin keruh suatu kultur% semakin banyak jumlah selnya. Prinsip dasar metode turbidimetri adalah% jika cahaya mengenai sel% maka sebagian cahaya diserap dan sebagian cahaya diteruskan. 2umlah cahaya yang diserap proposional #berbanding lurus$ dengan jumlah sel bakteri. *tau jumlah cahaya yang diteruskan berbanding terbalik dengan jumlah sel bakteri. Semakin banyak jumlah sel% semakin sedikit cahaya yang diteruskan #(ambar 3$. Menurut Hukum Beer,'ambert bah-a fraksi cahaya yang diteruskan #I/I0$ akan menurun seiring dengan log,)/ densitas sel #4$ atau I/I05 )/,4l. Di mana l adalah lebar

-adah atau kuvet. 2ika dikali log)/% maka log I/I0 5 ,4l. Karena log I/I0 5 6D5absorbansi cahaya% maka diperoleh persamaan 6D5*5 4l. Metode ini mempunyai kelemahan% yaitu tidak dapat membedakan antara sel mati dan sel hidup.

(ambar 3 Perhitungan sel dengan metode turbidimetri. Suspensi mikroba menerima cahaya dari lampu. Ketika cahaya mengenai sel mikroba% cahaya diserap #garis panah membelok% 7/$ dan jika cahaya tidak mengenai sel mikroba % maka cahaya diteruskan #garis panah lurus% 7$.

Metode Total Count Total count memerlukan mikroskop dan -adah yang diketahui volumenya. 2ika setetes kultur dimasukkan ke dalam -adah #misalnya hemasitometer$ yang telah diketahui volumenya% maka jumlah sel dapat dihitung #(ambar 8.8$. *kan tetapi% cara ini memiliki keterbatasan% yaitu tidak dapat membedakan sel hidup dan mati dan tidak dapat digunakan pada jumlah sel yang sangat sedikit #kurang dari )/9 sel:ml$.

(ambar 8 Hemasitometer yang dapat digunakan untuk perhitungan total count

Metode yang lebih memuaskan dalam mengukur jumlah sel adalah ;lektronic !otal <ount. 2ika medan listrik mengenai sel hidup% maka timbul kejutan listrik. *kan

tetapi% jika medan listrik mengenai sel mati% maka tidak timbul kejutan listrik. Semakin banyak kejutan listrik% semakin banyak pula jumlah sel yang hidup. Metode Berat Kering <ara yang paling cepat mengukur jumlah sel adalah metode berat kering. Metode ini relatif mudah dilakukan% yaitu kultur disaring atau disentrifugasi% kemudian bagian yang tersaring atau yang mengendap hasil sentrifugasi dikeringkan. Pada metode ini juga tidak dapat membedakan sel yang hidup dan yang mati. *kan tetapi% keterbatasan itu tidak menutup manfaat metode ini dalam hal mengukur efisiensi fermentasi% karena pertumbuhan diukur dengan satuan berat% sehingga dapat diperhitungkan dengan parameter konsumsi substrat dan produksi senya-a yang diinginkan.

(ambar = <ara pengenceran mikroba yang hendak dihitung jumlah selnya secara viable count

Metode Viable Count Metode viable count sering disebut dengan metode total plate count. Kultur diencerkan sampai batas yang diinginkan. Kultur encer ditumbuhkan kembali pada media% sehingga diharapkan setiap sel tumbuh menjadi ) koloni beberapa saat berikutnya biasanya )",8 jam #(ambar 8.=$. *kan tetapi% cara ini memiliki keterbatasan% yaitu jumlah sel terhitung biasanya lebih kecil dari sebenarnya #kemungkinan besar ) koloni dapat berasal dari lebih dari " sel$ dan tidak dapat diaplikasikan pada bakteri yang tumbuh lambat.

Pada metode ini yang perlu diperhatikan adalah jumlah sel bakteri harus mendekati kelipatan )/ pada setiap pengencerannya. 2ika tidak% maka perhitungan dianggap gagal. Misalnya ca-an yang dapat dihitung jumlah selnya adalah yang mempunyai jumlah sel sekitar ",8 untuk sampel pengenceran #)/ ,4$% "/,8/ untuk sampel pengenceran #)/,#4>)$$% dan "//,8// untuk sampel pengenceran #)/,#4>"$$. Fase Pertumbuhan ?ase dalam pertumbuhan bakteri telah dikenal luas oleh ahli mikrobiologi. !erdapat 8 fase pertumbuhan bakteri ketika ditumbuhkan pada kultur curah (batch culture$% yaitu fase adaptasi #lag phase$% fase perbanyakan #exponential phase$% fase statis #stationer phase$% dan fase kematian #death phase$ #(ambar 9$

(ambar 9 ?ase dalam pertumbuhan bakteri pada kultur curah #batch culture$1 ) fase adaptasi1 " fase perbanyakan1 3 fase statis1 8 fase kematian.

?ase *daptasi Ketika sel dalam fase statis dipindahkan ke media baru% sel akan melakukan proses adaptasi. Proses adaptasi tersebut meliputi sintesis en+im baru yang sesuai dengan medianya dan pemulihan terhadap metabolit yang bersifat toksik #misalnya asam% alkohol% dan basa$ pada -aktu di media lama. Pada fase adaptasi tidak dijumpai pertambahan jumlah sel. *kan tetapi% terjadi pertambahan volume sel% karena pada fase statis biasanya sel melakukan pengecilan ukuran sel. *kan tetapi% fase adaptasi dapat dihindari #langsung ke fase perbanyakan$%

jika sel di media lama dalam kondisi fase perbanyakan dan dipindah ke media baru yang sama komposisinya dengan media lama. ?ase Perbanyakan Setelah sel memperoleh kondisi ideal dalam pertumbuhannya% sel melakukan pembelahan. Karena pembelahan sel merupakan persamaan eksponensial% maka fase tersebut disebut fase eksponensial. Pada fase perbanyakan jumlah sel meningkat sampai pada batas tertentu #tidak terdapat pertambahan bersih jumlah sel$% sehingga memasuki fase statis. Pada fase perbanyakan sel bakteri bertambah mengikuti pola atau persamaan eksponensial% yaitu &t5&o"n. Di mana &t adalah populasi bakteri pada -aktu ke,t1 &o adalah populasi a-al bakteri% dan n adalah jumlah generasi. Secara praktek kita dapat mengubah persamaan di atas dengan persamaan logaritmik% yaitu log)/&t5 log)/&o > log)/"n. Dengan demikian kita dapat menentukan jumlah generasi #n$ 5 3.3"@log)/&t , log)/&oA. Setelah menentukan jumlah generasi% maka kita dapat menentukan laju pertumbuhan #k$ 5 n:t 5 #3.3"@log )/&t , log)/&oA$:t. Baktu generasi juga dapat kita hitung #tgen$ 5 ):k 5 t:n 5 t:#3.3"@log)/&t , log)/&oA$. Pada fase perbanyakan sel melakukan konsumsi nutrien dan proses fisiologis lainnya. Pada fase ini produk senya-a yang diinginkan oleh manusia terbentuk% karena senya-a tersebut merupakan senya-a yang disekresi oleh sel bakteri. Beberapa senya-a yang diinginkan pada fase perbanyakan adalah etanol% asam laktat dan asam organik lainnya% asam amino% asam lemak% dan lainnya. ?ase Statis *lasan bakteri tidak melakukan pembelahan sel pada fase statis bermacam, macam. Beberapa alasan yang dapat dikemukaan adalah nutrien habis% akumulasi metabolit toksik #misalnya alkohol% asam% dan basa$% penurunan kadar oksigen% dan penurunan nilai a- #ketersediaan air$. Cntuk kasus kedua dijumpai pada fermentasi alkohol dan asam laktat% untuk kasus ketiga dijumpai pada bakteri aerob% dan untuk kasus keempat dijumpai pada fungi. Pada fase statis biasanya sel melakukan adaptasi terhadap kondisi yang kurang menguntungkan. *daptasi itu dapat menghasilkan senya-a yang diinginkan manusia misalnya antibiotika dan antioksidan$.

?ase Kematian Penyebab utama kematian adalah autolisis sel dan penurunan energi seluler. Beberapa bakteri hanya mampu bertahan beberapa jam selama fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian% sedangkan ada bakteri yang mampu bertahan sampai harian bahkan mingguan pada fase statis dan akhirnya masuk ke fase kematian. Beberapa bakteri bahkan mampu bertahan sampai puluhan tahun sebelum mati dengan mengubah sel menjadi spora. Pertumbuhan D au! " Pertumbuhan diau4ic terjadi ketika bakteri dihadapkan pada dua sumber karbon yang berbeda dan mampu menggunakan kedua sumber karbon tersebut. Misalnya E. coli ditumbuhkan pada media yang mengandung glukosa dan laktosa #(ambar .$. E. coli memanfaatkan glukosa% karena sel telah memiliki en+im pendegradasi glukosa #en+im struktural$. (lukosa sendiri menghambat sintesis en+im pemecah laktosa. Ketika glukosa habis% sel masuk fase statis dan menyintesis en+im yang mampu menghidrolisis laktosa menjadi glukosa dan galaktosa. Ketika glukosa tersedia di media% sel memasuki fase perbanyakan kembali.

(ambar . Pertumbuhan diau4ic pada E. coli ketika dihadapkan pada " sumber karbon% yaitu glukosa dan laktosa.

hi!obiu" juga menunjukkan pertumbuhan diau4ic ketika pada media diintroduksi " sumber karbon% yaitu suksinat dan glukosa. hi!obiu" memanfaatkan

suksinat dulu% kemudian glukosa. Mengapa hi!obiu" lebih memanfaatkan suksinat bukan glukosaD Hal ini karena hi!obiu" merupakan bakteri simbion. Secara alami bakteri simbion biasanya memerlukan triosa atau tetrosa yang dihasilkan dari siklus asam sitrat #Krebs$ yang dihasilkan oleh inangnya daripada heksosa. Kultur K#nt n$u Dengan mengunakan kultur curah% maka fase perbanyakan sangat terbatas dan dengan segera beralih ke fase statis. Hal ini tidak menguntungkan bagi ahli mikrobiologi untuk mempelajari aspek,aspek dalam fisiologi bakteri. 6leh karena itu para ahli mikrobiologi memperkenalkan suatu metode kultivasi yang dapat memperpanjang umur fase perbanyakan bakteri. Metode demikian disebut kultur kontinyu. Kultur kontinyu dapat dirancang dengan " metode yaitu metode kemostat dan turbidostat. Kedua metode pada dasarnya mengontrol populasi bakteri pada jumlah tertentu. Pada metode kemostat kontrol populasi bakteri berdasarkan pada laju pemasukan media pakan steril #(ambar 0$. Sedangkan pada metode turbidostat kontrol populasi berdasarkan sensor foto,sel yang dapat mengukur populais bakteri.

(ambar 0 Metode kemostat pada kultur kontinyu

PEMBENTUKAN SPORA Spora pada bakteri berbeda dengan spora pada fungi. Bakteri #acillus dan Clostridiu" mampu mengubah sel vegetatif menjadi spora yang disebut endospora. $yxococcus mampu membentuk spora yang disebut mikrokista. Bakteri %!otobacter dan anggotanya membentuk spora yang disebut kista. Sianobakteri membentuk spora

yang disebut akinet. Spora bakteri mampu bertahan pada kondisi lingkungan yang ekstrim. ;ndospora #acillus mampu bertahan terhadap proses sterilisasi dengan autoklaf. Bakteri #acillus dan Clostridiu" mampu membentuk endospora #(ambar E$. Proses pembentukan endospora disebut sporulasi. Sporulasi biasanya dimulai ketika sel memasuki fase stasioner. Sel berubah baik secara morfologi maupun fisiologi khususnya mempersiapkan diri untuk pembentukan endospora. Beberapa jenis bakteri mampu melakukan autolisis sel vegetatif% sedangkan beberapa jenis bakteri tidak mampu melakukannya% sehingga endospora tetap berada di dalam sel vegetatif. Pembentukan spora bakteri secara alami belum diketahui dengan jelas. *kan tetapi% kita dapat memicu bakteri membentuk spora. Pemanasan pada suhu 9/,9= < selama )/ menit atau lebih mampu memicu pembentukan spora. ?aktor lain yang mampu memicu pembentukan spora bakteri adalah perlakuan pH rendah% suhu rendah% pemberian agen pereduksi% dana agen,agen kimia lainnya.

(ambar E Struktur endospora #acillus menunjukkan pembungkus spora #spore coat1 S<$ yang tebal% alur germinal #germinal groove1 ($ di dalam spore coat% lapisan korteks luar #outer corte4 layer1 6<'$ dan korteks #<4$% lapisan germinal dinding sel #germinal cell -all layer1 (<B$. Di ba-ah membran protoplasma #PM$% terdapat daerah yang terisi nukleoid #n$

Perubahan morfologi pada proses pembentukan endospora bakteri #acillus dapat dilihat pada (ambar )/. Pada tahap pertama #7$ bakteri membentuk filamen aksial. Pembentukan filamen aksial tidak berlangsung lama. !ahap kedua #77$ adalah pembentukan septum asimetris% menghasilkan sel induk dan calon sel pra,spora.

Masing,masing sel menerima D&* anakan. Selanjutnya terjadi fagositosis sel praspora oleh sel induk% sehingga sel praspora menjadi bentukan yang disebut protoplas. !ahap ketiga #777$ adalah perkembangan protoplas yang disebut perkembangan spora,a-al #forespore$. Pada perkembangan spora,a-al belum terbentuk peptidoglikan% sehingga bentuk spora,a-al tidak beraturan #amorfus$. !ahap keempat #7F$ adalah pembentukan korteks #peptidoglikan$. Spora,a-al menyintesis peptidoglikan% sehingga spora,a-al mempunyai bentuk pasti. Pembentukan peptidoglikan oleh spora,a-al disebut juga pembentukan korteks. !ahap kelima #F$ adalah pembentukan pembungkus #coat$. Spora,a-al menyintesis berlapis,lapis pembungkus spora. Pembungkus spora disintesis baik secara terus, menerus maupun terputus,putus% sehingga tampak seperti penebalan korteks. Material korteks dan pembungkus spora berbeda. !ahap keenam #F7$ adalah pematangan spora. Spora bakteri menyintesis asam dipokolinat dan melakukan pengambilan kalsium. Dua komponen ini merupakan karakteristik resistensi dan dormansi endospora. !ahap ketujuh #F77$ adalah pelepasan spora. !erjadi lisis sel induk% sehingga spora yang telah matang keluar.

(ambar )/ !ahapan perkembangan endospora #acillus subtillis. !ahapan perkembangan endospora #7 GF777$ dapat dilihat di teks.

PEN%ARUH LIN%KUN%AN TERHADAP PERTUMBUHAN 'aju pertumbuhan mikroba sangat dipengaruhi kondisi lingkungan. Perubahan kondisi lingkungan dapat menghambat pertumbuhan bahkan dapat membunuh pertumbuhan mikroba. Parameter lingkungan yang paling berpengaruh terhadap

pertumbuhan mikroba adalah suhu% ketersediaan oksigen% konsentrasi ion hidrogen #pH$% dan konsentrasi solut Suhu Setiap mikroba memiliki kisaran suhu bagi pertumbuhannya. Bahkan mikroba mampu hidup di ba-ah titik beku #/<$ seperti di kutub utara dan selatan sampai di atas titik didih #)//<$ seperti di sekitar ka-ah gunung berapi. &amun sebagian besar mikroba mampu tumbuh di kisaran suhu "/G3/ <. Kisaran pertumbuhan mikroba juga bervariasi. Bakteri patogen &eisseria gonorrhoeae mampu tumbuh di kisaran suhu sempit #3=G8/<$. Bakteri tanah #acillus lichenifor"us mampu tumbuh pada kisaran suhu luas #"=G9/<$. Kisaran suhu pertumbuhan mencerminkan lingkungan di mana mikroba tumbuh. Dengan demikian &eisseria gonorrhoeae hanya dapat tumbuh di tubuh manusia% sedangkan #acillus lichenifor"us mampu tumbuh di tanah dengan suhu berfluktuasi. Di antara kisaran suhu terendah dan tertinggi terdapat suhu optimal #(ambar ))$. Suhu optimal merupakan suhu pertumbuhan yang menghasilkan laju maksimal pertumbuhan mikroba. Suhu optimum pertumbuhan mikroba selalu lebih rendah beberapa derajat dari suhu maksimal pertumbuhan.

(ambar )) (rafik laju pertumbuhan mikroba yang mencapai maksimal pada suhu optimal dan minimal pada suhu minimum dan maksimum.

!erminologi umum untuk kisaran suhu pertumbuhan mikroba adalah psikrofil% mesofil% dan thermofil. Psikrofil merupakan kisaran suhu pertumbuhan mikroba

antara /G"/<. Mesofil merupakan kisaran suhu pertumbuhan mikroba antara "/G 8=<. !hermofil merupakan kisaran suhu pertumbuhan mikroba antara 8=G0/ <. 2ika mikroba mampu tumbuh di atas 0/< disebut thermofil ekstrim atau hiperthermofil% sedangkan yang mampu tumbuh di ba-ah / < disebut psikrofil ekstrim atau hipopsikrofil. 'ingkungan yang dapat dijumpai mikroba hiperthermofil adalah di sumber mata air panas maupun di perut gunung berapi. Sedangkan lingkungan yang dapat dijumpai mikroba hipopsikrofil adalah di kutub dan di periran laut dalam. Kisaran pertumbuhan berbagai mikroba dapat dilihat pada !abel ) !abel ) Kisaran suhu pertumbuhan berbagai bakteri Bakter 'isteria "onocytogenes Vibrio "arinus Stenotropho"onas "altophilia Thiobacillus novellus Staphylococcus aureus Escherichia coli Clostridiu" perfringens Streptococcus pyogenes %noxybacillus flavither"us Ther"us a(uaticus $ethanococcus )annaschii Sulfolobus acidocaldarius *yrobacteriu" broc+ii Mata air sulfur #panas ./ I sulfur tereduksi$ Hydrothermal ventH 0/ )/",)/= ))= ))/ .=,0= E/ Mata air panas Hydrothermal ventH 8/ 9/ ./,." 0= .E E/ !empat yang terdapat = sulfur tereduksi Kulit Saluran pencernaan !anah% makanan Membran mukosa Manure piles #-arm$ )/ )/ )= "/ 3/ 3/,3. 3. 8= 3. 9/ 8= 8= == 8/ ." "=,3/ 8" Hab tat M n ma O&t mal Maks mal 3/,3. )= 3= 8= 3/ 8) l He-an% tanah% vegetasi ) akar% air 'aut terbuka !anah 8 8

$ethanopyrus +andleri Hydrothermal ventH 0= )// H !erdapat pada laut dalam dengan gradien suhu tinggi antara 8G3//<.

Pada suhu minimum% biasanya membran sel mengalami pembekuan% sehingga menghambat fungsinya #transportasi molekul$. Cntuk mengatasi hal tersebut% biasanya asam lemak pada membran sel mikroba dipenuhi oleh asam lemak tidak jenuh. Hal ini karena titik beku asam lemak tidak jenuh sangat rendah #di ba-ah /<$% sehingga fungsi transportasi molekul membran sel berperan baik. Hal ini terlihat pada mikroba yang diisolasi dari *ntartika ternyata memiliki membran sel yang banyak mengandung asam lemak tidak jenuh #polyunsaturated fatty acid$. Hal sebaliknya terjadi pada mikroba thermofil. Membran sel pada mikroba thermofil banyak mengandung asam lemak jenuh. Pada suhu tinggi dan rendah juga menimbulkan permasalahan pada fungsi en+im. 6leh karena itu mikroba psikrofil biasanya memiliki en+im yang masih mampu menjalankan fungsinya pada suhu rendah yaitu dengan mengubah urutan asam amino dan struktur 3D en+im. Perubahan tersebut mengakibatkan en+im bekerja baik pada suhu rendah% tetapi tidak bekerja #terdenaturasi$ pada suhu moderat. 2ika dalam kondisi normal pada suhu di atas =/ < en+im mengalami denaturasi% maka mikroba thermofil memodifikasi en+imnya% sehingga en+im tersebut mampu bekerja baik pada suhu tinggi. Sebuah hipotesis menyatakan bah-a en+im thermofil lebih kaku dibadingkan en+im mesofil% yaitu dengan memperbanyak jembatan garam pada struktur 3D en+im. Oks gen Banyak mikroba memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya% terutama sebagai akseptor elektron pada proses respirasi. &amun terdapat mikroba yang tidak memerlukan oksigen untuk pertumbuhannya. Mikroba yang memerlukan #mutlak$ oksigen bagi pertumbuhannya disebut aerob obligat. Mikroba yang tidak memerlukan #mutlak$ oksigen bagi pertumbuhannya disebut anaerob obligat. Mikroba aerob yang dapat tumbuh tanpa oksigen disebut fakultatif anaerob. Mikroba yang dapat tumbuh dengan atau tanpa adanya oksigen #meskipun dia tidak memerlukan oksigen$ disebut aerotoleran anaerob. Sedangkan mikroba yang hanya dapat tumbuh di lingkungan dengan kandungan oksigen rendah # di ba-ah kandungan oksigen atmosfer$ disebut mikroaerofil. Daftar mikroba dan ketergantungannya terhadap oksigen dapat dilihat pada !abel ".

!abel " Daftar mikroba dan ketergantungannya terhadap oksigen M kr#ba Sulfolobus acidocaldarius %cinetobacter calcoaceticus #ifidobacteriu" bifidu" $ethanosarcina bar+eri $agnetospirillu" "agnetotacticu" Ca"pylobacter )e)uni #acillus lichenifor"is Enterobacter aerogenes Vibrio fischeri 'actobacillus acidophilus Permukaan mukosa he-an I Mikroaerofil burung CbiJuitous air ta-ar *ir laut% organ ringan species ?akultatif anaerob laut He-an% tanaman% makanan *erotoleran anaerob terfermentasi ?akultatif anaerob Csus he-an berdarah panas% ?akultatif anaerob Hab tat Mata air sulfur panas Kulit Csus manusia digestor limbah anaerob *ir ta-ar dan laut Mikroaerofil Ketergantungan akan #ks gen *erob obligat *erob obligat *naerob obligat

*ir ta-ar% sedimen laut% *naerob obligat

(ambar )" Pengaruh oksigen pada pola pertumbuhan mikroba. Media thioglikolat agar mampu membatasi difusi oksigen hanya sampai K bagian agar. !abung L) menunjukkan pertumbuhan mikroba aerob. !abung L" dan L3 menunjukkan pertumbuhan mikroba fakultatif anaerob% dan tabung L8 menunjukkan pertumbuhan mikroba anaerob.

Media thioglikolat agar #mengandung thioglikolat dan sistein$ dapat menunjukkan ketergantungan mikroba terhadap oksigen #(ambar )"$. Mikorba fakultatif anaerob tumbuh tersebar #dari atas sampai ba-ah$% anaerob kaku hanya tumbuh di dasar agar% dan aerob hanya tumbuh di atas saja. *erob obligat dan fakultatif anaerob mempunyai laju pertunmbuhan lebih tinggi daripada aerotoleran anaerob dan anaerob obligat. Hal ini karena aerob obligat dan fakultatif anaerob mempunyai kemampuan menghasilkan energi lebih tinggi dibandingkan aerotoleran anaerob dan anaerob obligat ketika melakukan respirasi dan metabolisme. Meskipun mikroba aerob memerlukan oksigen dalam pertumbuhannya% tetapi sebagian besar en+im mengalami kerusakan jika kontak dengan oksigen. 6leh karena itu mikroba melakukan detoksifikasi oksigen. Mekanisme detoksifikasi oksigen dapat dilihat pada (ambar 8.)3. 6ksigen bereaksi menjadi " produk utama dalam sel yaitu hidrogen peroksida #H"6"$ dan superoksida radikal #6",$. Kedua produk ini sangat berbahaya bagi sel karena dapat memicu karsinogenesis. 6leh karena itu% mikroba menetralisir hidrogen peroksida dan radikal superoksida dengan en+im katalase dan superoksida dismutase menjadi oksigen dan air.

(ambar )3 Mekanisme detoksifikasi oksigen

K#nsentras I#n H 'r#gen (&H) Di dalam air konsentrasi ion hidrogen bervariasi antara )4)/ ,)8 M #pH )8$ sampai ) M #pH /$. Mikroba dapat ditemukan disetiap lingkungan berpH )G)8% tetapi sebagian besar ditemukan pada lingkungan berpH . #netral$. Berdasarkan ketergantungan terhadap pH% maka mikroba dapat dikelompokkan menjadi = kelompok yaitu asidofil% netrofil% alaklifil% alaklifil ekstrim% dan asidofil ekstrim #(ambar 8.)8$. Bakteri Thiobacillus dan Sulfolobus merupakan mikroba asidofil yang mampu hidup pada lingkungan berpH )G=%=% sedangkan mikroba patogen

Streptococcus merupakan mikroba netrofil dengan kisaran pertumbuhan pada lingkungan berpH 9%=G0 #!abel 8.3$. Mikroba alaklifil lebih memilih hidup di lingkungan berpH 0G))% yaitu di danau bersoda dan tanah berkarbonat.

(ambar )8 Pengelompokan mikroba berdasarkan nilai pH pertumbuhannya

!abel 3 &ilai pH lingkungan untuk pertumtumbuhan berbagai mikroba Organ sme Thiobacillus thiooxidans Sulfolobus acidocaldarius #acillus acidocaldarius ,y"o"onas lindneri 'actobacillus acidophilus Staphylococcus aureus Escherichia coli Clostridiu" sporogenes Er-inia caratovora *seudo"onas aeruginosa Streptococcus pneu"oniae &itrobacter spp. Hab tat Daerah kaya &H M n sulfur /.= )./ "./ 3.= &H O&t "./,".0 "./,3./ 8./ =.=,9./ =.0,9.9 ../,..= 9./,../ 9./,..9 ..) 9.9,../ ..0 ..9,0.9 &H Maks 8./,9./ =./ 9./ ..= 9.0 E.3 E./ 0.=,E./ E.3 0./ 0.3 )/./

#biasanya asam$ Mata air sulfur asam Mata air panas asam 'ingkungan tinggi gula He-an%

tumbuhan% 8./,8.9

materi terbusukan Permukaan he-an% 8." rongga hidung% kulit Csus he-an 8.8 !anah dan sedimen =./,=.0 anaerobik Patogen tanaman CbiJuitous Patogen he-an CbiJuitous =.9 =.9 9.= 9.9

Meskipun hidup di lingkungan berpH jauh dari netral% tetapi mikroba asidofil dan alaklifil mampu menjaga nilai pH sitoplasma sekitar netral #!abel 8.8$. Mikroba

asidofil mampu hidup sampai nilai pH eksternal ),8% tetapi nilai pH intrasel 9%=. Dengan demikian bakteri asidofil mampu mempertahankan gradien pH lebih dari "%= unit. Demikian juga untuk bakteri neutrofil dan alkalifil. Bakteri neutrofil mampu mempertahankan gradien pH sekitar /%=,)%= unit dan bakteri alkalifil mampu mempertahankan gradien pH sekitar )%=," unit. Stabilitas nilai pH intrasel sangat penting% karena aktivitas metabolisme pada umumnya bekerja maksimal pada lingkungan berpH netral. Cntuk menjaga stabilitas nilai pH intrasel% sel prokariota harus dapat menjaga gradien pH antara eksternal dan intrasel semaksimal mungkin. Mekanisme mempertahankan kestabilan nilai pH internal terhadap perubahan nilai pH eksternal disebut homeostasis pH. !abel 8 &ilai pH di dalam dan di luar sel pada mikroba netrofil% asidofil% dan alkalifil. M kr#ba &eutrofil *sidofil *lkalifil N la &H luar 9,0 ),8 E,)" N la &H 'alam %ra' en &H .%=,0%/ 9%=,.%/ 0%8,E%/ ( &H) /%=G)%= M"%= )%=G"%/

(ambar )= Mekanisme homeostasis pH.

Banyak faktor yang mempengaruhi nilai pH intrasel. Salah satu faktor adalah kapasitas bufer sitoplasma dan metabolisme produksi asam dan basa. &amun faktor utama dalam homeostasis pH adalah mengatur keluar,masuknya proton. Ketika nilai pH intrasel menjadi sangat asam #akibat perubahan nilai pH eksternal menjadi asam$%

maka proton akan dipompa keluar #(ambar 8.)=%)$. Proses ini harus dinetralisir% yaitu dengan pengambilan K> #(ambar 8.)=% "$. Sebaliknya ketika nilai pH intrasel menjadi alkali% maka sel melakukan pengambilan proton dan memompa keluar &a> atau K> #(ambar 8.)=% 3 dan 8$. 6leh karena itu% penghambatan pompa proton mengakibatkan nilai pH intrasel sama dengan nilai pH eksternal #pH internal 5 pH eksternal$. K#nsentras S#lut (Keterse' aan A r) *ir merupakan pelarut universal yang dapat melarutkan sebagian besar molekul untuk kehidupan. 6leh karena itu organisme mutlak memerlukan air untuk kehidupannya. 6leh karena itu% dengan membuang aor dari makanan mampu menga-etkan makanan dari kontaminasi mikorba% sehingga umur makanan menjadi lama. Ketersediaan air #aktivitas air$ merupakan ukuran seberapa banyak air bebas untuk keperluan reaksi seluler. *ir murni memiliki aktivitas air sebanyak )//N. Konsentrasi air dapat diperkecil dengan mengevaporasi maupun dengan mengikatnya dengan solut. Semakin tinggi konsentrasi solut% maka kecil aktivitas air. Meningkatnya konsentrasi solut berpengaruh pada sel. Sel akan mengeluarkan air untuk menetralisir lingkungan yang pekat solut% sehingga sel mengalami plasmolisis. Sebaliknya jika konsentrasi solut rendah% maka air akan masuk ke dalam sel% sehingga sel berpotensi pecah. Cntungnya mikroba memiliki membran sel dan dinding sel yang mampu menahan tekanan osmotik akibat proses osmosis. Semakin pekat konsentrasi solut juga akan menyulitkan kerja en+im% karena kerja en+im terhadao solut memerlukan sejumlah air. *kibatnya en+im tidak bekerja dengan baik. Mikroba yang memerlukan konsentrasi garam tinggi dalam lingkungan disebut halofil. Halofil lemah% moderat% dan ekstrim memerlukan konsentrasi garam masing, masing sebesar )G9N% 9G)=N% dan )=G3/N. Mikroba halotoleran masih dapat tumbuh sampai kadar garam )=N tetapi tumbuh baik jika tidak ada garam. Mikroba yang mampu tumbuh pada lingkungan berkadar gula tinggi disebut osmofil. Mikroba yang mampu tumbuh di lingkungan kering disebut 4erofil.

Вам также может понравиться