Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Dari anamnese didapatkan keluhan utama penderita datang ialah sesak nafas. Keluhan sesak nafas pada anak dapat disebabkan oleh infeksi saluran nafas, alergi, penyakit ginjal, penyakit jantung bawaan, ataupun gangguan metabolik. Keluhan sesak nafas pada penderita dirasakan secara perlahan, didahului oleh batuk tidak berdahak disertai pilek yang kemudian menjadi batuk berdahak warna kuning kental banyaknya setengah sendok teh, terdengar suara nafas grokgrok, sesak tidak dipengaruhi oleh aktivitas ataupun cuaca, tidak ada riwayat menyusui yang terhenti-henti, tidak ada riwayat biru saat menangis, tidak ada gangguan BAK. Penderita juga mengeluhkan demam tinggi terus menerus turun setelah diberikan obat sanmol tetapi setelah efek obat habis demam kembali naik. Dari keluhan penderita ini dapat disimpulkan sesak nafas yang dideritanya akibat infeksi saluran nafas. Infeksi saluran nafas yang mungkin terjadi pada pasien ini antara lain bronkopneumonia atau bronkiolitis. Dari hasil pemeriksaan fisik didapat anak tampak sakit sedang dengan RR 58x/m, Temperatur 37,4C, nadi 140x/m, adanya nafas cuping hidung, retraksi epigastrium, serta adanya ronki basah halus nyaring pada kedua lapangan paru pada auskultasi yang mengarahkan diagnosa penderita ialah bronkopneumonia. Dari anamnesa penderita juga mengeluh adanya muntah frekuensi 2x sebanyak 5 sendok makan, isi apa yang dimakan, muntah tidak menyemprot, bab cair (+), frekuensi 4 x, warna kuning, lendir (-), darah (-),tidak menyemprot, kembung (-). Anak masih mau makan dan minum tetapi nafsu makan cenderung menurun. Pada pemeriksaan fisik didapatkan mata cekung tidak ada, air mata ada, cubitan kulit perut kembali cepat. Dari anamnesis dan pemeriksaan fisik tersebut mengarahkan diagnosa penderita ialah diare akut tanpa dehidrasi ec infeksi virus. Untuk penatalaksanaan pada penderita ini diberikan terapi suportif berupa oksigen sebanyak 1 liter per menit melalui nasal canule untuk membantu
48
49
mencukupi kebutuhan oksigen penderita agar tidak terjadi hipoksia jaringan dan IVFD D10 NS, selain itu untuk terapi kausatif diberikan antibiotik sesuai dengan standar penatalaksanaan yakni pemberian ampicillin dengan dosis 250 mg yang diberikan sebanyak 3 dalam sehari serta kloramfenikol dengan dosis 250mg diberikan 3x dalam sehari. Prognosis pada kasus ini, dapat sembuh total, mortalitas kurang dari 1%, mortalitas bisa lebih tinggi didapatkan pada anak-anak dengan keadaan malnutrisi energi-protein berat dan datang terlambat untuk pengobatan. Interaksi sinergis antara malnutrisi dan infeksi sudah lama diketahui. Infeksi berat dapat memperjelek keadaan melalui asupan makanan dan peningkatan hilangnya zat-zat gizi esensial tubuh. Sebaliknya malnutrisi ringan memberikan pengaruh negatif pada daya tahan tubuh terhadap infeksi. Kedua-duanya bekerja sinergis, maka malnutrisi bersama-sama dengan infeksi memberi dampak negatif yang lebih besar dibandingkan dengan dampak oleh faktor infeksi dan malnutrisi apabila berdiri sendiri.