Вы находитесь на странице: 1из 30

DISUSUN OLEH KELOMPOK 7 1. A.R.FRIMAINA 2. DIANRI N.SALUTONDOK 3. EMILDA MANGA (C.09.14201.001) (C.09.14201.

013)

(C.09.14201.014)

4. SCENTY DWI JAYANTI (C.09.14201.043)

III A_ S1 KEPERAWATAN STIK STELLA MARIS MAKASSAR

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmatnya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas kelompok kami Keperawatan Pada Anak Dengan Respiratory Distress yang berjudul Asuhan Syndrome tepat pada

waktunya.kami selaku penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing yang telah membantu kami dalam menyelesaikan tugas ini,dan pihak-pihak terkait yang telah memberikan banyak bantuan kepada kelompok kami. Kami menyadari bahwa Asuhan keperawatan Pada Anak Dengan Respiratory Distress Syndrome" ini tentunya masih belum sepenuhnya sempurna ,oleh karena itu kami harap bagi pembaca untuk memberikan saran dan kritik yang membangun untuk kesempurnaan dari Asuhan keperawatan Pada Anak Dengan Respiratory Distress Syndrome ini. Kami berharap Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Respiratory Distress Syndrome dapat bermanfaat.

Makassar,

November 2011

Penulis

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Penyakit saluran pernapasan merupakan salah satu penyebab kesakitan dan kematian yang paling sering dan penting pada anak, terutama pada bayi, karena saluran pernafasannya masih sempit dan daya tahan tubuhnya masih rendah. Disamping faktor organ pernafasan, keadaan pernafasan bayi dan anak juga dipengaruhi oleh beberapa hal lain, seperti suhu tubuh yang tinggi, terdapatnya sakit perut, atau lambung yang penuh. Penilaian keadaan pernafasan dapat dilaksanakan dengan mengamati gerakan dada dan atau perut. Neonatus normal biasanya mempunyai pola pernafasan abdominal. Bila anak sudah dapat berjalan pernafasannya menjadi thorakoabdominal. Pola pernafasan normal adalah teratur dengan waktu ekspirasi lebih panjang daripada waktu inspirasi, karena pada inspirasi otot pernafasan bekerja aktif, sedangkan pada waktu ekspirasi otot pernafasan bekerja secara pasif.pada keadaan sakit dapat terjadi beberapa kelainan pola pernafasan yang paling sering adalah takipeu. Gangguan pernafasan pda bayi dan anak dapat disebabkan oleh berbagai kelainan organic,trauma,alergi,infeksi dan lain-lain.Gabgguan dapat terjadi sejak bayi baru lahir.Gangguan pernafasan yang sering didapatkan pada bayi baru lahir (BBL) termasuk respiratory distress syndrome (RDS) atau idiopatic respiratory distress syndrome (IRDS) yang terdapat pada bayi prematur,sindrom gawat nafsa pada neonatus (SGNN) dalam bahasa inggris disebut respiratory distess syndrome,merupakan gejala terdiri dari dispneu atau hiperpneu. Syndrom ini dapat terjadi karena ada kelainan didalam atau diluar paru.Oleh karena itu,tindakannya disesuaikan dengan penyebab sindrom ini.Beberapa kelainan dalam paru yang menunjukan sindrom ini adalah pneumothoraks/pneumomediastinum,penyakit membran hialin (PMH),pneumonia,aspirasi,dan sindrom Wilson-Mikity (Ngastiyah,1999). RDS terjadi pada bayi prematur atau kurang bulan,karena produksi surfaktan ,yang dimulai sejak kehamilan minggu ke 22,makin besar pula kemungkinan terjadi RDS dan kelainan ini merupakan penyebab utama kematian bayi prematur. Banyak teori yang menerangkan patogenesis dari syndrom yang berhubungan dengan keruskan awak paru-paru yang terjadi dimembran kapiler alveolar. Adanya peningkatan permeabilitas kapiler dan akibat masuknya cairan kedalam ruangan interstial,seolah olah dipengaruhi oleh aktifitas surfaktan.Akibatnya terjadi tanda-tanda atelektasis.Cairan juga masuk dalam alveoli dan menyebabkan oedema paru.Plasma dan sel darah merah keluar daru kapiler-kapiler yang rusak,oleh karena itu mungkin pendarahan merupakan manifestasi patologi.

B. TUJUAN
Tujuan Umum Mahasiswa dapat memahami dan memberikan asuhan keperawatan anak pada klien dengan Respiratory Distress Syndrome (RDS)/ Hyaline Membrane Disease (HMD) Tujuan Khusus 1). Mahasiswa dapat memahami dan menjelaskan tentang konsep medis dari askep anak pada klien RDS/HMD , yang konsepnya terdiri dari anatomi fisiologi, defenisi, etiologi, klasifikasi, patofisiologi, patoflowdiagram, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik dan komplikasi. 2). Mahasiswa dapat memahami, menentukan, dan menjelaskan tentang konsep keperawatan dari askep anak pada klien RDS/HMD, yang konsepnya terdiri dari pengkajian keperawatan, diagnosa keperawatan dan intervensi keperawatan (dengan rasionalnya).

C. EPIDEMIOLOGI
Prevalensi sindrom gangguan nafas neonatus sangat bervariasi.Menurut Farrel dan Avery (dikutip Yu, 1986 ). Penyakit membran hialin prevalensinya adalah 1% dari semua kelahiran dan 14% pada BBLR. Prevalensinya akan sangat meningkat bila prevalensi BBLR meningkat karena sebagian besar sindrom gangguan nafas neonatus disebabkan oleh penyakit membra hialin . PMH terutama pada bayi prematur, jarang ditemukan pada bayi aterm. Frekuensinya meningkat dengan makin pendeknya masa kehamilan. Penyakit ini terjadi pada kira-kira 10% seluruh bayi prematur dengan insiden terbesar pada bayi-bayi yang memiliki berat badan kurang dari 1500 gram. Dengan kata lain insiden berbanding terbalik dengan usia kehamilan dan berat badan bayi. Kejadian penyakit akan meningkat pada bayi lahir kurang bulan (terutama bayi dengan masa gestasi kurang dari 34 minggu). Penyakit ini dapat ditemukan oada sekitar 60% bayi yang berumur kurang dari 28 minggu kehamilan, pada sekitar 15-20% bayi yang berusia kehamilan antara 32-36 minggu dan sekitar 5% bayi yang berusia lebih dari 37 minggu kehamilan dan penyakit ini jarang ditemukan pada bayi aterm. Diperkirakan bahwa 50% dari semua kematian neonatus disebabkan oleh penyakit membran hialin atau komplikasinya dan penyakit ini bertanggung jawab atas 10.000-40.000 kematian setiap tahun. Persentase kejadian menurut usia kehamilan adalah 60-80% terjadi pada bayiyang lagir dengan usia kehamilan kurang dari 28 minggu, 15-30% pada bayi antara 32-36 minggu dan jarang sekali ditemukan pada bayi cukup bulan(matur). Insidens pada bayi premature kulit putih lebih tinggi dari pada bayi kulit hitam dan lebih sering

terjadi p a d a b a y i l a k i l a k i d a r i p a d a b a y i p e r e m p u a n ( N e l s o n , 1 9 9 9 ) . S e l a i n i t u k e n a i k a n frekuensi juga ditemukan pada bayi yang lahir dari ibuyang menderita gangguan perfusidarah uterus selama kehamilan misalnya,ibu penderita diabetes, hipertensi, hipotensi,seksio serta perdarahan antepartum.

BAB II PEMBAHASAN

A. KONSEP MEDIK

1.

ANATOMI FISIOLOGI

Saluran Nafas Bagian Atas a. Rongga hidung Udara yang dihirup melalui hidung akan mengalami tiga hal : -Dihangatkan -Disaring -Dan dilembabkan Yang merupakan fungsi utama dari selaput lendir respirasi ( terdiri dari : Psedostrafiedciliated columnar epitelium yang berfungsi menggerakkan partikel partikel halus kearah faring sedangkan partikel yang besar akan disaring oleh bulu hidung, sel golbet dan kelenjar serous yang berfungsi melembabkan udara yang masuk, pembuluh darah yang berfungsi menghangatkan udara). Ketiga hal tersebut dibantu dengan concha. Kemudian udara akan diteruskan ke b. Nasofaring (terdapat pharyngeal tonsil dan Tuba Eustachius) c. Orofaring (merupakan pertemuan rongga mulut dengan faring,terdapat pangkal lidah) d. Laringofaring(terjadi persilangan antara aliran udara dan aliran makanan)

Saluran Nafas Bagian Bawah a. Laring

Terdiri dari tiga struktur yang penting -Tulang rawan krikoid - Selaput/pita suara - Epilotis - Glotis b. Trakhea Merupakan pipa silider dengan panjang 11 cm, berbentuk cincin tulang rawan seperti huruf C. Bagian belakang dihubungkan oleh membran fibroelastic menempel pada dinding depan usofagus. c. Bronkhi Merupakan percabangan trakhea kanan dan kiri. Tempat percabangan ini disebut carina. Brochus kanan lebih pendek, lebar dan lebih dekat dengan trachea. Bronchus kanan bercabang menjadi : lobus superior, medius, inferior. Brochus kiri terdiri dari : lobus superior dan inferior

Alveoli Terdiri dari : membran alveolar dan ruang interstisial. Membran alveolar : Small alveolar cell dengan ekstensi ektoplasmik ke arah rongga alveoli Large alveolar cell mengandung inclusion bodies yang menghasilkan surfactant. Anastomosing capillary, merupakan system vena danarteri yang saling berhubungan

langsung, ini terdiri dari : sel endotel, aliran darah dalam rongga endotel Interstitial space merupakan ruangan yang dibentuk oleh : endotel kapiler, epitel alveoli,

saluran limfe, jaringan kolagen dan sedikit serum.

Surfactant Mengatur hubungan antara cairan dan gas. Dalam keadaan normalsurfactant ini akan menurunkan tekanan permukaan pada waktu ekspirasi, sehingga kolaps alveoli dapat dihindari. Paru Merupakan jalinan atau susunan bronhus bronkhiolus, bronkhiolus terminalis, bronkhiolus respiratoty, alveoli, sirkulasi paru, syaraf, sistem limfatik.

Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-paru memilki : 1. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas calvicula 2. permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada 3. permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung. 4. dan basis. Terletak pada diafragma paru-paru juga Dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura. Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150 juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk tempat permukaan/pertukaran gas.

Rongga dan Dinding Dada Rongga ini terbentuk oleh: Otot otot interkostalis Otot otot pektoralis mayor dan minor Otot otot trapezius Otot otot seratus anterior/posterior Kosta- kosta dan kolumna vertebralis Kedua hemi diafragma

Yang secara aktif mengatur mekanik respirasi.

Sirkulasi Pulmonal Paru-paru mempunyai 2 sumber suplai darah, dari arteri bronkialis dan arteri pulmonalis. Darah di atrium kanan mengair keventrikel kanan melalui katup AV lainnya, yang disebut katup semilunaris (trikuspidalis). Darah keluar dari ventrikel kanan dan mengalir melewati katup keempat, katup pulmonalis, kedalam arteri pulmonais. Arteri pulmonais bercabang-cabang menjadi arteri pulmonalis kanan dan kiri yang masing-masing mengalir keparu kanan dan kiri. Di paru arteri pulmonalis bercabang-cabang berkali-kali menjadi erteriol dan kemudian kapiler. Setiap kapiler memberi perfusi kepada saluan pernapasan, melalui sebuah alveolus, semua kapiler menyatu kembali untuk menjadi venula, dan venula menjadi vena. Vena-vena menyatu untuk membentuk vena pulmonalis yang besar. Darah mengalir di dalam vena pulmonalis kembali keatrium kiri untuk menyelesaikan siklus aliran darah. Jantung, sirkulasi sistemik, dan sirkulasi paru. Tekanan darah pulmoner sekitar 15 mmHg. Fungsi sirkulasi paru adalah karbondioksida dikeluarkan dari darah dan oksigen diserap, melalui siklus darah yang kontinyu mengelilingi sirkulasi sistemik dan par, maka suplai oksigen dan pengeluaran zat-zat sisa dapat berlangsung bagi semua sel.

2.

DEFENISI Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang. Sindroma Gawat Pernafasan (dulu disebut Penyakit Membran Hialin) adalah suatu keadaan dimana kantung udara (alveoli) pada paru-paru bayi tidak dapat tetap terbuka karena tingginya tegangan permukaan akibat kekurangan surfaktan. RDS adalah gangguan pernafasan yang terjadi pada bayi premature dengan tanda-tanda takipnue (>60x/mnt), retraksi dada, sianosis pada udara kamar, yang menetap atau memburuk pada 48-96 jam kehidupan dengan x-ray thorak yang spesifik. Tanda-tanda klinik sesuai dengan

besarnya bayi, berat penyakit, adanya infeksi, dan ada tidaknya shunting darah melalui PDA (Stark, 1986). Sindrom distres pernafasan adalah perkembangan yang imatur pada sistem pernafasan atau tidak adekuatnya jumlah surfaktan dalam paru. RDS dikatakan sebagai Hyaline Membrane Disease (Suryadi dan Yuliani, 2001).

3.

ETIOLOGI Defesiensi atau kerusakan surfaktan. Ada 4 faktor penting penyebab defisiensi surfaktan pada RDS yaitu prematur, asfiksia perinatal, maternal diabetes, seksio

sesaria. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membran Disease (HMD) didapatkan pada 10% bayi prematur, yang disebabkan defisiensi surfaktan pada bayi yang lahir dengan masa gestasi kurang. Surfaktan biasanya didapatkan pada paru yang matur. Produksi surfaktan ini dimulai sejak kehamilan minggu ke-22, makin muda usia kehamilan, makin besar pula kemungkinan terjadi RDS. Fungsi surfaktan untuk menjaga agar kantong alveoli tetap berkembang dan berisi udara, sehingga pada bayi prematur dimana surfaktan masih belum berkembang menyebabkan daya berkembang paru kurang dan bayi akan mengalami sesak nafas. Gejala tersebut biasanya muncul segera setelah bayi lahir dan akan bertambah berat. Bayi yang sangat prematur mungkin tidak mampu untuk memulai proses pernafasan karena tanpa surfaktan paru-paru menjadi sangat kaku. Bayi yang lebih besar bisa memulai proses pernafasan, tetapi karena paru-paru cenderung mengalami kolaps, maka terjadilah sindroma gawat pernafasan. Kelainan ini merupakan penyebab utama kematian bayi prematur (50-70%).

4.

KLASIFIKASI a. Gangguan nafas berat Dikatakan gangguan nafas berat adalah Frekuensi nafas lebih dari 60x permenit dengan sianosis sentral dan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi b. Gangguan nafas sedang Dikatakan gangguan nafas sedang apabila Frekuensi nafas 60 90x permenit dengan tarikan dinding dada atau merintih saat ekspirasi tetapi tanpa sianosis sentral c. Gangguan nafas ringan Dikatakan gangguan nafas ringan adalah Frekuensi nafas 60 - 90x permenit tanpatarikan dinding dada tanpa merintih saat ekspirasi atau sianosis sentral.

5.

PATOFISIOLOGI

Sampai saat ini Penyakit Membran Hialin dianggap terjadi kaena defisiensi pembentukan zat surfaktan pada paru bayi yang belum matang. Surfaktan adalah zat yang berperan dalam pengembangan paru dan merupakan suatu kompleks yang terdiri dari dipalmitil fosfatidilkolin (lesitin), fosfatidil gliserol, apoprotein, kolesterol. Senyawa utama zat tersebut adalah lesitin yang mulai dibentuk pada umur kehamilan 22 24 minggu dan berjumlah cukup untuk berfungsi normal setelah minggu ke 35. Agen aktif ini dilepaskan ke dalam alveolus untuk mengurangi tegangan permukaan dan membantu mempertahankan stabilitas alveolus dengan jalan mencegah kolapsnya ruang udara kecil pada akhir ekspirasi. Namun karena adanya imaturitas, jumlah yang dihasilkan atau dilepaskan mungkin tidak cukup memenuhi kebutuhan pasca lahir. Alveolus akan kembali kolaps setiap akhir ekspirasi sehingga untuk pernafasan berikutnya dibutuhkan tekanan negatif intratoraks yang lebih besar yang disertai usaha inspirasi yang lebih kuat. Kolaps paru ini akan menyebabkan terganggunya ventilasi sehingga terjadi hipoksia, retensi CO2 dan asidosis.

Hipoksia akan menyebabkan terjadinya : * Oksigenasi jaringan menurun > metabolisme anerobik dengan penimbunan asam laktat asam organic > asidosis metabolic. * Kerusakan endotel kapiler dan epitel duktus alveolaris > transudasi kedalam alveoli > terbentuk fibrin > fibrin dan jaringan epitel yang nekrotik > lapisan membrane hialin. Asidosis dan atelektasis juga menyebabkan terganggunya sirkulasi darah dari dan ke jantung. Demikian pula aliran darah paru akan menurun dan hal ini akan mengakibatkan berkurangnya pembentukan substansi surfaktan.yang menyebabkan terjadinya atelektasis. Sel tipe II ini sangat sensitive dan berkurang pada bayi dengan asfiksia pada periode perinatal, dan kematangannya dipacu dengan adanya stress intrauterine seperti hipertensi, IUGR dan kehamilan kembar. Secara singkat patofisiologinya dapat digambarkan dalam bentuk lingkaran setan, sbb : Atelektasis hipoksemia asidosis transudasi penurunan aliran darah paru hambatan pembentukan zat surfaktan atelekstasis. Hal ini berlangsung terus sampai terjadi penyembuhan atau kematian.

Selain imaturitas pada paru, bayi prematur juga mengalami imatur pada sistem pencernaannya, dimana sistem pencernaan bayi prematur belum berfungsi secara optimal sepenuhnya. Hal

tersebut mengakibatkan motalitas usus menurun sehingga terjadi pe kemampuan pencernaan & absorbsi makanan berkurang.

6.

PATOFLOWDIAGRAM Bayi prematur

Imaturitas Paru

Imaturitas sistem pencernaan

Defisiensi Surfaktan

Motilitas usus me

Kemampuan paru mempertahankan Stabilitasnya terganggu

Kemampuan digesti &absorbsi makanan me

Kolaps alveolar & paru

T&G: -BB me -Diare

Kompensasi tekanan intratoraks me

-anoreksia, vomitus

Usaha inspirasi lebih kuat

ggn pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d imaturitas

Ventilasi terganggu

sistem pencernaan

Hipoksia

retensi CO2

asidosis respiratory

transudasi Kerusakan endotel kapiler epitel duktus alveoli metabolisme anaerobik ggn perfusi jaringan b/d terbentuknya fibrin penimbunan asam laktat suplai O2 ke jaringan hambatan pembentukan surrfaktan terbentuknya lapisan asidosis metabolik O2 jaringan me T&G:-sianosis -dispneu pe aliran darah ke paru

membran hialin

atelektasis

Pola napas tdk efektif b/d defisiensi surfaktan

T & G:-Takipnea,bradikardi -grunting ekspirasi -pernapasan cuping hidung, hipotensi

7.

MANIFESTASI KLINIK Bayi penderita penyakit membran hialin biasanya bayi kurang bulan yang lahir dengan berat badan antara 1200 - 2000 gram dengan masa gestasi antara 30 - 36 minggu. Jarang ditemukan pada bayi dengan berat badan lebih 2500 gram dan masa gestasi lebih 38 minggu. Gejala klinis biasanya mulai terlihat pada beberapa jam pertama setelah lahir terutama pada umur 6 - 8 jam. Gejala karakteristik mulai timbul pada usia 24 - 72 jam dan setelah itu keadaan bayi mungkin memburuk atau mengalami perbaikan. Bila keadaan membaik, gejala akan menghilang pada akhir minggu pertama. Gangguan pernafasan pada bayi terutama disebabkan oleh atelektasis dan perfusi paru yang menurun. Keadaan ini akan memperlihatkan gambaran klinis seperti: - Dispnea - Merintih Saat Ekspirasi (Grunting) - Takipnea (Frekwensi Pernafasan > 60 / Menit) - Pernafasan Cuping Hidung - Retraksi Dinding Thoraks (Suprasternal, Epigastrium Atau Interkostal) Pada Saat Inspirasi - Sianosis Gejala-gejala ini timbul dalam 24 jam pertama sesudah bayi lahir dengan gradasi yang berbeda-beda. Namun yang ada ialah dispnea, sehingga dapat kita katakan bahwa kita menghadapi sindrom gawat nafas bila kita menemukan adanya dispnea. Dispnea adalah kesulitan ventilasi paru. Pada ventilasi paru yang normal tidak dibutuhkan frekuensi ventilasi ekstra atau bantuan otot pernafasan tambahan. Sehingga kalau telah ada dispnea maka akan terjadi takipnea., pernafasan cuping hidung, retraksi dinding thoraks dan sianosis. Jadi praktisnya bila kita melihat adanya dispnea pada neonatus pada dasarnya kita berhadapan dengan sindrom gangguan nafas pada neonatus. Selain tanda gangguan pernafasan, ditemukan gajala lain misalnya brakikardia, hipotensi, kardiomegali, pitting oedema terutama di dorsal tangan/kaki, hipotermia, tonus

otot menurun dan terdapatnya gejala sentral. Semua gejala tambahan ini sering ditemukan pada penyakit membran hialin yang berat atau yang sudah mengalami komplikasi. Gejala-gejala dan tanda-tanda penyakit ini dapat mencapai puncaknya dalam waktu 3 hari, kemudian akan mulai terjadi perbaikan yang berangsur-angsur. Kematian jarang terjadi setelah 3 hari, kecuali pada bayi yang perjalanan penyakitnya fatal.

Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe : 0 Frekuensi Nafas Retraksi Sianosis Tidak ada retraksi Tidak sianosis Retraksi ringan Sianosis hilang dengan O2 Retraksi berat Sianosis menetap walaupun diberi O2 Air Entry Merintih Udara masuk Tidak merintih Penurunan ringan udara masuk Dapat didengar dengan stetoskop Dapat didengar tanpa alat bantu < 60x/menit 1 60-80 x/menit 2 >80x/menit

Evaluasi Respiratory Distress Skor Downe Skor < 4 Skor 4 5 Skor > 6 gangguan pernafasan ringan gangguan pernafasan sedang gangguan pernafasan berat (pemeriksaan gas darah harus dilakukan)

8.

KOMPLIKASI Komplikasi jangka pendek dapat terjadi : 1. kebocoran alveoli : Apabila dicurigai terjadi kebocoran udara ( pneumothorak, pneumomediastinum, pneumopericardium, emfisema intersisiel ), pada bayi dengan RDS yang tiba-tiba memburuk dengan gejala klinikal hipotensi, apnea, atau bradikardi atau adanya asidosis yang menetap. 2. Jangkitan penyakit karena keadaan penderita yang memburuk dan adanya perubahan jumlah leukosit dan thrombositopeni. Infeksi dapat timbul kerana tindakan invasiv seperti pemasangan jarum vena, kateter, dan alat-alat respirasi.

3. Perdarahan intrakranial dan leukomalacia periventrikular : perdarahan intraventrikuler terjadi pada 20 - 40% bayi prematur dengan frekuensi terbanyak pada bayi RDS dengan ventilasi mekanik.

Komplikasi jangka panjang dapat disebabkan oleh keracunan oksigen, tekanan yang tinggi dalam paru, memberatkan penyakit dan kekurangan oksigen yang menuju ke otak dan organ lain. Komplikasi jangka panjang yang sering terjadi : 1. Bronchopulmonary Dysplasia (BPD): merupakan penyakit paru kronik yang disebabkan pemakaian oksigen pada bayi dengan masa gestasi 36 minggu. BPD berhubungan dengan tingginya volume dan tekanan yang digunakan pada waktu menggunakan ventilasi mekanik, adanya infeksi, inflamasi, dan defisiensi vitamin A. Insiden BPD meningkat dengan menurunnya masa gestasi. 2. Retinopathy prematur Kegagalan fungsi neurologi, terjadi sekitar 10 - 70% bayi yang berhubungan dengan masa gestasi, adanya hipoxia, komplikasi intrakranial, dan adanya infeksi.

9.

PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK Gambaran Rontgen Berdasarkan gambaran rontgen, paru-paru dapat memberikan gambaran yang karakteristik, tapi bukan patognomonik, meliputi gambaran retikulogranular halus dari parenkim dan gambaran air bronchogram tampak lebih jelas di lobus kiri bawah karena superimposisi dengan bayangan jantung. Awalnya gambaran rontgen normal, gambaran yang tipikal muncul dalam 6-12 hari. Gambaran rontgen HMD dapat dibagi jadi 4 tingkat Stage I : gambaran reticulogranular Stage II : Stage I disertai air bronchogram di luar bayangan jantung Stage III : Stage II disertai kesukaran menentukan batas jantung. Stage IV : Stage III disertai kesukaran menentukan batas diafragma dan thymus. Gambaran white lung.

Laboratorium Dari pemeriksaan laboratorium, pemeriksaan Hb, Ht dan gambaran darah tepi tidak menunjukan tanda-tanda infeksi. Kultur darah tidak terdapat Streptokokus. Analisis gas darah awalnya dapat ditemukan hipoksemia, dan pada keadaan lanjut ditemukan hipoksemia progresif, hipercarbia dan asidosis metabolik yang bervariasi. Kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan laboratorium diantaranya ialah pemeriksaan darah: kadar asam laktat dalam darah meninggi kadar bilirubin lebih tinggi bila dibandingkan dengan bayi normal dengan berat badan sama kadar PaO2 menurun disebabkan berkurangnya doksigenasi di dalam paru dan karena adanya pirau arteri vena Kadar PaO2 meninggi, karena gangguan ventilasi dan pengeluaran CO2 sebagai akibat atelektasis paru PH darah menurun dan defisit basa meningkat akibat adanya asidosis respiratorik dan metabolik tubuh Juga diperkirakan pemeriksaan: Hb dan hematokrit untuk petunjuk perlu tidaknya plasma espander bila bayi jatuh dalam syok pencarian ke arah sepsis, termasuk darah tepi lengkap, termasuk trombosit, kultur darah, cairan amnion dan urin,CRP elektrolit golongan darah serum glukosa (dapat rendah atau tinggi)

Echocardiografi Echocardiografi dilakukan untuk mendiagnosa PDA dan menentukan arah dan derajat pirau. Juga berguna untuk mendiagnosa hipertensi pulmonal dan menyingkirkan kemungkinan adanya kelainan struktural jantung.

Tes kocok (Shake test) Dari aspirat lambung dapat dilakukan tes kocok. Aspirat lambung diambil melalui nasogastrik tube pada neonatus sebanyak 0,5 ml. Lalu tambahkan 0,5 ml alkohol 96 %, dicampur di dalam tabung 4 ml, kemudian dikocok selama 15 detik dan didiamkan selama 15 menit. Neonatus imatur : tidak ada gelembung 60 % resiko terjadi HMD +1 : gelembung sangat kecil pada meniskus (< 1/3) 20 % resiko terjadi HMD +2 : gelembung satu derat, > 1/3 permukaan tabung +3 : gelembung satu deret pada seluruh permukaan dan beberapa gelembung pada dua deret +4 : gelembung pada dua deret atau lebih pada seluruh permukaan neonatus matur

Amniosentesis Berbagai macam tes dapat dilakukan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya HMD, antara lain mengukur konsentrasi lesitin dari cairan amnion dengan melakukan amniosentesis (pemeriksaan antenatal). Rasio lesitin-spingomielin

Tes apung paru Tes apung paru-paru (docimacia pulmonum hydrostatica), dikerjakan untuk mengetahui apakah bayi yang diperiksa pernah hidup. Untuk melakukan test ini syaratnya mayat harus segar. Keluarkan alat-alat dalm rongga mulut, leher dan rongga dada dalam satu kesatuan, pangkal dari esofagus dan trakhea boleh diikat. Apungkan seluruh alat-alat tersebut pada bak yang berisi air. Bila terapung, lepaskan organ paru-paru, baik yang kiri maupun yang kanan. Apungkan kedua organ paruparu tadi, bila terapung lanjutkan dengan pemisahan masing-masing lobus, kanan terdapat 5 lobus, kiri 2 lobus. Apungkan semua lobus tersebut, catat mana yang tenggelam, mana yang terapung. Lobus yang terapung diambil sebagian, yaitu tiap-tiap lobus 5 potong dengan ukuran 5mm x 5mm, dari tempat yang terpisah dan perifer. Apungkan ke-25 potongan kecil-kecil tersebut. Bila terapung, letakan potongan tersebut pada 2 karton, dan lakukan penginjakan dengan berat badan, kemudian dimasukkan kembali ke dalam air. Bila terapung berarti tes apung positif, paru-paru mengandung udara, bayi tersebut pernah dilahirkan hidup. Bila hanya sebagian yang terapung, kemungkinan terjadi pernafasan partial, bayi tetap pernah dilahirkan hidup.

10.PENATALAKSANAAN Menurut Suriadi dan Yuliani (2001) dan Surasmi,dkk (2003) tindakan untuk mengatasi masalah kegawatan pernafasan meliputi : 1) Mempertahankan ventilasi dan oksigenasi adekuat.

2) Mempertahankan keseimbangan asam basa. 3) Mempertahankan suhu lingkungan netral. 4) Mempertahankan perfusi jaringan adekuat. 5) Mencegah hipotermia. 6) Mempertahankan cairan dan elektrolit adekuat. Penatalaksanaan secara umum : a. Pasang jalur infus intravena, sesuai dengan kondisi bayi, yang paling sering dan bila bayi tidak dalam keadaan dehidrasi berikan infus dektrosa 5 %

10.Pantau selalu tanda vital 11.Jaga patensi jalan nafas 12.Berikan Oksigen (2 - 3 liter/menit dengan kateter nasal)
b. Jika bayi mengalami apneu Lakukan tindakan resusitasi sesuai tahap yang diperlukan Lakukan penilaian lanjut

c. Bila terjadi kejang potong kejang d. Segera periksa kadar gula darah e. Pemberian nutrisi adekuat

Setelah menajemen umum, segera dilakukan menajemen lanjut sesuai dengan kemungkinan penyebab dan jenis atau derajat gangguan nafas. Menajemen spesifik atau menajemen lanjut:

Gangguan nafas ringan Beberapa bayi cukup bulan yang mengalami gangguan napas ringan pada waktu lahir tanpa gejala-gejala lain disebut Transient Tacypnea of the Newborn (TTN). Terutama terjadi setelah bedah sesar. Biasanya kondisi tersebut akan membaik dan sembuh sendiri tanpa pengobatan. Meskipun demikian, pada beberapa kasus. Gangguan napas ringan merupakan tanda awal dari infeksi sistemik.

Gangguan nafas sedang Lakukan pemberian O2 2 - 3 liter/ menit dengan kateter nasal, bila masih sesak dapat diberikan O2 4 - 5 liter/menit dengan sungkup Bayi jangan diberi minukm Jika ada tanda berikut, berikan antibiotika (ampisilin dan gentamisin) untuk terapi kemungkinan besar sepsis. o o Suhu aksiler > 39C Air ketuban bercampur mekonium

Riwayat infeksi intrauterin, demam curiga infeksi berat atau ketuban pecah dini (> 18 jam)

Bila suhu aksiler 34 - 36,5 C atau 37,5 - 39C tangani untuk masalah suhu abnormal dan nilai ulang setelah 2 jam: o o Bila suhu masih belum stabil atau gangguan nafas belum ada perbaikan, berikan antibiotika untuk terapi kemungkinan besar seposis Jika suhu normal, teruskan amati bayi. Apabila suhu kembali abnormal ulangi tahapan tersebut diatas.

Bila tidak ada tanda-tanda kearah sepsis, nilai kembali bayi setelah 2 jam. Apabila bayi tidak menunjukan perbaikan atau tanda-tanda perburukan setelah 2 jam, terapi untuk kemungkinan besar sepsis. Bila bayi mulai menunjukan tanda - tanda perbaikan kurangai terapi O2 secara bertahap . Pasang pipa lambung, berikan ASI peras setiap 2 jam. Jika tidak dapat menyusu, berikan ASI peras dengan memakai salah satu cara pemberian minum.

Amati bayi selama 24 jam setelah pemberian antibiotik dihentikan. Bila bayi kembali tampak kemerahan tanpa pemberian O2 selama 3 hari, minumbaik dan tak ada alasan bayi tatap tinggal di Rumah Sakit bayi dapat dipulangkan.

Gangguan nafas ringan Amati pernafasan bayi setiap 2 jam selama 6 jam berikutnya. Bila dalam pengamatan ganguan nafas memburuk atau timbul gejala sepsis lainnya. Terapi untuk kemungkinan kesar sepsis dan tangani gangguan nafas sedang dan dan segera dirujuk di rumah sakit rujukan. Berikan ASI bila bayi mampu mengisap. Bila tidak berikan ASI peras dengan menggunakan salah satu cara alternatif pemberian minuman. Kurangi pemberian O2 secara bertahap bila ada perbaikan gangguan napas. Hentikan pemberian O2 jika frekuensi napas antara 30 - 60 kali/menit. Penatalaksanaan medis: Pengobatan yang biasa diberikan selama fase akut penyakit RDS adalah: Antibiotika untuk mencegah infeksi sekunder Furosemid untuk memfasilitasi reduksi cairan ginjal dan menurunkan caiaran paru Fenobarbital Vitamin E menurunkan produksi radikalbebas oksigen Metilksantin ( teofilin dan kafein ) untuk mengobati apnea dan untuk pemberhentian dari pemakaian ventilasi mekanik. (cusson,1992)

Salah satu pengobatan terbaru dan telah diterima penggunaan dalam pengobatan RDS adalah pemberian surfaktan eksogen ( derifat dari sumber alami misalnya manusia, didapat dari cairan amnion atau paru sapi, tetapi bisa juga berbentuk surfaktan buatan,

11.CONTINOUS POSITIF AIRWAY PRESSURE (CPAP) CPAP memperbaiki oksigenasi dengan meningkatkan functional residual capacity (FRC) melalui perbaikan alveoli yang kolaps, menstabilkan rongga udara, mencegahnya kolaps selama ekspirasi. CPAP diindikasikan untuk bayi dengan RDS PaO2 > 50%. Pemakainan secara nasopharyngeal atau endotracheal saja tidak cukup untuk bayi kecil, harus diberikan ventilasi mekanik bila oksigenasi tidak dapat dipertahankan. Pada bayi dengan berat lahir di atas 2000 gr atau usia kehamilan 32 minggu, CPAP nasopharyngeal selama beberapa waktu dapat menghindari pemakaian ventilator. Meski demikian observasi harus tetap dilakukan dan CPAP hanya bisa diteruskan bila bayi menunjukan usaha bernafas yang adekuat, disertai analisa gas darah yang memuaskan. CPAP diberikan pada tekanan 6-10 cm H2O melalui nasal prongs. Hal ini menyebabkan tekanan oksigen arteri meningkat dengan cepat. Meski penyebabnya belum hilang, jumlah tekanan yang dibutuhkan biasanya berkurang sekitar usia 72 jam, dan penggunaan CPAP pada bayi dapat dikurangi secara bertahap segera sesudahnya.Bila dengan CPAP tekanan oksigen arteri tak dapat dipertahankan di atas 50 mmHg (sudah menghirup oksigen 100 %), diperlukan ventilasi buatan.

12.VENTILASI MEKANIK Bayi dengan HMD berat atau disertai komplikasi, yang berakibat timbulnya apneu persisten membutuhkan ventilasi mekanik buatan. Indikasi penggunaannya antara lain : 1. Analisa gas darah menunjukan hasil buruk pH darah arteri pCO2 arteri > 60 mmHg pO2 arteri < 50 mmHg pada konsentrasi oksigen 70 100 %

2. Kolaps cardiorespirasi 3. Apnea persisten dan bradikardi

Memilih ventilator mekanik Ventilasi tekanan positif pada bayi baru lahir dapat diberikan berupa ventilator konvensional atau ventilator berfrekuensi tinggi (150 x / menit). Ventilator konvensional dapat berupa tipe volume atau tekanan, dan dapat diklasifikasikan lebih lanjut dengan dasar cycling mode biasanya siklus inspirasi diterminasi. Pada modus pressure limited time cycled ventilation, tekanan puncak inspirasi diatur dan selama inspirasi

udara dihantarkan untuk mencapai tekanan yang ditargetkan. Setelah target tercapai, volume gas yang tersisa dilepaskan ke atmosfer.Hasilnya, penghantaran volume tidal setiap kali nafas bervariabel meski tekanan puncak yang dicatat konstan. Pada modus volume limited, pre-set volume dihantarkan oleh setiap nafas tanpa memperhatikan tekanan yang dibutuhkan. Beberapa ventilator menggunakan aliran udara sebagai dasar dari cycling mode di mana inspirasi berakhir bila aliran telah mencapai level pre-set atau sangat rendah (flow ventilators). Ada juga ventilator yang mampu menggunakan baik volume atau pressure controlled ventilationbergantung pada keinginan operator. Ventilasi dengan fekuensi tinggi biasanya diberikan dengan high frequency oscillatory ventilators (HFOV). Terdapat piston pump atau vibrating diaphragmyang beroperasi pada frekuensi sekitar that 10 Hz (1 Hz = 1 cycle per second, 60 cycles per minute). Selama HFOV, baik inspirasi maupun ekspirasi sama-sama aktif. Tekanan oscillator pada jalan udara memproduksi volume tidal sekitar 2-3 ml dengan tekanan rata-rata jalan udara dipertahankan konstan, mempertahankan volume paru ekivalen untuk menggunakan CPAP dengan level sangat tinggi. Volume gas yang dipindahkan pada volume tidal ditentukan oleh ampiltudo tekanan jalan udara oscillator (P).

Ventilator konvensional Hipoksemia pada RDS biasanya terjadi karena ketidakseimbangan ventilasi dan perfusi (V/Q) atau pirau dari kanan ke kiri, abnormalitas difusi dan hipoventilasi merupakan factor tambahan. Oksigenasi terkait langsung pada FiO2 dan tekanan rata-rata jalan udara (mean airway pressure MAP). MAP dapat ditingkatkan dengan perubahan tekanan puncak inspirasi (peak inspiratory pressure - PIP), positive end expiratory pressure (PEEP) atau dengan mengubah rasio inspirasi : ekspirasi (I:E) dengan memperpanjang waktu inspirasi sementara kecepatannya tetap konstan. MAP yang sangat tinggi dapat menyebabkan distensi berlebihan, meski oksigenasi adekuat, transport oksigen berkurang karena penurunan curah jantung. Pembuangan CO2 berbanding lurus dengan minute ventilation, ditentukan oleh produk volume tidal (dikurangi ventilasi ruang mati) dan kecepatan pernafasan. Untuk minute ventilation yang sama, perubahan penghantaran volume tidal lebih efektif untuk merubah eliminasi CO2 dibanding perubahan kecepatan pernafasan karena ventilasi ruang mati tetap konstan.

a. Peak Inspiratory Pressure (PIP) Perubahan pada PIP mempengaruhi oksigenasi (dengan mengubah MAP) dan CO2 dengan efek pada volume tidal dan ventilasi alveolar. Peningkatan PIP menurunkan PaCO2 dan memperbaiki oksigenasi (PaO2 meningkat). Pemakainan PIP ditentukan oleh compliance system pernafasan dan bukan oleh ukuran atau berat bayi. Gunakan PIP terendah yang menghasilkan ventilasi adekuat berdasarkan pemeriksaan klinik (gerakan dada dan suara nafas) dan analisa gas darah. PIP berlebih dapat menyebabkan paru mengalami distensi berlebihan dan meningkatkan resiko baro / volutrauma dan menimbulkan kebocoran udara.

b. Positive End Expiratory Pressure (PEEP) PEEP yng adekuat mencegah kolaps alveoli dan dengan mempertahankan volume paru saat akhir respirasi, memperbaiki keseimbangan V/Q. Peningkatan PEEP memperbesar MAP dan memperbaiki oksigenasi. Sebaliknya, PEEP berlebih (> 8 cm H2O) menginduksi hiperkarbia dan memperburuk compliance paru dan mengurangi hantaran volume tidal karena alveoli terisi berlebihan (P = PIP - PEEP). PEEP berlebih juga dapat menimbulkan efek sampping pada hemodinamik karena paru mengalami distensi berlebih, menyebabkan penurunan venous return, yang kemudian menurunkan curah jantung. Tekanan 3 6 cm H2O memperbaiki oksigenasi pada bayi baru lahir dengan RDS tanpa mengganggu mekanisme paru-paru, eliminasi CO2 atau stabilitas hemodinamik.

c. Frekuensi Terdapat 2 metode dasar, frekuensi rendah dan frekuensi tinggi Frekuensi rendah dimulai pada kecepatan 30 - 40 nafas / menit (bpm). Metode cepat sekitar 60 bpm dan dapat ditingkatkan hingga 120 bpm bila bayi bernafas lebih cepat dari ventilator. Waktu ekspirasi harus lebih panjang dari inspirasi untuk mencegah alveoli mengalami distensi berlebihan, waktu inspirasi harus dibatasi maksimum 0,5 detik selama ventilasi mekanik kecuali dalam keadaan khusus. Pada frekuensi tinggi terjadi penurunan insidensi pneumotoraks , mungkin karena frekuensi ini sesuai dengan usaha nafas bayi. Waktu inspirasi memanjang akan meningkatkan MAP dan memperbaiki oksigenasi, merupakan alternative dari peningkatan PIP. Namun hal ini merupakan predisposisi dari distensi berlebihan pada paru serta air trapping karena waktu ekspirasi berkurang.

d. Kecepatan Aliran Aliran minimum setidaknya 2 kali minute ventilation bayi (normal : 0.2 1 L / menit) cukup adekuat, tapi dalam prakteknya digunakan 4 10 L / menit. Bila digunakan frekuensi nafas lebih tinggi dengan waktu inspirasi lebih pendek, kecepatan aliran di atas kisaran harus diberikan untuk menjamin penghantaran volume tidal. Kecepatan aliran yang tinggi memperbaiki oksigenasi karena efeknya pada MAP.Beberapa ventilator memiliki kecepatan aliran yang tetap, yaitu sebesar 5 L / menit.

e. Kegagalan surfaktan Bila oksigenasi arteri tetap rendah setelah pemberian 2 dosis surfaktan, bayi dikatakan tidak berespon terhadap surfaktan. Penyebabnya antara lain sepsis, hipertensi pulmonal, pneumotoraks, atau pulmonary interstitial emphysema (PIE). Segera naikan FiO2 hingga 90%, kemudian naikan PIP and PEEP sambil mengobservasi pergerakan dada. Lakukan roentgen thoraks. Usahakan menjaga waktu inspirasi agar terjadi sinkronisasi. Bila tetap asinkron setelah pemberian sedasi dan analgesi lakukan

paralysis (pankuronium bromide IV 0,04 0,1 mg/kg). Waktu inspirasi dapat diperpanjang 0,5 detik, dengan frekuensi ventilator diturunkan hingga 30-60 nafas / menit. Beberapa bayi berespon terhadap HFOV.

f. Aktivitas pernafasan bayi Bernafas tidak selaras dengan ventilator merupakan factor resiko dari beberapa komplikasi seperti pertukaran udara yang tidak efektif, air trapping, pneumothorax, dan perdarahan intraventricular. Sedasi dapat mengurangi aktivitas pernafasan bayi atau dapat digunakan penghambat muscular non-depolarising (tidak disarankan). Pilihan lain adalah dengan menaikan kecepatan ventilator atau menggunakan patient triggered ventilation (PTV).

g. Patient-Triggered Ventilation (PTV) Pada modus ini, mesin membantu pernafasan diinisiasi sebagai respon terhadap sinyal yang berasal dari usaha nafas bayi. Ada 4 macam sinyal yang dapat digunakan yaitu airway impedance, tekanan dan aliran, atau mengukur aktivitas bayi dengan Graesby capsule monitor yang ditempelkan di atas abdomen. Masing-masing punya kelebihan dan kekurangan. PTV dapat digunakan baik dalam modus pressure-limited maupun volume controlled. modes.

h. High frequency oscillation Ada tiga macam oscillator yang dapat digunakan. Sensormedics 3100/3100A,Draeger, dan SLE 2000. HFOV menyelamatkan beberapa bayi dengan RDS berat yang tidak berespon terhadap ventilator konvensional dan surfaktan. HFOV dikaitkan dengan penurunan kebocoran udara namun meningkatkan perdarahan intraventrikular.HFOV efektif dalam penanganan hiperkarbia. Kisaran frekuensi ventilator konvensional adalah 10 60 nafas / menit, ventilasi jet berfrekuensi tinggi (High frequency jet ventilation HFJV) 150 600 nafas / menit dan oscillator 300 1800 nafas / menit. HFJV dan oscillator dapat memperbaiki eliminasi karbondioksida, menurunkan tekanan udara rata-rata, memperbaiki oksigenasi pada pasien yang tidak berespon pada ventilator konvensional, yang terkena HMD, emfisema interstitial, pneumotoraks multipel, atau pneumonia akibat aspirasi mekonium. HFJV dan oscillator menurunkan insidensi terjadinya penyakit paru kronik bila dibandingkan ventilator konvensional. Penggunaan ventilasi berfrekuensi tinggi akan sangat bermanfaat pada bayi yang berkembang menjadi pulmonary interstitial emphysema (PIE). HFJV dapat menimbulkan kerusakan trakhea yang nekrotik, terutama jika didapatkan hipotensi atau proses melembabkan yang buruk. Oscillator dikaitkan dengan peningkatan kebocoran udara, perdarahan intraventrikular, dan leukomalacia periventrikular. Kedua metode tersebut dapat menimbulkan terperangkapnya gas.

Kegagalan respirasi dan hipoksemia pada bayi dengan HMD disebabkan pirau intrapulmoner yang disebabkan perfusi rongga udara dengan ventilasi yang buruk. Untuk itu diperlukan keikutsertan alveoli untuk memperoleh oksigenasi yang adekuat dan hal ini dapat diperoleh dengan meningkatkan tekanan udara rata-rata, yaitu fungsi dari waktu inspirasi, tekanan puncak inspirasi, dan PEEP. Tujuan ventilasi mekanik adalah memperbaiki oksigenasi dan eliminasi karbondioksida tanpa menimbulkan barotrauma paru yang berat atau intoksikasi O2. Untuk menyeimbangkan resiko hipoksia dan asidosis terhadap ventilasi mekanik, harus didapatkan cakupan nilai gas darah yaitu PaO2 55 70 mmHg, PCO2 35 55 mmHg, dan pH 7,25 7,45. Selama ventilasi mekanik, oksigenasi diperbaiki dengan meningkatkan FIO2 atau tekanan udara rata-rata. Tekanan udara rata-rata dapat ditingkatkan dengan meningkatkan tekanan inspirasi puncak, aliran udara, rasio inspirasi : ekspirasi, atau PEEP. Melepaskan bayi secara bertahap dari IPPV merupakan proses yang panjang dan sulit, terutama pada bayi dengan berat lahir sangat rendah. Methylxanthines seperti teophylline dan caffeine bekerja sebagai stimulan pernafasan danmemfasilitasi pelepasan bertahap. Juga dapat diberikan CPAP nasal segera sesudah ekstubasi.

B. KONSEP KEPERAWATAN

1.

PENGKAJIAN a. Riwayat maternal

Menderita penyakit seperti diabetes mellitus Kondisi seperti perdarahan placenta Tipe dan lamanya persalinan Stress fetal atau intrapartus b. Status infant saat lahir Prematur, umur kehamilan Apgar score, apakah terjadi aspiksia Bayi prematur yang lahir melalui operasi Caesar c. Cardiovascular Bradikardi (dibawah 100 x per menit) dengan hipoksemia berat Murmur sistolik Denyut jantung dalam batas normal d. Integumen Pallor yang disebabkan oleh vasokontriksi peripheral Pitting edema pada tangan dan kaki Mottling

e. Neurologis Immobilitas, kelemahan, flaciditas Penurunan suhu tubuh f. Pulmonary Takipnea (pernafasan lebih dari 60 x per menit, mungkin 80 100 x ) Nafas grunting Nasal flaring Retraksi intercostal, suprasternal, atau substernal C y a n o s i s ( s e n t r a l k e m u d i a n d i i k u t i s i r k u m o r a l ) b e r h u b u n g a n d e n g a n persentase desaturasi hemoglobin Penurunan suara nafas, crakles, episode apnea g. Pemeriksaan fisik akan ditemukan tanda dan gejala RDS, gejala tersebut dapat terjadi pada saat kelahiran atau antara waktu 2 jam. Perkembangan penyakit terjadi dengan cepat yang dimulai dengan: Takipnea Pernapaan mendengkur Retraksi sukostal atau interkostal Sianosis dan pucat Meningkatnya gejala lapar udara Gerakan tubuh berirama Sentakan dagu Awalnya suara napas normal kemudian pernapasan dalam.

2.

DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Pola napas tidak efektif b/d defisiensi surfaktan 2. Gangguan perfusi jaringan b/d suplai oksigen ke jaringan menurun 3. Gangguan pemenuhan nutrisi kurang adri kebutuhan tubuh b/d imaturitas sistem pencernaan

3.
NO 1.

INTERVENSI KEPERAWATAN DIAGNOSA KEPERAWATAN Pola napas tidak efektif berhubungan dengan defisiensi surfaktan 1. TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL 1.Karena posisi ini menghasilkan perbaikan oksigenasi, mengatur pola tidur atau istirahat dan

Tujuan : 1. 1. Posisikan untuk pertukaran 1. Setelah dilakukan asuhan udara yang optimal: keperawatan diharapkan -Tempatkan pada bayi mampu: posisitelungkup bila menunjukan pola napas mungkin yang adekuat. - Tempatkan pada posisi

2. Menunjukan frekuensi dan pola napas dalm batas yang sesuai usia dan BB dengan kriteria hasil: - BBL frek napas 302. 60x/menit 3. -Frek napas saat tidur 35x/menit

terlentang pada posisi mengendus dengan leher sedikit ekstensi dan hidung menghadap keatas. 2. 2. Hindari heperektensi leher 3. Observasi adanya penyimpangan dari fungsi 3. pernapasan misal mengorok, sianosis, pernapasan cuping hidung,apnea. 4. 4. 4.Lakukan penghisapan 5. Penghisapan endotracheal sebelum pemberian surfaktan 5.Petahankan suhu lingkungan yang netral 5. K KOLABORASI 1.Beri surfaktan sesuai petunjuk pabrik. 6. 2.Hindari penghisapan sedikitnya 1 jam setelah pemberian surfaktan 7. 3.Lakukan regimen yang 8. diresepkan untuk terapi 9. suplemental 4.Pantau pertukaran gas

mencegah adanya penyempitan jalan napas. 2.Karena akan mengurangi diameter trachea 3.Untuk mengenali tanda-tanda disetress 4. Untuk menghilangkan mukus yang terakumulasi dari nasofaraing trachea dan selang endotracheal 5.Untuk memastikan jalan napas bersih 6.Untuk menghemat penggunaan O2

KOLABORASI 1.Untuk menurunkan tegangan permukaan alveolar 10. 2. Untuk meningkatkan absorbsi kedalam alveolar 11. 3.Untuk mempertahankan konsentrasi O2 12. 4.Untuk memantau respon bayi terhadap terapi

2 2. Gangguan perfusi jaringan b/d suplai oksigen ke jaringan menurun Setelah dilakukan asuhan 1.1.Auskultasi frek dan irama 1. keperawatan diharapkan dan irama jantung , catat bayi dapat menunujukan: terjadinya irama jantung Tingkat perfusi yang sesuai ekstra. misal status mental normal, 2.Observasi perubahan status irama jantung dan mental. frekkuensi nadi normal, 3.Observasi warna dan suhu tidak terjadi sianosis, kulit kulit atau membran mukosa. 1.Takikardia sebagai akibat hipoksemia dan kompensasi upaya peningkatan aliran darah dan perfusi jaringan.Gangguan irama berhubungan

hangat dan kering, mukosa normal, haluaran urin normal.

dengan hipoksemia. 2.2.Gelisah dan perubahan sensori K KOLABORASI atau motorik dapat 1.1.Berikan cairan IV atau oral menunjukan sesuai indikasi gangguan aliran 2. Pantau pemerikasaan darah, dan hipoksia. diagnostik misal EKG, 3.3.Kulit pucat atau elektrolit, dan GDA. sianosis, kuku membran bibir atau lidah menunjukan vasokontriksi atau syok. 4.4.Penurunan curah jantung menimbulkan penurunan perfusi ginjal yang dimanifestasikan oleh penurunan haluaran urin dengan BJ normal/ meningkat. KOLABORASI 1. 1.Untuk menurunkan hiperviskositas darah atau perfusi jaringan. 2. 2. Mengevaluasi perubahan fungsi organ dan mengawasi efek terapi.

4.Ukur haluaran urin dan catat BJ urin

3.

Gangguan pemenuhan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan dengan imaturitas sistem pencernaan

Setelah dilakukan asuhan 1. 1.Pemberian minuman 1.1.Menghindari keperawatan diharapkan dimulai pd waktu abyi terjadinya bayi mendapat nutrisi berumur 3 jam dengan hipoglikemi dan yang adekuat dan jumlah cairan pertama kali hiperbilirubinme. menunujukan pertambahan 1-5 ml/jam dan jumlahnya BB yang tepat dengan dapat ditambah sedikit-demi 2. Untuk mengetahui ada kriteria hasil: sedikit setiap 12 jam. tidaknya atresia Bayi menunjukan 2.Sebelum pemberian esophagus dan penambahah BB yang minuman pertama harus mantap (20-30 gram) per

hari Otot kuat Lingkar lengan > 9,5 cm Lingkar dada > 33 cm

dilakukan penghisapan cairan lambung. 3.Pemberian minuman sebaiknya sedikit demi sedikit tapi frekuensinya lebih sering .

mencegah muntah. 3. Untuk menghindari bayi tersedak. 4.Untuk menjaga nutrisi yang ade kuat.

4.Banyaknya cairan yang diberikan 60 ml/kg/BB/hari sampai akhir minggu kedua. 5.Agar bayi tidak mengalami diare 5.Bila bayi belum dapat ASI, dan susu bisa lebih ASI dipompa dan dicerna. dimasukan kedalam botol steril. 6.Untuk menjaga nutrisi dan cairan 6.Bila ASI tidak ada maka bayi yang ade kuat. diganti dengan susu buatan yang mengandung lemak 7. Agar susu lebih dan mudah dicerna yang mudah dicerna. mengandung 0 kalori / 30ml air atau 110 kkal/kg/BB/hari. 7.Gunakan makanan nasogastrik bila bayi mudah lelah, mengalami penyakit hisapan, reflek muntah dan menelan yang lemah.

BAB III PENUTUP KESIMPULAN 1.Penyakit membran hialin merupakan salah satu faktor yang memegang peranan dalam tingginya angkanya kematian perinatal 2. Respiratory Distress Syndrome (RDS) disebut juga Hyaline Membrane Disease (HMD), merupakan sindrom gawat napas yang disebabkan defisiensi surfaktan terutama pada bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang. 3. Bayi yang sangat prematur mungkin tidak mampu untuk memulai proses pernafasan karena tanpa surfaktan paru-paru menjadi sangat kaku. Bayi yang lebih besar bisa memulai proses pernafasan, tetapi karena paru-paru cenderung mengalami kolaps, maka terjadilah sindroma gawat pernafasan. Kelainan ini merupakan penyebab utama kematian bayi prematur (5070%). 4.Pemeriksaan foto rontgen paru memegang peranan sangat penting dalam menentukan diagnosis yang tepat 5.penatalaksanaan penyakit membran hialin terdiri dari tindakan umum dan tindakan khusus. Tindakan umum meliputi pemberian lingkungan yang optimal dan pemberian diet, sementara tindakan khusus meliputi pemberian O2, antibiotika dan surfaktan buatan. 6.pencegahan yang paling penting adalah menghindari terjadinya premarturitas termasuk menghindari faktor risiko terjadinya penyakit membran hialin. 7.Komplikasi penyakit membran hialin terdiri dari komplikasi jangka pendek yaitu kebocoran alveoli dan komplikasi jangka panjangnya adalah Bronchopulmonary Dysplasia (BPD).

SARAN Dengan makalah ini diharapkan seluruh komponen tenaga kesehatan pada khususnya dapat memberikan asuhan keperawatan kepeda anak dengan respiratory distress syndrome dengan baik dan

sesuai dengan prosedur keperawatan serta tentunya memperhatikan aspek-aspek tertentu yang berhubungan dengan prosedur yang dilakukan. Semoga Bermanfaat.

Вам также может понравиться

  • ASUHAN KEPERAWATAN ANAK Respiratory Distress Syndrome
    ASUHAN KEPERAWATAN ANAK Respiratory Distress Syndrome
    Документ21 страница
    ASUHAN KEPERAWATAN ANAK Respiratory Distress Syndrome
    dea savitri perdana
    Оценок пока нет
  • LP Askep Rds Pada Bayi
    LP Askep Rds Pada Bayi
    Документ25 страниц
    LP Askep Rds Pada Bayi
    Vebrycynk Vivin Slamax
    50% (4)
  • Askep RDS
    Askep RDS
    Документ20 страниц
    Askep RDS
    Alhy Stoteles
    100% (1)
  • RDS Bayi Ny. W
    RDS Bayi Ny. W
    Документ41 страница
    RDS Bayi Ny. W
    Agus Triantoo
    78% (23)
  • LP RDS
    LP RDS
    Документ15 страниц
    LP RDS
    Mass Pikk Aregh Madridista
    100% (2)
  • RDS Neonatus
    RDS Neonatus
    Документ15 страниц
    RDS Neonatus
    Firliany Triamanda
    Оценок пока нет
  • Askep RDS Bayi
    Askep RDS Bayi
    Документ18 страниц
    Askep RDS Bayi
    Widya
    Оценок пока нет
  • Askep MAS
    Askep MAS
    Документ11 страниц
    Askep MAS
    Adoen Supriyadi
    100% (1)
  • LP RDS
    LP RDS
    Документ14 страниц
    LP RDS
    Yendhika Ivo Apsectya
    Оценок пока нет
  • LP RDS
    LP RDS
    Документ20 страниц
    LP RDS
    suci islami
    Оценок пока нет
  • Makalah RDS
    Makalah RDS
    Документ30 страниц
    Makalah RDS
    Elvin Vhieenz Pasunda
    100% (1)
  • Askep RDS (Sri Wahyuni)
    Askep RDS (Sri Wahyuni)
    Документ24 страницы
    Askep RDS (Sri Wahyuni)
    umar
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Rds
    Laporan Pendahuluan Rds
    Документ10 страниц
    Laporan Pendahuluan Rds
    Mohammad Picky Zaenul Bahar
    Оценок пока нет
  • Makalah RDS
    Makalah RDS
    Документ17 страниц
    Makalah RDS
    ddksmiley
    100% (6)
  • Laporan Pendahuluan RDS
    Laporan Pendahuluan RDS
    Документ32 страницы
    Laporan Pendahuluan RDS
    JepriRahayu
    100% (3)
  • ASKEP RDS Atau Gawat Nafas Pada Bayi
    ASKEP RDS Atau Gawat Nafas Pada Bayi
    Документ26 страниц
    ASKEP RDS Atau Gawat Nafas Pada Bayi
    Juita Amare
    80% (5)
  • Askep Rds
    Askep Rds
    Документ40 страниц
    Askep Rds
    Linda Rahmayanti
    75% (4)
  • Bab I Konsep Medis RDS
    Bab I Konsep Medis RDS
    Документ16 страниц
    Bab I Konsep Medis RDS
    Mutmainnah Idris
    71% (7)
  • Makalah RDS
    Makalah RDS
    Документ19 страниц
    Makalah RDS
    utomoryudigmailcom
    Оценок пока нет
  • LP Askep Rds Pada Bayi
    LP Askep Rds Pada Bayi
    Документ21 страница
    LP Askep Rds Pada Bayi
    Andi Rahmawan
    Оценок пока нет
  • LP RDS Una
    LP RDS Una
    Документ16 страниц
    LP RDS Una
    Khairuna
    Оценок пока нет
  • Askep Bayi Dengan Rds
    Askep Bayi Dengan Rds
    Документ9 страниц
    Askep Bayi Dengan Rds
    Dewi Myuto Aster
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum
    Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum
    Документ15 страниц
    Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum
    Satriantr 10
    Оценок пока нет
  • Askep Bayi Premature
    Askep Bayi Premature
    Документ25 страниц
    Askep Bayi Premature
    RosmawatiSuster
    100% (2)
  • PATHWAY Rds
    PATHWAY Rds
    Документ1 страница
    PATHWAY Rds
    Nilam Anggi Ashari
    100% (1)
  • LP Sepsis Neonatorum
    LP Sepsis Neonatorum
    Документ23 страницы
    LP Sepsis Neonatorum
    Arai Rezky Khz
    Оценок пока нет
  • Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum
    Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum
    Документ15 страниц
    Asuhan Keperawatan Sepsis Neonatorum
    Rida Binti Suwito
    75% (4)
  • Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta
    Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta
    Документ18 страниц
    Laporan Pendahuluan Asuhan Keperawatan Pada Pasien Dengan Solusio Plasenta
    yunuseka
    50% (2)
  • BBLR BAYI
    BBLR BAYI
    Документ43 страницы
    BBLR BAYI
    Maria Lena Chetaenggang
    100% (1)
  • Asuhan Keperawatan Bayi Prematur dengan BBLSR dan Hipoksia
    Asuhan Keperawatan Bayi Prematur dengan BBLSR dan Hipoksia
    Документ29 страниц
    Asuhan Keperawatan Bayi Prematur dengan BBLSR dan Hipoksia
    Ayuu Indahh Yuk'ind
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Abortus Imminens
    Laporan Pendahuluan Abortus Imminens
    Документ13 страниц
    Laporan Pendahuluan Abortus Imminens
    Trias Yogi Irawan
    Оценок пока нет
  • LP HMD
    LP HMD
    Документ12 страниц
    LP HMD
    Iman Firmansyah
    Оценок пока нет
  • LP RDS Yulia Tikai
    LP RDS Yulia Tikai
    Документ29 страниц
    LP RDS Yulia Tikai
    nuning pratiwie
    100% (1)
  • LP Sepsis Neonatorium
    LP Sepsis Neonatorium
    Документ12 страниц
    LP Sepsis Neonatorium
    Ferry Kingers
    Оценок пока нет
  • Maakalah Askep Rds
    Maakalah Askep Rds
    Документ20 страниц
    Maakalah Askep Rds
    Sicha
    Оценок пока нет
  • LP RDS
    LP RDS
    Документ21 страница
    LP RDS
    Ridho Fadila AlFajry
    Оценок пока нет
  • Bayi Prematur
    Bayi Prematur
    Документ22 страницы
    Bayi Prematur
    heripasca
    67% (3)
  • Askep BBLR
    Askep BBLR
    Документ24 страницы
    Askep BBLR
    warbid
    Оценок пока нет
  • Askep MAS
    Askep MAS
    Документ20 страниц
    Askep MAS
    Arindi Ayuanita Saputri
    Оценок пока нет
  • LP RDS
    LP RDS
    Документ16 страниц
    LP RDS
    Thyka Mayasari
    100% (1)
  • LP Pneumonia Aspirasi
    LP Pneumonia Aspirasi
    Документ15 страниц
    LP Pneumonia Aspirasi
    Alfun Hidayatulloh
    Оценок пока нет
  • LP Post SC
    LP Post SC
    Документ23 страницы
    LP Post SC
    Ady Nurjayana
    Оценок пока нет
  • Laporan Pendahuluan Atrial Septal Defek
    Laporan Pendahuluan Atrial Septal Defek
    Документ13 страниц
    Laporan Pendahuluan Atrial Septal Defek
    Lilik Suryani
    50% (2)
  • HMD Laporan
    HMD Laporan
    Документ14 страниц
    HMD Laporan
    Kulsum Febri Dwi Safitri
    100% (2)
  • ASFIKSIA NEONATORUM
    ASFIKSIA NEONATORUM
    Документ11 страниц
    ASFIKSIA NEONATORUM
    Dhaiyat Lakers
    Оценок пока нет
  • Bab Ii RDS
    Bab Ii RDS
    Документ15 страниц
    Bab Ii RDS
    Anggia Ariska
    100% (1)
  • KETUBAN PECAH DINI
    KETUBAN PECAH DINI
    Документ19 страниц
    KETUBAN PECAH DINI
    ayra raay
    Оценок пока нет
  • LP Dic
    LP Dic
    Документ9 страниц
    LP Dic
    Mahala Wida Choiriyah
    50% (2)
  • LP Sepsis
    LP Sepsis
    Документ13 страниц
    LP Sepsis
    Tyas Hanif
    Оценок пока нет
  • Woc RDS
    Woc RDS
    Документ1 страница
    Woc RDS
    Larasaty
    50% (2)
  • RDS BAYI
    RDS BAYI
    Документ7 страниц
    RDS BAYI
    ishak sul
    100% (1)
  • LK RDS 2
    LK RDS 2
    Документ34 страницы
    LK RDS 2
    IrmansyahPadakari
    Оценок пока нет
  • Makalah RDS
    Makalah RDS
    Документ26 страниц
    Makalah RDS
    Nur fajrah
    Оценок пока нет
  • LP RDS
    LP RDS
    Документ29 страниц
    LP RDS
    Hanson Joshua
    Оценок пока нет
  • Sindrom Gawat Nafas
    Sindrom Gawat Nafas
    Документ4 страницы
    Sindrom Gawat Nafas
    nurul hidayah
    Оценок пока нет
  • Bab I Ii
    Bab I Ii
    Документ40 страниц
    Bab I Ii
    Rosela Hibiscus Sabdariffa
    Оценок пока нет
  • Askep Gangguan Nafas
    Askep Gangguan Nafas
    Документ36 страниц
    Askep Gangguan Nafas
    Rastia irma
    Оценок пока нет
  • RDS Revisi
    RDS Revisi
    Документ22 страницы
    RDS Revisi
    Shella Syarief
    Оценок пока нет
  • Distres Nafas Pada Neonatus
    Distres Nafas Pada Neonatus
    Документ27 страниц
    Distres Nafas Pada Neonatus
    Barri Ratlisyah Ali
    Оценок пока нет
  • Coronavirus Covid-19. Membela diri. Cara menghindari penularan. Bagaimana melindungi keluarga dan pekerjaan Anda. Diperbarui edisi keempat.
    Coronavirus Covid-19. Membela diri. Cara menghindari penularan. Bagaimana melindungi keluarga dan pekerjaan Anda. Diperbarui edisi keempat.
    От Everand
    Coronavirus Covid-19. Membela diri. Cara menghindari penularan. Bagaimana melindungi keluarga dan pekerjaan Anda. Diperbarui edisi keempat.
    Рейтинг: 5 из 5 звезд
    5/5 (2)
  • Sap Nutrisi
    Sap Nutrisi
    Документ9 страниц
    Sap Nutrisi
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Nutrisi untuk Lansia
    Nutrisi untuk Lansia
    Документ2 страницы
    Nutrisi untuk Lansia
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Apa Itu Katarak
    Apa Itu Katarak
    Документ2 страницы
    Apa Itu Katarak
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Management Aphasia
    Management Aphasia
    Документ14 страниц
    Management Aphasia
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Patoflow Diagram Kanker Kandung Kemih
    Patoflow Diagram Kanker Kandung Kemih
    Документ3 страницы
    Patoflow Diagram Kanker Kandung Kemih
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • ISK
    ISK
    Документ2 страницы
    ISK
    Dian Kasihsa Sondi
    75% (4)
  • Satuan Acara Penyuluhan Mencuci Tangan
    Satuan Acara Penyuluhan Mencuci Tangan
    Документ9 страниц
    Satuan Acara Penyuluhan Mencuci Tangan
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Kesimpulan Jurnal Afasia
    Kesimpulan Jurnal Afasia
    Документ1 страница
    Kesimpulan Jurnal Afasia
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Askep Gadar Ima
    Askep Gadar Ima
    Документ25 страниц
    Askep Gadar Ima
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Pengantar Metodologi Penelitian
    Pengantar Metodologi Penelitian
    Документ56 страниц
    Pengantar Metodologi Penelitian
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Otitis Media Kronik
    Otitis Media Kronik
    Документ27 страниц
    Otitis Media Kronik
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Herpes Zoster Patoflow Diagram
    Herpes Zoster Patoflow Diagram
    Документ1 страница
    Herpes Zoster Patoflow Diagram
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Format DDST
    Format DDST
    Документ4 страницы
    Format DDST
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Leafleat - Diabetes Melitus
    Leafleat - Diabetes Melitus
    Документ3 страницы
    Leafleat - Diabetes Melitus
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • ASAM URAT
    ASAM URAT
    Документ2 страницы
    ASAM URAT
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Askep Gadar Gigitan Binatang
    Askep Gadar Gigitan Binatang
    Документ25 страниц
    Askep Gadar Gigitan Binatang
    Dian Kasihsa Sondi
    71% (7)
  • Neurophysiology
    Neurophysiology
    Документ45 страниц
    Neurophysiology
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Askep Hiprtensi
    Askep Hiprtensi
    Документ13 страниц
    Askep Hiprtensi
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Askep Ileus
    Askep Ileus
    Документ16 страниц
    Askep Ileus
    Dian Kasihsa Sondi
    100% (1)
  • Askep Isk
    Askep Isk
    Документ19 страниц
    Askep Isk
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Askep Bunuh Diri
    Askep Bunuh Diri
    Документ27 страниц
    Askep Bunuh Diri
    Dian Kasihsa Sondi
    100% (1)
  • ISK
    ISK
    Документ2 страницы
    ISK
    Dian Kasihsa Sondi
    75% (4)
  • STROKE-40
    STROKE-40
    Документ3 страницы
    STROKE-40
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • IleusObstruksi
    IleusObstruksi
    Документ3 страницы
    IleusObstruksi
    Dian Kasihsa Sondi
    100% (3)
  • Askep Gadar Pada Pasien Ards Kelompok 8
    Askep Gadar Pada Pasien Ards Kelompok 8
    Документ18 страниц
    Askep Gadar Pada Pasien Ards Kelompok 8
    WindryTandibunna
    100% (7)
  • Patoflow Diagram Anemia
    Patoflow Diagram Anemia
    Документ1 страница
    Patoflow Diagram Anemia
    Dian Kasihsa Sondi
    0% (1)
  • Askep Demam Thipoid
    Askep Demam Thipoid
    Документ19 страниц
    Askep Demam Thipoid
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Askep Anemia
    Askep Anemia
    Документ13 страниц
    Askep Anemia
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет
  • Patoflow Diagram Leukimia
    Patoflow Diagram Leukimia
    Документ2 страницы
    Patoflow Diagram Leukimia
    Dian Kasihsa Sondi
    Оценок пока нет