Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB I PENDAHULUAN

Kejahatan seksual (sexual offences), sebagai salah satu bentuk dari kejahatan yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia, mempunyai kaitan yang erat dengan Ilmu Kedokteran Forensik; yaitu di dalam upaya pembuktian bahwasanya kejahatan tersebut memang telah terjadi. Adanya kaitan antara Ilmu Kedokteran dengan kejahatan seksual dapat dipandang sebagai konsekuensi dari pasal-pasal di dalam Kitab ndang- ndang !ukum "idana (K !") serta Kitab ndang- ndang

A#ara !ukum "idana (K !A"), yang memuat an#aman hukuman serta tata#ara pembuktian pada setiap kasus yang termasuk di dalam pengertian kasus kejahatan seksual. $i dalam upaya pembuktian se#ara kedokteran %orensik, %aktor keterbatasan di dalam ilmu kedokteran itu sendiri dapat sangat berperan, demikian halnya dengan %aktor waktu serta %aktor keaslian dari barang bukti (korban), maupun %aktor-%aktor dari pelaku kejahatan seksual itu sendiri. $engan demikian upaya pembuktian se#ara kedokteran %orensik pada setiap kasus kejahatan seksual sebenarnya terbatas di dalam pembuktian ada tidaknya tandatanda persetubuhan, ada tidaknya tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur serta pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawin atau tidak. "emeriksaan kasus-kasus persetubuhan yang merupakan tindak pidana ini, hendaknya dilakukan dengan teliti dan waspada. "emeriksa harus yakin akan semua bukti-bukti yang ditemukannya karena tidak adanya kesempatan untuk melakukan pemeriksaan ulang guna memperoleh lebih banyak bukti. $alam melaksanakan

&

kewajiban tersebut, dokter hendaknya tidak meletakkan kepentingan korban di bawah kepentingan pemeriksaan. 'erutama bila korban adalah anak-anak pemeriksaan sebaiknya tidak sampai menambah trauma psikis yang sudah dideritanya. (isum et )epertum yang dihasilkan mungkin menjadi dasar untuk membebaskan terdakwa dari penuntutan atau sebaliknya untuk menjatuhkan hukuman. $i Indonesia, pemeriksaan korban persetubuhan yang diduga merupakan tindak kejahatan seksual umumnya dilakukan oleh dokter ahli Ilmu Kebidanan dan "enyakit Kandungan, ke#uali di tempat yang tidak ada dokter ahli tersebut, maka pemeriksaan harus dilakukan oleh dokter umum. *ebaiknya korban kejahatan seksual dianggap sebagai orang yang telah mengalami #edera %isik dan atau mental sehingga lebih baik dilakukan pemeriksaan oleh dokter di klinik. "enundaan pemeriksaan dapat memberi hasil yang kurang memuaskan.

BAB II PEMBAHASAN 2.1 Persetubuhan yang Merupakan Kejahatan "ersetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undang-undang , tertera pada pasal-pasal yang terdapat pada ,ab -I( K !", tentang Kejahatan 'erhadap Kesusilaan; yang meliputi persetubuhan di dalam perkawinan maupun di luar perkawinan.

Pasal 288 KUHP (&) ,arang siapa dalam perkawinan bersetubuh dengan seorang wanita yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa yang bersangkutan belum waktunya untuk dikawin, apabila perbuatan mengakibatkan luka-luka dian#am dengan pidana penjara paling lama empat tahun. (+) .ika perbuatan itu mengakibatkan luka-luka berat, dijatuhkan pidana penjara paling lama delapan tahun. (/) .ika mengakibatkan mati, dijatuhkan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

$engan demikian dari (isum et )epertum yang dibuat oleh dokter diharapkan dapat membuktikan bahwa korban memang belum pantas dikawin, memang terdapat tanda-tanda persetubuhan, tanda-tanda kekerasan dan dapat menjelaskan perihal sebab kematiannya. $i dalam upaya menentukan bahwa seseorang belum mampu dikawin dapat timbul permasalahan bagi dokter karena penentuan tersebut men#akup dua pengertian, yaitu pengertian se#ara biologis dan pengertian menurut undang-

undang. *e#ara biologis seorang perempuan dikatakan mampu untuk dikawin bila ia telah siap untuk dapat memberikan keturunan, dimana hal ini dapat diketahui dari menstruasi, apakah ia belum pernah mendapat menstruasi atau sudah pernah. *edangkan menurut undang-undang perkawinan, maka batas umur termuda bagi seorang perempuan yang diperkenankan untuk melangsungkan perkawinan adalah &0 tahun. $engan demikian dokter diharapkan dapat menentukan berapa umur dari perempuan yang diduga merupakan korban seperti yang dimaksud dalam pasal +11 K !". $alam kasus-kasus persetubuhan di luar perkawinan yang merupakan kejahatan, dimana persetubuhan tersebut memang disetujui oleh si perempuan maka dalam hal ini pasal-pasal dalam K !" yang dimaksud adalah pasal +12 dan +13.

Pasal 284 KUHP (&) $ian#am dengan pidana penjara paling lama sembilan bulan4 &. a. seorang pria yang telah kawin yang melakukan gendak (overspel), padahal diketahui bahwa pasal +3 ,5 (Burgerlyk Wetboek) berlaku baginya. b. seorang wanita yang telah kawin yang melakukan gendak ( overspel), padahal diketahui bahwa pasal +3 ,5 (Burgerlyk Wetboek) berlaku baginya. +. a. seorang pria yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin.

b. seorang wanita yang telah kawin yang turut serta melakukan perbuatan itu, padahal diketahuinya bahwa yang turut bersalah telah kawin dan pasal +3 ,5 (Burgerlyk Wetboek) berlaku baginya. (+) 'idak dilakukan penuntutan melainkan atas pengaduan suami6isteri yang ter#emar,dan bila bagi mereka berlaku pasal +3 ,5 (Burgerlyk Wetboek), dalam tenggang waktu tiga bulan diikuti dengan permintaan ber#erai atau pisah meja da pisah ranjang karena alasan itu juga. (/) 'erhadap pengaduan ini tidak berlaku pasal 3+, 3/, dan 37. (2) "engaduan dapat ditarik kembali selama pemeriksaan dalam sidang peradilan belum dimulai. (7) .ika bagi suami-isteri berlaku pasal +3 ,5 (Burgerlyk Wetboek), pengaduan tidak diindahkan selama perkawinan belum diputuskan karena per#eraian atau sebelum putusan yang menyatakan pisah meja dan tempat tidur menjadi tetap.

Pasal 27 BW $alam waktu yang sama seorang laki hanya diperbolehkan mempunyai satu orang perempuan sebagai isterinya, seorang perempuan hanya satu orang laki sebagai suaminya.

Pasal 287 KUHP (&) ,arangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan, padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa umurnya belum lima belas tahun, atau kalau umurnya tidak jelas bahwa belum waktunya untuk dikawin, dian#am dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

(+) "enuntutan hanya dilakukan atas pengaduan, ke#uali jika umur wanita belum sampai dua belas tahun atau jika ada salah satu hal berdasarkan pasal +8& dan pasal +82.

'indak pidana ini merupakan persetubuhan dengan wanita yang menurut undang-undang belum #ukup umur. .ika umur korban belum #ukup &7 tahun tetapi sudah di atas &+ tahun, penuntutan baru dilakukan bila ada pengaduan dari yang bersangkutan. .adi dengan keadaan itu persetubuhan tersebut merupakan delik aduan, bila tidak ada pengaduan, tidak ada penuntutan. 'etapi keadaan akan berbeda jika4 a. mur korban belum sampai &+ tahun

b. Korban yang belum #ukup &7 tahun itu menderita luka berat atau mati akibat perbuatan itu (K !" pasal +8&); atau #. Korban yang belum #ukup &7 tahun itu dalah anaknya, anak tirinya, muridnya, anak yang berada di bawah pengawasannya, bujangnya atau bawahannya (K !" pasal +82). $alam keadaan di atas, penuntutan dapat dilakukan walaupun tidak ada pengaduan karena bukan lagi merupakan delik aduan. "ada pemeriksaan akan diketahui umur korban. .ika tidak ada akte kelahiran maka umur korban yang pasti tidak diketahui. $okter perlu memperkirakan umur korban baik dengan menyimpulkan apakah wajah dan bentuk tubuh korban sesuai dengan umur yang dikatakannya, melihat perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan, melalui pertumbuhan gigi (molar ke-+ dan molar ke-/), serta dengan mengetahui apakah menstruasi telah terjadi.

!al di atas perlu diperhatikan mengingat bunyi kalimat4 padahal diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya bahwa wanita itu umurnya belum lima belas tahun atau kalau umurnya tidak jelas bahwa belum waktunya untuk dikawin. "erempuan yang belum pernah mengalami menstruasi dianggap belum patut untuk dikawin.

Pasal 291 KUHP (&) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal +10, +13, +11 dan +89 itu berakibat luka berat, dian#am dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun. (+) Kalau salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal +17, +10, +13, +18 dan +89 itu berakibat matinya orang, dian#am dengan pidana penjara paling lama lima belas tahun.

Pasal 294 KUHP ,arangsiapa melakukan perbuatan #abul dengan anaknya, anak tirinya atau anak piaraannya, anak yang di bawah pengawasannya, orang di bawah umur yang diserahkan kepadanya untuk dipelihara, dididiknya atau dijaganya, atau bujangnya atau orang yang di bawah umur, dian#am dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.

$engan itu maka dihukum juga4 &. "egawai negeri yang melakukan perbuatan #abul dengan orang yang di bawahnya6orang yang diper#ayakan6diserahkan kepadanya untuk dijaga.

+. "engurus, dokter, guru, pejabat, pengurus atau bujang di penjara, di tempat bekerja kepunyaan negeri, tempat pendidikan, rumah piatu, )* jiwa atau lembaga semua yang melakukan perbuatan #abul dengan orang yang dimaksudkan di situ.

"ada kasus persetubuhan di luar perkawinan yang merupakan kejahatan dimana persetubuhan tersebut terjadi tanpa persetujuan wanita, seperti yang dimaksud oleh pasal +17 dan +10 K !"; maka untuk kasus-kasus tersebut (isum et )epertum harus dapat membuktikan bahwa pada wanita tersebut telah terjadi kekerasan dan persetubuhan. Kejahatan seksual seperti yang dimaksud oleh pasal +17 K !" disebut perkosaan, dan perlu dibedakan dari pasal +10 K !".

Pasal 28 KUHP ,arangsiapa dengan kekerasan atau an#aman kekerasan memaksa seorang wanita bersetubuh dengan dia di luar perkawinan, dian#am karena melakukan perkosaan dengan pidana penjara paling lama dua belas tahun.

"ada tindak pidana di atas perlu dibuktikan telah terjadi persetubuhan dan telah terjadi paksaan dengan kekerasan atau an#aman kekerasan. $okter dapat menentukan apakah persetubuhan telah terjadi atau tidak, apakah terdapat tandatanda kekerasan. 'etapi ini tidak dapat menentukan apakah terdapat unsur paksaan pada tindak pidana ini. $itemukannya tanda kekerasan pada tubuh korban tidak selalu merupakan akibat paksaan, mungkin juga disebabkan oleh hal-hal lain yang tak ada hubungannya dengan paksaan. $emikian pula bila tidak ditemukan tanda-tanda

kekerasan, maka hal itu belum merupakan bukti bahwa paksaan tidak terjadi. "ada hakekatnya dokter tak dapat menentukan unsur paksaan yang terdapat pada tindak pidana perkosaan; sehingga ia juga tidak mungkin menentukan apakah perkosaan telah terjadi. :ang berwenang untuk menentukan hal tersebut adalah hakim, karena perkosaan adalah pengertian hukum bukan istilah medis sehingga dokter jangan menggunakan istilah perkosaan dalam (isum et )epertum.

Pasal 28! KUHP ,arangsiapa bersetubuh dengan seorang wanita di luar perkawinan padahal diketahuinya bahwa wanita itu dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya,

dian#am dengan pidana penjara paling lama sembilan tahun.

"ada tindak pidana di atas harus terbukti bahwa korban berada dalam keadaan pingsan atau tidak berdaya. $okter perlu men#ari tahu apakah korban sadar waktu persetubuhan terjadi, adakah penyakit yang diderita korban yang sewaktu-waktu dapat mengakibatkan korban pingsan atau tidak berdaya. .ika korban mengatakan ia menjadi pingsan, maka perlu diketahui bagaimana terjadinya pingsan itu, apakah terjadi setelah korban diberi minuman atau makanan. "ada pemeriksaan perlu diperhatikan apakah korban menunjukkan tanda-tanda bekas kehilangan kesadaran, atau tanda-tanda telah berada di bawah pengaruh obat-obatan. .ika terbukti bahwa si pelaku telah telah sengaja membuat korban pingsan atau tidak berdaya, ia dapat dituntut telah melakukan tindak pidana perkosaan,

karena dengan membuat korban pingsan atau tidak berdaya ia telah melakukan kekerasan.

Pasal 89 KUHP ;embuat orang pingsan atau tidak berdaya disamakan dengan menggunakan kekerasan.

Kejahatan seksual yang dimaksud dalam K !" pasal +10 adalah pelaku tidak melakukan upaya apapun; pingsan atau tidak berdayanya korban bukan diakibatkan oleh perbuatan si pelaku kejahatan seksual.

2.2 Ps k!"!g Pe"aku Perk!saan *ejak awal tahun &809 tumbuh kesadaran terhadap tindakan pemerkosaan sebagai suatu tindakan yang didasari banyak hal dan pemerkosa itu tidaklah sama dalam hal4 latar belakang, karakter psikologis, tingkat bahaya. <ebhard dkk 4 "emerkosa adalah pria yang dengan kekerasan merampas apa yang mereka mau, baik uang, materi, ataupun kehormatan wanita, tindakan pemerkosaan tersebut merupakan akibat dari tindakan kriminal mereka. ,rown-;iller menyatakan perkosaan adalah perilaku yang didasari pada keadaan sosial, keadaan masa lalu, dan %aktor ekonomi. Ingin menjadikan kaum wanita kurang dihargai, yang ditunjukkan dengan adanya kekerasan terhadap mereka. .adi tindakan ini bukanlah hal yang patologis tetapi hal yang patologis itu sendiri sudah ada dalam lingkungan sosial budaya serta norma dalam masyarakat. =aporan ini berdasarkan suatu riset terhadap sekelompok pemerkosa dalam periode yang #ukup lama, selama perawatan mereka di ,ridgewater

&9

( ;assa#husetts) 'reatment >enter For *e?ually $angerous "erson.@bserAasi se#ara klinis telah dibuat sejak +9 tahun yang lalu di 'reatment >enter. $imana lebih dari &799 pemerkosa telah diteliti, lebih dari 299 orang telah dieAaluasi selama 09 hari periode obserAasi, dan +79 orang telah dieAaluasi mulai dari + sampai &7 tahun periode obserAasi. ;erupakan studi yang telah diselenggarakan dengan jelas menandakan pemerkosa mengalami suatu gangguan psikologi dan beberapa kategori tergolong diagnosis psikiatri. Ketidaksesuaian ditemukan oleh <lue#k dkk yang menyimpulkan bahwa kebanyakan dari pelanggar seksual (Bew :ork, &879) didiagnosa sebagai penyakit skiCo%ren pseudoneurotik.

2.# Pe$bukt an Persetubuhan "ersetubuhan adalah suatu peristiwa dimana terjadi penetrasi penis ke dalam Aagina, penetrasi tersebut dapat lengkap atau tidak lengkap dan dengan atau tanpa disertai ejakulasi. $engan demikian hasil dari upaya pembuktian adanya persetubuhan dipengaruhi oleh berbagai %aktor antara lain4 ,esarnya penis dan derajat penetrasinya ,entuk dan elastisitas selaput dara (hymen) Ada tidaknya ejakulasi dan keadaan ejakulat itu sendiri "osisi persetubuhan Keaslian barang bukti serta waktu pemeriksaan "emeriksaan harus dilakukan sesegera mungkin, sebab dengan

berlangsungnya waktu tanda-tanda persetubuhan akan menghilang dengan sendirinya. *ebelum dilakukan pemeriksaan, dokter hendaknya mendapat iCin &&

tertulis dari pihak-pihak yang diperiksa. .ika korban adalah seorang anak iCin dapat diminta dari orang tua atau walinya.

2.#.1 Pe$er ksaan K!rban a. "emeriksaan tubuh "emeriksaan dilakukan pada selaput dara, apakah ada ruptur atau tidak. ,ila ada, tentukan ruptur baru atau lama dan #atat lokasi ruptur tersebut, teliti apakah sampai ke insertio atau tidak. 'entukan besar ori%isium, sebesar ujung jari kelingking, jari telunjuk, atau dua jari. *ebagai gantinya dapat juga ditentukan ukuran lingkaran ori%isium, dengan #ara ujung kelingking atau telunjuk dimasukkan dengan hati-hati ke dalam ori%isium sampai terasa tepi selaput dara menjepit ujung jari, beri tanda pada sarung tangan dan lingkaran pada titik itu diukur. kuran pada seorang perawan kira-kira +,7 #m. =ingkaran yang memungkinkan persetubuhan dapat terjadi menurut (oight adalah minimal 8 #m. !arus diingat bahwa tidak terdapatnya robekan pada selaput dara, tidak dapat dipastikan bahwa pada wanita tidak terjadi penetrasi; sebaliknya adanya robekan pada selaput dara hanya merupakan pertanda adanya suatu benda (penis atau benda lain yang masuk ke dalam Aagina. Apabila pada persetubuhan tersebut disertai dengan ejakulasi dan ejakulat tersebut mengandung sperma, maka adanya sperma di dalam liang Aagina merupakan tanda pasti adanya persetubuhan. Apabila ejakulat tidak mengandung sperma, maka pembuktian adanya

persetubuhan dapat diketahui dengan melakukan pemeriksaan terhadap ejakulat tersebut.

&+

Komponen yang terdapat di dalam ejakulat dan dapat diperiksa adalah4 enCim asam %os%atase, kolin dan spermin. ,aik enCim asam %os%atase, kolin maapun spermin bila dibandingkan dengan sperma nilai pembuktiannya lebih rendah oleh karena ketiga komponen tersebut tidak spesi%ik. 5alaupun demikian enCim %os%atase masih dapat diandalkan, karena kadar asam %os%atase yang terdapat dalam Aagina (berasal dari wanita itu sendiri), kadarnya jauh lebih rendah bila dibandingkan dengan asam %os%atase yang berasal dari kelenjar %os%at. $engan demikian apabila pada kejahatan seksual yang disertai dengan persetubuhan itu tidak sampai berakhir dengan ejakulasi, dengan sendirinya pembuktian adanya persetubuhan se#ara kedokteran %orensik tidak mungkin dapat dilakukan se#ara pasti. *ebagai konsekuensinya, dokter tidak dapat se#ara pasti pula menentukan bahwa pada seorang wanita tidak terjadi persetubuhan; maksimal dokter harus mengatakan bahwa pada diri wanita yang diperiksanya itu tidak ditemukan tandatanda persetubuhan, yang men#akup dua kemungkinan4 pertama, memang tidak ada persetubuhan dan yang kedua persetubuhan ada tapi tanda-tandanya tidak dapat ditemukan. Apabila persetubuhan telah dapat dibuktikan se#ara pasti maka perkiraan saat terjadinya persetubuhan harus ditentukan; hal ini menyangkut masalah alibi yang sangat penting di dalam proses penyidikan. $alam waktu 2-7 jam postkoital sperma di dalam liang Aagina masih dapat bergerak; sperma masih dapat ditemukan namun tidak bergerak sampai sekitar +2-/0 jam postkoital, dan masih dapat

&/

ditemukan sampai 3-1 hari bila wanita yang menjadi korban meninggal. "erkiraan saat terjadinya persetubuhan juga dapat ditentukan dari proses penyembuhan selaput dara yang robek. "ada umumnya penyembuhan tersebut di#apai dalam waktu 3-&9 hari postkoital. b. "emeriksaan pakaian $alam hal pembuktian adanya persetubuhan, pemeriksaan dapat dilakukan pada pakaian korban untuk menentukan adanya ber#ak ejakulat. $ari ber#ak tersebut dapat dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk memastikan bahwa ber#ak yang telah ditemukan adalah air mani serta dapat menentukan adanya sperma.

2.#.2 Pe$er ksaan Pe"aku a. "emeriksaan tubuh ntuk mengetahui apakah seorang pria baru melakukan

persetubuhan, dapat dilakukan pemeriksaan ada tidaknya sel epitel Aagina pada glans penis. "erlu juga dilakukan pemeriksaan sekret uretra untuk menentukan adanya penyakit kelamin. b. "emeriksaan pakaian "ada pemeriksaan pakaian, #atat adanya ber#ak semen, darah, dan sebagainya. ,er#ak semen tidak mempunyai arti dalam pembuktian sehingga tidak perlu ditentukan. $arah mempunyai nilai karena kemungkinan berasal dari darah de%lorasi. $i sini penentuan golongan darah penting untuk dilakukan. "race ev#$ence pada pakaian yang dipakai ketika terjadi persetubuhan harus diperiksa. ,ila %asilitas untuk pemeriksaan tidak ada, kirim ke laboratorium %orensik di kepolisian atau

&2

bagian Ilmu Kedokteran Forensik, dibungkus, segel, serta dibuat berita a#ara pembungkusan dan penyegelan.

2.% Pe$bukt an Kekerasan 'idak sulit untuk membuktikan adanya kekerasan pada tubuh wanita yang menjadi korban. $alam hal ini perlu diketahui lokasi luka-luka yang sering ditemukan, yaitu di daerah mulut dan bibir, leher, puting susu, pergelangan tangan, pangkal paha serta di sekitar dan pada alat genital. =uka-luka akibat kekerasan seksual biasanya berbentuk luka le#et bekas kuku, gigitan (b#te %arks) serta luka-luka memar. *epatutnya diingat bahwa tidak semua kekerasan meninggalkan bekas atau jejak berbentuk luka. $engan demikian, tidak ditemukannya luka tidak berarti bahwa pada wanita korban tidak terjadi kekerasan itulah alasan mengapa dokter harus menggunakan kalimat tanda-tanda kekerasan di dalam setiap (isum et )epertum yang dibuat, oleh karena tidak ditemukannya tanda-tanda kekerasan men#akup dua pengertian4 pertama, memang tidak ada kekerasan, dan yang kedua kekerasan terjadi namun tidak meninggalkan bekas (luka) atau bekas tersebut sudah hilang. 'indakan pembiusan serta tindakan lainnya yang menyebabkan korban tidak berdaya merupakan salah satu bentuk kekerasan. $alam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan untuk menentukan adanya ra#un atau obat-obatan yang kiranya dapat membuat wanita tersebut pingsan; hal tersebut menimbulkan konsekuensi bahwa pada setiap kasus kejahatan seksual, pemeriksaan toksikologik menjadi prosedur yang rutin dikerjakan.

&7

2.& Perk raan U$ur "enentuan umur bagi wanita yang menjadi korban kejahatan seksual seperti yang dikehendaki oleh pasal +12 dan +13 K !" adalah hal yang tidak mungkin dapat dilakukan (ke#uali didapatkan in%ormasi dari akte keahiran). $engan teknologi kedokteran yang #anggih pun maksimal hanya sampai pada perkiraan umur saja. "erkiraan umur dapat diketahui dengan melakukan serangkaian pemeriksaan yang meliputi pemeriksaan %isik, #iri-#iri seks sekunder, pertumbuhan gigi, %usi atau penyatuan dari tulang-tulang khususnya tengkorak serta pemeriksaan radiologi lainnya. $alam menilai perkiraan umur, dokter perlu menyimpulkan apakah wajah dan bentuk badan korban sesuai dengan yang dikatakannya. Keadaan perkembangan payudara dan pertumbuhan rambut kemaluan perlu dikemukakan. $itentukan apakah gigi geraham belakang ke-+ (molar ke-+) sudah tumbuh (terjadi pada umur kira-kira &+ tahun, sedangkan molar ke-/ akan mun#ul pada usia &3-+& tahun atau lebih). .uga harus ditanyakan apakah korban sudah pernah menstruasi bila umur korban tidak diketahui. !al-hal tersebut di atas perlu diketahui sehubungan dengan bunyi pasal +13 K !" untuk menentukan apakah penuntutan harus dilakukan.

2.' Penentuan Pantas D ka( n Apabila suatu perkawinan dimaksudkan sebagai suatu perbuatan yang su#i dan baik, dimana tujuan utamanya adalah untuk dapat menghasilkan keturunan, maka penentuan apakah seorag wanita itu sudah waktunya untuk dikawin atau belum, semata-mata hanya berdasarkan atas kesiapan biologis (yang dapat

&0

dibuktikan oleh ilmu kedokteran), dalam hal ini4 menstruasi. ,ila wanita itu sudah mengalami menstruasi, maka ia sudah waktunya untuk dikawin. ntuk itu, yaitu

untuk mengetahui apakah wanita tersebut sudah pernah menstruasi dokter pemeriksa tidak jarang harus merawat dan mengisolir wanita tersebut, yang maksudnya agar ia dapat mengetahui dan mendapatkan bukti se#ara pasti bahwa telah terjadi menstruasi. ;enurut ;uller, untuk mengetahui ada atau tidaknya oAulasi perlu dilakukan obserAasi selama 1 minggu di rumah sakit, sehingga dapat ditentukan adakah selama itu ia mendapat menstruasi. *ekarang ini untuk menentukan apakah seorang wanita sudah pernah mengalami oAulasi atau belum dapat dilakukan pemeriksaan vag#nal s%ear. Akan tetapi bila kita menga#u pada ndang-undang perkawinan, yang

mengatakan bahwa wanita boleh kawin bila ia telah berumur &0 tahun, maka masalahnya kembali kepada masalah perkiraan umur.

2.) H!$!seksua" sebaga Sa"ah Satu Bentuk Kejahatan Seksua" $i dalam pasal +8+ K !", terdapat an#aman hukuman bagi seseorang yang #ukup umur yang melakukan perbuatan #abul dengan orang lain yang berjenis kelamin sama yang belum #ukup umur atau belum dewasa.

Pasal 292 KUHP @rang dewasa yang melakukan perbuatan #abul dengan orang lain sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum dewasa, dian#am dengan pidana penjara paling lama lima tahun.

&3

$engan demikian kasus homoseks dan lesbian jelas merupakan kejahatan seksual, bila partnernya belum dewasa, yang se#ara yuridis belum berumur +& tahun atau bila berumur kurang dari +& tahun tetapi sudah pernah kawin, maka partnernya tersebut dianggap sudah dewasa. .ika kasus yang dihadapi adalah kasus homoseks antara dua pria, maka pembuktian se#ara kedokteran %orensik tidak sulit, oleh karena yang perlu dibuktikan dalam hal ini adalah4 perkiraan umur (belum dewasa), dan adanya sperma serta air mani baik dalam dubur maupun mulut korban; juga perlu diperiksa bentuk dubur, bagi yang telah sering melakukan persetubuhan melalui dubur, maka bentuk dari dubur akan mengalami perubahan, duburnya terbuka, berbentuk #orong (funnel s&ape), dan otot s%ingternya sudah tidak dapat ber%ungsi dengan baik. "ada kasus lesbian, selain perkiraan umur maka perlu di#ari apakah terdapat kelainan yang diakibatkan oleh manipulasi genital dengan tangan atau alat-alat bantu.

2.* Pe$er ksaan Lab!rat!r u$ Adanya #airan mani atau ber#ak yang dihasilkan bisa menjadi petunjuk adanya pemerkosaan atau upaya pemerkosaan, pembunuhan seksual pada wanita dan biasa juga terjadi pada best#al#ty' "otensi dari materi #airan ini telah diketahui, dapat mengungkapkan masalah paternitas atau nullitas, hal ini bisa membela dengan pertahanan bahwa adanya tindakan pemerkosaan. Ini penting, sesuai dengan sirkumstansial , untuk membuktikan ber#ak tersebut dihasilkan dari #airan mani, atau #airan yang dihasilkan dari Aagina

&1

(labium minora atau anus). "ada kejadian lain hal ini dapat menunjukan potensi #airan. ,ahan untuk pemeriksaan biasanya banyak ditemukan dari ber#ak mani pada pakaian dan #airan dari Aagian maupun anus, sejak adanya prosedur yang berbeda dalam memperoleh spesimen dan menyiapkan pemeriksaan. "ada kasus dugaan pemerkosaan perlu untuk melihat #airan mani berupa ber#ak pada pakaian, di kulit perineum, paha, labium minor, rambut pubis, Aagina dan lubang anus. Ini tidak pasti membuktikan bahwa #airan semen masuk ke Aagina, ini #ukup sering ditemukan pada labium minor atau rambut pubis sejak adanya penetrasi penis meskipun bukan penetrasi komplit. >airan semen yang telah kering pada perineum atau labia minor paling baik dikumpulkan menggunakan swab tenggorok. *ampel rambut pubis, yang mungkin juga dibutuhkan untuk perbandingan dengan rambut yang ada pada pakaian terdakwa, harus diambil se#ara hati-hati dan dipindahkan ke kemasan ke#il dari gelas. )ambut yang dipotong tidak akan disertai akarnya sehingga menjadi tidak memuaskan. >airan dari Aagina dikumpulkan menggunakan pipet atau swab tenggorok yang dimasukkan dengan atau tanpa bantuan spekulum. Karena sperma dapat rusak se#ara #epat, maka penting untuk membuat satu atau lebih smear pada gelas slide sesegera mungkin dan untuk mengirimnya bersama dengan spesimen yang sesuai untuk penyelidikan. $emikian pula, smear dari anal swab juga harus dibuat dengan segera.

&8

+.1.& "emeriksaan =aboratorium Korban Kejahatan *eksual &. 'ujuan ,ahan pemeriksaan ;etoda 4 menentukan adanya sperma
4 #airan Aagina

'anpa pewarnaan4 satu tetes #airan Aaginal ditaruh pada gelas objek dan kemudian ditutup; pemeriksaan dibawah mikroskop dengan pembesaran 799 kali. !asil yang diharapkan4 sperma yang masih bergerak. $engan pewarnaan4 buat sediaan apus dari #airan Aagina pada gelas objek, keringkan di udara, %iksasi dengan api, warnai dengan ;ala#hite-green &D dalam air, tunggu &9-&7 menit, #u#i dengan air, warnai dengan Eosin-yellowish &D dalam air, tunggu & menit, #u#i dengan air, keringkan dan diperiksa dibawah mikroskop. !asil yang diharapkan4 bagian basis kepala sperma berwarna ungu, bagian hidung merah muda. +. 'ujuan ,ahan pemeriksaan ;etoda 4 menentukan adanya sperma
4 pakaian

"akaian yang mengandung ber#ak diambil sedikit pada bagian tengahnya (kon s e n t r a s i sperma terutama di

b a g i a n tengah), 5arnai dengan pewarnaan ,AEE>!I selama + menit, >u#i dengan !>= &D, $ehidrasi dengan alkohol 39D, 17D dan alkohaol absolut,

+9

,ersihkan dengan -ylol, Keringkan dan letakan pada kertas saring, $engan jarum, pakaian yang mengandung ber#ak diambil benangnya &- + helai, kemudian diurai sampai menjadi serabut-serabut pada gelas objek,

'eteskan #anada balsem, ditutup dengan gelas penutup lihat dibawah mikroskop dengan pembesaran 799 kali.

!asil yang diharapkan4 Kepala sperma berwama merah, bagian ekor biru muda; kepala sperma tampak menempel pada serabut-serabut benang. "embuatan pewarnaan ,AEE>!I 4
a#id-%u#hsin & D (& tetes atau & ml) methylene-blue & D (& tetes atau & ml) !>= & D (29 tetes atau 29 ml).

/. 'ujuan
,ahan pemeriksaan

4 menentukan adanya air mani (asam %os%atase) 4 >airan Aaginal

;etoda

>airan Aaginal ditaruh pada kertas 5hatman, diamkan sampai kering,

*emprot dengan reagensia, "erhatikan warna ungu yang timbul dan #atat dalam berapa detik warna ungu tersebut timbul.

!asil yang diharapkan4 5arna ungu timbul dalam waktu kurang dari /9 detik, berarti

+&

asam %os%atase berasal dari prostat, berarti in dikasi besar; warna ungu timbul kurang dari 07 detik, indikasi sedang. "embuatan reagensia4 ,ahan-bahan yang dibutuhkan;
&. *odium #hloride +/ gram +. <la#ial a#eti# a#id &6+ ml /. *odium a#etate trihydrate + gram 2. ,rentamine%ast ,lue , 79 mg 7. *odium alpha naphthyl phosphate 79 mg 0. AFuadest 89 ml 3. Kertas 5hatman no. & serta alat penyemprot (spray)

,ahan Bo. &, + dan / dilarutkan dalam aFuadest menjadi larutan bu%%er dengan p! sekitar 7. ,ahan Bo. 2 dilarutkan dengan sedikit larutan bu%%er dan kemudian bahan Bo. 7 dilarutkan dalam sisa bu%%er. *elanjutnya bahan Bo 2 yang sudah dilarutkan tersebut dimasukan ke dalam larutan sodium alpha-naphthylphosphate dan dengan #epat disaring dan dimasukkan ke dalam botol yang gelap (reagensia ini bila disimpan dalam lemari es dapat tahan beberapa minggu ). Adapun dasar reaksi ini ialah4 asam %os%atase akan menghidrolisir alpha naphthyl phosphate dan alpha naphthol yang dibebaskan akan bereaksi dengan ,rentamine dan membentuk warna ungu. 2. 'ujuan
4 menentukan adanya air mani (kristal kholin)

,ahan pemeriksaan 4 #airan Aaginal ;etoda 4 Floren#e

++

>airan Aaginal ditetesi larutan yodium Kristal yang terbentuk dilihat di bawah mikroskop

!asil yang diharapkan4 Kristal-kristal kholin-peryodida tampak berbentuk jarum-jarum yang berwarna #oklat.
7. 'ujuan

4 menentukan adanya air mani (kristal spermin)

,ahan pemeriksaan 4 #airan Aaginal ;etoda 4 ,erberio

>airan Aaginal ditetesi larutan asam pikrat., kemudian lihat di bawah mikroskop

!asil yang diharapkan 4 K ristal-kristal spermin pikrat akan berbentuk rhombik atau jarum
kompas yang berwarna kuning kehijauan.

0. 'ujuan ,ahan pemeriksaan ;etoda

4 menentukan adanya air mani


4 pakaian

a. inhibisi asam %os%atase dengan = (G) asam tartrat b. reaksi dengan asam %os%atase #. sinar- (; Aisual; taktil dan pen#iuman (n&#b#s# asa% )osfatase $engan * +,- asa% tartat

" akaian yang diduga mengandung ber#ak air mani dipotong ke#il
dan diekstraksi dengan beberapa tetes aFuades.

"ada dua helai kertas saring diteteskan masing masing satu tetes ekstrak; kertas saring pertama disemprot dengan reagens &,

+/

yang kedua disemprot dengan reagensia +, ,ila pada kertas saring pertama timbul warna ungu dalam waktu satu menit, sedangkan pada yang kedua tidak terjadi warna ungu, maka dapat disimpulkan bahwa ber#ak pada pakaian Aang diperiksa adalah ber#ak air mani,

,ila dalam jangka waktu tersebut warna ungu timbul pada keduanya, maka ber#ak pada pakaian bukan ber#ak air mani,
asam %os%atase yang terdapat berasal dari sumber lain.

"embuatan reagensia4

)eagensia &4 sodium alpha naphthyl phosphate dan ,rentamine %ast blue ,, dilarutkan dalam larutan bu%%er #itrat dengan p!. 2,8.
)eagensia +4 sodium alpha naphthyl phosphate dan ,rentamine %ast blue ,, dilarutkan dalam larutan yang terdiri dari 8 bagian larutan bu%%er #itrat p!.2,8 dan & bagian larutan 9,2 ;. =(G) tartari# a#id dengan p!.2,8.

.eaks# $engan asa% fosfatase

Kertas saring yang sudah dibasahi dengan aFuades diletakkan pada


pakaian atau bahan yang akan di periksa selama 7-&9 menit, kemudian kertas saring diangkat dan dikeringkan,

* emprot dengan reagensia, jika timbul warna ungu berarti pakaian


atau bahan tersebut mengandung air mani,

, ila kertas saring tersebut diletakan pada pakaian atau bahan


seperti semula, maka dapat diketahui letak dari air mani pada bahan yang diperiksa.

/#nar ultra v#olet0 v#su#l0 takt#l $an penc#u%an

"emeriksaan dengan sinar- (4 bahan yang akan diperiksa ditaruh

+2

dalam ruang yang gelap, kemudian disinari dengan sinar ultra Aiolet
bila terdapat air mani, terjadi %luoresensi.

"emeriksaan se#ara Aisual, taktil dan pen#iuman tidak sulit untuk dikerjakan.

3. 'ujuan

4 menentukan adanya kuman 1e#sser#a gonorr&oeae (<@)

,ahan pemeriksaan ;etoda

4 sekret uretra dan sekret serAiks uteri 4 pewarnaan <ram

!asil yang diharapkan4 kuman 1e#sser#a gonorr&oea . 1. 'ujuan ,ahan pemeriksaan ;etoda 4 menentukan adanya kehamilan
4 urin

He%agglut#nat#on #n&#b#t#on test ("regnosti#on) 2gglut#nat#on #n&#b#t#on test (<raAinde? )

!asil yang diharapkan4 terjadi aglutinasi pada kehamilan. 8. 'ujuan ,ahan pemeriksaan
;etoda

4 menentukan adanya ra#un (toksikologi ) 4 darah dan urine


4

'=> ;ikrodi%%usi, dsbnya.


4 adanya obat yang dapat menurunkan atau

!asil yang diharapkan

menghilangkan kesadaran.

+7

&9. 'ujuan ,ahan pemeriksaan ;etoda

4 penentuan golongan darah


4 #airan Aaginal yang berisi air mani dan darah. 4 serologi (A,@ grouping test)

!asil yang diharapkan 4 golongan darah dari air mani berbeda dengan golongan darah dari korban. "emeriksaan ini hanya dapat dikerjakan bila tersangka pelaku kejahatan termasuk golongan HsekretorH.

+.1.+ "emeriksaan =aboratorium "elaku Kejahatan *eksual &. 'ujuan 4 menentukan adanya sel epithel Aagina pada penis
,ahan pemeriksaan 4 #airan yang masih melekat di sekitar #orona glandis ;etoda 4 dengan gelas objek ditempelkan mengelilingi

korona glandis, kemudian gelas tersebut diletakan di atas #airan lugol. !asil yang diharapkan 4
epithel dinding Aagina yang

objek

berbentuk

heksagonal tampak berwarna #oklat atau #oklat kekuningan.

+. 'ujuan

4 menentukan

adanya

kuman

1e#sser#a

gonorr&oeae (<@) ,ahan pemeriksaan ;etoda 4 sekret urethrae 4 sediaan <ram !asil yang diharapkan 4 ditemukan kuman 1e#sser#a gonorr&oeae. langsung dengan pewarnaan

+0

+.1./ "emeriksaan "ada Kasus !omoseksual 'ujuan pemeriksaan 4 untuk menentukan adanya sperma dalam dubur pasangannya dan mendapatkan adanya unsur-unsur yang terdapat dalam anus. ,ahan pemeriksaan ;etoda 4 anal swab 4 sama seperti di atas untuk menentukan sperma atau air mani, sedangkan untuk melihat unsur-unsur yang ada dalam dubur yang terbawa atau melekat pada penis, dapat dibuat sediaan langsung dengan atau tanpa pewarnaan.
+.1.2

"emeriksaan Air ;ani $ari )ambut $an Kulit "ara pelaku kejahatan seksual tidak jarang di dalam melampiaskan hasrat seksualnya itu, melalui #ara yang tidak laCim, seringkali korban dipaksa untuk melakukan H%ellatioH atau sodomy.
$i dalam menghadapi kemungkinan yang demikian tadi, maka selain pemeriksaan yang rutin dilakukan, harus pula dikerjakan pemeriksaan terhadap rambut dan kulit korban, untuk men#ari air mani yang ter#e#er.

$ aerah yang diperiksa tergantung dari peristiwanya, ke pala, bulubulu atau rambut di wajah, kulit di daerah perioral (sekitar mulut), paha bagian dalam, dan daerah pantat,

) ambut kepala di#abut dan direndam dalam larutan Ba>l, " emeriksaan dilakukan dengan pap smear dan penen tuan asam
%os%atase,

Kulit dibasahi dengan aplikator katun yang telah diren dam dalam larutan Ba>l, test kemudian dapat dilakukan,

+3

'es

yang

positi% saat

pada

paha

atau

pantat,

dapat tersebut,

memban tu tentunya

memperkirakan

terjadinya

kejahatan

tergantung dari4 apakah korban telah membersihkan dirinya atau belum.

;etoda pemeriksaan4

*ampel rambut yang berasal dari daerah %rontal dan temporal diperiksa hatihati, apakah terkontaminasi dengan air mani,

)ambut tersebut direndam dalam / ml Ba>l, kemudian disentri%use, " ap smear, dapat dilakukan dari sedimen tersebut, sedangkan
supernatantnya dipergunakan antuk analisa asam %os%atase,

$ua aplikator dari katun untuk swab dibasahi oleh Ba>l, ini dipakai untuk
membersihkan material yang mengandung air mani pada ki pit,

Kedua swab tersebut digosokkan pada permukaan kulit, , uat sediaan apus dari swab tersebut, warnai dengan teknik
"apani#olaou,

" enentuan asam %os%atase juga dapat memakai bahan yang berasal dari
swab tersebut,

* alah satu swab direndam dalam / ml Ba>I selama /9 menit pada


temperatur ruang,

$engan modi%ikasi dari teknik ,odansky (bete-gly#erolphosphori# a#id, disodium salt sebagai substrate), 9,7 ml dari elusi ini dipakai untuk menentukan kadar dari asam phosphatese yang berasal dari prostat.

BAB III PENU+UP

+1

Kejahatan seksual (sexual offences), sebagai salah satu bentuk dari kejahatan yang menyangkut tubuh, kesehatan, dan nyawa manusia, mempunyai kaitan yang erat dengan Ilmu Kedokteran Forensik, yaitu di dalam upaya pembuktian bahwasanya kejahatan tersebut memang telah terjadi. "ersetubuhan yang merupakan kejahatan seperti yang dimaksudkan oleh undang-undang , tertera pada pasal-pasal yang terdapat pada ,ab -I( K !", tentang Kejahatan 'erhadap Kesusilaan, meliputi persetubuhan di dalam perkawinan (pasal +11 K !") maupun di luar perkawinan yang men#akup persetubuhan dengan persetujuan (pasal +12 dan +13 K !") serta persetubuhan tanpa persetujuan (pasal +17 dan +10). !omoseksual juga termasuk bentuk kejahatan seksual bila dilakukan pada orang dengan jenis kelamin sama namun belum dewasa seperti yang tertera dalam pasal +8+ K !". paya pembuktian se#ara kedokteran %orensik pada setiap kasus kejahatan seksual sebenarnya terbatas di dalam pembuktian ada tidaknya tanda-tanda persetubuhan, ada tidaknya tanda-tanda kekerasan, perkiraan umur serta pembuktian apakah seseorang itu memang sudah pantas atau sudah mampu untuk dikawin atau tidak. ,erbagai pemeriksaan laboratorium dapat dilakukan untuk mendukung adanya persetubuhan.

+8

Вам также может понравиться