Вы находитесь на странице: 1из 29

BAB 8

AKUNTANSI PEMBIAYAAN

A. DEFENISI PEMBIAYAAN
Pengertian Pembiayaan baik secara basis kas dan akrual adalah sama. Pembiayaan didefinisikan di dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 13 Tahun 2006 sebagai berikut: Pembiayaan Daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Sedangkan Peraturan Pemerintah No. 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi Pemerintah, mendefinisikan pembiayaan sebagai berikut seluruh transaksi keuangan pemerintah, baik penerimaan maupun pengeluaran, yang perlu dibayar atau akan diterima kembali, yang dalam penganggaran pemerintah terutama dimaksudkan untuk menutup defisit dan atau memanfaatkan surplus anggaran. Pembiayaan terdiri dari penerimaan pembiayaan dan pengeluaran pembiayaan. (PSAP No.2, paragraf 50)

Dari kedua definisi tersebut, jelas terlihat bahwa

pembiayaan merupakan transaksi keuangan pemerintah


yang mempunyai dampak terhadap penerimaan dan/atau pengeluaran pemerintah pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Sedangkan tujuan dari transaksi ini adalah untuk menutup deficit anggaran atau memanfaatkan surplus anggaran.

Penerimaan atau pengeluaran dimaksud diatas merupakan penerimaan atau pembayaran baik pada tahun anggaran bersangkutan maupun tahun-tahun anggaran berikutnya. Penerimaan pembiayaan antara lain dapat berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah daerah, hasil privatisasi perusahaan daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada entitas lain, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Sementara, pengeluaran pembiayaan antara lain digunakan untuk pemberian pinjaman kepada entitas lain, penyertaan modal pemerintah daerah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. . Pembiayaan hanya dapat dilakukan di Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Dengan demikian akuntansi pembiayaan tidak diperlukan di SKPD.

Transaksi pembiayaan merupakan transaksi yang terjadi di Pejabat Pengelolaan Keuangan Daerah (PPKD) sebagai Pemda. Hal ini dikarenakan sifat atau tujuan dari dilakukannya transaksi ini, yaitu untuk memanfaatkan surplus atau menutup defisit anggaran daerah. Selain itu dalam transaksi pembiayaan, di dalamnya akan melibatkan akun-akun ekuitas dana yang hanya terdapat di dalam neraca Pemda. Oleh karena itu

transaksi ini dicatat dan dilaporkan dalam LRA PPKD


sebagai Pemda (kantor pusat), yang kemudian akan digabungkan dengan LRA SKPD lainnya, menjadi

laporan keuangan Pemerintah Daerah.

1. Penerimaan Pembiayaan

Penerimaan pembiayaan adalah semua penerimaan Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain berasal dari penerimaan pinjaman, penjualan obligasi pemerintah, hasil privatisasi perusahaan negara/daerah, penerimaan kembali pinjaman yang diberikan kepada fihak ketiga, penjualan investasi permanen lainnya, dan pencairan dana cadangan. Pencairan Dana Cadangan mengurangi Dana Cadangan yang bersangkutan. (PSAP No.2, paragraf 51). Sumber pembiayaan yang berupa penerimaan pembiayaan daerah antara lain sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, transfer dari dana cadangan, penerimaan pinjaman, hasil penjualan obligasi, hasil penjualan aset daerah yang dipisahkan, serta penjualan investasi permanen lainnya.

2. Akuntansi Pengeluaran Pembiayaan Pengeluaran pembiayaan adalah semua pengeluaran Rekening Kas Umum Negara/Daerah antara lain pemberian pinjaman kepada pihak ketiga, penyertaan modal pemerintah, pembayaran kembali pokok pinjaman dalam periode tahun anggaran tertentu, dan pembentukan dana cadangan. Pembentukan Dana Cadangan menambah Dana Cadangan yang bersangkutan. Hasil-hasil yang diperoleh dari pengelolaan Dana Cadangan di pemerintah daerah merupakan penambah Dana Cadangan. Hasil tersebut dicatat sebagai pendapatan-LRA dalam pos pendapatan asli daerah lainnya. (PSAP No.2, paragraf 55) Sumber pembiayaan yang merupakan pengeluaran pembiayaan daerah antara lain pembayaran utang pokok, pengisian dana cadangan, pemberian pinjaman kepada entitas lain, dan penyertaan modal (investasi) oleh pemerintah daerah.

3. Pembiayaan Neto

Pembiayaan neto adalah selisih antara penerimaan pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan

dalam periode tahun anggaran tertentu. Selisih lebih/kurang


antara penerimaan dan pengeluaran pembiayaan selama satu periode pelaporan dicatat dalam pos Pembiayaan

Neto. Sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran adalah


selisih lebih/kurang antara satu realisasi penerimaan dan pengeluaran selama selama satu periode periode pelaporan. Selisih dicatat dalam pos

lebih/kurang antara realisasi penerimaan dan pengeluaran pelaporan SiLPA/SiKPA.

4. Pembiayaan Untuk Dana Bergulir Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat yang diniatkan akan dipungut/ditarik kembali oleh pemerintah daerah apabila kegiatannya telah berhasil dan selanjutnya akan digulirkan kembali kepada kelompok masyarakat lainnya sebagai dana bergulir. Rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat di atas dicantumkan di APBD dan dikelompokkan pada Pengeluaran Pembiayaan yaitu pengeluaran investasi jangka panjang. Terhadap realisasi penerimaan kembali pembiayaan juga dicatat dan disajikan sebagai Penerimaan Pembiayaan Investasi Jangka Panjang. Dengan demikian, dana bergulir atau bantuan tersebut tidak dimasukkan sebagai Belanja Bantuan Sosial karena pemerintah daerah mempunyai niat untuk menarik kembali dana tersebut dan menggulirkannya kembali kepada kelompok masyarakat lainnya.

Pengeluaran dana tersebut mengakibatkan timbulnya investasi jangka panjang yang bersifat non permanen dan

disajikan di neraca sebagai Investasi Jangka Panjang.


Bantuan yang diberikan kepada kelompok masyarakat dengan maksud agar kehidupan kelompok masyarakat

tersebut lebih baik tidak dimaksudkan untuk diminta kembali


lagi oleh pemerintah daerah maka rencana pemberian bantuan untuk kelompok masyarakat tersebut dianggarkan di APBD sebagai belanja bantuan sosial. Demikian juga realisasi pembayaran dana tersebut kepada kelompok masyarakat tersebut dibukukan dan disajikan sebagai Belanja Bantuan Sosial.

B. PENGAKUAN PEMBIAYAAN

Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Negara/Daerah. (PSAP No.2, paragraf 52 dan 56). Penerimaan pembiayaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Umum Negara/Daerah kecuali untuk SiLPA. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Umum Daerah.

C. PENGUKURAN PEMBIAYAAN Akuntansi penerimaan pembiayaan dilaksanakan berdasarkan azas bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan tidak mencatat jumlah netonya

(setelah
Akuntansi

dikompensasikan
pengeluaran

dengan

pengeluaran).
dilaksanakan

pembiayaan

sebesar kas yang telah dikeluarkan. (PSAP No.2, paragraf 53 dan 57)

D. PENGUNGKAPAN PEMBIAYAAN Pembiayaan disajikan berdasarkan jenis

pembiayaan dalam laporan realisasi anggaran dan rincian lebih lanjut jenis pembiayaan disajikan dalam

Catatan atas Laporan Keuangan. Penjelasan sebabsebab terjadinya perbedaan yang material antara anggaran dan realisasinya, sangat dianjurkan untuk diungkapkan dalam Catatan atas Laporan Keuangan.

1.

2.

3.

4.

Hal-hal yang perlu diungkapkan sehubungan dengan pembiayaan antara lain: Penerimaan dan pengeluaran pembiayaan tahun berkenaan setelah tanggal berakhirnya tahun anggaran. Penjelasan landasan hukum berkenaan dengan penerimaan/pemberian pinjaman, pembentukan/pencairan dana cadangan, penjualan aset daerah yang dipisahkan, penyertaan modal pemerintah daerah. Konversi yang dilakukan akibat perbedaan klasifikasi pembiayaan yang didasarkan pada Permendagri No. 13 tahun 2006 dan Permendagri No. 59 tahun 2007 tentang perubahan atas Permendagri No. 13 tahun 2006 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah, dengan yang didasarkan pada PP No. 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah. Informasi lainnya yang dianggap perlu.

Berikut ini, ilustrasi pengungkapan pembiayaan dalam Catatan atas Laporan Keuangan:

Catatan atas Laporan Keuangan 1. Terdapat selisih sebesar Rp.100.000.000,- untuk realisasi Pencairan Dana Cadangan dibandingkan anggarannya. Selisih ini disebabkan kebutuhan untuk tahun 2012 untuk pembangunan terminal adalah sebesar Rp.400.000.000,-.

E.

PERLAKUAN AKUNTANSI

1. Saldo Normal Pembiayaan Saldo normal rekening buku besar penerimaan pembiayaan adalah saldo kredit. Artinya rekening ini akan bertambah dengan adanya transaksi yang mengkreditnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya transaksi yang mendebitnya. Sebaliknya, saldo normal rekening buku besar pengeluaran pembiayaan adalah saldo debit. Artinya rekening ini akan bertambah dengan adanya transaksi yang mendebitnya, sebaliknya akan berkurang dengan adanya transaksi yang mengkreditnya.

2. Pencatatan Akuntansi Pencatatan akuntansi untuk pembiayaan terdiri dari 2 (dua) kali pencatatan, Pencatatan yaitu untuk keperluan penerimaan penyusunan Neraca (basis akrual) dan penyusunan LRA (basis kas). untuk pembiayaan, diawali pada saat pembiayaan diterima. Pencatatan untuk keperluan penyusunan LRA adalah kas bertambah di sebelah debit dan penerimaan pembiayaan bertambah di sebelah kredit. Pencatatan untuk keperluan di penyusunan debit neraca dan adalah jenis kas bertambah sebelah sumber

pembiayaan bertambah di sebelah kredit.

Transaksi penerimaan pembiayaan dicatat dengan menggunakan asas bruto, yaitu penerimaan pembiayaan

dicatat sebesar nilai brutonya (tidak dikompensasikan


dengan pengeluaran). Pembiayaan penerimaan diakui pada saat diterima pada Rekening Kas Daerah. Pengeluaran pembiayaan diakui pada saat dikeluarkan dari Rekening Kas Daerah Dokumen sumber yang digunakan sebagai dasar untuk mencatat transaksi penerimaan pembiayaan ini adalah sebagai berikut:

selesai

Вам также может понравиться