Вы находитесь на странице: 1из 17

1.

Definisi Kanker payudara adalah suatu kondisi dimana sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali. Penigkatan jumlah sel tak normal ini umumnya membentuk benjolan yang disebut tumor atau kanker (Tjahjadi, 2008). Dalam istilah kedokteran, semua benjolan disebut tumor. Benjolan atau ada yang jinak dan ada yang ganas, tumor yang ganas itulah yang disebut kanker. Kanker payudara adalah tumor ganas yang berasal dari kelenjar payudara. Termasuk saluran kelenjar air susu dan jaringan penunjangnya (Darwito, 2009). 2. Epidemiologi Kanker payudara sering ditemukan di seluruh dunia dengan insidens relative tinggi, yaitu 20% dari seluruh keganasan (Tjahjadi, 1995). Dari 600.000 kasus kanker payudara baru yang yang didiagnosis setiap tahunnya, sebanyak 350.000 di antaranya ditemukan di negara maju, sedangkan 250.000 di negara yang sedang berkembang (Moningkey, 2000). Di Amerika Serikat, kira-kira 175.000 wanita didiagnosis menderita kanker payudara yang mewakili 32% dari semua kanker yang menyerang wanita. Bahkan, disebutkan dari 150.000 penderita kanker payudara yang berobat ke rumah sakit, 44.000 orang di antaranya meninggal setiap tahunnya (Oemiati, 1999). American Cancer Society memperkirakan kanker payudara di Amerika akan mencapai 2 juta dan 460.000 di antaranya meninggal antara 1990-2000 (Moningkey, 2000). Umur merupakan faktor penting yang ikut menentukan insiden atau frekuensi kanker payudara. American Cancer Society melaporkan selama tahun 2000-2004, insiden kanker payudara paling tinggi pada wanita yang berumur 75-79 tahun yaitu 464,8 per 100.000 perempuan. Di Indonesia sebanyak 30,35% kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun, demikian juga di jepang sebanyak 40,6% kanker payudara ditemukan pada umur 40-49 tahun. Semua perempuan memiliki risiko terkena kanker payudara, penyakit ini juga bias terjadi pada laki-laki dengan perbandingan 1 : 100 antara laki-laki dan perempuan.American Cancer Society melaporkan pada tahun 2005 di amerika perempuan yang didiagnosis menderita kanker payudara sebanyak 269.730 perempuan.

Menurut Tjindarbumi yang dikutip oleh Wahyuni (2001), insiden kanker payudara bervariasi pada setiap negara. Di Amerika insidennya 71,7 per 100.000 penduduk, di Australia insidennya 55,6 per 100.000 penduduk. Sedangkan untuk negara Asia misalnya di Indonesia insidennya 22,2 per 100.000 penduduk dan di Jepang 16 per 100.000 penduduk. 3. Klasifikasi Menurut Portman, stadium kanker payudara terdiri dari: Stadium I : Tumor terbatas dalam payudara, bebas dari jaringan sekitarnya, tidak ada fiksasi/infiltrasi ke kulit dan jaringan yang dibawahnya (otot). Besar tumor 1-2 cm. Kelenjar getah bening regional belum teraba. Stadium II : Sama dengan stadium I, hanya besar tumor 2,5-5 cm dan sudah ada satu atau beberapa kelenjar getah bening (KGB) aksila yang masih bebas dengan diameter kurang dari 2 cm. Stadium IIIA : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm) tapi masih bebas di jaringan sekitarnya, kelenjar getah bening aksila masih bebas satu sama lain. Stadium IIIB : Tumor sudah meluas dalam payudara (5-10 cm), melekat pada kulit atau dinding dada, kulit merah dan edema (lebih dari 1/3 permukaan kulit payudara), ulserasi dan nodul satelit, kelenjar getah bening aksila melekat satu sama lain atau terhadap jaringan sekitarnya. Diameter lebih dari 2,5 cm, belum ada metastatis jauh. Stadium IV : Tumor seperti pada yang lain ( stadium I,II dan III), tetapi sudah disertai dengan kelenjar getah bening aksila, supraklavika dan metastatis lebih jauh lainnya. Sistem TNM TNM merupakan singkatan dari T yaitu tumor size atau ukuran tumor, N yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan M yaitu metastasis atau penyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara klinis sebelum dilakukan operasi, juga

sesudah operasi dan dilakukan pemeriksaan histopatologi (PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM sebagai berikut :

A. Ukuran tumor (T)

Klasifikasi Ukuran Tumor Berdasarkan Sistem TNM

B. Palpable Lymph Node (N)

Klasifikasi Palpable Lymph Node Berdasarkan Sistem TNM C. Metastase (M)

Klasifikasi Metastase Berdasarkan Sistem TNM Setelah masing-masing faktor T, N, M didapatkan, ketiga faktor tersebut kemudian digabungkan dan akan diperoleh stadium kanker sebagai berikut:

Stadium Numerik Kanker Payudara

4. Patofisiologi (terlampir) 5. Faktor Resiko Penyebab pasti kanker payudara sampai saat ini belum diketahui. Namun, kanker disebabkan oleh adanya genom abnormal yang terjadi karena ada kerusakan gen yang mengatur pertumbuhan dan diferensiasi sel. Ada beberapa faktor resiko yang bisa menigkatkan kemungkinan terjadinya kanker payudara. Beberapa diantaranya adalah: a. Usia, risiko kanker payudara semakin meningkat dengan bertambahnya umur. b. Riwayat keluarga, wanita yang ibu atau saudara perempuan menderita kanker, memiliki risiko 3 kali lebih besar untuk menderita kanker payudara. c. Faktor hormon, hormon merupakan faktor yang banyak berpengaruh pada kanker payudara, seoerti mendapat haid pertama sebelum umur 12 tahun, menopause setelah umur 55 tahun, tidak menikah atau tidak pernah melahirkan anak, melahirkan anak pertama setelah umur 335 tahun, serta pengguna pil kb atau terapi hormon estrogen. d. Faktor genetik, terdapat 2 varian gen BRCA1 dan BRCA2 yang merupakan suatu gen suseptibilitas kanker payudara. Jika seorang wanita memiliki salah satu dari fen tersebut maka kemungkinan menderita kanker payudara sangatlah besar. e. Pernah menggunakan obat hormonal yang lama, seperti terapi sulih hormon atau hormonal replacement therapy (HRT), dan pengobatan kemandulan (infertilitas). f. Pemakaian kontrasepsi oral pada penderita tumor payudara jinak seperti kelainan fibrokistik. g. Pemaparan terhadap penyinaran (radiasi) terutama pada bagian dada (Moningkey dan Kodim, 1998). h. Wanita yang obesitas (kegemukan) pasca menopause, mengkonsumsi lemak, dan konsumsi alkohol berlebih. (Jonathan dan Neville, 2004). 6. Manifestasi Klinis Wanita dengan kanker payudara, bisa jadi mengalami gejala-gejala berikut. Kadang meskipun di tubuhnya telah tumbuh kanker dia tidak merasakan gejala apapun. Atau boleh juga ditubuhnya menujukkan gejala tersebut tetapi bukan karena kanker

payudara, tetapi akibat kondisi medis lain. Adapun tanda-tanda atau gejalanya antara lain : Ada bejolan yang keras di payudara Bentuk umumnya berupa benjolan yang tidak nyeri pada payudara. Benjolan itu mula-mula kecil, semakin lama akan semakin besar, lalu melekat pada kulit atau menimbulkan perubahan pada kulit payudara atau pada puting susu. Puting berubah (bisa masuk kedalam, atau terasa sakit terus-menerus), mengeluarkan cairan atau darah. Kulit atau puting susu menjadi tertarik ke dalam (retraksi), bewarna merah muda atau kecoklat-coklatan sampai menjadi odema hingga kulit kelihatan seperti kulit jeruk, mengkerut, atau timbul borok pada payudara. Borok itu semakin lama akan semakin membesar dan mendalam sehingga dapat menghancurkan seluruh payudara, sering berbau busuk, dan mudah berdarah. Ciri-ciri lainnya antara lain pendarahan pada puting susu, rasa sakit atau nyeri pada umumnya baru timbul apabila tumor sudah besar, sudah timbul borok, atau bila sudah muncul metastase ke tulang-tulang, kemudian timbul pembesaran kelenjar getah bening di ketiak, bengkak (edema) pada lengan, dan penyebaran kanker ke seluruh tubuh (Handoyo, 1990). Ada perubahan pada kulit payudara diantara berkerut, iritasi, seperti kulit jeruk. Adanya benjolan-benjolan kecil. Ada luka di payudara yang sulit sembuh. Payudara terasa panas, memerah, dan bengkak . Terasa sakit atau nyeri (bisa juga ini bukan sakit karena kanker, tetapi tetap harus diwaspadai). Terasa sangat gatal di daerah sekitar putting. Benjolan yang keras itu tidak bergerak (terfiksasi) dan biasanya pada awal tidak terasa sakit. Apabila benjolan itu kanker, awalnya biasanya hanya pada satu payudara.

7. Pemeriksaan Diagnostik

Terdapat berbagai macam cara untuk mendiagnosa kanker payudara dan untuk menentukan apakah suda ada metastasis ke organ lain. Beberapa tes juga berguna untuk menentukan pengobatan yang paling efektif untuk pasien. Kebanyakan pada tipe kanker, biopsi (mengambil sedikit jaringan untuk diteliti dibawah mikroskop, dilakukan oleh ahli patologi) adalah jalan satu-satunya untuk menentukan secara pasti diagnosis kanker. Apabila biopsy tidak mungkin dilakukan, dokter akan mengusulkan tes lain untuk membantu diagnosa. Test Imaging bisa digunakan untuk menemukan apakah telah terjadi metastasis. Dokter akan mempertimbangkan factor-faktor di bawah ini, ketika memutuskan tes diagnostik: Usia dan kondisi medis pasien Tipe kanker Beratnya gejala Hasil tes sebelumnya

Tes diagnosa kanker payudara biasanya dimulai apabila wanita atau dokter menemukan suatu massa atau pengerasan yang tidak normal (suatu titik kecil dari kalsium, biasanya dilihat pada saat X-ray), pada screening mammogram. Atau bias juga suatu yang tidak normal di payudara wanita ditemukan pada pemeriksaan klinis atau pemeriksaan sendiri. Beberapa tes mungkin dilakukan untuk memastikan diagnosa dari kanker payudara. Tidak pada semua orang akan dilakukan seluruh test dibawah ini: A. Imaging test 1. Diagnostic mammography Sama dengan screening mammography hanya pada test ini lebih banyak gambar yang bisa diambil. Biasanya digunakan pada wanita dengan tandatanda, diantaranya puting mengeluarkan cairan atau ada benjolan baru. Diagnostic mammography bisa juga digunakan apabila sesuatu yang mencurigakan ditemukan pada saat screening mammogram. 2. Ultrasound (USG) Suatu pemeriksaan ultrasound adalah menggunakan gelombang bunyi dengan frekuensi tinggi untuk mendapatkan gambaran jaringan pada payudara. Gelombang bunyi yang tinggi ini bisa membedakan suatu masa yang padat, yang

kemungkinan kanker, dan kista yang berisi cairan, yang kemungkinannya bukan kanker. 3. Magnetic Resonance Imaging (MRI) MRI merupakan magnetic, bukan X-ray, untuk memproduksi gambaran detail dari tubuh. Apabila seorang wanita telah didiagnosa mempunyai kanker maka untuk memeriksa payudara lainnya dapat digunakan MRI. Tetapi ini tidaklah mutlak karena dapat digunakan untuk screening saja. Menurut American Cancer Society (ACS), wanita yang mempunyai resiko tinggi terkena kanker payudara, seperti pada wanita dengan mutasi gen BRCA atau banyak anggota keluarganya terkena kanker payudara, sebaliknya juga mendapatkan MRI, bersamaan dengan mammografi. MRI biasanya lebih baik dalam melihat suatu kumpulan masa yang kecil pada payudara yang mungkin tidak terlihbat pada saat USG atau mammogram. Khususnya pada wanita yang mempunyai jaringan payudara yang padat. Kelemahan MRI juga ada, kadang jaringan pada yang terlihat pada saat MRI bukan kanker, atau bahkan MRI tidak dapat menunjukkan suatu jaringan yang padat itu sebagai in situ breast cancer maka untuk memastikan lagi harus dilakukan biopsi. B. Tes dengan bedah BIOPSI Suatu tes bisa saja menunjukkan kemungkinan adanya kanker tapi hanya biopsi yang bisa memberikan diagnosis secara pasti. Sampel yang diambil dari biopsy, dianalisa oleh ahli patologi (dokter spesialis yang ahli dalam menterjemahkan testes laboratorium dan mengevaluasi sel, jaringan, dan organ untuk menentukan penyakit). Image guided biopsy Digunakan ketika suatu benjolan yang mencurigkan tidak teraba. Itu dapat dilakukan dengan Fine Needle Aspiration Biopsy (FNAB, menggunakan jarum kecil untuk mengambil sampel jaringan). Stereotactic Core Biopsy

(menggunakan X-ray untuk menentukan jaringan yang akan diambil) atau Vacuum Assisted Biopsy (menggunakan jarum yang tebal untuk mengambil

beberapa macam jaringan inti yang luas). Dalam melakukan prosedur ini, jarum biopsy untuk menuju area yang dimaksud, dibantu oleh mammografi. USG atau MRI. Metal klip kecil dapat diletakkan pada bagian dari payudara yang akan dilakukan biopsy. Dalam kasus ini apabila jaringan itu membuktikan adanya kanker, maka segera diadakan operasi tambahan. Keuntungan teknik ini adalah bahwa pasien hanya butuh sekali operasi untuk menentukkan pengobatan dan menentukkan stadium. Core biopsy Dapat menentukan jaringan FNAB, dapat menentukan sel dari suatu masa yang berada dan ini semua kemudian dianalisa untuk menentukan adanya sel kanker. Surgical biopsy (biopsi dengan cara operasi) Mengambil sejumlah besar jaringan. Biopsy ini biasa incisional (mengambil sebagian dari benjolan) atau excisional (mengambil seluruh benjolan)

Apabila didiagnosa kanker, operasi lanjutan mungkin diperlukan untuk mendapatkan clear margin area (area jaringan disekitar tumor dimana dipastikan sudah bersih darsel kanker) kemungkinan, sekalian mengambil jaringan kelenjar getah bening.Jaringan yang didapat dari biopsy juga akan dites oleh dokter untuk menentukan pengobatan. Tes itu untuk melihat : Ciri-ciri tumor. Apakah tumor itu invasif (biasanya menyebar) atau in situ (biasanya tidak menyebar). Ductal (dalam saluran susu) atau lobular (dalam kelenjar susu) Grade (seberapa besar perbedaan kanker itu dari sel sehat) dan apakah sel kanker telah menjalar ke pembuluh darah atau pembulu getah bening. Margin dari tumor juga diamati. Receptor Estrogen (ER) dan Receptor Progestron (PR) tes. Apabila diketahui positif mengandung receptor ini [ER (+) dan PR (+)], kanker ini berkembangnya karena hormon-hormon tersebut. Biasanya diadakan terapi hormon. Tes HER2 neu. (C-erb2). Adanya protein HER2 yang berlebihan. Rata-rata pada 25% penderita kanker. Dengan mengetahui status HER2 (positif atau

negatif), maka dapat ditentukan apakah pasien akan diterapi dengan menggunakan obat yang disebut trastuzumab (HERCEPTIN) atau tidak. Genetic Desription of the Tumor. Tes dengan melihat unsur biologi dari tumor, untuk memahami lebih dalam mengenai kanker payudara. Oncotype DX adalah tes untuk mengukur resiko seberapa jauh kekambuhannya. C. Tes darah Tes darah juga diperlukan untuk lebih mendalami kondisi kanker. Tes-tes itu antara lain: Level Hemoglobin (HB): untuk mengetahui jumlah oksigen yang ada di dalam sel darah merah. Level Hematokrit: untuk mengetahui presentase dari darah merah didalam seluruh badan. Jumlah dari sel darah putih:untuk membantu melawan infeksi. Jumlah trombosit: untuk membantu pembekuan darah. Differential: presentase dari beberapa sel darah putih. D. Jumlah alkaline phosphatase Jumlah enzim yang tinggi bisa mengindikasikan penyebaran kanker ke hati, saluran empedu dan tulang. E. SGOT dan SGPT Tes ini untuk mengevaluasi fungsi hati. Angka yang tinggi dari salah satu tes ini mengindikasikan adanya kerusakan pada hati, bisa jadi suatu sinyal adanya penyebaran ke hati. F. Tumor marker test

Untuk melihat apakah ada suatu jenis zat kimia yang ditemukan pada darah, urin atau jaringan tubuh. Dengan adanya jumlah tumor marker yang terlalu tinggi atau terlalu rendah dari nilai normalnya, mengindikasikan adanya suatu proses yang tidak normal di dalam tubuh akibat kanker. Pada kanker payudara tumor marker yang biasanya dilakukan adalah CA 15.3 dengan mengambil sampel darah. Pada standar PRODIA tumor marker tidak boleh melebihi angka 30.

G. Tes-tes lain Tes-tes lain yang bisa dilakukan untuk kanker payudara adalah: Photo Thorax Untuk mengetahui apakah sudah ada penyebaran ke paru-paru. Bonescan Untuk mengetahui apakah kanker sudah menyebar ke tulang. Pasien disuntikan radioactive tracer pada pembuluh vena yang akan berkumpul di tulang yang menujukkan kelainan karena kanker. Jarang antara suntikan dan pelaksanaan bonescan kira-kira 3-4 jam. Selama itu pasien dianjurkan minum sebanyak-banyak. Hasil yang terlihat adalah gambar penampang tulang lengkap dari depan dan belakang. Tulang yang menunjukkan kelainan akan melihat warnya lebih gelap dari tulang normal. CT Scan Untuk melihat secara detail letak tumor. Pasien juga disuntik radioactive tracer pada pembuluh vena, tetapi volumenya lebih banyak sehingga sebenarnya sama benar dengan infus. Setelah disunt ik CT-Scan dapat segera dilakukan.CT-scan akan membuat gambar tiga dimensi bagian dalam tubuh yang diambil dari berbagai sudut. Hasilnya akan terlihat gambar potongan melintang bagian dari tubuh yang di scan 3 dimensi. Positron Emision Tomograpy (PET) Scan. Untuk melihat apakah kanker sudah menyebar. Dalam PET scan, cairan glukosa yang mengandung radioaktif disuntikan pada pasien. Sel kanker akan menyerap lebih cepat cairan glukosa tersebut dibandingkan sel normal. Sehingga akan terlihat warna kontras pada PET scan. PET scan biasanya digunakan sebagai pelengkap data dari hasil CT scan, MRI, dan pemeriksaan secara fisik. 8. Penatalaksanaan Medis Penatalaksanaan kanker payudara dilakukan dengan serangkain pengobatan meliputi pembedahaan, kemoterapi, terapi radiasi, dan yang terbaru adalah terapi imunologi (antibodi). Pengobatan ini ditujukan untuk memusnahkan kanker atau

membatasi

perkembangan

penyakit

serta

menghilangkan

gejala-gejalanya.

Keberagaman jenis terapi ini mengharuskan terapi dilakukan secara individual. Pembedahan Tumor primer biasanya dihilangkan dengan pembedahan. Prosedur

pembedahan yang dilakukan pada pasien kanker payudara tergantung pada tahapan penyakit, jenis tumor, umur dan kondisi kesehatan pasien secara umum. Ahli bedah dapat mengangkat tumor (lumpectomy), mengangkat sebagaian payudara yang mengandung sel kanker atau pengangkatan seluruh payudara (mastectomy). Untuk meningkatan harapan hidup, pembedahan biasanya diikuti dengan terapi tambahan seperti radiasi, hormone, atau kemoterapi. Terapi Radiasi Terapi radiasi dilakukan dengan sinar-X dengan intensitas tinggi untuk membunuh sel kanker yang tidak terangkat saat pembedahan. Terapi Hormon Terapi hormonal dapat menghambat pertumbuhan tumor yang peka horman dan dapat dipakai sebagai terapi pendamping setelah pembedahan atau pada stadium akhir. Kemoterapi Obat kemoterapi digunakan baik pada tahap awal ataupun tahap lanjut penyakit (tidak dapat lagi dilakukan pembedahan). Obat kemoterapi dapat digunakan secara tunggal atau dikombinasikan. Salah satu diantaranya Capecitabine dari Roche, obat anti kanker oral yang diaktivasi oleh enzim yang ada pada sel kanker, sehingga hanya menyerang sel kanker saja. Terapi Imunologi Sekitar 15-25% tumor payudara menunjukkan adanya protein pemicu pertumbuhan atau HER2 secara berlebihan dan untuk pasien seperti ini, trastuzumab, antibodi yang secara khusus dirancang untuk menyerang HER2 dan menghambat pertumbuhan tumor, dapat menjadi pilihan terapi. Pasien sebaiknya juga menjalani tes HER2 untuk menentukan kelayakan terapi dengan trastuzumab. Mengobati Pasien pada Tahap Akhir Penyakit

Banyak obat anti kanker yang telah diteliti untuk membantu 50% pasien yang mengalami kanker tahap akhir dengan tujuan memperbaiki harapan. Meskipun demikian, hanya sedikit yang terbukti mampu memperpanjang hidup pada pasien, diantaranya adalah kombinasi trastuzumab dengan capecitabine. Fokus terapi pada kanker tahap akhir bersifat paliatif (mengurangi rasa sakit). Dokter berupaya untuk memperpanjang serta memperbaiki kualitas hidup pasien melalui terapi hormon, terapi radiasi, dan kemoterapi. Pada pasien kanker payudara dengan HER2 positif, trastuzumab memberikan harapan untuk pengobatan kanker payudara yang dipicu oleh HER2. 9. Askep A. Pengkajian 1. Identitas Nama, usia, jenis kelamin, pekerjaan, alamat, dll. 2. Riwayat kesehatan sekarang Biasanya klien masuk ke RS karena merasakan adanya benjolan yang menekan payudara, adanya ulkus, kulit berwarna merah mengeras, bengak dan nyeri 3. Riwayat kesehatan dulu Adanya riwayat ca mammae sebelumnya atau ada kelainan pada mammae, kebiasaan makan tinggi lemak, pernah mengalami sakit pada bagian dada sehingga pernah mendapatkan penyinaran pada bagian dada, ataupun mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. 4. Riwayat kesehatan keluarga Adanya keluarga yang mengalami ca mammae berpengaruh pada kemungkinan klien mengalami ca mammae atau pun keluarga klien pernah mengidap penyakit kanker lainnya, seperti kanker ovarium atau kanker serviks. 5. Pemeriksan fisik a. Kepala: normal, kepala tegak lurus, tulang kepala umumnya bulat dengan tonjolan frontal di bagian anterior dan oksipital dibagian posterior. b. Rambut : biasanya tersebar merata, tidak terlalu kering, tidak terlalu berminyak.

c. Mata: biasanya tidak ada gangguan bentuk dan fungsi mata. Mata anemis, tidak ikterik, tidak ada nyeri tekan. d. Telinga: normalnya bentuk dan posisi simetris. Tidak ada tanda-tanda infeksi dan tidak ada gangguan fungsi pendengaran. e. Hidung: bentuk dan fungsi normal, tidak ada infeksi dan nyeri tekan. f. Mulut: mukosa bibir kering, tidak ada gangguan perasa.

g. Leher: biasanya terjadi pembesaran KGB. h. Dada: adanya kelainan kulit berupa peau dorange, dumpling, ulserasi atau tanda-tanda radang. i. j. Hepar: biasanya tidak ada pembesaran hepar. Ekstremitas: biasanya tidak ada gangguan pada ektremitas.

6. Pengkajian pola fungsional a. Persepsi dan manajemen Biasanya klien tidak langsung memeriksakan benjolan yang terasa pada payudaranya kerumah sakit karena menganggap itu hanya benjolan biasa. b. Nutrisi metabolik Kebiasaan diet buruk, biasanya klien akan mengalami anoreksia, muntah dan terjadi penurunan berat badan, klien juga ada riwayat mengkonsumsi makanan mengandung MSG. c. Eliminasi Biasanya terjadi perubahan pola eliminasi, klien akan mengalami melena, nyeri saat defekasi, distensi abdomen dan konstipasi. d. Aktivitas dan latihan Anoreksia dan muntah dapat membuat pola aktivitas dan latihan klien terganggu karena terjadi kelemahan dan nyeri. e. Kognitif dan persepsi Biasanya klien akan mengalami pusing pasca bedah sehingga kemungkinan ada komplikasi pada kognitif, sensorik maupun motorik. f. Istirahat dan tidur Biasanya klien mengalami gangguan pola tidur karena nyeri.

g. Persepsi dan konsep diri Payudara merupakan alat vital bagi wanita. Kelainan atau kehilangan akibat operasi akan membuat klien tidak percaya diri, malu, dan kehilangan haknya sebagai wanita normal. h. Peran dan hubungan Biasanya pada sebagian besar klien akan mengalami gangguan dalam melakukan perannya dalam berinteraksi social. i. Repsroduksi dan seksual Biasanya aka nada gangguan seksualitas klien dan perubahan pada tingkat kepuasan. j. Koping dan toleransi Biasanya klien akan mengalami stress yang berlebihan, denial dan keputus asaan. k. Nilai dan keyakinan Diperlukan pendekatan agama supaya klien menerima kondisinya dengan lapang dada. B. Diagnosa 1. Nyeri (kronik) b.d proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi). 2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif, lamanya penyembuhan luka pada pasien DMDefinisi : peningkatan resiko masuknya orgaanisme patogen. 3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b.d kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif. C. Intervensi 1. Nyeri (kronik) b.d proses penyakit (penekanan/kerusakan jaringan syaraf, infiltrasi sistem suplay syaraf, obstruksi jalur syaraf, inflamasi). Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam nyeri berkurang

KH: Mengenali faktor penyebab Menggunakan metode nonanalgetik untuk mengurangi nyeri Melaporkan nyeri sudah terkontrol

Intervensi: Kaji lokasi karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan factor presipitasi Observasi reaksi non verbal dari ketidaknyamanan Kaji intensitas nyeri. Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan. Gunakan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri Ajarkan teknik relaksasi untuk mengurangi nyeri Kolaborasi penggunaan analgesik.

2. Resiko tinggi terhadap infeksi b.d jaringan trauma, kulit rusak, prosedur invasif, lamanya penyembuhan luka pada pasien DMDefinisi : peningkatan resiko masuknya orgaanisme patogen. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam resiko nyeri tidak ada KH: Mendeskripsikan tanda-tanda dan gejala Mendeskripsikan tampilan prosedur-prosedur Mendeskripsikan aktivitas-aktivitas meningkatkan daya tahan terhadap infeksi Mendeskripsikan cara pengobatan untuk diagnose Mendeskripsikan tingkat keberhasilan diagnose infeksi

Intervensi Monitor tanda-tanda dan gejala sistemik dan local dari infeksi Monitor daerah yang mudah terinfeksi. Monitor jumlah granulosit, WBC, dan perbedaan nilai.

Ikuti kewaspadaan neutropenic. Batasi pengunjung. Inspeksi kulit dan membrane mukosa yang memerah, panas, ataukering. Inspeksi kondisi dari luka operasi. Tingkatkan intake nutrisi yang cukup.

3. Kurangnya pengetahuan tentang penyakit, prognosis dan pengobatan b.d kurangnya informasi, misinterpretasi, keterbatasan kognitif. Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien mengetahui tentang penyakitnya. KH: Deskripsi proses penyakit. Deskripsi factor yang berhubungan dengan penyakit. Deskripsi factor resiko. Deskripsi effek dari penyakit. Deskripsi tanda dan gejala. Deskripsi komplikasi

Intervensi: Hargai tingkat pengetahuan pasien tentang proses penyakit Jelaskan patofisiologi penyakit dan bagaimana hubungan dengan anatomy dan fisiologi Deskripsikan tanda dan gejala penyakit Deskripsikan proses penyakit Identifikasi factor penyebab Sediakan informasi sesuai dengan kondisi pasien Diskusikan perubahan gaya hidup yang dibutuhkan untuk mencegah komplikasi lebih lanjut dan atau kontrol dari proses penyakit Berikan umpan balik untuk mengetahui tingkat pemahaman klien

Вам также может понравиться