Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
HORMON
OLEH
ERKADIUS
ii
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI..................................................................................................................................III
DAFTAR TABEL.........................................................................................................................IV
DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................V
I. PRINSIP UMUM.........................................................................................................................1
A.
B.
C.
D.
PENDAHULUAN............................................................................................................. 1
PRODUKSI DAN SEKRESI HORMON............................................................................5
CARA KERJA.................................................................................................................. 9
KELENJAR DAN HORMON UTAMA...........................................................................11
GLUKOKORTIKOID..................................................................................................... 64
MINERALOKORTIKOID............................................................................................... 68
ANDROGEN ADRENAL............................................................................................... 73
GANGGUAN SEKRESI KORTEKS ADRENAL............................................................73
VII. REPRODUKSI......................................................................................................................76
A. HORMON REPRODUKSI PRIA.....................................................................................76
B. HORMON REPRODUKSI WANITA..............................................................................78
C. HORMON PLASENTA DAN LAKTASI........................................................................83
DAFTAR BACAAN......................................................................................................................86
DAFTAR INDEKS........................................................................................................................87
DAFTAR TABEL
TABEL 1. NAMA-NAMA KELENJAR DAN HORMON YANG DIHASILKANNYA........11
TABEL 2. HORMON HIPOTALAMUS YANG TERKAIT DENGAN HIPOFISIS
ANTERIOR.....................................................................................................................................14
TABEL 3. SEL-SEL DAN HORMON HIPOFISIS ANTERIOR.............................................21
TABEL 4. POTENSI GLUKOKORTIKOID DAN MINERALOKORTIKOID....................64
DAFTAR GAMBAR
GAMBAR 1. BENTUK-BENTUK KOMUNIKASI ANTAR SEL.............................................2
GAMBAR 2. FEEDBACK NEGATIF BERDASARKAN PENURUNAN PRODUKSI
HORMON.........................................................................................................................................7
GAMBAR 3. FEEDBACK NEGATIF BERDASARKAN PENURUNAN PRODUKSI
ORGAN TARGET...........................................................................................................................7
GAMBAR 4. LETAK RESEPTOR UNTUK BERBAGAI JENIS KIMIAWI HORMON. . .10
GAMBAR 5. KURVE KADAR-RESPONS HORMON............................................................11
GAMBAR 6. HIPOFISIS, HIPOTALAMUS, SEL BESAR DAN SEL KECIL.....................14
GAMBAR 7. PENGATURAN SEKRESI HORMON PERTUMBUHAN...............................24
GAMBAR 8. EFEK BIOLOGIS HORMON PERTUMBUHAN.............................................25
GAMBAR 9. PENGATURAN SEKRESI HORMON PERTUMBUHAN DAN INSULIN. . .26
GAMBAR 10. PENGATURAN SEKRESI GONADOTROPIN...............................................30
GAMBAR 11. PERTUKARAN KALSIUM HARIAN. .............................................................53
GAMBAR 12. PERTUKARAN FOSFAT HARIAN. ................................................................54
GAMBAR 13. RESPONS KOMPENSASI TERHADAP KEKURANGAN KALSIUM........60
GAMBAR 14. RESPONS KOMPENSASI TERHADAP KEKURANGAN FOSFAT...........61
GAMBAR 15. HUBUNGAN SODIUM PLASMA, TEKANAN DARAH DAN SISTEM
RAA..................................................................................................................................................70
GAMBAR 16. EFEK PENARIKAN NA DI GINJAL TERHADAP TEKANAN DARAH. . .72
I. PRINSIP UMUM
A. PENDAHULUAN
Komunikasi antara sel-sel akan memberikan pengaruh di antara mereka,
yang selanjutnya berpengaruh pula terhadap jaringan, organ dan sistem tubuh.
Interaksi ini merupakan bagian yang sangat penting dalam mempertahankan
kestabilan kadar zat-zat di cairan interstitium atau dikenal sebagai homeostasis
lingkungan dalam, melalui pertukaran zat-zat di antara sel-sel yang terkait.
Pertukaran zat bisa terjadi secara langsung melalui gap junction, yaitu penyatuan
bagian dari dua sel ketika berdekatan, atau melalui penonjolan struktur membran
sitoplasma pada hubungan langsung sementara (Gambar 1).
Hubungan secara tidak langsung antara dua sel dilakukan melalui zat yang
disebut hormon. Hormon dapat keluar dari sel dan memasuki cairan interstitium,
lalu bergerak menuju sel-sel lain baik sel sejenis atau bukan. Selain itu, setelah tiba
di intersitium hormon dapat pula memasuki aliran darah kapiler yang berada di
sekitarnya dan dibawa ke seluruh tubuh. Di tempat kerjanya, hormon keluar dari
kapiler menuju cairan interstitium, lalu bergerak menuju sel tersebut.
Pembuluh kapiler tidak saja menerima hormon yang telah berada di cairan
interstitium sekitar sel penghasil hormon. Ia juga dapat memasuki kelenjar,
mengambil hormon dari cairan interstitium di dalam kelenjar tersebut dan
membawanya ke seluruh tubuh. Jadi kelenjar ini tidak memerlukan saluran untuk
mengeluarkan sekresinya sehingga disebut kelenjar endokrin. Di masa lalu istilah
hormon hanya digunakan untuk zat yang dihasilkan oleh kelenjar buntu ini.
1. Definisi-definisi
Hormon adalah zat kimia yang disekresi ke dalam cairan tubuh oleh satu
atau sekelompok sel, dan memiliki efek kontrol fisiologis terhadap sel lain. Jadi
hormon adalah sekresi dari sel apa pun yang memiliki pengaruh terhadap sel lain.
celah
hubungan langsung
pertemuan
sementara
autokrin
parakrin
neurotransmitter
neurohormon
hormon endokrin
Gambar 1. Bentuk-bentuk komunikasi antar sel.
Berdasarkan tempatnya bekerja, hormon dibagi atas hormon yang bekerja
secara lokal atau secara sistemik. Hormon yang kerjanya lokal dibagi atas hormon
autokrin yang bekerja terhadap sel sejenis, dan hormon parakrin yang bekerja
terhadap sel-sel lain. Mereka beredar melalui cairan intertitium di sekitar tempat
sekresinya, dan kadang-kadang menggunakan aliran darah lokal (Gambar 1).
Neurotransmitter yang dihasilkan oleh ujung-ujung akson sel syaraf termasuk
dalam kelompok hormon parakrin kalau ia bekerja terhadap sel-otot, namun ia
termasuk ke dalam hormon autokrin kalau ia merangsang sel-sel syaraf lain.
Sel syaraf dan kelenjar endokrin dapat menghasilkan tegangan listrik dan
mengalami depolarisasi (peningkatan tegangan).
Senyawa kimia yang dianggap hanya berfungsi sebagai hormon ternyata juga
bisa bekerja sebagai neurotransmitter. Begitu pula molekul yang semula
dianggap sebagai neurotransmitter ternyata dapat bekerja sebagai hormon.
1. Produksi.
Umumnya hormon dibentuk di dalam sel dan disekresi dari sel tersebut.
Akan tetapi pembentukan hormon bisa melibatkan berbagai sel dan jaringan yang
tempatnya berjauhan.
Hormon-hormon tiroid dan katekolamin dibentuk melalui perubahan asam
amino tirosin. Keduanya dibentuk di dalam sitoplasma melalui reaksi-reaksi yang
menggunakan enzim. Hormon tiroid disimpan dalam bentuk ikatan dengan molekul
tiroglobulin sampai saatnya dikeluarkan. Katekolamin, yaitu nama bersama untuk
epinefrin dan norepinefrin disimpan di dalam granul-granul sekresi.
Hormon steroid dengan mudah dibentuk dari kholesterol yang terdapat di
dalam vakuola-vakuola di sitoplasma. Kholesterol sel ini banyak yang berasal dari
plasma, di samping yang dibuat oleh sel itu sendiri. Mereka tidak disimpan di dalam
sel, akan tetapi segera berdiffusi keluar setelah terbentuk
Hormon peptida dan protein dibentuk di dalam retikulum endoplasma kasar
sebagaimana pembentukan protein pada umumnya. Bentuk yang dihasilkan adalah
pre-prohormon yang kemudian diolah menjadi prohormon oleh aparatus Golgi, dan
di dalam granul sekresi diubah menjadi hormon. Mereka disimpan di dalam vesikelvesikel sekresi sampai saatnya tiba untuk dikeluarkan.
Pembentukan hormon yang lebih rumit misalnya adalah perubahan
androgen yang dihasilkan ovarium menjadi estrogen, atau perubahan androgen
yang dihasilkan kelenjar adrenal menjadi estrogen oleh hati. Contoh lain adalah
pembentukan vitamin D yang memerlukan kerjasama antara kulit, hati dan ginjal,
dan pembentukan angiotensin II yang melibatkan ginjal, hati, dan endotel pembuluh
darah paru-paru.
2. Pengaturan sekresi
a). Kontrol Feedback Negatif atau Positif.
Pengaturan kerja hormon melalui
prinsip
feedback
negatif
HORMON
merangsa
ng
KELENJAR
menghambat
TARGET
PRODUK
PRODUK
merangsa
ng
TARGET
merangsang
KELENJAR
HORMON
3. Transport hormon
Setelah disekresi, hormon umumnya memasuki plasma dan beredar sebagai
molekul bebas atau terikat pada protein pembawa spesifik. Katekolamin dan
hampir semua hormon protein atau peptida beredar secara bebas, sedangkan
hormon steroid dan tiroid beredar dalam bentuk terikat pada globulin khusus yang
dibentuk di hati. Selanjutnya hormon bisa memasuki cairan tubuh, dan bisa pula
setelah beredar di cairan interstitium kembali ke plasma melalui cairan limfe.
C. CARA KERJA
Syarat hormon dapat bekerja pada sel target adalah terdapatnya reseptor
yang spesifik terhadap hormon, ikatan antara hormon dengan reseptor, dan ikatan
ini harus dapat membangkit sinyal intrasel. Sinyal intrasel inilah yang akan
menimbulkan aktifitas spesifik di dalam sel sesuai dengan tugas yang ditentukan
oleh hormon tersebut.
Pada hormon peptida, protein dan katekolamin, reseptor dan pembangkit
sinyal intrasel berada di dalam atau di dekat membran plasma. Hormon berfungsi
sebagai sinyal ekstrasel yang akan merangsang reseptor. Informasi penting untuk
memulai pekerjaan berada pada molekul protein-G yang berikatan dengan reseptor.
Pengaktifan reseptor setelah bergabung dengan hormon menyebabkan protein-G
menghasilkan kurir kedua (second messenger) yang akan memulai rangkaian reaksi
di dalam sel. Kurir kedua yang penting adalah cAMP (cyclic adenosine
monophosphate), cGMP (cyclic guanosine monophosphate), Ca-calmodulin, IP 3
(inositol triphosphate), dan DAG (diacyl glycerol). Pada jenis ikatan ini, respons
terhadap hormon akan timbul dalam beberapa detik.
Reseptor hormon tiroid umumnya berada di dalam inti sel, sehingga ia
harus terlebih dahulu memasuki sel untuk memulai pekerjaan. Hormon steroid
memiliki reseptor di dalam sitoplasma, dan setelah bergabung, ikatan hormonreseptor akan memasuki inti sel (Gambar 4). Kedua hormon ini memiliki sifat larut
di dalam lemak sehingga dengan mudah memasuki sel. Pada kedua keadaan ini
ikatan antara hormon dan reseptor akan berinteraksi dengan DNA untuk
menimbulkan effek yang sesuai. Informasi penting untuk memulai respons berada
pada gabungan hormon-reseptor, sedangkan hormon berfungsi sebagai sinyal
Hormon
peptida /
protein
Hormon
steroid
Hormon
tiroid
Jumlah reseptor pada sel tidak sama setiap hari, karena mereka sering
mengalami proses inaktivasi atau reaktivasi, dan penghancuran atau dibuat baru.
Kehadiran hormon yang terlalu banyak sering menyebabkan berkurangnya jumlah
reseptor, dan keadaan ini disebut down-regulation. Dalam keadaan tertentu
hormon dapat merangsang pembentukan lebih banyak molekul reseptor baru dan
menyebabkan up-regulation reseptor; sehingga sel menjadi lebih sensitif terhadap
rangsangan hormon.
Hasil akhir interaksi hormon dengan sel target tergantung pada sejumlah
faktor seperti kadar hormon, jumlah reseptor, lama kontak, interval antara kontak,
keadaan intrasel (kadar enzim, kofaktor, substrat), dan kehadiran hormon lain yang
bersifat antagonis atau agonis. Efek hormon berbentuk kurva sigmoid (Gambar 5),
dengan respons minimum, respons maksimum, dan peningkatan respons yang tajam
pada dosis efektif. Pada penurunan respons, efek maksimum berkurang berapa pun
tingginya kadar hormon. Pada penurunan kesensitifan, dibutuhkan kadar hormon
yang lebih tinggi untuk memberikan efek normal.
10
100%
Penurunan
responsivitas
RESPONS
50%
Penurunan
kesensitifan
KADAR HORMON
11
KELENJAR
Hipotalamus -Hipofisis
HORMON UTAMA
Antidiuretic hormone (ADH) atau vasopressin
posterior
Hipofisis anterior
Oxytocin
Growth hormone (GH) atau somatotropin
Adrenocorticotropic hormone (ACTH), corticotropin
Thyroid stimulating hormone (TSH)
Follicle stimulating hormone (FSH)
Luteinizing hormone (LH)
Thyroid
Prolactin
Thyroxin (Tetraiodothyronine = T4)
Triiodothyronine (T3)
Korteks Adrenal
Calcitonin
Cortisol
Medulla Adrenal
Pankreas
Aldosterone
Epinefrin dan Norepinefrin
Insulin
Glucagon
Parathiroid
Reproduksi
Somatostatin
Parathormon
Estrogen
Progesteron
Testosteron
Hormon lain
12
A. HIPOTALAMUS
Seluruh sel-sel penghasil hormon di hipotalamus adalah sel syaraf, terdiri
dari sel neuron besar (magnacell) dan kecil (parvicell). Neuron besar mengirimkan
aksonnya langsung ke neurohipofisis yang dikenal juga dengan nama hipofisis
posterior. Hipofisis posterior adalah bagian hipofisis yang tidak memiliki kelenjar,
tapi memiliki akson dan sel-sel glia. Neuron kecil memiliki akson yang pendek dan
berakhir di eminentia mediana, yaitu daerah yang membatasi hipofisis dari
hipotalamus. Hormon yang dihasilkan sel kecil keluar dari ujung aksonnya disini,
lalu memasuki pembuluh darah yang dikenal dengan nama sistem porta
hipotalamo-hipofisis, dan dibawa ke hipofisis (Gambar 6).
Sel-sel besar yang aksonnya berakhir di hipofisis posterior terbagi atas sel
yang menghasilkan hormon antidiuresis (ADH, antidiuretic hormone) dan sel
penghasil oksitosin. Hormon-hormon ini dikeluarkan di ujung akson, lalu
memasuki pembuluh darah yang berada di hipofisis posterior, dan dibawa ke
seluruh tubuh untuk bekerja pada sel-sel targetnya
Eminentia mediana
Hipofisis posterior
Hipofisis anterior
Hormon yang dihasilkan oleh kelompok sel kecil terlihat pada (Tabel 2).
Hormon pembebas hormon pertumbuhan (GHRH, growth hormone-releasing
hormone) dan hormon penghambat hormon pertumbuhan (somatostatin) bekerja
mengatur sekresi hormon pertumbuhan (GH, growth hormone) sehingga
produksinya dapat diharapkan optimal. Hormon pembebas kortikotropin (CRH,
corticotropin-releasing hormone) akan merangsang kortikotropin yang disebut juga
hormon perangsang korteks adrenal (ACTH, adrenocortico trophic hormone).
Luteinizing hormone
14
: Cys-Tyr-Phe-Gln-Asn-Cys-Pro-Arg-Gly-NH2
Oksitosin
: Cys-Tyr-Ile-Gln-Asn-Cys-Pro-Leu-Gly-NH2
15
16
hipotalamus.
Pembuangan
hipofisis
posterior
saja
tidak
17
Kelebihan sekresi ADH dapat disebabkan oleh penyakit atau trauma sistim
syaraf pusat, psikosis, tumor penghasil ADH, atau obat-obatan. Keadaan ini
menyebabkan penyerapan air di ginjal meningkat, jumlah cairan tubuh meningkat
dan plasma lebih encer. Keadaan ini dapat diatasi oleh hormon natriuresis atrium
(ANH, atrial natriuretic hormone) yang dibuat di sel-sel atrium jantung.
ANH menghambat penarikan sodium yang dilakukan angiotensin II di
tubuli proksimal ginjal, sehingga meningkatkan pembuangan sodium dalam
usahanya mengurangi jumlah cairan tubuh, namun dengan akibat darah semakin
encer. Penurunan osmolalitas dari 290 mOsm/L menjadi 250 mOsm/L, dan kadar
sodium dari 140 mEq/L menjadi 125 mEq/L dapat menyebabkan sembabnya sel-sel
otak, sakit kepala hebat, kehilangan tenaga (lethargy), kejang dan koma.
2. Oksitosin.
18
Kadar basal oksitosin pada laki-laki dan perempuan sama, namun fungsi
yang jelas pada laki-laki masih belum diketahui. Pada wanita, oksitosin disekresi
dalam jumlah besar setelah regangan serviks dan vagina sewaktu melahirkan
sehingga membantu dalam persalinan dan penghentian perdarahan kemudian.
19
20
setelah plasenta dikeluarkan. Bentuk sintetis hormon ini dipakai pada obstetri
untuk induksi persalinan wanita yang secara fisiologis telah siap untuk melahirkan,
dan untuk menghentikan perdarahan setelah plasenta lahir.
Hubungan oksitosin dengan respons seksual masih belum jelas, walau pun
ada yang melaporkan peningkatan kadar oksitosin orgasme pada laki-laki dan
perempuan. Penelitian dengan tikus menunjukkan terjadinya ereksi ketika oksitosin
disuntikkan ke dalam cairan serebrospinal. Oksitosin diperkirakan memiliki efek
yang kuat dalam terjadinya ikatan kasih sayang, empati, dan perasaan akrab kepada
orang lain. Efek-efek ini diduga terjadi akibat rangsangan oksitosin terhadap bagian
lain di sistem syaraf pusat.
Populasi (%)
40-50
15-20
Produk
GH
ACTH
Target
Semua jaringan
Kelenjar adrenal
-lipotropin
Jaringan lemak
Mammotroph
10-25
Prolaktin
Melanosit
Mammae
Gonadotroph
Thyrotroph
10-15
3-5
FSH & LH
TSH
Gonad
Gonad
Kelenjar tiroid
21
22
reproduksi sel-sel tersebut, dan efek spesifiknya mengubah sel kondrosit menjadi
sel osteogenik.
Pertumbuhan tulang melibatkan dua mekanisme, yaitu di ujung dan di
permukaan batangnya. Pada mekanisme pertama, tulang panjang tumbuh pada
rawan di perbatasan epifisis dengan diafisis. Disini rawan baru ditumpuk dan
diubah menjadi tulang sehingga diafisis semakin panjang. Di akhir pubertas rawan
ini sudah terpakai semua dan diafisis akan menyatu dengan epifisis, sehingga
pertambahan panjang tulang berhenti. Setelah pubertas, GH tidak mampu lagi
memperpanjang tulang karena epifisis sudah menyatu dengan batang. Pada
mekanisme pertama ini, GH bekerja merangsang pertumbuhan rawan epifisis dan
perpanjangan batang tulang.
Mekanisme kedua adalah pembuatan tulang baru di permukaan tulang yang
lama oleh osteoblast yang terdapat di periosteum dan rongga tulang. Pada saat
yang sama osteoklast di dalam tulang akan membuang sel-sel lama tulang tersebut.
Hormon pertumbuhan merangsang osteoblast dengan kuat, sehingga tulang dapat
terus menerus menjadi besar. Contoh yang sering terjadi adalah pada rahang bawah
yang menyebabkan pipi dan gigi bawah menonjol, dan pada tulang tengkorak yang
menyebabkan tonjolan-tonjolan tulang di sekitar mata.
Efek terhadap pertumbuhan rawan dilaksanakan oleh somatomedin,
dihasilkan oleh hati atas rangsangan hormon pertumbuhan. Somatomedin disebut
juga insulin-like growth factor (IGF,) karena efeknya pada pertumbuhan mirip
dengan insulin. Di antara mereka yang paling penting adalah somatomedin C atau
IGF-I, yang kadar plasmanya mengikuti kadar GH. Kalau GH yang berikatan
longgar dengan protein plasma dan memiliki waktu-paruh <20 menit, somatomedin
C berikatan kuat dengan protein pembawa dan memiliki waktu paruh sekitar 20
jam. Akibatnya efek pertumbuhan dapat dilakukan lebih lama.
c). Pengaturan sekresi hormon pertumbuhan
Pengaturan sekresi hormon pertumbuhan terlihat pada Gambar 7. Tidur
dalam (tingkat IV) dan berbagai bentuk stress (hipoglikemia, anestesia, bedah,
trauma, infeksi, dan pirogen) dapat merangsang hipotalamus untuk menghasilkan
GHRH, yang selanjutnya merangsang sekresi hormon pertumbuhan oleh hipofisis
anterior. Hormon pertumbuhan bekerja pada berbagai organ, dan di hati ia
23
GHRH
ADENOHIPOFISIS
GH
HATI
ORGANLAIN
Somatomedin
STIMULASI
INHIBISI
Gambar 7. Pengaturan sekresi hormon pertumbuhan.
Banyaknya organ target dan efek hormon ini terlihat pada Gambar 8. Efek
biologis hormon pertumbuhan. Efek yang utama adalah peningkatan panjang linear
tubuh akibat pekerjaannya pada rawan epifisis tulang panjang.
Hormon pertumbuhan disekresi seumur hidup, mencapai kadar tertinggi
pada waktu pertumbuhan dan menurun perlahan setelah pubertas. Pada usia sangat
tua, hormon ini masih disekresi sekitar 25% dari sekresi pubertas. Kadar pada
anak-anak dan pubertas sekitar 6 ng/mL, dan pada dewasa 1,6 - 3 ng/mL. Pada
24
kelaparan yang lama, kadar ini bisa mencapai 50 ng/mL. Sekresi hormon ini
meningkat dalam dua jam pertama tidur dalam. Peningkatan juga berhubungan
dengan keadaan nutrisi atau stress, misalnya defisiensi protein, penurunan kadar
gula dan asam lemak darah, waktu berolahraga, terkejut dan trauma.
Pada keadaan akut, penurunan kadar gula darah merangsang sekresi
hormon ini lebih kuat dibandingkan dengan penurunan kadar protein. Sebaliknya
pada keadaan kronis seperti kelaparan, peningkatan sekresi hormon ini
lebih banyak disebabkan oleh rendahnya kadar protein sel
GROWTH HORMONE
JARINGAN ADIPOSUM
Penangkapan Glukosa
Pemecahan Lemak
HATI
OTOT
Sintesis RNA
Sintesis Protein
Penangkapan Glukosa
Penangkapan Asam Amino
Sintesis Protein
Glukoneogenesis
Somatomedin
PERLEMAKAN
SOMATOMEDIN
KONDROSIT
Penangkapan Asam Amino
Sintesis Protein
Sintesis RNA
Sintesis DNA
Jaringan kolagen
Kondroitin Sulfat
Jumlah dan Ukuran Sel
PERTUMBUHAN LINEAR
TULANG
JANTUNG
PARU-PARU
GINJAL
PANKREAS
P. LANGERHANS
USUS
PARATIROID
KULIT
JARINGAN IKAT
Sintesis Protein
Sintesis RNA
Sintesis DNA
Jumlah dan Ukuran Sel
UKURAN ORGAN
FUNGSI ORGAN
25
Dalam keadaan puasa, kedua hormon ini berkurang sehingga penyimpanan kalori
berkurang dan mobilisasinya bertambah, disertai dengan penurunan sintesis protein
dan pertumbuhan.
GH
Makanprotein
Somatomedin
Sintesisprotein
Pertumbuhan
Penyimpanan
kalori
Sintesisprotein
Pertumbuhan
Penyimpanan
kalori
Sintesisprotein
Pertumbuhan
Penyimpanan
kalori
Insulin
GH
Makan
karbohidrat
Somatomedin
Insulin
GH
Puasa
Somatomedin
Insulin
26
hormon
pertumbuhan
dapat
merupakan
bagian
dari
27
28
29
DOPAMIN
ENDORFIN
NOREPINEFRIN
HIPOTALAMUS
LHRH
ADENOHIPOFISIS
FSH
LH
ACTIVIN
INHIBIN
GONAD
TESTOSTERON
/ ESTRADIOL
STIMULASI
INHIBISI
Gambar 10. Pengaturan sekresi gonadotropin
Khusus pada wanita terdapat efek feedback positif estradiol kalau diberikan
dalam dosis yang cukup dan dalam waktu yang cukup. Pemberian estradiol ini akan
menyebabkan respons gonadotrof terhadap rangsangan LHRH meningkat,
bukannya berkurang.
Progesteron yang merupakan steroid utama lain dari ovarium kalau
diberikan secara akut dapat meningkatkan kadar LH plasma; namun kalau
diberikan secara terus menerus akan menurunkan kadar gonadotropin. Hal ini
merupakan dasar kerja kontrasepsi oral. Hormon lain seperti prolaktin dapat pula
menekan produksi LHRH.
30
3. Prolaktin.
Prolaktin adalah hormon protein yang bekerja merangsang perkembangan
mammae dan produksi ASI. Sel-sel mammotrof yang mengisi 10-25% populasi
hipofisis anterior, akan meningkat jumlahnya pada waktu kehamilan, laktasi, dan
oleh pemberian estrogen. Kadar normal prolaktin pada laki-laki dan perempuan
sama, yaitu 10 ng/ml dengan waktu-paruh 20 menit.
a). Sekresi Prolaktin
Prolaktin mulai disekresi dengan kadar yang makin meningkat sejak
kehamilan 5 minggu sampai lahirnya bayi, yaitu 10-20 kali kadar bukan-hamil.
Keadaan
ini
berkemungkinan
dibantu
oleh
peningkatan
estrogen
yang
31
32
dimulai sejak 10-12 minggu dalam kandungan, beberapa saat sebelum pertumbuhan
korteks adrenal dimulai. ACTH dibentuk dari pemecahan terhadap molekul
proopiomelanocortin (POMC) bersama-sama dengan produk lainnya seperti lipotropin, lipotropin, -endorfin, dan peptida N-terminal. Aktifitas melanocytestimulating hormone (MSH) juga terdapat pada beberapa peptida ini.
Pembebasan ACTH dari hipofisis anterior dirangsang oleh CRH dan ADH
yang berasal dari hipotalamus. Sekresinya menunjukkan pola diurnal dengan
puncak sekresi dua jam dan empat jam sebelum bangun tidur. Setelah ini kadarnya
menurun sampai mencapai titik terendah pada waktu menjelang tidur berikutnya.
Sekresinya dihambat secara feedback oleh kortisol, yaitu hormon yang dihasilkan
oleh organ targetnya, korteks adrenal. Kortisol menghambat pembebasan CRH
hipotalamus, dan menghambat pembentukan POMC. ACTH sendiri juga
menghambat sekresi CRH secara feedback negatif sebagai cara untuk menghambat
sekresinya sendiri.
Sekresi ACTH meningkat dengan tajam sebagai respons terhadap stress.
Stress juga sering menyebabkan pola sekresi diurnal menjadi lenyap dan sekresi
terjadi terus menerus. Effek stress terhadap ACTH disalurkan melalui peningkatan
sekresi CRH.
ACTH bekerja untuk merangsang pertumbuhan zona spesifik korteks
adrenal yang terlibat dalam sekresi kortisol dan hormon steroid lainnya. Efeknya
adalah meningkatkan ukuran sel-sel korteks adrenal. Di samping itu, karena ACTH
memiliki aktifitas MSH di dalam susunan kimianya, dapat meningkatkan pigmentasi
kulit melalui perangsangan sintesis melanindan pengiriman melanin dari melanosit
ke epidermis.
33
sekresinya secara feedback negatif. Keseimbangan yang ditimbulkan oleh dua efek
yang berlawanan ini menyebabkan kadar hormon tiroid dapat dipertahankan pada
10-30% di bawah atau di atas normal. Kadar normal TSH dalam plasma adalah 0,5
- 5 U/ml, dengan produksi harian sekitar 165.000 U.
Modulasi sekresi TSH terutama disebabkan oleh dua faktor, yaitu puasa
dan suhu dingin. Respons TSH terhadap rangsangan TRH berkurang pada waktu
puasa, yang berhubungan dengan penurunan tingkat metabolisme. Sekresi TSH
meningkat pada waktu dingin, yang sesuai dengan fungsinya membangkit panas
tubuh.
TSH menyebabkan peningkatan sekresi tirotropin. Sekresi TRH dirangsang
oleh suhu dingin, dan orang-orang yang berpindah ke negeri dingin memiliki
metabolisme basal yang meningkat 15-20%. Sekresi TRH juga dipengaruhi oleh
berbagai reaksi emosi; sebaliknya rasa terkejut dan cemas, yaitu keadaan yang
merangsang sistim simpatis, dapat menyebabkan penurunan TSH secara akut.
34
A. INSULIN
Insulin merupakan hormon pertama yang diisolasi dari binatang untuk
digunakan dalam pengobatan dengan efek penyelamatan jiwa yang dramatis. Ia
merupakan hormon pertama yang susunan asam aminonya diketahui, dan hormon
pertama yang dibuat dengan biosintesa melalui teknologi rekombinasi DNA.
1. Sekresi Insulin
Sejumlah besar faktor dapat merangsang atau menghambat sekresi insulin.
Secara umum sekresinya diatur oleh hubungan feedback dengan suplai bahan
makanan dari luar. Kalau substrat, yaitu glukosa, asam amino, asam lemak bebas,
asam keto, dan potassium banyak tersedia, insulin akan disekresi. Hormon ini
kemudian merangsang penggunaan substrat tersebut dan menghambat mobilisasi
substrat sejenis dari dalam tubuh. Kalau suplai bahan makanan sedikit atau tidak
ada, sekresi insulin akan berkurang dan mobilisasi bahan bakar dari dalam tubuh
akan meningkat.
Kadar insulin basal adalah 10 U/ml plasma (6 x 10-11 M), menurun 50%
setelah beberapa hari puasa atau setelah olahraga yang lama. Setelah makan kadar
insulin bisa naik 3-10 kali lipat dan mencapai puncaknya setelah 30-60 menit.
Obesitas, yaitu peningkatan besar-besaran massa adiposum, juga menyebabkan
naiknya kadar insulin. Sebaliknya latihan ketahanan (endurance training)
menurunkan kadar insulin.
Insulin beredar secara bebas di dalam plasma dengan half-life 5-8 menit,
didistribusikan dalam 20% berat badan. Pengiriman insulin ke sirkulasi perifer
dalam keadaan basal adalah 0,5-1 U/jam (20-40 g/jam); dan meningkat 10 kali
pada waktu makan. Pengiriman total harian ke perifer adalah 30 U, menunjukkan
bahwa sekresi aktual sel-sel pankreas 60 U/hari (50% dari sekresi yang
dikirimkan melalui vena Porta dihancurkan oleh hati).
a). Pengaruh Glukosa.
Glukosa merupakan perangsang insulin yang paling penting pada manusia.
Karena insulin kemudian juga merangsang penggunaan glukosa, maka pasangan
substrat-hormon ini membentuk sistim feedback untuk pengaturan kadar gula
darah secara ketat. Hubungan antara insulin dan glukosa dalam plasma berbentuk
kurve sigmoid. Insulin boleh dianggap tidak disekresi kalau kadar gula darah kecil
36
dari 50 mg/dl, response sekresi maksimum dilakukan pada kadar glukosa darah
300 mg/dl, dan respons 50% terjadi pada kadar glukosa darah 150 mg/dl.
Respons insulin terhadap pemberian glukosa memiliki dua fase. Infus
glukosa akan menyebabkan insulin meningkat dengan cepat dalam waktu satu
menit, lantas menurun mendekati garis basis. Setelah infus diteruskan maka dalam
waktu 10 menit kadar insulin plasma meningkat kembali perlahan-lahan, dan akan
mencapai kadar puncak yang bisa dipertahankan selama berjam-jam. Peningkatan
kadar mendadak pada fase awal diduga karena kehadiran kompartemen labil yang
segera digunakan kalau ada kebutuhan insulin yang mendadak. Peningkatan pada
fase kedua berasal dari insulin yang baru dibentuk akibat rangsangan terhadap
proses sintesis Teori lain menyatakan terdapatnya inhibitor sekresi insulin yang
akan di atasi oleh rangsangan glukosa selanjutnya.
Pemberian glukosa secara oral menyebabkan respons insulin yang lebih
besar daripada pemberian intravena. Keadaan ini berkemungkinan disebabkan oleh
hormon pencernaan yang disekresikan sebagai respons terhadap makanan sanggup
memperkuat respons insulin terhadap glukosa. Hormon ini adalah gastric inhibitory
polypeptide (GIP) dan glucagon-like peptide 1. Sebaliknya, peningkatan insulin
dihambat oleh somatostatin yang dihasilkan oleh pulau pankreas (endokrin) dan
oleh kelenjar usus (exokrin) sebagai respons terhadap makanan.
b). Pengaruh substrat lain
Sekresi insulin juga akan dirangsang oleh pemberian protein oral, terutama
oleh asam amino arginin dan lisin yang merupakan hasil pencernaan. Leusin, alanin,
dan lain-lain hanya memberikan rangsangan yang moderat. Efek asam amino ini
sinergis dengan glukosa, yaitu efek keduanya lebih besar daripada jumlah efek
masing-masing secara terpisah.
Trigliserida dan asam lemak hanya memberikan efek kecil terhadap sekresi
insulin, dan ini berkemungkinan merupakan hasil pekerjaan hormon GIP. Asam
keto yang tetap ada dalam plasma pada waktu puasa dapat merangsang sekresi
insulin secara moderat, namun cukup untuk mempertahankan kadar basal insulin
karena pada waktu ini rangsangan oleh bahan makanan sangat berkurang.
Mineral potassium dan kalsium penting dalam timbulnya respons insulin
terhadap glukosa, sementara magnesium memiliki efek yang moderat. Defisiensi
insulin relatif akan terjadi pada kekurangan mineral-mineral ini..
37
38
juga merangsang pembentukan glikogen dari G6P, dan proses perubahan G6P
menjadi piruvat atau laktat dalam proses pemecahan glukosa. Di samping itu,
insulin menghambat pemecahan glikogen menjadi glukosa, dan pembentukan
glukosa dari asam amino dan lemak.
Di dalam sel-sel otot, insulin merangsang transport glukosa ke dalam sel,
perubahan 20-50% glukosa tersebut menjadi enerji, dan penyimpanan sisanya
menjadi glikogen. Di dalam sel-sel adiposum, insulin juga merangsang transport
glukosa ke dalam sel, dan merangsang perubahannya menjadi -gliserofosfat yang
perlu untuk esterifikasi asam lemak menjadi trigliserida.
b). Metabolisme lemak.
Metabolisme lemak endogen dan eksogen sangat dipengaruhi oleh insulin.
Efek umum insulin adalah meningkatkan penyimpanan terhadap asam lemak, dan
menghambat mobilisasi dan oksidasinya. Penyimpanan lemak di jaringan adiposum
dirangsang oleh insulin melalui berbagai cara, antara lain dengan menghambat
pekerjaan lipase jaringan adiposum dan merangsang enzim lipase lipoprotein.
Terhambatnya pemecahan lipid oleh enzim lipase di dalam sel menyebabkan
berkurangnya pengeluaran asam lemak dari dalam sel lemak dan diikuti oleh
penurunan pengiriman asam lemak ke hati dan jaringan perifer berkurang. Hasil
yang menonjol adalah berkurangnya produksi asam keto. Penggunaan asam keto di
jaringan dirangsang oleh insulin, sehingga insulin merupakan hormon utama yang
bersifat antiketogenik, dan mungkin satu-satunya.
Perangsangan lipase lipoprotein di endotel pembuluh darah menyebabkan
peningkatan pemecahan terhadap VLDL (very low density lipoprotein) dan
trigliserida yang berada di dalam chylomicron menjadi asam lemak bebas. Asam
lemak bebas ini dengan mudah dapat ditransfer ke dalam sel adiposum, kemudian
di dalam sel akan diubah kembali menjadi trigliserida melalui esterifikasi dengan gliserofosfat, yang pembentukannya dari glukosa juga dirangsang oleh insulin.
Lipase lipoprotein otot justru dihambat oleh insulin sehingga penangkapan
dan oksidasi asam lemak bebas oleh sel otot berkurang. Jadi di otot pengaruh
insulin adalah berkurangnya penggunaan lemak dan meningkatnya penggunaan
glukosa. Di dalam hati asam lemak bebas mengalami re-esterifikasi menjadi
trigliserida, sehingga terhindar dari -oksidasi dan pembentukan benda keton.
39
yang menghasilkan
glukagon.
Sekresi glukagon juga dirangsang oleh protein makanan, terutama asam
amino arginin dan lisin. akan tetapi efek ini berkurang kalau glukosa diberikan
bersamaan, karena adanya peningkatan insulin yang akan menekan glukagon. Asam
lemak bebas memiliki efek yang sama dengan glukosa, yaitu menekan sekresi
glukagon. Sekresi glukagon sebagai respons terhadap pemberian makanan bisa
40
41
42
Tingginya kadar gula darah akan menyebabkan glukosa yang lolos dari
glomerulus ke tubuli lebih banyak daripada kemampuan penyerapan tubuli;
akibatnya glukosa akan didapatkan di dalam urin. Glukosa di tubuli menyebabkan
bertambahnya penarikan air ke dalam tubuli sehingga jumlah urin meningkat
(poliuria), dan terjadinya dehidrasi yang diikuti oleh sering minum (polidipsi).
Dehidrasi menyebabkan penurunan volume darah dengan akibat kegagalan sirkulasi
dan penyusutan ukuran sel, menyebabkan gangguan fungsi syaraf yang dapat
menyebabkan kematian.
Kadar gula darah yang tinggi akan menarik cairan tubuh secara osmosis ke
pembuluh darah, dan menyebabkan berbagai gangguan fungsi pada sel-sel dan
jaringan. Kerusakan jangka panjang bisa terjadi berupa gangguan pada retina,
ginjal, syaraf, dan sistim kardiovaskuler.
Peningkatan proses glukoneogenesis akan menyebabkan pemecahan protein
dan lemak untuk membentuk glukosa. Pada otot akan terjadi kelemahan karena
cadangan glikogen berkurang sedangkan protein otot telah diubah menjadi asam
amino dan selanjutnya glukosa.
Pemecahan lemak akan meningkatkan produksi asam lemak bebas dan
menurunkan lemak tubuh. Proses ketogenesis akan meningkat sedangkan
penggunaan asam keto di perifer berkurang; akibatnya terjadi peningkatan bendabenda keton yang disebut dengan ketosis, yang akan diikuti oleh asidosis, sesak
nafas dan koma.
IDDM terdapat pada 10-20% DM, berkembang sejak kecil, dan tidak
berhubungan dengan obesitas (kegemukan). Pengobatan adalah dengan suntikan
insulin dan pengaturan diet.
43
NIDDM terdapat pada 80-90% DM, biasanya muncul setelah dewasa dan
sering berhubungan dengan obesitas. Penyakit ini berkembang dengan lambat, dan
jarang diikuti oleh ketosis. Pengobatan biasanya dengan penurunan berat badan,
kontrol diet, dan obat-obatan yang menurunkan kadar gula darah.
44
45
satu iodida, atau diiodotirosin (DIT) dengan dua iodida. Penggabungan ini dibantu
oleh enzim iodinase yang terjadi pada waktu tiroglobulin disekresi dari bendabenda Golgi ke sitoplasma sel folikel, atau ketika ia disekresi dari sel folikel ke
dalam koloid. Di dalam koloid akan terjadi penggabungan MIT dengan DIT
membentuk
triiodotironin
(T3),
dan
penggabungan
dua
DIT
menjadi
hormon
tiroid
di
cairan
tubuh
akan
menyebabkan
berkurangnya sekresi TSH dari hipofisis anterior; peningkatan 1,75 kali akan
menyebabkan sekresi TSH mencapai nol. Keadaan ini merupakan efek langsung
karena tetap terjadi kalau hipofisis anterior telah dipisahkan dari hipotalamus.
Penurunan TSH akan menurunkan rangsangan pada kelenjar tiroid untuk
46
47
siap untuk digunakan di tempat lain dalam pembentukan protein baru, atau diubah
menjadi energi.
nadi
(pulse
pressure)
melebar.
Keadaan
ini
48
49
besar karena hormon yang beredar akan menekan sekresi tirotropin secara
feedback negatif sehingga produksi hormon tiroid oleh sel-sel normal berkurang.
Hampir semua efek hipertiroidisme merupakan akibat dari peningkatan efek
fisiologis hormon ini; yaitu mudah terkejut, tidak tahan panas, keringat banyak,
penurunan berat badan, diare, kelemahan otot, kelainan psikis dan ketegangan,
lelah tapi susah tidur, dan tremor pada tangan.
Penderita hipertiroidisme memiliki bola mata yang menonjol yang disebut
dengan exophthalmos, yang disebabkan oleh edema daerah retroorbita dan
degenerasi otot-otot ekstraokuli. Penyebabnya juga diduga akibat proses autoimun.
Exophthalmos berat dapat menyebabkan teregangnya N. Optikus dan penglihatan
rusak. Exophthalmos sering menyebabkan mata tidak bisa menutup sempurna
sehingga permukaan epitel menjadi kering dan sering terinfeksi dan menimbulkan
ulkus kornea.
2. Hipotiroid
Efek hipotiroidisme pada umumnya berlawanan dengan hipertiroidisme,
dengan beberapa hal yang bersifat spesifik.
a). Goiter Koloid Endemik
Goiter berarti pembesaran kelenjar tiroid. Kekurangan iodium makanan
akan menyebabkan berkurangnya produksi hormon tiroid, akibatnya terjadi
perangsangan secara feedback negatif terhadap TSH untuk disekresi lebih banyak
oleh hipofisis anterior. TSH akan merangsang kelenjar tiroid untuk menyekresi
tiroglobulin ke dalam folikel sehingga kelenjar tiroid semakin membesar. Efek TSH
ini tidak berkurang karena hormon tiroid tetap tidak meningkat karena kekurangan
iodium. Pembesaran kelenjar tiroid pada keadaan ini bisa mencapai 10-20 kali
ukuran semula.
b). Goiter Koloid Nontoksik Idiopatik
Penderita penyakit dengan pembesaran kelenjar tiroid ini tidak kekurangan
iodium, sekresi hormon pada umumnya berkurang walau pun bisa saja normal.
Penyebabnya diduga peradangan kelenjar tiroid (tiroiditis) yang menyebabkan
sekresi hanya dilakukan oleh kelenjar yang normal. Kekurangan sekresi hormon ini
akan merangsang sekresi TSH yang akan bekerja lagi pada kelenjar tiroid untuk
memperbanyak sekresi tiroglobulin dan memperbesar kelenjar itu sendiri.
50
51
V. METABOLISME KALSIUM
DAN FOSFAT
1. Ion klsium
Ion kalsium memiliki kepentingan yang mendasar dalam seluruh sistim
biologis sehingga kadarnya harus dipertahankan dalam batas-batas fisiologis. Kadar
kalsium bebas di dalam sel yang istirahat hanya 10 -7M, dan dapat meningkat 10
atau 100 kali dalam kegiatan menciptakan potensial aksi, kontraksi dan pergerakan,
pengaturan sitoskeleton, pembelahan sel, sekresi, dan modulasi aktifitas enzim.
Jumlah total kalsium bebas di dalam sel diperkirakan hanya 0,2 mg, sedangkan 9
gram berada dalam bentuk terikat di dalam retikulum endoplasma, mitokondria,
dan membran plasma.
Kadar kalsium ekstrasel kira-kira 10-3M, yaitu 10.000 kali kalsium bebas
sitoplasma. Kadar yang sangat berbeda ini dipertahankan oleh membran spesial dan
pompa kalsium. Kadar ekstraseluler ini diperlukan untuk membangkit potensial
aksi, memasukkan kalsium ke dalam sel di waktu kontraksi, proses pembekuan
darah, dan modulasi aktifitas enzim plasma. Jumlah total kalsium ekstrasel ini
adalah 1000 mg. Tulang belulang dan gigi mengandung kalsium dalam jumlah satu
sampai dua kg, tergantung pada ukuran tubuh.
Kadar normal kalsium plasma adalah 8,6-10,6 mg/dl dengan variasi 10%
antara individu. Pada Gambar 11 terlihat pertukaran kalsium harian pada tubuh,
dimana jumlah kalsium yang diserap dari usus sama banyak dengan yang
disekresikan ke dalam usus ditambah dengan yang dibuang melalui urin. Kalsium
ini keluar dan masuk melalui cairan ekstrasel yang juga berhubungan dengan
tempat penyimpanan labil, yaitu permukaan tulang yang baru mengalami
mineralisasi. Sebanyak 500 mg selalu ditarik dari tempat ini untuk pembentukan
tulang, dan 500 mg dikembalikan pula kesana oleh penyerapan tulang dalam proses
remodelling tulang yang berlangsung terus menerus.
Diet
1000 mg
350 mg
Cairan
Ekstrasel
Tempat
Penyimpanan
Labil
1000 mg
4000 mg
GIT
150 mg
Feses
800 mg
500 mg
Tulang
1000.000 mg
500 mg
Urine
200 mg
2. Ion fosfat
Ion fosfat juga penting dalam sistim biologis karena merupakan komponen
integral dalam semua komponen glikolisis. Ia merupakan bagian dari molekul
transfer berenergi tinggi seperti adenosine triphosphate (ATP) dan kreatinin fosfat;
kofaktor seperti NAD, NADP dan thiamin pirofosfat; DNA dan RNA; dan lipid
seperti fosfatidilkolin. Fosfat memiliki peranan penting dalam pekerjaan berbagai
enzim, ia juga merupakan anion utama di dalam sel dan di dalam struktur kristal
tulang dan gigi.
Kadar normal fosfat di dalam plasma adalah 2,5-4,5 mg/dl. Pertukaran
fosfat harian terlihat pada Gambar 12. Disini terlihat bahwa jumlah fosfat yang
diserap dari usus sama banyak dengan yang dikeluarkan di urin, begitu pula dengan
250 mg yang dikirimkan ke tulang diganti dengan jumlah yang sama yang berasal
dari penyerapan tulang. Pengaturan kadar fosfat plasma tergantung pada cadangan
fosfat di jaringan lunak seperti massa otot.
Jaringan Lunak
100.000 mg
Diet
1000 mg
650 mg
Cairan
Ekstrasel
250 mg
Tulang
600.000 mg
GIT
500 mg
Feses
350 mg
250 mg
Urine
650 mg
3. Dinamika tulang
Sekitar 80% massa tulang terdiri dari tulang korteks yang terdiri dari
lapisan luar konsentris tulang panjang dan lapisan luar tipis tulang pipih. Sekitar
20% terdiri dari tulang-tulang trabekula, bagian dalam tulang aksial (tengkorak,
iga, vertebra, pelvis), dan bagian dalam tulang panjang.
Seumur hidup massa tulang terus menerus diganti oleh proses pembentukan
dan penyerapan tulang. Selama masa pertumbuhan pembentukan melebihi
penyerapan sehingga massa tulang meningkat. Pertumbuhan linear terjadi pada
ujung-ujung tulang panjang melalui penggantian rawan di daerah khusus yang
dikenal dengan epifisis. Daerah ini menutup di akhir pubertas ketika tinggi dewasa
telah dicapai. Massa tulang mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun, setelah itu
pembentukan dan peyerapan tulang berimbang sampai usia 35-40 tahun. Pada usia
B. VITAMIN D
Vitamin D merupakan satu di antara dua pengatur utama metabolisme
kalsium. Melalui metabolitnya yang aktif secara hormonal, ia meningkatkan
penyerapan kalsium dari usus dan dari tulang sehingga meningkatkan atau
mempertahankan kalsium plasma. Efek terhadap fosfat sama dengan terhadap
kalsium.
1. Produksi vitamin D
Terdapat dua sumber vitamin D manusia, yaitu yang dihasilkan oleh
penyinaran ultraviolet di kulit (D3) dan yang diperoleh dari makanan (D3 dan D2).
Jalur modifikasi molekul sehingga menimbulkan metabolit yang aktif, dan
mekanisme kerjanya yang mirip dengan hormon steroid menyebabkan ia dapat
diklasifikasikan sebagai hormon.
Vitamin D2 diperoleh dari ergosterol tanaman melalui radiasi ultraviolet dan
merupakan sumber vitamin D utama makanan. Pekerjannya mirip dengan vitamin
D3 sehingga istilah vitamin D dipakai untuk kedua bentuk ini.
Vitamin D3 dibentuk di keratinosit, sel di epidermis kulit, dari
7-dehidrokolesterol yang oleh radiasi ultraviolet diubah menjadi previtamin D3 dan
selanjutnya oleh tenaga panas matahari selama tiga hari menjadi vitamin D 3.
Penyinaran lebih lanjut akan menyebabkan degradasinya menjadi produk yang tidak
aktif, jadi matahari juga mencegah terjadi kelebihan produksi vitamin D3.
Vitamin D memiliki aktifitas bioligis yang sangat terbatas. Ia harus
menjalani beberapa hidroksilasi supaya bisa bekerja sebagai hormon. Di dalam hati
ia diubah menjadi 25-OH D3, dan selanjutnya di dalam ginjal diubah menjadi
1,25-(OH)2-D3 atau 24,25-(OH)2-D3. Potensi 1,25-(OH)2-D3 adalah 10 kali vitamin
D, sedangkan potensi 24,25-(OH)2-D3 hanya 1/20 dari potensi 1,25-(OH)2-D3
sehingga dianggap sebagai bentuk yang tidak aktif.
Pembentukan 1,25-(OH)2-D3 didorong oleh keadaan defisiensi vitamin D,
defisiensi kalsium dan hipokalsemia, defisiensi fosfat dan hipofosfatemi, dan
peningkatan sekresi hormon paratiroid. Pembentukan 24,25-(OH)2-D3 didorong
oleh keadaan vitamin D yang cukup dan 1,25-(OH)2-D3 sendiri, kalsium darah yang
cukup atau berlebih, serta fosfat darah yang cukup atau berlebih.
2. Pekerjaan vitamin D
Peranan 1,25-(OH)2-D3 adalah merangsang penyerapan kalsium dari usus
dengan melawan beda konsentrasi. hormon ini bekerja di inti sel villus
dan sel kripta, tapi tidak di sel goblet atau submukosa. Ikatan
dengan reseptor sel-sel ini akan menghasilkan protein pengikat
kalsium, kalbindin, yang akan membawa kalsium melalui sel-sel usus menuju
pembuluh darah.
Organ target lain 1,25-(OH)2-D3 adalah tulang, dimana reseptornya berada
pada sel-sel osteoblast, bukan osteoklast; namun kadar hormon yang tinggi ini akan
merangsang osteoklast untuk memulai pekerjaannya, berkemungkinan melalui efek
parakrin. Kadar 1,25-(OH)2-D3 yang rendah juga dapat merangsang osteolisis oleh
osteosit tanpa keikutsertaan osteoklast.
Hormon 1,25-(OH)2-D3 memiliki efek perangsangan yang lemah terhadap
penyerapan kalsium di ginjal. Ia juga merangsang transport kalsium ke dalam otot
skeletal dan otot jantung. Pekerjaannya yang lebih luas dengan efek fisiologis yang
belum jelas adalah peningkatan sekresi insulin dan prolaktin.
2. Pekerjaan PTH
Efek PTH secara umum adalah peningkatan kadar kalsium plasma dan
menurunkan kadar fosfat plasma dengan bekerja pada tiga organ target, yaitu
tulang, ginjal, dan saluran pencernaan. Semua efek ini akan menyebabkan
penarikan kalsium ke dalam plasma dan meningkatkan kadarnya. Pekerjaan PTH
pada tulang dan usus yang juga menyebabkan penyerapan fosfat, dilawan dengan
kuat oleh efeknya pada ginjal yang menyebabkan pengeluaran fosfat, sehingga
kadar fosfat plasma berkurang.
D. KALSITONIN
Sel-sel para folikel kelenjar tiroid, yang dikenal juga dengan sel C,
menghasilkan hormon protein kalsitonin yang bekerja menurunkan kadar kalsium
plasma. Rangsangan utama untuk sekresi kalsitonin adalah peningkatan kalsium
plasma. Sekresi kalsitonin juga meningkat pada waktu makan walau pun kadar
kalsium tidak meningkat, keadaan ini dirangsang oleh hormon pencernaan,
terutama gastrin.
Bagi kalsium, kalsitonin adalah antagonis fisiologis terhadap PTH; namun
terhadap fosfat ia bekerja seperti PTH, yaitu menurunkan kadar fosfat plasma. Ini
disebabkan oleh penghambatan penyerapan tulang dan memudahkan masuknya
fosfat ke dalam tulang.
KALSIUM PLASMA
SEKRESI PTH
FOSFAT PLASMA
FOSFAT GINJAL
FOSFAT URIN
1,25-(OH)2-D3
PENYERAPAN DI USUS
PENYERAPAN DI TULANG
KALSIUM PLASMA
FOSFAT PLASMA
KALSITONIN
SEKRESI PTH
1,25-(OH)2-D3
24,25-(OH)2-D3
FOSFAT PLASMA
FOSFAT GINJAL
KALSIUM PLASMA
1,25-(OH)2-D3
SEKRESI PTH
PENYERAPAN DI USUS
KALSIUM URIN
PENYERAPAN DI TULANG
FOSFAT PLASMA
FOSFAT URIN
1,25-(OH)2-D3
24,25-(OH)2-D3
Hormon
utama
yang
dihasilkan
kelenjar
ini adalah
Perbandingan dengan berbagai zat lain yang memiliki kedua potensi imi dapat
dilihat pada Tabel 4. Kortikosteron memiliki potensi glukokortikoid setengah dari
kortisol, dan potensi mineralokortikoidnya 0,003 dari aldosteron. Dexamethasone,
suatu glukokortikoid sintetik, memiliki potensi glukokortikoid 30 kali kortisol dan
potensi mineralokortikoid kecil dari seperseribu aldosteron.
Kortisol
11-keto kortison
Kortikosteron
Prednison
6-Methil prednison
Triamcinolone
Dexamethasone
Aldosterone
Deoxycorticosterone
9-Fluorokortisol
POTENSI
POTENSI
GLUKOKORTIKOID
1.00
0.80
0.50
4.00
5.00
5.00
30.00
0.25
0.01
10.00
MINERALOKORTIKOID
1.0
0.8
1.5
<0.1
<0.1
<0.1
<0.1
500.0
30.0
500.0
A. GLUKOKORTIKOID
Kortisol dibentuk sewaktu dibutuhkan melalui rangsangan dari ACTH, dan
disimpan di dalam vesikel-vesikel sitoplasma. Jumlah penyimpanan ini tidak banyak
dan bisa habis dengan cepat. Sebanyak 75-80% dari kortisol yang beredar
berikatan dengan globulin khusus yang disebut transkortin, sebanyak 15%
berikatan dengan albumin, dan sisanya dalam bentuk bebas. Akan tetapi kortisol
bebas ini bukanlah kortisol yang aktif.
1. Sekresi glukokortikoid
Sekresi kortisol berada dibawah kontrol corticotropin-releasing hormone
(CRH) hipotalamus dan ACTH hipofisis anterior. ACTH mengaktifkan sintesis
kortisol mulai dari penangkapan kolesterol sampai terbentuknya produk final.
Mengingat bahwa produksi CRH sangat dipengaruhi oleh stress, produksi kortisol
juga akan meningkat dalam keadaan tersebut. Perangsangan kronik oleh ACTH
pada stress berkepanjangan dapat meningkatkan ukuran dan jumlah sel korteks
adrenal sehingga sekresi kortisol naik dengan pesat. Peningkatan kronik ACTH ini
juga merangsang peningkatan jumlah mitokondria, dan memperbanyak jumlah
reseptor ACTH (up-regulasi) di korteks adrenal.
Semua faktor yang mempengaruhi sekresi ACTH akan mempengaruhi
sekresi kortisol. Kortisol memiliki siklus diurnal seperti ACTH, dengan puncak
sekresi sebelum bangun, dan mencapai titik terendah setelah tertidur. Sekresi
harian ACTH normal, yaitu empat jam dan dua jam sebelum bangun alamiah
berhubungan dengan tingginya kadar kortisol di waktu pagi. Kadar yang rendah
tercapai di sore dan malam hari karena rangsangan ACTH yang sudah amat rendah.
Akan tetapi keadaan stress menyebabkan terangsangnya sekresi CRH yang disusul
oleh peningkatan sekresi ACTH, yang selanjutnya menyebabkan tingginya kadar
kortisol di sepanjang hari.
Kadar kortisol plasma meningkat oleh stress yang terjadi di saat
pembedahan, luka bakar, infeksi, demam, psikosis, electroconvulsive therapy,
kecemasan hebat, olahraga berat dan lama, dan hipoglisemia. Peningkatan ini akan
memberikan feedback negatif terhadap ACTH dan CRH. Kadar kortisol plasma
akan menurun akibat pemberian glukokortikoid sintetik seperti dexametason,
melalui mekanisme feedback negatif.
2. Efek glukokortikoid
Hormon-hormon glukokortikoid berfungsi mempertahankan produksi
glukosa dari perubahan protein, memudahkan metabolisme lemak, menyokong
respons pembuluh darah terhadap berbagai rangsangan, dan membantu fungsi
sistim syaraf pusat. Kortisol juga mempengaruhi pertukaran kalsium di tulang,
pelaksanaan fungsi otot, respons imun, dan fungsi ginjal. Efek bersih dari seluruh
peranannya adalah antianabolik, atau anti pembangunan struktur tubuh demi
mempertahankan tingginya kadar glukosa plasma
Pemberian karbohidrat pada adrenalektomi dapat mempertahankan kadar
gula darah, dan pemberian mineralokortikoid atau sodium disini dapat
mempertahankan kepekatan cairan tubuh. Walau pun tindakan-tindakan ini dapat
menunda kematian, namun tanpa penggantian glukokortikoid manusia dengan
segera tetap akan mati. Hal berhubungan dengan berbagai fungsinya pada
metabolisme dan peradangan.
penyebab radang, pencegahan efek peradangan pun bisa merupakan tindakan yang
menyelamatkan.
e). Efek lain Kortisol
Respons peradangan pada reaksi alergi dihambat oleh kortisol, walau pun
reaksi dasar terjadinya allergi tidak dipengaruhi. Kortisol dapat menurunkan jumlah
eosinofil dan limfosit darah, efek ini bisa mulai berlangsung dalam beberapa menit
setelah disuntikkan.
Pemberian kortisol dalam dosis besar dapat menyebabkan atrofi jaringan
limfoid di seluruh tubuh dan menurunkan jumlah sel-sel limfosit T dan antibodi.
Akibatnya tingkat kekebalan tubuh menurun terhadap segala jenis benda asing dan
kuman.
B. MINERALOKORTIKOID
Zona glomerulosa korteks adrenal merupakan tempat pembentukan
aldosteron. Ia dibentuk oleh rangsangan dari penurunan kadar potassium plasma
dan peningkatan angiotensin II. Pembentukan ini tidak tergantung pada ACTH,
namun kehadiran ACTH tetap diperlukan untuk memelihara kehidupan sel-sel zona
ini. Aldosteron beredar dalam bentuk berikatan dengan aldosterone-binding
globulin, transkortin, dan albumin.
Kehilangan total sekresi korteks adrenal akan menyebabkan kematian dalam
3-14 hari, kecuali kalau yang bersangkutan mendapatkan pengobatan dengan
garam atau injeksi mineralokortikoid. Tanpa mineralokortikoid, kadar ion
potassium ekstrasel akan meningkat dengan tajam, kadar ion sodium dan klorida
akan menurun dan volume total cairan ekstrasel akan berkurang dengan drastis.
Penderita akan kekurangan cardiac output, syok, dan meninggal dunia. Urut-urutan
kejadian ini dapat dicegah dengan pemberian aldosteron atau mineralokortikoid
lainnya.
Aktifitas mineralokortikoid korteks adrenal disediakan sebanyak 90% oleh
aldosteron. Kortisol yang merupakan glukokortikoid utama walaupun hanya
memiliki aktifitas sebesar 1/400 aldosteron, tapi karena sekresinya berjumlah 80 kali
lebih banyak tetap merupakan penyumbang yang cukup berarti untuk aktifitas
mineralokortikoid. Steroid lain yang memiliki efek mineralokortikoid adalah
kortikosteron dan deoksikortikosteron.
[Na] plasma
turun
Hati
Angiotensino
gen
Tekanan darah
turun
Renin
Tekanan darah
naik
[Na] plasma
naik
Angiotensin I
Paruparu
ACE
Angiotensin II
Nafsu
garam
Sekresi
aldostero
n
Gambar 15. Hubungan sodium plasma, tekanan darah dan sistem RAA.
ACE = angiotensin converting enzyme
Penarika
[Na]
Penarikan
Volume
n Na di
plasma
air dari
plasma
ginjal
intersititum
Pembuang
an Na di
ginjal
Filtrasi
Tekana
Venous
glomerulus
n darah
return
Pembuang
(pressure
an Na di
natriuresis
tubuli
)
Blokade
Sekresi
Tekana
proksimal
terhadap
ANH
n di
angiotensin II
atrium
di tubuli
kanan
proksimal
menarik air sehingga air tetap berkumpul di kolon dan menimbulkan diare. akibat
selanjutnyadari diare adalah semakin hilangnya sodium dari tubuh.
C. ANDROGEN ADRENAL
Pendahulu steroid seks kelenjar dibuat terutama di dalam zona retikularis
dengan produk androgenik utama adalah dehidroepiandrosteron (DHEA) dan
androstenedion. Androgen yang lemah ini akan diubah menjadi testosteron yang
lebih kuat di jaringan perifer. Kebutuhan androgen adrenal pada laki-laki tidak
begitu penting karena sudah disediakan oleh testosteron sudah lebih kuat, namun
pada perempuan mereka penting dalam penyediaan 50-60% efek androgenik.
Perubahan androgen menjadi estrogen, yaitu perubahan testosteron menjadi
estradiol, dan androstenedion menjadi estron, tidak begitu berarti bagi perempuan
sampai ovarium berhenti berfungsi pada menopause.
Androgen adrenal menjadi penting dalam keadaan yang disebut sindroma
adrenogenital. Keadaan ini disebabkan oleh tumor yang menghasilkan androgen
dalam jumlah besar sehingga terjadi maskulinisasi yang kuat di seluruh tubuh. Pada
wanita keadaan ini akan menimbulkan ciri-ciri seks sekunder seperti laki-laki,
seperti nada suara yang lebih rendah, tumbuhnya jenggot, distribusi rambut badan
pria, pembesaran klitoris mirip penis, dan penumpukan protein seperti ciri-ciri
seorang pria. Pada laki-laki menjelang pubertas, keadaan ini akan mempercepat
perkembangan organ seks dan dorongan seks sehingga ia menjadi dewasa secara
seksual dengan cepat. Pada laki-laki dewasa efek ini dikaburkan oleh efek
testosteron yang telah ada dari testes
Suatu ciri khas penyakit ini adalah mobilisasi lemak dari bagian bawah
tubuh dengan deposisi di bagian perut atas dan dada sehingga memberi bentuk
seperti tubuh banteng. Kelebihan steroid ini juga menyebabkan wajah terlihat
edema dan membulat, yang sering disebut wajah bulan. Efek androgenik hormon
ini akan menyebabkan jerawat dan hirsutisme (pertumbuhan bulu muka yang
berlebihan). Hipertensi terdapat pada 80% penderita, berkemungkinan akibat efek
mineralokortikoid yang terdapat pada kortisol walau pun sedikit.
Kadar gula darah setelah makan bisa mencapai 200 mg/dl, yang disebabkan
oleh tingginya aktifitas glukoneogenesis. Protein tubuh berkurang di otot dan
jaringan lain, karena dikirimkan ke hati dan plasma. Akibatnya terjadi kelemahan,
berkurangnya sistim kekebalan, robeknya jaringan bawah kulit, dan osteoporosis
atau kerapuhan tulang. Keadaan ini dapat diatasi dengan menghilangkan sumber
kelebihan sekresi, yaitu dengan membuang tumor atau jaringan yang hiperplasia di
hipofisis anterior, atau dengan membuang sebagian kelenjar korteks adrenal.
3. Aldosteronisme primer
Disebabkan oleh tumor kecil di zona glomerulosa yang menghasilkan
sejumlah besar aldosteron. Kadang-kadang hiperplasia korteks adrenal yang
menghasilkan aldosteron, bukannya kortisol, dapat pula menimbulkan penyakit ini.
Pengobatannya adalah dengan membuang tumor atau jaringan yang hiperplasia
tersebut.
VII. REPRODUKSI
juga menyebabkan berkurangnya pertumbuhan rambut di puncak kepala. Kadangkadang dikatakan bahwa laki-laki yang testesnya tidak berfungsi tidak akan
botak. Laki-laki sejati tidak selalu menjadi botak karena terdapat juga pengaruh
genetik terhadap perkembangan botak, di samping banyaknya jumlah androgen.
Wanita yang memiliki latar belakang botak secara genetik dan memiliki tumor
androgenik juga akan menjadi botak.
Hipertrofi mukosa larings sebagai salah satu efek testosteron menyebabkan
suara berubah menjadi khas laki-laki. Testosteron juga menyebabkan meningkatnya
ketebalan kulit dan jaringan subkutis sehingga lebih kasar; dan meningkatnya
sekresi kelenjar sebasea sehingga mudah menimbulkan jerawat. Testosteron
memiliki efek dalam menumbuhkan otot-otot tubuh, dan merupakan penyebab
pertumbuhan otot laki-laki 50% lebih banyak daripada wanita. Hal ini juga
disebabkan oleh peningkatan protein pada jaringan bukan-otot. Tulang-tulang
menjadi lebih tebal dan penyimpanan kalsium meningkat. Pada tulang pelvis
testosteron menyebabkan penyempitan pintu bawah panggul, membuatnya
memanjang seperti cerocok, dan meningkatkan kekuatannya sebagai tempat
penyangga berat badan.
proses spermatogenesis. Serentak dengan itu, testosteron dari sel-sel Leydig juga
memberi efek pertumbuhan bagi spermatogenesis.
Kegagalan pembentukan sperma menyebabkan sekresi FSH meningkat
dengan drastis, sebaliknya kalau spermatogenesis berlangsung dengan cepat maka
sekresi FSH akan berkurang. Penyebab feedback negatif ini adalah hormon inhibin
yang dihasilkan oleh sel-sel Sertoli, bekerja pada hipofisis anterior untuk menekan
sekresi FSH.
1. Estradiol
Estrogen pada waktu kanak-kanak hanya dihasilkan dalam jumlah kecil, dan
meningkat pesat di bawah pengaruh gonadotropin hipofisis anterior pada waktu
pubertas. Ukuran ovarium, tuba fallopii, uterus dan vagina membesar beberapa kali
di bawah pengaruh hormon ini. Genitalia eksterna juga membesar dengan
penumpukan lemak di mons pubis, labia mayora, dan labia minora.
Estrogen menyebabkan epitel vagina berubah dari kuboid menjadi gepeng
berlapis, sehingga lebih tahan terhadap trauma dan infeksi. Pembesaran ukuran
uterus disertai dengan pembsaran stroma endometrium dan peningkatan jumlah
kelenjar endometrium. Pada tuba terjadi peningkatan jumlah sel-sel bersilia,
sehingga permukaan dalamnya seperti dilapisi oleh permadani yang bulunya
mencambuk ke arah uterus. Pada mammae, estrogen merangsang perkembangan
jaringan stroma, pertumbuhan sistim duktus, dan penumpukan lemak.
Estrogen
menyebabkan
peningkatan
aktifitas
osteoblast
sehingga
2. Progesteron
Fungsi progesteron yang paling penting adalah dalam mendorong
peningkatan sekresi kelenjar endometrium selama setengah terakhir siklus
menstruasi, yaitu setelah ovulasi. Fungsi ini penting dalam persiapan uterus untuk
menerima implantasi. Peningkatan sekresi juga terjadi pada sel-sel tuba, yang
berguna untuk nutrisi bagi ovum yang diharapkan akan melewatinya setelah
ovulasi. Cairan tuba yang meningkat, bersamaan dengan arus yang ditimbulkan
oleh gerakan silia, akan memudahkan ovum untuk berpindah dari ampulla tuba
menuju ke uterus.
Terhadap mammae, progesteron mendorong perkembangan lobuli dan
alveoli sehingga sel-sel alveoli memperbanyak diri, membesar, dan bersifat
sekretori. Perkembangan di lobuli dan alveoli, dan akibat peningkatan cairan di
bawah kulit mammae akibat efek progesteron juga menyebabkan terrjadinya
pelebaran mammae. Akan tetapi progesteron tidak menyebabkan terjadinya sekresi
ASI di alveoli. Produksi ASI merupakan efek dari prolaktin yang dihasilkan oleh
hipofisis anterior..
3. Siklus menstruasi
Siklus menstruasi secara fisiologis terbagi atas tiga fase yang terjadi
berurutan, yaitu fase folikel yang dimulai dengan awal perdarahan dan berlangsung
selama rata-rata 15 hari dengan kisaran 9-23 hari, fase ovulasi selama 1-3 hari yang
berakhir dengan terjadinya ovulasi, dan fase luteum yang berlangsung selama 13
hari dan berakhir dengan perdarahan berikutnya. Keadaan ini sesuai dengan
perubahan hormon-hormon steroid reproduksi yang disebabkan oleh perubahan
gonadotropin hipofisis anterior.
selama 48 jam. Keadaan ini menyebabkan aktifitas folikel Graaf menjadi sangat
tinggi dan menyebabkan ovum lepas. Folikel berubah menjadi korpus luteum,
sehingga pembentukan estradiol menurun dengan tajam, sedangkan penurunan
estrone dan androgen terjadi lebih perlahan. Pada fase ovulasi ini korpus luteum
mulai membentuk progesteron sehingga kadarnya mulai meningkat.
Pada fase luteum yang dimulai setelah ovulasi, sekresi progesteron dari
korpus luteum meningkat selama 10 kali lipat. Korpus luteum juga menghasilkan
estradiol, estrone dan inhibin, sehingga kadar mereka meningkat kembali, namun
sekresi androgen terus menurun. Berkurangnya dorongan dari LHRH, dan
meningkatnya feedback negatif dari estrogen dan progesteron menyebabkan sekresi
LH dan FSH menurun. Penurunan ini mencapai titik terendah menjelang akhir fase
luteum, yaitu menjelang matinya korpus luteum dan selanjutnya diganti oleh korpus
albikans yang tidak mampu menghasilkan progesteron atau pun estrogen.
Siklus menstruasi berakhir ketika korpus luteum berubah menjadi korpus
albikans. Kadar steroid-estrogen, progesteron dan inhibin mencapai kadar
terendah, dan feedback negatif ke hipotalamusdan hipofisis menurun tajam. FSH
mulai meningkat lagi, diikuti oleh LH, lalu mereka kembali merangsang estrogen
dari folikel dominan baru pada siklus menstruasi berikutnya..
b). Perubahan Traktus Genitalis
Perubahan sekresi estradiol dan progesteron memberikan efek pada uterus,
tuba fallopii, vagina dan mammae. Pada awal fase folikel, penurunan progesteron
dan estrogen menyebabkan aliran arteri spiralis di dalam uterus terhenti, dan
akibatnya sebagian besar endometrium mengalami hipoksia, iskemia dan
selanjutnya nekrosis dan harus dilepaskan. Uterus yang baru saja melepaskan
bagian endometriumnya tidak mampu menerima hasil pembuahan.
Endometrium pada awal menstruasi hanya memiliki ketebalan 1-2 mm
dengan sedikit kelenjar. Setelah menstruasi selesai, peningkatan estradiol yang
terjadi dari folikel dominan yang baru akan meningkatkan ketebalan endometrium
sehingga akhirnya mencapai 8-10 mm menjelang ovulasi. Oleh karena itu fase
folikel disebut juga dengan fase proliferasi endometrium. Saat ini mukus serviks
yang tebal dan kental berubah menjadi lebih encer dan elastis dan memudahkan
masuknya sperma.
Hormon hCG disekresikan dari sel sinsitiotrofoblast ke aliran darah ibu dan
selanjutnya beredar di seluruh tubuh. Kadar hormon ini dapat diukur pertama kali
di dalam darah setelah 8-9 hari setelah ovulasi, yaitu segera setelah blastokista
tertanam di dalam endometrium. Sekresi kemudian meningkat dengan cepat dan
mencapai maksimum 10-12 minggu setelah ovulasi, lalu menurun. Pada 16-20
minggu setelah ovulasi kadar ini menetap sampai berakhirnya kehamilan. Kehadiran
hormon ini dapat dipergunakan sebagai dasar untuk pengujian kehamilan, baik
melalui darah atau pun urine.
Kehadiran hCG berfungsi untuk mencegah penyusutan korpus luteum, dan
merangsangnya untuk mensekresikan lebih banyak progesteron dan estrogen. Oleh
karena itu aliran darah kendometrium tetap bertahan dan menstruasi tidak terjadi.
Progesteron khorion berguna untuk mempertahankan kehamilan dan membuat
endometrium terus bertumbuh. Setelah 12 minggu trofoblast sudah berubah
menjadi plasenta yang memiliki kesanggupan untuk membentuk estrogen dan
progesteron. Korpus luteum mulai menyusut perlahan pada usia 13 minggu dan
akhirnya berubah menjadi korpus albikans pada usia 17 minggu dan berhenti
menghasilkan hormon. Pengambilalihan peran korpus luteum oleh plasenta
berlangsung dengan bertahap melalui peningkatan kemampuannya bersama
pertambahan usia kehamilan.
Walau pun trofoblast telah berubah menjadi plasenta, produksi hCG tetap
berjalan. Hormon ini diduga berperan dalam mempertahankan sekresi progesteron
dan menjaga kestabilan kontraksi otot uterus. Di samping itu, kalau janin yang
dikandung adalah laki-laki, hCG akan merangsang testesnya untuk menghasilkan
testosteron. Produksi testosteron berlangsung selama ada rangsangan hCG, dan
bertahan hingga 10 minggu setelah lahir. Peranan testosteron adalah merangsang
pertumbuhan genitalia pria sambil menekan pembentukan genitalia wanita.
DAFTAR BACAAN
1. Berne, Robert M., and Levy, Matthew N., PHYSIOLOGY, Third Edition,
Mosby Year Book, St. Louis, 1993.
2. Ganong, William F., REVIEW OF MEDICAL PHYSIOLOGY, Seventeenth
Edition, Appleton & Lange, Norwalk, Connecticut, 1995.
3. Guyton, Arthur C., and Hall, John E., TEXTBOOK OF MEDICAL
PHYSIOLOGY, Ninth Edition, W.B. Saunders Company, Philadelphia, 1996.
4. Sherwood, Lauralee, HUMAN PHYSIOLOGY, FROM CELLS TO
SYSTEMS, west Publishing Company, St. Paul, 1989
5. Vander, Arthur J., Sherman, James H., and Luciano, Dorothy S., HUMAN
PHYSIOLOGY, THE MECHANISM OF BODY FUNCTION, Fourth Edition,
McGraw-Hill Book Company, New York, 1985.
DAFTAR INDEKS
gap junction....................................35