Вы находитесь на странице: 1из 24

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Flu burung adalah salah satu penyakit menular yang menarik perhatian masyarakat, tidak hanya di Indonesia namun juga perhatian dunia, hal ini dapat di lihat dari tingginya angka kejadian dan kematian yang ditimbulkan flu burung, hal ini meresahkan masyarakat sebab penularan utamanya melalui unggas, yang mana sebagian besar penduduk dunia mengonsumsi unggas. Sejak tahun 2003 flu burung yang disebabkan oleh Virus Influenza A subtype H5N1 telah menyebar ke berbagai Negara di dunia, antara lain China, Vietnam, Thailand, Kamboja, Indonesia, Turki, Irak, Mesir dan Azerbaijan. Pada bulan Desember 2007 terdapat 2 negara baru yang melaporkan adanya kasus flu burung pada manusia yaitu Pakistan dan Myanmar. Sampai akhir Desember 2007 penyakit ini telah menelan korban manusia sebanyak 343 orang (konfirmasi flu burung) dengan kematian 212 orang (CFR=61,8%). Di Indonesia Flu Burung pada manusia pertama kali di konfirmasi secara laboratorium pada awal bulan Juli 2005 dari Kabupaten Tangerang, Provinsi banten dengan jumlah penderita konfirmasi H5N1 2 orang dan 1 probabel, semuanya meninggal dunia. Awal sakit (onset) kasus tersebut pada akhir Juni 2005, dan merupakan kasus klaster pertama di Indonesia. Sampai akhir Desember 2007 penderita flu burung telah tersebar di 12 Provinsi (Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Sumatra selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bali) yang meliputi 44 kabupaten/kota. Saat ini flu burung pada ungas sudah enzootik di sebagian besar wilayah Indonesia, artinya kematian hewan rentan atau peka menurun,
Flu Burung | 1

sedangkan jumlah hewan kebal meningkat namun penyebaran virus (viral shedding) tetap terjadi. Untuk memutuskan rantai penularan flu burung, penanggulangan terhadap sumber penularan (unggas) harus dilakukan secara optimal dan tuntas. Selama masih terdapat kasus flu burung pada unggas, maka masih tetap dimungkinkan terjadi penderita baru flu burung pada manusia. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah suspek flu burung yang dilaporkan meningkat sebanyak 37 orang dengan kematian 1 orang. Adapun distribusi penderita terdapat di Kab. Takalar 3 orang, Kab. Jeneponto, Sinjai, Bone, Sidrap masing-masing 1 orang, Kota Makassar 18 orang, Kab. Gowa 2 orang Kab. Maros 5 orang dan Kab. Bone 4 orang. Dari pemaparan diatas kami selaku mahasiswa kesehatan masyarakat, patut untuk berpartisipasi, meskipun dalam hal ini secara tidak langsung memberikan informasi tentang flu burung kepada masyarakat dan Mahasiswa, selain itu perlu adanya perhatian dari pemerintah guna meminimalisir kejadian flu burung di masyarakat, baik pada unggas maupun manusia.

1.2. Rumusan Masalah 1. Bagaimana epidemiologi flu burung di dunia, asia, Indonesia, dan Prov.Sulawesi Selatan ? 2. Apa faktor penyebab trend pada distribusi flu burung? 3. Bagaimana pencegahan dan penanggulangan flu burung ?

1.3. Tujuan 1. Mengetahui epidemiologi flu burung di dunia, asia, Indonesia, dan Prov.Sulawesi Selatan. 2. Mengetahui faktor penyebab trend pada distribusi flu burung. 3. Mengetahui pencegahan dan penanggulangan flu burung.

Flu Burung | 2

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


2.1) Definisi Flu Burung Flu Burung adalah penyakit yang disebabkan oleh virus influenza yang menyerang burung/unggas/ayam. Salah satu tipe yang perlu diwaspadai adalah yang disebabkan oleh virus influenza dengan kode genetic H5N1 (H=Haemagglutinin, N=Neuramidase) yang selain dapat menular dari burung ke burung ternyata dapat pula menular dari burung ke manusia (Iwan darmansjah,2007) 2.2) Etiologi Flu Burung Penyebab flu burung adalah virus influenza, yang termasuk tipe A subtipe H5, H7 dan H9. Virus H9N2 tidak menyebabkan penyakit berbahaya pada burung, tidak seperti H5 dan H7. Virus flu burung atau avian influenza ini awalnya hanya ditemukan pada binatang seperti burung, bebek dan ayam. Namun sejak 1997, virus ini mulai "terbang" ke manusia ( penyakit zoonosis ). Subtipe virus yang ditemukan pada akhir tahun 2003 dan awal tahun 2004, baik pada unggas maupun pada pasien di Vietnam dan Thailand, adalah jenis H5N1. Perlu diketahui bahwa virusinfluenza pada umumnya, baik pada manusia atau pada unggas, adalah dari kelompok family Orthom y x oviridae. Ada beberapa tipe virus influenza pada manusia dan binatang yaitu virus influenza tipe A, B dan C.Virus influenza tipe A memiliki dua sifat mudah berubah : antigenic shift dan antignic drift, dan dapat menyebabkan epidemi dan pandemi. Pada manusia, virus A dan B dapat menyebabkan wabah flu yang cukup luas. 2.3) Mekanisme Penularan Flu Burung Secara garis besar, kita pasti mengetahui bahwa kontak langsung dengan sumber penyakit akan membuat kita terjangkit. Hal yang sama juga

Flu Burung | 3

berlaku pada penyakit flu burung. Berdasarkan pendapat para ahli, disimpulkan bahwa vektor utama penyakit ini adalah unggas. Bersentuhan langsung dengan unggas yang sakit, atau produk dari unggas sakit tersebut akan membuat Anda tertular. Pencegahan yang dilakukan hanya bisa dilakukan dengan membakar bangkai hewan tersebut. Akan tetapi, metode pembakaran yang digunakan harus tepat guna mencegah asap dan material lain tersebar ke tempat lain. Material-material tersebut masih memiliki potensi menularkan virus H5N1. Cara yang dianggap lebih efektif adalah dengan mengubur bangkai ternak tersebut dalam-dalam. Media lain untuk menularkan penyakit flu burung ini adalah lingkungan sekitar. Jika Anda tinggal di sekitar kandang ternak unggas, atau memiliki burung peliharaan yang tiba-tiba mati, waspadalah. Udara sekitar kandang sangat mengandung berbagai material yang ada dalam kotoran ternak. Jika unggas terjangkit virus H5N1, bisa dipastikan bahwa udara sekitar sudah mengandung virus flu burung tersebut. Udara dan peralatan yang tercemar kotoran ternak unggas akan menjadi media perantara penularan virus H5N1 yang sangat baik. Penularan flu burung juga dapat terjadi dengan perantara manusia. Akan tetapi, disinyalir penularan lewat manusia merupakan media yang sangat tidak efektif. Kasus penularan lewat manusia sangat jarang terjadi. Virus H5N1 berbeda karakter dengan virus H1N1 penyebab flu babi yang sangat efektif ditularkan lewat manusia. Meski begitu, tetaplah waspada jika Anda berada didekat pasien flu burung. Cara lain penularan flu burung adalah melewati produk dari ternak unggas. Sebagian orang memilih mengkonsumsi produk unggas mentah atau tidak dimasak sempurna. Fillet ayam, telur mentah dan beragam produk mentah unggas dapat menjadi media menularkan virus H5N1 pada pengkonsumsinya. Virus flu burung ini akan mati apabila produk unggas tersebut dimasak secara sempurna (benar-benar matang).Mengkonsumsi

Flu Burung | 4

daging setengah matang dan telur setengah matang masih berpeluang terjangkit virus flu burung ini jika unggas yang dipotong sudah terjangkiti oleh virus ini. Untuk itu, jika Anda akan mengkonsumsi unggas yang berasal dari daerah yang dicurigai terjangkiti virus H5N1, pastikan daging atau telur unggas tersebut dimasak hingga benar-benar matang hingga aman untuk dikonsumsi. 2.4) Gejala Klinis dan Diagnosa Flu Burung a) Gejala Klinis Menurut Atmawinata, gejal penyakit flu burung dapat dibedakan menjadi dua yaitu gejala pada unggas dan gejala pada manusia. Gejala pada unggas: 1. Pembengkakan pada kepala 2. Ada cairan yang keluardari hidung dan mata 3. Diare 4. Batuk, bersin 5. Pendarahan dibawah kulit (sub kutan) 6. Pendarahan titik (ptechie) pada ayam 7. Borok di kaki. 8. Kematian mendadak 9. Kelemahan, cangkang telur lembek, diare profus, keluar leleran dari hidung dan mulut 10. Pial dan gelambir mengalami pembengkakan dan berwarna kebiruan (sianosis). 11. Edema bawah kulit sekitar leher sering pula dijumpai pada penyakit Avian Influenza. 12. Pendarahan meluas atau bintik-bintik sering dijumpai pada mukosa trakea, proventrikulus, usus, lapisan lemak, otot dada dan kaki. Perdarahan pada kaki yg berupa bintik2 merah atau sering ada borok di kaki yg disebut kaki kerokan
Flu Burung | 5

13. Masa inkubasi: 1minggu Gejala pada manusia: 1. Demam (suhu badan diatas 380 C) 2. Menderita ISPA 3. Batuk, sesak nafas, dan mengeluarkan lendir bening dari hidung 4. Sakit tenggorokan 5. Hilang nafsu makan 6. Diare dan muntah-muntah 7. Peradangan di paru-paru (pneumonia)yang bila tidak mendapatkan penanganan tepat dapat menyebabkan kematian 8. Kematian dengan cepat jika tidak segera diatasi 9. Sakit kepala 10. Lemas mendadak b) Diagnosis flu burung a. Rapid Test Alat ini berbentuk kotak plastik kecil yang didalamnya terdapat kertas putih dengan kode C (contro) dan T (Test) yang sudah ditetesi antibodi virus flu burung berperan mendeteksi antigen virus. Jika unggas terkena flu burung, antigen virus pada unggas terikat dengan antibodi yang ada dalam kertas, sehingga akan memunculkan dua garis vertikal pada area C dan T. Keuntungan metode ini adalah kecepatannya karena kita langsung dapat mengetahui hasilnya. b. HI (Hemaglitunasi Inhibisi) Alat ini untuk melihat antibodi terhadap Hemaglutinin (H). Uji ini lebih sensitif dari pada rapid test dan cukup murah, meskipun membutuhkan waktu lebih lama (sekitar 3 hari). c. AGP (Agar Gel Presipitation) Alat ini untuk melihat antibodi terhadap antibodi terhadap Neuraminidase (N).

Flu Burung | 6

d. VN (Virus Netralisasi) Alat ini untuk mengetahui pembentukan antibodi. e. Isoolasi Virus f. PCR (Polimerase Chain Reaction) Alat ini untuk memastikan adanya virus Influenza A subtipe H5N1. Metode ini masih jarang digunakan pada hewan. Uji ini sebenarnya sensitif dan akurasinya tinggi, tetapi mungkin karena membutuhkan biaya mahal, sehingga masih jarang dipergunakan.

Pada manusia, selain pemeriksaan laboratorium diatas, ada pula pemeriksaan laboratorium yang meliputi: 1. Pemeriksaan darah lengkap meliputi pemeriksaan Hb, hitung jenis leukosit, hitung total leukosit, trombosit, laju endap darah, albumin, globulin, SGPT, SGOT, ureum, kreatinin, serta analisa gas darah. 2. Pasien pemeriksaan mikrobiologi meliputi Rapid test, ELISA, dan pemeriksaan antigen (HI, IF/FA). 3. Foto toraks.

Flu Burung | 7

BAB III PEMBAHASAN


3.1) Epidemiologi Flu Burung a) Dunia Sejak tahun 2003 flu burung yang disebabkan oleh Virus Influenza A subtype H5N1 telah menyebar ke berbagai Negara di dunia, antara lain China, Vietnam, Thailand, Kamboja, Indonesia, Turki, Irak, Mesir dan Azerbaijan. Pada bulan Desember 2007 terdapat 2 negara baru yang melaporkan adanya kasus flu burung pada manusia yaitu Pakistan dan Myanmar. Sampai akhir Desember 2007 penyakit ini telah menelan korban manusia sebanyak 343 orang (konfirmasi flu burung) dengan kematian 212 orang (CFR=61,8%). Secara kumulatif jumlah penderita flu burung di Indonesia sejak akhir Juni 2005 sampai akhir Desember 2007 adalah sebanyak 116 orang dan 94 orang diantaranya meninggal dengan angka kematian (CFR 81,03 %). Pada tahun 2005 (Juni-Desember) ditemukan penderita konfirmasi flu burung sebanyak 20 orang, tahun 2006 sebanyak 55 orang dan, tahun 2007 sebanyak 41 orang (Tabel 1).

Flu Burung | 8

b) Asia Pada tanggal 29 November 2006, WHO telah mencatat sebanyak 258 kasus dengan 154 kematian pada manusia yang disebabkan virus ini dengan rincian sebagai berikut: 1. Vietnam 93 kasus dengan 42 kematian. 2. Indonesia 74 kasus dengan 57 kematian. 3. Thailand 25 kasus dengan 17 kematian. 4. RRC 21 kasus dengan 14 kematian. 5. Azerbaijan 8 kasus dengan 5 kematian. 6. Kamboja 6 kasus dengan 6 kematian. 7. Irak 3 kasus dengan 2 kematian.

Menurut data WHO pada 19 November 2010, telah terdapat jutaan unggas yang telah terinfeksi virus serta 302 jiwa yang telah meninggal akibat virus H5N1 ini. Flu burung telah menewaskan 300 orang di Azerbaijan, Cina, Indonesia, Irak, Laos, Pakistan, Thailand, dan Vietnam.

Flu Burung | 9

Flu burung telah menyebabkan keprihatinan global, sebagai potensi ancaman pandemi.

c) Indonesia Di Indonesia Flu Burung pada manusia pertama kali di konfirmasi secara laboratorium pada awal bulan Juli 2005 dari Kabupaten Tangerang, Provinsi banten dengan jumlah penderita konfirmasi H5N1 2 orang dan 1 probabel, semuanya meninggal dunia. Awal sakit (onset) kasus tersebut pada akhir Juni 2005, dan merupakan kasus klaster pertama di Indonesia. Sampai akhir Desember 2007 penderita flu burung telah tersebar di 12 Provinsi (Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Sumatra selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bali) yang meliputi 44 kabupaten/kota (gambar 1). Terdapat 10 kasus klaster keluarga (family cluster) flu burung dengan jumlah penderita 26 dan 16 diantaranya meninggal (CFR= 61,5 %) yang tersebar di 7 Provinsi, yaitu: Sumatra Utara, Sumatera barat, Lampung, Banten, DKI Jakarta, Jawa barat dan Jawa Timur. Jumlah kasus klaster di Indonesia terbanyak di dunia, dan klaster di Provinsi Sumatera Utara merupakan kasus klaster terbesar di dunia dengan 7 kasus konfirmasi dan 6 orang diantaranya meninggal. Saat ini flu burung pada ungas sudah enzootic di sebagian besar wilayah Indonesia, artinya kematian hewa rentan atau peka menurun, sedangkan jumlah hewan kebal meningkat namun penyebaran virus (viral shedding) tetap terjadi. Untuk memutuskan rantai penularan flu burung, penanggulangan terhadap sumber penularan (unggas) harus dilakukan secara optimal dan tuntas. Selama masih terdapat kasus flu burung pada unggas, maka masih tetap dimungkinkan terjadi penderita baru flu burung pada manusia.

Flu Burung | 10

Sumber: Departemen Kesehatan RI Faktor resiko penularan pada 116 kasus konfirmasi flu burung di Indonesia adalah sebagai berikut: 61 kasus (53%) kontak langsung dengan unggas sakit atau mati; 40 kasus (34%) kontak dengan lingkungan yang terkontaminasi, dan sebanyak 15 kasus (13%) yang belum diketahui faktor resikonya (Grafik 1).

Flu Burung | 11

Berdasarkan kelompok umur, penderita flu burung lebih banyak terjadi pada kelompok umur kurang dari 30 tahun. Pada awalnya penderita flu burung lebih banyak ditemukan pada kelompok umur produktif (15-45) tahun), namun saat ini banyak kasus flu burung ditemukan pada kelompok umur dibawah 15 tahun (Grafik 2). Jumlah penderita flu burung laki-laki dan perempuan hampir sama dengan ratio 1,1:1 (Grafik 3).

Flu Burung | 12

Jumlah kasus flu burung paling banyak ditemukan di Provinsi Jawa Barat, kedua di DKI Jakarta dan ketiga di Banten. Sedangkan CFR tertinggi (10%) ditemukan di Provinsi Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Bali (grafik 4).

Jika ditinjau dari jenis pekerjaan, distribusi penyakit flu burung di Indonesia ditemukan pada pekerja swasta dan pekerjaan lainnya sebesar masing-masing 21,1% dari 161 keseluruhan penderita yang ditemukan (grafik 5):
Flu Burung | 13

Grafik 5. Distribusi Frekuensi Flu Burung menurut Jenis Pekerjaan

d) Prov.Sulawesi Selatan 1. Distribusi Flu Burung Pada Unggas Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan Direktorat Jenderal Peternakan dan Hewan Balai Besar Veteriner Maros, dari 1 Januari hingga 13 Juli 2011. Dari penelitian ini juga ditemukan virus sudah menyerang Kabupaten Konawe, Sulawesi Tenggara. Hasil riset yang dilakukan terhadap 2.404 ekor unggas, lebih dari 100 ekor sampel positif terjangkit virus flu burung. Sebagian besar dari Sulawesi Selatan, yakni kabupaten Bantaeng, Takalar, Makassar, Palopo, Pinrang, dan Maros. Unggas yang terserang flu burung juga terdapat di Sidrap, dan telah meluas ke Parepare, Enrekang, Gowa, dan Pinrang. Khusus di Sidrap sudah menyerang 11 kecamatan dan jumlah ternak yang mati sudah 109.909 ayam, terdiri atas ayam ras 72.909 ekor, ayam boiler/pedaging 29.200, dan ayam buras 7.032 ekor.

Flu Burung | 14

2. Distribusi Flu Burung Pada Manusia Pada tahun 2005 dilaporkan bahwa untuk jenis penyakit Flu burung tercatat 1 kasus dengan serologis positif H5N1, namun tanpa gejala. Adapun jenis kegiatan yang dilakukan adalah penyuluhan tentang pencegahan flu burung pada manusia dan unggas yang diselenggarakan oleh Dinas Kesehatan bekerjasama dengan Dinas Peternakan Provinsi Sulawesi Selatan. Sedangkan pada tahun 2006 jumlah suspek flu burung yang dilaporkan meningkat sebanyak 37 orang dengan kematian 1 orang. Adapun distribusi penderita terdapat di Kab. Takalar 3 orang, Kab. Jeneponto, Sinjai, Bone, Sidrap masing-masing 1 orang, Kota Makassar 18 orang, Kab. Gowa 2 orang Kab. Maros 5 orang dan Kab. Bone 4 orang.

3.2) Faktor Penyebab Trend Pada Distribusi Flu Burung 1. Dunia Berdasarkan data dari badan kesehatan dunia (WHO), Indonesia merupakan Negara tertinggi dari jumlah kasus dan kematian akibat flu burung terutama pada tahun 2007, adanya trend tersebut diakibatkan karena perjalanan unggas yang terinfeksi flu burung melalui Jalur PanturaIndonesia, khususnya Kabupaten Indramayu yang menjadi daerah yang rawan terhadap berjangkitnya virus penyebab penyakit berbahaya flu burung. Hal ini disebabkan wilayah udaranya selama ini menjadi jalur lalu lintas mingrasi jutaan burung setiap pergantian musim. Burung dari Australia atau Eropa, dalam perjalanan migrasinya yang menempuh ribuan kilometer, mengambil Kepulauan Rakit sebagai tempat peristirahatan atau transit. Pulau Rakit Utara, Gosong dan Rakit Selatan atau Pulau Biawak menjadi tempat persinggahan burung-burung itu. Di pulau-pulau itu, jutaan ekor burung tinggal cukup lama, 2-2,5 bulan. Di tempat peristirahatan itu,

Flu Burung | 15

burung-burung bereproduksi, kawin dan banyak juga yang sampai menetaskan telurnya. Inilah yang menyebabkan penularan virus dapat terjadinya sehingga Indonesia menjadi negara paling parah terserang penyakit mematikan yang disebabkan oleh virus H5N1. Sejak kasus flu burung pertama ditemukan pertengahan 2005 lalu di Indonesia, telah 84 orang terjangkit, 4 diantaranya meninggal. Jumlah korban meninggal di Indonesia ini merupakan yang tertinggi di dunia. 2. Indonesia Berdasarkan data dari Departemen Kesehatan Indonesia angka kesakitan dan kematian akibat flu burung paling banyak ditemukan di Provinsi Jawa Barat. Sampai saat ini timbulnya kesakitan dan kematian pada manusia akibat penyakit flu burung di Provinsi Jawa Barat terus berlangsung, dan merupakan kasus dengan angka kematian yang paling tinggi di bandingkan dengan Provinsi lain yang ada di Indonesia. Jumlah penduduk di Provinsi Jawa Barat adalah 42 juta jiwa yang merupakan Propinsi terpadat di Indonesia sehingga resiko manusia terinfeksi H5N1 akan lebih tinggi. Secara otomatis kebutuhan zat gizi (daging unggas) jumlahnya cukup besar segaris dengan jumlah penduduk. Jumlah unggas ternak yang adapun akan lebih banyak dibandingkan dengan jumlah unggas ternak di provinsi lainnya. Merupakan sentra perdagangan perunggasan unggas ternak sehingga tingkat transportasi unggas baik di dalam wilayah maupun di luar lalu lintas unggas cukup tinggi. Populasi ternak unggas baik di dalam wilayah maupun diluar lalu lintas unggas cukup tinggi. Populasi ternak unggas di Indonesia tahun 2004 berjumlah 1,3 milyard ekor, 62 persennya di pulau Jawa. Baik secara langsung maupun tidak langsung akan terjadi interaksi dengan masyarakt. Pada akhirnya interaksi unggas dengan manusia merupakan transmisi H5N1 dalam menimbulkan angka kesakitan dan angka kematian. Jika ditinjau dari distribusi menurut umur penderita terbanyak berada di rentan umor 25-29 tahun, ini diakibatkan karena usia tersebut merupakan

Flu Burung | 16

usia produktif untuk bekerja, terutama untuk mereka yang memiliki peternakan unggas ataukah usaha yang berkaitan dengan unggas, karena adanya tuntutan pekerjaan maka interaksi mereka dengan unggas jauh lebih sering dibandingkan dengan rentan usia yang lain. Hal ini jugalah yang menyebabkan tingginya angka penderita flu burung menurut jenis pekerjaan ditemukan pada sektor swasta.

3. Sulawesi Selatan Data Dines Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan menunjukkan bahwa angka tertinggi jumlah kasus di Sulsel terdapat di kota Makassar sebanyak 18 penderita flu burung, hal ini disebabkan karena Makassar menjadi sentral penggomsumsi daging terbesar dibandingkan dengan kebupaten-kebupaten yang lain di Prov Sulsel. 3.3) Penanggulangan dan Pencegahan Flu Burung a) Penanggulangan Dianjurkan bagi penderita yang diduga terinfeksi virus H5N1 dapat diberikan obat oseltamivir atau zanamivir (Leneva IA,et.al.2000, Govorkova EA.et.al. 2001). Namun belakangan ini telah ditemukan bahwa Virus H5N1 yang diisolasi beberapa kasus penderita flu burung telah resisten terhadap oseltamivir (WHO,2005, Gupta, R. K, et.al.2006). Beberapa obat lain sedang diteliti untuk dapat digunakan sebagai penghambat virus H5N1 antara lain adalah peramivir, long-acting topicalneuroamidase inhibitor, ribavirin, dan interferon alfa. Disamping pemberian obat antiviral, terapi supportif di dalam perawatan di rumah sakit sangat penting untuk dilaksanakan. Sebagian besar penderita memerlukan oksigenasi, dan pemberian cairan parenteral (infus). Obat lain yang dapat diberikan adalah antibiotika berspektrum luas dan juga kortikosteroid (Beigel JH, et al. 2005). Sampai saat ini belum ada vaksin yang tersedia untuk mencegah manusia terhadap infeksi H5N1. Berbagai upaya pengembangan vaksin

Flu Burung | 17

H5N1 untuk manusia telah dan sedang dilakukan. The National Institute of Allergy and Infectious Diseases USA (NIAID), menyatakanbahwa uji keamanan terhadap vaksinbaru H5N1 telah dilakukan sejakawal tahun 2005. Beberapa perusahaan farmasi antara lain Sanofi Pasteur dan Chiron sedang mengembangkan kandidat vaksin yang akan melakukan uji klinik fase I bekerjasama dengan NIAID. Beberapa negara lain yang juga tengah mengembangkan vaksin H5N1 antara lain adalah Jepang, China, Hongaria, dll. (WHO, 2005). Penderita flu burung memiliki risiko tinggi sebagai salah satu sumber penyebaran penyakit ini di kalangan manusia. Oleh karena itu, perawatan dan prnaganan pasien penyakit ini harus dilakukan secara ketak dan integrative. Dalam arti, semua elemen yang berhubungan dengan pasien harus dilakukan perawatan menyeluruh. Dikarenakan penyebaran virus flu burung atau H5N1 dari penderita flu burung pada orang lain yang sehat bias melalui beberapa cara. Diantaranya melalui kontak langsung antara suspect flu burung dan orang di sekitarnya. Selain itu, melalui penyebaran udara yang berasal dari cairan tubuh pasien atau juga dari lendir batuk pasien flu burung. Selain itu, keganasan flu burung ini juga terlihat dari masa inkubasinya yang sangat cepat. Hanya butuh waktu 1 hingga 3 hari. Cara menangani atau merawat orang menderita flu burung ialah: 1. Menempatkan pasien pada ruangan isolasi, yang mencega kemungkinan penyebaran virus kepada pihak lain. 2. Kenakan perlengkapan keamanan ketika harus melakukan kontak dengan penderita flu burung. Di antaranya dengan selalu menggunakan sarung tangan, masker, pakaian khusus dan bila perlu penutup kepala . 3. Cucilah segala perlengkapan yang digunakan setelah melakukan kontak dengan flu burung. Cucilah menggunalan zat antiseptic dan sabun, serta cucilah dibawah air yang mengalir.

Flu Burung | 18

4. Untuk membawa penderita flu burung ke rumah sakit, pasanglah masker pada pasien. Serta selimuti menggunakan selimut bersih dan pastikan para pengantar mengenakan perlengkapan standar.

b) Pencegahan Flu Burung Sebagai upaya pencegahan WHO merekomendasikan untuk orangorang yang mempunyai risiko tinggi kontak dengan unggas atau orang yang terinfeksi, dapat diberikan terapi profilaksis dengan 75 mg oseltamivir sekali sehari, selama 7 sampai 10 hari. Informasi lengakap yang berkenaan dengan flu burung, dan menjadi salah satu upaya pencegahan tersebarnya flu berbahaya tersebut kepada masyarakat antara lain mengenai pengertian flu burung, gejala-gejala flu burung seperti demam, infeksi mata, dan/atau ada gangguan pernafasan, pengobatan flu burung, dan pencegahan flu burung. Jika informasi-informasi tersebut sudah disuluhkan kepada masyarakat, flu burung kemungkinan dapat segera diatas. Hal yang paling penting untuk mencegah semakin meluasnya infeksi H5N1 pada manusia adalah dengan menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan diri, gunakan penutup hidung dan sarung tangan apabila memasuki daerah yang telah terjangkiti atau sedang terjangkit virus flu burung, dan amati dengan teliti kesehatan kita apabila telah melakukan kontak dengan unggas/burung. Segeralah cari perhatian medis apabila timbul gejala-gejala. Jika telah terjadi kasus atau sampai menimbulkan wabah flu burung seharusnya kita segera melakukan penaggulangan dengan cara seperti berikut: 1. Bagi para pemilik ternak unggas, sebaiknya lakukan vaksinasi secara intensif paa semua ternaknya yang sehat. 2. Pemerintah memberikan vaksin gratis pada peternakan-peternakan unggas. 3. Bilah wabah flu burung semakin tidak terkendali, cara

penanggulangan flu burung yang harus dilakukan pemerintah

Flu Burung | 19

adalah menutup semua peternakan di wilayah yang berisiko tersebut. Atau dengan kata lain melakukan depopulasi yaitu tindakan pemusnahan unggas secara selektif. 4. Biosekuriti : membatasi lalu lintas unggas dan ternak, produk unggas, pakan, kotoran, bulu, dan alas kandang . intinya siapa pun dilarang untuk melakukan kontak langsung dengan unggas agar tidak terpapar virus flu burung. 5. Penanggulangan flu burung juga harus dilakukan oleh pihak rumah sakit dengan cara menyediakan kema atau ruangan karantina khusus penderita flu burung. 6. Memasak daging hewan unggas sampai benar-benar matang.

Flu Burung | 20

BAB IV PENUTUP
4.1) Kesimpulan 1. Pada Desember 2007 penyakit ini telah menelan korban manusia sebanyak 343 orang (konfirmasi flu burung) dengan kematian 212 orang (CFR=61,8%) di beberapa negara, seperti: China, Vietnam, Thailand, Kamboja, Indonesia, Turki, Irak, Mesir, Azerbaijan, Pakistan, dan Myanmar. Selain itu Menurut data WHO pada 19 November 2010, telah terdapat jutaan unggas yang telah terinfeksi virus serta 302 jiwa yang telah meninggal akibat virus H5N1 ini. Flu burung telah menewaskan 300 orang di Azerbaijan, Cina, Indonesia, Irak, Laos, Pakistan, Thailand, dan Vietnam. Di Indonesia, tercatat pada akhir Juni 2005 merupakan kasus klaster pertama di Indonesia. Sampai akhir Desember 2007 penderita flu burung telah tersebar di 12 Provinsi (Sumatra Utara, Sumatra Barat, Lampung, Sumatra selatan, Riau, Banten, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi Selatan dan Bali) yang meliputi 44 kabupaten/kota, sedangkan di Prov.Sulawesi Selatan berdasarkan hasil riset yang dilakukan terhadap 2.404 ekor unggas, lebih dari 100 ekor sampel positif terjangkit virus flu burung. Sebagian besar dari Sulawesi Selatan, yakni kabupaten Bantaeng, Takalar, Makassar, Palopo, Pinrang, dan Maros. 2. Berdasarkan pola distribusi risiko flu burung dengan pemaparan pada unggas yang tertinggi adalah pemaparan langsung sebanyak 53%; berdasarkan umur tertinggi golongan usia produktif (15-44 tahun), berdasarkan jenis kelamin tertinggi adalah perempuan; berdasarkan distribusi wlayah di Indonesia tertinggi adalah Jawa Barat, dan berdasarkan jenis pekerjaan adalah pekerja swasta dan pekerjaan lainnya sebesar masing-masing 21,1%.

Flu Burung | 21

3. Penanggulangan Flu Burung dapat diberikan obat oseltamivir atau zanamivir (Leneva IA,et.al.2000, Govorkova EA.et.al. 2001). Namun belakangan ini telah ditemukan bahwa Virus H5N1 yang diisolasi beberapa kasus penderita flu burung telah resisten terhadap oseltamivir (WHO,2005, Gupta, R. K, et.al.2006). Beberapa obat lain sedang diteliti untuk dapat digunakan sebagai penghambat virus H5N1 antara lain adalah peramivir, long-acting topicalneuroamidase inhibitor, ribavirin, dan interferon alfa, sedangkan pencegahannya dengan menjaga kebersihan lingkungan, menjaga kebersihan diri, gunakan penutup hidung dan sarung tangan apabila memasuki daerah yang telah terjangkiti atau sedang terjangkit virus flu burung, dan amati dengan teliti kesehatan kita apabila telah melakukan kontak dengan unggas/burung. 4.2) Saran 1. Masyarakat: Hendaknya memasak daging, maupun makanan yang berasal dari unggas hingga matang untuk menghindari terjadinya penularan penyakit flu burung. 2. Peternak: Senantiasa menjaga kebersihan makanan-minuman, tempat makan-minum, kandang, ternak guna meminimalisir

terjadinya kontaminasi dan penluaran flu burung, selain itu diharapkan peternak menggunakan APD (Alat Pelindung Diri) bila ingin kontak dengan unggas, juga rutin melakukan vaksin pada hewan ternak 3. Pemerintah : Hendaknya memberikan vaksin secara gratis pada peternak agar ternak tersebut dapat minimalkan kejadian flu burung pada unggas, sehingga penularan pada manusia juga ikut di minimalkan.

Flu Burung | 22

DAFTAR PUSTAKA
Aditama, Tjandra Dyoga. 2009. Situasi Terkini Flu Burung H5N1 Di Indonesia. Departemen Kesehatan republic Indonesia. Anonim. 2008. Flu Burung. http://www.scribd.com/doc/3820385/fluburung Diakses 6 April 2013. Anonim. 2011. Flu Burung .http://id.scribd.com/doc/90924701/FluBurung. Diakses tanggal 6 April 2013. Anonim. 2011. Flu Burung. http://fluburung.org/epidemiologi-flu-

burung.asp. Diakses tanggal 6 April 2013. Anonim. 2011. Penderita Flu Burung.

http://www.anneahira.com/penderita-flu-burung.htm. Diakses tanggal 4 april 2013. Anonim. 2012. Gejala Klinis dan tanda Flu Burung.

http://id.scribd.com/doc/83727497/Gejala-Klinis-Dan-TandaFlu-Burung. Diakses tanggal 8 April 2013. Anonim. Penanggulangan Flu Burung.

http://www.anneahira.com/penanggulangan-flu-burung.htm. Diakses tanggal 4 april 2013 . Anonim. http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/106/jtptunimus-gdlnurulainig-5278-3-bab2.pdf. Diakses tanggal 8 April 2013. Arindayani. 2009. Pengetahuan sikap literatur. Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Indonesia. Departemen Kesehatan R.I. 2008. Pedoman Kebijakan Dan Pengendalian Flu Burung. Bakti Husada. Natsir, Muhlis. 2010. Faktor Risiko Kejadian Flu Burung Pada Peternakan Unggas Rakyat Komersial di Kabupaten Sidenreng Rappang. Stasiun Karantina Pertanian Kelas I Pare-Pare.

Flu Burung | 23

Radji, maksum. 2006. Avian Influenza A (H5N1) Patogenesis, Pencegahan Dan Penyebaran Pada Manusia. Majalah Ilmu Kefarmasian. Vol. III, No.2 : Depok. Silalahi, nevi. 2004. Flu Burung

http://www.tempointeractive.com/hg/narasi/2004/03/26/nrs,2 0040326-04,id.html. Diakses tanggal 6 April 2013.

Flu Burung | 24

Вам также может понравиться