Вы находитесь на странице: 1из 3

Penegakan Diagnosis Sindrom Guillain-Barr Penegakan diagnosis SGB didasarkan pada anamnesis yang teliti, pemeriksaan fisik, dan

pemeriksaan penunjang, seperti pungsi lumbal, pemeriksaan seroimunologi, dan neurofisiologi. Dari anamnesis dapat diperoleh lama penyakit, ada tidaknya pencetus, serta pola perjalanan penyakit yang khas. Dari pemeriksaan fisik yang perlu diperhatikan antara lain sesuai dengan kriteria klinis SGB menurut Asbury, yaitu: 1. Kriteria yang harus ada:
a. b.

Kelemahan progresif lebih dari satu anggota gerak Hiporefleksia atau arefleksia

2. Kriteria yang memperkuat diagnosis: a. Progresivitas hingga 4 minggu b. Relatif simetris c. Gangguan sensoris ringan d. Keterlibatan saraf kranial (tersering n.VII) e. Perbaikan klinis dalam 4 minggu f. Disfungsi otonom ringan g. Tidak terdapat demam h. Protein LCS meningkat setelah 1 minggu i. Leukosit LCS < 10/mm3 j. Perlambatan hantaran saraf 3. Kriteria yang meragukan diagnosis: a. Asimetris b. Disfungsi BAB atau BAK c. Leukosit LCS > 50/mm3 d. Gangguan sensoris berbatas nyata 4. Kriteria eksklusi: a. Hanya gangguan sensoris saja b. Terdiagnosis sebagai polineuropati lain

Berikut ini dapat dilihat skala fungsional pada sindrom Guillain-barr:

Gambaran LP pada SGB menunjukkan proses demielinisasi (peningkatan protein LCS) tanpa tanda-tanda infeksi (pletosis). Keadaaan ini disebut disosiasi sitoalbumin. Hasil analisis LCS normal dalam 48 jam pertama, kemudian diikuti peningkatan kadar protein LCS pada minggu ke-2 tanpa atau disertai sedikit kenaikan lekosit (albuminocytologic dissociation). Menurut Lambert dan Murder, adanya kelainan pada pemeriksaan EMG dapat membantu menegakkan diagnosis. Terdapat perlambatan kecepatan hantar saraf pada EMG. Pada minggu I terjadi pemanjangan atau hilangnya F-response (88%), prolong distal latencies (75%), blok pada konduksi (58%), dan penurunan kecepatan konduksi (50%). Pada minggu II terrjadi penurunan potensial aksi otot (100%), prolong distal latencies (92%), dan penurunan kecepatan konduksi (84%). Pemeriksaan MRI juga sangat membantu diagnosis. MRI sebaiknya dilakukan pada hari ke-13 setelah timbulnya gejala SGB. Pemeriksaan MRI dengan menggunakan kontras gadolinium memberikan gambaran peningkatan penyerapan kontras di daerah lumbosakral, terutama di cauda equina. Sensitivitas pemeriksaan ini terhadap SGB adalah 83%.
Sumber:

Pinzon

R.

Sindrom

Guillain-Barre:

kajian

pustaka.

Dexa

Media

2007:

1(20);

44-5

9. Saharso D. Sindroma Guillain Barre (SGB). Pediatrik.com 2007; (online), (http://www.pediatrik.com)

Prognosis GBS: Prognosisnya baik. Walaupun 2-12% pasien meninggal akibat komplikasi yang berhubungan dengan GBS. Angka kematian kurang dari 5 % pada managemen perawatan medis yang baik. Penyebab kematian termasuk sindrom gangguan pernapasan akut, sepsis, pneumonia penyakit tromboemboli vena dan serangan jantung. Data survei menunjukkan bahwa pasien berusia 60 tahun atau lebih memiliki resiko kematian 6 kali lipat dari orang yang berusia 40-59 tahun dan 157 kali lipat dari pasien yang lebih muda dari usia 15 tahun. Laki-laki memiliki tingkat kematian 1,3 kali lebih besar daripada wanita. Kebanyakan pasien (hingga 85%) dengan GBS mencapai pemulihan penuh dan fungsional dalam waktu 6-12 bulan. Pemulihan maksimal 18 bulan. Perkiraan menunjukkan 15-20% dari pasien mengalami defisit residual moderat, dan 1-10% sisanya mengalami kecacatan. Pasien mungkin mengalami kelemahan terus-menerus, areflexia, ketidakseimbangan, atau kehilangan sensori. Sekitar 7-15% dari pasien mengalami gejala sisa neurologis permanen termasuk footdrop bilateral, pengecilan otot tangan intrinsik, ataksia sensorik, dan dysesthesia. Pasien juga mungkin menunjukkan perbedaan jangka panjang dalam intensitas nyeri, kelelahan, dan gangguan fungsional dibandingkan dengan kontrol yang sehat. Sumber :

Andary,MichaelT.\2012. Guillain-Barre Syndrome. Di unduh dari : http://emedicine.medscape.com pada tanggal 18 Desenber 2013 pukul 18.08

Вам также может понравиться