Вы находитесь на странице: 1из 7

Mandala oI Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Setyarini, AntiIungi Ekstrak Lengkuas pada M.

furfur
317
PERBANDINGAN EFEK ANTIFUNGI EKSTRAK LENGKUAS
(Alpinia galanga Linn) DENGAN KETOKONAZOL
PADA ISOLAT Malassezia furfur
Pramita Sukti Setyarini
1
, Diah Krisnansari
1
1
Fakultas Kedokteran dan Ilmu-Ilmu Kesehatan, Universitas Jenderal Soedirman, Purwokerto
Email: setyariniyahoo.com
ABS1RAC1
Pityriasis versicolor is a worldwide superficial fungal infection with incidence rate of 50
of Western Samoa, 1,1 in the Sweden dan approximately 2-8 of the population in United
States. Galangal (Alpinia galanga Linn) rhi:ome is herb which have antifungal effect.
Ketocona:ole is an effective antifungal agent for the treatment of P. versicolor. The purpose of the
study was to compare the antifungal effect of extract galangal with ketocona:ole 2 against
Malassezia IurIur isolate. This was an experimental study with completely randomi:ed design of 8
groups, divided into different concentrations of 0, 0,5, 1, 1,5, 2, 2,5, 3 and
ketocona:ole 2. The antifungal effect on galangal extract to inhibit M. furfur. was 0,5 48,89
inhibitory effect. The effective concentration was 1 concentration extract of galangal with
79,70 inhibitory effect. The Kruskal Wallis test showed p0,001 and the Mann Whitney test got 4
groups showed that no differences (p~0,05) and 17 groups showed differences in inhibitory
percentage (p<0,05). The result of Mann Whitney on concentration efective inhibitory percentage
and ketocona:ole 2 that showed different significant (p0,001).
Keywords. Pityriasis versicolor, Malasse:ia furfur, Galangal (Alpinia galanga Linn), ketocona:ole
2.
PENDAHULUAN
Masyarakat mengenal Pityriasis
versicolor dengan sebutan panu. Panu
merupakan penyakit kulit yang sering terjadi,
baik pada perempuan maupun laki-laki
terutama higienitas dan sanitasi yang buruk
atau jelek. Panu disebabkan oleh jamur
superIisialis Malasse:ia furfur. Prevalensi P.
versicolor di dunia masih sangat tinggi,
dilaporkan 50 di Kepulauan Samoa Barat
yang merupakan lingkungan panas dan
lembab, sekitar 1,1 di Swedia yang
merupakan negara dengan temperatur yang
lebih dingin dan 2-8 dari populasi di
Amerika Serikat mempunyai temperatur dan
kelembaban tertinggi
1
. Prevalensi P.
versicolor 50 terjadi pada masyarakat
daerah tropis, 5 pada masyarakat daerah
subtropis dan 1 pada masyarakat daerah
dingin
2
. Pada kalangan tenaga kerja Industri
Plywood di Kalimantan Selatan ditemukan P.
versicolor sebesar 3,3 dari 2000 pekerja
3
.
Pada tahun 2003 ditemukan 260 kasus
baru P. versicolor terdiri dari 131 pria dan
129 wanita (20,8) pada Poliklinik Divisi
Dermatomikologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia RSCM
4
. Pengobatan
tradisional dinilai memiliki eIek samping
yang lebih kecil dibandingkan dengan obat
yang berasal dari bahan kimia serta harganya
lebih terjangkau
5
. Oleh karena itu, para ahli
terdorong untuk mencari sumber pengobatan
yang berasal dari bahan baku alam yang
memiliki potensi sebagai antimikroba.
Hasil penelitian uji aktivitas
antimikroba minyak atsiri dan ekstrak
Mandala oI Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Setyarini, AntiIungi Ekstrak Lengkuas pada M.furfur
318
metanol lengkuas (A. galanga Linn) pada
konsentrasi 10 tidak eIektiI terhadap
Escherichia coli dan jamur Rhi:opus sp.
Namun pada konsentrasi 6-8 minyak atsiri
lengkuas sudah dapat menghambat
pertumbuhan Bacillus subtilis dan
Staphylococcus aureus serta jamur
Neurospora sp. dan Penicillium sp
6
.
Antijamur Ketokonazole di apotek
masih diperjualbelikan secara bebas dan
masyarakat bisa membeli tanpa resep dokter.
Sejak dahulu masyarakat mengobati panu
dengan menggunakan bahan baku alam
lengkuas (A. galanga Linn) sebagai
pengobatan tradisional. Selama ini, belum
ada yang meneliti tentang eIektivitas ekstrak
lengkuas (A. galanga Linn) terhadap
pertumbuhan M. furfur. Oleh karena itu,
peneliti ingin mengetahui perbandingan eIek
antiIungi antara ekstrak lengkuas (A. galanga
Linn) dan ketokonazol pada isolat
pertumbuhan M. furfur secara invitro. Pada
penelitian terdahulu, konsentrasi ketokonazol
yang digunakan adalah 2. Pada konsentrasi
tersebut mempunyai spektrum luas dan
mempunyai eIektivitas yang tinggi secara
invitro
7
. Oleh karena itu, peneliti memakai
konsentrasi tersebut dalam penelitian ini.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) suatu
percobaan yang homogen dan Iaktor luar
yang dapat mempengaruhi dikontrol pada
laboratorium. Kelompok perlakuan terdiri
dari 6 kelompok perlakuan, kelompok
kontrol positiI dan kelompok kontrol negatiI.
Jumlah ulangan ditentukan berdasarkan
rumus Federel. Pada penelitian ini, cawan
petri kelompok perlakuan berisi media
Sabaroud Dextrose Agar (SDA), suspensi
kuman dan ekstrak lengkuas dengan
konsentrasi perlakuan (0,5, 1, 1,5, 2,
2,5, dan 3). Pada cawan petri kelompok
kontrol positiI berisi media SDA, suspensi
kuman dan ketokonazol dengan konsentrasi
2 sebagai pembanding. Sedangkan pada
cawan petri kelompok kontrol negatiI
(konsentrasi 0) berisi media SDA dan
suspensi kuman. Semua perlakuan diulang
sebanyak 4 kali sehingga didapatkan 32 unit
perlakuan. Sampel penelitiannya adalah
kerokan dari penderita P. versicolor.
Variabel penelitiannya adalah variabel
bebas kadar ekstrak lengkuas dengan
konsentrasi 0, 0,5, 1, 1,5, 2, 2,5,
3 dan ketokonazol 2 . Variabel
tergantung persentase penghambatan
pertumbuhan koloni M. furfur. Kadar ekstrak
lengkuas adalah ekstrak yang dibuat dari
lengkuas 100 gr dengan metode perasan.
Dalam penelitian dibagi beberapa konsentrasi
perlakuan yaitu 0, 0,5, 1, 1,5, 2,
2,5, dan 3. Larutan ketokonazol 2
adalah obat antijamur yang merupakan
derivat imidazol dengan sediaan 200 mg dan
dilarutkan menggunakan SDA (Saboroud
Dextrose Agar) 10 ml. Persentase
penghambatan pertumbuhan koloni M. furfur
adalah penurunan pertumbuhan koloni M.
furfur yang ditanam pada media SDA dan
telah diberikan perlakuan ekstrak lengkuas
Mandala oI Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Setyarini, AntiIungi Ekstrak Lengkuas pada M.furfur
319
dan larutan ketokonazol. Hasil yang paling
eIektiI akan dinyatakan dalam persentase.
Analisis yang digunakan adalah
analisis univariat dan analisis bivariat. Data
yang didapat diuji normalitasnya dengan
menggunakan uji Saphiro-Wilk. Uji Kruskal
Wallis merupakan analisis komparatiI dua
kelompok tidak berpasangan yang dilakukan
untuk mengetahui adanya perbedaan
bermakna antar kelompok perlakuan pada
variabel tergantung numerik dengan
distribusi tidak normal atau varians data tidak
sama. Untuk mengetahui antara kelompok
mana saja perbedaan bermakna tersebut ada,
dilakukan uji Mann Whitney dengan tingkat
kesalahan 5
8
.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil pada Tabel 1. menunjukkan MIC
(Minimal Inhibitory Concentration) pada
penelitian ini adalah pada konsentrasi 0,5
dengan daya hambat sebesar 48,89 dengan
rata-rata jumlah pertumbuhan sebanyak
13800x10
6
CFU/ml dan konsentrasi eIektiI
penghambatan koloni M. furfur adalah
konsentrasi 1, yaitu dengan rata-rata
jumlah pertumbuhan sebanyak 5470x10
6
CFU/ml (79,70).
Konsentrasi 3 menghasilkan
penghambatan tertinggi pada ekstrak
lengkuas dengan rata-rata jumlah koloni
19,2x10
6
CFU/ml dengan daya hambat
99,92. Ketokonazol 2 menghasilkan
penghambatan tertinggi dari semua perlakuan
yang diujikan, yaitu dengan rata-rata jumlah
koloni 5,34x10
6
CFU/ml (99,98).
Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan
p0,000 (p0,05), berarti paling tidak
terdapat perbedaan penghambatan yang
bermakna diantara ketujuh kelompok
perlakuan dan terdapat setidaknya dua
kelompok yang mempunyai perbedaan
persentase penghambatan yang signiIikan.
Lanjutan analisis post hoc, yaitu Mann
Whitney dengan tingkat kesalahan 5. Hasil
uji Mann Whitney didapatkan 4 kelompok
data tidak menunjukkan adanya perbedaan
dan 17 kelompok menunjukkan adanya
perbedaan persentase penghambatan.
Datanya dapat dilihat pada Tabel 2.
Data yang dihasilkan dari perhitungan
rata-rata jumlah koloni didapatkan persentase
penghambatan. Pertumbuhan isolat M. furfur
yang semakin besar seiring dengan
peningkatan konsentrasi ekstrak. Pada
ekstrak lengkuas, persentase penghambatan
Tabel 1. Penghambatan koloni Malassezia furfur
Konsentrasi 1umlah rata-rata koloni
(CFU/ml)
Penghambatan
0 26900x10
6
0
0,5 13800x10
6
48,89
1 5470x10
6
79,70
1,5 4540x10
6
83,14
2 31,8x10
6
99,88
2,5 26,2x10
6
99,90
3 19,2x10
6
99,92
K2 5,34x10
6
99,98
Mandala oI Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Setyarini, AntiIungi Ekstrak Lengkuas pada M.furfur
320
terendah pada konsentrasi 0,5 (48,89)
dan persentase penghambatan tertinggi pada
konsentrasi 3 (99,92). Data laboratorium
tersebut dapat menunjukkan adanya eIek
antiIungi pada isolat M. furfur.
Kandungan ekstrak lengkuas yang
mempunyai eIek antimikroba adalah minyak
atsiri, Ilavanoid, terpenoid dan Ienol. Potensi
antimikroba rimpang lengkuas ini didapatkan
pada rimpang lengkuas yang berusia 3-4
bulan dengan banyaknya komponen larut
air
9
. Ekstrak lengkuas ini disterilisasi
menggunakan sartorius membran Iilter
dengan ukuran pori-pori sebesar 0,45 yang
mempunyai tujuan untuk menyaring bakteri
agar tidak mengkontaminasi ekstrak yang
tidak tahan panas. Mekanisme kerja dari
berbagai macam kandungan ekstrak lengkuas
berbeda-beda akan tetapi mekanisme
penghambatan pertumbuhan jamur melalui
perusakan permeabilitas membran sel
10
.
Kerusakan membran sel dapat menyebabkan
kebocoran sehingga komponen-komponen
penting di dalam sel seperti protein, asam
nukleat, nukleotida dan lain-lain dapat
mengalir keluar
11
. Hal ini menyebabkan
permeabilitas sel terganggu sehingga sel
tidak dapat melakukan aktivitas hidup dan
pertumbuhannya terhambat atau bahkan
mati
12
.
Hasil penelitian menunjukkan
konsentrasi 1 ekstrak lengkuas merupakan
konsentrasi yang eIektiI dalam menghambat
pertumbuhan koloni jamur M. furfur. Hal ini
ditunjukkan oleh rata-rata persentase
penghambatan terhadap pertumbuhan koloni
M. furufur sebesar 79,70. Konsentrasi
eIektiI adalah konsentrasi terendah yang
mampu menghambat terhadap pertumbuhan
jamur sebesar 50 atau lebih dari jumlah
koloni jamur
13
. Konsentrasi eIektiI
mempunyai kesetaraan dengan MIC 50. MIC
Tabel 2. Hasil Uji Mann Whitney
Konsentrasi Perlakuan P Interpretasi
0 dengan 0,5 0,066 Tidak ada beda
0 dengan 1 0,001 Ada beda
0 dengan 1,5 0,001 Ada beda
0 dengan 2 0,001 Ada beda
0 dengan 2,5 0,001 Ada beda
0 dengan 3 0,001 Ada beda
0,5 dengan 1 0,001 Ada beda
0,5 dengan 1,5 0,001 Ada beda
0,5 dengan 2 0,001 Ada beda
0,5 dengan 2,5 0,001 Ada beda
0,5 dengan 3 0,001 Ada beda
1 dengan 1,5 0,227 Tidak ada beda
1 dengan 2 0,021 Ada beda
1 dengan 2,5 0,001 Ada beda
1 dengan 3 0,001 Ada beda
1,5 dengan 2 0,103 Tidak ada beda
1,5 dengan 2,5 0,001 Ada beda
1,5 dengan 3 0,001 Ada beda
2 dengan 2,5 0,009 Ada beda
2 dengan 3 0,009 Ada beda
2,5 dengan 3 0,958 Tidak ada beda
Mandala oI Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Setyarini, AntiIungi Ekstrak Lengkuas pada M.furfur
321
50 adalah konsentrasi dari antimikroba _50
yang dapat menghambat suatu
mikroorganisme
14
. MIC (Minimal Inhibition
Consentration) merupakan kadar terendah
obat-obat antibiotik dan obat-obat kimia yang
mampu menghambat pertumbuhan
mikroorganisme
15
. Pada penelitian ini
didapatkan MIC (Minimal Inhibition
Consentration) sebesar 48,89 pada
konsentrasi ekstrak lengkuas 0,5.
Pada hasil uji statistik Kruskal-Wallis
menunjukkan p0,000 (p0,05). Hal ini
mempunyai arti paling tidak terdapat
perbedaan penghambatan yang bermakna di
antara ketujuh kelompok perlakuan. Pada
hasil uji Mann Whitney didapatkan 4
kelompok data yang tidak menunjukkan
adanya perbedaan (p~0,05) dan 17 kelompok
yang menunjukkan adanya perbedaan
persentase penghambatan (p0,05). Hasil
hitungan uji statistik yang didapatkan tidak
dapat membuktikan hasil laboratorium
tentang MIC dan konsentrasi eIektiI,
perhitungan statistik hanya dapat
memberikan inIormasi bahwa masing-masing
konsentrasi mempunyai perbedaan persentase
penghambatan.
Pada konsentrasi 0,5 merupakan
bacteriostatic sedangkan konsentrasi 1-3
merupakan bactericidal. Bacteriostatic
adalah kemampuan menghambat
perkembangbiakan bakteri sedangkan
bactericidal memiliki siIat mematikan
bakteri. Jamur M. furfur melakukan proses
adaptasi sesuai kurva pertumbuhan. Kurva
pertumbuhan M. furfur pada konsentrasi
0,5 ekstrak lengkuas merupakan Iase
penyesuaian, suatu masa saat sel mengalami
kekurangan metabolit dan enzim akibat
keadaan yang tidak menguntungkan dalam
pembiakan terdahulu dan harus
menyesuaikan diri dengan lingkungan yang
baru. Pada konsentrasi 1-1,5 ekstrak
lengkuas mengalami kurva pertumbuhan Iase
exponensial, bahan sel baru terbentuk dengan
laju yang konstan tetapi bahan yang baru
bersiIat katalis. Hal ini terjadi karena satu
atau lebih zat makanan dalam perbenihan
habis atau terkumpul produk metabolisme
yang beracun sehingga pertumbuhan
terhambat
16
. Pada hasil laboratorium
konsentrasi 2-3 ekstrak lengkuas
mempunyai persentase penghambatan yang
hampir sama. Hal ini dikarenakan pada
konsentrasi 2 merupakan MIC 90. MIC 90
adalah konsentrasi maksimal yang dapat
menghambat mikroorganisme _90
17
. Selain
itu, pada konsentrasi ini mengalami Iase
stasioner maksimum dan Iase kemunduran
yang akhirnya kehabisan zat makanan atau
penumpukan hasil-hasil metabolisme yang
beracun akan menyebabkan pertumbuhan
terhenti sama sekali sehingga pada
konsentrasi ini terlihat persentase
penghambatannya konstan
16
.
Uji statistik Mann Whitney pada
kelompok konsentrasi 1 ekstrak lengkuas
dan ketokonazol 2 menunjukkan adanya
perbedaan yang signiIikan (p0,001). Maka,
hipotesis yang menyatakan terdapat
perbedaan persentase penghambatan antara
ekstrak lengkuas (A. galanga Linn) pada
Mandala oI Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Setyarini, AntiIungi Ekstrak Lengkuas pada M.furfur
322
konsentrasi eIektiI dan ketokonazol 2
terhadap pertumbuhan jamur M. furfur
terbukti. Hasil uji statistik ini sesuai dengan
hasil laboratorium yaitu didapatkan
konsentrasi eIektiI sebesar 1 ekstrak
lengkuas dengan persentase penghambatan
sebesar 79,70 dan ketokonazol 2 dengan
persentase penghambatan sebesar 99,98.
Perbedaan ini terjadi karena kandungan zat
aktiI ketokonazol 2 dan ekstrak lengkuas
1 berbeda. Ketokonazol merupakan suatu
zat antiIungi murni. Pada penelitian ini
senyawa antiIungi ekstrak lengkuas belum
dapat dipisahkan dari senyawa-senyawa lain
seperti karbohidrat, protein dan lemak yang
berIungsi sebagai nutrisi bagi jamur.
Pemisahan ini bertujuan untuk
menghilangkan senyawa yang mengandung
nutrisi bagi jamur, sehingga diperoleh hanya
senyawa antiIungi yang dapat menghambat
pertumbuhan jamur. Hal ini merupakan
kelemahan dari penelitian ini yang tidak
menggunakan metode pemisahan senyawa
antiIungi dari senyawa lainnya.
KESIMPULAN
MIC dari ekstrak lengkuas adalah
0,5, semakin tinggi konsentrasi yang
dicobakan maka semakin besar pengaruhnya
dalam menghambat pertumbuhan jamur M.
furfur. Konsentrasi eIektiI dari ekstrak
lengkuas adalah 1 dengan persentase
penghambatan sebesar 79,70. Persentase
penghambatan antara ekstrak lengkuas
(Alpinia galanga Linn) pada konsentrasi
eIektiI sebesar 79,70 dan ketokonazol 2
sebesar 99,98 terhadap pertumbuhan
jamur M. furfur.
DAFTAR PUSTAKA
1. Crowe, M. A. Tinea Versicolor. Journal
Emedicine Dermatology, 2009.
2. Subakir. Pengaruh Suhu Pengeraman pada
Biakan Malassezia IurIur. Cermin Dunia
Kedokteran,1992.
3. Astono, S. & Sudarja, H. Penyakit Kulit di
Kalangan Tenaga Kerja Industri Plywood di
Propinsi Kalimantan Selatan. Cermin Dunia
Kedokteran No. 136, 43, 2002.
4. Kristanty, Roro Inge Ado. IdentiIikasi
Spesies Malassezia pada Pasien Pitiriasis
versikolor dengan Cara Pemeriksaan
MorIologi dan SiIat Biokimia di Departemen
Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin
Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Jakarta
tahun 2005. Tesis. Universitas Indonesia,
Jakarta, 2005.
5. Direktorat Jenderal Bina KeIarmasian dan
Alat Kesehatan. Daftar Obat Esensial
Nasional. Jakarta, Indonesia: Departemen
Kesehatan, 2005.
6. Yuharmen, Y., Y. Eryanti dan NurbalatiI. Uji
Aktivitas Antimikrobia Minyak Atsiri dan
Ekstrak Metanol Lengkuas (Alpinia galanga).
Jurnal Nature Indonesia, 4 (2): 178-183,
2002.
7. Suryaningrum, R. I., & Subakir. Ufi Banding
Efektivitas Morinda citrifolia 2 dengan
Ketokona:ol 2 secara In Jitro terhadap
Pertumbuhan Malasse:ia furfur pada
Pitiriasis Jersikolor. Retrieved Oktober 10,
2009, Irom Media Medika Muda:
www.m3undip.org, 2006.
8. Budiarto, E. Analisis Varian Sederhana.
Dalam: Biostatistika Untuk Kedokteran dan
Kesehatan Masyarakat. Penerbit EGC,
Jakarta : 226-231, 2002.
9. Robinson, Trevor. Kandungan Organik
Tumbuhan Tinggi. Bandung: ITB, 1995.
10. Haraguchi, H., Y. Kuwata, K. Inada, K.
Shingu, K. Miyahara, M. Nagao, and A.
Yagi. AntiIungal Activity Irom Alpinia
galanga and The Competition Ior
Incorporation oI Unsaturated Fatty Acids in
Cell Growth. Journal Planta Medica 62, hal
308-313, 1996.
11. Suwandi, U. Mekanisme Kerja Antibiotik,
Pusat Penelitian dan Pengembangan PT.
Kalbe Farma. Jakarta. Cermin Dunia
Kedokteran no. 76, 1992.
12. Ajizah, A. Sensitivitas Salmonella
Typhimurium terhadap Ekstrak Daun Psidium
guafava L. BIOSCIENTIAE. Volume 1,
Nomor 1, Januari 2004. Halaman 31-38.
Mandala oI Health. Volume 5, Nomor 2, Mei 2011 Setyarini, AntiIungi Ekstrak Lengkuas pada M.furfur
323
Program Studi Pendidikan Biologi FKIP
Universitas Lambung Mangkurat:
Banjarmasin, 2004.
13. Forster, H., Kanetis, L., and Adaskaveg, J.E.
Spiral Gradient Dilution, a Rapid Method Ior
Determining Growth Responses and 50
EIIective Concentration Values in Fungus
Fungicide Interactions. The American
Phytopathological Society Vol. 94, No. 2,
2004.
14. Yemisen, M., Demire, A., Mete, B.,
Kaygusuz, A., Mert, A., Tabak, F., Ozturk,
R. Comparative in Vitro Antimicrobial
Activity oI Tigecycline against Clinical
Isolates oI Vancomycin-Resistant
Enterococcus. Indian Journal of Medical
Microbiology. Volume : 27 Issue : 4 Page :
373-374, 2009.
15. Soemarno. Isolasi dan Identifikasi Bakteri
Klinik. Akademi Analisis Kesehatan
Yogyakarta: Departemen Kesehatan
Republik Indonesia. Yogyakarta : 18-21,
1999.
16. Jawetz, Melnick, & Adelberg`s. Mikrobiologi
Kedokteran. Jakarta: Salemba medika, 315-
319, 2005.
17. Burch, D.G.S. Pharmacokinetics-
Antimicrobial Sensitivity And Resistance.
The Pig Journal Proceedings Section. The
Pig Journal 52 (2003) 150-165, 2003.

Вам также может понравиться