Вы находитесь на странице: 1из 14

I.

BIOGRAFI B. F. SKINNER Burrhus Frederic Skinner lahir di

Susquehanna, Pennsylvania pada 20 Maret 1904 dari pasangan Willian dan Grace Skinner. Dia wafat di Massachusetts pada 18 Agustus 1990. . Dia merupakan psikolog, penulis, penemu, dan ahli filsafat sosial. Dia merupakan seorang profesor psikologi di Harvard University dari 1958 sampai pengunduran dirinya pada 1974. Ayahnya merupakan seorang pengacara. Dia menjadi atheis setelah seorang guru Agama Kristen yang merupakan peganut liberal mencoba meredakan ketakutannya akan neraka yang diceritakan oleh neneknya. Dia belajar di Hamilton College di New York dengan niatan untuk menjadi seorang penulis dan mengikuti Kelompok Lambda Chi Alpha. He mulis untuk paper sekolah, namun karena atheis, dia dikritik berdasarkan sekolah tempatnya belajar. Dia juga belajar di Harvard University setelah menerima gelar B.A. untuk sastra Inggris pada 1926. Setelah

kelulusan, dia menghabiskan waktunya di rumah orang tuanya di Scranton, mencoba untuk menjadi penulis fiksi. Dia mencoba untuk menjadi penulis di Desa Greenwich namun dia kemudian kecewa akan keterampilan menulisnya dan berkesimpulan bahwa dia hanya memiliki sedikit pengalaman dan tidak ada prespektif pribadi yang kuat untuk menulis. Pertemuannya dengan Behavorism, hasil karya John B. Watson membawanya kepada untuk mempelajari bidang psikologi. Skinner memperoleh gelar PhD dari Harverd pada 1931 and merupakan

seorang peneliti di sana sampa 1936. Dia kemudian mengajar di Universitas Minnesota di Minneapolis dan kemudian berpindah ke Universitas Indiana di mana dia memiliki kedudukan di departemen psikologi dari 1946-1947. Kemudian, dia kembali ke Harvard menjabat sebagai profesor pada 1958. Dia kemudian menghabiskan sisa hidupnya di Harvard. Pada 1973 Skinner merupakan salah satu penandatangan untuk Humanist Manifesto II. Pada 1936, Skinner menikahi Yvonne Blue dan memiliki dua anak, Julie dan Deborah. Pada saat dia menjadi salah seorang ketua behavioris, dia menjalankan kajian ke atas tikus dengan menggunakan Kotak Skinner. Skinner telah mengandaikan bahwa segala konsep berkaitan dengan tingkahlaku tikus boleh diaplikasikan ke atas manusia.
1

Malah beliau pernah membesarkan anaknya, Debbie di dalam kotak Skinner. Skinner telah mengandaikan bahawa segala konsep berkaitan dengan tingkah laku tikus boleh diaplikasikan ke atas manusia. Dia meninggal disebabkan oleh Leukimia pada 18 Agustus 1990 dan dimakamkan di Mount Auburn Cemetery, Cambridge, Massachusetts. Sebagai sesosok figur yang kontroversial, Skinner dilukiskan secara berbeda-beda, dia dipanggil jahat dan sesosok yang dibenci, namun juga ramah dan entusias. Pada kenyataannya, dia merupakan orang yang sangat teliti dan terbuka, namun emosional. Anugerah yang telah diperoleh sepanjang karier Skinner ialah National Medal of Science from President Lyndon B. Johnson (1968) , Gold Medal of the American Psychological Foaudation (1971), Human of the Year Award (1972) dan Citation for Outstanding Lifetime Contribution to Psychology.

II.

SEJARAH MUNCULNYA TEORI KONDISIONING OPERAN B.F SKINNER Asas pengkondisian operan B.F Skinner dimulai awal tahun 1930-an, pada waktu keluarnya teori S-R. Pada waktu keluarnya teori-teori S-R. pada waktu itu model kondisian klasik dari Pavlov telah memberikan pengaruh yang kuat pada pelaksanaan penelitian. Istilah-istilah seperti cues (pengisyratan), purposive behavior (tingkah laku purposive) dan drive stimuli (stimulus dorongan) dikemukakan untuk menunjukkan daya suatu stimulus untuk memunculkan atau memicu suatu respon tertentu. Skinner tidak sependapat dengan pandangan S-R dan penjelasan reflex bersyarat dimana stimulus terus memiliki sifat-sifat kekuatan yang tidak mengendur. Menurut Skinner penjelasan S-R tentang terjadinya perubahan tingkah laku tidak lengkap untuk menjelaskan bagaimana organisme berinteraksi dengan lingkungannya. Bukan begitu, banyak tingkah laku menghasilkan perubahan atau konsekuensi pada lingkungan yang mempunyai pengaruh terhadap organisme dan dengan begitu mengubah kemungkinan organisme itu merespon nanti. Asas-asas kondisioning operan adalah kelanjutan dari tradisi yang didirikan oleh John Watson. Artinya, agar psikologi bisa menjadi suatu ilmu, maka studi tingkah laku harus dijadikan fokus penelitian psikologi. Tidak seperti halnya teoritikus-teoritikus SR lainnya, Skinner menghindari kontradiksi yang ditampilkan oleh model kondisioning klasik dari Pavlov dan kondisioning instrumental dari Thorndike. Ia mengajukan suatu paradigma yang mencakup kedua jenis respon itu dan berlanjut dengan mengupas kondisi-kondisi yang bertanggung jawab atas munculnya respons atau tingkah laku operan.
2

III. TEORI BELAJAR SKINNER B.F. Skinner setuju dengan teori Pavlov, tetapi menyatakan bahawa perlakuan harus diperhatikan dalam jangka masa yang panjang dan membentuk perlakuan yang kompleks daripada perlakuan yang mudah. Skinner banyak menjalankan kajian dengan menggunakan binatang seperti tikus dan burung merpati. Skinner telah menghasilkan Skinner Box di mana tingkah laku binatang dalam kotak tersebut boleh dikawal dan gerak balasnya (respon) boleh diperhatikan dan direkam/diukur. Skinner telah menjalankan tiga eksperimen bagi membuktikan hipotesisnya

1) Eksperimen pertama a. Seekor tikus yang lapar diletakkan ke dalam Kotak Skinner . Di dalam kotak tersebut, terdapat sebuah mangkuk disambungkan kepada alat penekan. Apabila alat penekan itu dipijak/terinjak, biji makanan akan disalurkan ke dalam mangkuk tersebut. Di dinding bagian atas pula dipasang sebiji lampu untuk digunakan kajian selanjutnya. b. Tikus yang lapar kelihatan berlari-lari mondar-mandir di dalam Kotak Skinner untuk mencari makanan. c. Apabila ia menginjak alat penekan, makanan disalurkan ke dalam mangkuk. d. Tindakan yang berulang kali telah membawa kesadaran kepada tikus tersebut untuk memperoleh makanan. Dan apabila tikus itu dikeluarkan dari Kotak Skinner kemudian di masukkan kembali ke dalam Kotak Skinner, ia terus menginjak alat penekan tersebut.
3

Pada peringkat ini, tikus tersebut telah belajar cara memperolehi makanan dengan menginjak alat penekan tersebut,. Cara pembelajaran ini dikenali oleh Skinner sebagai pembelajaran melalui pengkondisian operan.

2) Eksperimen kedua Skinner memutuskan hubungan mangkuk dengan alat penekan. Jadi, apabila tikus menginjak alat penekan dalam Kotak Skinner, makanan tidak dapat disalurkan ke dalam mangkuk. Tikus mula berulang kali bertindak seperti dalam eksperimen pertama, tetapi akhirnya berhenti memijak alat penekan tersebut apabila mendapati makanan tidak akan dikeluarkan lagi. Fenomena ini diuraikan oleh Skinner sebagai proses pemunahan, yaitu makanan (ganjaran) tidak lagi dikeluarkan, tikus pun berhenti menginjak alat penekan tersebut (gerak balas). Bagaimanapun, fenomena ini didapati berlaku dalam kajian pengkondisian klasik.

3) Eksperimen ketiga Skinner menyambung hubungan lampu dengan alat penekan, di mana apabila tikus menginjak alat penekan, lampu akan menyala dan makanan dikeluarkan secara serentak. Jika lampu tidak menyala, makanan juga tidak akan keluar. Proses ini diulang-ulang hingga kelihatan tikus hanya menginjak alat penekan apabila lampu menyala saja. Skinner menguraikan fenomena ini sebagai pembelajaran diskriminasi, yaitu tikus telah belajar konsep diskriminasi dengan membedakan masa yang sesuai untuk memijak alat penekan untuk memperolehi makanan. Fenomena ini juga didapati berlaku dalam kajian pelaziman klasik.

Prinsip dari Kajian yang dilakukan Skinner adalah bahwa perilaku berubah sesuai dengan konsekuensi-konsekuensi segera dari perilaku tersebut. Konsekuensikonsekuensi yang menyenangkan akan memperkuat perilaku sedangkan konsekuensikonsekuensi yang tidak menyenangkan akan memperlemah perilaku. Dengan kata lain, konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan meningkatkan frekuensi
4

seseorang melakukan perilaku serupa, sedangkan konsekuensi-konsekuensi yang tidak menyenangkan akan menurunkan perilaku serupa.

3.1.Penguatan (Reinforcement) Reiforcement didefinisikan sebagai sebagai sebuah konsekuensi-

konsekuensi yang menguatkan tingkah laku (atau frekuensi tingkah laku). Keefektifan sebuah reinforcement dalam proses belajar perlu ditunjukkan. Karena kita tidak dapat mengasumsikan sebuah konsekuen adalah penguat (reinforcer) sampai terbukti bahwa konsekuen tersebut dapat menguatkan perilaku. Misalnya, permen pada umumnya dapat menjadi reinforcer bagi perilaku anak kecil, tetapi ketika mereka beranjak dewasa permen bukan lagi sesuatu yang menyenangkan, bahkan beberapa anak kecil juga tidak menyukai permen. Secara umum reinforcement dibedakan menjadi tiga, yaitu: a) Dari segi jenisnya, reinforcement dibagi menjadi dua kategori yaitu, reinforcemen primer dan reinforcemen sekunder. Reinforcement primer adalah reinforcement berupa kebutuhan dasar manusia seperti, makanan, air, keamanan, kehangatan, dan lain sebagainya. Reinforcement sekunder adalah reinforcement yang diasosiasikan dengan reinforcement primer. Misalnya, uang tidak mempunyai nilai bagi seorang anak sampai anak itu mengetahui bahwa uang itu dapat digunakan untuk membeli sesuatu yang merupakan penguat primer atau sekunder. Nilai tes mempunyai nilai kecil bagi anak kecuali orang tuanya menghargai anak itu atas nilainya. Uang dan nilai merupakan contoh penguatan sekunder karena keduanya tidak memiliki nilai sampai keduanya dikaitkan dengan penguat primer atau sekunder lain yang diterima baik atau mapan sebagai penguat. Terdapat tiga kategori penguat sekunder, yaitu penguat sosial, seperti penghargaan, senyuman, pelukan, perhatian; penguat aktivitas, seperti diperbolehkan menonton tv; penguat simbolik, seperti uang, nilai, dan tanda jasa. b) Dari segi bentuknya, reinforcement dibagi menjadi dua, yaitu reinforcement positif dan reinforcement negative. Reinforcement positif adalah konsekuen yang diberikan untuk menguatkan atau meningkatkan perilaku seperti hadiah, pujian, kelulusan dan lain sebagainya.
5

Reinforcement negative adalah menarik diri dari situasi yang tidak menyenangkan untuk menguatkan tingkah laku. Misalnya, guru yang membebaskan muridnya dari tugas membersihkan kamar mandi jika muridnya dapat menyelesaikan rumahnya.

c) Waktu pemberian reinforcement, keefektifan reinforcement dalam perilaku tergantung pada berbagai factor, salah satu diantaranya adalah frekuensi atau jadwal pemberian reinforcement. Ada empat macam pemberian jadwal reinforcement, yaitu:

Fixed ratio atau Rasio tetap merupakan suatu penguatan yang diberikan setelah
sejumlah perilaku tetap. Salah satu bentuk umum dari penjadwalan rasio-tetap

adalah dimana setiap satu perilaku diberi penguatan. Ini disebut penguatan berkelanjutan (continous reinforcement)

Fixed interval yaitu selang waktu tertentu ( misalnya 5 menit ) menentukan pemberian penguatan berikutnya Variabel ratio atau Rasio variabel, jika banyaknya perilaku yang diperlukan
untuk penguatan tidak dapat diramal, walau dapat dipastikan perilaku itu akhirnya akan diperkuat. Penjadwalan ratio-variabel cenderung menghasilkan kinerja

perilaku yang tinggi dan stabil serta tahan terhadap pemunahan

Interval Variable, penguatan diberikan dalam suatu interval waktu acak,


seseorang tidak tahu persis kapan suatu perilaku akan dikuatkan. Seperti halnya

penjadwalan rasio-variabel, penjadwalan interval-variabel sangat efektif untuk menjaga agar perilaku yang diinginkan dapat bertahan lama.

3.2.Hukuman (Punishment) Konsekunsi-konsekuensi yang tidak memperkuat yaitu yang melemahkan perilaku disebut dengan hukuman. Perbedaan antara penguatan negatif dan

hukuman yang ditunjukkan pada pengurangan perilaku dengan memberikan konsekuensi yang tidak diinginkan. Jika suatu konsekuensi yang tidak menyenangkan nyata-nyata tidak mengurangi frekuensi dari perilaku yang tidak diinginkan, maka konsekuensi yang tidak menyenangkan tersebut belum dapat dipandang sebagai hukuman. Hukuman dapat dibedakan menjadi dua bentuk yaitu: a) Hukum paksaan, yaitu hukuman dengan menggunakan konsekuensi-

konsekuensi yang tidak menyenangkan


6

b) Hukuman larangan, yaitu hukuman dalam dalam bentuk penghapusan penguatan. Penggunaan hukuman dapat memperbaiki perilaku seseorang.

3.3.Prinsip Premack Salah satu prinsip yang penting adalah bahwa aktivitas-aktivitas yang kurang disukai dapat ditingkatkan dengan cara mengaitkan aktivitas-aktivitas tersebut dengan aktivitas-aktivitas yang lebih disukai. Sebagai contohnya, seorang guru dapat berkata: Segera setelah kamu menyelsaikan pekerjaanmu, kamu dapat keluar, atau Bersihkan meja kerjamu dan setelah itu kamu boleh pulang. Seorang guru dapat menggunakan prinsip premack dengan cara menukar aktivitas-aktivitas yang lebih menyenangkan dengan aktivitas-aktivitas yang kurang menyenangkan, dan dapat tidaknya ikut berpartisipasi dalam aktivitas-aktivitas yang menyenangkan itu tergantung pada keberhasilan menyelesaikan aktivitas-aktivitas yang kurang menyenangkan.

3.4.Pembentukan (Shaping) Pembentukan (shaping) dalam teori belajar perilaku mengacu pada pengajaran keterampilan atau perilaku baru dengan cara memberikan penguatan kepada siswa untuk mencapai perilaku akhir yang diinginkan. Prinsip dalam pembentukan adalah anak harus diberi penguatan untuk perilaku-perilaku yang berada dalam kemampuannya saat ini dan juga mengembangkan kemampuan mereka ke arah keterampilan-keterampilan baru. Adapun langkah-langkah dalam pemberian shaping adalah: 1) Memilih tujuan yang ingin dicapai; 2) Mengetahui kesiapan belajar siswa; 3) Mengembangkan sejumlah langkah yang akan memberikan bimbingan kepada siswa untuk melalui tahap demi tahap tujuannya dengan menyesuaikan kemampuan siswa; 4) Memberi feedback terhadap hasil belajar siswa.

3.5.Pemunahan (Extinction) Pemunahan (extinction) merupakan suatu proses kontinu dimana seorang individu secara perlahan akan mengalami prilaku menurun bahkan menghilang jika penguatan terhadap prilaku individu tersebut dihilangkan. Pemunahan merupakan
7

salah satu kunci untuk menangani perilaku siswa. Perilaku siswa yang tidak diinginkan sering dapat dihilangkan jika penguat-penguat yang mempertahankan perilaku tersebut teridentifikasi dan dihilangkan. Pemunahan dari suatu perilaku yang dipelajari sebelumnya dapat dipercepat jika ada beberapa stimulus atau isyarat menginformasikan kepada individu itu bahwa perilaku-perilaku yang sebelumnya pernah diperkuat, tidak akan diperkuat lagi.

IV. IMPLIKASI TEORI BELAJAR SKINNER DALAM PENDIDIKAN Beberapa Implikasi teori belajar Skinner dalam pendidikan, antara lain: 1) Untuk mengukuhkan sesuatu kemahiran atau teknik yang baru dipelajari hendaklah memberikan penguatan secara kontinu dan diikuti secara berkala. 2) Penggunaan penguatan positif lebih berkesan daripada penguatan negatif. 3) Prinsip pemunahan melalui proses pengkondisian operan lebih sesuai digunakan untuk memodifikasikan tingkah laku murid yang tidak diinginkan, misalnya menghentikan penguatan yang diberikan dahulu baik penguatan positif maupun penguatan negatif 4) Konsep diskriminasi melalui proses pengkondisian operan membantu murid untuk memperolehi ilmu serta kemahiran dengan tepat. 5) Prinsip Jadwal Penguatan Skinner dapat digunakan untuk merancang serta melaksanakan penguatan yang kontinu dan penguatan berkala yang berpatutan agar menjamin tingkah laku operan dapat ditanamkan. 6) Hukuman hendaklah sesuai dengan usia murid. 7) Guru harus berhati-hati dalam memberi penguatan negatif kerana murid akan menganggapnya sebagai hukuman

V.

IMPLIKASI

TEORI

BELAJAR

SKINNER

DALAM

PEMBELAJARAN

MATEMATIKA Reber (Muhibin Syah, 2003) menyebutkan bahwa yang dimaksud dengan operant adalah sejumlah perilaku yang membawa efek yang sama terhadap lingkungan. Respons dalam operant conditioning terjadi tanpa didahului oleh stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu sendiri pada dasarnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya sejumlah respons tertentu, namun tidak sengaja diadakan sebagai pasangan stimulus lainnya seperti dalam classical conditioning.
8

Dalam teori Belajar Skinner

(Ruseffendi, 1998,h.171),untuk

menguatkan

pemahaman siswa tentang apa yang baru dipelajari, maka setelah terjadinya proses stimulus-respon yang antara lain berupaya tanya jawab dalam proses pengajaran harus dilanjutkan dengan member ikan penguatan antara lain berupa latihan soal-soal. Dengan demikian teori belajar yang dominan digunakan dalam implementasi kurikulum matematika 1968 adalah "Teori Belajar Skinner". Pada tahun 1975, terjadi perubahan yang sangat besar dalam pengajaran matematika di Indonesia. Di awali dengan diterapkannya matematika modern. Menurut Ruseffendi (1979,12- 14), matematika modern tersebut memiliki karakteristik sebagai berikut: a) Terdapat topik-topik baru yang diperkenalkan yaitu himpunan, geometri, bidang dan ruang, statistika dan probalitas, relasi, sistem numerasi kuno,dan penulisan lambang bilangan non desimal. Selain itu diperkenalkannya pula konsep-konsep baru seperti penggunaan himpunan, pendekatan pengajaran matematika secara spiral , dan pengajaran geometri dimulai dengan lengkungan. b) Terjadi pergeseran dari pengajaran yang lebih menekankan pada hafalan ke pengajaran yang bersifat rutin c) Soal-soal yang duberikan lebih diutamakan yang bersifat pemecahan masalah daripada yang bersifat rutin. d) Adanya kesinambungan dalam penyajian bahan ajar antara Sekolah Dasar dan Sekolah lanjutan e) Terdapat penekanan pada struktur f) Program pengajaran pada matematika modern lebih memperhatikan adanya keberagaman antar siswa g) Terdapat upaya-upaya penggunaan istilah yang tepat. h) Ada pergeseran dari pengajaran yang berpusat pada guru ke pengajaran yang berpusat pada siswa i) Sebagai akibat dari pengajaran yang berpusat pada siswa, maka metode pengajaran banyak digunakan penemuan dan pemecahan masalah dengan teknik diskusi. j) Terdapat upaya agar pengajaran matematika dilakukan dengan cara menarik, misalnya melalui per mainan, teka-teki atau kegiatan lapangan. Berikut akan diberikan contoh penerapan teori Skinner dalam bidang matematika. Penguatan (reinforcement) dapat diberikan kepada siswa apabila jika diberikan latihan soal dalam pembelajaran Matematika, misalnya dalam materi persamaan kuadrat yaitu , lalu siswa diminta untuk menentukan akar9

akar dari persamaan kuadrat tersebut. Apabila siswa dapat menjawab dengan benar, maka siswa berhak memperoleh penguatan baik itu penguatan positif maupun penguatan negatif. Contoh penguatan positif adalah memuji siswa dengan berkata Ya, benar dan sebagainya, sedangkan contoh penguatan negatif yaitu tidak membebankan siswa tugas tambahan yang diberikan pada seluruh anggota kelas jika siswa tersebut berani maju mengerjakan di depan kelaas dan benar. Hukuman (punishment) diberikan kepada siswa yang tertib atau mengganggu jalannya pembeljaran seperti ramai di kelas dan mengakibatkan terganggunya konsentrasi belajar baik bagi siswa maupun guru.

VI. ANALISIS PERILAKU TERAPAN DALAM PENDIDIKAN Banyak aplikasi Pengkondisian operan telah dilakukan diluar riset laboratorium, antara lain dikelas, rumah, setting bisnis, rumah sakit, dan tempat lain di dunia nyata. Analisis Perilaku terapan adalah penerapan prinsip pengkondisian operan untuk mengubah perilaku manusia. Ada tiga penggunaan analisis perilaku yang penting dalam bidang pendidikan, yaitu: 1) Meningkatkan perilaku yang diinginkan. 2) Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukkan (shaping). 3) Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan.

6.1.Meningkatkan perilaku yang diharapkan Lima strategi pengkondisian operan dapat dipakai untuk meningkatkan perilaku anak yang diharapkan yaitu: Memilih Penguatan yang efektif: tidak semua penguatan akan sama efeknya bagi anak. Analisis perilaku terapan menganjurkan agar guru mencari tahu penguat apa yang paling baik untuk anak, yakni mengindividualisasikan penggunaan penguat tertentu. Untuk mencari penguatan yang efektif bagi seorang anak, disarankan untuk meneliti apa yang memotivasi anak dimasa lalu, apa yang dilakukan murid tapi tidak mudah diperolehnya, dan persepsi anak terhadap manfaat dan nilai penguatan. Penguatan alamiah seperti pujian lebih dianjurkan ketimbang penguat imbalan materi, seperti permen, mainan dan uang. Menjadikan penguat kontingen dan tepat waktu: agar penguatan dapat efektif, guru harus memberikan hanya setelah murid melakukan perilaku tertentu. Analisis perilaku terapan seringkali menganjurkan agar guru membuat

10

pernyataan jikamaka. penguatan akan lebih efektif jika diberikan tepat pada waktunya, sesegera mungkin setelah murid menjalankan tindakan yang diharapkan. Ini akan membantu anak melihat hubungan kontingensi antarimbalan dan perilaku mereka. Jika anak menyelesaikan perilaku sasaran (seperti mengerjakan sepuluh soal matematika) tapi guru tidak memberikan waktu bermain pada anak, maka anak itu mungkin akan kesulitan membuat hubungan kontingensi. Memilih jadwal penguatan terbaik: menyusun jadwal penguatan menentukan kapan suatu respons akan diperkuat. Empat jadwal penguatan utama adalah a) Jadwal rasio tetap: suatu perilaku diperkuat setelah sejumlah respon. b) Jadwal rasio variabel : suatu perilaku diperkuat setelah terjadi sejumlah respon, akan tetapi tidak berdasarkan basis yang dapat diperidiksi. c) Jadwal interval tetap : respons tepat pertama setelah beberapa waktu akan diperkuat. d) Jadwal interval variabel : suatu respons diperkuat setelah sejumlah variabel waktu berlalu. Menggunakan perjanjian (contracting) adalah menempatkan kontigensi

penguatan dalam tulisan. Jika muncul problem dan anak tidak bertindak sesuai harapan, guru dapat merujuk anak pada perjanjian yang mereka sepakati. Analisis perilaku terapan menyatakan bahwa perjanjian kelas harus berisi masukan dari guru dan murid. Kontrak kelas mengandung pernyataan jika maka dan di tandatangani oleh guru dan murid, dan kemudian diberi tanggal. Menggunakan penguatan negatif secara efektif: dalam pengutan negatif, frekuensi respons meningkat karena respon tersebut menghilangkan stimulus yang dihindari. Seorang guru mengatakan Minmin, kamu harus menyelesaikan PR mu dulu diluar kelas sebelum kamu boleh masuk kelas ikut pembelajaran ini berarti seorang guru menggunakan penguatan negatif.

6.2.Menggunakan dorongan (prompt) dan pembentukan (shapping) Prompt (dorongan) adalah stimulus tambahan atau isyarat tambahan yang diberikan sebelum respons dan meningkatkan kemungkinan respon tersebut akan terjadi. Shapping (pembentukan) adalah mengajari perilaku baru dengan memperkuat perilaku sasaran.

11

6.3.Mengurangi perilaku yang tidak diharapkan Ketika guru ingin mengurangi perilaku yang tidak diharapkan (seperti mengejek, mengganggu diskusi kelas, atau sok pintar) yang harus dilakukan berdasarkan analisis perilaku terapan adalah Menggunakan Penguatan Diferensial. Menghentikan penguatan (pelenyapan) Menghilangkan stimuli yang diinginkan. Memberikan stimuli yang tidak disukai (hukuman)

VII. KELEBIHAN DAN KELEMAHAN TEORI BELAJAR SKINNER 7.1.Kelebihan Pada teori ini, pendidik diarahkan untuk menghargai setiap anak didiknya. hal ini ditunjukkan dengan dihilangkannya sistem hukuman. Hal itu didukung dengan adanya pembentukan lingkungan yang baik sehingga dimungkinkan akan meminimalkan terjadinya kesalahan.

7.2.Kekurangan Beberapa kelemahan dari teori ini berdasarkan analisa teknologi (Margaret E. B. G. 1994) adalah bahwa: a) teknologi untuk situasi yang kompleks tidak bisa lengkap; analisa yang berhasil bergantung pada keterampilan teknologis, b) keseringan respon sukar diterapkan pada tingkah laku kompleks sebagai ukuran peluang kejadian. Disamping itu pula, tanpa adanya sistem hukuman akan dimungkinkan akan dapat membuat anak didik menjadi kurang mengerti tentang sebuah kedisiplinan. hal tersebuat akan menyulitkan lancarnya kegiatan belajar-mengajar. Dengan melaksanakan mastery learning, tugas guru akan menjadi semakin berat. Beberapa Kekeliruan dalam penerapan teori Skinner adalah penggunaan hukuman sebagai salah satu cara untuk mendisiplinkan siswa. Menurut Skinner hukuman yang baik adalah anak merasakan sendiri konsekuensi dari perbuatannya. Misalnya anak perlu mengalami sendiri kesalahan dan merasakan akibat dari

12

kesalahan. Penggunaan hukuman verbal maupun fisik seperti: kata-kata kasar, ejekan, cubitan, jeweran justru berakibat buruk pada siswa.

13

DAFTAR PUSTAKA

__. 2008. Teori Pembelajaran. http://www.scribd.com/document_downloads/direct/6242419?extension=pdf&ft=13516 14520&lt=1351618130&source=read+page&uahk=9yC9xXLuHuOjnVS4qQFB0IjUk Dg. (diakses pada 30 Oktober 2012). __. 2012. Teori Belajar Skinner (Burrhus Frederick Skinner). http://penembushayalan.wordpress.com/kuliah/tokoh-dan-teori-belajar/teori-belajarskinner-burrhus-frederick-skinner/ (diakses pada 30 Oktober 2012). __. 2012. Implikasi Aliran Psikologi Tingkah Laku ( Teori Thorndike , Teori Gagne, Teori Ausubel dan Teori Skinner) Terhadap Pembelajaran Matematika. http://sainsmatika.blogspot.com/2012/06/implikasi-aliran-psikologi-tingkah-laku.html. (diakses pada 31 Oktober 2012). Nur, Muhammad, dkk. 1998. Teori Pembelajaran Perilaku dan Teori Pembelajaran Sosial. Surabaya : Unipress. Nuryadi, Made. 2009. Teori Belajar B.F Skinner dan Aplikasinya. http://made82math.wordpress.com/2009/06/05/teori-belajar-b-f-skinner-danaplikasinya/. (diakses pada 31 Oktober 2012).

14

Вам также может понравиться