Академический Документы
Профессиональный Документы
Культура Документы
Selain itu, kunci dari Habib Husein berumur panjang adalah tidak lain
karena ia secara istiqamah shalat Subuh berjemaah di Masjid dan
gemar melakukan jalan kaki sekitar satu jam. Habib Husein berjalan
kaki tiap sambil berdakwah, setiap tempat yang beliau lalui selalu ia
mendatangkan rahmah. Ia berjalan kaki dari rumahnya yang ada di
Brani keliling kampung atau ke pasar. Dengan berjalan kaki tiap pagi,
seluruh peredaran darah dalam tubuh jadi lancar. Udara segar yang
dihirup membuat kesegaran tubuh tetap prima, itulah salah satu
keistimewaan waktu dari shalat Subuh.
Bagi orang sekarang, usia 86 tahun itu sudah memasuki usia senja,
kakek-kakek di mana orang sudah mulai kehilangan kekuatan dan
gairahnya. Namun bagi Habib Husein, usia seperti itu tergolong muda.
Kekuatannya tak jauh berbeda dengan usia pemuda saat ini. Itulah
salah satu kekuatan Habib Husein.
Atas pesan Habib Ahmad bin Abdullah bin Tholib Alattas (Pekalongan),
Habib Husein kemudian mengasah ilmu kepada Habib Muhammad bin
Muhammad Al- Muhdhor, yang tidak lain adalah guru dari Habib
Ahmad bin Abdullah bin Tholib Alatas. Selama menjadi murid Habib
Muhammad, Habib Husein senantiasa menadapat perintah untuk
berdakwah ke berbagai daerah.
Salah satu tugasnya yang terakhir dari gurunya itu, Habib Husein
diperintahkan untuk menyebarkan dakwah ke Brani Kulon, Kecamatan
Maron, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Ia masuk ke desa yang
terpencil itu sekitar tahun 1939. Saat itu kondisi desa Brani masih
berupa hutan belantara dan sarang penyamun. Tampaknya, Habib
Husein memang sengaja ditugasi untuk membrantas para penyamun
untuk kembali ke jalan Allah SWT.
Tak hanya itu, dalam soal keilmuan, para santri PP Aswaja Brani Kulon
sangat mempercayai kalau Habib Husein itu adalah titisan dari Syeikh
Abdul Qadir Jaelani. Ikhwalnya ia mendapat julukan Titisan Syeikh
Abdul Qadir Jaelani, adalah ketika Habib Ahmad, salah seorang
sahabatnya pernah bermunajat kepada Allah agar bertemu dengan
Syeikh Abdul Qadir Jaelani. Dalam mimpinya, ia dipertemukan dengan
Syeikh Abdul Qadir Jaelani yang bersorban putih, dan ketika didekati
ternyata wajah itu adalah wajah Habib Husein bin Hadi Al-Hamid.
Habib Husein wafat hari Jum’at Legi, 11 Safar 1406 H/25 Januari
1986. Jenazahnya kemudian di makamkan di sebelah utara Masjid Al
Mubarok, komplek Pondok Pesantren Ahlus Sunnah Wal Jamaah, Desa
Brani Kulon, Kecamatan Maron, Probolinggo, Jawa Timur.
disarikan dari Manakib Habib Husein yang disusun oleh Habib Abdul
Qadir bin Muhammad Shodiq bin Husein bin Al-Hamid.