Вы находитесь на странице: 1из 30

MAKALAH STUDY ISLAM SEBAGAI ILMU

DISUSUN OLEH

DI SUSUN OLEH

Filson Arif Pratama

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGRI (STAIN) JURAI SIWO METRO TH 2012/2013

Kata Pengantar Puji syukur penulis SWT karena atas rahmat dan ridho-Nya penulis dapat menyelesaikan makalah ini meskipun masih sangat sederhana. Dalam penyusunsn makalah ini penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada pihak-pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu dalam penyusunan makalah ini. Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan, oleh sebab itu,penulis mengj Harapkan sumbangan pemikiran baik berupa kritikan atau saran yang sifatnya membangun demi perbaikan makalah ini dimasa yang akan datang. Akhirnya kepada Allah SWT, penulis selalu memohon petunjuk dan bimbingan-Nya. Semoga makalah ini dapat berguna bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.Amin

Metro,12 November 2012

penyusun

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i KATA PENGANTAR .................................................................................... ii DAFTAR ISI ................................................................................................... iii BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 1 BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6 A. Pengertian StudyIslam ....................................................................... 6 B. Tujuan Study Islam ............................................................................ 8 C. ManfaatStudy Islam ........................................................................... 9 D. Pendekatan Dan Metode Dalam Study Islam .................................. 11 E. Sejarah Perkembangan Study Islam di Dunia Mislim ................... 16 F. Study Islam di Berbagai Negara....................................................... 19 a. StuudY Islam di Indonesia ............................................................ 19 b. Study Islam di Amerika ................................................................. 20 c. Study Islam di Australia ................................................................ 22 d. Study Islam di Eropa..................................................................... 22 BAB III KESIMPULAN ................................................................................ 25 DAFTAR PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Pendidikan memiliki peranan yang sangat penting, bahkan paling penting dalam mengembangkan peradapan. Seperti halnya dengan perkembangan peradaban Islam dan dalam mencapai kejayaan umat Islam. Pendidikan Islam tidak akan sempurna meresap dalam sanubari jika tidak disertakan didikan yang baik pada seluruh generasi. Oleh sebab itu di dalam Al Quran telah ditetapkan proses awal pendidikan dan menentukan beberapa tokoh pendidikan Islam yang harus diikuti sebagai dasar dalam membentuk dan membina kepribadian ummah. Pendidikan Islam secara umum adalah upaya sistematis untuk membantu anak didik agar tumbuh berkembang mengaktualkan potensinya berdasarkan kaidah-kaidah moral Alquran, ilmu pengetahuan, dan keterampilan hidup (life-skill). Akan tetapi, walaupun telah dilakukan usaha-usaha pembaharuan pendidikan Islam, namun dunia pendidikan Islam masih saja dihadapkan pada beberapa problema. Al-Quran dan Sunnah gagal ditempatkan sebagai sumber otentik pengembangan pemikiran teoritis atau pun praktis bagi tujuan merumuskan

panduan/petunjuk kehidupan dunia. Kematian Al-Quran dan Sunnah yang hanya menjadi sebuah narasi wahyu yang beku tersebut mempunyai implikasi yang luar biasa dalam dunia pendidikan yang di kalangan pemeluknya dikenal dengan Pendidikan Islam. Hingga hari ini, dunia pendidikan dan gerakan gerakan Islam dalam berbagai ragam konsentrasi dan aliran pemahaman sulit menumbuhkan tradisi intelektual kritis sebagai etika dasar penafsiran terhadap kedua sumber teks utama Islam yang seharusnya terus dilakukan. Oleh karena itu, untuk mengetahui bagaimana pemecahan problemproblem pendidikan Islam tersebut, maka usaha-usaha pembaharuan

pendidikan Islam lewat pemikiran yang mendalam perlu dilakukan dan menjadi sangat penting. Adanya spesialisasi ilmu adalah sebuah keniscayaan, karena keterbatasan manusia untuk mengetahui semuanya, walaupun obyeknya adalah sama yaitu alam. Akan tetapi efek dari bentuk spesialisasi tersebut ternyata juga membawa dampak yang negatif, terjadi suatu arogansi, ketika dihadapkan pada problem-problem realitas kemasyarakatan. Mulanya hanya dalam tataran berpikir-teoritis keilmuan yang bersifat abstrak, tapi pada ujungnya juga berdampak pada tataran bentuk konflik praktis-sosiologis. Berangkat dari fakta bahwa dunia Islam dewasa ini cenderung membuat dikotomi antara ilmu agama dengan ilmu umum. Dikotomistik ini sangat membekas di hati kaum Muslim. Terbukti sebagian besar orang sekarang masih terkesan bahwa ilmu keislaman adalah satu hal dan ilmu non-keislaman adalah hal lain. Dikotomi keilmuan seperti ini jelas akan merugikan dunia Islam itu sendiri. Sebab ilmu-ilmu nonkeagamaan dianggap tidak penting, sehingga tidak perlu dipelajari. Inilah salah satu faktor terbesar mundurnya keilmuan Islam. Bandingkan dengan abad pertengahan pada saat itu Islam mampu menunjukkan perannya sebagai kontributor ilmu ketika Barat sendiri mengalami kemunduran ilmiah. Tapi hari ini, akibat dikotomi yang telah diciptakan dan diwariskan sejak ratusan tahun itu, dunia Islam terpuruk dalam ketertinggalan. Barat sekarang tampil di puncak kemajuan peradaban ilmu. Al-Quran dan al-Hadith tetap menjadi pusat keilmuan. Kedua sumber ini menjiwai dan memberi inspirasi bagi ilmu-ilmu yang ada pada lapisan berikutnya, yaitu ilmu-ilmu keislaman, ilmu alam, ilmu sosial, serta ilmu-ilmu kontemporer. Perkembangan wacana yang telah terjadi di kalangan akademisi ketika adanya sebuah spesialisasi keilmuan

(kategorisasi agama dan umum) menimbulkan suatu permasalahan baru yaitu arogansi keilmuan yang bersifat eksklusif (tertutup) dan tiadanya

saling sapa antara disiplin keilmuan yang satu dengan yang lainnya. Seperti diskursus ilmu pengetahuan modern, bidang-bidang keilmuan terpisah secara tegas dan jelas; biologi, psikologi, geografi, sosiologi dan lain sebagainya. Akhirnya para ilmuan terkesan mereduksi realitas hanya sebatas apa yang diketahuinya. Begitu pula dengan adanya dikotomi ilmuilmu agama, terdapat hegemoni ilmu yang satu atas ilmu yang lainnya. Sekian lama kajian keislaman tertinggal jauh jika dibandingkan dengan kajian keilmuan di dunia Barat. Membuat banyak tokoh Muslim tergerak untuk mencari sebuah solusi merindukan golden age dalam dunia Islam yang hilang untuk dapat diraih kembali. Islam mengalami masa keemasannya pada masa pemerintahan daulah Abbasiyah. Masa keemasan Islam yang juga dinilai sebagai fase perkembangan terpenting bagi pendidikan Islam dan perkembangan ilmu umum ini terjadi pada kurun waktu abad ketiga sampai kelima hijriah. Periode ini menjadi sangat terkenal dengan munculnya gerakan intelektual dalam sejarah Islam, sehingga dikenal sebagai kebangkitan dalam sejarah pemikiran, peradaban, budaya dan ilmu pengetahuan. Perkembangan keilmuan dapat dilihat dari keberhasilan tokoh-tokoh Islam dalam menjalani keilmuan serta banyaknya karya-karya besar dari tokoh-tokoh tersebut. Bidang keilmuan yang berkembang sangat pesat antara lain bidang fiqih, tafsir, ilmu hadis, teologi. Bahkan bidang-bidang keilmuan umum seperti halnya ilmu kedokteran (kimia murni maupun terapan) sebagai dasar ilmu farmasi, filsafat, matematika, astronomi, optika, dan sastra. Selain dalam segi pendidikan, kekuasaan Abbasiyah atas umat Islam juga mengantarkan pada zaman pemerintahan yang kuat terpusat, kesejahteraan ekonomi yang tinggi dan peradaban yang luar biasa. Dunia Islam pada waktu itu dalam keadaan maju, jaya, makmur sebaliknya dunia Barat masih berada dalam keadaan kegelapan, bodoh dan primitif. Ketika itu dunia Islam sudah sibuk mengadakan penyelidikan di laboratorium dan observatorium, sedangkan dunia Barat masih asyik dengan jampi-jampi dan dewa-dewa serta kekangan golongan Gereja yang membuat para

ilmuwan tidak dapat mengembangkan keilmuannya. Perkembangan intelektual Islam ini disebabkan agama yang dibawa Nabi Muhammad Saw. telah mendorong untuk menumbuhkan budaya baru yaitu kebudayaan Islam. Dorongan itu mula-mula menggerakkan terciptanya ilmu pengetahuan dalam lapangan agama (ilmu aqli), sehingga bermunculanlah ilmu-ilmu agama dalam berbagai bidang. Kemudian ketika umat Islam keluar dari Jazirah Arab, mereka menemukan perbendaharaan Yunani. Dorongan dari agama ditambah pengaruh dari perbendaharaan Yunani menimbulkan dorongan untuk munculnya berbagai ilmu pengetahuan bidang akal (ilmu aqli). Perkembangan ilmu pengetahuan baik berupa ilmu agama maupun ilmu umum yang ada pada masa keemasan Islam ini tidak terlepas dari lahir dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan Islam yang ada pada masa itu. Mulai dari lembaga pendidikan yang sifatnya sederhana dan dapat dikatakan sebagai pendidikan tingkat rendah hingga lembaga pendidikan yang telah modern Study Islam sering kali dikaji diberbagai Negara, terutama dikawasan Australia. Di Australia study Islam tidak hanya dikaji di Universitas tetapi juga dikalangan masyarakat. Di Negara tersebut banyak terdapat organisasi Islam salah satunya adalah The Islamic Society of Victoria. Tujuan utama organisasi tersebut adalah untuk mengungkapkan dampak penting keterlibatan komunitas muslim di Australia Organisasi-organisasi Islam juga banyak terdapat di kawasankawasan lain yaitu: di Timur Tengah, Eropa, Amerika. Orang-orang Islam yang ada di negara-negara tersebut aktif dalam organisasi

B. Rumusan Masalah A. Apakah pengertian Study Islam? B. Apa tujuan mempelajari Study Islam? C. Apa manfaat mempelajari Study Islam? D. Bagaimana Study Islam di berbagai Negara?

C. TujuanPenulisan A. Untuk mengetahui makna studi islam B. Untuk mengetahui perlunya studi islam C. Untuk mengetahui manfaat mempelajari Studi islam D. Untuk mengetahui studi islam di berbagai negara

D. Manfaat Penulisan A. Memberikan pengertian secara jelas tentang studi islam B. Memberikan pemaparan tentang pentingnya studi islam C. Memberikan pengetahuan studi islam di berbagai negara

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Study Islam Studi Islam secara etimologis merupakan terjemahan dari Bahasa Arab Dirasah Islamiyah. Sedangkan Studi Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies. Maka studi Islam secara harfiah adalah kajian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan Islam. Makna ini sangat umum sehingga perlu ada spesifikasi pengertian terminologis tentang studi Islam dalam kajian yang sistematis dan terpadu. Dengan perkataan lain, Studi Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memhami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya. Studi Islam diarahkan pada kajian keislaman yang mengarah pada tiga hal: 1) Islam yang bermuara pada ketundukan atau berserah diri, 2) Islam dapat dimaknai yang mengarah pada keselamatan dunia dan akhirat, sebab ajaran Islam pada hakikatnya membimbing manusia untuk berbuat kebajikan dan menjauhi semua larangan, 3) Islam bermuara pada kedamaian. Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Studi keislaman di kalangan umat Islam sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dam motivasinya dengan yang dilakukan oleh orang-orang di luar kalangan umat Islam. Di kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk memahami dan mendalami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan di luar kalangan umat Islam, studi keislaman bertujuan untuk mempelajari seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan yang

berlaku di kalangan mat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan (Islamologi). Namun sebagaimana halnya dengan ilmu-ilmu pengetahuan pada umumnya, maka ilmu pengetahuan tentang seluk-beluk agama dan praktik-praktik keagamaan Islam tersebut bisa dimanfaatkan atau digunakan untuk tujuan-tujuan tertentu, baik yang bersifat positif maupun negative. Para ahli studi keislaman di luar kalangan umat Islam tersebut dikenal dengan kaum orientalis (istisyroqy), yaitu orang-orang Barat yang mengadakan studi tentang dunia Timur, termasuk di kalangan dunia orang Islam. Dalam praktiknya, studi Islam yang dilaukan oleh mereka, terutama pada masa-masa awal mereka melakukan studi tentang dunia Timur, lebih mengarahkan dan menekankan pada pengetahuan tentang kekurangankekurangandan kelemahan-kelemahan ajaran agama Islam dan praktikpraktik pemgalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari uamat Islam. Nmaun, pada masa akhir-akhir ini banyak juga di antara para orientalis yang memberikan pandangan-pandangan yang objektif dan bersifat ilmiah terhadap Islam dan umatnya. Tentu saja pandanganpandangan yang demikian itu kan bisa bermanfaat bagi pengembangan studi-studi keislaman di kalangan umat Islam sendiri. Kenyataan sejarah menunjukkan (terutama setelah masa keemasan Islam dan umat Islam sudah memasuki masa kemundurannya) bahwa pendekatan studi Islam yang mendominasi kalangan umat Islam lebih cenderung bersifat subjektif, apologi, dan doktriner, serta menutup diri terhadap pendekatan yang dilakukan orang luar yang bersifat objektif dan rasional. Dengan pendekatan yang bersifat subjektif apologi dan doktriner tersebut, ajaran agama Islam yang bersumber dari al-Quran dan hadits yang pada dasarnya bersifat rasional dan adaptif terhadap tuntutan perkembangan zaman- telah berkembang menjadi ajaran-ajaran yang baku dan kaku serta tabu terhadap sentuhan-sebtuhan rasional, tuntutan perubahan, dan perkembangan zaman. Bahkan kehidupan serta keagamaan serta budaya umat Islam terkesan mandek, membeku dan ketinggalan

10

zaman. Ironisnya, keadaan yang demikian inilah yang menjadi sasaran objek studi dari kaum orientalis dalam studi keislamannya. Dengan adanya kontak budaya modern dengan budya Islam, mendorong para Ulama tersebut untuk bersikap objektif dan terbuka terhadap pandangan luar yang pada gilirannya pendekatan ilmiah yang bersifat rasional dan objektif pun memasuki dunia Islam, termasuk pula dalam studi keislaman di kalangan umat Islam sendiri. Maka, dengan menampilkan kajian yang objektif dan ilmiah, maka ajaran-ajaran Islam yang diklaim sebagai ajaran universal bisa menjadi berkembang dan menjadi sangat relevan dan dibutuhkan oleh umat Islam serta betul-betul mampu menjawab tantangan zaman Study Islam di barat dikenal dengan istilah Islamic Studies, secara sederhana dapat dikatakan sebagai usaha untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam. dengan perkataan lain usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memahami serta membahas secara mendalam tentang seluk beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah, maupun praktekpraktek pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan sehari-hari, sepanjang sejarahnya Usaha mempelajari agama Islam tersebut dalam kenyataannya bukan hanya dilaksanakan oleh kalangan umat Islam saja, melainkan juga dilaksanakan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. study keIslaman dikalangan umat Islam sendiri tentunya sangat berbeda tujuan dan motifasinya dengan yang dikakukan oleh orang-orang diluar kalangan umat Islam. dikalangan umat Islam, study keIslaman bertujuan untuk mendalami dan memahami serta membahas ajaran-ajaran Islam agar mereka dapat melaksanakan dan mengamalkannya dengan benar. Sedangkan diluar kalangan umat Islam, study keIslaman bertujuan untuk mempelajati seluk beluk agama dan praktek keagamaan yang berlaku dikalangan umat Islam, yang semata-mata sebagai ilmu pengetahuan.

11

Kenyataan

sejarah

menunjukkan

bahwa

pendekatan

study

keIslaman yang mendominasi kalangan ulama Islam lebih cenderung bersifat subjektif, dan doktrinet. B. Tujuan Study Islam Studi Islam (Islamic Studies) adalah salah satu studi yang mendapat perhatian dikalangan ilmuwan. Jika ditelusuri secara mendalam, nampak bahwa studi Islam mulai banyak dikaji oleh para peminat studi agama dan studi-studi lainnya. Dengan demikian, studi Islam layak untuk dijadikan sebagai salah satu cabang ilmu favorit. Artinya, studi Islam telah mendapat tempat dalam percaturan dunia ilmu pengetahuan. Islam sebagai agama ajaran-ajaran tidak hanya mencakup persoalan yang trasedental akan tetapi mencakup pula berbagai persoalan seperti ekonomi, social, budaya, dan dimensi-dimensi lain dalam

kehidupan manusia. Jika tinjau dari perkembangan Islam masa awal telah mengalami perkembangan, terkait erat dengan persoalan-persoalan historis cultural. Perkembangan tersebut dapat diamati dari praktek-praktek keagamaan diberbagai wilayah Islam, dimana antara wilayah yang satu dengan wilayah yang lain berbeda-beda dalam praktek social keagamaan, sehingga benang merah yang memisahkan antara wilayah agama an sich, dan wilayah-wilayah social dan budaya yang telah menyatu dengan agama itu sendiri, menjadi tidak jelas. Islam seperti agama-agama lainnya pada level historis empiris sarat dengan berbagai kepentingan yang menempel dalam ajaran dan batang tubuh ilmu-ilmu keagamaan itu sendiri. Campur aduk dan berkait kelindannya agama dengan berbagai kepentingan social

kemasyarakatan menambah rumitnya mengatasi persoalan agama. Perjalanan panjang sejarah Islam yang terhitung mulai dari abad 7 H sampai dengan abad ke 15 H dewasa ini, menjadikan Islam sebagai agama yang merambah keberbagai wilayah didunia, karena sesuai dengan

12

misinya sebagai agama rahmatan lil alamin. Islam pun pernah menjadi kekuatan dan bagian penting dalam sejarah peradaban dunia. Salah satu persoalan mendesak untuk segera dipecahkan adalah masalah metodologi. Hal ini disebabkan oleh dua hal. Pertama, kelemahan dikalangan umat Islam dalam mengkaji Islam secara komperehensif adalah tidak menguasai metodologi. Kelemahan ini semakin terasa manakala umat Islam, khususnya di indonesia, tidak menjadi produsen pemikiran akan tetapi konsumen pemikiran. Jadi kelemahan umat islam bukan terletak pada kurangnya penguasaan materi namun lebih pada cara-cara penyajian materi yang dikuasai. Kedua, ada anggapan bahwa studi Islam dikalangan ilmuwan telah merambah ke berbagai wilayah. Misalnya,

studi Islam sudah masuk kestudi kawasan, filologi, dialog, agama, antropologi, arkeologi, dsbnya. Disamping itu juga, perbedaan bentuk ekspresi dan karakteristik Islam antara satu wilayah dengan yang lainnya membuka wacana mengenai hubungan antara hal-hal yang bersifat normatif dan historis dari agama. Atas dasar itu, pemahaman terhadap persoalan hubungan antara normativitas dan historisitas sangat penting dalam rangka menguraikan esensi atau substansi dari ajaran yang nota benenya sudah terlembagakan, apalagi dalam konteks saat ini. Selain itu, untuk menghidari terjadinya pemahaman yang bersifat campur aduk, tidak dapat menunjukkan secara distingtif mana wilayah agama dan mana wilayah tradisi atau budaya. Bila pencampuradukan itu terjadi, selanjutnya tidak akan bisa dihindari munculnya pemahaman yang distortif terhadap konsep kebenaran, antara yang absolut dan relatif. C. Manfaat Study islam keberhasilannya yang gilang gemilang pada masa lalu. Baik karena keyakinan akan ajarannya yang sudah mutlak sempurna serta warisan budaya masa lalu yang amat kaya dan menakjubkan, maka seakan tidak ada lagi ruang bagi umat Islam dewasa ini untuk melakukan inovasi, yang

13

ada adalah melakukan konservasi, revitalisasi, dan kembali kepada kaidahkaidah lama yang dipersepsikan sebagai zaman keemasan. Kuatnya memori of Dengan mempelajari metodologi studi Islam akan memberikan ruang dalam pemikiran yang lebih kritis terhadap persoalan agama, sehingga tidak menganggap bahwa ajaran Islam klasik dianggap sebagai taken for granted. Hal ini didasari atas adanya pujian paradoksal terhadap dunia Islam. Dikatakan, salah satu penyebab kegagalan Islam dewasa ini justru disebabkan oleh the past yang kemudian menjadi semacam ideologi yang disakralkan, maka dunia Islam secara psikologis merasa memiliki dunia tersendiri. Sikap ketertutupan ini pada urutannya membatasi kita untuk bisa melihat dan menerima realita dunia baru. Bahwa dunia pada abad lalu bukanlah dunia yang kita huni hari ini. Mengimbangi alur pemikiran keagamaan yang seringkali

menonjolkan warna pemikiran keagamaan yang bersifat teologispartikularistik. Hampir semua pengamatan sosial keagamaan sepakat bahwa pemikiran teologi, seringkali membawa kearah ketersekatan umat. Ketersekatan dan keterkotak-kotakan yang tidak dapat terhindarkan. (Amin
Abdullah, Studi Agama, Normativitas atau Historisitas, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1999), 13)

Lebih lanjut

Amin Abdullah menjelaskan ada dua ciri menonjol corak pemikiran teologis. Pertama, pemikiran teologis menekankan perlunya personal commintment terhadap ajaran agama yang dipeluknya. Agama adalah persoalan hidup dan mati (ultimate concern). Pemeluk agama tertentu akan akan mempertahankan ajaran-ajaran agamanya dengan gigih hingga rela berkorban. Di sini agama erat kaitannya dengan emosi. Kedua, bahasa yang digunakan pemeluk agama adalah bahasa seorang pelaku atau pemain (actor) bukan bahasa pengamat atau peneliti dari luar (spectator). Karenanya kesetiaan pada agama berimplikasi menyeluruh terhadap kehidupannya (Ibid, 50). Dapat mendialogkan ilmu humaniora klasik seperti Fikih, Hadits, Kalam, Ulumul Quran dengan ilmu-ilmu humaniora kotemporer sehingga

14

Islam dapat dijadikan sebagai ajaran yang mampu menjadi obat mujarab dalam mengatasi masalah kekinian.

D. Pendekatan Dan Metode Dalam Studi Islam Secara umum studi Islam bertujuan untuk menggali kembali dasardasar dan pokok-pokok ajaran Islam sebagaimana yang ada dalam sumber dasarnya yang bersifat hakiki, universal dan dinamis serta abadi (eternal). Untuk dihadapkan atau dipertemukan dengan budaya atau dunia modern. Agar mampu memberikan alternatif pemecahan masalah yang dihadapi oleh umat manusia pada umumnya dan umat Islam pada khususnya. Dengan tujuan tersebut maka studi Islam akan menggunakan cara pendekatan yang sekiranya relevan yaitu pendekatan kesejarahan, kefilsafatan dan pendekatan ilmiah. Namun demikian sebagaimana telah dikemukakan bahwa sifat studi Islam ini adalah memadukan antara studi Islam yang bersifat konvensional dengan studi Islam yang bersifat ilmiah, sehingga pendekatan doktriner tidaklah dapat diabaikan uraian dari pendekatan tersebut adalah sebagai berikut: 1. Pendekatan Historis Yang dimaksud dengan pendekatan historis adalah meninjau suatu permasalahan dari sudut tinjauan sejarah, dan menjawab permasalahan serta menganalisisnya dengan menggunakan metode analisis sejarah. Sejarah atau histori adalah studi yang berhubungan dengan peristiwaperistiwa atau kejadian masa lalu yang menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya. Sejarah memang berhubungan dengan peristiwaperistiwa masa lalu, namun peristiwa masa lalu tersebut hanya berarti dapat dipahami dari sudut tinjau masa kini dan ahli sejarah dapat benarbenar memahami peristiwa atau kejadian masa kini hanya dengan petunjuk-petunjuk dari peristiwa kejadian masa lalu tersebut. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan mempelajari masa lalu orang dapat mempelajari masa kininya dan dengan memahami serta menyadari keadaan masa kini maka orang dapat menggambarkan masa depannya.

15

Itulah yang dimaksud dengan perspektif sejarah. Di dalam studi Islam, permasalahan atau seluk beluk dari ajaran agama Islam pelaksanaan serta perkembangannya dapat ditinjau dan dianalisis dalam kerangka perspektif kesejarahan yang demikian itu.

2. Pendekatan Filosofis Yang dimaksud adalah melihat suatu permasalahan dari sudut tinjauan filsafat dan berusaha untuk menjawab dan memecahkan permasalahan itu dengan menggunakan analisis spekulatif. Pada dasarnya filsafat adalah berfikir untuk memecahkan masalah atau pertanyaan dan menjawab suatu persoalan. Namun demikian tidak semua berfikir untuk memecahkan dan menjawab permasalah dapat disebut filsafat. Filsafat adalah berfikir secara sistematis radikal dan universal. Di samping itu, filsafat mempunyai bidang (objek yang difikirkan) sendiri yaitu bidang permasalahan yang bersifat filosofis yakni bidang yang terletak diantara dunia ketuhanan yang gaib dengan dunia ilmu pengetahuan yang nyata. Dengan demikian filsafat yang menjembatani kesenjangan antara masalahmasalah yang bersifat keagamaan semata-mata (teologis) dengan masalah yang bersifat ilmiah (ilmu pengetahuan). Namun filsafat tidak mau menerima segala bentuk bentuk otoritas, baik dari agama maupun ilmu pengetahuan. Filsafat selalu memikirkan kembali atau mempertanyakan segala sesuatu yang datang secara otoritatif, sehingga mendatangkan pemahaman yang sebenar-benarnya yang selanjutnya bisa mendatangkan kebijaksanaan (wisdom) dan menghilangkan kesenjangan antara ajaranajaran agama Islam dengan ilmu pengetahuan modern sebagaimana yang sering dipahami dan menggejala di kalangan umat selama ini.

3. Pendekatan Ilmiah Yang dimaksud adalah meninjau dan menganalisis suatu permasalahan atau obyek studi dengan menggunakan metode ilmiah pada umumnya. Diantara ciri pokok pendekatan ilmiah adalah terjaminnya

16

objektivitas dan keterbukaan dalam studi. Objektivitas suatu studi akan terjamin jika kebenarannya bisa dibuktikan dan didukung oleh data empiris, konkret, rasional, sedangkan keterbukaan adalah suatu studi terjadi jika kebenarannya bisa dilacak oleh siapa saja dan didasarkan atas keyakinan-keyakinan tertentu yang apriori. Di samping itu pendekatan ilmiah selalu siap dan terbuka menerima kritik terhadap kesimpulan studinya. 4. Pendekatan Doktriner Pendekatan doktriner atau pendekatan studi Islam secara

konvensional merupakan pendekatan studi di kalangan umat Islam yang berlangsung adalah bahwa agama Islam sebagai objek studi diyakini sebagai sesuatu yang suci dan merupakan doktrin-doktrin yang berasal dari illahi yang mempunyai nilai (kebenaran) absolut, mutlak dan universal. Pendekatan doktriner tersebut juga berasumsi bahwa ajaran Islam yang sebenarnya adalah ajaran Islam yang berkembang pada masa salaf, yang menimbulkan berbagai madzhab keagamaan, baik teologis maupun hukum-hukum fiqih, yang kemudian dianggap sebagai doktrin-doktrin yang tetap dan baku. Sesudah masa itu, studi Islam berlangsung secara doktriner sehingga ajaran Islam menjadi bersifat permanen, yang ada akhirnya menjadi tampak sebagai ketinggalan zaman. Dari keempat pendekatan di atas timbul suatu metode studi Islam secara lebih rinci dan dapat dijabarkan sebagai berikut: 1. Metode Diakronis Suatu metode mempelajari Islam menonjolkon aspek sejarah, metode ini memberikan kemungkinan adanya studi komparasi tentang berbagai penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan dalam Islam, sehingga umat Islam memiliki pengetahuan yang relevan hubungan sebab akibat dan kesatuan integral. Lebih lanjut umat Islam mampu menelaah kejadian sejarah dan mengetahui lahirnya tiap komponen, bagian subsistem dan supra sistem ajaran Islam. Wilayah metode ini lebih terarah pada aspek kognitif.

17

Metode diakronis disebut juga metode sosiohistoris yakni suatu metode pemahaman terhadap suatu pemahaman terhadap suatu kepercayaan sejarah atau kejadian dengan melihatnya sebagai suatu kenyataan yang mempunyai kesatuan yang mutlak dengan waktu, tempat, kebudayaan, golongan dan lingkungan dimana kepercayaan sejarah atau kejadian itu muncul. Metode ini menghendaki adanya pengetahuan, pemahaman dan penguraian ajaran-ajaran Islam dari sumber dasarnya yakni al-Quran dan asSunnah serta latar belakang masyarakat, sejarah, budaya di samping sirah nabi SAW dengan segala alam pikirannya.

2. Metode Sinkronis-Analitis Suatu kemampuan metode analisis mempelajari teoritis Islam yang memberikan berguna bagi

yang

sangat

perkembangan keimanan dan mental intelek umat Islam. Metode ini tidak semata-mata mengutamakan segi aplikatif praktis, tetapi juga mengutamakan telaah teoritis. Metode diakronis dan metode sinkronis analitis menggunakan asumsi dasar sebagai berikut: a. Islam adalah agama wahyu Illahi yang berlainan dengan kebudayaan sebagai hasil daya cipta dan rasa manusia. b. Islam adalah agama yang sempurna dan di atas segala-galanya (QS. Al-Maidah: 3) c. Islam merupakan supra sistem yang mempunyai beberapa sistem dan subsistem serta komponen dengan bagian-bagiannya dan secara keseluruhan merupakan suatu struktur yang unik. d. Wajib bagi umat Islam untuk mengajak pada yang maruf dan nahi munkar (QS. Ali Imron: 104) e. Wajib bagi umat Islam untuk mengajak orang lain ke jalan Allah dengn jalan yang hikmah dan penuh kebijaksanaan (QS. Annahl: 125)

18

3. Metode Problem Solving (hill al musykilat) Metode mempelajari Islam untuk mengajak pemeluknya untuk berlatih menghadapi berbagai masalah dari suatu cabang ilmu pengetahuan dengan solusinya.

4. Metode Empiris (Tajribiyyah) Suatu metode mempelajari Islam yang memungkinkan umat Islam mempelajari ajarannya melalui prosed realisasi, aktualisasi, dan internalisasi norma-norma dan kaidah Islam dengan suatu proses aplikasi yang menimbulkan suatu interaksi sosial, kemudian secara deskriptif proses interaktif dapat dirumuskan dan suatu sistem norma baru. Metode problem solving dan metode empiris menggunakan asumsi dasar sebagai berikut: a. Norma (ketentuan) kebajikan dan kemungkaran selalu ada dan diterangkan dalam Islam (QS. Ali Imron: 104) b. Ajaran Islam merupakan jalan untuk menuju ridho Allah (QS. Al-fath: 29) c. Ajaran Islam merupakan risalah atau pedoman hidup di dunia dan akhirat (Asy-Syura: 13). d. Ajaran Islam sebagai ilmu pengetahuan (QS. Al-baqoroh: 120, at-Taubah: 122) e. Pemahaman ajaran Islam bersifat empiris-intuitif (QS.Fushilat: 53

5. Metode Deduktif Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidahkaidah secara logis dan filosofis dan selanjutnya kaidah-kaidah itu diaplikasikan untuk menentukan masalah yang dihadapi.

19

6. Metode Induktif (al-Marhal al-Istiqariyyah)\ Suatu metode memahami Islam dengan cara menyusun kaidahkaidah hukum untuk diterapkan kepada masalah-masalah furu yang disesuaikan dengan mazhabnya terlebih dahulu. Prosedur pelaksanaan metode induktif dapat dilakukan dengan empat tahap yaitu: a. Adanya penjelasan dan penguaraian serta menampilkan topik yang umum. b. Menampilkan pokok-pokok pikiran dengan cara

menghubungkan hubungan masalah tertentu, sehingga dapat mengikat bahasan untuk menghindari masuknya bahasan yang tidak relevan. c. Identifikasi masalah dengan mensistematisasi unsur-unsurnya. d. Implikasi formulasi yang baru tersebut. E. Sejarah Perkembangan Studi Islam di Dunia Muslim Studi Islam di dunia Islam sama dengan menyebut studi Islam di dunia muslim. Dalam sejarah muslim dicatat sejumlah lembaga kajian Islam di sejumlah kota. Maka uraian berikut adalah sejarah perkembangan studi Islam di dunia muslim. Akhir periode Madinah sampai dengan 4 H, fase pertama pendidikan Islam sekolah masih di masjid-masjid dan rumah-rumah dengan ciri hafalan namun sudah dikenalkan logika. Selama abad ke 5 H, selama periode khalifah Abbasiyah sekolah-sekolah didirikan di kota-kota dan mulai menempati gedung-gedung besar dan mulai bergeser dari matakuliah yang bersifat spiritual ke matakuliah yang bersifat intelektual, ilmu alam dan ilmu sosial. Berdirinya sistem madrasah justru menjadi titik balik kejayaan. Sebab madrasah dibiayai dan diprakarsai negara. Kemudian madrasah menjadi alat penguasa untuk mempertahankan doktrin-doktrin terutama oleh kerajaan Fatimah di Kairo.

20

Pengaruh al-Ghazali (1085-1111 M) disebut sebagai awal terjadi pemisahan ilmu agama dengan ilmu umum. Ada beberapa kota yang menjadi pusat kajian Islam di zamannya, yakni Nisyapur, Baghdad, Kairo, Damaskus, dan Jerussalem. Ada empat perguruan tinggi tertua di dunia Muslim yakni: (1) Nizhamiyah di Baghdad, (2) al-Azhar di Kairo Mesir, (3) Cordova, dan (4) Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko. Sejarah singkat masing-masing pusat studi Islam ini digambarkan sebagai berikut:

Nizhamiyah di Baghdad Perguruan Tinggi Nizhamiyah di Baghdad berdiri pada tahun 455 H / 1063 M. perguruan tinggi ini dilengkapi dengan perpustakaan yang terpandang kaya raya di Baghdad, yakni Bait-al-Hikmat, yang dibangun oleh al-Makmun (813-833 M). salah seorang ulama besar yang pernah mengajar disana, adalah ahli pikir Islam terbesar Abu Hamid al-Ghazali (1058-1111 M) yang kemudian terkenal dengan sebutan imam Ghazali. Perguruan tinggi tertua di Baghdad ini hanya sempat hidup selama hampir dua abad. Yang pada akhirnya hancur akibat penyerbuan bangsa Mongol dibawah pimpinan Hulagu Khan pada tahun 1258 M.

Al-Azhar di Kairo Mesir Panglima Besar Juhari al-Siqili pada tahun 362 H/972 M membangun Perguruan Tinggi al-Azhar dengan kurikulum berdasarkan ajaran sekte Syiah. Pada masa pemerintahan al-Hakim Biamrillah khalifah keenam dari Daulat Fathimiah, ia pun membangun pepustakaan terbesar di al-Qahira untuk mendampingi Perguruan tinggi al-Azhar, yang diberri nama Bait-al-hikmat (Balai Ilmu Pengetahuan), seperti nama perpustakaan terbesar di Baghdad. Pada tahun 567 H/1171 M daulat Fathimiah ditumbangkan oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi yang mendirikan Daulat al-Ayyubiah (11711269 M) dan menyatakan tunduk kembali kepada Daulat Abbasiyah di Baghdad. Kurikulum pada Pergutuan Tinggi al-Azhar lantas mengalami

21

perombakan total, dari aliran Syiah kepada aliran Sunni. Ternyata Perguruan Tinggi al-Azhar ini mampu hidup terus sampai sekarang, yakni sejak abad ke-10 M sampai abad ke-20 dan tampaknya akan tetap selama hidupnya. Universitas al-Azhar dapat dibedakan menjadi dua periode: pertama, periode sebelum tahun 1961 dan kedua, periode setelah tahun 1961. Pada periode pertama, fakultas-fakultas yang ada sama dengan fakultas-fakultas di IAIN, sedangkan setelah tahun 1961, di universitas ini diselenggarakan fakultas-fakultas umum disamping fakultas agama.\

Perguruan Tinggi Cordova Adapun sejarah singkat Cordova dapat digambarkan demikian, bahwa ditangan daulat Ummayah semenanjung Iberia yang sejak berabadabad terpandang daerah minus, berubah menjadi daerahyang makmur dan kaya raya. Pada masa berikutnya Cordova menjadi pusat ilmu dan kebudayaan yang gilang gemilang sepanjang Zaman Tengah. The Historians history of the World, menulis tentang perikeadaan pada masa pemerintahan Amir Abdurrahman I sebagai berikut: demikian tulis buku sejarah terbesar tersebut tentang perikeadaan Andalusia waktu itu yang merupakan pusat intelektual di Eropa dan dikagumi kemakmurannya. Sejarah mencatat, sebagai contoh, bahwa Aelhoud dari Bath (Inggris) belajar ke Cordova pada tahun 1120 M, dan pelajaran yang dutuntutnya ialah geometri, algebra (aljabar), matematik. Gerard dari Cremonia belajar ke Toledo seperti halnya Adelhoud ke Cordova. Begitu pula tokoh-tokoh lainnya. Kairwan Amir Nizam al-Muluk di Maroko Perguruan tinggi ini berada di kota Fez (Afrika Barat) yang dibangun pada tahun 859 M oleh puteri seorang saudagar hartawan di kota Fez, yang berasal dari Kairwan (Tunisia). Pada tahun 305 H/918 M perguruan tinggi ini diserahkan kepada pemerintah dan sejak itu menjadi perguruan tinggi resmi, yang perluasan dan perkembangannya berada di

22

bawah pengawasan dan pembiayaan negara. Seperti halnya Perguruan tinggi al-Azhar, perguruan tinggi Kairwan masih tetap hidup sampai kini. Diantara sekian banyak alumninya adalah pejuang nasionalis muslim terkenal. Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemudian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib. Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan Hulaghu.

F. Study Islam di Berbagai Negara a) Study Islam di Indonesia Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga / sistem pendidikan islam di Indonesia mulai dari sistem pendidikan langgar, kemudian sistem pesantren, kemudian berlanjut dengan sistem pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam, akhirnya muncul sistem kelas. Maksud pendidikan dengan sistem langgar adalah pendidikan yang dijalankan di langgar, surau, masjid atau di rumah guru. Kurikulumnya pun bersifat elementer, yakni mempelajari abjad huruf arab. Dengan sistem ini dikelola oleh alim, mudin, lebai. Mereka ini umumnya berfungsi sebagai guru agama atau sekaligus menjadi tukang baca doa. pengajaran dengan sistem langgar ini dilakukan dengan dua cara. Pertama, dengan sorongan, yakni seorang murid berhadapan secara langsung dengan guru dan bersifat perorangan. Kedua, adalah dengan cara halaqah, yakni guru dikelilingi oleh murid-murid. Adapun sistem pendidikan di pesantren, dimana seorang kyai mengajari santri dengan sarana masjid sebagai tempat pengajaran / pendidikan dan didukung oleh pondok sebagai tempat tinggal santri. Di pesantren juga berjalan dua cara yakni sorongan dan halaqah. Hanya saja

23

sorongan di pesantren biasanya dengan cara si santri yang membaca kitab sementara kyai mendengar sekaligus mengoreksi jika ada kesalahan. Sistem pengajaran berikutnya adalah pendidikan dikerajaan-kerajaan Islam, yang dimulai dari kerajaan Samudera Pasai di Aceh. Adapun materi yang diajarkan di majlis talimdan halaqah di kerajaan pasai adalah fiqh mazhab al-Syafii. Pada akhir abad ke 19 perkembangan pendidikan Islam di Indonesia mulai lahir sekolah model Belanda: sekolah Eropa, sekolah Vernahuler. Seklah khusus bagi ningrat Belanda, sekolah Vernahuler khusus bagi warga negara Belanda. Di samping itu ada sekolah pribumi yang mempunyai sistem yang sama dengan sekolah-sekolah Belanda tersebut, seperti sekolah Taman Siswa. Kemudian dasawarsa kedua abad ke 20 muncul madrasahmadrasah dan sekolah-sekolah model Belanda oleh organisasi Islam seperti Muhammadiyah, NU, Jamaat al-Khair, dan lain-lain. Pada level perguruan tinggi dapat digambarkan bahwa berdirinya perguruan tinggi Islam tidak dapat dilepaskan dari adanya keinginan umat Islam Indonesia untuk memiliki lembaga pendidikan tinggi Islam sejak zaman kolonial. Pada bulan April 1945 diadakan pertemuan antara berbagai tokoh organisasi Islam, ulama, dan cendekiawan. Setelah persiaapan cukup, pada tanggal 8 Juli 1945 atau tanggal 27 Rajab 1364 H bertepatan dengan Isra dan Miraj diadakan acara pembukaan resmi Sekolah Tinggi Islam (STI) di Jakarta. Dari sinilah sekarang kita mengenal UII, IAIN, UIN, STAIN dsb. b) Study Islam di Amerika Di Eropa kajian masalah timur di Universitas terpisah menjadi suatu kedisiplinan abad ke-19. Di Perancis dan Inggris motivasi kajian timur tengah adalah untuk kepentingan politik, karena wilayahnya itu merupakan incaran untuk dijadikan daerah jajahan. Melalui kajian timur tengah pada abad ke-19 tentang sejarah dan bahasanya. Jika mengkaji secara orientalis, mulai perang dunia II kekuasaanya mulai pindah dari

24

Eropa ke Amerika Serikat. Universitas-universitas di Amerika Serikat dan Kanada, jurusan Religius Studies yang meliputi kajian teks dan ekpresi tingkah laku keberagaman pada abad ke-20. perbandingannya abad ke-19 kajiannya lebih banyak dengan cara polemik namun pada abad ke-20 membuka dialog antar satu sama lain. Islamic Studies yang dilakukan di barat menggunakan pendekatan dan metode sebagai berikut: 1. Metode ilmu-ilmu yang masuk dalam kategori humanistis 2. Metide dalam disiplin theology 3. Metode dari displin ilmu-ilmu sosial Di amerika, studi-studi Islam pada umumnya memang menekankan pada studi sejarah Islam,bahasa-bahasa Islam selain bahasa arab,sastra dan ilmu-ilmu sosial,berada dipusat studi Timur Tengah atau Timur dekat. Di UCLA studi Islam dibagi kepada komponen-komponen. Pertama, mengenai doktrin agama Islam, termasuk sejarah pemikiran Islam. Kedua, bahasa arab termasuk teks-teks klasik mengenai sejarah, hukum dan lainlain. Ketiga, bahasa-bahasa non arab yang muslaim, sperti Turki, Urdu, Persia, dan sebagainya. Sebagai bahasa yang dianggap telah ikut melahirkan kebudayaan Islam. Kempat, ilmu-ilmu sosial, sejarah, bahasa arab, sosiologi dan semacamnya. Selain itu, ada kewajiban menguasai secara pasif satu atau dua bahasa eropa. Di London, studi Islam digabungkan dalam school of oriental and african studies, fakultas mengenai studi ketimuran dan afrika, yang memiliki berbagai jurusan bahasa dan kebudayaan asia dan afrika. Salah satu progrm studi didalamnya adalah program MA tentang masyarakat dan budaya Islam yang dapat dilanjutkan kejenjeng doktor. Di Kanada, studi Islam bertujuan : pertama, menekuni kajian budaya dan peradaban Islam dari zaman Nabi Muhammad hingga masa kontemporer. Kedua, memehami ajaran Islam dan masyarakat muslim di seluruh dunia. Ketiga, mempelajari beberapa bahasa muslim. Di Belanda, menurut salah satu ilmuwan disana menyatakan bahwa studi Islam di Belanda sampai setelah perang dunia II, masih merupakan

25

refleksi dari akar anggapan seperti Islam bermusuhan dengan kristen, dan pandangan Islam sebagai agama yang tidak patut di anut. Baru belakangan ada sifat yang lebih objektif seperti apa yang tertulis dalam berbagai brosur, studi-studi Islam dibelanda lebih menekankan kepada kajian Islam di Indonesia tertentu, kurang menekankan pada aspek sejarah Islam itu sendiri. c) Study Islam di Australia Sebagian Indonesia bangkit untuk mengamalkan Islam di Australia, dilingkungan mahasiswa muslim Indonesia yang belajar di beberapa Universitas di Melbourne. Disana mereka tidak bergabung pada kelompok pengajian manapun, karena mereka menganggap satu-satunya tujuan untuk datang ke Australia adalah untuk belajar. Pengajian itu bersifat dialegtika yang menyangkut topik-topik yang kontrofersial atau mengandung aspek-aspek ilmiah. Beberapa mahasiswa muslim Indonesia di Monash juga

mengahadiri pengajian yang diadakan Islam Study Group yang pada umumnya berbentuk tafsir quran. Mereka juga aktif mengahadiri pertemuan kelompok muslim yang dikenal dengan sebutan jamaah tabligh. d) Study Islam di Eropa Kontak Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni: (1) di masa kejayaan Islam (abad ke 8 M) kalau melihat Spanyol adalah abad 13 M. (2) di masa renaissance / runtuhnya muslim, dimana Barat yang berjaya (selama abad ke 16 M) sampai sekarang. Fase Kejayaan Muslim Seperti terungkap ketika membahas sejarah perkembangan studi Islam di dunia Muslim, bahwa kontak pertama antara dunia Barat dengan dunia muslim adalah lewat kontak perguruan tinggi. Bahwa sejumlah ilmuan dan tokoh-tokoh barat datang di perguruan tinggi muslim untuk

26

memperdalam ilmu pengetahuan dan teknologi. Di dunia Islam belahan timur, perguruan tinggi tersebut berkedudukan di Baghdad dan di Kairo, sementara di belahan barat ada di Cordova. Bentuk lain dari kontak dunia muslim dengan dunia barat pada fase pertama adalah penyalinan manuskrip-manuskrip ke dalam bahasa latin sejak abad ke-13 M hingga bangkitnya zaman kebangunan (renaissance) di Eropa pada abad ke-14. Berkat penyalinan karya-karya ilmiah dari manuskrip-manuskrip Arab itu, terbukalah jalan bagi perkembangan cabang-cabang ilmiah tersebut di Barat. Apalagi sesudah aliran empirisme yang dikumandangkan oleh Francis Bacon menguasai alam pikiran di Barat dan berkembangnya observasi dan eksperimen. Setelah ilmu-ilmu yang dahulunya dikembangkan muslim masuk ke Eropa dan dikembangkan oleh sarjana-sarjana Barat, dirasakan banyak tidak sejalan dengan Islam. Misalkan dirasakan dirasuki oleh paham sekuler dan sejenisnya. Karena itu, beberapa ilmuan melakukan usaha pembersihan. Fase Renaissance / Runtuhnya Muslim Uraian berikut adalah gambaran kontak muslim dengan dunia barat pada periode kedua yang berlangsung selama abad renaissance. Selama abad renaissance Eropa menguasai dunia ntuk mencari mata dagangan, komersial, dan penyebaran agama. Kedatangan muslim fase kedua ke dunia barat, khususnya eropa barat dilator belakangi oleh dua alasan pokok, yakni: (1) alasan politik dan (2) alasan ekonomi. Alasan politik adalah kesepakatan kedua negara, yang satu sebagai bekas penjajah, sementara yang satunya sebagai bekas jajahan. Misalnya Perancis mempunyai kesepakatan dengan negara bekas jajahannya, bahwa penduduk bekas jajahannya boleh masuk ke Perancis tanpa pembatasan. Maka berdatanglah muslim dari Afrika Barat dan Afrika Utara, khuusnya dari Algeria ke Perancis. Adapun alasan ekonomi adalah untuk mencukupi tenaga buruh yang dibutuhkan negara-negara

27

Eropa Barat. Untuk menutupi kebutuhan itu Belgia, Jerman, Belanda merekrut buruh dari Turki, Maroko, dan beberapa negara Timur Tengah lainnya, sementara Inggris mendatangkan dari negara-negara bekas jajahannya. Adapun kategori Muslim yang ada di Eropa Barat ada dua, yakni pendatangg (migran) dan penduduk asli.

28

KESIMPULAN

Dengan pemaparan definisi Study Islam di atas dapat disimpulkan bahwa definisi Study Islam adalah usaha sadar dan sistematis untuk mengetahui dan memhami serta membahas secara mendalam tentang seluk-beluk atau hal-hal yang berhubungan dengan agama Islam, baik berhubungan dengan ajaran, sejarah maupun praktik-praktik pelaksanaannya secara nyata dalam kehidupan seharihari, sepanjang sejarahnya. Pada perkembangan sejarah studi Islam di dunia muslim muncul perguruan tinggi yang terkenal dan sebagian daripadanya masih eksis sampai sekarang ini seperti al-Azhar di Kairo Mesir dan perguruan tinggi Kairwan di Maroko. Dari perguruan Tinggi tersebut terdapat alumni yang merupakan pejuang nasionalis muslim yang terkenal. Penyebab utama kemunduran dunia muslim khususnya di bidang ilmu pengetahuan adalah terpecahnya kekuatan politik yang digoyang oleh tentara bayaran Turki. Kemuian dalam kondisi demikian datang musuh dengan membawa bendera perang salib. Baghdad sebagai pusat ilmu pengetahuan ketika itu dihancurkan Hulaghu Khan 1258 M. Pusat-pusat studi termasuk yang dihancurkan oleh Hulaghu. Kontak Islam dengan Barat (Eropa) dapat dikelompokkan menjadi dua fase, yakni: di masa kejayaan Islam (abad ke 8 M) kalau lihat Spanyol adalah abad 13 M, dan di masa renaissance / runtuhnya muslim, dimana Barat yang berjaya (selama abad ke 16 M) sampai sekarang. Perkembangan studi Islam di Indonesia dapat digambarkan demikian. Bahwa lembaga / sistem pendidikan islam di Indonesia mulai dari sistem pendidikan langgar, kemudian sistem pesantren, kemudian berlanjut dengan sistem pendidikan di kerajaan-kerajaan Islam, akhirnya muncul sistem kelas.

29

DAFTAR PUSTAKA

Muhaimin, 2005.Kawasan Dan Wawasan Studi Islam, Jakarta: Kencana

Mulyana, Dedy. 2000.Islam Dan Orang Indonesia Di Australia, Jakarta: Logos

Azizy Qodri Ahmad, 2000.Islam Dan Permasalahan Sosial, Yogyakarta: Lkis Abd. Hakim, Atang, Drs., MA., dkk, 2008.Metodologi Studi Islam, Bandung: PT Remaja Rosdakarya Offset. Nasution, Khoruddin, Dr., MA., 2004 Pengantar Studi Islam, Yogyakarta: ACAdeMIA + TAZZAFA.. Nata, Abuddin, 2006.Metodologi Studi Islam, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada..

30

Вам также может понравиться