Вы находитесь на странице: 1из 98

BAB II GAMBARAN UMUM KONDISI DAERAH

2.1. ASPEK GEOGRAFI DAN DEMOGRAFI 2.1.1. Karakteristik Lokasi dan Wilayah
2.1.1.1. Luas dan Batas Wilayah Administrasi Kota Pekanbaru terdiri dari 12 Kecamatan dan 58 Kelurahan, dengan luas 632,26 km2. Luas wilayah per kecamatan dapat dilihat pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Luas wilayah Kota Pekanbaru menurut Kecamatan
NO KECAMATAN 1 Pekanbaru Kota 2 Sail 3 Sukajadi 4 Lima Puluh 5 Senapelan 6 Bukit Raya 7 Marpoyan Damai 8 Payung Sekaki 9 Tampan 10 Rumbai 11 Rumbai Pesisir 12 Tenayan Raya Jumlah LUAS (km2) 2,26 3,26 3,76 4,04 6,65 22,05 29,74 43,24 59,81 128,85 157,33 171,27 632,26 PERSENTASE (%) 0,36 0,52 0,59 0,64 1,05 3,49 4,70 6,84 9,46 20,38 24,88 27,09 100,00

Sumber : Bappeda Provinsi Riau, 2012 Kota Pekanbaru secara Kabupaten sebagai berikut : - Sebelah Utara : - Sebelah Selatan : - Sebelah Timur : - Sebelah Barat : administrasi berbatasan langsung dengan daerah Kabupaten Siak dan Kabupaten Kampar Kabupaten Kampar dan Kabupaten Pelalawan Kabupaten Siak dan Kabupaten Pelalawan Kabupaten Kampar

2.1.1.2. Letak dan Kondisi Geografis Kota Pekanbaru secara geografis terletak antara 101 14 101 34 Bujur Timur dan 0 25 0 45 Lintang Utara. Dengan ketinggian permukaan laut berkisar 5 50 meter. Sedangkan permukaan wilayah bagian utara merupakan daratan landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar 5 11 meter, dan dibelah oleh aliran Sungai Siak, yang mengalir dari barat hingga ke timur, serta memiliki beberapa anak sungai seperti sungai; Umban Sari, Sail, Air Hitam,

II - 1 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Sibam, Setukul, Kelulut, Pengambang, Ukai, Sago, Senapelan, Limau dan Tampan.

Sumber : Bappeda Provinsi Riau Gambar 2.1. Letak Geografis Kota Pekanbaru 2.1.1.3. Topografi Kota Pekanbaru terletak pada bagian ketinggian 5 50 meter di atas permukaan laut. Kawasan pusat kota dan sekitarnya relatif datar dengan ketinggian rata-rata antara 10-20 meter di atas permukaan laut. Sedangkan kawasan Tenayan dan sekitarnya umumnya mempunyai ketinggian antara 25-50 meter di atas permukaan laut. Kawasan yang relatif tinggi dan berbukit terutama dibagian utara kota, khususnya di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dengan ketinggian rata-rata sekitar 50 meter di atas permukaan laut. Sebagian besar wilayah Kota Pekanbaru (44%) mempunyai tingkat kemiringan antara 0-2% atau relatif datar. Sedangkan wilayah kota yang agak landai hanya sekitar 17%, landai (21%), dan sangat landai (13%). Sedangkan yang relatif curam hanya sekitar 4-5% yang terdapat di Kecamatan Rumbai Pesisir. Morfologi atau bentang alam Kota Pekanbaru dapat dibedakan atas 3 bagian, yaitu : - Morfologi daratan terutama di Kecamatan Pekanbaru Kota, Senapelan, Lima Puluh, Sukajadi, Sail, dan sebagian Wilayah Rumbai, Rumbai Pesisir, Tenayan Raya, Tampan, Marpoyan Damai, dan Payung Sekaki. Luas Morfologi ini di perkirakan sekitar 65% dari wilayah kota. Daerah ini merupakan endapan sungai dan rawa, dan sebagian besar merupakan daerah yang rawan genangan dan banjir. Kawasan ini relatif datar dengan kelerengan kurang dari 5%. - Morfologi perbukitan, terutama terdapat di kawasan utara, selatan, dan sebagian wilayah barat dan timur, memanjang dari barat laut tenggara. II - 2 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Satuan morfologi ini tersusun oleh batu lumpur, batu pasir, sedikit batu lanau, batuan malihan, dan granit. Kawasan ini terletak pada ketinggian antara 20-35 meter di atas permukaan laut, dengan kemiringan kurang dari 20%. - Morfologi perbukitan sedang, terutama di bagian utara wilayah kota yang merupakan kawasan perbukitan dengan arah memanjang dari barat laut tenggara. Wilayah ini ditumbuhi vegetasi tanaman keras sebagai hutan lindung. 2.1.1.4. Geologi Kota Pekanbaru mempunyai struktur geologi yang terdiri atas sesar mendatar dengan arah umum barat laut tenggara, lipatan siklin dan antiklin dengan arah penunjaman ketimur laut daya. Struktur geologi tersebut masuk dalam sistem patahan Sumatera. Sementara itu sesar-sesar mendatar ini termasuk dalam sistem patahan Semangko yang diduga terjadi pada masa Miosen Tengah. 2.1.1.5. Hidrologi Aliran Sungai di Kota Pekanbaru di antaranya sebagai berikut : Sungai Siak, dengan lebar rata-rata 96 meter dan kedalaman rata-rata 8 meter, dipengaruhi oleh pasang surut air laut, kecepatan aliran rata-rata 0,75 liter/detik Sungai Senapelan merupakan penampung utama bagi wilayah sebelah Barat Jl. Jendral Sudirman dan sebelah utara Jalan Tuanku Tambusai, dengan lebar rata-rata 3-4 meter Sungai Sail, merupakan penampung utama bagi wilayah sekitar Pasar Laket yang dibatasi Jl. Pelajar di sebelah barat, Jl. Pepaya di sebelah timur, Jl. Mangga disebelah utara dan Jl. Tuanku Tambusai di selatan Sungai Sago merupakan penampung bagi wilayah sebelah barat Jl. Sudirman, Sungai Lunau, Sungai Tanjung Datuk I dan II

Sistem drainase Kota Pekanbaru memanfaatkan saluran alami yang ada, seperti, sungai, rawa, dan lain-lain. Sistem drainase Kota Pekanbaru mempunyai karakteristik sebagai berikut : Lokasi pembuangan utama drainase kota adalah Sungai Siak ; Saluran drainase primer adalah anak-anak Sungai Siak ; Saluran drainase sekunder dan tersier pada sub basin anak-anak Sungai Siak ; Sistem drainase Kota Pekanbaru umumnya menggunakan sistem gravitasi yang tergantung pada kondisi topografi. Kondisi topografi Pekanbaru yang relatif datar menyebabkan sistem pengaliran air hujan tidak dapat terjadi dengan baik.; Sistem drainase yang berfungsi sebagai retention pond adalah rawa-rawa di sebelah utara Sungai Siak, sampai dengan batas Jl. Sekolah, wilayah rawa ini dibagi 2 (dua) oleh Jl. Yos Sudarso menjadi rawa sebelah barat dan rawa sebelah timur. Wilayah yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir dan genangan. Secara topografi kawasan ini terletak pada daerah yang relatif rendah dengan ketinggian elevasi antara 1,50 sampai 2,50 meter di atas permukaan air laut dan setiap musim hujan sering mengalami banjir yang disebabkan oleh : II - 3 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Meluapnya Sungai Siak ; Tingginya curah hujan, terutama di bagian hulu ; dan Pengaruh pasang dari laut.

Disamping masalah tersebut, anak-anak sungai dan saluran drainase dalam kota yang mengalir ke Sungai Siak sering tidak lancar dan berpotensi terjadinya genangan lokal dan banjir di beberapa lokasi (titik-titik banjirseperti terlihat pada Gambar 2.2). Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan, khususnya di musim penghujan.

Sumber : Hasil Survei Tim Royal Haskoning, 2011 Gambar 2.2.Titik-titik Genangan dan Lokasi Banjir, 2011 2.1.1.6. Klimatologi Kota Pekanbaru mempunyai iklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 31,00C-33,40C dengan suhu udara minimum berkisar antara 23,40C-24,40C. Curah hujan antara 73,9-584,1 mm/tahun. Kelembaban maksimum berkisar antara 85,5%-93,2% dan kelembaban minimum berkisar antara 57,0-67,7%.

II - 4 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.1.1.7. Penggunaan Lahan Luas lahan terbangun (built-up areas) sekitar 24% dari luas wilayah kota dan dimanfaatkan sebagai kawasan perumahan (sekitar 73% dari luas areal terbangun), pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri, militer, bandara, dan lain-lain. Areal belum terbangun (non-built up areas) adalah sekitar 76% dari luas wilayah kota saat ini yang merupakan kawasan lindung, perkebunan, semak belukar, dan hutan. Areal ini sebagian besar terdapat di wilayah utara kota (Rumbai dan Rumbai Pesisir), Tenayan Raya dan sekitarnya. Jenis penggunaan lahan tersebut seperti terlihat pada Tabel 2.2. Tabel 2.2 Penggunaan Tanah Kota Pekanbaru, Tahun 2006 No A. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Jenis Penggunaan Tanah Luas (Ha) 10.914,44 100,23 282,30 666,07 1.794,94 134,93 276,00 723,07 14.891,98

Lahan Terbangun (built up areas) Kawasan Perumahan Kawasan Pemerintahan Kawasan Pendidikan Kawasan Perdagangan Kawasan Industry Militer Bandara Lain-lain Jumlah A: B. Lahan Tidak Terbangun (non-built up areas) 1. Kawasan Lindung 2. Kawasan Perkebunan 3. Kawasan Semak Belukar 4. Hutan Jumlah B: Jumlah A + B Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi 2006

2.605,75 18.372,33 24.733,49 2.622,45 48.334,02 63.226,00

2.1.2. Potensi Pengembangan Wilayah


Potensi pengembangn wilayah diarahkanberdasarkan : 1. Pemantapan fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbentuk, melalui penyesuaian fungsi jaringan jalan dengan aktivitas yang dikembangkan. Pembentukan pusat pelayanan baru pada setiap Wilayah Pembangunan (di luar WP I) yang disesuaikan dengan fungsi dominan wilayah yang bersangkutan. Sistem pusat pelayanan yang akan dibentuk terdiri atas satu Pusat Primer yang berada pada Kawasan Pusat Kota (WP I), dan 4 (empat) Pusat Sekunder yang terletak pada masing-masing pusat Wilayah Pembangunan (WP II, WP III, WP IV, dan WP V).

2.

3.

II - 5 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

4.

Pusat pelayanan di bagian Utara sungai Siak pengembangannya akan diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan. Sementara pada bagian Selatan sungai Siak, pengembangannya akan diarahkan pada kegiatan-kegiatan terbangun dengan prioritas pengembangan jasa, perdagangan, industri, permukiman, dan pendidikan. Di bagian Timur, prioritas pengembangan akan diarahkan pada sektor industri, pergudangan, perdagangan, dan jasa transportasi.

Fungsi primer dan sekunder di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut : a. Fungsi Primer, meliputi : (a) Perdagangan regional; (b) Pemerintahan; (c) Pelabuhan penumpang dan barang; (d) Terminal AKAP; (e) Pelabuhan udara; (f) Industri; (g) Pergudangan; (h) Pendidikan tinggi; (i) Rumah sakit; dan (j) Sport centre. Fungsi sekunder, meliputi : (a) Perdagangan kota; (b) Niaga/komersial; (c) Pusat kecamatan dan WP; (d) Terminal kota; dan (e) Permukiman.

b.

Detail pembahasan dapat dilihat pada Tabel 2.83.

2.1.3. Wilayah Rawan Bencana


Wilayah yang rawan bencana di Kota Pekannbaru adalah wilayah yang relatif rendah dan rawan genangan air seperti pada wilayah Tabek Gadang, Terminal AKAP unjung, Rumbai Pesisir, Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Diponegoro, dan diidentifikasi sekitar 20 titik rawan genangan air lainnya. Sedangkan area yang terletak di tepian Sungai Siak dan anak-anak sungai Siak merupakan kawasan yang berpotensi banjir. Kondisi ini mengakibatkan terganggunya aktivitas masyarakat di daerah perkotaan, khususnya di musim penghujan. Ada puna rea rawan genangan air dan lokasi bencana banjir dapat dilihat pada Gambar 2.2.

2.1.4. Demografi
Penduduk Kota Pekanbaru setiap tahunnya terus meningkat. Ini menandakan bahwa Kota Pekanbaru terus berkembang dan maju sehingga menjadi daya tarik bagi penduduk daerah lain bermigrasi ke Kota Pekanbaru. Peningkatan jumlah penduduk disamping dari peningkatan jumlah migrasi juga disebabkan oleh tingkat kelahiran dan kematian.

II - 6 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.3 Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2006 2010


NO 1 2 3 URAIAN Jumlah penduduk Kepala Keluarga Penduduk (jenis kelamin) : - Laki-laki - Perempuan Mutasi Penduduk - Kelahiran - Kematian - Pindah - Datang 2006 754,467 169.957 2007 779,899 175.859 TAHUN 2008 799,213 177,762 2009 802,788 188,341 2010 897.768 213.795

380,993 373,474 7.953 2.777 9.764 21.916

389,972 389,927 10.509 3.572 11.231 27.131

400,505 398,708 11.782 2.080 7.362 16.813

403,900 398,888 12.347 2.480 22.908 19.181

456.386 441.382 -

Sumber: BPS Kota Pekanbaru,2011, dan Disdukcapil, 2010 Berdasarkan jenis kelamin, penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai dengan tahun 2010 kebanyakan berjenis kelamin laki-laki. Peningkatan maupun pengurangan (pertumbuhan) jumlah penduduk Kota Pekanbaru di pengaruhi oleh tingkat kelahiran, kematian, penduduk pendatang dan perpindahan penduduk. Berdasarkan data dari Tabel 2.3 di atas dapat dilihat bahwa penduduk pendatang memberikan kontribusi pengaruh perubahan komposisi penduduk yang terbesar lalu di ikuti oleh jumlah perpindahan penduduk, tingkat kelahiran dan tingkat kematian. Penyebaran penduduk per-kecamatan pada tahun 2010 di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.4 seperti berikut ini: Tabel 2.4 Jumlah Penduduk Kota Pekanbaru per-Kecamatan
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kecamatan Tampan Payung Sekaki Bukit Raya Marpoyan Damai Tenayan Raya Limapuluh Sail Pekanbaru Kota Sukajadi Senapelan Rumbai Rumbai Pesisir Pekanbaru Persentase Penduduk 18,9 9,64 10,24 14,00 13,71 4,60 2,39 2,79 5,26 4,06 7,20 7,22 100,00 Densitas Penduduk (jiwa/km2) 2.837 2.003 4.169 4.227 719 10.234 6.577 11.090 12.553 5.480 502 412 1.420

Sumber: Registrasi Penduduk Kota Pekanbaru 2011 II - 7 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.2. ASPEK KESEJAHTERAAN MASYARAKAT 2.2.1. Fokus Kesejahteraan dan Pemerataan Ekonomi
2.2.1.1. Pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDRB) Pertumbuhan ekonomi secara umum dapat ditunjukkan oleh angka Produk Domestik Regional Bruto (PDRB). Perkembangan besaran nilai PDRB merupakan salah satu indikator yang dapat dijadikan ukuran untuk menilai keberhasilan pembangunan suatu daerah, atau dengan kata lain pertumbuhan ekonomi suatu daerah dapat tercermin melalui pertumbuhan nilai PDRB. Di sisi lain, inflasi merupakan angka pembanding lain yang juga erat kaitannya dengan pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Tabel 2.5 berikut ini menggambarkan pertumbuhan ekonomi dan inflasi di Kota Pekanbaru dari tahun 2006 2010. Tabel 2.5 Pertumbuhan Ekonomi dan Inflasi Kota Pekanbaru Tahun 2006 2010
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi (%) 10,15 9,89 9,05 8,81 8,98 9,38 Inflasi (%) 6,32 7,53 9,02 1,94 6,80 6,32

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 Untuk skala provinsi, kota Pekanbaru merupakan penyumbang terbesar dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Hal ini cukup wajar mengingat Kota Pekanbaru adalah ibukota Provinsi Riau yang aktivitas ekonominya cukup besar dan pusat peredaran barang dan jasa. Tabel 2.6 menggambarkan kondisi tersebut secara jelas dan terlihat oleh kita bagaimana kontribusikabupaten dan kota lain yang ada di Provinsi Riau dalam pembentukan PDRB Provinsi Riau. Tabel 2.6 Kontribusi PDRB Kabupaten/Kota Diluar Migas Provinsi Riau Tahun 2006 2010
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 Kabupaten/Kota Pekanbaru Indragiri Hilir Siak Bengkalis Pelalawan Indragiri Hulu Rokan Hilir Kampar Kuantan Singingi 2006 17,38 12,48 10,68 10,88 8,48 7,56 8,42 7,78 6,96 TAHUN 2007 2008 17,18 17,70 12,69 12,54 11,00 11,25 10,52 9,82 8,48 8,45 7,80 8,10 8,27 8,06 7,85 7,71 6,96 6,90 2009 17,52 10,64 12,22 584 8,51 8,41 8,44 7,97 6,92

II - 8 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

NO

Kabupaten/Kota

10 Rokan Hulu 11 Dumai 12 Kep. Meranti (pemekaran) Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010

2006 6,52 2,86

TAHUN 2007 2008 6,42 6,52 2,83 2,93 2,90 2,87

2009 5,84 3,04 2,87

Tabel 2.7 menjelaskan perbandingan pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru dengan Provinsi Riau. Pertumbuhan ekonomi Kota Pekanbaru dengan berbagai komponen dan sektor pembentuknya relatif lebih tinggi dari Provinsi Riau. Tabel 2.7 Perbandingan Pertumbuhan Ekonomi Kota Pekanbaru dengan Provinsi RiauTahun 2006 2010
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 LAJU PERTUMBUHAN EKONOMI 2006 2007 2008 2009*) Pku Riau Pku Riau Pku Riau Pku Riau Pertanian 4,50 5,97 4,23 4,84 4,03 4,79 3,95 3,64 Pertambangan &Penggalian 7,01 28,61 5,01 -0,13 4,14 3,93 3,89 13,07 Industri Pengolahan 7,02 9,11 6,68 8,63 6,25 7,18 6,13 6,22 Listrik, Gas dan Air Bersih 6,17 5,86 4,25 5,62 6,80 6,86 5,53 3,03 Bangunan 8,78 8,27 9,03 11,65 8,94 11,14 8,85 8,62 Perdagangan, hotel & 10,35 11,29 11,53 9,84 9,64 9,72 9,66 8,72 Restoran Angkutan dan Komunikasi 10,17 9,62 9,58 7,28 10,42 10,45 9,38 8,11 Keuangan, Sewa & Jasa 21,78 15,67 14,47 13,33 10,22 13,65 10,50 9,99 Perusahaan Jasa-jasa 10,11 9,94 9,24 9,71 8,84 9,25 8,34 8,39 SEKTOR/ LAPANGAN USAHA

Keterangan : * Tahun 2009 angka sementara Sumber :BPS Kota Pekanbaru, 2010 Tabel 2.8 danTabel 2.9 berikut menunjukkan perkembangan PDRB Kota Pekanbaru secara nominal atas dasar harga berlaku dan harga konstan. Tabel 2.8 Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Berlaku Tahun 2006 2010 (milyar Rupiah)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SEKTOR/ LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel & Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB 2006 160,956 2,511 4.947,946 196,667 1.949,113 4.019,169 1.392,535 2.033,029 1.778,614 16.480,545 2007 181,711 3,140 5.586,983 227,120 2.965,165 5.090,377 1.585,349 2.476,144 2.003,412 20.119,043 PDRB ADHB 2008 209,726 3,954 6.432,910 260,620 4.231,766 6.504,844 1.844,506 3.103,018 2.325,186 24.916,535 2009 239,152 4,798 6.901,226 291,976 6.130,136 7.778,112 2.136,932 3.875,254 2.680,345 30.037,936 2010 274,001 5,896 7.427,790 328,920 8.811,458 9.464,316 2.490,941 4.859,600 3.090,556 36.753,481

Keterangan : Tahun 2010 angka sementara Sumber : Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha, 20062010 (BPS Pekanbaru, 2011) II - 9 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.9 Perkembangan PDRB Sektoral Kota Pekanbaru Atas Dasar Harga Konstan 2000 Tahun 2006 2010 (milyar Rupiah)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SEKTOR/LAPANG AN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa PDRB 2006 107,095 1,983 699,871 81,130 PDRB ADHK 2000 2007 2008 2009 111,625 116,126 120,716 2,082 2,168 2,252 746,614 84,903 793,267 90,675 841,894 95,685 1.390,532 2.630,543 1.231,638 576,120 1.413,247 8.302,631 2010 125,282 2,331 892,240 101,015 1.515,123 2.889,072 1.352,677 638,666 1.531,519 9.047,929

1.075,520 1.172,610 1.277,475 1.961,790 2.187,933 2.398,747 930,692 1.019,819 1.126,064 413,242 473,033 521,390

1.096,270 1.198,532 1.304,506 6.367,596 6.997,154 7.630,422

Keterangan :Tahun 2010 angka sementara Sumber : BPS - Pendapatan Regional Pekanbaru Menurut Lapangan Usaha, 2006-2010 Tabel 2.10 dan Tabel 2.11 berikut adalah tabel yang menjelaskan PDRB sektoral terdistribusi di 9 sektor atau lapangan usaha di Kota pekanbaru. Secara nyata baik PDRB atas dasar harga berlaku maupun harga konstan, PDRB Kota pekanbaru terdistribusi lebih banyak di sektor perdagangan dan jasa. Tabel 2.10 Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Kota Pekanbaru Tahun 2006 2010
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SEKTOR/LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 2006 0,98 0,02 30,02 1,19 11,83 24,39 8,45 12,34 10,79 Distribusi ADHB 2000 (%) 2007 2008 2009 0,90 0,84 0,78 0,02 0,02 0,02 27,77 25,82 22,98 1,13 1,05 0,97 14,74 16,98 20,41 25,30 26,11 25,89 7,88 12,31 9,96 7,40 12,45 9,33 7,11 12,90 8,92 2010 0,75 0,02 20,21 0,89 23,97 25,75 6,78 13,22 8,41

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

II - 10 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.11 Distribusi PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Pekanbaru Tahun 2006 2010
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SEKTOR/LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa 2006 1,68 0,03 10,99 1,27 16,89 30,81 14,62 6,49 17,22 Distribusi ADHK 2000 (%) 2007 2008 2009 1,60 1,52 1,45 0,03 0,03 0,03 10,67 1,21 16,76 31,27 14,57 6,76 17,13 10,40 1,19 16,74 31,44 14,76 6,83 17,10 10,14 1,15 16,75 31,68 14,83 6,94 17,02 2010 1,38 0,03 9,86 1,12 16,75 31,93 14,95 7,06 16,93

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 Pertumbuhan sektor-sektor atau lapangan usaha yang ada di Kota Pekanbaru dapat dilihat dari dua tabel di bawah ini. Tabel 2.12 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Berlaku Kota Pekanbaru Tahun 2006 2009
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 SEKTOR/LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa Pertumbuhan ADHB 2000 (%) 2006 2007 2008 2009 12,9 15,4 14,0 14,6 25,0 25,9 21,3 22,9 12,9 15,1 7,3 7,6 15,5 14,7 12,0 12,7 52,1 42,7 44,9 43,7 26,7 27,8 19,6 21,7 13,8 16,3 15,9 16,6 21,8 12,6 25,3 16,1 24,9 15,3 25,4 15,3

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010 Tabel 2.13 Pertumbuhan PDRB Sektoral Atas Dasar Harga Konstan 2000 Kota Pekanbaru Tahun 2006 2009
NO 1 2 3 4 5 SEKTOR/LAPANGAN USAHA Pertanian Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan Listrik, Gas dan Air Bersih Bangunan Distribusi ADHK 2000 (%) 2006 2007 2008 2009* 4,2 4,0 4,0 3,8 5,0 4,1 3,9 3,5 6,7 6,2 6,1 6,0 4,7 6,8 5,5 5,6 9,0 8,9 8,9 9,0

II - 11 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

NO 6 7 8 9

SEKTOR/LAPANGAN USAHA Perdagangan, Hotel dan Restoran Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Sewa dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa

Distribusi ADHK 2000 (%) 2006 2007 2008 2009* 11,5 9,6 9,7 9,8 9,6 10,4 9,4 9,8 14,5 10,2 10,5 10,9 9,3 8,8 8,3 8,4 9,9 9,1 8,8 9,0

Keterangan :* Tahun 2009 angka sementara Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2010 Seiring dengan meningkatnya pertumbuhan perekonomian Kota Pekanbaru, maka PDRB perkapita/pendapatan perkapita penduduk Kota Pekanbaru juga mengalami kenaikan. Untuk lebih rinci dapat dilihat pada tabel berikut di bawah ini: Tabel 2.14 Pendapatan Per Kapita dan Pertumbuhannya Kota Pekanbaru Tahun 2006 2010
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Rat-rata Pendapatan Perkapita (Rp) ADHB 20.239.073 23.965.829 29.472.944 35.281.513 40.660.913 29.924.054 ADHK 7.840.631 8.334.870 9.025.774 9.607.947 10.009.856 8.963.816 Pertumbuhan Pendapatan Perkapita (%) ADHB ADHK 18,42 22,98 19,71 15,25 19,09 6,30 8,29 6,45 4,18 6,31

Sumber: BPS Kora Pekanbaru, 2011 2.2.1.2. Ekonomi Kerakyatan Sebagai pusat perdagangan dan jasa, Kota Pekanbaru juga memiliki program pembangunan ekonomi kerakyatan yang memberikan perhatian khusus kepada upaya peningkatan ekonomi dan partisipasi rakyat, yang merupakan bagian dari upaya mempercepat pengentasan kemiskinan di perkotaan. Di Kota Pekanbaru, yang tercakup di ekonomi kerakyatan, yaitu industri kecil dan menengah serta koperasi dan pengusaha kecil. Gambaran perkembangan koperasi di Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.15 berikut ini. Tabel 2.15 Data Keragaman Koperasi di Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
No Keragaman 1 Jumlah Koperasi 2 Koperasi Aktif 3 Koperasi Tidak Aktif 4 Jumlah Anggota Satuan Unit Unit Unit Orang 2006 771 558 213 83.264 2007 814 601 213 101.020 2008 880 558 292 105.467 2009 904 710 194 105.485 2010 930 735 195 105.593

II - 12 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

No 5 6 7 8 9 10 11

Keragaman RAT Manajer Karyawan Modal Sendiri Modal Luar Volume Usaha SHU

Satuan Unit Orang Orang Rp M Rp M Rp M Rp M

2006 129 30 401 59,01 37,07 188,24 12,01

2007 152 50 928 137,77 251,41 547,60 22,72

2008 149 57 1.042 157,00 291,00 483,00 24,81

2009 202 57 1.031 163,28 317,80 574,91 24,67

2010 359 63 1.174 202,88 381,38 722,29 29,97

Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, Des 2010 Perkembangan pertumbuhan UMKM di Kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel 2.16 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan kecenderungan UMKM yang meningkat sebesar 0,2 % pertahun. Sementara itu, perkembangan Lembaga keuangan berupa Bank Perkreditan Rakyat tumbuh rata-rata 0,2 % pertahun. Sedangkan perkembangan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dua tahun terakhir ini mengalami peningkatan yang sangat signifikan yakni 18 % pertahun Berkaitan dengan perkembangan usaha Kecil akan menjadi tantangan dimasa akan datang, melihat kepada data tersebut, perkembangan usaha kecil tidak terjadi perkembangan yang cukup signifikan yaitu sebanyak 716 usaha kecil pertahun, sedangkan perkembangan usaha Mikro di Kota Pekanbaru terjadi peningkatan walaupun pergerakannya tidak terlalu tinggi. Tabel 2.16 Pertumbuhan UMKM Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
Tahun 2006 2007 2008 2009 2010 Target 7.000 7.300 7.500 7.700 8.000 Usaha Mikro Realisasi 6.898 7.293 7.457 7.829 8.168 % 98,5 99,9 99,4 101,7 102,1 Usaha Kecil Target Realisasi 700 648 730 675 750 710 800 758 820 789 % 92,6 92,5 94,7 94,8 96,2 Usaha Menengah Target Realisasi % 120 98 81,7 130 115 88,5 140 127 90,7 150 131 87,3 160 136 85,0 Jumlah UMKM Target Realisasi % 7.820 7.644 97,7 8.160 8.083 99,1 8.390 8.294 98,9 8.650 8.718 100,8 8.980 9.093 101,3

Sumber: Dinas Koperasi UMKM Kota Pekanbaru, 2011

2.2.2. Fokus Kesejahteraan Masyarakat


Analisis kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru atas fokus kesejahetraan masyarakat dilakukan terhadap beberapa indikator, yaitu; angka melek huruf, angka rata-rata lama sekolah, angka partisipasi kasar, angka pendidikan yang ditamatkan, angka partisipasi murni, angka kelangsungan hidup bayi, angka usia harapan hidup, persentase penduduk yang memiliki lahan, dan rasio penduduk yang bekerja dan lain-lain. Kinerja pembangunan kesejahteraan masyarakat Kota Pekanbaru untuk setiap indikator disajikan sebagai berikut. 2.2.2.1. Pendidikan Terciptanya sumber daya manusia yang berkualitas merupakan sasaran dari pembangunan pendidikan. Pencapaian sasaran ini dilaksanakan melalui tiga program utama, yaitu: perluasan dan pemerataaan kesempatan memperoleh pendidikan, tercapainya efektifitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan dan II - 13 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

peningkatan mutu pendidikan. Kinerja pemerintah Kota Pekanbaru di bidang pendidikan dapat disampaikan sebagai berikut ini.
100 99.9 99.8 99.7 99.7 99.8

99.87
99.77

99.6
99.5 99.4 2006 2007 2008 2009 2010 99.5

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.3 Perkembangan Angka Melek Huruf Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 Angka Melek Huruf (AMH) merupakan persentase penduduk usia 10 tahun ke atas yang dapat membaca dan menulis huruf latin. Nilai AMH dari tahun 2006 sampai 2010 yang terus naik dengan angka di atas 99,5 %, bahkan pada tahun 2010 mencapai nilai 99,87% menunjukkan bahwa hampir seluruh penduduk kota Pekanbaru berusia 10 tahun ke atas memiliki kemampuan membaca dan menulis. Artinya hampir seluruh penduduk Kota Pekanbaru mampu membaca dan menulis.

11.5 11.45

11.4
11.35 11.3

11.3

11.3

11.32

11.33

11.25
11.2 11.15 11.1

11.05
11

2007

2008

2009

2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.4 Angka Rata-rata Lama Sekolah Kota Pekanbaru Tahun 2007-2010

Pada Gambar 2.4 dapat dilihat bahwa sejak tahun 2007 sampai 2010, ratarata penduduk Kota Pekanbaru yang berusia 15 tahun ke atas telah menempuh semua jenis pendidikan formal yang pernah dijalani selama 11,3-11,33 tahun atau II - 14 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

setingkat SMA/MA. Capaian ini termasuk kategori sangat baik, mengingat capaian sampai tingkat SLTA ini melampaui program wajib belajar 9 tahun, dan hampir (94,4%) mencapai target maksimal, yaitu program wajib belajar 12 tahun. Namun demikian, karena lamanya bersekolah ini juga merupakan ukuran akumulasi investasi pendidikan individu yang diharapkan akan meningkatkan pendapatan individu dengan naiknya nilai rata-rata lama sekolah ini, maka setiap individu dan pemerintah kota Pekanbaru akan terus meningkatkan angka ini sampai tingkat tertinggi di perguruan tinggi, sehingga akumulasi modal manusia Pekanbaru ini setiap tahun semakin meningkat.
(% )
140 120 99.72 98.26 131.15

135.59
115.59 96.19 89.07 121.55 110.72 89.07 122.74

111.32
89.69 SD SMP

100
80 60 40 2006 2007

SMA

56.42 46.74

2008

2009

2010

(Tahun)

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.5 APK Tingkat SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

Angka Partisipasi Kasar (APK) adalah perbandingan jumlah siswa pada masing-masing tingkat pendidikan SD/MI; SLTP da, SLTA, dibagi dengan jumlah penduduk berusia 7-12 tahun untuk SD/MI; 13-15 tahun untuk SLTP dan 16-18 tahun untuk SLTA. Nilai APK bias jadi lebih dari 100%, karena siswa SD/MI misalnya, ada yang berusia kurang dari 7 tahun, dan ada juga yang berusia lebih dari 12 tahun; begitu juga dengan siswa SLTP dan SLTA yang sangat mungkin ada yang berusia di luar dari range usia 13-15 tahun dan 16-18 tahun. Dapat dilihat pada Gambar 2.5 bahwa nilai APK Tingkat SD/MI pada tahun 2006-2010 sudah di atas 100%, walaupun sempat ada tren turun dari tahun 2007 ke tahun 2008, tapi kemudian nilai APK kembali naik dalam 3 tahun berikutnya. Tren nilai APK untuk tingkat SLTP sempat turun dari tahun 2006 sampai 2008, dengan nilai APK di bawah 100%, tetapi pada tahun 2009 dan 2010 nilai APK SLTP di atas 100%. Sedangkan APK untuk SLTA pada 2 tahun pertama dari 2006-2010 sangat rendah (46,74% dan 56,42%), namun pada 3 tahun terakhir (2008-2010) nilai APK SLTA naik signifikan pada angka di atas 80%, bahkan pada tahun 2010, hanya tinggal sekitar 10% saja anak usia 16-18 tahun yang belum mengenyam pendidikan setingkat SLTA. Angka Partisipasi murni (APM) adalah persentase siswa dengan usia yang berkaitan dengan jenjang pendidikannya dari jumlah penduduk di usia yang sama. APM SD-SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dipaparkan pada Gambar 2.6 di bawah ini. Dari gambar tersebut terlihat bahwa II - 15 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

partisipasi sekolah penduduk usia SD/MI rata-rata sejak tahun 2006 sampai 2010 sudah di atas 100%. Nilai APM SD di atas 100% ini menunjukkan bahwa siswa SD di Kota Pekanbaru juga bukan hanya penduduk Kota Pekanbaru, namun juga penduduk luar Kota Pekanbaru, yaitu Kabupaten Kampar dan Kabupaten Siak yang bertempat tinggal di daerah perbatasan. Sedangkan untuk penduduk usia SLTP sejak tahun 2006 menunjukkan tren yang selalu naik dari nilai APM 72,5% menjadi 94,92% pada tahun 2010. Artinya hanya sekitar 5% saja penduduk usia 13-15 tahun yang belum bersekolah di tingkat SLTP. Untuk penduduk usia 16-18 tahun, dengan nilai APM masih di bawah 65%, menunjukkan bahwa masih diperlukan upaya baik penambahan fasilitas maupun kesempatan bagi penduduk usia 16-18 tahun agar dapat mengenyam pendidikan tingkat SLTA.
(% )
120 110 100 112.2 110.25 99.6 104.59 94.15

90
80

102 94.92
SD SMP

84.43
72.5 74.48 64.98 49.01 2006 2007 2008 2009 2010 64.98 63.62

70
60 50 40

SMA

(Tahun)

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2011

Gambar 2.6 APM SD-SMP-SMA Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 Angka Pendidikan yang ditamatkan (APT) merupakan persentase jumlah penduduk, baik yang masih sekolah ataupun tidak sekolah lagi menurut pendidikan tertinggi yang telah ditamatkan. Capaian APT penduduk berumur 10 tahun ke atas Kota Pekanbaru pada tahun 2005-2010 ditampilkan pada tabel 2.17. Dari tabel 2.17 tersebut, dapat dilihat bahwa pada tahun 2010 APT SLTA (SMA/MA/ SMK/sederajat) adalah 39,83%, selanjutnya APT SLTP (SMP/MTs/sederajat) adalah 19,57%. Tabel 2.17 Persentase Penduduk Berumur 10 tahun ke Atas Menurut Ijasah Tertinggi yang Dimiliki pada Tahun 2005 s.d 2010 Kota Pekanbaru
Ijazah Tertinggi Tidak punya ijazah SD/MI/Sederajat SLTP/MTS/Sederajat SLTA/SMU/MA/SMK/ Sederajat D I/ D II / D III D IV / S1 / S2 / S3 Jumlah 2005 11.58 19.25 20.00 37.63 4.20 7.34 100.00 2006 12.54 16.82 18.16 40.54 4.12 7.81 100.00 2007 11.79 17.35 21.12 36.01 5.75 7.98 100.00 2008 12.94 16.09 19.78 37.32 4.80 9.07 100.00 2009 11.43 17.65 21.94 37.65 4.13 7.20 100.00 2010 12.56 15.38 19.57 39.83 4.56 8.10 100.00

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 II - 16 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Gambar 2.7 di bawah ini memperlihatkan perkembangan APT Kota Pekanbaru dari tahun 2005 sampai 2010. Dapat dilihat bahwa sejak tahun 2005 sampai 2010, sebagian besar tenaga kerja yang tersedia berpendidikan sampai dengan SLTA, selanjutnya peringkat kedua background pendidikan tenaga kerja adalah tamatan SLTP, sedangkan tenaga kerja lulusan sarjana (DIV/S1/S2/S3) hanya sekitar 8,1%. Pembangunan pendidikan diarahkan agar tenga kerja berpendidikan sarjana adalah yang dominan.
45 40 37.63 35 30 25 20 20 19.25 21.12 18.16 16.82 17.35 19.78 16.09 9.07 21.94 17.65 19.57

40.54 36.01
37.32 37.65

39.83

SD

SLTP
SLTA Diploma

15 10 5 0
2005

15.38
8.1 4.56 2010

Sarjana
7.2 4.13 2009

7.34 4.2

7.81
4.12 2006

7.98 5.75

4.8

2007

2008

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 Gambar 2.7 Persentase Penduduk Berumur 10 Tahun ke Atas menurut Ijasah Tertinggi yang dimilikidi Kota Pekanbaru Tahun 2005-2010 2.2.2.2. Kesehatan Pembangunan di Kota Pekanbaru dalam kurun 5 tahun terakhir telah memberikan kontribusi besar pada pelayanan kesehatan masyarakat. Dampak pembangunan bidang kesehatan di Kota Pekanbaru selama 5 tahun terakhir telah dapat dirasakan oleh masyarakat. Pemerintah Kota telah melakukan berbagai program dam kegiatan yang ditujukan untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Tingkat keberhasilan pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat pada indikator kinerja utama bidang kesehatan yang diantaranya meliputi Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB), Angka Kematian Bayi (AKB), Angka Usia Harapan Hidup (AHH), Persentase Balita Gizi Buruk, dan sebagainya yang dijelaskan pada paparan berikut ini. Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) adalah probabilitas bayi hidup sampai usia 1 tahun, sedangkan Angka Kematian Bayi (AKB) adalah jumlah kematian bayi usia di bawah 1 tahun dalam kurun waktu setahun per 1000 kelahiran hidup pada tahun yang sama. Dapat dilihat pada tabel 2.18 di bawah bahwa AKHB hampir mencapai nilai maksimum, dan AKB hanya kurang dari 4, yang bermakna bahwa dari 1000 orang bayi yang lahir hidup pada tahun 2006 sampai 2010 hanya kurang dari 4 orang bayi saja yang meninggal sebelum berusia 1 tahun. Data jumlah kematian bayi ini berasal dari data pada fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru (Puskesmas). II - 17 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.18 Angka Kelangsungan Hidup Bayi (AKHB) Tahun 2006 s.d 2010 Kota Pekanbaru
No 1 2 Uraian Angka kematian bayi per 1000 kelahiran hidup Angka kelangsungan hidup bayi 2006 1,30 998,7 2007 0,76 2008 1,03 2009 3,92 2010 3,70 996,30

999,24 998,97 996,08

Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Dinas Kesehatan, 2011 Catatan: Data kematian bayi tersebut merupakan data yang tercatat pada fasilitas kesehatan Kota Pekanbaru Angka Usia Harapan Hidup (AHH) adalah rata-rata tahun hidup yang akan dijalani oleh bayi yang baru lahir pada tahun tertentu. Pada gambar 2.8 di bawah ini dapat dilihat bahwa sejak tahun 2006 sampai 2011, harapan hidup bayi yang lahir pada tahun 2006 sampai 2011 memiliki harapan hidup sampai umur sekitar 70 tahun lebih, bahkan pada 4 tahun terakhir AHH nya stabil pada angka 70,7 tahun.

Sumber: Profil Kesehatan Kota Pekanbaru Dinas Kesehatan, 2012 Gambar 2.8 Angka Usia Harapan Hidup Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011 Persentase Balita Gizi Buruk adalah persentase balita dalam kondisi gizi buruk terhadap jumlah balita. Klasifikasi status gizi dibuat berdasarkan standar WHO. Gambar 2.9 di bawah menunjukkan persentase gizi buruk Kota Pekanbaru pada tahun 2007 2011. Dari gambar tersebut dapat dilihat bahwa pada periode 2007-2011, jumlah bayi berstatus gizi buruk masuk kategori rendah, bahkan pada tahun 2010, persentase bayi gizi buruk hanya kurang dari 0,05%, artinya hampir tidak ada kejadian bayi berstatus gizi buruk di Kota Pekanbaru pada tahun 20072011.

II - 18 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Sumber : Profil Kesehatan Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.9 Persentase Balita Kasus Gizi Buruk Kota Pekanbaru 2007-2011 Tabel 2.19 memberikan informasi jumlah kasus bayi berstatus gizi buruk untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah bayi berstatus gizi buruk turun drastis dari jumlah 55 orang pada tahun 2007 menjadi 25 orang pada tahun 2008, bahkan pada tahun 2011 hanya tinggal 4 orang bayi saja yang mengalami status gizi buruk. Hal ini merupakan salah satu indikasi keberhasilan pembangunan bidang kesehatan di kota Pekanbaru. Tabel 2.19 Jumlah Balita Gizi Buruk Per Kecamatan Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 KECAMATAN BUKIT RAYA MARPOYAN DAMAI TAMPAN SUKAJADI PEKANBARU KOTA SAIL LIMAPULUH TENAYAN RAYA SENAPELAN RUMBAI PESISIR RUMBAI PAYUNG SEKAKI KOTA PEKANBARU JUMLAH BALITA GIZI BURUK (TAHUN) 2007 2008 2009 2010 2011 0 0 2 0 1 0 1 3 1 4 0 17 4 20 2 3 55 2 1 0 0 1 0 4 6 0 7 4 25 1 1 0 0 0 0 0 0 0 1 1 5 0 1 0 0 0 0 0 0 0 2 0 3 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 0 4

Sumber: Dinas Kesehatan Kota Pekanbaru, 2012 II - 19 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.2.2.3. Ketenagakerjaan Indikator keberhasilan pembangunan daerah juga ditentukan oleh persentase angkata kerja yang bekerja dan penurunan tingkat pengangguran. Walaupun jumlah tenaga kerja dan angkatan kerja senantiasa mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, namun pemerintah berupaya terus mengimbanginya dengan upaya perluasan kesempatan kerja dengan membuka lapangan kerja baru dengan berbagai upaya baik langsung maupun melibatkan pihak swasta. Membenahi fasilitas dan infrastruktur serta regulasi juga memberikan dampak ketertarikan calon investor datang ke Pekanbaru, sehingga penambahan investasi dari pihak swasta ini dapat menyerap tenaga kerja yang semakin banyak. Tabel berikut ini memperlihatkan keadaan dan perkembangan ketenagakerjaan Kota Pekanbaru pada 2 tahun terakhir (2009-2010). Dari Tabel 2.20 dapat dilihat bahwa Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dari tahun 2009 ke 2010 mengalami peningkatan dari 60,46% menjadi 67,70%. Berbagai upaya pemerintah kota beserta pihak swasta telah berkontribusi dalam menurunkan tingkat pengangguran yang mengalami tren menurun dari 12,03% menjadi 10,23% pada tahun 2010. Seiring dengan itu jumlah tenaga kerja yang bekerja juga meningkat dari 87,97% menjadi 89,77% pada tahun 2010. Tabel 2.20 juga memperlihatkan bahwa sektor perdagangan, rumah makan dan hotel menjadi sektor yang paling dominan (35,74%) sebagai tempat bekerja, disusul sektor jasa (31,20%) dan sektor bangunan (10,32%). Kenyataan ini memperlihatkan bahwa pihak swasta memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan peluang kerja. Untuk itu pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berupaya membenahi infra sktruktur dan regulasi serta menciptakan suasana nyaman bagi investor agar terus datang dan menanamkan modalnya di Pekanbaru. Tabel 2.20 Statistik Ketenagakerjaan Tahun 2009-2010 Kota Pekanbaru
No 1 2 3 4 1 2 3 4 5 Uraian TPAK (%) Tingkat Pengangguran (%) Bekerja (%) UMR (000 Rupiah) LIMA SEKTOR PEKERJAAN UTAMA (%) Perdagangan besar, eceran, rumah makan dan hotel Jasa kemasyarakatan, social dan perorangan Bangunan Industri pengolahan Angkutan, Pergudangan dan Komunikasi 2009 60.46 12.03 87.97 925 2010 67.70 10.23 89.77 1,055 35.74 31.20 10.32 7.25 5.39

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011

II - 20 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.2.3. Fokus Seni, Budaya dan Olah Raga


Di Kota Pekanbaru pembangunan seni budaya digalakkan dalam rangka melestarikan, menjaga dan mengembangkan seni budaya daerah serta mempertahankan jati diri dan nilai-nilai budaya daerah, yaitu budaya melayu yang identik dengan Islam ditengah marak dan semakin derasnya arus informasi dan kebudayaan global. Disamping mengakomodir berbagai seni budaya penduduk yang berdomisili di kota Pekanbaru selama tidak berseberangan dengan nilai-nilai budaya melayu, mengingat penduduk kota Pekanbaru sangat multi etnis dan heterogen. Pemerintah dan masyarakat kota Pekanbaru memiliki komitmen dan tekad untuk menghidupkan kembali aktivitas yang berakar dari tradisi lokal masyarakat kota Pekanbaru. Diantaranya adalah dengan didirikan dan dihidupkannya lembaga adat melayu baik itu di tingkat kota ataupun di tingkat kecamatan, dibentuknya group kesenian.sanggar seni. Juga dengan dihidupkannya dewan kesenian daerah. Namun apabila dibandingkan antara harapan dan realita, kita dapatkan masih lemahnya fokus terhadap bidang seni budaya ini. Rasio keberadaan lembaga seni budaya seperti group kesenian dan sanggar seni, dewan kesenian daerah kota Pekanbaru dan lembaga adat Melayu di kota Pekanbaru nampak pada tabel yang disajikan berikut ini: Tabel 2.21 Rasio Lembaga Seni Budaya Per 10.000 Penduduk Kota Pekanbaru (2006-2010)
No 1 2 3 4 5 6 Lembaga Seni dan Budaya Group Kesenian/Sanggar Seni Pusat Latihan Kesenian Dewan Kesenian Daerah Lembaga Adat Melayu (Kab dan Kec) Jumlah Lembaga Jumlah Penduduk Rasio lembaga per 10.000 penduduk 2006 19 1 1 21 754.467 0,278 2007 19 1 1 21 779.899 0,269 Tahun 2008 19 1 1 21 799213 0,263 2009 19 1 1 21 802.788 0,262 2010 19 1 1 21 897.768 0,234

Sumber :Dinas Pariwisata, 2011 Dari tabel 2.21 tersebut terlihat rendahnya jumlah lembaga seni budaya di kota Pekanbaru, khususnya jumlah group kesenian terdaftar, begitu pula dengan tidak adanya pusat pelatihan kesenian dan minimnya jumlah dewan kesenian daerah dan lembaga adat Melayu, sehingga rasio lembaga seni budaya per 10.000 penduduk menjadi relatif rendah, dan ketersediaannya hanya 0,27 lembaga seni budaya dalam setiap 10.000 penduduk. Perkembangan jumlah penduduk yang semakin bertambah juga belum diantisipasi dengan disertai bertambahnya jumlah lembaga budaya. Hal ini kemungkinan besar dipicu oleh minimnya tenaga pelatih dalam seni budaya, ditambah sedikitnya sarana dan prasana pertunjukan kesenian yang tersedia. Juga kurangnya event-event kesenian dan budaya daerah yang diselenggarakan oleh pemerintah daerah secara langsung atau prakarsa masyarakat secara tidak langsung, yang akan memotivasi munculnya group-group kesenian yang baru.

II - 21 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Pemerintah kota Pekanbaru senantiasa terus berusaha dan berupaya untuk meningkatkan prestasi pemuda dalam berbagai bidang dan aspek, diantaranya adalah prestasi olah raga. Maka pembenahan pada berbagai aspek baik itu sarana dan prasarana, infrastruktur maupun suprastruktur terus menerus dilakukan. Fasilitasi, dukungan dan suport secara maksimal diberikan kepada organisasi induk oleh raga, begitu juga terhadap organisasi cabang olah raga. Berbagai pertandingan olah raga, baik itu antar sekolah, antar kampus, dan pertandingan olah raga antar klub serta antar kecamatan terus diselenggarakan. Pada tabel berikut ini disajikan data fasilitas olah raga yang tersedia di kota Pekanbaru pada tahun 2010, sebagai berikut: Tabel 2.22 Rasio Klub dan Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2010
No 1 2 3 4 5 Uraian Klub Olahraga Gedung Olahraga Jumlah Penduduk Rasio Klub Olahraga Rasio Gedung Olahraga 2010 300 117 897.768 3.3 1.3

Sumber : Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2011 Terlihat dari tabel diatas pada tahun 2010, rasio klub olah raga 3.3. ini berarti bahwa tersedia sebanyak 3-4 Klub untuk setiap 10.000 penduduk, sedangkan gedung olah raga yang tersedia hanya sebanyak 1.3 untuk setiap 10.000 penduduk. Melihat kondisi tersebut masih sangat diperlukan peningkatan kontribusi pemerintah kota, disamping dunia usaha dan begitu pula masyarakat secara luas agar bersinergi dalam mewujudkan kondisi ideal. Berikut ini disajikan data rinci tentang ketersediaan gedung olah raga untuk setiap kecamatan di kota Pekanbaru, khusus pada tahun 2010. Dari data dan fakta yang ada pada tabel 2.23 di bawah, berarti bahwa di Kota Pekanbaru hanya tersedia 0.82 Gedung olah raga untuk setiap 10.000 penduduk. Tabel 2.23 Rasio Gedung Olahraga Per 10.000 Penduduk menurut Kecamatan di Kota Pekanbaru (2010)
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 Kecamatan Bukit Raya Lima Puluh Marpoyan Damai Payung Sekaki Pekanbaru Kota Rumbai Rumbai Pesisir Sail Senapelan Sukajadi Tampan Tenayan Raya Jumlah Jumlah Penduduk (jiwa) 91.914 41.333 125.697 86.584 25.062 64.624 64.698 21.438 36.434 47.174 169.655 123.155 897.768 Jumlah Gedung Olahraga (Unit) 7 5 6 . 2 3 1 17 2 3 25 3 74 Rasio per 10.000 Penduduk 0.76 1.20 0.47 . 0.79 0.46 0.15 7.92 0.54 0.63 1.47 0.24 0.82

Sumber :Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Pekanbaru, 2012 II - 22 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.3. ASPEK PELAYANAN UMUM


Kinerja pembangunan pemerintah kota Pekanbaru pada aspek pelayanan umum merupakan gambaran dan hasil pelaksanaan pembangunan selama periode 6 tahun terakhir (2006-2011) pada kondisi pelayanan umum yang mencakup fokus layanan urusan wajib dan fokus layanan urusan pilihan. Indikator kinerja pelaksanaan pembangunan pada aspek pelayanan umum selama periode 20062011 disampaikan berikut ini.

2.3.1. Fokus Layanan Urusan Wajib


2.3.1.1. Pendidikan Indikator kinerja pembangunan bidang pendidikan Kota Pekanbaru, antara lain meliputi Angka prtisipasi Sekolah (APS), Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah, Rasio Guru Terhadap Siswa, Angka Melek Huruf (AMH), Angka Putus Sekolah, Angka Kelulusan, Angka Melanjutkan Sekolah dan sebagainya. Berikut ini dipaparkan beberapa indikator kinerja utama pembangunan bidang pendidikan di Kota Pekanbaru. a. Angka Partisipasi Sekolah

Angka Partisipasi Sekolah (APS) adalah persentase jumlah murid per jumlah penduduk usia tingkatan pendidikan tertentu. Perkembangan nilai APS untuk 3 tingkatan usia pada tahun 2007-2010 ditampilkan dalam Tabel 2.24 dan Gambar 2.10 di bawah ini.
110

108.2 97.7 98.8


98.1 93.8 98.9 99.2

100 90
80 70 60

96.2

96

92.1 88.6
77.8

74.2

75.9

75.9

2007

2008 7-12 th

2009 13-15 th

2010 16-18 th

2011

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 Gambar 2.10 Perkembangan APS Menurut Kelompok Umur Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011 Gambar 2.10 di atas dan tabel 2.24 memperlihatkan perkembangan nilai APS untuk 3 kelompok usia 7-12 tahun, 13-15 tahun dan 16-18 tahun Kota Pekanbaru pada tahun 2007 sampai 2011. Pada gambar tersebut dapat dilihat bahwa APS untuk tingkat usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun berada jauh di atas II - 23 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

APS kelompok usia 16-18 tahun dan hampir mencapai nilai 100% dengan tren yang terus meningkat. Nilai APS untuk usia 7-12 tahun di atas 100% pada tahun 2011 ini menunjukkan bahwa ada sebagian siswa usia 7-12 tahun yang bukan warga Kota Pekanbaru, yang berdomisili di daerah perbatasan dengan Kabupaten/Kota lain (Kampar, Siak dan Pelalawan). Tabel 2.24 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Usia 7-12 dan 13-15 Tahun Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No 1 1.1 1.2 1.3 2 2.1 2.2 2.3 Jenjang Pendidikan Kelompok Usia 7-12 Tahun Jumlah murid usia 7-12 thn Jumlah penduduk usia 7-12 thn APS 7-12 Tahun Kelompok Usia 13-15 Tahun Jumlah murid usia 13-15 thn Jumlah penduduk usia 13-15 thn APS 13-15 Tahun 2007 92.832 95.017 97,7 33.145 35.336 93,8 2008 2009 2010 2011

93.234 100.970 101.428 107.196 94.366 102.093 102.245 99.116 98,8 98,9 99,2 108,2 35.945 36.641 98,1 37.549 38.196 39.032 39.786 96,2 96,0 43.264 46.965 92,1

Sumber :

BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

Tabel 2.24 di atas adalah data jumlah murid usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, jumlah penduduk usia 7-12 tahun dan 13-15 tahun, serta nilai APS untuk kedua kelompok usia tersebut dari tahun 2007 sampai 2011. Dari data tersebut terlihat bahwa nilai APS untuk usia 7-12 tahun sudah mencapai 100%, sedangkan untuk usia 13-15 tahun sudah hampir mencapai angka 100% dengan tren yang meningkat dari tahun ke tahun, sehingga jika tren ini dapat dipertahankan, maka pencapaian nilai APS 100% dapat dipenuhi dalam 1-2 tahun ke depan. Tabel 2.25 menggambarkan nilai APS kelompok usia 16-18 tahun, jumlah penduduk usia 16-18 tahun serta jumlah siswa usia 16-18 tahun. Data tersebut memperlihatkan bahwa walaupun nilai APS untuk kelompok usia 16-18 tahun ini masih di bawah 100%, namun terlihat tren yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai 2011. Dengan telah diluncurkannya program wajib belajar 12 tahun, maka pencapaian nilai APS usia 16-18 tahun ini diprediksi akan meningkat tajam pada tahun-tahun ke depan. Tabel 2.25 Perkembangan Angka Partisipasi Sekolah (APS) Kelompok Usia 16-18 Tahun Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No 1 2 3 Jenjang Pendidikan Jumlah murid usia 16-18 tahun Jumlah penduduk usia 16-18 tahun APS 16-18 Tahun 2007 29.446 39.684 74,2 2008 31.161 41.055 75,9 2009 31.927 42.065 75,9 2010 32.213 41.409 77,8 2011 43.866 49.502 88,6

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012

II - 24 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

b. Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah Rasio Ketersediaan Sekolah Terhadap Penduduk Usia Sekolah adalah mengindikasikan kemampuan pemerintah kota menampung penduduk usia sekolah untuk setiap jenjang pendidikan. Tabel 2.26 di bawah ini menunjukkan rasio untuk jenjang pendidikan dasar. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan sekolah dasar pada tahun 2007 adalah 26,63, maknanya bahwa untuk setiap 10.000 penduduk usia sekolah dasar terdapat sebanyak rata-rata sekitar 26,63 buah sekolah dasar, atau 1 sekolah untuk sekitar 375 orang anak usia 7-12 tahun. Pada tahun 2008, seiirng bertambahnya penduduk usia sekolah dasar, sedangkan jumlah sekolah dasar yang justru berkurang (dari 253 pada tahun 2007 menjadi 250 pada tahun 2008), maka ketersediaan sekolah untuk setiap 10.000 orang anak usia 7-12 tahun menurun ke angka 26,49 (1 sekolah untuk 377 orang anak usia 7-12 tahun). Rasio ketersediaan sekolah dasar kembali turun cukup siginifikan pada tahun 2009 menjadi 24,88 atau 1 sekolah untuk sekitar 402 orang anak usia 7-12 tahun. Beruntung pada thaun 2010, dengan bertambahnya jumlah sekolah dasar menjadi 258 buah, sehingga menaikkan rasio kesetersediaan sekolah dasar menjadi 25,23 atau 1 sekolah untuk 396 orang anak usia 7-12 tahun. Pada tahun 2011, dengan tambahan 1 sekolah baru, rasio untuk SD naik menjadi 26,13, sedangkan untuk SMP turun menjadi 23,00. Penurunan rasio ini akibat penambahan jumlah penduduk usia 13-15 tahun yang cukup signifikan. Tabel 2.26 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
NO 1 1.1 1.2 1.3 2 2.1 2.2 2.3 Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk 7-12 thn Rasio SMP/MTs Jumlah gedung sekolah Jumlah penduduk 13-15 thn Rasio 2007 253 95.017 26,63 94 35.336 26,60 2008 250 94.366 26,49 105 36.641 28,66 2009 254 102.093 24,88 108 39.032 27,67 2010 258 102.245 25,23 109 39.786 27,40 2011 259 99.116 26,13 108 46.965 23,00

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 Pada tabel 2.26 di atas juga dapat dilihat bahwa rasio ketersediaan sekolah SLTP rata-rata lebih dari dari tahun 2007-2010 daripada jenjang sekolah dasar. Pada tahun 2007, rasio ketersediaan sekolah tingkat SLTP adalah 26,60 untuk 10.000 orang penduduk usia 13-15 tahun. Ini berarti, untuk setiap sekolahnya diperuntukkan bagi sekitar 376 orang anak usia 13-15 tahun. Tambahan sekolah pada tahun 2008 menjadi 105 dari sebelumnya 94 sekolah, memberikan nilai rasio sebesar 28,66 (349 orang penduduk usia 13-15 tahun). Walaupun angka rasio menurun pada 2 tahun berikutnya, namun nilainya masih lebih baik daripada pada jenjang sekolah dasar. Rasio ketersediaan sekolah menengah atas (SLTA) dapat dilihat pada tabel 2.27. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa untuk 10.000 orang penduduk usia 16-18 tahun tersedia sebanyak 20,92 sekolah menengah atas pada tahun 2007, atau 1 SLTA diperuntukan bagi 478 orang penduduk usia 16-18 tahun; dan angka rasio ketersediaan SLTA meningkat menjadi 21,43 buah (1 SLTA untuk 467 II - 25 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

orang) pada tahun 2008, dan angka rasio tersebut stabil pada angka di atas 21 tersebut sampai tahun 2010, tetapi menurun pada tahun 2011. Tabel 2.27 Ketersediaan Sekolah dan Penduduk Usia Sekolah pada Jenjang Pendidikan MenengahTahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Jenjang Pendidikan 1 Jumlah sekolah menengah 2 Jumlah penduduk usia 16-18 tahun 3 Rasio 2007 83 39.684 20,92 2008 88 41.055 21,43 2009 89 42.065 21,16 2010 89 41.409 21,49 2011 94 49.502 18,99

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 c. Rasio Guru Terhadap Murid

Rasio Guru Terhadap Murid menyatakan ketersediaan guru untuk melayani sejumlah murid. Untuk jenjang pendidikan dasar, rasio ketersediaan guru terhadap murid diperlihatkan pada tabel 2.28. Dari tabel tersebut terlihat bahwa rasio guru per murid pada tahun 2007 adalah 466,20 dengan makna bahwa terdapat 466,2 orang guru untuk melayani 10.000 orang siswa sekolah dasar. Makna lainnya adalah bahwa tersedia seorang guru untuk melayani sekiatr 21 orang siswa sekolah dasar. Nilai rasio guru/murid meningkat pada empat tahun berikutnya, dengan nilai 478,35 (1 orang guru melayani 21 orang murid SD) pada tahun 2008; 496,37 (seorang guru untuk 20 orang siswa SD) pada tahun 2009; 490,27 (20 orang dilayani setiap guru) pada tahun 2010, dan menjadi 486,49 ( 1 orang guru melayani 20,5 siswa SD) pada tahun 2011. Sementara itu untuk jenjang pendidikan SLTP, rasio guru/murid yang ditampilkan pada tabel 2.28 di bawah menunjukkan bahwa pada tahun 2007 rasio ketersediaan guru terhadap murid SLTP adalah 738,29 orang untuk 10.000 orang murid (seorang guru melayani 13,5 orang siswa SLTP). Rasio guru/murid SLTP selanjutnya naik pada tahun-tahun berikutnya, yaitu 760,89 per 10.000 siswa SLTP (1 orang guru melayani 13 orang siswa) pada tahun 2008. Sedangkan untuk tahun 2009, 2010 dan 2011, berturut-turut adalah 742,43 (1 orang guru melayani 13,5 siswa); 773,79 (seorang guru SLTP melayani sebanyak 12,9 orang siswa) dan 742,65 ( 1 guru untuk 13,5 orang siswa SLTP). Tabel 2.28 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Dasar Tahun 2007 s.d 2011
NO 1 1.1 1.2 1.3 2 2.1 2.2 2.3 Jenjang Pendidikan SD/MI Jumlah guru Jumlah murid Rasio SMP/MTs Jumlah guru Jumlah murid Rasio 2007 4.601 98.691 466,20 2.847 38.562 738,29 2008 4.859 101.579 478,35 3.206 42.135 760,89 2009 5.226 105.285 496,37 3.184 42.886 742,43 2010 5.278 107.655 490,27 3.343 43.203 773,79 2011 5.215 107.196 486,49 3.213 43.264 742,65

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 II - 26 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.29 di bawah ini memperlihatkan nilai rasio guru/murid untuk jenjang pendidikan menengah (SLTA) dari tahun 2007 sampai 2011. Tabel tersebut memperlihatkan bahwa nilai rasio guru/siswa SLTA pada tahun 2007 adalah sebesar 874,80 (terdapat 874,8 orang guru yang melayani 10.000 orang siswa SLTA). Makna lainnya adalah bahwa untuk setiap orang guru SLTA di Pekanbaru saat ini memiliki beban pelayanan kepada siswanya sebanyak 11,4 orang siswa. Selanjutnya rasio guru/siswa SLTA berfluktuasi dalam 3 tahun berikutnya, yaitu 889,13 (1 orang guru melayani 11,2 orang siswa) pada tahun 2008, selanjutnya pada tahun 2009 rasio guru/siswa SLTA adalah 862,31 (1 orang guru untuk 11,6 orang siswa). Pada tahun 2010, rasio guru/siswa SLTA kembali turun menjadi 850,48 (1 orang guru melayani 11.8 orang siswa SLTA). Tahun 2011, rasio guru/siswa naik kembali menjadi 871,97 ( 1 orang guru melayani 11,5 orang siswa SLTA). Tabel 2.29 Jumlah Guru dan Murid Jenjang Pendidikan Menengah Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No 1 2 3 Jenjang Pendidikan Jumlah guru Jumlah murid Rasio 2007 3.379 38.626 874,80 2008 3.544 39.859 889,13 2009 3.663 42.479 862,31 2010 3.616 42.517 850,48 2011 3.825 43.866 871,97

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 d. Angka Melek Huruf Angka Melek Huruf (AMH) menunjukkan prosentase penduduk usia di atas 15 tahun yang mampu membaca huruf latin. Angka Melek Huruf kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 ditunjukkan pada Tabel 2.30 di bawah ini. Tabel tersebut menunjukkan bahwa lebih dari 99,5 % penduduk Pekanbaru yang berusia di atas 15 tahun mampu membaca dan menulis huruf latin, dengan tren yang selalu naik selama lima tahun berikutnya. Pada tahun 2006, penduduk usia di atas 15 tahun yang mampu membaca dan menulis adalah 99,5 %. Berikutnya AMH naik pada 4 tahun berikutnya, yaitu 99,7% pada tahun 2007; 99,77 % pada tahun 2008; 99,80% pada tahun 2009 dan 99.87% pada tahun 2010, artinya hanya 0,13% persen saja penduduk usia di atas 15 tahun yang belum mampu membaca dan menulis. Tabel 2.30 Angka Melek Huruf Penduduk Usia di atas 15 Tahun Tahun 2006 s.d 2010
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 MELEK HURUF 99,50 99,70 99,77 99,80 99,87 BUTA HURUF 0,50 0,30 0,23 0,20 0,13 JUMLAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011

II - 27 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

e.

Sekolah Kondisi Baik

Kualitas pendidikan juga ditentukan oleh kualitas fasilitas pendidikan yang dimilikinya dan dipakai untuk menyelengarakan pendidikan. Berikut ini ditampilkan informasi yang menyatakan persentase kondisi sekolah yang dalam keadaan baik yang masih layak digunakan (lihat tabel 2.31). Tabel tersebut menyatakan bahwa terdapat sekitar 65,78 persen sekolah untuk seluruh jenjang pendidikan (SD, SLTP dan SLTA) yang berada dalam kondisi baik. Persentase ini terus naik untuk 5 tahun berikutnya, yaitu berturut-turut sebesar 69,29% pada tahun 2007; 74,74% persen pada tahun 2008; 76,27% pada 2009; 76,24% pada tahun 2010 dan sebesar 76,43% pada tahun 2011. Tabel 2.31 Persentase Kelas SD-SMP-SMA Kondisi Baik Tahun 2006 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No Uraian 1 Jumlah kelas kondisi baik 2 Jumlah kelas 3 Persentase kelas baik 2006 1.480 2.250 65,78 2007 1.586 2.289 69,29 2008 1.808 2.419 74,74 2009 1.938 2.541 76,27 2010 2.018 2.647 76,24 2011 2.046 2.677 76,43

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012 f. Angka Putus Sekolah

Angka Putus Sekolah menunjukkan jumlah dan persentase siswa untuk setiap tingkatan pendidikan (SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA/SMK) yang tidak menyelesaikan pendidikannya. Tabel 2.32 di bawah ini menunjukkan perkembangan jumlah dan persentase angka putus sekolah siswa untuk semua tingkatan sekolah (SD/MI, SMP/MTs dan SMA?MA SMK) di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Terlihat pada tabel tersebut bahwa pada tahun 2007, siswa SD yang tidak menyelesaikan sekolahnya berjumlah 76 orang dengan nilai angka putus sekolahnya sebesar 0,08%, dan cenderung menurun pada 3 tahun berikutnya, tetapi angka putusa sekolah SD ini naik pada tahun 2011. Pada tahun 2011 jumlah siswa SD/MI yang tidak menyelesaikan pendidikannya adalah sebanyak 116 orang atau 0,10% dari total siswa SD/MI. Untuk jenjang SLTP, jumlah siswa yang tidak menyelesaikan pendidikannya adalah sebanyak 147 orang atau sebesar 0,38% dari total siswa SLTP pada tahun 2007. Untuk 4 tahun berikutnya, cenderung fluktuatif dengan tendensi menurun, dan pada tahun 2011 terdapat 114 orang (0,26%) siswa SLTP yang tidak menyelesaikan pendidikan. Untuk tingkat SLTA, jumlah siswa yang tidak meyelesaikan pendidikannya cenderung fluktuatif selama 5 tahun dari 2007 sampai 2011. Pada tahun 2007, jumlah siswa SMA/MA/SMK yang tidak menyelesaikan pendidikannya sebanyak 215 orang atau sebesar 0,55% dari keseluruhan siswa SLTA. Persentase angka putus sekolah untuk jenjang SLTA berfluktuasi pada nilai sekitar 0,5% pada periode 5 tahun (2007-2011). Pada tahun 2011, dan ada sebanyak 246 orang (0,56%) siswa SLTA yang tidak menyelesaikan pendidikannya sampai tamat.

II - 28 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.32 Angka Putus Sekolah Tingkat SD, SLTP dan SLTA Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No 1. 1.1. 1.2. 1.3. 2. 2.1 2.2. 2.3. 3. 3.1. 3.2. 3.3. Uraian SD/MI Siswa putus sekolah Jumlah siswa Angka Putus Sekolah SMP/MTs Siswa putus sekolah Jumlah siswa Angka Putus Sekolah SMA/MA/SMK Siswa putus sekolah Jumlah siswa Angka Putus Sekolah 2007 76 98.691 0,08% 147 38.562 0,38% 215 38.626 0,55% 2008 85 101.579 0,08% 124 42.135 0,29% 209 39.859 0,52% 2009 77 105.285 0,07% 112 42.886 0,26% 194 42.479 0,45% 2010 67 107.655 0,06% 137 43.203 0,31% 204 42.517 0,48% 2011 116 107.196 0,10% 114 43.264 0,26% 246 43.866 0,56%

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru, 2012 g. Angka Kelulusan (AL)

Angka Kelulusan adalah besarnya jumlah kelulusan siswa kelas 6 SD, kelas 9 SLTP dan kelas 12 SLTA untuk setiap jenjang pendidikan. Gambar 2.11 di bawah ini memperlihatkan perkembangan angka kelulusan untuk semua tingkatan pendidikan di Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010. Terlihat bahwa angka kelulusan dari tahun ke tahun memperlihatkan kecenderungan naik. Pada tahun 2006 angka kelulusan SD, SLTP dan SLTA berturut-turut adalah: 11.882 orang, 11.351 orang dan 11.107 orang. Sedangkan pada thaun 2010 angka kelulusan untuk setiap jenjang pendidikan adalah: untuk Tingkat SD sebesar 14.633 orang, SLTP sebesar 13.655 orang dan angka kelulusan untuk SLTA sebesar 12.642 orang.
(Orang)
15000 14501 14000
13000 12000 11000 10000 9000 13945 12853 14633 13655

12306
11882 11351 11107 10966 10610 11952 11219 10966

12642

SD
SMP SMA

2006

2007

2008

2009

2010

(Tahun)

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2011 Gambar 2.11 Angka Kelulusan Kota Pekanbaru Tahun 2006 s/d 2010 II - 29 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

h. Angka Melanjutkan Sekolah Angka Melanjutkan Sekolah adalah persentase tamatan sekolah yang melanjutkan ke jenjang sekolah lebih tinggi. Dari tabel 2.33 di bawah ini terlihat bahwa jumlah siswa yang melanjutkan ke jenjang sekolah yang lebih tinggi cenderung naik dari tahun ke tahun, terutama dari tahun 2007 ke tahun 2008, dan selanjutnya pada 3 tahun berikutnya cenderung stabil. Penambahan jumlah siswa yang melanjutkan sekolah ini diperkirakan dikarenakan pertambahan jumlah penduduk usia sekolah. Tabel 2.33 Angka Melanjutkan Sekolah Tahun 2006 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No 1 2 Angka Melanjutkan SD/MI ke SMP/MTs SMP/MTs ke SMA/MA/SMK Satuan Peserta didik Peserta didik 2006 13,157 12,912 2007 12,998 12,696 2008 14,681 14,641 2009 14,533 15,073 2010 14,987 15,981 2011 14,895 15,800

Sumber: Dinas Pendidikan Kota Pekanbaru 2012 i. Pendidikan Usia Dini

Perkembangan pendidikan anak usia dini di Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai 2011 menunjukkan perkembangannya yang pesat, seperti diperlihatkan pada tabel 2.34. Namun perkebangannya cukup fluktuatif dari tahun ke tahun, terutama pada tahun 2011. Data ini menunjukkan bahwa perkembangan pendidikan usia dini di Kota Pekanbaru cukup dinamis. Tabel 2.34 Perkembangan Pendidikan Anak Usia Dini Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No 1 2 Uraian Jumlah siswa TK/RA/TPA Jumlah siswa diniyah/awaliah 2007 11.611 31.893 2008 12.419 32.497 2009 9.127 32.497 2010 5.603 38.974 2011 13.803 10.638

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 j. Keadaan Guru yang Memenuhi Kualifikasi D3-S1 Keadaan guru di Kota Pekanbaru berdasarkan kelayakan yang dilihat pada latar belakang pendidikan tertingginya diperlihatkan pada tabel 2.35 di bawah ini. Data tersebut menunjukkan bahwa jumlah guru yang memiliki pendidikan D3/S1 memiliki tend naik dari tahun ke tahun, terutama sejak tahun 2008 sampai tahun 2011.

II - 30 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.35 Guru SD-SMP dan SMA Yang memenuhi Kualifikasi D3 dan S1 Kota Pekanbaru Tahun 2006 s.d 2011
No Kualifikasi Guru 1 Layak Mengajar (D3,S1) 2 3 Semi Layak (SPG,PDA,D1,D2) Tidak Layak (SMA dan SMK) 2006 3.235 2.152 786 2007 3.514 2.062 608 2008 3.170 1.990 534 2009 4.257 1.950 479 2010 4.654 2.205 445 2011 6.787 2.360 520

Sumber : BPS Kota Pekanbaru, 2011 dan Disdik Kota Pekanbaru 2012 Untuk memperbesar rasio guru layak mengjar D3 dan S1 maka diupayakan untuk peningkatan jenjang pendidikan guru melalui pendidikan tinggi baik di Universitas Negeri dan Swasta secara formal maupun melalui pendidikan Universitas Terbuka baik memakai kurikulum campuran (blanded pedagogy) maupun yang relatif full berbasis online. 2.3.1.2. Kesehatan Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan dapat dilihat dari beberapa aspek, antara lain: Rasio Posyandu per Satuan Balita; Rasio Puskesmas, Poliklinik, Pustu per Satuan Penduduk; Rasio Rumah Sakit per Satuan Penduduk; Rasio Dokter per Satuan Penduduk; Rasio Tenaga Medis per satuan Penduduk; Cakupan Komplikasi Kebidanan yang Ditangani; Cakupan Kelurahan UCI; Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA; Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD; Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin; Cakupan Kunjungan Bayi; Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas. Berikut ini disampaikan beberapa indikator kinerja utama pembangunan bidang kesehatan Kota Pekanbaru pada periode 2007-2011. a. Rasio Posyandu per-Satuan Balita

Rasio Posyandu per-Satuan Balita merupakan jumlah posyandu untuk setiap 1000 orang balita. Tabel 2.36 menunjukkan bahwa rasio jumlah posyandu per1000 orang balita pada periode 2007-2011 adalah di atas 5 buah. Jumlah posyandu selalu bertambah dari 573 buah pada tahun 2007 menjadi 602 buah pada tahun 2011. Penambahan jumlah posyandu dimaksudkan untuk mengantisipasi pertambahan jumlah bayi dari tahun ke tahun, dan ini cukup efektif sehingga persentase jumlah posyandu dapat dipertahankan di atas 5 per1000 balita. Tabel 2.37 memperlihatkan jumlah posyandu dan balita serta rasionya untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun 2011. Tabel 2.36 Jumlah Posyandu dan Balita Kota Pekanbaru Tahun 2007 s.d 2011
No 1 2 3 Uraian Jumlah Posyandu Jumlah Balita Rasio 2007 573 103.372 5,54 2008 584 112.083 5,21 2009 584 111.860 5,22 2010 598 107.963 5,54 2011 602 111.725 5,39

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 II - 31 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.37 Jumlah Posyandu dan Balita Menurut Kecamatan Tahun 2011 Kota Pekanbaru
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Bukit Raya Marpoyan Damai Tampan Sukajadi Pekanbaru Kota Sail Lima Puluh Tenayan Raya Senapelan Rumbai Pesisir Rumbai Payung Sekaki Pekanbaru Jumlah Posyandu 57 72 67 54 34 24 30 82 40 64 42 36 602 Jumlah Balita 11.439 15.643 21.113 5.871 3.119 2.668 5.144 15.326 4.534 8.051 8.042 10.775 111.725 Rasio 4,98 4,60 3,17 9,20 10,90 9,00 5,83 5,35 8,82 7,95 5,22 3,34 5,39

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 b. Rasio Puskesmas, Poliklinik dan Pustu per-Satuan Penduduk Rasio puskesmas, poliklinik dan pustu persatuan penduduk adalah ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu untuk setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.38 memperlihatkan rasio puskesmas, poliklinik dan pustu pada tahun 2007-2011. Dapat dilihat bahwa rasio puskesmas, poliklinik dan pustu terhadap 1000 penduduk cenderung tetap, yaitu berturut-turut 0,02; 0,28 dan 0,04. Namun dengan bertambahnya penduduk setiap tahunnya, maka perlu menambah jumlah puskesmas, poliklinik dan pustu, paling tidak untuk mempertahankan rasio ketersediaannya persatuan penduduk. Tabel 2.39 memperlihatkan distribusi untuk setiap kecamatan pada 2011 masih belum merata. Rasio tersediaan poliklinik di Kecamatan Pekanbaru Kota memiliki rasio yang tinggi, sebesar 0,64 sedangkan Kecamatan Rumbai hanya 0,11. Ke depan perlu diupayakan agar rasio ketersediaan puskesmas, poliklinik dan pustu lebih merata untuk setiap kecamatan. Tabel 2.38 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No 1 2 3 4 5 6 7 Uraian Jumlah Puskesmas Jumlah Poliklinik Jumlah Pustu Jumlah Penduduk Rasio Puskesmas persatuan penduduk Rasio Poliklinik persatuan penduduk Rasio Pustu persatuan penduduk 2007 17 216 34 771.429 0,02 0,28 0,04 2008 19 225 32 799.213 0,02 0,28 0,04 2009 19 245 32 802.788 0,02 0,30 0,04 2010 19 254 33 897.768 0,02 0,28 0,04 2011 19 254 33 902.464 0,02 0,28 0,04

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 II - 32 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.39 Jumlah Puskesmas, Poliklinik dan Pustu Tahun 2011 Menurut Kecamatan Kota Pekanbaru
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Bukit Raya Marpoyan Damai Tampan Sukajadi Pku Kota Sail Lima Puluh Tenayan Raya Senapelan Rumbai Pesisir Rumbai Payung Sekaki Pekanbaru Jumlah Penduduk 92.395 126.355 170.543 47.420 25.193 21.550 41.549 123.799 36.625 65.036 64.961 87.038 902.464 Puskesmas Jumlah Rasio 1 0,01 2 0,02 3 0,02 2 0,04 1 0,04 1 0,05 1 0,02 2 0,02 1 0,03 2 0,03 3 0,05 1 0,01 19 0,02 Poliklinik Jumlah Rasio 47 0,50 26 0,21 35 0,21 21 0,44 16 0,64 5 0,23 9 0,22 30 0,24 9 0,25 17 0,26 7 0,11 32 0,37 254 0,28 Pustu Jumlah Rasio 3 0,03 4 0,03 2 0,01 1 0,02 1 0,04 2 0,09 4 0,10 5 0,04 2 0,05 5 0,08 2 0,03 2 0,02 33 0,04

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 c. Rasio Rumah Sakit per-Satuan Penduduk

Rasio rumah sakit per-satuan penduduk adalah ketersediaan rumah sakit setiap 1000 orang penduduk. Jumlah rumah sakit dan rasio ketersediaanya per1000 penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai 2011 diperlihatkan pada Tabel 2.40. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah rumah sakit di Kota Pekanbaru setiap tahunnya bertambah (dari 14 unit pada tahun 2007 menjadi 22 unit pada tahun 2011). Penambahan jumlah rumah sakit ini seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk, sehingga rasio rumah sakit terhadap 1000 orang penduduk selalu tetap, yaitu sebesar 0,02 pada tahun 2007 s.d 2011. Tabel 2.40 Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No 1 2 3 Uraian Jumlah Rumah Sakit Jumlah Penduduk Rasio 2007 2008 2009 2010 2011 14 16 18 21 22 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464 0,02 0,02 0,02 0,02 0,02

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 Tabel 2.41 memperlihatkan jumlah dan rasio ketersediaan rumah sakit untuk setiap kecamatan di Kota Pekanbaru pada tahun 2011. Dapat dilihat dari tabel tersebut bahwa distribusi rumah sakit di Pekanbaru untuk setiap kecamatan masih belum merata. Masih ada 4 kecamatan (Lima Puluh, Tenayan Raya, Rumbai dan Rumbai Pesisir) yang belum memiliki rumah sakit. Begitu juga rasio yang sangat kecil (sebesar 0,006 hanya ada 1 rumah sakit untuk kecamatan Tampan), menunjukkan bahwa di kecamatan Tampan perlu penambahan rumah sakit untuk melayani penduduk yang berjumlah lebih dari 170 ribu jiwa. Untuk itu, pembangunan rumah sakit di 5 kecamatan tersebut layak dilakukan, demi II - 33 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

optimalnya layanan kesehatan bagi masyarakat.Sedangkan untuk kecamatan Sail dan Pekanbaru Kota, dengan rasio di atas 0,1; menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 1 buah rumah sakita untuk setiap 10.000 penduduk di dua kecamatan tersebut. Tabel 2.41 Jumlah Rumah Sakit per-Satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Bukit Raya Marpoyan Damai Tampan Sukajadi Pekanbaru Kota Sail Lima Puluh Tenayan Raya Senapelan Rumbai Pesisir Rumbai Payung Sekaki Pekanbaru Jumlah Rumah Sakit 1 6 1 4 3 4 0 0 1 0 0 2 22 Jumlah Penduduk 92.395 126.355 170.543 47.420 25.193 21.550 41.549 123.799 36.625 65.036 64.961 87.038 902.464 Rasio 0,01 0,05 0,006 0,08 0,12 0,19 0 0 0,03 0 0 0,02 0,02

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 d. Rasio Dokter per-Satuan Penduduk Rasio dokter per-satuan penduduk menunjukkan jumlah ketersediaan dokter untuk setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.42 menunjukkan jumlah dokter dan rasio ketersediaanya per-1000 penduduk di Kota Pekanbaru dari Tahun 2007 sampai 2011. Pada tabel tersebut dapat dilihat bahwa jumlah dokter dan rasio dokter dari tahun ke tahun meningkat. Pada tahun 2007, jumlah dokter dim Kota Pekanbaru sebanyak 570 orang, meningkat menjadi 979 orang pada tahun 2011. Sedangkan rasio ketersediaan dokter per-1000 orang penduduk juga meningkat dari 0,7 pada tahun 2007 menjadi 1,1 pada tahun 2011. Artinya pad tahun 2011, terdapat lebih dari 1 orang dokter untuk setiap 1000 orang penduduk. Distribusi dokter per-kecamatan di Pekanbaru pada tahun 2011 diperlihatkan pada Tabel 2.43. Dari tabel tersebut terlihat bahwa jumlah dokter per-1000 penduduk tidak merata antar kecamatan. Misalnya di Kecamatan Kota, dengan rasio sebesar 7,1, menunjukkan bahwa terdapat lebih dari 7 orang dokter untuk setiap 1000 orang penduduk di Kecamatan Pekanbaru Kota; sedangkan di Kecamatan Tenayan Raya, hanya ada sekitar 1 orang dokter untuk 10.000 orang. Tabel 2.42 Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011 Kota Pekanbaru
No 1 2 3 Uraian Jumlah Dokter Jumlah Penduduk Rasio 2007 2008 2009 2010 2011 570 680 695 979 979 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464 0,7 0,9 0,9 1,1 1,1

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 II - 34 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.43 Jumlah Dokter per-Satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No
1

Kecamatan
2

Jumlah Dokter
3

Jumlah Penduduk
4

Rasio
5

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13

Bukit Raya Marpoyan Damai Tampan Sukajadi Pekanbaru Kota Sail Lima Puluh Tenayan Raya Senapelan Rumbai Pesisir Rumbai Payung Sekaki Pekanbaru

99 68 83 151 179 48 99 14 93 45 18 82 979

92.395 126.355 170.543 47.420 25.193 21.550 41.549 123.799 36.625 65.036 64.961 87.038 902.464

1,1 0,5 0,5 3,2 7,1 2,2 2,4 0,1 2,5 0,7 0,3 0,9 1,1

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 e. Rasio Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Rasio tenaga medis per-satuan penduduk adalah menunjukkan jumlah ketersediaan tenaga medis bagi setiap 1000 orang penduduk. Tabel 2.44 memperlihatkan bahwa baik jumlah maupun rasio ketersediaan tenaga medis di Kota Pekanbaru terhadap 1000 orang penduduk dari tahun 2007 sampai tahun 2011 mengalami perubahan (fluktuatif). Terutama sekali pada tahun 2010, jumlah tenaga medis yang tersedia hanya 1.215 orang (kurang dari separoh dari tahun sebelumnya). Sementara itu rasio ketersediaan tenaga medis per-1000 penduduk cenderung naik dari tahun 2007 (2,9) sampai tahun 2011 (3,4), kecuali tahun 2010 yang turun cukup drastis yang hanya sebesar 1,4. Tabel 2.44 Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2007 s.d 2011
No 1 2 3 Uraian Jumlah Tenaga Medis Jumlah Penduduk Rasio 2007 2008 2009 2010 2011 2.227 2.048 2.708 1.215 3.094 771.429 799.213 802.788 897.768 902.464 2,9 2,6 3,4 1,4 3,4

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 Tabel 2.45 menunjukkan jumlah dan rasio ketersediaan tenaga medis pada Tahun 2011 pada setiap kecamatan di Kota Pekanbaru.Pada tabel tersebut, terlihat bahwa distribusi tenaga medis kurang merata untuk setiap kecamatan. Dari tabel tersebut juga dapat terbaca bahwa pada 4 kecamatan (Tampan, Lima Puluh, Tenayan Raya dan Payung Sekaki), hanya ada kurang dari 2 orang tenaga medis untuk 1000 orang penduduk. Sedangkan pada 3 kecamatan (Pekanbaru Kota, Sail dan Senapelan), tersedia tenaga medis sekitar 10 orang atau lebih. Untuk 5 kecamatan lainnaya (Sukajadi, Rumbai, Rumbai Pesisir, Bukit Raya dan Marpoyan Damai), dengan rasio antara 2,4 sampai dengan 6,1 mengindikasikan bahwa tenaga medis yang tersedia pada tahun 2011 di kelima kecamatan tersebut berkisar antara 2 sampai 6 orang untuk setiap 1000 orang penduduknya. II - 35 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.45 Jumlah Tenaga Medis per-Satuan Penduduk Tahun 2011 Menurut Kecamatan - Kota Pekanbaru
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 Kecamatan Bukit Raya Marpoyan Damai Tampan Sukajadi Pekanbaru Kota Sail Lima Puluh Tenayan Raya Senapelan Rumbai Pesisir Rumbai Payung Sekaki Pekanbaru Jumlah Tenaga Medis 568 300 250 157 250 257 75 200 357 330 225 125 3094 Jumlah Penduduk 92.395 126.355 170.543 47.420 25.193 21.550 41.549 123.799 36.625 65.036 64.961 87.038 902.464 Rasio 6,1 2,4 1,5 3,3 9,9 11,9 1,8 1,6 9,7 5,1 3,5 1,4 3,4

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 f. Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar

Indikator kinerja pembangunan bidang kesehatan pemerintah Kota Pekanbaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011 untuk pelayanan kesehatan dasar ditunjukkan oleh capaian indikator, seperti: Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD, Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin, Cakupan Kunjungan Bayi, Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas. Tabel 2.46 menunjukkan capaian pelayanan kesehatan dasar beserta pembandingnya (Standar Pelayanan Minimum Nasional disertai dengan target waktu pencapaiannya). Terlihat bahwa sedikitnya ada 3 indikator (Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani, Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan, Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD)yang telah melampaui SPM Nasional. Untuk 3 indikator ini diperlukan konsistensi, agar dapat mempertahankan prestasi ini. Sedangkan 2 indikator dengan prosentase yang masih rendah dan jauh di bawah SPM (Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA dan Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin), masih memerlukan usaha yang keras untuk mencapai nilai SPM. Untuk 3 indikator kinerja (Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan, Cakupan Kelurahan UCI dan Cakupan Kunjungan Bayi), diperlukan konsistensi untuk mencapai dan mempertahankan kinerjanya. Dua indikator lain (Cakupan Puskesmas dan Cakupan Pembantu Puskesmas) tidak memiliki indikator pembandingnya (SPM), namun menunjukkan angka persentase yang tinggi (di atas 100% untuk cakupan Puskesmas).

II - 36 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.46 Persentase Capaian Pelayanan Kesehatan Dasar Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011
No 1 2 Uraian Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan Kelurahan UCI Cakupan Balita Gizi Buruk Mendapat Perawatan Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit TBC BTA Cakupan Penemuan dan Penanganan Penderita Penyakit DBD Cakupan Pelayanan Kesehatan Rujukan Pasien Masyarakat Miskin Cakupan Kunjungan Bayi Cakupan Puskesmas Cakupan Pembantu Puskesmas 2007 31,16 2008 49,07 2009 100 2010 100 2011 100 SPM 80 (2015) 90 (2015) 100 (2010) 100 (2010) 100 (2010) 100 (2010) 100 (2015) 90 (2010)

96,23

90,33

85,66

85,55

78,60

3 4 5

100 100 25,76

96,55 100 23,38

55 100 20,09

84,48 100 31,81

94,83 100 33,87

100

100

100

100

100

6,2

12

17,64

8 9 10

81,06 141,7 58,62

141,1 158,3 55,17

96,39 158,3 55,17

94,73 158 55,17

80,05 167 56,9

Sumber: Dinas Kesehatan Pekanbaru, 2012 2.3.1.3. Kependudukan dan Catatan Sipil a. Pengelompokan Penduduk Berdasar Jenis Kelamin dan Umur

Tabel 2.47 dan Tabel 2.48 menampilkan jumlah penduduk Kota Pekanbaru berjenis kelamin laki-laki dan perempuan berdasarkan kelompok umur dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Dari kedua tabel tersebut terlihat bahwa jumlah penduduk Kota Pekanbaru didominasi oleh penduduk berusia muda (0-14 tahun) dan usia produktif (15-39 tahun). Tabel 2.48 memperlihatkan bahwa untuk usia muda (0-14 tahun), jumlah penduduk laki-laki cenderung naik dari tahun 2007 sampai 2010, kecuali pada tahun 2008, untuk kelompok umur 0-4 tahun dan 1014 yang sempat turun sedikit. Pada kelompik umur produktif (15-64 tahun), jumlah penduduk laki-laki juga cenderung selalu bertambah dari tahun 2007 sampai 2010, kecuali pada tahun 2008, untuk kelompok umur 25-29 tahun dan 50-54 tahun sedikit turun; juga pada tahun 2009, untuk kelompok umur 20-24 tahun, 30-34 tahun, 35-39 tahun dan 40-44 tahun juga sedikit menurun dari tahun sebelumnya.Selanjutnya, penduduk laki-laki pada kelompok usia di atas 44 tahun cenderung stabil jumlahnya dari tahun 2007 sampai 2010.

II - 37 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.47 Jumlah Penduduk Laki-laki Berdasarkan Umur Tahun 2007-2010 Kota Pekanbaru
Kelompok Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ 2007 46.641 36.813 39.270 31.900 44.730 41.180 31.900 30.535 22.618 22.891 18.290 9.554 5.460 4.368 1.365 2.457 2008 42.864 38.719 30.796 35.370 48.668 39.037 38.562 34.832 29.201 22.660 15.120 9.026 6.469 4.481 3.022 1.678 2009 48.145 40.309 34.332 37.078 45.560 41.844 35.228 31.625 24.840 22.670 17.796 9.896 6.220 3.877 1.935 2.545 2010 50.203 45.497 40.389 42.238 52.730 48.251 42.169 36.970 29.971 23.619 17.267 11.415 6.295 4.564 2.687 2.121

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Pada tabel 2.48 di bawah terlihat bahwa jumlah penduduk berjenis kelamin perempuan didominasi oleh kelompok umur muda sampai usia pertengahandewasa (0-44 tahun). Tidak seperti penduduk laki-laki, penduduk perempuan jumlahnya cenderung cukup stabil (bertambah hanya sedikit) dari tahun 2007 sampai 2010, dengan kenaikan dan penurunannya fluktuatif pada angka yang tidak terlalu signifikan. Pada kelompok usia lebih tinggi (45-75+ tahun), jumlah perempuan lebih stabil. Tabel 2.48 Jumlah Penduduk Perempuan Berdasarkan Umur Tahun 2007-2010 Kota Pekanbaru
Kelompok Umur 0-4 5-9 10-14 15-19 20-24 25-29 30-34 35-39 40-44 45-49 50-54 55-59 60-64 65-69 70-74 75+ 2007 44.725 38.057 30.258 41.917 44.140 40.007 35.561 31.116 25.540 17.508 15.558 9.163 6.395 3.314 2.223 4.445 2008 39.978 38.471 33.699 36.359 51.701 40.670 45.107 37.401 23.209 18.382 12.071 8.656 5.391 3.969 1.434 2.210 2009 47.707 38.931 32.190 38.892 45.154 40.926 36.379 31.831 25.728 20.093 15.916 9.374 6.542 3.391 2.194 3.640 2010 46.430 42.601 38.167 44.215 55.302 48.177 40.453 34.475 27.604 21.192 15.340 10.263 6.016 4.658 3.093 3.396

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 II - 38 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

b. Rasio Penduduk ber-KTP per-Satuan Penduduk Tabel 2.49 di bawah ini memperlihatkan rasio penduduk yang memiliki KTP terhadap penduduk usia di atas 17 tahun atau yang telah menikah. Dari data tersebut terlihat bahwa kesadaran kepemilikan KTP semakin besar, dilihat dari prosentase kepemilikan KTP yang selalu meningkat dari tahun 2007 sampai tahun 2011. Kenaikan kepemilikan KTP begitu signifikan: dari 39,42%pada tahun 2007 menjadi 83,54% dalam 5 tahun berikutnya. Walaupun jumlah penduduk setiap tahun selalu bertambah, namun kinerja Pemerintah Kota Pekanbaru dalam kepemilikan KTP telah cukup berhasil, sehingga kepemilikan KTP. Kenyataan ini juga memperlihatkan keberhasilan pemerintah daerah memberikan sosialisasi dan penyuluhan tentang pentingnya KTP kepada masyarakat. Namun demikian, diharapkan ke depan, agar setiap penduduk wajib KTP harus memiliki KTP. Tabel 2.49 Rasio Penduduk ber-KTP per-Satuan Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011
No 1 2 3 Uraian Penduduk ber-KTP Penduduk usia >17 th/menikah Rasio penduduk ber-KTP 2007 57.010 144.616 39,42% 2008 181.058 365.714 49,51% 2009 264.067 464.421 56,86% 2010 378.247 557.841 67,81% 2011 529.616 633.074 83,54%

Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012 c. Rasio Pasangan Berakte Nikah

Rasio pasngan nikah ber-akte nikah adalah perbandingan jumlah pasangan nikah yang memiliki akte nikah dengan jumlah pasngan nikah keseluruhan. Berdasarkan data Tabel 2.50 di bawah ini, dapat dilihat bahwa rasio kjepemilikan akte nikah oleh pasangan nikah masih sangat minim (di bawah 30%), bahkan cenderung menurun setiap tahunnya. Kenyataan ini memperlihatkan masih kurang optimalnya kinerja pemerintah daerah dalam memberikan sosialisasi dan penyuluhan akan pentingnya kemepilikan akte nikah dan pentingnya tertib administrasi. Untuk itu, sangat diperlukan upaya keras bagi pemerintah kota Pekanbaru, terutama Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil dalam memberikan sosialisasi, penyuluhan dan kegiatan lain agar penduduk Pekanbaru mengurus akte nikah ketika mereka menikah. Tabel 2.50 Rasio Pasangan Nikah ber-Akte Nikah Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011
No 1 2 3 Uraian Jumlah pasangan nikah berakte nikah Jumlah pasangan nikah Rasio pasangan nikah ber-akte nikah 2007 34.440 88.361 38,98% 2008 69.905 222.594 31,40% 2009 83.876 282.034 29,74% 2010 101.036 338.331 29,86% 2011 108.716 381.782 28,48%

Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012 II - 39 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

d. Kepemilikan KTP Rasio Kepemilikan KTP adalah perbandingan jumlah penduduk yang memilki KTP dengan jumlah penduduk yang wajib memiliki KTP. Dari tabel 2.51 di bawah ini, terlihat bahwa prosentase/rasio kepemilikan KTP naik signifikan dari tahun 2007 ke 2011 (dari 48,37% menjadi 101,59%). Pemerintah Kota Pekanbaru sudah berhasil menyadarkan masyarakat untuk memiliki KTP. Prestasi ini harus dapat dipertahankan untuk waktu-waktu ke depan, apalagi sejak tahun 2012 ini sudah diberlakukan KTP Nasional (e-KTP). Tabel 2.51 Rasio Kepemilikan KTP Penduduk Kota Pekanbaru Tahun 2007-2011
No 1 2 3 Uraian Jumlah penduduk ber-KTP Jumlah penduduk wajib KTP Rasio kepemilikan KTP 2007 57.010 117.866 48,37% 2008 181.058 300.006 60,35% 2009 264.067 383.797 68,80% 2010 378.247 460.009 82,22% 2011 529.616 521.285 101,59%

Sumber: Disdukcapil Kota Pekanbaru, 2012 2.3.1.4. Sosial Urusan sosial harus merupakan salah satu fokus pembangunan, karena penyelenggaraannya pada hakikatnya adalah pembangunan sumber daya manusia demi untuk terciptanya lingkungan sosial yang sehat dan dinamis, yang akan berefek kepada meningkatnya kesejahteraan sosial masyarakat secara umum. Di kota Pekanbaru gambaran penyelenggaraan urusan sosial bisa dilihat pada tindakan penanganan terhadap penyandang masalah kesejahteraan sosial (PMKS), serta tingkat ketersediaan rumah ibadah dan sarana prasarana sosial lainnya. a. Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS)

Salah satu indikator yang dijadikan untuk mengukur tingkat kesejahteraan sosial masyarakat adalah penduduk penyandang masalah sosial. PMKS adalah penduduk yang dikelompokkan sebagai penduduk rawan sosial. Ada 22 jenis PMKS di kota Pekanbaru yang secara rinci dijelaskan pada tabel berikut: Tabel 2.52 Jenis dan Jumlah Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial (PMKS) di Kota Pekanbaru 2006-2010
N o 1 2 3 4 5 6 7 8 Jenis PMKS Anak Balita Terlantar Anak Terlantar Anak Nakal Anak jalanan Wanita Rawan Sosial Ekonomi Korban tindak Kekerasan Lanjut Usia Terlantar Penyandang Cacat Satuan Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa 2006 27 5,640 157 450 1,980 79 412 628 2007 27 5,255 580 450 1,980 110 412 628 2008 30 5,140 580 450 1,980 210 412 628 2009 35 4,865 189 450 1,980 349 412 628 2010 37 4,545 210 450 2,000 789 382 1031

II - 40 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

N o 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20

Jenis PMKS Tuna Susila Pengemis/gelandangan Bekas warga binaan LP Korban Peny alah gunaan Nafza Keluarga Fakir Miskin Keluarga rumah tak layak huni Masarakat tinggal di daerah rawan bencana Korban Ben cana Alam Pekerja mi gran berma salah sosial Orang dengan HIV/AIDS Keluarga Rentan SE J. Panti Asuhan/anak PA

Satuan Jiwa Jiwa Jiwa Jiwa KK KK KK Jiwa Jiwa Jiwa KK Jiwa

2006 720 168 481 120 16,158 1,800 11,875 62,568 78 130 15/657

2007 689 134 871 120 17,400 1,800 11,875 62,568 78 113 16/742

2008 710 119 1,433 120 17,555 1,800 11,875 15,409 78 107 17/854

2009 425 106 484 120 17,555 1,800 11,875 14,617 78 169 17/926

2010 412 162 381 126 26,056 2,120 15,070 252 75 270 18/995

Sumber: Dinas Sosial, 2011 Berdasarkan tabel 2.52 PMKS untuk kasus anak terlantar, lanjut usia terlantar dan tuna susila terjadi tren menurun sedangkan kasus anak nakal, wanita rawan sosial ekonomi, korban tindak kekerasan, penyandang cacat, keluarga fakir miskin, keluarga rumah tak layak huni, masyakat tinggal di daerah rawan bencana dan orang dengan HIV terjadi peningkatan. Kajian yang berhubungan dengan PMKS masih perlu dilakukan untuk memetakan akar permasalahan sebenarnya, demi meningkatkan kesejahteraan sosial di Kota Pekanbaru. b. Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah Merupakan inti dan sasaran pembangunan itu sebagaimana yang tertuang dalam undang-undang dasar negara republik Indonesia 1945 adalah pembangunan manusia seutuhnya, lahir dan batin. Ibadah merupakan salah satu kunci untuk mewujudkan pembentukan manusia seutuhnya. Oleh karena itu sangat diperlukan sarana tempat ibadah demi untuk merealisasikan hal tersebut. Di bawah ini adalah tabel rasio ketersediaan tempat ibadah di kota Pekanbaru: Tabel 2.53 Rasio Ketersediaan Tempat Ibadah di Kota Pekanbaru (2006-2010)
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Sarana Ibadah Mesjid Penduduk Beragama Islam Rasio Mesjid-Pddk agama Islam Gereja Penduduk Katolik Penduduk Protestan Jumlah Pendidikan Kotolik + Protestan Rasio Gereja Penduduk (K + P) Pura Penduduk Agama Hindu Rasio Pura Penduduk Agama Hindu 2006 535 586900 1097 72 35777 40217 75994 1055 1 2258 2258 2007 531 593355 1117 62 36869 41385 78254 1262 1 2306 2306 Tahun 2008 569 600495 1055 66 38679 43746 82425 1248 1 2311 2311 2009 579 607281 1048 66 40446 45227 85673 1298 1 2320 2320 2010 588 614312 1044 92 44253 49766 94019 1021 1 2425 2425

II - 41 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

No 12 13 14 15 16 17 18 19

Sarana Ibadah Wihara Penduduk Agama Budha Rasio Wihara Penduduk Budha Jumlah Penduduk Rasio Mesjid Penduduk Rasio Gereja Penduduk Rasio Pura Penduduk Rasio Wihara Penduduk

2006 12 16262 1355 681414 1410 10478 754467 62872

2007 12 16582 1381 690497 1468 12579 779899 64991

Tahun 2008 13 17089 1314 702320 1404 12109 799213 61277

2009 13 17113 1316 712387 1386 12163 802788 61752

2010 17 21571 1268 732327 1537 9825 903902 53170

Sumber: Dinas Sosial Kota Pekanbaru 2011 c. Karang Taruna

Gambaran kondisi daerah yang berkaitan dengan keberadaan karang taruna di kota Pekanbaru dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.54 Jumlah dan Status Karang Taruna di Kota Pekanbaru
No 1 2 3 4 5 Status Karang Taruna Tumbuh Berkembang Maju Percontohan Jumlah 2006 2007 Tahun 2008 2009 2010

58 58 58 12 15 18 70 73 76 Sumber: Dinas Sosial dan Pemakaman Kota Pekanbaru, 2011

70 20 3 93

73 23 4 98

Terlihat dari tabel di atas terjadi trend pertumbuhan Karang Taruna dari tahun 2006 ke tahun 2010 sebesar 20% (atau rata-rata 4% per tahun), angka ini berbanding lurus dengan pertumbuhan penduduk 4% per tahun. Kualitas Karang Taruna kedepan perlu ditingkatkan statusnya menjadi Karang Taruna maju dan percontohan. 2.3.1.5. Kepemudaan dan Olahraga a. Organisasi Pemuda Organisasi pemuda adalah sekelompok pemuda yang berkerja sama dengan suatu perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Pembangunan kepemudaan merupakan bagian yang sangat urgen. Pemerintah kota pekanbaru telah melakukan upaya membangun generasi muda melalui berbagai kegiatan kepemudaan, seperti pendidikan pemuda yang produktif, kegiatan pemuda pelopor, penyelenggaraan upacara bendera, pasukan pengibar bendera. b. Organisasi Olahraga Yang dimaksud dengan organisasi olah raga adalah organisasi formal yang dibentuk oleh sekelompok masyarakat olahraga yang berkerjasama dengan suatu II - 42 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

perencanaan-perencanaan kerja dan peraturan-peraturan, demi mencapai suatu sasaran dan tujuan pembangunan dunia olah raga. c. Kegiatan Kepemudaan Banyaknya kegiatan kepemudaan yang terarah dan positif menunjukkan dan menggambarkan tingginya antusias dan semangat pemuda untuk berkontribusi dan berperan serta dalam pembangunan daerah. Tinggi dan beragamnya jumlah kegiatan kepemudaan tersebut merupakan salah satu indikator efektifitas keberadaan organisasi pemuda dalam penyelenggaraan pemerintah daerah. Salah satu bentuk kegiatan kepemudaan itu adalah kegiatan atau event kepemudaan yang diselenggarakan dalam bentuk pertandingan, perlombaan dan upacara serta kejadian atau peristiwa sejenis. Di kota Pekanbaru kegiatan kepemudaan tetap dilakukan secara rutin oleh organisasi kepemudaan, antara lain kegiatan rutin yang dilakukan oleh organisasi KONI, OKP-OKP, serta organisasi-organisasi kepemudaan lainnya, seperti kegiatan-kegiatan yang di taja oleh siswa sekolah menengah, atau mahasiswa di berbagai perguruan tinggi. d. Kegiatan Olahraga Tinggi dan banyaknya kegiatan olahraga merupakan indikator efektifitas keberadaan organisasi olah raga berperan dalam pembangunan pemerintahan daerah. Kegiatan olah raga yang dimaksud adalah kegiatan olah raga yang diselenggarakan oleh berbagai pihak, apakah itu pemerintah daerah, atau pihak swasta ataupun masyarakat secara umum. Kegiatan-kegiatan olahraga yang diselenggakan sangat beragam, diantaranya dalam bentuk pertandingan dan perlombaan dalam event-event tertentu. Banyaknya jumlah kegiatan olahraga yang dilaksanakan menunjukkan tingginya semangat dan antusias organisasiorganiswasi olahraga di kota untuk memberikan kontribusi serta peran serta dalam pembangunan daerah. Dalam usaha dan upaya untuk meningkatkan prestasi olahraga masyarakat, maka sepanjang tahun 2006-2010 pemerintah kota Pekanbaru melalui Dinas Pendidikan dan Olahraga secara rutin melakukan dan memperkarsai berbagai event-event olahraga dalam berbagai bentuk, diantaranya adalah dalam bentuk pekan olahraga antar sekolah, begitu pula pemerintah kota berupaya mengembangkan iklim keolahragaan masyarakat yang diselenggarakan oleh organisasi dari berbagai cabang olahraga yang ada di kota Pekanbaru. Disamping itu pemerintah kota juga berupaya untuk meningkatkan sarana dan prasarana olahraga yang dilaksanakan dalam bentuk pemberian bantuan kepada masyarakat. Pembianaan manajmen organisasi olahraga juga suatu hal yang terus menerus dilakukan oleh pemerintah kota Pekanbaru. 2.3.1.6. Kesatuan Bangsa dan Politik Dalam Negeri Penyelenggaraan urusan kesatuan bangsa dan politik dalam negeri di kota Pekanbaru secara umum tergambar dan dapat dilihat dari rasio jumlah polisi pamong praja per 10.000 penduduk, rasio jumlah linmas per 10.000 penduduk, dan juga rasio siskamling per jumlah kelurahan sekota Pekanbaru.

II - 43 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

a.

Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk

Dalam upaya untuk memaksimalkan pelaksanaan kamtibmas di kota Pekanbaru Satuan Polisi Pamong Praja selama ini telah menunjukkan perannnya. Efektif atau tidaknya peran tersebut sangat tergantung kepada tingkat kesadaran masyarakat untuk menjaga kamtibmas di lingkungan masing-masing. Selain itu juga dipengaruhi dan ditentukan oleh keberadaan Satpol PP. Di kota Pekanbaru rasio jumlah Satpol PP terhadap jumlah penduduk dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 2.55 Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja Kota Pekanbaru per 10.000 Penduduk Tahun2006-2010
No 1 2 3 Uraian Jumlah Polisi Pamong Praja Jumlah Penduduk Rasio Jumlah Polisi Pamong Praja per 10.000 Penduduk Tahun 2006 2007 2008 2009 196 195 195 195 754.467 779.899 799.213 802.788 2 2 2 2 2010 190 897.768 2

Sumber: BPS kota Pekanbaru, 2011 Dari tabel diatas terlihat bahwa rasio Satpol PP di kota Pekanbaru agak fluktuatif, malahan pada tahun 2010 menunjukkan penurunan, disamping itu di tahun yang sama peningkatan jumlah penduduk naik sangat drastis. Ini secara otomatis membuat beban kerja untuk setiap personil yang tergabung dalam Satpol PP semakin meningkat dan bertambah, karena laju pertumbuhan penduduk jauh lebih cepat dibandingkan kemampuan daerah menambah dan meningkatkan jumlah personil Satpol PP setiap tahunnya. Melihat kondisi di atas, maka untuk memantapkan penyelenggaraan kamtibmas di kota Pekanbaru pemerintah harus serius dalam mengupayakan peningkatan personil Satpol PP, baik secara kuantitas dan juga kualitas, apalagi mengingat kota Pekanbaru dibandingkan kota-kota lainnya termasuk kota yang sangat laju pertumbuhan penduduknya. Disamping itu melakukan upaya yang optimal untuk meningkatkan kesadaran semua komponen masyarakat agar berpartisipasi dan berperan aktif dalam mewujudkan dan merealisasikan kondisi kamtibmas yang diharapkan, khususnya melalui kesadaran dalam penegakan aturan-aturan dan regulasi yang telah ditetapkan. b. Rasio Jumlah Linmas per 10.000 Penduduk Rasio jumlah petugas perlindungan masyarakat (linmas) dapat menggambarkan indikator kapasitas seluruh komponen pemerintah dan masyarakat daerah dalam menjaga ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat, mengingat petugas linmas merupakan satuan yang memiliki tugas dan amanah untuk memelihara dan menjaga ketentraman dan ketertiban masyarakat secara umum. Gambaran rasio linmas per 10.000 penduduk di kota Pekanbaru terdapat pada tabel berikut:

II - 44 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.56 Rasio Jumlah Linmas di Kota Pekanbaru per 10.000 Penduduk (2006-2010)
No 1 2 3 Uraian Jumlah Linmas Jumlah Penduduk Rasio Jumlah Linmas per 10.000 Penduduk 2006 2007 Tahun 2008 2009 2010

40 3.153 2.374 3.604 754.467 779.899 799.213 802.788 0,53 40,43 29,70 44,89

3.506 903.902 38,79

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Dari table di atas terlihat rasio Limas di Pekanbaru relative fluktuatis, pada tahun 2006 jumlah Limas sangat minim (rasio 0,53) yang berarti setiap 19.000 penduduk dilayani 1 petugas Limas (rasio ideal 1:1.000 penduduk). Sedangkan pada tahun-tahun berikut nya rasionya mengkat drastis menjadi 247 orang per 10.000 penduduk (2007), 336 (2008) dan 263 (2010). c. Rasio Pos Siskamling Per Jumlah Kelurahan (2006-2010) Ketersediaan Pos siskamling per kelurahan dapat memberi gambaran rasio pos siskamling pada setiap kelurahan. Semakin tinggi rasio pos siskamling berarti semakin tinggi pula kapasitas, partisipasi dan peran serta seluruh komponen masyarakat dalam menyiapkan fasilitas penunjang untuk menjamin terjaga dan terpeliharanya ketertiban dan keamanan di tengah-tengah masyarakat secara umum. Di bawah ini adalah tabel rasio pos siskamling per kelurahan. Tabel 2.57 Rasio Jumlah Pos Siskamling di Kota Pekanbaru (2006-2010)
No 1 2 3 Uraian Jumlah Pos Siskamling Jumlah Desa/kelurahan Rasio Jumlah Pos Siskamling per Kelurahan 2006 2007 Tahun 2008 2009 2010

717 58 12,4

717 58 12,4

717 58 12,4

689 58 11,9

696 58 12

Sumber : Badan Kesbangpol Linmas Kota Pekanbaru, 2011 Dari tabel di atas diketahui bahwa dalam periode tahun 2006-2010, rata-rata di kota Pekanbaru setiap kelurahan mempunyai pos siskamling sebanyak 12 Unit. 2.3.1.7. Ketenagakerjaan Indikator kinerja bidang ketenagakerjaan meliputi: Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar, Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan, Persentase Pencari Kerja yang Ditempatkan, dan Tingkat Pengangguran. Tabel 2.58 menunjukkan jumlah pencari kerja yang terdaftar menurut tingkat pendidikan pada tahuhn 20062011 di Kota Pekanbaru. Dari data tersebut terlihat bahwa pencari kerja didominasi oleh mereka berlatar belakang pendidikan SMA/sederajat dan sarjana. Perkembangan jumlah pencari kerja yang terdaftar cenderung fluktuatif.

II - 45 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.58 Jumlah Pencari Kerja yang Terdaftar Menurut Tingkat Pendidikan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2011
No 1 2 3 4 5 6 Pendidikan SD & yang sederajat SMP & yang sederajat SMA & yang sederajat D1/D2 D3 / Sarjana Muda Sarjana Jumlah 2006 210 371 10.728 360 2.750 7.732 22.151 2007 44 178 7.763 177 2.488 5.285 15.935 2008 15 61 9.522 197 5.735 8.677 24.207 2009 20 75 10.903 458 5.439 7.429 24.324 2010 27 52 7.314 850 2.695 4.994 15.932 2011 8 15 2.667 324 987 1.160 5.161

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012 Tabel 2.59 di bawah ini memperlihatkan jumlah pencari kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat pendidikan di Kota Pekanbaru pada tahun 2006 sampai tahun 2011. Seperti juga pencari kerja yang terdaftar, maka pencari kerja yang ditempatkan juga didominasi oleh tamatan SMA/sederajat dan sarjana. Sedangkan dari tahun 2006 sampai 2011 kecenderungan jumlah tenaga kerja yang ditemapatkan selalu bertambah. Tabel 2.59 Jumlah Pencari Kerja yang Ditempatkan Menurut Tingkat Pendidikan Kota Pekanbaru - Tahun 2006-2011
No 1 2 3 4 5 6 Pendidikan SD & yang sederajat SMP & yang sederajat SMA & yang sederajat D1/D2 D3 / Sarjana Muda Sarjana Jumlah 2006 129 277 367 1 93 181 1.048 2007 21 37 855 3 10 310 1.236 2008 0 0 1.088 86 792 831 2.797 2009 0 0 1.387 828 629 2.844 2010 0 0 1.197 86 347 315 1.948 2011 0 0 419 17 957 828 2.231

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012 Persentase pencari kerja yang telah ditempatkan ditampilkan pada Tabel 2.60 di bawah ini. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa persentase penempatan tenaga kerja selalu meningkat dari tahun 2005 sampai tahun 2011, dari angka 5% pada tahun 2005 menjadi 43,23% pada tahun 2011. Tabel 2.60 Jumlah Pencari Kerja Terdaftar dan yang Ditempatkan Kota Pekanbaru - Tahun 2005-2011
No 1 2 3 4 5 6 7 Tahun 2005 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Terdaftar 23.914 22.151 15.935 24.207 24.324 15.932 5.161 Penempatan/Terserap 1.209 1.048 1.236 2.797 2.844 1.948 2.231 Persentase (%) 5,05 4,72 7,76 11,55 11,69 12,23 43,23

Sumber: Dinas Tenaga Kerja Pekanbaru, 2012 II - 46 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Jumlah pengangguran dan tenaga kerja yang bekerja di Kota Perkanbaru ditampilkan pada Tabel 2.61. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa tingkat pengangguran trend nya menurun dari tahun 2008 (14,24) sampai 2011 (9,33). Trend positif ini mesti terus dijaga sampai tingkat pengangguran menjadi seminimal mungkin. Tabel 2.61 Tingkat Pengangguran Kota Pekanbaru - Tahun 2008-2011
No 1 2 3 4 Tahun Penduduk 2008 2009 2010 2011 799.213 802.788 897.768 903.464 Angkatan Kerja ( < 15 Tahun) Laki-laki Perempuan Jumlah 203.983 109.530 313.513 208.325 256.789 115.047 178.814 323.372 435.603 421.532 Bekerja Pengangguran Tingkat Terbuka Pengangguran 268.861 44.652 14,24 284.463 391.047 382.185 38.909 44.556 39.347 12,03 10,23 9,33

Sumber: BPS Provinsi Riau, 2011

2.3.2. Fokus layanan Urusan Pilihan 2.3.2.1. Pertanian


Kinerja pembangunan pada pelayanan urusan pertanian terlihat pada beberapa indikator kinerja sebagaimana Gambar 2.12 berikut.

Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.12 Kondisi Pertanian Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010

2.3.2.2. Perikanan Pembangunan pada pelayanan urusan Perikanan dititikberatkan pada perikanan peliharaan kolam.Beberapa kinerja bidang perikanan ditunjukkan pada Gambar 2.13.

II - 47 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru,2011 Gambar 2.13 Capaian Kinerja Urusan PerikananKota Pekanbaru 2006-2010 Berdasarkan gambar 2.13 diatas, maka terjadi peningkatan produksi selama lima tahun sebesar rata-rata 25 % pertahun sementara itu perkembangan konsumsi ikan masyarakat juga terjadi peningkatan sebesar rata-rata 25 % pertahun di kota Pekanbaru. Gambar 2.14 berikut menjelaskan semakin meningkatnya produksi ikan peliharaan di Pekanaru dari tahun 2007 sampai tahun 2011.

Sumber:Dinas Pertanian Kota Pekanbaru, 2012 Gambar 2.14 Kelompok Nelayan Binaan Kota Pekanbaru tahun 2007-2011

II - 48 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.4. ASPEK DAYA SAING DAERAH 2.4.1. Fokus Ekonomi Daerah


2.4.1.1. Iklim Investasi Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$. Nilai ini naik 0,88% (3 juta US$) dibandingkan tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$. Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$.Permasalahan masa akan datang adalah ketersediaan dan dana pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan. 2.4.1.2. Perkembangan Perdagangan Dalam hal ini fokus tinjauan diarahakan pada perkembangan perdagangan luar negeri baik ekspor maupun impor di Pekanbaru. Selama tahun 2009 realisasi nilai ekspor Kota Pekanbaru mencapai sekitar 40 juta US$, nilai ini naik 0,88 % (3 juta US$) dibandingkan tahun 2008 yaitu 37 juta US$. Terjadi lonjakan yang signifikan terhadap ekspor ditahun 2010 menjadi 108 juta US$. Sedangkan nilai impor pada tahun 2009 mencapai 66 juta US$, dan turun 19 % ada tahun 2008 sebesar 82 juta US$. Namun terjadi peningkatan yang signifikan ditahun 2010 menjadi 108 juta US$. Perkembangang nilai perdagangannya (baik ekspor mupun impor) Kota Pekanbaru cendrung fluktuatif namun di akhir tahun 2009 sampai tahun 2010 terjadi kenaikan baik nilai volume ekspor (sekitar 30%) maupun impor (hampir 300%).
120,000,000.00 100,000,000.00
volume (US$)

80,000,000.00 60,000,000.00 40,000,000.00 20,000,000.00 EKSPOR FOB IMPOR CIF

2006

2007

2008

2009

2010

EKSPOR FOB 59,957,073. 43,113,114. 36,970,677. 39,774,044. 107,610,455 IMPOR CIF 70,299,497. 69,919,098. 81,767,676. 66,071,578. 107,948,065 tahun

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011 Gambar 2.15 Perkembangan perdagangan Kota Pekanbaru 2006-1020 II - 49 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Walaupun dari segi nilai ekspor dan impor relatif seimbang, namun terjadi lonjakan prosentase nilai kenaikan impor melebihi ekspor. Ini menandakan masih perlu digali kemampuan ekspor komoditi perdagangan Kota Pekanbaru untuk menyeimbangkan kenaikan prosentase impornya. Permasalahan yang mendesak saat ini datang adalah terbatasanya aksespendanaan pembangunan daerah untuk menyediakan infrastruktur jalan, listrik, air bersih dan sistem komunikasi dalam jangka pendek untuk menarik investasi potensial dimasa depan. 2.4.1.3. Perindustrian Terjadi penurunan jumlah (unit) industri besar dan sedang (sekitar 20%) selaras dengan penurunan jumlah pekerja dan karyawannya. Kondisi terparah adalah pada kondisi industri besar dimana terjadi penurunan karyawan sampai 50% (dari 6000 orang sampai 3000 orang dalam periode 3 tahun, 2007-2010).
30 25 20
unit

15 10 5 0 INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG 2006 2007 13 24 2008 11 25 tahun 2009 11 25 2010 7 18

INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011 Gambar 2.16 Perkembangan jumlah industri di Kota Pekanbaru 2006-2010

7000
tenaga kerja (orang)

6000 5000 4000 3000 2000 1000 0 INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG 2006 2007 5795 887 2008 4274 954 tahun 2009 4274 954 2010 2932 680 INDUSTRI BESAR INDUSTRI SEDANG

Sumber: Dinas Industri dan Perdagangan Pekanbaru, 2011 Gambar 2.17 Perkembangan jumlah pekerja industri di Pekanbaru 2006-2010 II - 50 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Perlu dicermati faktor-faktor apa yang mengakibatkan hal ini terjadi, bagaimana menanggulanginya dalam tataran kebijakan, regulasi dan fasilitas infrastruktur dasar yang perludisiapkan agar iklim usaha di Kota Pekanbaru dapat menggairahkan bagi industri besar dan sedang.

2.4.2. Fokus Fasilitas Wilayah dan Infrastruktur


Pembangunan infrastruktur merupakan salah satu sektor pembangunan yang paling dibutuhkan di Kota Pekanbaru karena ada banyak ketergantungan pengembangan ekonomi, sosial dan pendidikan dengan pembangunan infrastruktur itu sendiri. Menurut studi yang dilakukan oleh Danareksa, setiap pembangunan infrastruktur jalan sepanjang 100 kilometer akan memberikan tambahan 0,20 persen terhadap pertumbuhan ekonomi wilayah, dan menciptakan 69.000 lapangan kerja baru (Purbayu dan Edwin S, 2004 dalam Sudaryadi). Penyediaan infrastruktur dasar yang merata diseluruh wilayah Kota merupakan hal mutlak untuk mewujudkan kota Metropolitan yang madani, dengan pengelolaan pembangunan fisik kota yang meliputi sistem transportasi yang memiliki interkoneksi antar wilayah. Ketersediaan infrastruktur berupa jalan, air bersih, listrik dan telekomunikasi bagi masyarakat Kota Pekanbaru perlu diidentifikasi dalam bentuk indikator-indikator. Indikator Fasilitas dan Infrastruktur ini digunakan untuk melihat perkembangan indikator keluaran (output) dari tingkat pembangunan fasilitas dan infrastruktur antara lain: 1. 2. 3. 4. Perkembangan pembangunan pelayanan air bersih. Perkembangan pembangunan saluran drainase. Perkembangan pembangunan infrastruktur jalan. Perkembangan Pelayanan Listrik

2.4.2.1. Perkembangan Pembangunan Pelayanan Air Bersih Pelayanan air bersih di Kota Pekanbarupada saat ini sebagian disediakan oleh PDAM Tirta Siak Pekanbaru. Jumlah cakupan pelayanan air bersih ini terbatas hanya pada pusat bisnis di ibu Kota Pekanbaru. Cakupan pelayanan air bersih yang disediakan oleh PDAM Tirta Siak Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 hampir tidak terjadi perubahan yang signifikan. Cakupan pelayanan tahun 2006 sampai 2010 kurang dari 20.000 Kepala Keluarga (KK) dan cendrung turun menjadi 14.000 KK di tahun 2010.

II - 51 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

25000 20000 15000 10000 5000 0 JUMLAH PELANGGAN 19499

PELANGGAN (SR)

18701

18189

18136 14254

2006 19499

2007 18701

2008 18189 tahun

2009 18136

2010 14254

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.18 Cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru Sedangkan persentase cakupan pelayanan air bersih PDAM relatif tidak berubah, dan cenderung turun tiap tahunnya dari 13% menjadi 8% diperiode 2006 sampai 2010. Prosentase cakupan pelayanan air bersih ini jauh di bawah angka rata-rata Nasional (2009) yaitu 12% untuk Indonesia 2009 (BPS, 2010 dan Sandhyavitri, 2010).
14.00% 12.00%

Prosentase dilayani

10.00% 8.00% 6.00% 4.00% 2.00% 0.00% Prosentase (%) 2006 12.92% 2007 11.99% 2008 11.38% tahun 2009 11.30% 2010 7.88%

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.19 Prosentase cakupan Pelayanan Air Bersih PDAM di Kota Pekanbaru Trend pertumbuhan banyaknya air yang disalurkan dan air yang dipakai cenderung menurun untuk Kota Pekanbaru dari tahun 2008-2010 hampir 50%.

II - 52 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

volume air (m3) disalurkan

12000000 10000000 8000000 6000000 4000000 2000000 0 BANYAKKNYA AIR DISALURKAN (m3) KUBIKASI AIR DIPAKAI (m3) 4926791 2006 2007 5563814 5563814 4926791 5563814 5563814

9807971

9311520 9311520 4257030

4372388 3387020 2008 9807971 4372388 tahun 2009 9311520 9311520 2010 4257030 3387020

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.20 Volume Air yang didistribusikan di Kota Pekanbaru Sedangkan jumlah populasi terus meningkat sehingga diperkirakan setelah tahun 2013, populasi menembus batas 1 juta orang di Kota Pekanbaru dengan KK lebih dari 250.000. Maka kebutuhan air bersih menjadi hal yang vital dan kompetisi untuk mendapatkannya perlu untuk diregulasikan dengan cermat.
1,000,000 900,000 800,000 700,000 orang 600,000 500,000 400,000 300,000 200,000 100,000 Jumlah penduduk Kepala Keluarga 2006 754,467 169,957 2007 779,899 175,859 2008 799,213 177,762 tahun 2009 802,788 188,341 2010 903,902 217,120 Jumlah penduduk Kepala Keluarga

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.21 Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga di Kota Pekanbaru 2.4.2.2. Pembangunan Infrastruktur Jalan Infrastruktur jalan yang relatif terbatas dibanding luas Pekanbaru. Infrastruktur jalan dianggap salah satu faktor yang mendukung sektor ekonomi utama di kota ini. Menurut Ebby Hermawan (2005) dan Teddy Mutejo (2008), Standar pelayanan Minimal (SPM) aksesibilitas Jalan pada akhir tahun pencapaian, dapat digunakan persamaan sebagai berikut : II - 53 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

SPM Aksesibilitas = Panjang Jalan / Luas Wilayah

Sedangkan nilainya dibandingkan dengan indeks aksesibilitas yang disyaratkan berdasarkan kepadatan penduduk (jiwa/km2) seperti pada Tabel 2.62. Tabel 2.62 Standar Pelayanan Minimal Aksesibilitas Jalan
Kepadatan Penduduk (Jiwa/Km2 ) 0-1000 1000-5000 >5000 Ketetapan SPM 0.5 1.5 5

Sumber : Ebby Hermawan, 2005, dan Teddy Mutejo, 2008 Aksesibilitas jalan Kota Pekanbaru sudah diatas SPM yaitu 4,375 > 1,5 (standar minimalnya dari Tabel). Sehingga pembangunan akses jalan secara umum di Pekanbaru sudah diatas nilai minimal yang disyaratkan Pemerintah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 14 /PRT/M/2010). Namun, angka ini masih belum mencerminkan kualitas prasarana jalan, karena 30% dari jalan yang ada dalam kondisi rusak dan rusak berat. Perbandingan nilai SPM untuk kabupaten/kota di Provinsi Riau bisa dilihat pada Tabel 2.63 Tabel 2.63 Perbandingan SPM Kabupaten/Kota di Propinsi Riau, 2011
Kabupaten / Kota Kuantan Singingi Indragiri Hulu Indragiri Hilir Pelalawan Siak Kampar Rokan Hulu Bengkalis Rokan Hilir Pekanbaru Dumai Luas Wilayah (Km2) 5,235 7,611 13,633 12,482 8,216 10,814 7,225 11,932 8,852 633 2,039 Jumlah Penduduk 291,044 362,961 662,961 303,021 377,232 686,030 475,011 498,384 552,433 903,902 254,337 Kepadatan Penduduk (jiwa/Km2) 55.60 47.69 48.63 24.28 45.91 63.44 65.75 41.77 62.41 1427.94 124.71 Indeks Aksesibilitas (Km/Km2) Nasional 124.54 133.7 164.43 128.87 104.13 174.9 0 113.8 114.2 54.15 13.3 Propinsi 308.20 86.25 217.73 179.61 234.88 204.82 379.27 150.08 107.19 12.00 1.62 Kupaten/Kota Panjang Jalan (Km) 1,647.69 1,551.75 1,243.54 1,118.54 1,406.77 1,856.56 1,590.62 1,828.00 1,828.00 2,703.47 1,139.19 2080.43 1771.7 1625.7 1427.02 1745.78 2236.28 1969.89 2091.88 2049.39 2769.62 1154.11 Eksist 0.233 0.119 0.114 0.212 0.207 0.273 0.175 0.232 4.375 0.566 Syarat 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 0.500 1.500 0.500 M/TM M TM TM TM TM TM TM TM TM M M

Sumber : Laporan Akhir SPM Propinsi Riau, 2012. Adapun kondisi jalan Kota Pekanbaru dalam kondisi baik cenderung fluktuatif dalam range angka 45-48%, dan kondisi rusak sampai rusak berat sekitar 30% dalam masa 2007-2009.

II - 54 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

60.00% 50.00% 40.00%


prosentase

Prosentase Baik Prosentase Sedang Prosentase Rusak Prosentase Rusak Berat

30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Prosentase Baik Prosentase Sedang Prosentase Rusak Prosentase Rusak Berat

2006 45.11% 23.27% 29.68% 1.94%

2007 48.30% 23.57% 26.64% 1.49% tahun

2008 45.11% 23.27% 25.68% 5.94%

2009 47.09% 21.55% 31.36% 0.00%

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2010 Gambar 2.22 Prosentase Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, 2007-2009

Kondisi Jalan (2006-2010)


2000 1800 1600 1400 1200 1859.27

BAIK 939.94 917.79 571.25 331.87 382.2 0 2006 0 2007 38 2008 tahun 2009 1235.06 602.7 681.23 1148.7 592.7 653.87 151.37 0 2010 1205.6 551.7 820.92 SEDANG RUSAK RUSAK BERAT

km

1000 800 600 400 200 0

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.23 Kondisi Jalan di Kota Pekanbaru, 2006-2010 Namun secara umum proporsi jalan yang baik cenderung meningkat dalam periode 4 tahun (Gambar 2.24).

II - 55 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Proporsi 0.54
proporsi jalan kondisi baik

0.52 0.50 0.48 0.46 0.44 0.42 0.40 Proporsi 2007 0.45 2008 0.49 tahun 2009 0.51 0.45 0.49 0.51

0.52

2010 0.52

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.24 Proporsi jalan dalam kondisi baik, 2007-2010 Terlihat proporsi kondisi jalan yang baik, meningkat dari 42% menjadi 52% dari tahun 2007 sampai tahun 2010. Hal ini juga menandakan kinerja perbaikan jalan di Kota Pekanbaru sudah meningkat. Adapun rasio jalan yang baik dibanding dengan jumlah kendaraan roda 4 keatas adalah 1205,6 km/147.984 kendaraan roda 4 = 0,81% (data 2011). Sedangkan rasio total panjang jalan per total kendaraan adalah 2769,62 km/ 767314 kendaraan = 0,36%. Peningkatan penambahan panjang jalan kota di Kota Pekanbaru (20062010) relatif signifikan (96 km dalam periode 5 tahun). Total jalan yang terbangun sampai 2010 adalah 2751,70 km (Gambar 2.25) dengan 50% nya adalah berupa jalan aspal dan 35% jalan tanah di tahun 2010 (Gambar 2.25).
2,760.00 2,740.00 2,720.00
total jalan (km)

2,700.00 2,680.00 2,660.00 2,640.00 2,620.00 2,600.00 jalan (km) 2006 2,655.79 2007 2,655.79 2008 2,666.14 tahun 2009 2,655.79 2010 2,751.70 jalan (km)

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.25 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), 2006-2010 II - 56 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

60.00% 50.00%

Prosentase

40.00% 30.00% 20.00% 10.00% 0.00% Aspal Kerikil Tanah 2006 41.80% 1.84% 56.37% 2007 41.77% 2.33% 55.91% 2008 43.55% 2.74% 53.72% tahun 2009 41.77% 2.33% 55.91% 2010 53.18% 11.77% 35.05%

Aspal Kerikil Tanah

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.26 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (persen), 2006-2010

1600 1400 1200 1000 Aspal Kerikil Tanah

km

800 600 400 200 0 Aspal Kerikil Tanah 2006 1015.21 44.6 1369.17 2007 1063.61 59.24 1423.79 2008 1113.61 69.95 1373.79 tahun 2009 1063.61 59.24 1423.79 2010 1371.11 303.44 903.67

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.27 Perkembangan Jalan Kota di Kota Pekanbaru (km), 2006-2010

II - 57 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Jenis Jalan (2006-2010)


3000 2500 2546.64 2000 Nasional 2546.64 2556.99 2546.64 2578.2

km

1500 1000 500 0 0 2006 2007 54.15 2008 tahun 54.15 2009 77.4 2010 55 55

Provinsi KOTA/KAB

96.1

Sumber: Dinas PU Propinsi Riau, 2011, dan BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.28 Panjang Jalan Nasional, Propinsi, dan Kabupaten di Pekanbaru, 2006-2010 Mayoritas jalan di Kota Pekanbaru adalah jalan kota (80%) dengan total panjang jalan 2578 km (di tahun 2010). Adapun total panjang jalan Nasional dan Propinsi sekitar 110 km (<10%). Pengelolaan jalan Kota adalah tanggungjawab Kota Pekanbaru, sedangkan jalan-jalan Propinsi dan Nasional adalah tanggungjawab Propinsi Riau dan Pemerintah Pusat, baik dari segi teknis maupun penganggaran pemeliharaannya. Dalam rangka mempertahankan dan meningkatkan kondisi jalan, maka Pemerintah Kota Pekanbaru telah melaksanakan pekerjaan peningkatan ataupun pemeliharaan jalan berupa pengerasan, pengaspalan makadam, pengaspalan hotmix, dan overlay hotmix. Tabel 2.64 Peningkatan Infrastruktur Jalan Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010
TAHUN 2006 2007 2008 2009 2010 JUMLAH PENGERASAN (km) 0,705 2,042 2,705 735 3,618 9,805 PENGASPALAN PENGASPALAN MAKADAM HOTMIX (km) (km) 10,723 19,610 21,443 16,469 57,522 38,604 20,195 19,329 22,388 111,239 OVERLAY HOTMIX (km) 16,506 39,097 8,500 30,464 29,806 124,373 TOTAL (Km) 27,934 99,353 52,843 66,997 70,812 302,939

Sumber Data ; Bina Marga Dinas PU Kota Pekanbaru, 2011

II - 58 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Dalam periode 2006-2010 dilaksanakan penanganan dalam bentuk kegiatan peningkatan infrastruktur jalan dengan total panjang 302,94 Km. Kegiatan pemeliharaan jalan telah dilakukan sepanjang 124,37 Km dengan pekerjaan Overlay Hotmix. Sedangkan untuk peningkatan jalan dalam bentuk pekerjaan pengaspalan Hotmix sepanjang 111,24 Km, pengaspalan makadam 57,52 Km dan pengerasan jalan sepanjang 9,80 Km (Tabel 2.60) 2.4.2.3. Perumahan dan Pemukiman Pembangunan dibidang perumahan juga meliputi pembangunan infrastruktur dasar perumahan permukiman, termasuk sarana prasarana dan utilitas permukiman agar menjadi lebih baik, nyaman, sehat dan tidak kumuh, seperti peningkatan kualitas jalan, air minum, pasar dan lain sebagainya. Perbaikan sarana prasarana di lingkungan permukiman dilaksanakan melalui kegiatan Pembangunan Perumahan dan Permukiman (P2P). Dari tahun 2001 sampai dengan tahun 2005 terdahulu, Pemerintah Kota Pekanbaru telah membangun 33.954,6 M jalan lingkungan dan 3.600 M saluran lingkungan. 2.4.2.4. Kebakaran Keamanan perumahan dan permukiman dari bahaya kebakaran menjadi hal yang penting untuk diperhatikan. Data kebakaran di Kota Pekanbaru terlihat pada Tabel dibawah ini. Tabel 2.65 Tingkat kebakaran di Kota Pekanbaru menurut jenis Dan Jumlah Kerugian Tahun 2006-2010
Uraian Rumah Penduduk Bangunan Umum Bangunan Industri Lahan Lain-lain Kerugian Material (Ribuan Rupiah) Korban Jiwa 2006 2007 66 61 2 51 8 Tahun 2008 76 48 1 61 14 19.040.000 2009 127 20 94 14 17.785.300 6 2010 84 8 20 34 9 23.480.500 -

15.295.300 25.481.400 3 1

Sumber Data : Dinas Pemadam Kebakaran Kota Pekanbaru, 2011 Penyebab terjadinya kebakaran beragam antara lain api terbuka seperti korek api, obat nyamuk bakar, arus pendek listrik maupun petir. Hal ini menunjukkan masih perlunya peningkatan penyuluh kepada masyarakat tentang pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran. 2.4.2.5. Pembangunan Persampahan a. Saluran Drainase, Normalisasi Sungai dan

Saluran Drainase dan Normalisasi Sungai Pembangunan drainase belum ada datanya dalam periode 2006-2010. Namun kasus banjir dan genangan air saat musim hujan pada tempat-tempat tertentu, seperti area Rumbai, Panam dan Sail sudah sering terjadi kala musim hujan. II - 59 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Sedangkan jalan-jalan utama di Pekanbaru juga sering tergenang air kala musim hujan, terutama di jalan ujung Terminal AKAP Payung Sekaki, jalan Ponegoro, Jalan Imam Munandar dan jalan lainnya. Namun kasus banjir dan genangan air sudah merupakan hal rutin (informasi dari berbagai sumber Koran Riau Pos, 2005-2011).

200000

150000

meter

100000

50000

0 Panjang talud yang dibangun Panjang talud yang terpelihara Panjang sungai yang dinormalisasi

2006 2300 1750 28356

2007 48300 3675 59548

2008 7613 5793 93859 tahun

2009 10674 8122 131601

2010 14041 10684 173117

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.29 Panjang talud dan normalisasi sungai, 2006-2010 Pajang talud dan normalisasi sungai yang dibangun sudah sangat signifikan naik lebih dari 700%, namun masih sangat terbatas dengan panjang sungai dan parit yang ada di Pekanbaru. Informasi ini belum mencukupi perlu tambahan data panjang parit yang dibutuhkan, panjang sungai dan jalan yang ada. b. Waterfront City Perkembangan aktivitas masyarakat di sepanjang bantaran Sungai Siak Pekanbaru, Propinsi Riau menunjukkan intensitas kegiatan yang tinggi. Hal ini nantinya dikhawatirkan dapat mengganggu keseimbangan ekosistem dan habitat Sungai bila tidak dilakukan pengendalian terhadap space use. Perilaku Sungai Siak bila meluap selalu menggenangi kawasankawasan di sekitarnya, yang secara geografis memang terletak pada dataran rendah dan relatif tidak terlalu tinggi dibanding pusat kota. Selain itu terjadi perbedaan elevasi / peil pasang surut air sungai yang tinggi. Aktivitas yang berada di sepanjang Sungai Siak adalah permukiman lama penduduk yang berada di bawah tanggul; kawasan bisnis / perdagangan (seperti Pasar Bawah; Rumah Makan, Toko dll); kawasan perkantoran; kawasan pendidikan; kawasan sosial; pelabuhan / dermaga tempat bersandar kapal; jembatan yang melintasi Sungai sebagai jalur transportasi darat; dan bahkan letak jalan untuk lalu lintas kendaraan berada di atas lokasi kawasan permukiman serta kegiatan transportasi sungai dengan intensitas tinggi.

II - 60 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999 Gambar 2.30 Kondisi eksisting kawasan di area perencanaan Waterfront City, 1999 Kawasan Perencanaan Waterfront City yang merupakan salah satu kawasan jantung Kota Pekanbaru di sekitar Jembatan Siak I sampai rencana Jembatan Siak IV, yaitu pada sumbu / axis Jl. Sudirman Sungai Siak / Rencana Jembatan Siak IV Meranti Pandak Jalan Sekolah.

Sumber : Laporan Akhir Penataan Sungai Siak, 1999 Gambar 2.31 Rencana Pengembangan Kawasan Waterfront City, 1999 Penyebaran wilayah Kota Pekanbaru belum tertata dengan optimum. Hal ini terlihat pada terkonsentrasinya permukiman dan pusat perdagangan / komersial di bagian selatan Sungai Siak, yang secara historis merupakan awal pertumbuhan II - 61 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Kota Pekanbaru, namun potensi untuk menata wilayah masih sangat memungkinkan karena tersedianya lahan yang luas. Berdasarkan pola pemanfaatan ruang dan kecenderungan pola perkembangan penggunaan lahan di Kota Pekanbaru sebagaian besar didominasi oleh perumahan dan kegiatan kegiatan seperti perdagangan, perkantoran (pemerintahan dan swasta) sarana pelayanan umum beserta penunjangnya serta industri, selain fungsi fungsi tersebut diatas, Kota Pekanbaru memiliki lahan tidak terbangun yang jauh lebih banyak dibandingkan dengan areal terbangun. Penggunaan areal yang tidak terbangun ini terutama untuk kebun, tegalan, hutan, semak dan lain sebagainya. Masterplan dari Waterfront City sudah diselesaikan dari tahun 1999 dan setelah 5 tahun perlu untuk direfisi. Banyak lokasi perkantoran SKPD Kota Pekanbaru berada di area bisnis yang padat populasinya dan sudah tidak nyaman lagi untuk dijadikan kegiatan perkantoran, sedangkan beberap pelayan kantor tidak dapat dioptimalkan kinerjanya karena saling berjauhan jaraknya misalnya kantor bappeda dan PU berjarak cukup jauh, maka untuk meningkatkan kinerja dan pelayanan pada masyarakat perlu diupayakan relokasi perkantoran pemerintahan daerah pada suatu kawasan yang terpusat. Perlu diupayakan perencanaan relokasi kantor saat ini menuju kawasan perkantoran terpadu tanpa terlalu mempengaruhi pendanaan yang bersumber dari APBD (misalnya dengan kemitraan publik dan swasta).

c. Persampahan
Berdasarkan data tahun 2005, 40 % penduduk perkotaan Indonesia mempunyai akses terhadap pengelolaan sampah (Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat, 2005). Untuk Kota Pekanbaru, akses terhadap pelayanan sampah oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan (DKP) selama 2007-2011 juga tidak jauh berbeda dengan yang terjadi di Indonesia yaitu rata-rata 40% (dengan asumsi 1 orang memproduksi sampah 1,25 kg/hari). Namun bila dipakai asumsi produksi sampah 2,5 kg/orang/hari maka akses masyarakat terhadap pelayanan sampah skitar 24% (Table 2.66). Tabel 2.66 Timbunan Sampah dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 2007-2011
Timbunan Sampah dengan Asumsi Timbunan Sampah (1.25 dengan Asumsi (2.5 kg/orang/hari) kg/orang/hari) 3 1,129.86 1,130.85 1,251.04 1,312.51 1,319.59 4 1,886.17 1,949.75 1,998.03 2,006.97 2,259.76 Sampah Terangkut (m3/hari) 5 451.94 452.34 500.42 525.00 527.84 Prosentase sampah Prosentase sampah diangkut(asumsi 1 diangkut(asumsi 1 ton=1m3) untuk 1.25 ton=1m3) untuk 2.5 kg/org/hr kg/org/hr 6=5/3*100% 0.40 0.40 0.40 0.40 0.40 7=5/4*100% 0.24 0.23 0.25 0.26 0.23

Tahun 1 2007 2008 2009 2010 2011

Penduduk 2 754,467 779,899 799,213 802,788 903,902

Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012

II - 62 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

0.45 0.40 0.35


prosentase

540 520 500


ton

0.30 0.25 0.20 0.15 0.10 0.05 2007 2008 2009 tahun 2010 2011

480 460 440 420 400

Prosentase sampah diangkut(asumsi 1 ton=1m3) untuk 1.25 kg/org/hr Prosentase sampah diangkut(asumsi 1 ton=1m3) untuk 2.5 kg/org/hr Sampah Terangkut (m3/hari)

Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012 Gambar 2.32 Sampah diangkut dan Prosentase Sampah yang Diangkut, 20072012 Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2001 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja di Dinas dinas di lingkungan Pemerintah Kota Pekanbaru, maka dibentuklah Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada Tahun 2001. Tugasnya adalah membantu Walikota Pekanbaru dalam melaksanakan kewenangan otonomi di bidang persampahan, pertamanan, penghijauan, lampu penerangan jalan umum dan lampu hias. Tugas utama Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru pada waktu itu adalah mengelola persampahan yang ada di Kota Pekanbaru dimulai dari penyapuan, pengangkutan, pemusnahan hingga pengelolaan sampah. Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan Kebersihan di Kota Pekanbaru yang mengatur pembagian kewenangan dan tugas pengelolaan kebersihan di Kota Pekanbaru berdasarkan Surat Keputusan Walikota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2004. Di tahun 2011, Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani kebersihan di 23 ruas jalan protokol dan Rumah sakit, dengan mengerahkan 632 orang petugas kebersihan dan 11 truk sampah (4 truk lainnya tidak berfungsi). Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota melakukan pengelolaan sampah di TPA Muara Fajar dengan system open dumping, dimana ditargetkan tahun 2012 telah menggunakan system sanitary landfill. Dinas Kebersihan dan Pertamanan juga melakukan pengelolaan sampah pasar untuk dijadikan kompos atau pupuk organic yang dilaksanakan pada 4 unit kerja pengelola composting dibawah pengawasan Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru. Dalam pengelolaan kebersihan lingkungan permukiman sesuai pasal 9 UU No. 18 tahun 2008, pemerintah kota menyelenggarakan pengelolaan sampah kepada masyarakat dengan melakukan pembinaan, pengawasan, membuat TPS dan TPA. Pengumpulan sampah dilakukan mulai dari masyarakat RT/RW di permukiman. Petugas pengumpul sampah di RT/RW mengangkut sampah dari kotak sampah didepan rumah di TPS. Penyelenggara pengelola sampah melakukan pengangkutan sampah dari TPS ke TPA yang dilakukan melalui instansi terkait secara langsung. II - 63 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Jumlah TPS yang terdapat di setiap kecamatan masih kurang, sehingga masih perlu penambahan TPS. Untuk pengangkutan dari TPS ke TPA yang dilaksanakan oleh Dinas Kebersihan dan Pertamanan serta instansi terkait seringkali kurang memadai karena jumlah armada truk yang belum sesuai kebutuhan. Selain itu, dari jumlah yang belum memadai tersebut, banyak diantaranya memerlukan pemeliharaan dan perawatan yang besar. Kondisi truk yang sudah tua juga mengurangi kinerja pengangkutan yang dilakukan oleh Dinas Kebersihan.

d. Pertamanan
Dinas Kebersihan dan Pertamanan Kota Pekanbaru menangani pertamanan dan ruang terbuka hijau di 23 lokasi dengan luas sekitar 28 ha. Adapun luas taman Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut: Tabel 2.67 Luas Taman Kota Pekanbaru, 2012 Lokasi Luas (m2) Kecamatan Pekanbaru Kota 54.164 Kecamatan Senapelan 1.928 Kecamatan Sail 9.692 Kecamatan Tampan 135.970 Kecamatan Marpoyan Damai 74.617 Kecamatan Bukit Raya 8.320 Kecamatan Rumbai 1.170 Kecamatan Sukajadi 577 Kecamatan Payung sekaki 779 Sumber : Dinas Kebersihan dan Pertamanan, 2012 Masih terdapat tanah kosong di Tanayan Raya, di beberapa kecamatan dan beberapa lokasi lainnya 78 ha, dan yang dimiliki swasata seperti Alamayang 40 ha, Danau Buatan 40 ha. Diperkirakan taman Kota dan ruang terbuka hijau untuk Kota Pekanbaru telah mencapai 30% dari luas Kota sekitar 632,26 Km. Masih terdapat ruang terbuka hijau dan hutan konservasi (Arboretum) di Universitas Riau yang cukup luas, juga ruang terbuka hijau lainnya (12 ha peruntukan untuk pembangunan TPA yang dibatalkan). Perlu untuk mengidentifikasi secara tepat berapa luas taman dan ruang terbuka hijau yang tersisa baik dikuasai pemerintah, universitas maupun swasta. Adapun upaya pelestarian dan pemeliharaannya perlu diperhatikan secara baik dengan mendaya upayakan terbatasnya petugas pengelola pertamanan 157 orang yang ada, berikut armada mobil tanki penyiraman tanaman yang tersedia 8 unit (data 2011).

e. Penerangan Umum
Jumlah penerangan jalan umum yang terpasang sampai dengan Tahun 2011 berjumlah 24.877 Titik. Terbagi menjadi PJU dan lampu hias/ taman yang tersebar di jalan-jalan protokol, pemukiman dan perumahan. Rencana penambahan PJU sebanyak 450 titik setiap tahun sehingga pada akhir tahun 2017 PJU direncakan akan berjumlah 27.577 titik.

II - 64 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.68 Lampu Penerangan Jalan Umum, 2007-2011 TAHUN PJU Terpasang (titik) 2007 19.096 2008 20.511 2009 21.949 2010 23.385 2011 24.877 Sumber: Dinas Kebersihan dan Pertamanan Pekanbaru, 2012 Berdasarkan data 2011, 30% lampu jalan sudah termeterisasi, masih 70% belum termeterisasi. Upaya instalasi meter lampu ini dilakukan untuk mengefisiensikan penggunaan dan pembayaran listrik lampu perkotaan.

f.

Sanitasi

Salah satu penunjang sanitasi rumah tangga adalah kepemilikan kamar mandi. Prosentase kepemilikan kamar mandi per keluarga di Kota Pekanbaru sudah mencapai 95%, hanya 5 % dari total masyarakat yang tidak punya kamar mandi sendiri (Laporan Akhir Master Plan Air Limbah Kota Pekanbaru, 2011). Angka ini relatif tinggi dibanding dengan yang ada di Indonesia yang hanya 55,5% (Rediknas, 2010). Tabel 2.69 Persentase Kepemilikan kamar mandi di rumah berdasarkan wilayah, 2011
Kamar mandi/tempat mandi di rumah Ya 97.1 100.0 94.5 98.9 92.3 100.0 67.6 99.0 95.0 Tidak 2.9 0.0 5.5 1.1 7.7 0.0 32.4 1.0 5.0

Kecamatan

Total

Pekanbaru Kota Senapelan Lima Puluh Sukajadi Sail Bukit Raya Payung Sekaki Marpoyan Damai Rata-rata Total

100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0 100.0

Sumber :

Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.

Terlihat dari Tabel 2.69, bahwa kepemilikan kamar mandi di Pekanbaru sudah melebihi 90% dari total rumahtangga yang ada. Angka ini sudah di atas rata-rata kepemilikan kamar mandi di Riau. Sedangkan persentase masyarakat yang tidak punya WC/kamar mandi sendiri paling besar adalah di Kecamatan Payung Sekaki (67,6%) dan Kecamatan Sail (92,3%). II - 65 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.70 Persentase Fasilitas air limbah di rumah berdasarkan wilayah, 2011
Fasilitas sanitasi air limbah di rumah Kecamatan Baik Pekanbaru Kota Senapelan Lima Puluh Sukajadi Sail Bukit Raya Payung Sekaki Marpoyan Damai Rata-rata Total 80,0 90,9 97,3 87,4 84,6 88,2 100,0 92,2 90,8 Kurang baik/ agak rusak 20,0 9,1 2,7 12,6 15,4 11,8 0,0 7,8 9,2 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 100,0 Total

Sumber :

Laporan Akhir Survey Sosial-Ekonomi Master Plan Air Limbah Pekanbaru, 2011.

Hasil survey (Tabel 2.70) menunjukan, sebagian besar (91 %) penduduk di Pekanbaru menilai sanitasi di rumahnya dalam keadaan baik, dan hanya 9 % yang merasa sanitasi air limbahnya tidak baik. Di Kecamatan Lima Puluh persentase masyarakat yang menyatakan sanitasi air limbahnya baik adalah paling tinggi yaitu 97,30 %. Sedangkan di Kecamatan Payung Sekaki 100 % dari responden menyatakan bahwa sanitasi air limbah di rumah dalam keadaan baik. Kecamatan Sail merupakan kecamatan yang paling banyak penduduknya menyatakan bahwa sanitasi di rumah tidak berjalan baik yaitu 15 % dari total populasi di kecamatan tersebut. Fasilitas sanitasi lainnya yang paling banyak bermasalah adalah tanki septik yaitu 16,6 %, dan kemudian adalah fasilitas sumur resapan untuk rumah. Sebagian besar rumah di Pekanbaru tidak mempunyai sumur resapan, sehingga air hujan akan lansung dialirkan ke selokan/parit/drainase. Maka peningkatan saluran drainase dan sumur resapan menjadi hal yang perlu untuk dipertimbangkan dimas yang akan datang. 2.4.2.6. Pembangunan Kelistrikan Kondisi pembangunan kelistrikan di Kota Pekanbaru relatif paling baik dibanding kondisi di Kota/Kabupaten lainnya di Propinsi Riau yaitu no 1 dengan prosentase akses listrik ke rumah tangga sekitar 98,7% (2009) (Tabel 66 dan Gambar 33). Angka ini sudah diatas rata-rata elektrifikasi di Riau (42,69%). Hampir seluruh rumah tangga teraliri listrik, namun dengan pesatnya perkembangan disektor perumahan, maka demand terhadap listrik ini terus meningkat, sedangkan supplynya terbatas, dari beberapa pembangkit listrik yang ada seperti interkoneksi dari PLTA. Koto Panjang 114 MW, dan PLTD Teluk Lembu. Sehingga pada saat-saat tertentu dilakukan pemadaman bergilir di Kota Pekanbaru karena supply listrik yang terbatas ini. II - 66 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.71 Prosentase Akses Listrik Masyarakat di Propinsi Riau, 2009


No. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 Kab/Kota Kota Pekanbaru Kota Dumai Kab. Bengkalis Kab. Kampar Kab. Siak Kab. Indragiri Hulu Kab. Rokan Hulu Kab. Kuantan Singingi Kab. Rokan Hilir Kab. Pelalawan Kab. Indragiri Hilir RIAU Pelanggan Rumah Tangga 178.04 38.568 52.199 45.421 16.888 18.298 19.897 13.804 20.474 9.637 25.715 424.008 Jumlah Rumah Tangga (KK) 184.462 51.154 158.117 132.493 73.883 70.983 85.641 63.352 96.41 62.856 157.163 1.070.509 Elektrifikasi (%) 98.7 75.4 38.14 34.28 28.64 26.08 23.5 22.28 21.24 18.84 16.43 42,69

Sumber : BPS Riau, 2010


120 98.7

100

80

75.4

Prosentase

60 40 38.14 34.28 28.64 26.08 23.5 22.28 21.24 18.84 16.43

20

Sumber: BPS Riau, 2010 Gambar 2.33 Kondisi Kelistirkan di Propinsi Riau, 2009. Jumlah pelanggan listrik juga berfluktuatif dan cendrung meningkat signfikan 58% dari periode 2008-2010 (dari 199.000 pelanggan menjadi 315.000).

II - 67 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

ek an ba ru K ot a D um K ab ai .B en gk al K is ab .K am pa r K ab K .S ab .I ia k nd ra gi ri K H ab ul .R u K ok ab a .K n H ua ul nt u an Si ng K in ab gi .R ok an K H ab ilir .P el al K aw ab an .I nd ra gi ri H ilir
Kabupaten/Kota

ot a

Rumah Tangga Pengguna Listrik


350,000.00 300,000.00

Jumlah Pelanggan

250,000.00 200,000.00 150,000.00 100,000.00 50,000.00 0.00 Pelanggan Listrik Jumlah Kepala Keluarga

268,749.00

280,116.00

297,834.00

315,552.00

175859

177762

188341

213795

2007 268,749.00 175859

2008 280,116.00 177762

2009 297,834.00 188341

2010 315,552.00 213795

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.34 Pelanggan Listrik, 2007-2010

1,600,000,000
pemakaian listrik (KWH)

1,400,000,000 1,200,000,000 1,000,000,000 800,000,000 600,000,000 400,000,000 200,000,000 Total pemakaian (KWH) 2006 956,414,065 2007 1,251,285,485 tahun 2008 1,490,281,653

Sumber: BPS Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.35 Pemakaian Listrik di Pekanbaru 2006-2008

Sedangkan pemakaian listrik juga meningkat signifikan sebesar 50% dari periode 2006-2008, atau dihitung dengan tingkat kenaikan 250 juta KWH/tahun. Kebutuhan listrik diproyeksi akan terus naik secara bertahap selaras dengan perkembangan ekonomi masyarakat, tumbuhnya industri, jasa, komersial dan perumahan yang realatif pesat di Kota Pekanbaru. 2.4.2.7. Perkembangan Perhubungan a. Lokasi Rawan Kemacetan Jalan Berdasarkan survey yang dilakukan ditahun 2011 (Laporan Akhir Kajian Transportasi PON XVIII, Desember 2011) diidentifikasi 12 lokasi rawan kemacetan seperti gambaran sebagai berikut: II - 68 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

1.

Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam Munandar), 2. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar- Tambusai), 3. Ruas Jalan Sudirman segmen III( Tambusai- Pelita Pantai), 4. Ruas Jalan Yos Sudarso, 5. Ruas Jalan T. Tambusai, 6. Ruas Jalan SM Amin (Simpang jalan Soebrantas dan Jl. SM Amin), 7. Ruas Jalan Riau (Simpang jalan A Yani, Depan Mall Ciputra), 8. Ruas Jalan Subrantas, 9. Ruas Jalan Sukarno Hatta, 10. Ruas Jalan Karya Kunyit (Jl.Muchtar Lutfi), 11. Simpang Jalan HR. Subrantas Jalan SM. Amin, 12. Simpang Jalan Tuanku Tambusai Ujung SM. Amin,

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, Desember 2011 Gambar 2.36 Titik titik rawan kemacetan Namun berdasarkan hasil koordinasi Tim RPJM 2012-2017 dan pihak Konsultan Pemerintah Kota Pekanbaru masih terdapat beberapa lokasi lainnya yang rawan kemacetan seperti 1. Simpang Jln Imam Munandar Sakuntala- Kelapa Sawit 2. Simpang jl. A.Yani- jl. KHA Dahlan-Jl Teratai 3. Simpang Jl Kemuning Jl. Riau 4. Simpang Jl. Sutomo Jl. Hang Tuah 5. Simpang Jl. Durian Jl Sukarno Hatta 6. Simpang Jl. Kaharuddin Nasution Jl. Sukarno Hatta (Simpang Mall SKA).

II - 69 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Dari total 18 lokasi (12 lokasi + 6 lokasi) ini di tahun 2012, beberapa lokasi sudah mulai ditangani permasalahan kemacetannya dengan pembangunan jembatan layang dan pelebaran jalan antara lain: 1. Ruas Jalan Sudirman segmen I ( Kaharudin Nasution - Imam Munandar) dilakukan pelebaran simpang jl utama 2. Ruas Jalan Sudirman segmen II (Imam Munandar- Tambusai), dilakukan pembangunan jalan layang (fly over), 3. Ruas Jalan Yos Sudarso, dilakukan pelebaran. Walaupun sudah dilakukan perbaikan dan peningkatan kinerja beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru, namun masih belum sepadan dengan peningkatan volume lalulintas yang tinggi, sehingga masih diperlukan upaya yang konkret dalam meningkatkan kinerja tranportasi perkotaan di Pekanbaru yang lebih manusiawi, madani, aman, nyaman dan tertib dengan mengotimalkan penggunaan moda tranportasi massal, mengurangi kemacetan laulintas, dan ramah lingkungan seperti Trans Metro Pekanbaru (TMP), mono rail ataupun rail way. Tabel 2.72 Volume per kapasitas beberapa ruas jalan di Kota Pekanbaru, dan proyeksinya Tahun 2012

Sumber : Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru, 2012 Terlihat dari Tabel 2.72 bahwa dari 12 ruas jalan yang ditinjau bahwa ruas Jalan Sudirman, Yos Sudarso, Soebrantas, dan Riau sudah mulai jenuh (V/C >=1) ditahun 2011. Sedangkan ditahun 2012 diproyeksi Jalan Tambusai, SoekarnoHatta, mulai mendekati titik jenuh. Sehingga akan terjadi peningkatan titik kemacetan di beberapa likasi lainnya. II - 70 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Volume lalu-lintas harian rata-rata dan kapasitas jalan di masing-masing ruas jalan dilampirkan seperti pada tabel berikut ini. Tabel 2.73 Lalu Lintas Harian Rata-rata, Tingkat Pelayanan Jalan dan Rata-rata Kecepatan Kendaraan di Ruas Jalan Utama Kota Pekanbaru, 2010
NO. NAMA JALAN TYPE JALAN WAKTU SURVEY 06.00 - 08.00 1 Imam Munandar 4/2 UD 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 2 Kapling 2/2 UD 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 3 Riau 2/2 UD 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 4 Yos Sudarso 2/2 UD 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 5 M.Yamin 2/2 UD 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 6 Pattimura 4/2 D 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 7 Ahmad Yani 2/2 UD 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 8 Juanda SATU ARAH 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 9 Tambusai 4/2 D 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 10 Sudirman (Setia Budi) 4/2 D 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 11 Sudirman (Ramayana) 4/2 D 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 12 Kubang Raya 2/2 UD 11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 7m 2 x 9,8 m 2 x 9,8 m 12 m 10 m 12 m 2x4m 7,5 m 7m 7,5 m 7m 12 m LEBAR JALAN V/C 0,86837 0,861599 0,921704 0,519437 0,474036 0,595281 0,345937 0,510611 0,713659 0,736543 0,629871 0,9313 0,287794 0,403538 0,623172 0,175165 0,173076 0,215035 0,747698 0,703542 0,729323 0,397715 0,4534 0,801237 0,509757 0,614043 0,631498 0,306161 0,429046 0,571681 0,52962 0,726888 0,759603 0,230125 0,262353 0,353127 LoS E E E C C C B C D D C E B B C A A B D D D B C D C C C B B C C D D B B B KEC. Rata2 KM/JAM 33,115103 32,527549 28,41908 40,611819 40,383519 38,65065 36,797827 38,324951 39,173226 43,698971 41,194286 43,324731 45,976617 39,762544 44,232738 45,453373 40,637411 39,247431 41,200222 36,500485 40,059191 35,725071 31,177234 37,169945 40,662663 42,069169 42,688468 33,2069 47,597643 36,202317 45,330291 50,825936 36,633501 47,078501 48,037175 48,525268

II - 71 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

NO.

NAMA JALAN

TYPE JALAN

WAKTU SURVEY 06.00 - 08.00

LEBAR JALAN

V/C 0,384071

LoS B B C C C C B B B A B C C C D B C C C C C B A B C C C C B B

KEC. Rata2 KM/JAM 62,805987 45,630598 49,913519 11,541955 28,588965 30,395278 44,162505 35,473635 37,767089 40,965731 32,893602 34,973589 35,214276 31,352647 30,256089 37,039272 34,396905 33,519526 60,728883 43,835237 48,020937 43,931113 40,898221 43,869153 40,606451 39,336826 34,856928 23,934297 36,65097 33,224716

13

SIAK II

2/2 UD

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

7m

0,414198 0,469319 0,486021

14

Hangtuah

2/2 UD

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

8m

0,544652 0,550874 0,38666

15

Ahmad Dahlan

2/2 UD

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

8m

0,414666 0,396095 0,191188

16

Cempaka

2/2 UD

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

7m

0,417965 0,464354 0,547385

17

Durian

2/2 UD

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

6m

0,582588 0,760006 0,442019

18

Kaharuddin Nst

4/2 D

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

2x6m

0,460331 0,489332 0,469242

19

Soekarno Hatta

4/2 D

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

2 x 6,5 m

0,522403 0,6067 0,272931

20

Sisingamangaraja

2/2 D

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00

15 m

0,148946 0,223209

7,5 m

0,553605 0,539781 0,664302

21

Melur

2/2 UD

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00 06.00 - 08.00 6m

0,47427 0,447901 0,444511

22

Kesehatan

2/2 UD

11.00 - 13.00 16.00 - 18.00

Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010 Dari 22 ruas jalan utama yang ditinjau terlihat 2 ruas jalan yang sudah mencapai tingkat pelayanan yang relatif rendah (E). Untuk itu dibuat beberap rekomendasi sebagai usulan solusi jangka pendek menengah (tabel 4.74).

II - 72 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 4.74 Daftar Permasalahan dan Usulan Solusi Pada Beberapa Persimpangan, 2010
NO 1 TITIK EKSISTING LOKASI Jl. H. Imam area parkir ruko terlalu dekat ke bahu Munandar -Jl. jalan Kapling Jari-jari belokan terlalu kecil (kearah jl. Kapling) Tiang listrik, telpon dan tiang baliho yang berada terlalu dekat dengan bahu jalan Sudah terdapat median jalan lebar 40 cm titik rambu lalu lintas yang sulit dilihat belum ada trotoar di sisi jalan Simpang staggered dan hambatan akibat parkir di mulut simpang. Derajat jenuh Q/V = 1,28 (pagi); 1,03 (sore arah dari jl kapling) Jl. A.Yani Bahu jalan sempit Jl. Area parkir ruko terlalu dekat ke KH.Ahmad bahu jalan Dahlan Jari-jari belokan terlalu kecil jl.Teratai Tiang listrik dan telepon dekat dengan bahu jalan Kiri kanan jalan sebagian masih berupa saluran Laju antrian tidak sebanding dengan panjang antrian, panjang antrian m Arah teratai pada jam sibuk Q/C = 1,415 Jl. Riau jl jari-jari belokan kurang kecil DI. Panjaitan Derajat jenuh arah dari kemuning 1,74 dengan panjang antrian kl 300 m (pagi dan sore), Q/C =1,49 arah dari jl Riau (minggu sore) Kapasitas jl kemuning < arus LL yang terjadi (406 < 708 smp/jam), jl Riau (738 < 1238 smp/jam) Jl. Sudirman - Penggunaan bahu jalan sebagai Jl. M Yamin tempat parkir ruas jalan yang belum cukup lebar dengan jumlah kendaraan Jl. Beringin area parkir ruko terlalu dekat ke bahu jl. Ronggo jalan warsito Jari-jari belokan terlalu kecil Tiang listrik dan telpon yang berada terlalu dekat dengan bahu jalan titik rambu lalu lintas yang sulit dilihat konflik simpang dan hambatan samping yang tinggi berupa saluran terbuka Jl. Sutomo bahu jalan yang sempit, terdapat parit jl. Hang Tuah terbuka Jari-jari belokan terlalu kecil Rawan kemacetan pada jam masuk/ keluar sekolah Rawan kecelakaan akibat kemacetan yang panjang USULAN SOLUSI Saluran air tertutup dialih fungsikan sebagai trotoar Pelebaran segmen jalan Kapling Pelebaran jari-jari tikungan/belokan Pemindahan tiang listrik dan telepon Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Marka jalan diperjelas Pembuatan trotoar Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis

Saluran air tertutup dan terbuka dijadikan trotoar Pelebaran bahu jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan tiang listrik dan telepon Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis.

Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis.

Pelebaran segmen jalan pemasangan rambu lalu lintas Saluran air terbuka dialih fungsikan sebagai trotoar (sedang dilaksanakan) Pelebaran segmen jalan (sedang dilaksanakan) Pelebaran jari-jari belokan Re-setting APILL atau Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis. Pembuatan trotoar Saluran air tertutup dan terbuka dialih fungsikan sebagai trotoar Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan titik sarana tiang listrik dan telepon Pemasangan marka dan rambu Dipertimbangkan arus searah pada jl. hang Tuah pada jam sibuk pagi hari

II - 73 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

NO 7

TITIK LOKASI Jl. Riau Jl. A Yani

EKSISTING Tidak adanya lampu pengatur lalu lintas Belum adanya median jalan

USULAN SOLUSI Pelebaran segmen jalan Pemasangan marka dan rambu Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Penambahan median jalan Perubahan fungsi jalan menjadi satu arah Pelebaran segmen jalan A.Yani Pemasangan marka dan rambu Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Pasar tumpah hanya sampai jam 6.00 Penertipan pedagang K5

10

12

13

14

15

Pedagang K5 di trotoar dan bahu jalan Terdapat median jalan Ada median jalan yang sudah dibongkar Aktifitas sekolah (jam masuk dan pulang) rawan kemacetan Terdapat pasar tumpah di mulut simpang jl. Agus Salim, jl. Cempaka dan jl. A Yani. Derajat kejenuhan arah dari cempaka pada siang hari Q/C =1,1234 Jl. Panjaitan median jalan langsung berada di jl. Wakaf tengah cross berhadapan dengan simpang tidak adanya rambu lalu lintas yang jelas permasalahan mulai teratasi, dengan pembuatan median jalan. Jl. SSK II- jl. Konflik simpangan kerena dekat Sisingamanga sekolah raja Mulut simpang yang terlalu sempit jari-jari tikungan/belokan kecil Rawan kemacetan pada jam masuk sekolah dan pulang sekolah Simpang Ruas jalan yang sempit menyebabkan jl. Sudirmankurang lancarnya arus pada jl. Imam persimpangan MUnandar Jari-jari belokan tidak terlalu besar Jumlah kendaraan sangat banyak pada sore (pulang kantor) dengan derajat jenuh 2,14 dari arah barat(jl. Sudirman) jl.Sudirman- Jumlah kendaraan yang sangat jl. Tuanku banyak, dengan Q/C = 1,70 dan 1,66 Tambusai dari arah barat dan timur jl. Sudirman. Serta Q/C > 2 pada sore serta hari lubur. jl.HR. Jumlah kendaraan yang sangat Soebrantas banyak jl SM . Amin Angkutan umum dan pasar yang tumpah ke pinggir jalan Kapasitas ruas jalan yang tidak mencukupi, pada pagi hari arah selatan dan utara jenuh Q/C> Jl. Durian - Jl. Adanya parit terbuka yang ganggu Soekarno geomitrik persimpangan dan Hatta mengurangi kapasitas jalan pendekat Arus jenih pada pagi arah barat Q/C>2, sedang arah dari durian Q/C =1,828, pada jam sore Q/C > 2 dari arah barat dan selatan jl. Soekarno Hatta Jl. A Yanijl . Cempaka (komplek Santa Maria)

Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat

Pelebaran segmen jalan Pelebaran jari-jari belokan Pemasangan marka dan rambu Penambahan jalur alternatif, Pelebaran jari-jari belokan Pemindahan rambu lalu lintas ke lokasi yang mudah dilihat Pembangunan Flay Over (sedang dalam Perencanaan)

2 fase traffic light Pembangunan Flay Over (segera dibangun) Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis.

Perbaikan geomitrik simpang, penutupan parit/memperlebar jembatan. Pelebaran jalan pendekat (sedang dikerjakan) Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis.

II - 74 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

NO 17

TITIK EKSISTING USULAN SOLUSI LOKASI Simpang Mall Terjadi antrean panjang pada segala Peningkatan kapasitas jalan pendekat SKA arah, khususnya pada jam sibuk pada dengan memperbesar jari-jari belokan sore hari serta pada hari libur. Pengurangan hambatan samping Panjang antrean kl 600 arah utara jl. Pengaturan system Traffic Light Tambusai dengan Q/C > 2, arah berdasarkan jumlah kendaraan dengan selatan Q/C =1,4. Pada hari libur sore menggunakan CCTV dinamis/statis. hari semua arah jenuh dengan nilai Q/C >1,5

Sumber : LAPI UIR, Hasil Survey Tahun 2010 Secara umum dalam rangka memberikan solusi jangka pendek menengah untuk mengatasi 17 persimpangan diatas, Peningkatan kapasitas jalan pendekat dengan memperbesar jari-jari belokan, Pengurangan hambatan samping, Pengaturan system Traffic Light berdasarkan jumlah kendaraan dengan menggunakan CCTV dinamis/statis, Perbaikan geomitrik simpang, penutupan parit/memperlebar jembatan dan Pelebaran jalan pendekat (sedang dikerjakan). Tabel 2.75 Jumlah Sarana Angkutan (umum dan pribadi) Yang terdaftar Dirinci Menurut Jenis Kendaraan di Kota Pekanbaru, 2007-2009
No. 1. 2. 3. 4. Jenis Kendaraan Sepeda Motor Mobil Penumpang Mobil Barang Mobil Bus Umum Bus Besar Bus Sedang Bus Kecil Mobil Bus Bukan Umum Mobil Penumpang Umum Kendaraan Roda Tiga Jumlah 2007 (Unit) 326.933 55.134 21.211 2008 (Unit) 444.629 74.982 55.180 2009 (Unit) 619.289 86.278 54.028

1.733 3.119 179 2.394 41 440.744

1.818 3.156 214 2.497 41 582.517

1.822 3.224 202 2.430 41 767.314

5. 6. 7.

Sumber : Dispenda Propinsi Riau, 2010 Tabel 2.76 Jumlah Kecelakaan Lalulintas Kendaraan Roda Dua, 2005-2008 Tahun 2005 2006 2007 2008 Mati 37 32 28 51 Luka Berat 27 24 33 31 Luka Ringan 11 21 17 5 Kecelakaan 75 77 78 87 Sumber : Data Polresta 2005-2008 yang sudah dianalisa dalam Prori, 2008 Terlihat dari Tabel 2.76 jumlah kecelakaan lalulintas dari pengendara roda dua, cendrung meningkat 16% selama 4 tahun, sedangkan tingkat resiko kematian akibat kecelakaan itu naik secara drastis 38% (2005-2008). Perlu upaya konkrit II - 75 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

mengontrol dan mengurangi tingkat kecelakaan ini sesuai dengan koridor Rencana Umum Nasional Keselamatan (RUNK) yang tertuang pada 5 pilar keselamatan lalulintas, yaitu: manajemen keselamatan, jalan berkeselamatan, kendaraan berkeselamatan, pengendara yang berkeselamatan dan penanganan paska kecelakaan (RUNK, 2012). Untuk memfasilitasi keberangkatan ataupun kedatangan angkutan umum antar kota dalam provinsi ataupun antar kota luar provinsi yang menggunakan angkutan darat, pemerintah kota Pekanbaru memiliki fasilitas terminal sesuai dengan tipenya. Adapun terminal-terminal sebagaimana dimaksud dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 2.77 Nama Terminal, Tipe, Luas dan Pengelola, 2011
No 1. 2. 3. Nama Terminal Rumbai Senapelan Terminal Bandar Raya Payung Sekaki Tipe C C A Luas (m2) 2400 3000 62000 Instansi Pengelola Dishub Kota Pekanbaru Dishub Kota Pekanbaru Dishub Kota Pekanbaru

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Terminal type A Bandar Raya Payung Sekaki merupakan terminal antar kota antar provinsi dan terminal antar kota dalam provinsi yang dimiliki pemerintah kota Pekanbaru. Berdasarkan data yang tercatat pada terminal Bandar Raya Payung Sekaki, jumlah kendaraan dan penumpang yang tiba maupun yang berangkat dari kota Pekanbaru sesuai dengan jenis perjalanan, yaitu Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) maupun Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 2.78 Data Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki Pertahun
Tahun AKAP AKDP Datang 2.637.184 2.987.776 Berangkat 2.738.233 3.176.235 Datang Berangkat 2006 3.635.360 3.822.670 2007 3.823.675 4.265.887 Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2008

Jumlah kendaraan yang masuk ke terminal Bandar Raya Payung Sekaki dari upaya penertiban yang telah dilakukan terhadap kendaraan angkutan umum antar kota, baik dalam provinsi maupun dari luar provinsi dapat dilihat pada tabel 2.79.

II - 76 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.79 Data Jumlah Kendaraan yang Masuk dan Jumlah Petugas Pada Terminal Bandar Raya Payung Sekaki, 2007-2009
No. 1 2 3 Tahun 2007 2008 2009 Jumlah Kendaraan Masuk Terminal (rata-rata unit/hari)*) 685 773 391 Jumlah Petugas (Orang) 66 75 75

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009 Catatan : *) Merupakan jumlah rata-rata pada tahun bersangkutan. Sistem jaringan angkutan umum penumpang meliputi rute trayek dan simpul transportasi meliputi terminal dan sub terminal/pangkalan. Secara umum jaringan angkutan umum berkapasitas kecil sampai dengan 12 orang. Angkutan kota di Pekanbaru terdiri dari 24 trayek, yang terdiri dari 15 angkutan kota dan 9 bus Kota. Prasarana pendukung angkutan umum meliputi terminal dan tempat berhenti/shelter di kota Pekanbaru. Untuk angkutan kota sebagai tempat berhenti atau melayani trayek dalam kota fasilitas terminalnya type C yang terdiri dari Terminal Mekar Sari, Terminal Senapelan, Terminal Rumbai dan Terminal Mayang Terurai. Sedangkan untuk kendaraan umum yang tidak dalam trayek dapat dilihat pada tabel berikut. Pada saat ini jenis angkutan umum yang beroperasi di Kota Pekanbaru terdiri dari beberapa jenis yang meliputi Angkutan Taxi, Bis Kota dan Oplet. Sedangkan jumlah armada yang beroperasi di Kota Pekanbaru pada saat ini sebanyak 66 Bus Kota, Angkutan Kota 1.7242 unit, Taxi 455 unit, dan Bajaj 38 unit. Pada tahun 2009 Pemerintah Kota Pekanbaru sidah menerapkan Sistem Angkutan Umum Massal (SAUM) Trans Metro Pekanbaru sebanyak 20 unit. Tabel 2.80 Jumlah Kendaraan Angkutan Penumpang Umum Tidak Dalam Trayek, 2009
No. 1. 2. 3. 4. Jenis Kendaraan Taksi dengan Argometer Kendaraan Sewa Bus Wisata Kendaraan Roda Tiga Jumlah 2007 (unit) 552 330 10 41 933 2008 (unit) 655 330 10 41 1.036 2009 (unit) 589 330 10 41 970

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2009 Tabel 2.81 Pekembangan Infrastruktur Terminal, Halte, dan Jembatan, 2006-2010
No 1. 2. 3. Infrastruktur Gedung Terminal barang. Halte Jembatan Penyeberangan 2006 30 1 2007 1 10 1 2008 10 1 2009 10 1 2010 10 1

Sumber: Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011

II - 77 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Potensi parkir Tepi Jalan Umum di wilayah Kota Pekanbaru pada tahun 2005 adalah sebanyak 111 lokasi, bertambah sebanyak 11 lokasi dari tahun 2002, dengan jumlah juru parkir menjadi sebanyak 288 orang dengan rasio dengan rasio 0,65 juru parkir/1000 kendaraan. b. Pergerakan Pesawat Terbang di Bandara Sutan Syarif Kasim II Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru, merupakan bandara tersibuk ke-2 di daratan Sumatera setelah Bandara Polonia Medan (Suratno, ICO SSK II, Oktober 2007).Saat ini landasan pacu yang dimiliki Bandara Sultan Syarif Kasim II-Pekanbaru adalah 2.240 m dan lebar 30 m yang kurang dari dimensi minimum runway untuk pesawat berbadan besar (panjang minimum 2.200 m dan lebar minimum 45 m). Pertumbuhan penumpang (2003-2008) naik, dari 1,1 juta penumpang menjadi 1,8 juta penumpang/tahun). Terminal building eksisting 7.300 m2 dengan kapasitas 520 penumpang, namun pada jam sibuk terdapat sampai 1.700 penumpang pada tahun 2006 (PT. Angkasa Pura II, 2005). Pada tahun 2010 luas terminal penumpang yang dibutuhkan paling sedikit 10.000 m untuk mengakomodasi lebih dari 2 juta penumpang/tahun dengan penumpang 2.000 perjam sibuk.
11600 11400
pesawat (unit)

11200 11000 10800 10600 10400 10200 DATANG BERANGKAT 2006 11321 11347 2007 11408 11440 2008 10998 11025 tahun 2009 10698 10657 2010 10763 10798 DATANG BERANGKAT

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, Tahun 2011 Gambar 2.37 Kedatangan dan Keberangkatan Pesawat

Terlihat penurunan frekuensi pergerakan pesawat di bandara SSK II. Namun hal ini tidak berarti menurunkan jumlah pergerakan penumpang yang datang dan berangkat, karena adanya perubahan tipe dan badan pesawat. Perubahan tipe dan badan pesawat ke pesawat yang lebih besar (misalnya dari F-28 ke B 737) dapat mengangkut lebih banyak penumpang. Hampir 2 juta pergerakan penumpang datang dan berangkat setiap tahunnya sejak dari tahun 2009-2010. Hal ini menunjukkan trend kenaikan pergerakan penumpang dalam 2 tahun terakhir.

II - 78 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

1000000
penumpang (orang)

950000 900000 850000 800000 750000 DATANG DATANG BERANGKAT

2006

2007

2008

2009

2010

853107 900390 900953 976346 976346

BERANGKAT 855139 912622 913767 987023 987023 tahun

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.38 Kedatangan dan Keberangkatan Penumpang, 2006-2010 c. Pergerakan Kapal Dalam dan Luar Negeri Sampai saat ini Kota Pekanbaru telah melakukan pengelolaan dan pengembangan berbagai fasilitas di Pelabuhan Sungai Duku, untuk meningkatkan pelayanan yang mencakup keberangkatan/kedatangan penumpang dan barang dalam dan luar negeri. Selain melayani penumpang dan barang untuk rute-rute daerah di dalam Provinsi Riau, pelabuhan ini juga melayani penumpang dan barang untuk dan dari Provinsi Kepulauan Riau bahkan Kota Malaka-Malaysia. Namun terjadi penurunan pergerakan kapal yang sangat signifikan untuk tujuan dalam negri sebesar >12.000% dari 10.000 pergerakan menjadi 850 pergerakan (Gambar 39). Sedangkan pergerakan kapal ke luar negri cendrung fluktuatif diangka 1100-1300 pergerakan kapal. Perubahan pergerakan kapal ini menunjukkan indikasi moda transportasi Sungai telah beralih ke moda transportasi lainnya, seperti transportasi darat. Sehingga beban transportasi darat menjadi relative berat, hal ini ditandai dengan meningkatnya magnitude kerusakan jalan. Upaya-upaya untuk menfungsikan kembali transportasi sungai ini (terutama untuk mengangkut barang) perlu untuk diupayakan lagi untuk memperlancar kegiatan Percepatan Dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) yang berkesinambungan.

II - 79 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

12000
pergerakan kapal (unit)

10000 8000 6000 4000 2000 0 DALAM NEGERI LUAR NEGERI 2006 2007 2008 10545 1338 tahun 2009 7579 1151 2010 848 1193 DALAM NEGERI LUAR NEGERI

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.39 Jumlah unit pergerakan kapal, 2008-2010 Pergerakan kapal yang menurun, mengakibatkan pengangkutan barang baik di dalam negeri maupun luar negeri juga menurun cukup signifikan (Gambar 2.39). Pengangkutan barang untuk dalamnegri berkurang hampir 20 juta ton (periode 2008-2010). Sedangkan untuk luar negri berkurang 2 juta ton dalam periode 3 tahun. Rata-rata rasio angkutan barang dalam negri per kapal adalah 9700 ton/kapal (2008), untuk luar negri 3000 ton/kapal (2008). Secara umum barang yang diangkut oleh kapal dalam negri lebih banyak dari yang ke luar negri. Untuk prasarana pelabuhan rakyat, seperti Pelabuhan Pelita Pantai belum dikelola oleh Pemerintah Kota Pekanbaru. Untuk Terminal penumpang dan dermaga di Pelabuhan Sungai Duku perlu terus dilakukan peningkatan supaya lebih nyaman dan aman untuk melayani penumpang kapal dari dan ke Pekanbaru. Pelabuhan rakyat menyebar di sepanjang Sungai Siak berpotensi untuk memperlancar kegiatan perekonomian.
12000000 10000000

GRT (ton)

8000000 6000000 4000000 2000000 0 DALAM NEGERI LUAR NEGERI 2006 2007 2008 10221805 3952686 tahun 2009 7930837 3038698 2010 8353394 1225526 DALAM NEGERI LUAR NEGERI

Sumber : Dishub Kominfo Kota Pekanbaru, 2011 Gambar 2.40 Jumlah volume barang yang diangkut kapal (ton), 2008-2010

II - 80 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.4.3. Fokus Sumber Daya Manusia


Kualitas sumber daya manusia suatu daerah sangat menentukan kemampuan daerah untuk dapat bersaing, baik di tingkat lokal, nasional maupun internasional. Kualitas sumber daya manusia sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan yang dimilikinya, skill (hard dan soft skill) serta aspek religius. 2.4.3.1. Kualitas Tenaga Kerja (Persentase Lulusan S1/S2/S3) Dilihat dari background pendidikannya, maka kondisi kualitas sumber daya manusia (SDM) Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 dapat dilihat pada Gambar 2.41 di bawah ini.
18 16.77 16 14 12

10
9.07 8

7.81

7.98

8.09

6
2006 2007 2008 2009 2010

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 Gambar 2.41. Persentase Penduduk Lulusan Perguruan Tinggi (S1/S2/S3) Kota Pekanbaru Tahun 2006-2010 Dari gambar di atas terlihat bahwa persentase penduduk lulusan perguruan tinggi dari tahun ke ahun cenderung meningkat, terutama sejak tahun 2007 (7,98%) sampai 2009 (16,77%). Pada tahun 2010, persentase penduduk lulusan perguruan tinggi menurun kembali. 2.4.3.2. Tingkat Ketergantungan (Rasio Ketergantungan) Tingkat ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 diperlihatkan pada Tabel 2.82 di bawah ini. Dari data tersebut dapat dilihat bahwa rasio ketergantungan penduduk Kota Pekanbaru dari tahun 2006 sampai 2010 cenderung stabil pada nilai 43% 50%. Tabel 2.82 Rasio Ketergantungan (%) Kota Pekanbaru Tahun 2006 sampai 2010
No
1. 2. 3. 4. 5.

Uraian
Jumlah penduduk usia <15 th Jumlah penduduk usia >64 th Jumlah penduduk usia tdk produktif Jumlah penduduk usia 15-64 th Rasio ketergantungan (3/4)

2006
229.521 20.544 250.065 504.402 49,6%

2007
235.764 18.172 253.936 525.963 48,3%

2008
224.527 16.794 241.321 557.892 43,3%

2009
241.614 17.582 259.196 543.592 47,7%

2010
263.287 20.519 283.806 613.963 46,2%

Sumber: BPS Kota Pekanbaru 2011 II - 81 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.5. PENELAAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KOTA PEKANBARU


Perencanaan pembangunan daerah pada prinsipnya bertujuan untuk mengintegrasikan rencana tata ruang wilayah dengan rencana pembangunan daerah. Dalam kaitan itu, penyusunan RPJMD harus berpedoman pada RTRW untuk menjamin agar arah kebijakan dalam RPJMD selaras dengan atau tidak menyimpang dari arah kebijakan RTRW. Penelaahan rencana tata ruang bertujuan untuk melihat kerangka pemanfaatan ruang daerah dalam 5 (lima) tahun mendatang berikut asumsi-asumsinya.

2.5.1. Telaah Rencana Struktur Ruang


Struktur ruang adalah susunan pusat-pusat permukiman dan sistem jaringan prasarana dan sarana yang berfungsi sebagai pendukung kegiatan sosial ekonomi masyarakat yang secara hierarkis memiliki hubungan fungsional. Telaahan terhadap rencana struktur ruang meliputi: a. Peta Rencana Struktur Ruang

Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026 dapat dilihat pada Gambar 2.42 di bawah ini.

Sumber : RTRW Kota Pekanbaru revisi 2006 Gambar 2.42 Peta Rencana Struktur Ruang Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026

II - 82 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

b. Rencana Sistem Perkotaan Arahan sistem pusat pelayanan dirumuskan berdasarkan: 1. Pemantapan fungsi pelayanan pada pusat-pusat kegiatan yang telah terbentuk, melalui penyesuaian fungsi jaringan jalan dengan aktivitas yang dikembangkan. Pembentukan pusat pelayanan baru pada setiap Wilayah Pembangunan (di luar WP I) yang disesuaikan dengan fungsi dominan wilayah yang bersangkutan. Sistem pusat pelayanan yang akan dibentuk terdiri atas satu Pusat Primer yang berada pada Kawasan Pusat Kota (WP I), dan 4 (empat) Pusat Sekunder yang terletak pada masing-masing pusat Wilayah Pembangunan (WP II, WP III, WP IV, dan WP V). Pusat pelayanan di bagian Utara sungai Siak pengembangannya akan diarahkan pada kegiatan-kegiatan yang berdampak kecil terhadap lingkungan. Sementara pada bagian Selatan sungai Siak, pengembangannya akan diarahkan pada kegiatan-kegiatan terbangun dengan prioritas pengembangan jasa, perdagangan, industri, permukiman, dan pendidikan. Di bagian Timur, prioritas pengembangan akan diarahkan pada sektor industri, pergudangan, perdagangan, dan jasa transportasi.

2.

3.

4.

Fungsi primer dan sekunder di Kota Pekanbaru adalah sebagai berikut : c. Fungsi Primer, meliputi : (a) Perdagangan regional; (b) Pemerintahan; (c) Pelabuhan penumpang dan barang; (d) Terminal AKAP; (e) Pelabuhan udara; (f) Industri; (g) Pergudangan; (h) Pendidikan tinggi; (i) Rumah sakit; dan (j) Sport centre. Fungsi sekunder, meliputi : (a) Perdagangan kota; (b) Niaga/komersial; (c) Pusat kecamatan dan WP; (d) Terminal kota; dan (e) Permukiman. Wilayah Pembangunan (WP)

d.

c.

Pembagian Wilayah Pembangunan di Kota Pekanbaru adalah seperti pada Tabel berikut : Tabel 2.83 Wilayah Pembangunan di Kota Pekanbaru
No. 1 Wilayah Pembangunan WP-I Kecamatan Pekanbaru Kota Senapelan Limapuluh Sukajadi Sail Rumbai Fungsi Pemerintahan Perdagangan Perkantoran Permukiman Pendidikan Perdagangan Olahraga Industri

WP-II

II - 83 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

No.

Wilayah Pembangunan

Kecamatan

Fungsi Rekreasi Kawasan lindung Permukiman

WP-III

Rumbai Pesisir

Industri Besar Pergudangan Rekreasi Kawasan lindung Permukiman Industri besar Pergudangan Rekreasi Pemerintahan Pendidikan Permukiman Pendidikan Perkantoran Pemerintahan Industri Permukiman Perdagangan

WP-IV

Tenayan Raya Bukit Raya

WP-V

Marpoyan Dumai Tampan Payung Sekaki

Sumber: Rencana Umum Tata Ruang Kota Pekanbaru Tahun 1993 d. Rencana Jaringan Transportasi Skenario pengembangan jaringan jalan di Kota Pekanbaru adalah: 1. Program Pengembangan 1, optimasi pengembangan Jalan Siak II Jl. Air Hitam Raya Jl. Garuda Sakti Jl. Subrantas, untuk menghubungkan wilayah-wilayah di bagian utara Kota Pekanbaru seperti Dumai, Duri dan Minas dengan kota Padang (Sumatera Barat) dan Jambi tanpa melalui pusat kota. Program Pengembangan 2, Pembangunan Jalan Lingkar Luar (Outer Ring Road) ditujukan untuk mengalihkan lalu lintas regional dari arah Bangkinang menuju Pangkalan Kerinci atau sebaliknya. Selain itu, untuk menghindari penumpukan lalu lintas regional dan lokal di dalam kota, yang dapat menimbulkan kemacetan. Pembuatan jalan lingkar di sebelah barat dan timur kota, selain untuk mengurangi beban lalu lintas yang melintasi pusat kota, juga untuk mendukung kawasan-kawasan yang potensial seperti kawasan industri Tampan yang berada di barat kota, kawasan Perkantoran Regional dan Kawasan Pendidikan yang berada di Utara Sungai Siak. Membuka keterisolasian wilayah-wilayah potensial serta menarik perkembangan suatu wilayah, seperti wilayah yang memiliki potensi pariwisata di Kecamatan Rumbai serta wilayah di Kecamatan Bukit Raya yang berpotensi bagi pengembangan kawasan industri dan perumahan. Program Pengembangan 3, Pengembangan jaringan jalan lingkar yang menghubungkan kawasan potensial yang ada di bagian Utara dan Selatan Sungai Siak. Kawasan potensial yang akan dilayani oleh jaringan jalan ini

2.

3.

II - 84 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

antara lain, kawasan wisata Danau Lembah Sari, Kawasan Industri Tenayan, dan pusat-pusat permukiman yang akan dibentuk. 4. Program Pengembangan 4, Pengembangan jaringan jalan yang menghubungkan kawasan pusat kota dengan kawasan potensial berkembang di sebelah Timur (Kawasan Industri Tenayan). Jaringan jalan ini selain ditujukan untuk meningkatkan aksesibilitas antar kawasan dalam lingkup internal, juga di rencanakan untuk meningkatkan aksesibilitas antar wilayah, terutama antara Pekanbaru Perawang, dan Pekanbaru - Pangkalan Kerinci. Alokasi pembangunan terminal cargo diarahkan untuk di sekitar lokasi KIT. Program Pengembangan 5, Pengembangan jaringan jalan Lingkar Dalam yang menghubungkan Kawasan Pusat Kota dengan jalan arteri yang berada di Utara Sungai Siak. Jaringan jalan ini lebih ditujukan untuk mendistribusikan arus pergerakan dari dan menuju kawasan pusat kota dari arah Utara tidak menumpuk pada jalan arteri (Jalan Yos Sudarso, Jalan Riau, dan jalan Sudirman) sehingga dapat mengurangi kemacetan akibat tingginya volume kendaraan. Program Pengembangan 6, meliputi pengembangan dan peningkatan jaringan jalan kolektor selain sebagai upaya untuk menata sistem dan hirarki jaringan jalan yang terstruktur, juga dapat dimanfaatkan sebagai jalan penghubung antara pusat-pusat kegiatan, dan antara kawasan pusat kota dengan kawasan hinterlandnya. Rencana Sistem Jaringan Sumber Daya Air

5.

6.

e.

Arahan pengembangan sistem penyediaan air bersih adalah sebagai berikut : 1. Penyediaan air bersih oleh PDAM dengan meningkatkan kinerja pelayanan melalui optimasi pemanfaatan kapasitas produksi tersisa, penambahan kapasitas produksi dan perluasan jaringan distribusi. Dalam jangka menengah (tahun 2011), target tingkat pelayanan akan mencapai 8% dari total penduduk Kota Pekanbaru. Dalam jangka panjang (2016), tingkat pelayanan PDAM ditargetkan akan mencapai 20% dari total penduduk Kota Pekanbaru. Tingkat kehilangan akan direduksi dari 65,6% menjadi 20% hingga akhir tahun rencana. Untuk mencapai target tersebut, diperlukan IPA dengan kapasitas produksi hingga 1.980 ltr/dtk, atau penambahan kapasitas sebanyak 1.360 ltr/dtk dari kapasitas terpasang saat ini. melalui

2. 3. 4. 5.

Langkah implementasi arahan pengembangan tersebut disiasati pembagian wilayah pelayanan air bersih menjadi 3 (tiga) zona yaitu : a.

Zona I, merupakan zona pelayanan eksisting yang meliputi kawasan pusat kota dan sebagian kawasan di Kecamatan Rumbai. Pasokan air bersih untuk zona ini akan dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih Tampan.

II - 85 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

b.

Zona II, merupakan zona pelayanan eksisting yang meliputi kawasankawasan yang ada di sekitar Danau Limbungan. Pasokan air bersih untuk zona ini akan dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih Danau Limbungan. Zona III, merupakan zona pengembangan yang meliputi kawasan-kawasan yang ada di Selatan Kota Pekanbaru. Pasokan air bersih untuk zona ini akan dipenuhi dari sistem Pengolahan Air Bersih dengan sumber air baku dari Sungai Kampar Kanan.

c.

2.5.2 Telaah Rencana Pola Ruang


Pola ruang adalah distribusi peruntukan ruang dalam suatu wilayah yang meliputi peruntukan ruang untuk fungsi lindung dan fungsi budidaya. Telaahan terhadap rencana pola ruang, meliputi:

Sumber : RTRW Kota Pekanbaru Gambar 2.43 Rencana Penggunaan Lahan Kota Pekanbaru Tahun 2007-2026 a. 1. Rencana Kawasan Lindung Kawasan perlindungan daerah bawahannya yang terdiri dari dua jenis kawasan yaitu Kawasan Hutan Lindung dan Kawasan Resapan Air. a) Bila mengacu pada ketentuan Keppres 32 Tahun 1990 tentang Pengelolaan Kawasan Lindung, maka tidak ada satu pun kawasan di Kota Pekanbaru masuk dalam kriteria Hutan Lindung. II - 86 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Kawasan lindung terdiri dari:

b) Kawasan yang termasuk dalam kawasan resapan air diprioritaskan di bagian Utara yaitu di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir, seluas 12.805,38 Ha. 2. Kawasan perlindungan setempat, terdiri dari: a) Sempadan sungai; b) Kawasan sekitar waduk atau danau. c) Kawasan hijau kota 3. Kawasan rawan bencana Kawasan rawan gempa merupakan wilayah-wilayah yang berada pada jalur patahan yang memanjang dari arah Kecamatan Payung Sekaki hingga Kecamatan Bukit Raya dan melintasi kawasan Bandara SSK II. b. Kawasan Budidaya 1. Kawasan Permukiman Pendekatan pengembangan kawasan permukiman: a. Kawasan permukiman diarahkan untuk mengisi kawasan belum terbangun terutama di kawasan pusat kota. Ini dilakukan untuk mengoptimalkan pelayanan dari kegiatan-kegiatan yang telah berkembang dan mengurangi perkembangan kawasan permukiman secara sporadis. b. Pengembangan kawasan permukiman pada wilayah-wilayah pengembangan, baik yang dilakukan secara individu maupun kelompok, sedapat mungkin agar berada dalam pengawasan instansi terkait melalui mekanisme IMB. c. Pengembangan kawasan permukiman oleh developer dalam skala kecil (<10 Ha), harus memperhatikan keterkaitan sistem jaringan jalan, jaringan drainase dan jaringan air bersih untuk menghindari kemungkinan munculnya daerah genangan dan kawasan rawan air bersih. d. Penataan kawasan perumahan sepanjang aliran sungai disesuaikan dengan ketentuan sempadan. e. Perluasan fisik kawasan perumahan disesuaikan dengan arahan pemanfaatan ruang dan hasil analisis kebutuhan ruang yang diproyeksikan berdasarkan kecenderungan pertumbuhan penduduk. Distribusi pengaturan kepadatan kawasan permukiman adalah sebagai berikut : a. Kawasan permukiman kepadatan tinggi, tersebar di 5 (lima) kecamatan di kawasan pusat kota yaitu Kecamatan Pekanbaru Kota, Sail, Senapelan, Limapuluh dan Sukajadi. b. Kawasan permukiman kepadatan sedang diarahkan pengembangannya di wilayah pengembangan lainnya yaitu Kecamatan Tenayan Raya, Bukit Raya, Marpoyan Damai, Tampan, dan Payung Sekaki. c. Kawasan permukiman kepadatan rendah, diarahkan di wilayah pengembangan yang juga berperan sebagai kawasan konservasi, yaitu di Kecamatan Rumbai dan Rumbai Pesisir dan kawasan rawan bencana di sepanjang jalur patahan.

II - 87 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.

Kawasan Perkantoran dan Pemerintahan

Berdasarkan RUTR Kota Pekanbaru Tahun 1993, arahan kebijakan pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan adalah sebagai berikut : a. Mempertahankan lokasi kawasan pemerintahan yang ada saat ini yaitu di sekitar kantor Gubernur Riau dan Walikota Pekanbaru, dengan melakukan penataan/pengelompokan terhadap instansi-instansi yang memiliki keterkaitan koordinasi yang tinggi. (Hal ini berdasarkan RUTR Kota Pekanbaru Tahun 1993 yang sekarang sedang direvisi). b. Pengembangan kawasan perkantoran dan pemerintahan baru diarahkan dengan berorientasi pada : i. Kawasan sekitar Kantor Gubernur sebagai pusat utama. ii. Kawasan sekitar gedung Kantor DPRD dan Dinas Pertambangan Provinsi Riau, sebagai kawasan pengembangan alternatif I yang diprioritaskan bagi dinas-dinas di lingkungan pemerintahan kota. iii. Kawasan sekitar Simpang Pasar Pagi Arengka sebagai kawasan pengembangan alternatif II yang diprioritaskan untuk dinas-dinas di lingkungan Pemerintahan Propinsi. iv. Koridor M.S Amin sebagai kawasan pengembangan alternatif III yang diprioritaskan untuk dinas-dinas, baik Provinsi maupun Kota. v. Relokasi kawasan pemerintahan, khususnya bagi dinas-dinas yang belum memiliki bangunan tetap, pengaturan lokasi nya dapat disesuaikan berdasarkan intensitas koordinasi antar instansi. vi. Beberapa perkantoran pemerintah seperti Dinas Kehutanan, Dinas Peternakan, Dinas Pertanian, dan seterusnya, disarankan agar letaknya mendekati lokasi-lokasi yang menjadi daerah/ tanggung jawab pembinaannya. vii. Alokasi kawasan perkantoran dan pemerintahan khususnya yang berada pada koridor M.S Amin dapat juga bersifat mix used baik oleh pemerintah maupun swasta. Untuk kebutuhan ke depan, perlu direncanakan pengembangan kawasan perkantoran pemerintah terpadu, yang berlokasi di kawasan Kecamatan Tenayan Raya atau Bukit Raya dengan luasan lebih kurang 100 ha. 3. Kawasan Perdagangan

Pertambahan jumlah sarana perdagangan di Kota Pekanbaru hingga tahun 2016 diperkirakan akan mencapai 5.789 unit yang terdiri dari pasar, kios, dan toko. Jumlah tersebut tidak termasuk fasilitas perdagangan skala besar, dengan asumsi bahwa, pengembangan fasilitas ini sudah terakomodir pada kawasan khusus sesuai dengan luasan lahan yang telah ditetapkan. Kebijakan ini sebagai bagian dari langkah untuk menghindari penyebaran kegiatan skala besar yang tidak sesuai dengan arahan pemanfaatan ruang dan struktur kota, yang dapat berdampak pada sirkulasi dan arah orientasi pergerakan. Kegiatan perdagangan direncanakan tersebar pada beberapa ruas jalan utama Kota Pekanbaru, terutama pada ruas-ruas jalan arteri dan kolektor sebagai berikut :

II - 88 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

a.

Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kawasan, pengembangannya diarahkan pada semua wilayah pembangunan dengan mempertimbangkan keserasian antara skala kegiatan dengan lokasi kegiatan. Perdagangan lokal dengan skala pelayanan kota pengembangannya di arahkan pada pusat-pusat Wilayah Pembangunan dengan memperhatikan arahan pemanfaatan dan sebaran lahan permukiman yang ada di sekitarnya. Perdagangan regional (seperti pasar induk) diarahkan pengembangannya pada koridor-koridor arteri, baik primer maupun sekunder terutama pada kawasan di sekitar Kawasan Industri Tenayan (KIT).

b.

c.

Demi terciptanya struktur pelayanan kegiatan perdagangan yang semakin baik pada masa mendatang, maka kebijakan yang perlu ditempuh oleh Pemerintah Kota Pekanbaru adalah : a. Membatasi perkembangan kegiatan perdagangan skala regional pada kawasan pusat kota, seperti di Jalan T. Tambusai, Jalan Sudirman, Jalan A. Yani, dan Jalan H. Imam Munandar. Tidak mengeluarkan izin baru atau memperpanjang izin usaha bagi kegiatan perdagangan yang tidak sesuai peruntukannya. Pengembangan kawasan perdagangan regional harus memilki interaksi yang cukup kuat dengan kawasan terminal regional dan outlet-outlet transportasi lainnya seperti pelabuhan laut/ sungai dan bandar udara. Kapling-kapling kawasan perdagangan tidak diijinkan memiliki akses langsung ke jalan arteri primer (harus diarahkan menggunakan akses jalur lambat). Kawasan Pendidikan

b. c.

d.

4.

Kebijakannya adalah: 1. Sebelah Barat, di sekitar jalan Subrantas ke arah Bangkinang dengan inti kegiatan UNRI dan UIN untuk pendidikan tinggi bidang sience dan ilmu agama; 2. Sebelah Utara, di sekitar jalan Yos Sudarso dengan inti kegiatan UNILAK dan Politeknik Caltex untuk pendidikan tinggi bidang engineering dan rekayasa teknologi; 3. Sebelah Selatan, di sekitar jalan KH Nasution dengan inti kegiatan UIR untuk pendidikan tinggi bidang keteknikan, multi sience dan ilmu agama; 4. Sebelah Timur, di sekitar jalan Lintas Timur (Kecamatan Tenayan Raya) untuk pendidikan tinggi bidang teknik, politeknik dan kejuruan penunjang sektor industri. 5. Kawasan dan Zona Industri

Untuk mengakomodir kebutuhan pengembangan kawasan industri hingga tahun 2016, alokasi ruang yang dicadangkan adalah : a. Kawasan Industri Tenayan (KIT) seluas 3.247,54 Ha di Kecamatan Tenayan Raya dikembangkan secara terpadu dengan kelengkapan kawasan pergudangan, sistem pengolahan limbah, perumahan dan prasarana transportasi. II - 89 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

b. c.

Lahan konsesi Caltex seluas 1.155 Ha di Kecamatan Rumbai Pesisir. Zona industri kecil (kerajinan rotan di jalan Yos Sudarso Kecamatan Rumbai, dan industri makanan khas di sekitar simpang jalan Garuda Sakti dan Jalan Subrantas) yang dipadukan dengan sentra perdagangan produk industri kecil sebagai bagian dari kegiatan pariwisata. Kawasan Pergudangan

6.

Rencana pengembangan kawasan pergudangan di Kota Pekanbaru dilakukan dalam rangka mengantisipasi 3 (tiga) isu utama yaitu : a. Peningkatan peran Kota Pekanbaru sebagai simpul koleksi dan distribusi seiring perubahan sistem perwilayahan regional pasca pemekaran Provinsi Kepulauan Riau. Operasionalisasi kawasan industri Tenayan yang akan berdampak pada peningkatan aliran barang, baik bahan baku maupun barang produksi. Peningkatan ini akan berdampak pada semakin meningkatnya kebutuhan kawasan pergudangan yang berfungsi sebagai pos transisi dalam proses distribusi barang. Sebagaimana halnya perkembangan kawasan industri, kecenderungan perkembangan kegiatan perdagangan dan niaga dalam skala regional akan memberikan konsekuensi terhadap peningkatan arus barang dalam jumlah besar.

b.

c.

Kebijakan pengembangan kawasan pergudangan diarahkan sebagai berikut : a. Alokasi kawasan pergudangan ditetapkan dengan mempertimbangkan eksistensi kegiatan dengan skala pelayanan regional yang telah ada (kawasan pusat kota, kawasan perdagangan, kawasan AKAP). b. Lokasi kawasan pergudangan harus dapat mengantisipasi perkembangan kawasan industri dan perdagangan pada masa yang akan datang. c. Rencana pengembangan kawasan pergudangan dan terminal cargo di arahkan sekitar Kawasan Industri Tenayan. Sedangkan di sekitar kawasan AKAP Bandar Raya Payung Sekaki (sudah tidak direkomendasikan lagi sejak tahun 2012). d. Untuk mendukung kinerja proses transfer dan bongkar muat barang, selain didukung oleh prasarana transportasi darat yang memadai, dukungan transportasi laut/sungai juga perlu mendapat perhatian khusus. Untuk itu, pada lokasi sekitar muara Sungai air hitam perlu dibangun pelabuhan barang yang berfungsi sebagai pelabuhan umum, dan pembangunan pelabuhan barang di kawasan industri Tenayan yang berfungsi sebagai pelabuhan khusus. 7. Kawasan Olahraga

Rencana lokasi kawasan olahraga di arahkan sebagai berikut : a. Pusat kegiatan olahraga (sport centre) dengan sarana dan prasarana olahraga yang lengkap dikembangkan di Kecamatan Rumbai, tepatnya pada lokasi Stadion Rumbai dan sekitarnya. b. Kawasan olahraga skala kota dikembangkan di kawasan pusat kota dengan memanfaatkan lahan kosong yang tersedia, dan bila memungkinkan dapat II - 90 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

dikembangkan di lokasi Lapangan Awal Bross atau sekitar Kawasan Bandar Serai dan Parit Indah. c. Sport centre di bagian Selatan Kota diarahkan di sekitar jalur patahan yang dikembangkan dengan konsep yang didominasi oleh ruang terbuka. d. Kawasan olahraga skala WP, dikembangkan pada masing-masing pusat WP. e. Kawasan olahraga skala lingkungan dikembangkan pada pusat-pusat lingkungan dengan ketentuan: o Pada tingkat kelurahan bisa terlayani oleh 1 (satu) lapangan olahraga yang dilengkapi dengan lintasan lari. o Pada tingkat RW dan kelurahan minimal tersedia lapangan voli, takraw, atau bulutangkis. 8. Kawasan Rekreasi Kawasan rekreasi di Kota Pekanbaru meliputi : a) Danau Lembah Sari (Kec. Rumbai Pesisir) b) Danau Alam Mayang (Kec. Tenayan Raya) c) Kawasan Cagar Budaya (Kec. Senapelan) d) Kawasan Payung Sekaki (Waterfront City) di Kec. Rumbai e) Kawasan Budaya Bandar Serai Simpang Tiga (Kec. Bukit Raya) f) Kawasan Wisata Kuliner Taman Labuai (Kec.Bukit Raya) dan Pasar Bawah (Kec. Senapelan) g) Kawasan Wisata Alam dan Bumi Perkemahan Taman Hutan Raya SSK II (Kec.Rumbai) h) Taman Rekreasi Mesjid Agung Annur (Kec. Limapuluh) i) Taman Kolam Tandon (Kec. Pekanbaru Kota) j) Hutan Kota (Kec. Sail). k) Kawasan agrotourism di sekitar Okura sebagai sentra pengembangan buahbuahan dan sayuran. l) Kawasan rekreasi waterboom di sekitar jalan Arifin Achmad, (Kec. Marpoyan Damai). m) Seluruh areal konservasi yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai kawasan wisata, baik secara alami, maupun yang dikelola. 9. Kawasan Khusus

Kawasan khusus merupakan kawasan yang intensitas pemanfaatannya bersifat terbatas dan penanganannya pun bersifat khusus, antara lain: a. Markas militer, b. Perumahan militer, c. Kawasan bandara, d. Kawasan sempadan sungai, e. Jalur jaringan listrik tegangan tinggi, f. Jalur jaringan pipa gas, g. Lapangan tembak, h. Kompleks PT. CPI i. Kawasan pusat budaya melayu II - 91 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.5.3. Telaah Indikasi Program Pemanfaatan Ruang


Program pemanfaatan ruang adalah program yang disusun dalam rangka mewujudkan rencana tata ruang yang bersifat indikatif, melalui sinkronisasi program sektoral dan kewilayahan baik di pusat maupun di daerah secara terpadu. Telaahan terhadap indikasi program pemanfaatan meliputi: a. Program Pembangunan Sektoral Wilayah Kota; b. Program Pengembangan Wilayah Kota; c. Program Pengembangan Kawasan dan Lingkungan Strategis yang Merupakan Kewenangan Pemerintah Daerah Kota Arah pengembangan Kota Pekanbaru akan mengikuti skenario sebagai berikut : a. Perkembangan kegiatan akan diintensifkan di kawasan pusat kota, terutama untuk kegiatan perdagangan regional dan lokal, niaga, pemerintahan, dan permukiman b. Perkembangan kawasan permukiman di arahkan ke Selatan, Timur dan Barat Kota, dengan mempertimbangkan : 1. Kondisi morfologi kawasan dan dukungan fasilitas dan prasarana terutama jaringan jalan dan air bersih; 2. Pengaruh Kawasan pendidikan tinggi yang semakin berkembang di Kecamatan Tampan dan Marpoyan Damai; 3. Kecenderungan pengembang untuk membangun kawasan perumahan di wilayah ini cukup tinggi; 4. Rencana pengembangan Kawasan Industri di Kecamatan Tenayan Raya diproyeksi akan menyerap tenaga kerja yang cukup besar. Sementara pada bagian Utara dan Timur Laut intensitas pengembangan kawasan dilakukan secara terbatas sebagai akibat : 1. Keberadaan kawasan perkebunan yang dikelola oleh perusahaan besar yang memegang izin HGU dalam jangka panjang; 2. Keberadaan Kawasan Lindung Tahura SSK II dan beberapa kawasan yang ditetapkan sebagai catchment area. 3. Pengendalian terhadap kawasan di sekitar Danau Lembah Sari yang pengembangannya selain untuk tujuan sektor wisata, juga untuk tujuan konservasi. 4. Kondisi bentang alam yang cukup bergelombang dan kondisi air tanah yang rata-rata berada pada kedalaman lebih dari 150 m. c. Perkembangan Kawasan Terminal AKAP Bandar Raya Payung Sekaki. Perkembangan kawasan ini juga akan diikuti oleh : 1. Berkembangnya kawasan niaga dan pergudangan yang merupakan komponen yang saling melengkapi dengan kawasan terminal. 2. Berkembangnya jasa perhotelan dan pusat-pusat hiburan; 3. Perkembangan kawasan permukiman dengan ukuran kavling sedang hingga besar; Kondisi ini sebagai respon untuk mengakomodasi perkembangan Kawasan AKAP Bandar Raya Payung Sekaki sebagai sentra bisnis baru pada masa yang akan datang.

II - 92 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

d.

Perkembangan kawasan perdagangan, niaga dan jasa akan terus berkembang pada jaringan jalan utama seperti : 1. Jalan Sudirman, mulai dari simpang T. Tambusai hingga simpang Jl. Arifin Achmad cenderung tumbuh sebagai kawasan campuran dimana kegiatan perdagangan, perkantoran, jasa dan niaga, serta perumahan mewah berkembang. 2. Jalan Riau, terutama di sekitar simpang Jl. Sukarno Hatta hingga Riau Ujung, cenderung tumbuh sebagai pusat pelayanan regional dimana kawasan perdagangan dan niaga skala regional berkembang. 3. Jalan T. Tambusai mulai simpang SKA hingga terminal AKAP cenderung berkembang sebagai kawasan campuran dimana kegiatan perdagangan dan jasa skala regional berkembang. 4. Jalan Sukarno Hatta mulai simpang Riau hingga Pasar Pagi Arengka cenderung berkembang sebagai kawasan campuran yang didominasi oleh kegiatan perdagangan skala kota hingga regional. 5. Jalan Subrantas mulai simpang Pasar Pagi Arengka hingga simpang jl. T. Tambusai Ujung cenderung tumbuh sebagai kawasan campuran dimana kegiatan perdagangan, niaga, pemerintahan, dan jasa berkembang. 6. Jalan Hang Tuah, mulai jembatan S. Sail hingga simpang Jl. H. Imam Munandar akan tumbuh sebagai kawasan campuran dimana kawasan perdagangan skala kota dan kawasan permukiman berkembang. 7. Jalan H. Imam Munandar mulai Jembatan S. Sail Hingga simpang Jl. Hang Tuah cenderung berkembang sebagai kawasan campuran dimana kegiatan jasa pendidikan tinggi, pedagangan dan permukiman berkembang.

Mengacu pada hal tersebut di atas, maka konsep struktur ruang yang akan dibentuk dengan penekanan pada : a. Mengoptimalkan rencana-rencana pengembangan yang telah ada dalam rangka mewujudkan visi dan misi pengembangan Kota Pekanbaru. b. Menyelaraskan pembangunan kawasan budidaya melalui alokasi penyediaan kawasan lindung dan kawasan non terbangun yang ditetapkan berdasarkan fungsi ekologis dan kendala fisik yang dimiliki. c. Menciptakan kawasan permukiman yang teratur dan terdistribusi sesuai dengan peruntukannya. Sejalan dengan konsep struktur ruang yang dikembangkan, maka konsep pemanfaatan ruang Kota Pekanbaru juga akan mengacu pada konsep struktur tersebut. Konsep struktur ruang wilayah Kota Pekanbaru tetap konsisten dengan yang telah diarahkan RUTR serta berdasarkan visi dan misi kota Pekanbaru yaitu Multiple Nuclei dimana beban kawasan pusat kota yang selama ini terjadi disebarkan pada beberapa lokasi yang saling terkait serta terciptanya kota yang madani. Dengan demikian konsep pemanfaatan ruangnya juga mengarah pada pengembangan kawasan-kawasan dengan spesialisasi fungsi yang sesuai dengan pusat pengembangannya.

II - 93 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

2.6. PENELAAHAN RTRW PROVINSI RIAU (DRAFT 2012) YANG BERKAITAN DENGAN KOTA PEKANBARU 2.6.1. Konsepsi Struktur Ruang Wilayah Provinsi Riau (yang berkaitan dengan Kota Pekanbaru)
Struktur ruang wilayah menggambarkan tata-susunan dari sistem pusat-pusat permukiman perkotaan dan kawasan-kawasan di dalam suatu wilayah, yang ditunjang oleh rencana pengembangan jaringan prasarana dan sarana dasar. Kawasan-kawasan yang dimaksudkan di sini adalah kawasan-kawasan pemanfaatan ruang di luar pusat-pusat permukiman perkotaan yang di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) didefinisikan sebagai Kawasan Andalan. Dengan mengacu pada tujuan penataan ruang dan sasaran pemanfaatan ruang wilayah Riau, serta pendekatan konsepsional yang telah dikemukakan, dapat dirumuskan konsepsi struktur ruang wilayah Provinsi Riau sampai dengan tahun 2030 sebagai berikut : a. Sebagai antisipasi terhadap proses globalisasi yang terus berlangsung, strukturruang wilayah Provinsi Riau pada saat ini maupun ke depan secara bertahap harus terbuka dan bersifat orientasi keluar (outwardlooking). Namun, orientasi ke luar ini tidak boleh sampai menyebabkan terputusnya basis perekonomiansetempat pada proses perekonomian global dan tercerabutnya akar sosial-budaya lokal. Investasi asing di wilayah Provinsi Riau perlu diupayakan agar senantiasa terkait dengan potensi SDA, penyerapan tenaga kerja, dan pemanfaatan bahan-bahan lain yang bersifat lokal atau setempat. b. Orientasi ke luar, dimana struktur ruang wilayah Provinsi Riau perlu ditunjang dengan pusat-pusat permukiman perkotaan jenjang PKN (Pusat Kegiatan Nasional) dan PKW (Pusat Kegiatan Wilayah), serta dilengkapi dengan simpulsimpul jaringan transportasi internasional berupa pelabuhanlaut, pelabuhan penyeberangan, dan bandar udara, yang tidak hanya handal dalam pelayanan tetapi juga mampu bersaing dengan prasarana serupa di daerah dan negara lain.Perkotaan jenjang PKN berfungsi sebagai Gerbang Utama Antar Bangsa, yang dilengkapi dengan Bandar Udara jenjang Pusat Penyebaran Primer dan Pelabuhan Laut jenjang Hub Internasional (International Hub), untuk meningkatkan aksesibilitas dan interaksi ekonomi wilayah Provinsi Riau kenegara-negara ASEAN dan Asia Pasifik pada khususnya, yang secara bertahap juga dikembangkan untuk melayani negara-negara belahan dunia lainnya. Terdapat 2 (dua) PKN yakni Kota Pekanbaru, Kota Dumai dan 1 (satu) PKN yang akan dipromosikan yakni Kuala Enok, ketiganya dilengkapi dengan prasarana dan sarana transportasi internasional sebagaimana dimaksud. c. Secara nasional sistem permukiman perkotaan ditata menurut jenjang fungsinya sebagai PKN (Pusat Kegiatan Nasional), PKW (Pusat Kegiatan Wilayah) dan PKL (Pusat Kegiatan Lokal). Terkait pada sistem permukiman perkotaan nasional ini, untuk keperluan penataan struktur ruang eksternal wilayah Provinsi Riau dibutuhkan pengembangan pusat-pusat permukiman perkotaan dengan jenjang sebagai PKN dan PKW. d. Secara mikro, tata ruang wilayah Provinsi Riau harus pula ditunjang oleh struktur ruang internal yang integratif terhadap struktur ruang eksternal (lokasi-lokasi PKN, PKW, dan simpul-simpul kegiatan transportasi II - 94 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

e.

f.

internasional). Struktur ruang internal wilayah Provinsi Riau ini dibentuk melalui penataan sistem permukiman perkotaan pada jenjang di bawah PKW, yaitu PKL dan jenjang di bawahnya lagi yang akan disebut sebagai Sub PKL (Sub Pusat Kegiatan Lokal). Untuk menciptakan interaksi dan hubungan langsung ke jaringan perkotaan poros perekonomian dunia, PKN perlu dilengkapi fasilitas pelabuhan laut dengan kelas fungsi Pelabuhan Hub Internasional atau Pelabuhan Internasional dan bandar udara dengan kelas fungsi Pusat Penyebaran Primer atau Pusat Penyebaran Sekunder. Dalam beberapa kasus (tergantung pada kebutuhan) PKN juga dapat dilengkapi dengan pelabuhan laut kelas fungsi lebih bawah dan pelabuhan penyeberangan. Pada tiap-tiap pusat permukiman (PKN, PKW, dan PKL) ditetapkan fungsifungsi utama pelayanan perkotaan berdasarkan potensi sektor/subsektor unggulan kawasan dan peran perkotaan yang bersangkutan dalam konteks eksternal maupun internal wilayah.

2.6.1.1. Rencana Sistem Perkotaan (Urban System) Untuk mendukung aksesibilitas global wilayah Provinsi Riau ke jaringan perkotaan poros perekonomian dunia dalam rangka menyongsong era pasar bebas, meningkatkan pola kegiatan dan keterkaitan ekonomi wilayah provinsi serta mengoptimalkan fungsi-fungsi pelayanan internal dan eksternal/regional, dikembangkan struktur sistem perkotaan PKN, PKW dan PKL sebagai berikut: terdapat 2 (dua) Pusat Kegiatan Nasional (PKN), yaitu : Kota Pekanbaru dan Kota Dumai.Pengembangan kota Dumai dan Pekanbaru diarahkan ke dalam satu koridor/poros perkembangan yang ditumpu oleh pengembangan jaringan jalan tol yang menghubungkan kedua kota tersebut.

2.6.2. Kebijakan Pokok Pengembangan Permukiman Perkotaan


Sejalan dengan arahan komponen-komponen struktur ruang wilayah, maka diarahkan kebijakan pokok pengembangan permukiman perkotaan di wilayah Provinsi Riau. Dalam rangka menyongsong era pasar bebas (khususnya AFTA di lingkungan ASEAN), permukiman perkotaan jenjang fungsi PKN dan PKW yang sudah ditetapkan yaitu Pekanbaru, Dumai, Kuala Enok (PKNp), Pasir Pangaraian, Ujung Tanjung, Siak Sri Indrapura, Selat Panjang, BengkalisBuruk Bakul dan RengatPematang Reba perlu terus didorong perkembangannya untuk lebih meningkatkan daya tarik dan daya saing kawasan, sedangkan untuk PKW yang belum berkembang maka upaya pengembangannya perlu dipercepat.

2.6.3. Kawasan Strategis Provinsi


Kawasan strategis provinsi adalah wilayah penataan ruang yang di prioritaskan karena mempunyai pengaruh yang sangat penting dalam lingkup provinsi terhadap ekonomi, sosial, budaya dan/atau lingkungan. Penetapan kawasan strategis provinsi dari sudut pertumbuhan ekonomi ditetapkan dengan kriteria:

II - 95 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Memiliki potensi ekonomi cepat tumbuh; Memiliki sektor unggulan yang dapat menggerakkan pertumbuhan ekonomi nasional; Memiliki potensi ekspor; Didukung jaringan prasarana dan fasilitas penunjang kegiatan ekonomi; Memiliki kegiatan ekonomi yang memanfaatkan teknologi tinggi; Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi pangan nasional dalam rangka mewujudkan ketahanan pangan nasional; Berfungsi untuk mempertahankan tingkat produksi sumber energi dalam rangka mewujudkan ketahanan energi nasional; atau Ditetapkan untuk mempercepat pertumbuhan kawasan tertinggal.

Berdasarkan analisa yang bertumpu kepada peluang pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kemampuan ekonomi masyarakat, kawasan strategis diwilayah provinsi Riau, yang berkaitan dengan Kota Pekanbaru adalah Kawasan Industri Tenayan. Kota Pekanbaru sebagai Ibu kota provinsi sekaligus menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Provinsi Riau daratan membutuhkan sarana transportasi guna mendukung aktifitas ekonomi di daerahnya. Selain transportasi darat, transportasi air merupakan alat penghubung yang ekonomis. Sampai saat ini Sungai Siak masih dapat menyediakan transportasi air bagi Kota Pekanbaru, namun kedepan dengan meningkatnya lalu lintas di sungai Siak serta semakin tingginya pertumbuhan industri, maka perlu dilakukan relokasi pelabuhan maupun kawasan industri yang selama ini berpusat di Kota Pekanbaru ke wilayah Tenayan. Perwujudan PKN Pekanbaru dilakukan melalui : a. Studi Penentuan Kawasan Metropolitan Pekanbaru b. Penyusunan Rencana Rinci Ruang Kawasan c. Fungsionalisasi terminal AKAP Payung Sekaki d. Pengembangan sarana dan prasarana perkotaan e. Pengembangan system angkutan umum masal f. Pengembangan Infrastruktur Jalan Kota g. Pengembangan agro industri h. Pengembangan Sarana Pendidikan Tinggi i. Peningkatan Sarana Pelayanan Umum RSUD j. Peningkatan dan Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan k. Peningkatan TPA Regional l. Mengembangkan Kota Pekanbaru sebagai Kota Metropolitan dengan jumlah penduduk sekitar 3.000.000 jiwa. m. Meningkatkan Bandara Sultan Syarif Kasim II menjadi Pusat Penyebaran Primer (PPP) yang didukung bandara-bandara lainnya yang skala pelayanan dan jenjangnya ditata secara hierarkis. Hasil analisis gambaran umum kondisi daerah terkait dengan capaian kinerja penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah Kota Pekanbaru dapat dilihat pada Tabel 2.84.

II - 96 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Tabel 2.84 Hasil Analisis Gambaran Umum Kondisi Daerah Terhadap Capaian Kinerja Penyelenggaraan Urusan Pemerintahan Kota Pekanbaru
No I 1 1.1 1.2 2 3 3.1 3.2 3.4 3.5 4 4.1 4.1.1 4.1.2 Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah KESEJAHTERAAN MASYARAKAT Indikator Makro Pertumbuhan Ekonomi (%) 10,15% 16.480 6.367 9,89% 20.119 6.997 9,05% 24.916 7.630 8,81% 30.038 8.302 8,98% 36.753 9.047 Capaian kinerja tahunan 2006 2007 2008 2009 2010 2011 Standar Interpreta si (<, =, >)

PDRB Atas Dasar Harga Berlaku (Milyar Rp) PDRB Atas Dasar Harga konstan 2000 (Milyar Rp) Kesejahteraan dan pemerataan ekonomi Pertumbuhan PDRB per-tahun (harga konstan tanpa migas) Laju inflasi di ibu kota Provinsi (%) (%)

9,9 6,32% -

9,1 7,53% 77,00

8,8 9,02% 77,54

9,0 1,94% 77,86 6,30% 78,27 -

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) (%) Persentase Penduduk Miskin Kesejahteraan Sosial Pendidikan Angka Melek Huruf Angka rata-rata lama sekolah (%) (tahun) (%)

99,90 -

99,70 11,30

99,77 11,30

99,80 11,32

99,87 11,33

100 -

Rasio ketersediaan sekolah per 10.000 penduduk usia sekolah SD/MI SMP/MTs SMA/MA/SMK 4.1.3 A B C 4.1.4 A B C 4.2 4.2.1 4.2.2 4.2.3 Angka partisipasi murni SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Angka partisipasi kasar SD/MI SMP/MTs SMA/SMK/MA Kesehatan Jumlah kelahiran hidup Angka usia harapan hidup Persentase Balita Gizi Buruk (jiwa) (tahun) (%) (%) (%) (%) (%) (%) (%)

26,63 26,60 20,92

26,49 28,66 21,43

24,88 27,67 21,16

25,23 27,40 21,49

26,13 23,00 18,99

112,2 72,5 -

110,25 74,48 49,01

99,60 84,43 64,98

104,59 94,15 64,98

102 94,92 63,62

100 100 100

diatas dibawah dibawah

131,13 99,72 46,74

135,59 98,26 56,42

115,59 96,19 89,07

121,55 110,72 89,07

122,74 111,32 89,69

100 100 100

diatas diatas dibawah

19.276 70,1 -

21.052 70,5 0,053%

19.594 70,7 0,022%

19.634 70,7 0,0005%

19.978 70,7 0,003%

20.595 70,7 0,004% <1% diatas

II 1 1.1 1.1. 1 A B 1.1. 2 A

PELAYANAN UMUM Pelayanan Urusan Wajib PENDIDIKAN Pendidikan dasar Angka partisipasi sekolah Rasio guru/murid Pendidikan Menengah Angka partisipasi sekolah SMP/MTs(%) SMA/SMK/MA(%) 93,8 74,2 98,1 75,9 96,2 75,9 96,0 77,8 92,1 88,6 100 100 dibawah dibawah (%) 97,7 466,20 1:21 98,8 478,35 1:21 98,9 496,37 1:20 99,2 490,27 1:20 108,2 486,49 1:20,5 100 diatas

II - 97 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

No B

Aspek/Fokus/Bidang Urusan/Indikator Kinerja Pembangunan Daerah Rasio guru/murid SMP/MTs(%) SMA/SMK/MA(%)

Capaian kinerja tahunan 2006 2007 738,29 1:13,5 874,80 1:11,4 5,54 0,02 0,02 570 0,7 2,9 31,16% 96,23% 100% 100% 25,76% 100% 5% 81,06% 100% 58,62% 2008 760,89 1:13,0 889,13 1:11,2 5,21 0,02 0,02 680 0,9 2,6 49,07% 90,33% 96,55% 100% 23,38% 100% 5% 91,1% 100% 55,17% 2009 742,43 1:13,5 862,31 1:11,6 5,22 0,02 0,02 695 0,9 3,4 100% 85,66% 55% 100% 20,09% 100% 6,2% 96,39% 100% 55,17% 2010 773,79 1:12,9 850,48 1:11,8 5,54 0,02 0,02 979 1,1 1,4 100% 85,55% 84,48% 100% 31,81% 100% 12% 94,73% 100% 55,17% 94,83% 100% 33,87% 100% 17,64% 80,05% 100% 56,9% 2011 742,65 1:13,5 871,97 1:11,5 5,39 0,02 0,02 979 1,1 3,4 100% 78,60%

Standar

Interpreta si (<, =, >)

1.2 1.2.1 1.2.2 1.2.3 1.2.4 1.2.5 1.2.6

KESEHATAN Rasio Posyandu per 1.000 Balita Rasio Puskesmas per 1.000 penduduk Rasio RS per 1.000 Penduduk Jumlah Dokter Rasio Dokter per 1.000 Penduduk Rasio Tenaga Medis per 1.000 Penduduk Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani Cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan yang memiliki kompetensi kebidanan Cakupan Kelurahan UCI Cakupan Balita gizi buruk mendapat perawatan Cakupan penemuan dan penanganan penderita TB BTA Cakupan penemuan dan penanganan penderita penyakit DBD Cakupan pelayanan kesehatan rujukan pasien masyarakat miskin Cakupan kunjungan bayi Cakupan Puskesmas Cakupan Puskesmas Pembantu -

80% 90% 100% 100% 100% 100% 100% 90% 100%

Diatas (tercapai) Mendekati

Mendekati Tercapai Dibawah Tercapai Dibawah Mendekati Tercapai

1.3

PEKERJAAN UMUM Jalan Kondisi Baik Jalan Tanah Panjang sungai yang dinormalisasi (m) 45,11% 56,37% 28.356 48,30% 55,91% 59.548 45,11% 53,72% 93.859 45,11% 55,91% 131.601 47,09% 35,05% 173.117 -

1.6

PERHUBUNGAN Jumlah kematian akibat kecelakaan lalu lintas roda dua ASPEK DAYA SAING 32 28 51 -

III 1

Sumber Daya Manusia Kualitas Tenaga Kerja Lulusan S1,S2, S3 Tingkat ketergantungan

7,81% 49,6%

7,98% 48,3%

9,07% 43,3%

16,77% 47,7%

8,09% 46,2%

II - 98 | RPJMD Kota Pekanbaru Tahun 2012-2017

Вам также может понравиться