Вы находитесь на странице: 1из 30

Makalah Pendidikan Agama Islam

Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah Adagium yang mengatakan bahwa, buku adalah pengikat ilmu, tidak ada yang mengingkarinya. Lebih dari itu, buku merupakan salah satu media utama dalam mencari kebenaran. Telah berabad-abad lamanya para ulama terdahulu mewarisi ilmu mereka kepada generasi berikutnya melalui buku yang mereka tulis. Buku-buku warisan para ulama tersebut menjadi amat berharga dan sangat penting bagi umat dalam rangka mencari kebenaran dan petunjuk Allah. Lalu apa jadinya jika buku-buku para ulama yang mewarisi ilmu dan petunjuk itu dikotori, diselewengkan dan bahkan dipalsukan? Sering terjadinya kasus-kasus penyelewengan dan kebohongan publik seperti ini dibenarkan oleh para ulama kawakan di Timur Tengah, semisal: Mufti Mesir, Syaikh Prof. Dr. Ali Jumah; toloh ulama Syria, al-Muhaddist asy-Syaikh Abdullah al-Harari al-Habasyi; tokoh ulama Maroko, al-Muhaddist as-Sayyid Ahmad al-Ghimari; tokoh ulama tasawuf di Makkah, al-Muhaddist as-Syaikh Muhammad ibnu Alawi al-Maliki, dan ulama-ulama lainnya. Salafi Wahabi sangat menyadari bahwa buku merupakan salah satu media paling efektif untuk mengarahkan umat kepada paham yang mereka inginkan. Karenanya tidak aneh jika mereka sangat menaruh perhatian besar dalam ranah perbukuan, penerbitan, dan penerjemahan. Beragam jenis bukubaik buku

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

kertas maupun buku digital (e-book)mereka cetak untuk dibagikan secara gratis maupun dijual dengan harga murah.

1.2 Tujuan Penulisan Makalah ini dibuat dengan tujuan: 1. Untuk memenuhi tugas membuat makalah mata kuliah Pendidikan Agama Islam yang diberikan kepada kami dengan mengambil tema yang telah disebut di awal. 2. Secara gamblang dan ringkas makalah ini dimaksudkan untuk menyampaikan informasi ilmiah tentang Wahabisme, didukung oleh fakta-fakta yang ada, yang selama ini cenderung tertutup dan ditutup-tutupi dengan harapan kita dapat mengambil pelajaran darinya. 3. Memberikan tambahan pengetahuan tentang aliran pemahaman yang menyimpang dalam Islam sehingga saudara-saudara kaum muslimin dapat mewaspadai segala bentuk pemikiran yang dapat menjerumuskan akidah keislamannya, dan 4. Semoga makalah ini dapat menjadi amal saleh di sisi-Nya dan dapat memperberat timbangan amal kebajikan kelak di akhirat. Amin.

1.3 Batasan Masalah Mengingat luasnya masalah yang bisa dibahas dalam makalah ini baik dari segi sejarah, ideologi, maupun perkembangannya sampai Salafi Wahabi melakukan banyak penyelewengan, penyimpangan dan kebohongan utamanya

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

melalui propaganda buku dan pemalsuan kitab-kitab klasik karya ulama Islam, maka kami membatasi pembahasan pada seputar sejarah dan sepak terjang singkat Salafi Wahabi, beberapa poin penting penyelewengan dan penyimpangan paham ini, serta beberapa bukti autentik dan ilmiah tentang pemalsuan kitab-kitab karya ulama Islam, penyelewengan teks yang ada, serta komentar para ulama terhadap paham ini.

1.4 Rumusan Masalah Untuk memperjelas ulasan tentang tema makalah maka kami mengangkat dua permasalahan pokok dalam bahasan makalah ini, yaitu: 1. Sejak berdiri dan dalam perkembangannya, apa saja bentuk penyelewengan dan penyimpangan yang telah dilakukan oleh Salafi Wahabi? 2. Bukti-bukti autentik apa saja yang berkaitan dengan pemalsuan dan penyelewengan teks kitab-kitab klasik karya ulama-ulama Islam?

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Sekilas tentang Salafi Wahabi Kata salafi merupakan sebuah bentuk penisbatan kepada as-salaf yang mana secara bahasa bermakna orang-orang yang hidup sebelum zaman kita.1 Adapun secara terminologi as-salaf dapat dimaknai sebagai generasi tiga abad pertama sepeninggal Rasulullah, yakni para sahabat Nabi Saw., kemudian para tabiin (pengikut Nabi setelah masa sahabat), dan tabi at-tabiin (pengikut Nabi setelah masa tabiin). Hal ini berdasarkan pada sebuah hadist muttafaqun alaih yang berbunyi: Sebaik-baik manusia adalah (yang hidup) di masaku, kemudian yang mengikuti mereka (tabiin), kemudian yang mengikuti mereka (tabi attabiin). (HR. Bukhari dan Muslim). Oleh karena itu, seorang Salafi berarti seseorang yang mengikuti jalan para sahabat Nabi Saw., tabiin dan tabi attabiin dalam seluruh sisi ajaran dan pemahaman mereka.2 Sampai di sini sebenarnya tidak ada masalah dengan klaim salafi ini, karena pada dasarnya setiap muslim akan mengakui legalitas kedudukan para sahabat Nabi Saw. dan dua generasi terbaik umat Islam sesudahnya. Seorang muslim mana pun sedikit banyak memiliki kadar kesalafian dalam dirinya, meskipun tidak menggembar-gemborkan bahwa ia seorang Salafi. Sebab, dari definisi ini, maksud dari kata salafi sebenarnya adalah Islam itu sendiri.

1 2

Abu al-Fadhl Muhammad ibnu Manzhur: Qamus Lisan al-Arab, Dar as-Shadir, Beirut, Lebanon 1410 H. Cetakan ke-1, entri Sa-La-Fa, jilid 6, h. 330 Dari kata ini kemudian sering didengar kata bentukan lainnya, seperti Salafiyah (yang berarti ajaran atau paham Salaf) atau Salafiyun/Salafiyin yang merupakan bentuk jamak dari Salafi

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

Namun demikian, saat ini penggunaan kata salafi menjadi tercemari. Kata salafikarena propaganda dan klaim yang gencarsaat ini secara khusus mengarah kepada kelompok gerakan Islam tertentu. Lebih dari itu, kelompok tersebut mengaku-aku sebagai satu-satunya kelompok salaf yang merasa paling benar. Dan yang lebih berbahaya, kelompok ini cenderung menyimpang dari ajaran Islam yang benar yang dianut oleh mayoritas umat Islam sejak zaman Rasulullah Saw. hingga saat ini. Siapakah sebenarnya kelompok yang mengklaim sebagai Salafi yang akhir-akhir ini mulai marak tersebut? Ketahuilah, kelompok yang sekarang mengaku-aku sebagai Salafi ini, dahulu dikenal dengan nama Wahabi. Tidak ada perbedaan antara Salafi yang ini dengan Wahabi. Sewaktu di Jazirah Arab, mereka lebih dikenal dengan Wahhabiyah Hanbaliyah. Namun, ketika di ekspor ke luar Saudi, mereka mengatasnamakan dirinya dengan Salafi.3 Prof. Dr. Said Ramadhan al-Buthi dalam bukunya, as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami,4 mengungkapkan bahwa Wahabi berganti baju menjadi Salafi atau terkadang Ahlussunnahyang seringnya tanpa didikuti dengan kata wal Jamaahkarena mereka merasa risih dengan penisbatan tersebut dan mengalami banyak kegagalan dalam dakwahya. Pada hakikatnya, mereka bukanlah Salafi atau para pengikut Salaf. Mereka lebih tepat jika disebut dengan Salafi Wahabi seperti yang tertulis dalam judul makalah ini. Sebutan Salafi Wahabi lebih tepat karena mereka adalah

3 4

Hasan bin Ali as-Segaf: as-Salafiyah al-Wahhabiyah, Dar al-Imam ar-Rawwas, Beirut, Lebanon, h. 20. Dr. Said Ramadhan al-Buthi: as-Salafiyah Marhalah Zamaniyah Mubarakah La Madzhab Islami, Dar al-Fikr, Damaskus, Syria 1996, h. 236.

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

pengikut Muhammad ibnu Abdul Wahab yang lahir di Uyainah, Najd,5 Saudi Arabia pada tahun 1115 H (1701 M) dan wafat tahun 1206 H (1792 M). Pendiri Wahabi ini sangat mengagumi Ibnu Taimiyah, seorang ulama kontroversial yang hidup di abad ke-8 Hijriah dan banyak mempengaruhi cara berpikirnya.6 Salafi Wahabi sangat erat kaitannya dengan dinasti Saud di Saudi Arabia. Sampai akhir abad ke-17, Jazirah Arab masih terbagi empat wilayah, bagian utara berpusat di Syam (Syria), timur di Najd, barat di Hijaz, dan selatan di Yaman. Tapi awal abad ke-18, Gubernur Najd, Muhammad Ibnu Saud, yang didukung oleh Muhammad bin Abdul Wahab, memisahkan diri dari Khalifah Utsmani. Pertama kali muncul, gerakan ini langsung dihabisi oleh Khalifah Utsmani yang memerintahkan Gubernur Mesir, Raja Fuad, untuk memerangi mereka. Dalam pertempuran ini Muhammad Ibnu Saud bisa dikalahkan dan salah satu anaknya, Faisal, terbunuh. Akan tetapi, Abdul Aziz bin Abdurrahman bin Muhammad Saud, cucu Muhammad Saud, melarikan diri ke luar negeri untuk menghimpun kekuatan. Begitu ada kesempatan dengan dukungan pasukan yang sangat militan, Abdul Aziz menyerang Mekah. Begitu masuk Mekah, mereka langsung meratakan semua kuburan, termasuk kuburannya Siti Khadijah, Abdullah bin Zubaer, Asma binti Abu Bakar, kuburan para sahabat, dan kuburan ulama. Situs-situs sejarah perkembangan Islam juga dibongkar: rumah paman Nabi Muhammad Saw. dijadikan toilet, rumah Siti Khadijah difungsikan sebagai tempat pembuangan, rumah Sayyidina Ali dijadikan kandang keledai, rumah

5 6

Najd sekarang masku ke dalam kawasan Kota Riyadh, Saudi Arabia. Muhammad Abu Zahrah: Tarikh al-Mazhabib al-Islamiyah al-Fiqhiyah, Dar al-Fikr al-Arabi, Cairo, h. 187.

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

kelahiran Nabi Saw. dibongkar, Bab Bani Syaibah (tempat bersejarah untuk menentukan siapa yang berhak meletakkan Hajar Aswad) dihilangkan jejaknya, Baitul Arqam dibongkar, Dar an-Nadwah diratakan dan tempat mengajar Imam Syafii juga dibongkar.

2.2 Penyimpangan Salafi Wahabi Salah satu propaganda Salafi Wahabi yang cukup mempedaya kaum awam adalah ajakan mereka agar umat kembali kepada pemahaman salaf. Akan tetapi, ajakan itu tidak semanis bunyinya. Sebab, jika kita cermati secara teliti, kita akan melihat bahwa orang-orang yang mengajak kepada pemahaman salaf itu justru melarang umat Islam untuk mengikuti pemahaman salaf semisal imamimam mazhab yang empat (Hanafi, Maliki, Syafii, Hanbali). Sebaliknya, mereka malah menganjurkan untuk mengikuti atau bertaklid kepada pemahaman mereka, atau jika tidak, kepada pemahaman orang-orang yang hidup setelah tiga abad pertama utamanya kepada tiga tokoh utama Salafi Wahabi: Ibnu Abdul Wahab, Ibnu Taimiyah, dan Muhammad Nashiruddin al-Albani. Oleh karena itu, pada hakikatnya mereka bukanlah Salafi atau pengikut salaf sehingga seperti telah disebut di awal mereka lebih tepat jika disebut sebagai Salafi Wahabi. Lalu, dari manakah munculnya istilah Salafi untuk menggelari orang yang mengklaim dirinya sebagai satu-satunya penerus ajaran as-Salafus as-Shalih (yakni para sahabat, tabiin dan tabi at-tabiin)? Yang jelas, bukan dari para sahabat Nabi Saw., bukan dari para ulama salaf terdahulu, dan bukan pula dari para imam ahli hadist. Nashiruddin al-Albanilah (salah seorang tokoh sentral

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

Salafi Wahabi) yang pertama kali mempopulerkan istilah ini, sebagaimana terekam dalam sebuah dialognya dengan salah satu pengikutnya, yaitu Abdul Halim Abu Syuqqah, pada bulan Juli 1999 M (Rabiul Akhir 1420 H).7 Salafi Wahabi mengklaim bahwadalam memahami Al-Quran dan Sunnahumat Islam harus berdasarkan pemahaman salaf dan wajib mengikuti mazhab salaf. Klaim ini disadari atau tidak telah mengandung dua kekeliruan besar. Kekeliruan pertama, sesungguhnya para salaf tidak pernah sama dalam memahami berbagai masalah agama yang begitu komplek. Mereka tidak pernah berada dalam satu mazhab hingga sah untuk mengatakan mazhab salaf, atau pemahaman salaf. Dalam kitab-kitab hadist dan atsar, semisal kitab alMushannaf karya al-Hafizh Abdurrazzaq dan Ibnu Abi Syaibah, terdapat contohcontoh yang begitu banyak tentang perbedaan salaf dalam memahami masalah keislaman. Kesalahan kedua, dalam Al-Quran dan Sunnah tidak ada satu dalil pun yang mewajibkan kita untuk memahami sesuatu dengan pemahaman salaf atau mazhab salaf seperti klaim Salafi Wahabi. Al-Quran dan Sunnah tidak menganjurkan kita untuk menanggalkan akal, juga tidak mewajibkan kita untuk memahami Al-Quran dan Sunnah dengan pemahaman orang lain. Karena ilmu atau pemahaman ahli istinbat (yakni para mujtahid) pada setiap masa dan tempat diakui syari dan tidak khusus kepada Salafi. Begitu pula, ijma para mujtahid di setiap masa, baik salaf maupun khalaf, juga diakui secara syarii dan termasuk

Majalah As-Sunnah edisi 06/IV/1420, h. 20-25

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

salah satu dalil hukum. Selagi seseorang bisa sampai pada derajat pemahaman yang benar, dan menguasai berbagai disiplin ilmu yang diperlukan untuk memahami Al-Quran dan Sunnah, ia tidak wajib mengikuti pemahaman salaf.

2.2.1 Penyimpangan Ibnu Taimiyah Nama lengkapnya adalah Ahmad ibnu Abdul Halim ibnu Taimiyah, cucu dari seorang ulama terkemuka bermazhab Hanbali, al-Majdu ibnu Taimiyah alHanbali. Ia dilahirkan pada 661 H di Jazirah Ibnu Amr yang terletak di antara sungai Tigris (Daljah) dan Efrat, di Harran. Ayahnya, Syaikh Abdul Halim, pindah bersama keluarganya dari Harran ke Damaskus untuk menghindari serangan tentara Tartar pada 667 H. Sangat banyak bidah-bidah yang dilakukan oleh Ibnu Taimiyah, beberapa di antaranya adalah pernyataannya tentang kekalnya alam semesta ini, wujud Allah seperti wujud manusiapunya mata, wajah, tangan, kaki, duduk, naik-turun yang naik turunnya seperti manusiaseperti wujud lahir manusia yang tampak di mata makhluk. Azab neraka hanya sementara bagi orang kafir, larangan ziarah kubur, menyakan kemurnian Taurat dan Injil, wanita haid boleh thawaf tanpa membayar kifarat,8 talak kepada istri tidak jatuh asalkan dia digauli. Oleh karena itu, tidak mengherankan ketika ratusan, bahkan ribuan ulamabaik yang sezaman dengannya maupun yang hidup setelahnyamenentang fahamnya yang aneh itu. Di antara para ulama yang gigih membantah Ibnu Taimiyah adalah

Shahih bukhari no. 1540 dan 294; Shahih Muslim no. 1328 dan 2115; Musnad Imam Ahmad no. 35139; Shahih Ibnu Hibban no. 3908; Musnad Imam Syafii no. 1371; Serta riwayat-riwayat lain seperti Abu Daud, Nasii, dan Ibnu Majah.

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

10

al-Hafidz Abu Said al-Allai, al-Hafidz al-Iraqi, al-Hafidz Syamsuddin ibnu Tholon. Beberapa penyimpangan Ibnu Taimiyah adalah sebagai berikut: 1. Ibnu Taimiyah mentasybih dan mentajsim Allah dengan makhluk-Nya. Di antara bukti-bukti yang tak terbantahkan tentang masalah ini adalah ungkapannya sendiri yang benar-benar menyatakan Allah memiliki anggota tubuh seperti manusia, seperti yang tertulis dalam karyanya Bayan Talbis alJahmiyah atau yang dikenal sebagai Naqdh Asas at-Taqdis jilid pertama halaman 100-101.
Yang disifati dengan sifat-sifat seperti ini pasti berupa jisim (benda). Maka, Allah adalah benda tetapi tidak seperti benda-benda kebanyakan. Tidak ada dalam Al-Quran dan Sunah Rasulnya, tidak juga pendapat Salaf dan ulamanya, yang mengatakan bahwa Allah bukan jisim dan sifat-sifat-Nya yang juga bukan jisim dan bendawi. Maka menolak makna yang datang dari syariat dan itu sesuai akal dengan cara menolak lafazh-lafazh yang itu tidak ditolak oleh syariaat dan akal adalah suatu kebodohan dan kesesatan.9

2. Ibnu Taimiyah meyakini kemurnian Injil dan Taurat, bahkan menjadikannya referensi. Sungguh aneh bin ajaib, Ibnu Taimiyahsumber utama Salafi Wahabi sangat menyakini kebenaran Injil dan mengambil rujukan dari kitab tersebut sebagai dalil untuk mempertahankan akidah tajsimnya yang sangat aneh itu. Lihatlah pernyataannya dalam kitab Fatawa pada jilid 5 halaman 406.
Dalam kitab Injil, Isa al-Masih a.sa mengatakan, Janganlah kalian bersumpah dengan langit karena ia adalah kursi Allah. Isa berkata kepada pada muridnya, Jika kalian memaafkan orang lain, maka tuhan bapak kalian yang dilangitakan memaafkan kalian semuanya. Lihatlah kepada burungburung di langit, sesungguhnya burung-burung itu tidak menanam, tidak memanen, dan tidak pula berkumpul di udara. Bapak kalian yang di langitlah
9

Ibnu Taimiyah: at-Tasis fi Raddi Asasi at-Taqdis, jilid 1 h. 100-101

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

11

yang memberikan rejeki mereka. Bukankah kalian lebih utama dari burungburung itu? Hal-hal seperti ini banyak terdapat dalam Alkitab.10

3. Menyatakan bahwa alam dunia dan makhluk kekal abadi. Keanehan yang lain dari Ibnu Taimiyah tertulis dalam bukunya, Minhaj as-Sunnah, dia mengatakan:
(Ali k.w. adalah) orang yang sial. Dia berperang hanya untuk kekuasaan, bukan karena membela agama.. Kita tidak boleh membaiat orang yang lemah dalam berbuat adil, yaitu Ali, dan orang yang meninggalkan keadilan. Para ulama sunnah mengakui bahwa sesungguhnya peperangan (menumpas para bughat yang dilakukan Ali) itu tidak diperintahkan, tidak wajib, tidak juga sunnah. Tidak ada pendapat yang paling tercela daripada menumpahkan darah ribuan umat Islam yang lemah. Dalam menumpas mereka, tidak ada kemaslahatan bagi agamanya dan urusan dunianya, melainkan hanya mengurangi kebaikan yang telah ada dan memperburuk keadaan sebelumnya.11

4. Membenci keluarga Nabi Muhammad Saw. (Ahlul Bait). Ibnu Taimiyah telah menuduh Ahlul Bait semisal Imam Ali k.w. sebagai orang yang rakus kekuasaan, namun selalu sial dalam menggapainya, sebagaimana ia ungkapkan dalam Minhaj as-Sunnah an-Nabawiyah:
Jika kalian bertanya kepada kami, Kalau begitu kalian meyakini makhluk itu kekal bersama Tuhan?, maka kami menjawab, Ya, inilah keyakinan kami yang ditopang oleh syariat dan akal.

5. Menghina para sahabat utama Nabi Muhammad Saw. dan para ulama. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani yang bergelar Amirul Mukminin dalam bidang Hadist dan seorang ulama yang amanah menyatakan, Ibnu Taimiyah dihukumi dengan munafik karena sikapnya kepada Sayyidina Ali,12 dan

10 11 12

Ibnu Taimiyah: Majmu Fatawa, Op.cit., jilid 5 h. 406. Atau dapat Anda jumpai pada jilid 1 h. 470 versi Maktabah Syamilah yang bersumber dari www.al-islam.com Ibnu Taimiyah: Minhaj as-Sunnah,Op.cit., jilid 2 h. 203-204, jilid 3 h. 156 Ibnu Hajar al-Asqalani: ad-Durar al-Kaminah, op.cit., jilid 1, h. 154-155

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

12

dihukumi zindiq karena berpendapat tidak boleh istighasah dengan kebenaran Nabi Saw.13 Dia merasa dirinya sebagai mujtahid. Sehingga dia membantah pendapat para ulama, baik yang kecil maupun yang besar, yang terdahulu maupun yang belakangan, sampai berujung kepada menyalahkan Umar r.a., dia juga menuduh Ali k.w. telah melakukan tujuh belas kesalahan yang menyalahi teks Al-Quran. Dalam kitab Fath al-Bari, al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalani menegaskan, Kesimpulannya, mereka telah berpegang dengan pendapat Ibnu Taymiyah tentang haramnya melakukan perjalanan untuk ziarah ke makam Rasulullah Saw. dan kami mengingkarinya. Inilah perkara paling buruk yang dinukil dari Ibnu Taimiyah.14 6. Berbohong dan menipu untuk meyakinkan orang lain. Tokoh ulama Ahlussunnah, Syihabuddin ibnu Jahbal al-Halabi asySyafii, yang hidup sezaman dengan Ibnu Taimiyah mengatakan:
Kelompok ini, telah berdusta kepada para as-Sabiqun al-Awwalun (para pendahulu) dari kalangan Sahabat Anshar dan Muhajirin. Mereka mengaku-aku telah berucap dengan ucapannya. Seandainya emas seluas bumi ini diinfakkah, niscaya satu kata pun tidak akan dapat membenarkan klaim mereka itu. Kelompok ini berlindung di balik kedok Salaf untuk melestarikan kekuasaannya. Tameng yang mereka gunakan adalah Mereka ingin supaya merekan aman darimu dan aman pula dari kaumnya. (QS. 4:91). Orang-orang itu berhias denan riya dan kedok kesalehan, sehingga kotoran tinja mereka anggap perak, toilet sebagai tempat suci, dan jagung sebagai permata.15

7. Melemahkan setiap Hadist yang bertentangan dengan pahamnya. Ibnu Taimiyah kerap kali melemahkan Hadist yang bertentangan dengan manhaj dan pemikirannya. Oleh karena itu, Imam adz-Dzahabiyang di

13 14 15

Ibid Ibnu Hajar al-Asqalani: Fathu al-Bari, jilid 3, h.66 Syihabuddin ibnu Jahbal al-Halabi asy-Syafii: al-Haqaiq al-Jaliyah fi ar-Raddi ala Ibni Taimiyah fi Ma Auradahu fi al-Fatwa al-Himawiyah, h.32

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

13

masa mudanya sangat simpatik kepada Ibnu Taimiyah, tetapi kemudian bertaubatmengkritisinya dengan berkata:
Alangkah indahnya jika semua Hadist shahih engkau (Ibnu Taimiyah) terima. Namun dalam setiap kesempatan, Hadist-hadist itu engkau katakan dhaif dan engkau rusak, atau engkau takwil lain dan engkau ingkari.16

8. Gampang mencaci, menghina, dan kurang santun Kebanyakan kaum Salafi Wahabi, demikian pula Ibnu Taimiyah, memiliki tabiat buruk dengan menghina dan mencaci-maki pihak lain jika tersudut atau disalahkan. Dalam kitab kitab al-Faqih al-Muadzdzab Ibnu Taimiyah pada halaman 152 disebutkan bahwa suatu ketika Ibnu Taimiyah pernah berfatwa tentang suatu masalah, namun difatwakan berbeda oleh ulama lain, lalu Ibnu Taimiyah mengomentarinya dengan kalimat:
Orang yang mengatakan hal ini, maka ia seperti keledai yang ada dirumahnya.

2.2.2 Penyimpangan Ibnu Abdul Wahab Muhammad Ibnu Abdul Wahab (1701-1792 M) adalah pendiri paham Salafi Wahabi sebagaimana telah disebut di awal. Secara garis besar, beberapa penyimpangannya adalah: dengan mudah mengkafirkan orang lain, melakukan persekongkolah demi kekuasaan,17 memerangi umat muslim dan menyebutnya jihad,18 merampas harta umat Islam dan mengklaimnya sebagai ghanimah, dan banyak lagi penyimpangan lainnya. Begitu banyaknya, maka makalah ini akan

16 17

18

Kautsari: Takmilatu as-Saif ash-Shaqil, h. 192. Persekongkolan ini dimuat di koran harian al-Jazirah as-Suudiyah terbitan hari Senin tanggal 12 Rabiul Awal 1422 H/4 Juni 2001 M; Utsman ibnu Abdullah Ibnu Bisyr an-Najdi (w. 1288 H): Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, Maktabah Riyad al-Haditsah, t.t., jilid 1, h. 15. Ibnu Bisyr: Unwan al-Majd fi Tarikh Najd, jilid 1, h. 12.

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

14

menjadi sangat tebal jika dipaparkan semuanya. Namun penulis akan menyampaikan sebagian kecil penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagai berikut: 1. Mewajibkan hijarah ke Najd. Muhammad ibnu Abdul Wahab mengharuskan setiap orang yang mengikuti mazhabnya untuk berhijrah ke Najd, suatu amalan yang tidak pernah dilakukan oleh Rasulullah Saw. dan para sahabatnya. Orang yang pertama kali membongkar kerancuan pahamnya dalam masalah hijrah ini adalah saudara kandungnya sendiri Sulaiman ibnu Abdul Wahab dalam kitabnya as-Shawaiq al-Muhriqah. Saat mensyarah hadis Nabi Saw. La Hijrata bada al-Fathi (tidak ada hijrah setelah penaklukan Mekah. Syaikh Sulaiman membongkar kerancuan adiknya dalam mengharuskan pengikutnya untuk tinggal di Najd dan larangannya untuk meninggalkan kota tersebut.19 2. Mengharamkan Shalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Mufti Mekah, Syaikh Ahmad Zaini Dahlan, dalam kitabnya ad-Durar asSanniyyah mengatakan:
Muhammad ibnu Abdul Wahab melarang shalawat kepada Nabi Saw. dia merasa tersiksa jika mendengar seorang bershalawat kepada Rasulullah. Dia juga melarang orang bershalawat Nabi pada malam jumat dan mengeraskan bacaan shalawatnya di atas menara. Bahkan, dia tidak segan untuk menyiksa orang yang melakukan itu dengan siksaan yang berat. Sampai-sampai dia tega untuk membunuh lelaki buta, seorang tukan adzan saleh yang memilikisuara merdu, hanya kerna dia bershalawat kepada Rasulullah selepas mengumandangkan adzannya. Dia telah mengelabui pengikutnya dengan alasan menjaga tauhid. Sungguh perkataannya itu sangat tidak bermoral dan perilakunya sangat rendah.20

3. Menafsirkan Al-Quran dan berijtihad semaunya.

19 20

Sulaiman Ibnu Abdul Wahab: ash-Shawaiq al-Ilahiyah fi ar-Radd ala al-Wahhabiyah, tahkik Ibrahim Muhammad al-Bathawi, Dar al-Ihsan, Cairo, Mesir, h. 123-124 Ahmad ibnu Zaini Dahlah: ad-Durar as-Saniyyah fi ar-Radd ala al-Wahhabiyyah, Dar Jawami al-Kalim, cet. ke-2, Cairo, Mesir, h. 142

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

15

Ia juga melarang dan mengingkari keberadaan ilmu nahwu dan ilmu sharraf dan mengatakannya sebagai ilmu bidah. Bahkan dia mengajak para pengikutnya untuk menafsirkan Al-Quran sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing tanpa perlu melihat kaidah ilmu nahwu, sharraf, ilmu bayan dan ilmu mantiq. Dia berkata kepada para pengikutnya:
Berijtihadlah sesuai pemahaman dan pendapat kalian. Hukumilah dengan apa yang kalian lihat cocok untuk agama ini, jangan kalian menoleh kepada bukubuku ini yang di dalamnya ada kebenaran dan kebatilan,21

4. Sombong dan merasa lebih baik dari Rasulullah. Ini terlihat dari ucapannya dalam masalah perdamaian Hudaibiyah. Dalam kitab ad-Durar as-Sanniyyah disebutkan:
Muhammad Ibnu Abdul Wahab berkata, Aku berpendapat, dalam perdamaian Hudaibiyah seharusnya Nabi begini dan begini.

Sikap seperti ini tidak jarang diikuti oleh para muridnya dengan mencontoh sikap dan ucapannya itu, bahkan lebih buruk dari sikap gurunya. Para muridnya memberitahukan kesamaan sikap mereka itu kepada syaikhnya, dan sang syaikh pun mendukungnya. Sepertinya, itu dilakukan dihadapan syaikhnya langsung. Cukup masuk akal jika ada orang mengatakan bahwa syaikhnya pernah mengklaim mendapat wahyu kenabian, meski dia tidak mengikrarkannya.22 5. Menyamakan orang-orang kafir dengan orang Islam, sementara umat Islam diperangi.

21 22

Al-Mansuri: at-Taj al-Jami li al-Ushul, h. 52 Ahmad ibnu Zaini Dahlah: ad-Durar as-Saniyyah fi ar-Radd ala al-Wahhabiyyah, Dar Jawami al-Kalim, cet. ke-2, Cairo, Mesir, h. 144

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

16

Dalam kitab Kasyfu asy-Syubuhat halaman 9, ketika menyinggung kafir Quraisy, Ibnu Abdul Wahab memuji habis-habisan kelebihan mereka dalam beribadah kepada Allah dengan mengatakan:
Mereka (kafir Quraisy) beribadah memohon kepada Allah siang dan malam. Di antara mereka ada yang memohon kepada malaikat untuk kemaslahatan dan kedekatan mereka kepada Allah agar mereka (para malaikat) memohonkan ampun kepada Allah untuknya. Atau memohon kepada orang saleh seperti Lata, atau kepada Nabi Isa. Dan aku paham betul bahwa Rasulullah memerangi mereka disebabkan kemusyriakan ini, karena Nabi Saw. mengajak mereka untuk ikhlas dalam beribadah...Rasulullah memerangi mereka agar semua doa hanya untuk Allah...23

Lihatlah betapa Ibnu Abdul Wahab tersesat dalam membuat kesimpulan. Kalau sudah menyembah Allah siang dan malam, lalu mengapa Nabi Saw. masih mengajak mereka untuk menyembah Allah? Ini adalah sebuah ironi bahwa pendiri Wahabi ini terlalu gegabah dan berkomentar sembarangan. Ibnu Abdul Wahab memerangi umat Islam dikarenakan umat Islam itu musyrik kepada Allah akibat tawassul, sebagaimana klaimnya. Dengan dalil yang sangat rapuh ini di mencari-cari alasan bagi dirinya untuk menghalalkan umat Islam yang bertawassul kepada Allah. 6. Mengkafirkan para ulama di zamannya secara terang-terangan. Salah satu contoh, dalam sebuah surat yang dilayangkan kepada Syaikh Sulaiman ibnu Suhaim, salah seorang tokoh mazhab Hanbali di zamannya, Ibnu Abdul Wahab mengkafirkan ulama ini dan orangtuanya sebagaimana terangkum dalam kumpulan makalah dan nasihatnya, ad-Durar as-Sanniyyah jilid 10 halaman 31:
Kuingatkan padamu, sesungguhnya engkau dan ayahmu telah jelas melakukan kekafiran, kemusyrikan dan kemunafikan! Engkau dan ayahmu bersungguh
23

Muhammad Ibnu Abdul Wahab: Kasyfu asy-Syubuhat, h. 9

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

17

sungguh dalam menentang agama ini, siang dan malam! Engkau adalah seorang pembangkang, seorang yang sesat padahal itu kau sadari, dan kalian lebih memilih kekafiran daripada Islam! Ini kitab sucimu sendiri telah mengkafirkanmu!24

Dalam buku yang sama pendiri Wahabi ini telah mengakafirkan ulamaulama lain seperti Ibnu Fairuz, Shalih ibnu Abdullah, Ibnu Abdul Lathif, Ibnu Afaliq, dan Ibnu Mathlaq dengan menunjuk orang per orang. Lalu bagaimana dengan orang awam muslim dalam pandangan Ibnu Abdul Wahab jika ulamanya saja dikafirkan dan disesatkan sesesat-sesatnya?

2.2.3 Penyimpangan Nashiruddin al-Albani Nama lengkapnya adalah Muhammad Nashiruddin ibnu Haji Nuh alAlbani. Lahir pada tahun 1333 H (1914 M) di kota Ashkodera, ibu kota negara Albania saat itu. Oleh kaum Wahabi ia dianggap sebagai Ahli Hadist kebanggaan mereka. Beberapa penyimpangannya adalah: 1. Merasa lebih baik dari Imam Bukhari, Imam Muslim, dan Ulama Hadist lain. Mari kita lihat perkataan Albani dalam kitabnya, Shahih al-Kalam athThayyib li Ibni Taimiyah, pada halaman 4, cetakan ke-4 tahun 1400 H:
Aku nasehatkan kepada setiap orang yang membaca buku ini atau buku lainnya, untuk tidak cepat-cepat mengamalkan hadist-hadist yang ada di dalam buku-buku tersebut, kecuali setelah benar-benar menelitinya. Aku telah memudahkan jalan tersebut kepada kalian dengan komentar-komentar yang aku berikan. Jika komentar itu ada, barulah dia mengamalkan hadist itu dan menggigit gerahamnya. Jika tidak ada, maka tinggalkanlah hadist-hadist itu.

2. Albani berani melemahkan ratusan Hadist Shahih Imam Bukhari dan Muslim.

24

Muhammad Ibnu Abdul Wahab: ad-Durar as-Saniyyah, op.cit, jilid 10, h. 31

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

18

Terlalu banyak hadist-hadist shahih yang ia dhaifkan, begitu juga hadist dhaif yang ia shahihkan, mencapai ratusan jumlahnya. Namun di sini penulis mencantumkan sedikit saja, di antaranya: a. Dalam buku Dhaif al-Jami wa Ziyadatuh 4/208, nomor hadist 4489, Albani berkata bahwa hadist berikut adalah dhaif. Padahal perawi hadist ini adalah Imam Bukhari dari Sahl ibnu Saad r.a.
Hadist: Rasulullah Saw. mempunyai seekor kuda bernama al-Lahif.25 (HR. Bukhari)

b. Dalam buku yang sama, 2/14 nomor 1425, Albani menyatakan bahwa hadist berikut juga dhaif walaupun diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Abu Hurairah.
Nabi Saw. bersabda, Engkau akan naik ke atas di hari kiamat dengan cahaya di muka, cahaya di tangan dan kaki dari bekas wudhu yang sempurna. (HR. Muslim no. 246)

c. Dalam buku lain, Irwa al-Ghalil 4/408 nomor hadist 1178, al-Albani melemahkan hadist Imam Bukhari dan Imam Muslim di bawah ini. Tapi anehnya, hadist ini ia shahihkan pada buku lain as-Silsilah ash-Shahihah 3/33, nomor hadist 1040.
Nama-nama yang paling dicintai Allah adalah Abdullah dan Abdurrahman, dan yang paling disetujui semisal Harits dan Himam, dan yang paling buruknya adalah Harb dan Murrah. (HR. Bukhari)

3. Gemar mencaci-maki dan menyumpahi para ulama. Tentang hal ini, sampai-sampai ahli hadist Yordania, Syaikh Hasan ibnu Ali as-Segaf merangkum cercaan dan makian yang dilakukan Albani dalam sebuah buku yang berjudul Qamus Syatim al-Albani (Kamus caci-maki

25

Shahih Bukhari: Hadist no 2114 dalam versi Bahasa Arab dan versi Bahasa Inggris 3/430, h. 236

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

19

Albani) setebal 206 halaman yang isinya adalah tentang cacian al-Albani terhadap ulama terdahulu maupun ulama kontemporer. Jika ia adalah pakar ulama hadistseperti klaim para pengikutnyamaka apakah layak dirinya dipercaya dalam menshahihkan atau mendhaifkan hadist-hadist Nabi Saw. Seorang perawi hadist yang gemar mencaci-maki (apalagi sudah terbukti kecerobohan dan kebohongannya), apakah pantas ulama hadist dengan akhlak demikian diterima hadist-hadistnya? Tidakkah dia mengamalkan hadist-hadist yang diriwayatkannya sendiri? 4. Kerap mengeluarkan fatwa-fatwa menyimpang. Berikut adalah beberapa dari ratusan fatwa menyimpangnya: a. Dalam kitab Mukhtasar al-Ulum, Albani menyatakan bahwa Allah berbicara dengan suara dan huruf sebagaimana tercantum pada halaman 7, 156, dan 258 b. Mengkafirkan orang-orang yang bertawasul dan beristighasah dan para Nabi dan orang saleh sebagaimana disebut dalam kitabnya at-Tawassul dan Fatawa al-Albani c. Dalam Fatawa al-Albani dia juga menyerukan umat Islam di Palestina untuk menyerahkan Palestina kepada orang-orang Yahudi d. Mengharamkan perempuan dari segala perhiasan, sebagaimana dalam kitabnya Adab az-Zifaf e. Mengharamkan umat Islam untuk membawa shibah (tasbih) untuk dzikrullah, tersebut dalam kitabnya Silsilah al-Ahadist adh-Dhaifah

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

20

f. Mengharamkan umat Islam tarawih dua puluh rakaat di bulan Ramadan, sebagaimana disebut dalam kitabnya Qiyam Ramadhan g. Dia juga mengharamkan umat Islam untuk melakukan salat sunnah Qabliyah Jumat, sebagaimana disebut dalam kitanya al-Ajwibah anNafiah h. Ia menyatakan bahwa Allah ada di dalam ciptaan-Nya, disebut dalam kitabnya Shahih at-Targhib wa at-Tharib 5. Albani bukan Ahli Hadist apalagi seorang Muhaddist. Setelah kita menyimak berbagai contoh kesalahan dan penyimpangan yang dilakukan dengan sengaja atau tidak oleh Albani, kita bisa menarik kesimpulan bahwa ia bukanlah seorang ahli hadist. Untuk menjadi seorang ahli hadist para ulama telah menetapkan kriteria yang sangat ketat, agar hanya orang-orang yang benar-benar memenuhi kriteria sajalah yang layak menyandang gelar ini. Bidang ini tidak dapat digeluti oleh sembarang orang, apalagi orang yang tidak memenuhi standar kualifikasi untuk menyandang gelar al-Muhaddist (ulama perawi hadist) sebagaimana dirinya, dia juga tidak memperoleh pendidikan formal dalam ilmu hadist dari universitas-universitas Islam yang terkemuka, atau pernah berguru kepada para syaikh ulama hadist, melainkan hanya sebatas membaca dari buku-buku di perpustakaan.

2.3 Bukti-Bukti Autentik Pemalsuan dan Penyelewengan Kitab

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

21

Salafi Wahabi menggunakan segala usaha untuk menghadapi orang-orang yang tidak sesuai dengan akidah mereka. Lebih parah dari itu, para pendukung kelompok Salafi Wahabiyang didukung dana begitu besarbahkan berani melakukan perubahan dan pemalsuan pada kitab-kitab ulama terdahulu maupun ulama saat ini, yang mana kitab-kitab tersebut menjadi rujukan dan tumpuan umat dalam mengklarifikasi kebenaran. Bentuk penyelewengan Salafi Wahabi dalam amanah keilmuan sangatlah banyak dan beragam, di antaranya: 1. Pemusnahan dan pembakaran puluhan ribu buku yang tidak sejalan dengan paham mereka. Pada tahun 1224 H misalnya, mereka membumihanguskan Perpustakaan al-Aidrusiyah dan Perpustakaan al-Handawaniyah di Hadhramaut Yaman di mana puluhan ribu turats dan manuskrip sangat berharga yang tersimpan di kedua perpustakaan tersebut habis tanpa sisa.26 Begitu juga dengan pembakaran sekitar 60.000 buku-buku langka yang ada diperpustakaan Maktabah Arabiyah, Mekah al-Mukarromah.27 2. Sengaja mentahkik, mentakhrij dan meringkas kitab-kitab hadist yang jumlah halamannya besar untuk menyembunyikan hadist-hadist yang tidak mereka sukai. Sebagai contoh, kasus hilangnya beberapa hadist dari kitab Shahih Bukhari, Shahih Muslim, Musnad Ahmad dan lainnya, yang diringkas dengan alasan untuk memudahkan dalam membacanya. Padahal, dalam buku-buku

26 27

Muhammad bin Ahmad bin Umar asy-Syathiri, al-Allamah: Adwar at-Tarikh al-Hadhrami, cet. ke-3, Alam alMarifah, Jeddah, Saudi Arabia, 1983, www.alsufia.org\ta3toshdam6.html Muhammad Awadh al-Khatib, Dr.: Shafahat min Tarikh al-Jazirah, h. 189

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

22

ringkasan dan takhrij tersebut, banyak hadist-hadist penting yang mereka buang karena tidak sesuai dengan faham mereka. Kasus ini diakui oleh tokohtokoh ulama Timur tengah.28 3. Memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama terkenal sehingga menjadi tidak sempurna, untuk kemudian diselewengkan maksud dan tujuannya. Hal ini seperti yang terjadi pada pendapat Imam Syatibi dan Ibnu Hazm. Salafi Wahabi mengklaim bahwa Ibnu Hazm mengatakan, Taklid (mengikuti dan mencontoh ulamga dalam beragama) itu haram. Padahal, kalimat Ibnu Hazm itu sengaja mereka potong dan belum sampai titik. Adalah benar Ibnu Hazm mengharamkan taklid, akan tetapi keharamannya itu hanya bagi umat Islam yang mampu berijtihad dalam hukum, bukan bagi setiap orang Islam seperti yang diklaim oleh Salafi Wahabi. Sering terjadinya kasus pemotongan pendapat ulama seperti ini dibenarkan oleh Syaikh Prof. Dr. Ali Jumah (mufti Mesir), Syaikh Abdullah al-Harari al-Habasyi, al-Muhaddist as-Sayyid al-Ghimari,29 Prof. Dr. Muhammad Said Ramadhan al-Buthi, Syaikh Muhammad ibnu Alawi alMaliki, dan ulama-ulama lainnya. 4. Mengarang-ngarang hadist dan perkataan ulama. Sayyid al-Milani mengatakan bahwa dia banyak menemukan kejanggalan dan penyelewengan dalam kitab al-Murtadha karangan Abu Hasan an-Nadwi, seorang ulama Salafi India. Sebagai contoh, dalam kitabnya itu an-Nadwi menuliskan:

28 29

As-Sayyid Muhammad al-Kautsari: as-Salafiyyah baina Ahli as-Sunnah wa al-Imamiyah, h. 488-508. Ahmad ibnu Muhammad ash-Shiddiq al-Ghimari menuis beberapa buku yang mengkritik pedas paham Ibnu Taimiyah, di antaranya adalah kitab al-Burhan al-Jaliy, Mathbaah as-Saadah, Cairo, Mesir, 1389 H

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

23

Ibnu Katsir berkata, Nabi Saw. mempersaudarakan Sahl ibnu Hanif.

Setelah dicek di kitab Ibnu Katsir, dengan jilid dan halaman sesuai petunjuk yang tertera di buku an-Nadwi, ternyata hadist itu tidak ditemukan. 5. Mencuri buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya atau dimusnahkan seluruhnya. Contohnya adalah apa yang mereka lakukan terhadap kitab Sair Alam an-Nubala karya al-Hafizh adz-Dzahabi. Penerbit-penerbit Salafi Wahabi hanya mencetak 23 jilid dari kitab tersebut, sedangkan jilid yang berisi tentang kritikan-kritikan terhadap Ibnu Taimiyah tidak mereka cetak, dengan alasan jilid kitab tersebut hilang. 6. Membuang hadist-hadist yang tidak mereka sukai dalam buku-buku yang mereka terbitkan sehingga tidak sesuai dengan buku asli yang diterbitkan penerbit lain. Hal ini terjadi pada kitab Syarh Shahih Muslim di mana mereka membuang hadist-hadist tentang sifat Allah. Sebagaimana hilangnya 49 kalimat dalam kitab Shahih Bukhari, dan raibnya beberapa hadist tentang keutamaan Sayyidina Ali k.w. dalam kitab ash-Shawaiq al-Muhriqah fi arRadala Ahli al-Bida wa az-Zindiqah. Kasus ini juga dialami oleh Imam al-Kautsari ketika dia mentahkik kita al-Asma wa ash-Shifat karya Imam Baihaqi. Dia mengatakan bahwa hadist yang disebutkan oleh Abu Bakr ash-Shamit al-Hanbali yang diriwayatkan Abudullah ibnu Ahmad ibnu Hanbal dalam kitab as-Sunnah telah menghilang dari buku terbitan mereka. Al-Buthi berkata, Aku tidak menemukan hadist

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

24

itu dalam buku yang mereka terbitkan, sepertinya dewan editornya sengaja menghapusnya sebagai bentuk penyelewengan.30 7. Membajak buku, membeli manuskrip dan menyogok penerbit. Yang mengkhawtirkan adalah bahwa modal besar yang dimiliki Salafi Wahabi sebagian dipergunakan untuk menyogok penerbit lain dengan uang, sehingga si penerbit diam, bungkam seribu bahasa dan mengamini segala penyelewengan yang mereka inginkan. Oleh karena itu tidak aneh jika Hadist Shahih ad-Dar
31

yang begitu terkenal dan banyak diriwayatkan oleh ulama-

ulama Hadist, menghilang dari kitab Hayat Muhammad (Kehidupan Nabi Muhammad) karya Muhammad Husein Haikal pada cetakan kedua dari buku tersebut. Padahal pada cetakan pertamanya, Hadist-hadist ad-Dar tersebut ada dalam kitab itu, dan kabarnya, Salafi Wahabi menyogok penerbit dan pemilik buku itu dengan jumlah besar.32 8. Memerintahkan ulama mereka untuk mengarang suatu buku, lalu

mengatasnamakan buku itu dengan nama orang lain. Terkadang mereka juga mengarang suatu kitab yang mereka anggap penting sebagai upaya membentengi paham mereka, namun kitab tersebut mereka nisbatkan kepada tokoh ulama mereka, seperti Ibnu Taimiyah, padahal tokoh tersebut tidak pernah menulis kitab itu. Adalah kitab al-Asma wa ash-Shifat yang mereka nisbatkan kepada Ibnu Taimiyah untuk menandingi ktab al-Asma wa ash-Shifat karya Imam Baihaqi. Mereka juga

30 31 32

Muhammad al-Kautsari: al-Asma wa ash-Shifat li al-Baihaqi, pada hamisy, h. 356 Ibnu Katsir: al-Bidayah wa an-Nihayah, jilid 3, h. 40 Sayed Jafar Murthadha al-Amili: Iraf al-Kutub al-Muharrafah, www.alhuda5.com/malakat/tahrif.htm

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

25

mengarang kitab lain yaitu Daqaia at-Tafsir yang dinisbatkan kepada Ibnu Taimiyah padahal Ibnu Taimiyah tidak pernah mengarang kitab tersebut 9. Melakukan tindakan provokasi, kekerasan, dan intimidasi terhadap para penulis yang isi karangannya berseberangan dengan paham mereka. Kasus jenis ini, misalnya, sebagaimana aksi penculikan yang dilakukan Salafi Wahabi terhadap Nashir as-Said dari Lebanon, penulis buku Tarikh Ali Saud yang di dalamnya membongkar asal-usul keluarga Saud dari bangsa Yahudi dan membuktikan bahwa keluarga Saud masih memiliki keterikatan emosional yang kuat dengan mereka. Kasus lain seperti yang dialami oleh penertbit Dar al-Bidayah di Kairo Mesin. Salafi Wahabi menyebarkan brosur-brosur provokatif kepada umat Islam untuk tidak membeli buku-buku penerbit Dar al-Bidayah, merobek dan mencopot semua iklan dan brosurnya, dan mengancam para pegawainya,33 10. Mencetak suatu kitab induk dengan menghilangkan syarah (komentar) ulama atas kitab tersebut, padahal buku induk tersebut sangat terkait erat dengan syarahnya. Hal ini seperti yang mereka lakukan terhadap kitab al-Asma wa ash-Shifat karya al-Hafizh al-Baihaqi, yang mana mereka melakukan penghapusan terhadap bab Furqan Al-Quran dari kitab induk tersebut. Selain itu mereka membuang mukaddimah Imam al-Kautsari dari kitab tersebut, bahkan

33

As-Sayyid Shalih al-Wardani: Asy-Syiah fi Misr min al-Imam Ali hatta al-Imam Ali Khumaini, cet. ke-1, Madbuli ash-Shaghir, Cairo, Mesir 1414 H, h. 145-148

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

26

menghapus semua komentar dan penjelasan-penjelasan yang diberikan oleh Imam al-Kautsari yang ada di dalamnya.34 11. Memalsukan buku-buku ulama yang mereka pandang strategis bagi umat dengan cara mencetak ulang buku tersebut. Namun, hal itu dilakukan setelah tangan-tangan terampil mereka mengedit, mengubah dan memalsukannya sesuai keinginan, pesanan, paham, dan cara berpikir mereka.

34

Hassan as-Seggaf: at-Tandid bi Man Addada at-Tauhid, op.ct., h.45

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

27

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan Wahabisme digambarkan sebagai aliran pemikiran, mazhab, dan gerakan paling tidak toleran dalam Islam, yang berusahan dengan cara apa puntermasuk kekerasanuntuk pengembangan dan penerapan Islam Murni yang mereka pandang sebagai Islam yang paling benar, namun pada hakikatnya mereka bukanlah salafi atau para pengikut salaf, mereka lebih tepat jika disebut Salafi Wahabi. Ini bisa terlihat dari pemikiran dan kiprah Muhammad Ibnu Abdul Wahhab (pendiri aliran Wahhabiyah) yang sejak abad ke-18 menguasai lanskap keagamaan di Arabia, setelah mereka menduduki Mekah dan Madinah dengan kekerasan. Ia sangat menekankan pentingnya bagi kaum muslimin untuk kembali kepada Islam yang murni yang bersih dari bidah, khurafat, dan takhayul; semua harus dibasi dengan cara apa pun termasuk dengan kekerasan. Meskipun banyak gambaran yang serba negatif tentang pemikiran dan gerakan Wahabiyyah, sampai kini ia merupakan paham atau aliran keagamaan yang di anut dan diterapkan pemerintahan Kerajaan Arab Saudi. Oleh karena itu pemerintah dan lembaga-lembaga Arab Saudi berusaha melakukan penyebaran Wahabisme lewat pemberian dana dan bantuan lainnya kepada institusi, organisasi, dan kelompok muslim di berbagai wilayah dunia. Mereka juga membagi-bagikan Al-Quran dan literatur Islam, khususnya buku-buku karya

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

28

Syaikh Muhammad Ibnu Abdul Wahhab (1701-1792 M) dan Ibnu Taimiyah (1263-1328 M), yang merupakan sumber pokok Wahabisme dan Salafisme. Dalam perjalanan dan perkembangannya Salafi Wahabi ini banyaka sekali memalsukan atau mengubah sebagian kitab-kitab karya ulama Islam sesuai dengan selera mereka, bahkan sampai pada perusakan serta melenyapkan bukubuku karya ulama Islam. Mereka melakukan hal-hal tidak terpuji di atas karena karena penyelewengan, pemalsuan dan bahkan perusakan serta pemusnahan buku adalah doktrin utama mereka, sebagai bagian dari upaya memperjuangkan akidah Salafi Wahabi yang mereka yakini paling benar. Para pembaca mungkin tidak percaya, tetapi inilah makalah ini telah memaparkan beberapa bukti yang menunjukkan bahwa, sekte Salafi Wahabi mendoktrinkan para pengikutnya untuk membakar dan melenyapkan buku-buku karya ulama Islam. Ulama-ulama Salafi Wahabi, yang tentu saja bekerja sama dengan penerbit-penerbit buku mereka, banyak sekali melakukan pemalsuan terhadap kitab-kitab klasik karya ulama Islam. Mereka sengaja meringkas, mentahkik, dan mentakhrij kitab-kitab hadist yang jumlah halamannya besar untuk

menyembunyikan hadist-hadist yang tidak mereka sukai; menghilangkan hadisthadist tertentu yang tidak mereka sukai dan tidak sesuai dengan faham mereka; memotong-motong dan mencuplik pendapat ulama untuk kemudian

diselewengkan maksud dan tujuannya; mengarang hadist dan pendapat ulama; memerintahkan ulama mereka untuk menulis suatu buku, lalu mengatasnamakan buku itu dengan orang lain; melakukan intimidasi; menyogok penerbit; membeli

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

29

manuskrip; sampai kepada pencurian buku-buku induk dan manuskrip untuk dihilangkan sebagian isinya atau dimusnahkan semuanya. Dari sinilah betapa penyelewengan dan kebohongan Salafi Wahabi yang selama ini tertutup dan mungkin ditutup-tutupi harus diwaspadai kerena secara tanpa sadar akan dapat menyesatkan umat Islam dengan harapan kebenaran sampai kepada kita semua, dan dapat mengambil pelajaran darinya.

3.2 Saran Sebagai pemuda, generasi penerus bangsa, utamanya sebagai generasi muda Islam, ada beberapa hal yang harus diwaspadai dan dilakukan, di antaranya: 1. Berdoa kepada Allah Swt. setiap saat agar kita, keluarga dan saudara-saudara kaum muslimin diberikan perlindungan dan petunjuk dari segala hal yang dapat menyesatkan akidah Islam kita. 2. Selektif dalam memilih buku atau kitab yang berisi paham Wahabisme, jika perlu mintalah bimbingan kepada alim ulama yang ahli dalam bidangnya agar kita tidak terjerumus ke dalam pemikiran yang ektreme. 3. Hendaknya dapat menilai suatu aliran pemikiran dalam Islam berdasarkan AlQuraan dan Al-Hadist maupun pendapat para jumhur ulama, jika perlu sertailah argumen dan bukti-bukti konkret tentang ajarannya sehingga kita dapat menilai secara adil dan tidak pragmatis untuk menghindari salah persepsi tentang suatu aliran pemikiran yang akhir-akhir marak berkembang dan menjadi isu nasional. Nabi Muhammda Saw menjamin bahwa selama kita

Makalah Pendidikan Agama Islam


Penyimpangan dan Kebohongan Salafi Wahabi

30

berpegang kepada Al-Quran dan Al-Hadist serta bimbingan dan pendapat dan fatwa jumhur ulama, Insya Allah, kita selama-lamanya tidak akan pernah tersesat.

Вам также может понравиться