Вы находитесь на странице: 1из 21

LAPORAN TUTORIAL

SKENARIO I BLOK SISTEM TUBUH II SEMESTER GANJIL 2013/ 2014 Oleh Kelompok 4: Ketua Sekertaris Papan Sekertaris Meja Anggota : Dhystika Zahra S : Duati Mayangsari : Farah Firdha A : Tadjul Arifin Ari Kurniasari Arini Al-Haq Galuh Cita S R Pungky Anggraini Selvia Elga Z Nur Sita Dewi Cynthia Octavia (131610101048) (131610101039) (131610101046) (131610101037)

(131610101038) (131610101040) (131610101041) (131610101042) (131610101043) (131610101045) (131610101047)

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2013

KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat Rahmat dan Hidayah-Nya, kami dapat menyelesaikan Laporan Tutorial yang berjudul Laporan Tutorial Skenario II Blok Sistem Tubuh Ii tanpa suatu kendala yang berarti. Kami ucapkan terima kasih kepada : 1. DR. Drg. Masniari Novita, M.Kes yang telah memberikan waktu untuk menjadi tutor kami dalam diskusi tutorial. 2. Anggota Kelompok IV yang telah berperan aktif dalam diskusi serta penyusunan laporan tutorial. Kami berharap laporan tutorial ini dapat bermanfaat untuk pendalaman materi pada Blok Sistem Tubuh II. Demi perbaikan pada tutorial berikutnya kami menerima saran, kritik, masukan dari segenap pihak yang lebih berkompetensi.

Jember, 20 November 2013

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Metabolisme adalah proses pengolahan (pembentukan dan penguraian) zat-zat yang diperlukan oleh tubuh agar tubuhdapat menjalankan fungsinya. Metabolisme juga dapat diartikan sebagai proses pengolahan (pembentukan dan penguraian katabolisme dan anabolisme) Karbohidrat merupakan senyawa yang terbentuk dari molekul karbon , hydrogen dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi ,fungsi utama karbohidrat adalah penghasil energi di dalam tubuh. Tiap satu gram karbohidrat yang dikonsumsi akan menghasilkan energi sebesar 4 kkal dan energy hasil proses oksidasi (pembakaran) karbohidrat ini kemudian akan digunakan oleh tubuh untuk menjalankan berbagai fungsi-fungsinya seperti bernafas, kontraksi jantung aktivitas fisik seperti berolah raga atau bekerja. Secara sederhana karbohidrat dapat dibedakan menjadi 2 jenis yaitu karbohidrat sederhana dan karbohidrat kompleks dan bedasarkan responnya terhadap glukosa darah di dalam tubuh, karbohidrat juga dapat dibedakan berdasarkan nilai tetap indeks glicemiknya (glycemic index) Contoh dari karbohidrat sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa, dan galaktosa atau juga disakarida seperti sukrosa dan laktosa. Jenisjenis karbohidrat sederhana ini dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan seperti madu, buah-buahan dan susu. Sedangkan contoh dari karbohidrat kompeks adalah pati (starch) glikogen (simpanan energi dalam tubuh), selulosa, serat (fiber) atau dalam konsumsi sehari-hari karbohidrat kompleks dapat ditemui terkandung di dalam produk pangan seperti, nasi, kentang, jagung, singkong, ubi, pasta, roti dan sebagainya

Skenario I Pingsan Saat Kegiatan PK2 Seorang mahasiswa baru (maba) pingsan ketika mengikuti kegiatan PK2, dan segera dibawa ke tempat yang teduh. Kadar gula darahnya 24mg/dl (normalnya >70 mg/dl). Ketika mulai sadar, maba tersebut segera diberi teh manis hangat. Setelah itu dia dapat bercerita bahwa tadi malam kurang tidur karena banyak tugas yang harus dikerjakan dan tadi pagi tidak sempat sarapan. Teh manis dapat memulihkan energi karena mengandung gula yang dapat segera diabsorpsi dan dimetabolisme menghasilkan energi. Proses pembangkitan energi dari gula antara lain melibatkan proses glikolisis, siklus Krebs, rantai respirasi dan fosforilasi oksidatif.

1.2 TUJUAN Tujuan pembuatan laporan ini adalah untuk membahas dan memahami tentang : 1. Mampu memahami dan menjelaskan penyebab dan dampak tinggi rendahnya kadar gula darah 2. Mampu memahami dan menjelaskan metabolisme karbohidrat

BAB II PEMBAHASAN

Manusia terdiri dari gabungan sel yang melakukan metabolism untuk kelangsungan hidupnya. Dalam metabolism sel dibutuhkan energi, energi tersebut diperoleh dari pemecahan nutrisi dari makanan. Sebagaian besar reaksi kimia dalam sel berkaitan dengan pembuatan energi dalam makanan yang tersedia untuk berbagai sistem fisiologis sel. Contohnya energi dibutuhkan untuk aktivitas otot, sekresi kelenjar, mempertahankan potensial membrane pada saraf dan serabut otot, pembentukan zat dalam sel, absorpsi makanan dari saluran pencernaan dan berbagai fungsi lainnya . Reaksi berpasangan Semua zat makanan berenergi (karbohidrat, lemak dan protein) dapat dioksidasi di dalam sel, dan selama proses ini berlangsung sejumlah sejumlah energi dibebaskan. Makanan yang sama ini juga dapat dibakar dengan oksigen murni di luar tubuh dalam api yang sebenarnya, yang akan membebaskan sejumlah besar energi ; namun , dalam hal ini , energy dilepaskan secara tibatiba dan seluruhnya dalam bentuk panas. Energy yang diperlukan oleh proses fisiologis sel bukan berbentuk panas tetapi sebagai energi untuk menimbulkan pergerakan mekanik, misalnya untuk fungsi otot, untuk memekatkan zat-zat terlarut dalam sekresi kelenjar, dan untuk mempengaruhi fungsi lainnya. Untuk menyedikan energi tersebut, reaksi kimia harus berpasangan dengan sistem yang bertanggung jawab terhadap fungsi-fungsi fisiologi ini. Hal ini dicapai melalui enzim sel khusus dan sistem pemindahan energi . energy bebas Jumlah energy yang dibebaskan oleh oksidasi makanan yang lengkap disebut energy bebas dari oksidasi makanan, dan ini biasanya dinyatakan dalam symbol G. Energi bebas biasanya dinyatakan dalam kaloriper molzat. Contohnya, jumlah energi yang dibebaskan oleh oksidasi lengkap dari 1 mol (180 gram) glukosa adalah 686.000 kalori .

Produksi energy Protein Karbohidrat lemak

ADP+PI
Penggunaanenergi Transport aktif electron Kontraksiotot Sintesismolekul Pembelahandanpertumb uhansel

ATP

Peran Adenosin Trifosfat (ATP) dalam Metabolisme Adenosin Trifosfat (ATP) adalah suatu rantai penghubung esensial antara fungsi penggunaan energi dan fungsi penghasil energi di dalam tubuh. Oleh sebab itu ATP disebut energy currency of the body. Dan ATP dapat diperoleh dan digunakan berulang-ulang. Energi yang berasal dari oksidasi karbohidrat, protein, dan lemak digunakan untuk mengubah adenosine difosfat (ADP) menjadi ATP, yang selanjutnya digunakan oleh berbagai reaksi tubuh yang diperlukan untuk (1) transport akrif molekul melalui membrane sel; (2) kontraksi otot dan kerja mekanik; (3) berbagai reaksi sintetik yang menghasilkan hormon, membrane sel, dan banyak molekul esensial lainnya di tubuh; (4) konduksi impuls saraf; (5) pertumbuhan dan pembelahan sel; dan (6) banyak fungsi fisiologis lainnya yang diperlukan untuk mempertahankan dan meneruskan kehidupan. ATP adalah suatu senyawa kimia yang labil yang terdapat dalam semua sel. ATP adalah kombinasi adenine, ribosa, dan 3 radikalfosfat. 2 radikalfosfat yang terakhir dihubungkan dengan sisa molekul oleh ikatan energi tinggi, yang dinyatakan dengan simbol.

Jumlah energi bebas dalam masing-masing ikatan berenergi tinggi permol ATP adalah sekitar 7300 kalori pada keadaan standard an kira-kira 12000 kalori pada keadaan temperature dan konsentrasi reaktan yang biasa di dalam tubuh. Oleh karena itu di dalam tubuh, pemindahan masing-masing 2 radikalfosfat yang terakhir akan membebaskan energi sekitar 12000 kalori. Setelah kehilangan 1 radikalfosfat dari ATP, senyawa tersebut menjadi ADP, dan setelah radikal fosfat yang kedua hilang, menjadi adenosine monofosfat (AMP). Interkonversi di antara ATP, ADP, AMP adalah sebagai berikut:
-12000 kal {ADP + PO3} + 12000 kal -12000 kal + 12000 kal

ATP

ATP terdapat di mana-mana dalam sitoplasma dan nukleoplasma semua sel, dan pada dasarnya semua mekanisme fisiologis yang membutuhkan energi untuk bekerja, memperoleh energinya lagsung dari ATP (atau senyawa berenergi tinggi lain yang sejenis guanosintrifosfat [GTP]). Selanjutnya, makanan dalam sel dioksidasi secara bertahap, dan energi yang dibebaskan dipakai untuk membentuk ATP yang baru, sehingga suplai zat ini selalu dipertahankan; semua pemindahan energi ini terjadi melalui reaksi yang berpasangan.

Glikolisis dan Pembentukan Asam Piruvat


Cara terpenting untuk melepaskan energi dari molekul glukosa dimulai dengan proses glikolisis. Produk akhir glikolisis selanjutnya dioksidasi untuk menghasilkan energi. Glikolisis berarti memecahkan molekul glukosa untuk membentuk 2 molekul asam piruvat. Glikolisis terjadi melalui 10 reaksi kimia yang berurutan. Maisng-masing langkah dikatalis paling sedikit oleh 1 enzim protein yang spesifik. Glukosa mula-mula diubah menjadi fruktosa 1,6-difosfat dan kemudian dipecahkan menjadi 2 molekul dengan 3 atom karbon, gliseraldehid-3-fosfat yang

masing-masing kemudian diubah menjadi asam piruvat melalui 5 langkah tambahan.

Glikolisis
GLUKOSA

Enzim Heksokinase/Glukokinase

GLUKOSA 6 FOSFAT + ADP


Enzim Fosfoheksosa Isomeraso

GLUKOSA 6 FOSFAT + ADP


Enzim Fosfofuktokinasi

GLUKOSA 1,6 BIFOSFAT


Enzim Triosafosfati Enzim Fosfotrinosa Isomerah

GLISERALDEHID 3 FOSFAT

DIHIDOKSI ASETON FOSFAT

Enzim Fosfotrinosa Isomerah

1,3 BIFOSFOGLISERAL + ADP


Enzim Fosfogliserat Kinase

3 FOSFOGLISERAL + ADP

2 FOSFOGLISERAT
Enzim Enolase

2 PEP

AEROB

AN AEROB

Pembentukan ATP selama Glikolisis.


Walaupun terdapat banyak reaksi kimia dalam rangkaian proses glikolisis, hanya sebagian kecil energi bebas dalam molekul glukosa yang dibebaskan disebagian besar langkah. Akan tetapi, diantara tahap 1,3-asam difosfogliserat dan 3-asam fosfoglisert dan sekali lagi diantara tahap asam fosfoenolpiruvat dan asam piruvat, jumlah energi yang dibebaskan lebih dari 12.000 kalori/mol, yaitu jumlah yang dibutuhkan untuk membentuk ATP, dan reaksi digandakan sedemikian rupa hingga terbentuk ATP. Jadi, terdapat total 4 molekul ATP yang sudah dibentuk dari setiap molekul fruktosa 1,6-difosfat yang diuraikan menjadi asam piruvat. Dua molekul asam piruvat yang dihasilkan kemudian dikonversi melalui dua tahap menjadi molekul asetil koenzim A (asetil-Ko-A).

2CH3

C (Asam piruvat) O

COOH + 2CoA

SH

(Koenzim A)

2CH3 (Asetil-Ko-A)

CoA + 2CO2 + 4H

Dalam konversi ini tidak dibentuk ATP. Siklus Asam Sitrat (Siklus Krebs)

Siklus Asam sitrat merupakan lanjutan reaksi kimia saat gugus asetil KoA dipecah menjadi karbosiaoksida dan atom hydrogen. Semua reaksi dalam siklus krebs terjadi di dalam matriks mitokondria. Pada tahap awal asetil KoA bergabung dengan asam oksaloaasetat untuk membentuk asam sitrat. Gugus koenzim A dari asetil KoA dilepaskan dan dapat dipakai berulang kali untuk pembentukan lebih banyak lagi asetil KoA dari asam piruvat. Tetapi gugus asetil menjadi suatu bagian yang utuh dari molekul asam sitrat. Selama tahapan siklus asam sitrat di tambahakan beberapa molekul air dan melepaskan karbondiaksida dan atom hidrogen.Dari siklus ini dihasilkan energi sejumlah 2 ATP.

Fungsi Dehodrogenase dan Dinukleotida Adenin Nikotinamid yang Menyebabkan Pelepasan Atom Hidrogen dalam Siklus Asam Sitrat. Atom Hidrogen dilepaskan selama reaksi yang berbeda dalam siklus krebs(4 atom hydrogen selama glikolisis, 4 atom selama pembentukan asetil-KoA dari asam piruvat dan 16 atom dalam siklus asam sitrat). Keseluruhan atom

hydrogen (24 atom) tidak terbuang percuma dalam cairan intrasel. Atom hydrogen dilepaskan berpasangan (2 atom) dan di setiap pelepasan di katalisis oleh enzim dehidrogenase kemudian bergabung dengan dinukleotida adenin nikotinamid (NAD+). Sisa empat atom hydrogen dilepaskan selama pemecahan glukosa (keempat atom yang dilepaskan selama siklus asam sitrat diantara tahap suksinat dan asam fumarat) bergabung dengan suatu dehidrogenase yang spesifik tetapi tidak langsung dibebaskan ke NAD+. Sebagai gantinya, atom hydrogen langsung lewat dari dehidrogenase ke proses oksidatif. Pembentukan Sejumlah Besar ATP melalui Oksidasi Hidrogen (Proses Fosforilasi Oksidatif) Setelah melalui proses glikolisis, siklus asam sitrat, dehidrogenasi dan dekarboksilasi oksidatif, hanya sejumlah kecil ATP yang terbentuk (2 molekul ATP saat glikolisis dan 2 lainnnya saat siklus asam sitrat untuk setiap molekul glukosa yang dimetabolisme). Oksidasi hidrogen dicapai melalui serangkaian reaksi katalisis enzimatik dalam mitokondria. Reaksi ini diawali dengan pemecahan setiap atom hidrogen menjadi satu ion hidrogen dan satu elektron berikutnya elektron digunakan untuk menggabungkan oksigen terlarut dalam cairan dengan molekul air untuk membentuk ion hidroksil. Ion hidroksil dan ion hydrogen bergabung membentuk air. Selama tahapan ini sebagian besar energi dibebaskan untuk membentuk ATP. Proses pembentukan ATP ini disebut fosforilasi oksidatif dan terjadi dalam mitokondria melalui mekanisme keosmotik. ATP yang telah terbentuk di mitokondria dipindah kembali ke sitoplasma sel melalui difusi pasif melewati membrane luar mitokondria yang bersifat pemeabel. Kemudian, secara kontinu ADP ditransfer dalam arah berlawanan untuk dikonversi menjadi ATP secara berkesinambungan. Untuk tiap dua electron yang berjalan melalui rantai transport elektron (mewakili ionisasi 2 atom hidrogen), dapat di sintesis sampai 3 molekul ATP.

Glikogenesis
GLUKOSA
Enzim Heksokinase/Glukokinase

GLUKOSA 6 FOSFAT
Enzim Fosfoglumutase

GLUKOSA 1 FOSFAT + UTP


UDPG Pirofosforilase

UDPG

HIDROLISIS PROFOSFAT INORGANIC

ATOM C1 DAN C4 MEMBENTUK IKATAN GLIKOSIDIK


Enzim Glikogen Sintase

GLIKOGEN PRIMER

DIPERPANJANG DENGAN PENAMBAHAN GLUKOSA


Enzim Pembentuk Cabang

PEMINDAHAN RANTAI 1 4

TERBENTUK CABANG

Pembebasan Energi Secara Anaerob (Glikolisis Anaerob) Menurut hukum kerja massa (the law of mass action) menyatakan bahwa saat terbentuk hasil akhir reaksi kimia dalam medium reaksi, maka kecepatan reaksi akan menurun, yang mendekati nol. Dua hasil akhir dari proses glikolisis adalah asam piruvat dan atom hydrogen, yang dikombinasi dengan NAD+ untuk membentuk NADH dan H+. Hasil pembentukan keduanya akan menghentikan proses glikolisis dan mencegah pembentukan ATP lebih lanjut. Jika jumlah NADH dan H+ mulai berlebihan, kedua hasil reaksi tersebut akan bereaksi kembali membentuk asam laktat. O
dehidrogenasi laktat

2CH3

C (Asam piruvat) OH

COOH + NADH + H+

CH3

C H (Asam laktat)

COOH+ NAD+

Perubahan Kembali Asam Laktat Menjadi Asam Piruvat Saat Oksigen Tersedia Kembali Bila seseorang mulai menghirup oksigen lagi setelah suatu periode metabolisme anaerob, asam laktat dikonversikan kembali menjadi asam piruvat

dan NADH ditambah H+. Sebagian besar akan dioksidasi untuk membentuk sejumlah besar ATP. Kelebihan ATP ini kemudian menyebabkan sebanyak tiga perempat dari kelebihan asam piruvatyang tersisa diubah kembali menjadi glukosa. Dengan demikian, sejumlah besar asam laktat yang terbentuk selama proses glikolisis anaerob tidak hilang dari tubuh, karena begitu oksigen yersedia kembali, asam laktat dapat diubah lagi menjadi glukosa atau langsung dapat dipakai sebagai sumber energi. Sejauh ini sebagian besar dari proses pengubahan kembali initerjadi di hati, tetapi sejumlah kecil dapat juga terjadi di dalam jaringan lainnya. Pemakaian Asam Laktat oleh Jantung sebagai Sumber Energi Otot jantung terutama mampu mengubah asam laktat menjadi asam piruvat dan kemudian menggunakan asam piruvat sebagai sumber energi. Hal ini menjadi lebih hebat pada aktivitas berat, saat sejumlah besar asam laktat dilepaskan ke dalam darah dari otot rangka dan dipakai sebagai sumber energi ekstra oleh jantung. Pembebasan Energi dari Jalur Glukosa Melalui Jalur Pentosa Fosfat Di hampir semua otot tubuh, semua karbohidrat yang dipakai sebagai sumber energi, pada dasarnya akan diubah menjadi asasm piruvat melalui glikolisis dan kemudian dioksidasi. Namun, proses glikolisis bukan satu-satunya cara glukosa dapat dipecah dan dioksidasi untukmenghasilkan energi. Mekanisme penting untuk kedua penguraian dan oksidasi glukosa disebut sebagai jalur pentosa fosfat (atau jalur fosfoglukonat), yang bertanggung jawab terhadap 30 persen pemecahan glukosa di hati bahkan lebih besar lagi di dalam sel lemak.

Pembentukan Karbohidrat Glukoneogenesis

dari

Protein

dan

Lemak-

Bila simpanan karbohidrat tubuh berkurang dibawah normal, glukosa dalam jumlah sedang dapat dibentuk dari asam amino dan dari gugus gliserol lemak. Proses ini disebut glukoneogenesis. Glukoneogenesis sangat penting untuk menghambat penurunan yang berlebihan kadar glukosa darah selama puasa. Glukosa merupakan substrat utama untuk menghasilkan energi di jaringan seperti otak dan sel darah merah, serta jumlah glukosa yang adekuat harus tersedia selama beberapa jam diantara waktu-waktu makan. Hati berperan utama dalam mempertahankan kadar glukosa darah selama puasa dengan mengubah simpanan glikogennya menjadi glukosa (glikogenolisis) dan dengan mensitesis glukosa, terutama dari asam

laktat dan asam amino (glukoneogenesis). Sekitar 25 persen glukosa yang diproduksi hati selama puasa berasal dari glukoneogenesis, yang membantu mempertahankan suplai glukosa ke otak. Pada puasa yang berkepanjangan, ginjal juga mensintesis sejumlah glukosa dari asam amino dan prekursor lainnya. Sekitar 60 persen asam amino dalam protein tubuh dapat diubah dengan mudah menjadi karbohidrat, sedangkan 40 persen sisanya mempunyai konfigurasi kimia yang menyulitkan atau tidak memungkinkan pengubahan tersebut. setiap asam amino diubah menjadi glukosa melalui proses kimia yang sedikit berbeda. Misalnya, alanin dapat diubah secara langsung menjadi asam piruvat hanya melalui deaminasi; asam piruvat kemudian diubah menjadi glukosa atau glikogen yang disimpan. Beberapa asam amino yang lebih rumit dapat diubah menjadi berbagai gula yang memngandung tiga, empat, lima, atau tujuh atom karbon; gula-gula ini kemudian dapat memasuki jalur fosfoglukonat dan akhirnya membentuk glukosa. Jadi, melalui deaminasi ditambah beberapa konversi sederhana, banyak asam amino yang dapat berubah menjadi glukosa. Interkonversi yang serupa dapat mengubah gliserol menjadi glukosa atau glikogen.

Pengaturan Glukoneogenesis. Berkurangnya karbohidrat di dalam sel dan


berkurangnya gula darah merupakan rangsangan dasar untuk meningkatkan kecepatan glukoneogenesis. Berkurangnya karbohidrat dapat langsung

membalikkan banyak reaksi glikolisis dan reaksi fosfoglukonat, sehingga memungkinkan perubahan asam amino yang terdeaminasi dan gliserol menjadi karbohidrat. Selain itu, hormon koertosal sangat penting dalam peraturan ini sebagai berikut.

Pengaruh

Kortikotropin

dan

Glukokortikoid

pada

Glukoneogenesis.
Bila karbohidrat tidak tersedia dalam jumlah yang normal untuk sel, adenohipefisix, untuk sebab yang belum diketahui dengan jelas, mulai meningkatkan jumlah sekresi hormon kortikotropin. Kortikotropin akan merangsang korteks adrenal untuk menghasilkan sejumlah besar hormon glukokortikoid terutama kortisol. Selanjutnya, kortisol memobilisasi protein terutama dari semua sel tubuh, yang menyebabkan protein tersedia dalam bentuk asam amino didalam cairan tubuh. Sejumlah besar asam amino segera mengalami

deaminasi di hati dan menghasilkan subtrat yang ideal untuk diubah menjadi glukosa. Jadi, salah satu cara terpenting untuk meningkatkan glukosa neogenesia adalah melalui pelepasan glukokortikoid dari korteks adrenals.

Glukosa Darah
Kadar gula darah normal pada seseorang yang tidak makan dalam waktu tiga atau empat jam terakhir adalah sekitar 90 mg/dl. Setelah makan makanan yang banyak mengandung karbohidrat sekalipun, kadar ini jarang melebihi 140 mg/dl kecuali orang tersebut menderita diabetes melitus. Pengaturan kadar gula darah sangat erat hubungannya dengan hormon insulin dan glukagon. Sekresi insulin terjadi saat konsentrasi glukosa darah meningkat, insulin akan mengurangi konsentrasi gula darah hingga kembali ke nilai normal. Hal tersebut akibat dari kerja insulin menghambat glukoneogenesis terutama dengan menurunkan jumlah dan aktivitas enzim-enzim hati untuk proses glikoneogenesis. Sebaliknya penurunan kadar glukosa darah akan memicu sekresi glucagon, berfungsi secara berlawanan dengan insulin, glucagon meningkatkan kadar glukosa darah kembali ke nilai normalnya. Glukagon mampu meningkatkan kaar gula darah melalui pemecahan glikogen hati serta meningkatkan proses glikonegenesis di hati, akibatnya persediaan glukosa di organ-organ tubuh lain meningkat. Kadar gula darah sangat penting untuk dipertahankan secara konstan karena secara normal glukosa merupakan satu-satunya bahan makanan yang dapat digunakan oleh otak, retina, epitel germinal gonad dalam jumlah cukup untuk menyuplai jaringan tersebut secara optimal sesuai dengan energi yang dibutuhkannya. Selain itu konsentrasi glukosa darah perlu di jaga karena empat alasan: 1) glukosa dapat menimbulkan sejumlah besar tekanan osmotic dalam cairan ekstrasel, bila kosentrasi glikosa meningkat berlebihan akan

mengakibatkan dehidrasi sel. 2) Kadar glukosa terlalu tinggi dalam darah menyebabkan glukosa keluar melalui air seni. 3) Hilangnya glukosa melalui urin dapat menimbulkan dieresis osmotik oleh ginjal, yang dapat mengurangi jumlah cairan tubuh dan elektrolit. 4) Peningkatan jangka panjang glukosa darah dapat menyebabkan kerusakan jaringan terutama pembuluh darah.

Kesimpulan Glikolisis adalah pemecahan molekul glukosa untuk memperoleh dua molekul asam piruvat. Dalam proses glikolis dihasilkan empat molekul ATP, dan dua molekul dikeluarkan untuk menimbulkan fosforilasi awal glukosa untuk memulai proses. Keadaan ini memberikan hasil akhir berupa dua molekul ATP. Siklus Asam sitrat merupakan lanjutan reaksi kimia saat gugus asetil KoA dipecah menjadi karbosiaoksida dan atom hydrogen yang terjadi di dalam matriks mitokondria Pada siklus asam sitrat, dibentuk satu molekul ATP. Tetapi, satu molekul glukosa dapat mengahasilkan dua molekul asam piruvat, terdapat dua putaran siklus untuk masing-masing molekul glukosa yang dimetabolisme sehingga memberikan hasil dua molekul ATP. Selama keseluruhan proses pemecahan glukosa, total 24 atom hydrogen dilepaskan selama glikolisis dan selama siklus asam sitrat. Duapuluh dari atom tersebut dioksidasi dalam hubungannya dengan mekanisme kemiosmotik yang melepaskan 3 molekul ATP per dua atom hidrogen sehingga menghasilkan 30 ATP. Sisa empat atom hydrogen dilepaskan oleh dehidrogenase atom hydrogen ke dalam proses oksidatif kemiosmotik di dalam mitondria di luar tahap pertama. Dua molekul ATP biasanya dilepaskan untuk 2 atom hidrogen yang dioksidasi sehingga memberikan total empat molekul ATP atau lebih. Pada keadaan anaerob, setelah pembentukan asam piruvat, sejumlah besar asam piruvat diubah menjadi asam laktat yang berdifusi keluar sel dengan mudah, masuk ke dalam cairan ekstrasel bahkan ke cairan intrasel dari sel lain yang

kurang aktif. Oleh karena itu, asam laktat merupakan suatu tipe lubang masuk (sinkhole) tempat produk akhir glikolisis menghilang sehinggga glikolisis dapat berlangsung lebih lama. Tanpa perubahan ini glikolisis dapat berlanjut selama beberapa detik tetapi melalui proses perubahan ini glikolisis dapat berlanjut selama beberapa menit, dan tubuh bisa mendapat suplai ATP ekstra yang cukup banyak, bahkan dalam keadaan tanpa adanya oksigen pernapasan. Jalur pentosa fosfat merupakan jalur alternatif untuk metabolisme energi ketika terjadi kelainan enzim tertentu di dalam sel. Jalur pentose fosfat dapat menyediakan energi tanpa tergantung pada enzim yang ada pada siklus asam sitrat dan memiliki kapasitas khusus menyediakan energi guna memperbanyak proses sintesis sel. Glukoneogenesis adalah pembentukan glukosa dari asam amino dan gugus gliserol lemak akibat berkurangnya simpanan karbohodrat tubuh. Penurunan kadar karbohidrat dapat langsung membalikkan banyak reaksi glikolisis dan reaksi fosfoglukonat, sehingga memungkinkan perubahan asam amino yang terdeaminasi dan gliserol menjadi karbohidrat. Hal tersebut juga menjadi dasar rangsangan peningkatan proses glukoneogenesis. Kadar glukosa darah normal pada seseorang yang tidak makan dalam waktu tiga atau empat jam terakhir adalah sekitar 90 mg/dl. Setelah makan konsentrasi glukosa darah meningkat hingga mencapai 120 sampai 140mg/100dl selama kirakira satu jam pertama setelah makan. Peningkatan kadar glukosa darah akan memacu insulin yang kemudian akan menurunkan kadar glukosa darah hingga ke nilai normal, glucagon bekerja sebaliknya pada saat kadar gula rendah.

DAFTAR PUSTAKA

Poedjiadi,A.2005.Dasar-dasar Biokimia.UI-Press,Jakarta. Wirahadikusumah,M.1985.Biokimia:metabolisme energi, karbohidrat, dan lipid. Penerbit ITB, Bandung.

Sherwood, L., 2007, Human Physiology, 6th ed., Thomson Broke/Cole. Waugh, A. dan Grant, A., 2003, Ross and Wilson Anatomy and Physiology in Health and Illness. Churchil Livingstone, London.

Guyton, A.C. & John .E.Hall. 2006. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC.

Вам также может понравиться