Вы находитесь на странице: 1из 29

KASUS 4. Anda kebetulan sedang berdinas jaga di laboratorium di sebuah rumah sakit tipe B.

seorang anggota polis membawa sebuah botol ukuran 2 liter yang disebut sebagai botol dari sebuah alat suction curret milik seorang dokter di kota anda. Masalahnya adalah bahwa dokter tersebut disangka telah melakukan pengguguran kandungan yang illegal dan di dalam botol tersebut terdapat campuran darah dan jaringan hasil sucion. Polis menerangkan dalam surat permintaannya, bahwa darah dan jaringan dalam botol berasal dari 3 perempuan yang saat ini sedang diperiksa ke bagian kebidanan di rumah sakit anda. Penyidik membutuhkan pemeriksaan laboratorium yang dapat menjelaskan apakah benar telah terjadi pengguguran kandungan dan apakah benar ketiga perempuan yang sedang diperiksa di kebidanan adalah perempuan yang kandungannya digugurkan oleh dokter tersebut. Hasil pemeriksaan tersebut penting agar dapat dilanjutkan ke proses hukum terhadap dokter tersebut.

PENDAHULUAN
Kasus di atas berkisahkan tentang sebuah botol berisi 2 liter campuran darah dan hasil suction yang diduga merupakan hasil dari pengguguran kandungan 3 orang wanita yang dilakukan oleh seorang dokter. Pengertian pengguguran kandungan menurut hokum ialah tindakan menghentikan kehamilan atau mematikan janin sebelum waktu kelahiran tanpa melihat usia kandungannya. Juga tidak dipersoalkan , apakah dengan pengguguran kehamilan tersebut lahir bayi hidup atau mati. Yang dianggap penting adalah bahwa sewaktu pengguguran kehamilan dilakukan , kandungan tersebut masih hidup. Pengertian pengguguran kandungan menurut hokum tentu saja berbeda dengan pengertian abortus menurut kedokteran yaitu adanya factor sengaja dan tidak adanya factor usia kehamilan. Kita mengetahui bahwa abortus menurut pengertian keodkteran terbagi ke dalam:1 A. Abortus spontan B. Abortus provokatus yang terbagi kepada dua: terauputik dan kriminalis. Abortus provokatus kriminalis sajalah yang termasuk ke dalam lingkup pengertian pengguguran kandungan menurut hokum.

Secara rinci KUHP mengancam pelaku-pelaku sebab: 1. Wanita yang sengaja menggugurkan kandungannya atau menyuruh orang lain melakukannya (KUHP ps 346,hukuman maksimum 4 tahun). 2. Seseorang yang menggugurkan kandungan wanita tanpa seizinnya(KUHP psl 347, hukuman maksium 12 tahun,dan bila wanita tersebut meninggal, hukuman maksimum 15 tahun). 3. Seseorang yang menggugurkan kandunganwanita dengan seizing wanita tersebut.(KUHP psal 348, maksimum 5 tahun 6 bulan, dan bila wanita tersebut meninggal maksimum 7 tahun). 4. Dokter, bidan atau juru obat yang melakukan kejahatan di atas (KUHP pasal 349, hukuman ditambah dengan sepertiganya dan pencabutan hak pekerjaannya). 5. Barangsiapa mempertunjukkan alat/cara menggugurkan kandungan kepada anak dibawah 17 tahun/di bawah umur (KUHP pasal 283, hukuman maksimum 9 bulan). 6. Barangsiapa menganjurkan /merawat/ member obat kepada seorang wanita dengan member harapan agar gugur kandungannya(KUHP pasal 299 , hukuman maksium 4 tahun) 7. Barangsiapa mempertunjukkan secara terbuka alat/ cara menggugurkan kandungan (KUHP pasal 535) hukuman maksimum 3 bulan.

Dikenal 2 macam indikasi abortus terapeuikus yaitu indikasi ibu ( kepentingan medic si wanita hamil) dan indikasi anak ( kepentingan medic si janin) namun kedua macam indikasi tersebut belum menerangkan secara tuntas tentang batasan derajat resiko ibu atau anak yang dapat digolongkan ke dalam cakupan indikasi.bahkan kemudian muncul pula indikasi etis yaitu pada kehamilan akibat suatu tindakan perkosaan dan tindakan yang sejenis.penggunaan indikasi social sama sekali tidak dibenarkan.

ANAMNESIS.
Anamnesis dapat dilakukan antara dokter yang dicurigai terlibat dalam

pengguguran kandungan dan anamnesis terhadap ketiga wanita yang dicurigai melakukan pengguguran kandungan. Anamnesis merupakan suatu yang tidak dapat dilihat atau ditemukan oleh dokter sehingga bukan pemeriksaan yang objektif, sehingga tidak dimasukkan dalam visum et repertum. Anamnesis dibuat terpisah dan dilampirkan dengan visum et repertum dengan judul keterangan yang diperoleh dari pelaku. Dengan mengambil anamnesis , dokter meminta pelaku menceritakan apa yang berlaku segala sesuatu dan untuk memastikan botol hasil suction itu merupakan miliknya atau orang lain, dan sekiranya pelaku wanita itu mengaku, maka ditanyakan apakah tujuan dia melakukan pengguguran kandungan. Dokter yang terlibat juga ditanyakan , apakah dia benar melakukan pengguguran kandungan dan tujuannya apakah untuk keselamatan ibu atau merupakan tindakan pidana. Walau bagaimana pun, dari keterangan pelaku bias sahaja tidak mendapat 100 persen benar,maka di perlukan tindakan lanjut dengan melakukan pemriksaan penunjang dari hasil suction tersebut. Abortus provokatus kriminalis sering terjadi pada kehamilan yang tidak dikehendaki. Ada beberapa alasan wanita tidak menginginkan kehamilannya: 7 Alasan kesehatan, di mana ibu tidak cukup sehat untuk hamil. Alasan psikososial, di mana ibu sendiri sudah enggan/tidak mau untuk punya anak lagi. Kehamilan di luar nikah. Masalah ekonomi, menambah anak berarti akan menambah beban ekonomi keluarga. Masalah sosial, misalnya khawatir adanya penyakit turunan, janin cacat. Kehamilan yang terjadi akibat perkosaan atau akibat incest (hubungan antar keluarga). Selain itu tidak bisa dilupakan juga bahwa kegagalan kontrasepsi juga termasuk tindakan kehamilan yang tidak diinginkan.

Pelaku Abortus Provokatus Kriminalis biasanya adalah: Wanita bersangkutan. Dokter atau tenaga medis lain (demi keuntungan atau demi rasa simpati). Orang lain yang bukan tenaga medis (misalnya dukun)

PEMERIKSAAN KORBAN ABORTUS.


Pada korban hidup perlu diperhatikan tanda kehamilan misalnya perubahan pada payudara, pigmentasi, hormonal,mikroskopik dan sebagainya. Perlu dibuktikan adanya usaha penghentian kehamilan, misalnya tanda kekerasan pada genitalia interna/eksterna , daerah perut bagian bawah. 1 Pemeriksaan toksikologi dilakukan untuk mengetahui adanya obat/zat yang dapat mengakibatkan abortus. Perlu pula dilakukan pemeriksaan terhadap hasil usaha penghentian kehamilan, misalnya yang berupa IUFD-kematian janin di dalam rahim dan pemeriksaan mikroskopis terhadap sis-sisa jaringan. 1 Temuan autopsy pada korban meninggal tergantung pada cara melakukan abortus serta interval waktu antara tindakan abortus dan kematian.Abortus yang dilakukan oleh ahli yang trampil mungkin tidak meninggalkan bekas dan bila telah berlangsung satu hari atau lebih, maka komplikasi yang timbul atau penyakit yang menyertai mungkin mengaburkan tanda-tanda abortus criminal.Lagi pula selalu terdapat kemungkinan bahwa abortus dilakukan sendiri oleh wanita bersangkutan.Pada pemeriksaan jenazah, Teare(1964) menganjurkan pembukaan

abdomen sebagai langkah pertama dalam autopsy bila ada kecurigaan akan abortus kriminalis sebagai penyebab kematian korban.Pemeriksaan luar dilakukan seperti biasa sedangkan pada pembedahan jenazah, bila didapatkan cairan dalam rongga perut, atau kecurigaan lain, lakukan pemeriksaan toksikologi. 1 Uterus diperiksa apakah ada pembesaran, krepitasi , luka atau perforasi. Lakukan pula tes emboli udara pada vena kava inferior dan jantung.Periksa alat-alat genitalia interna apakah pucat, mengalami kongesti atau memar. Uterus diiris mendatar dengan jarak irisan 1 cm untuk mendeteksi perdarahan yang berasal dari bawah. 1 Ambil darah dari jantung (segera setelah tes emboli) untuk pemeriksaan toksikologi. Ambil urin untuk tes kehamilan / toksikologi dan pemeriksaan organ-organ lain dilakukan seperti biasa. Pemeriksaan mikroskopis meliputi adanya sel trofoblas yang merupakan tanda kehamilan, kerusakan jaringan yang merupakan jejas/tanda usaha penghentian kehamilan. Ditemukan sel radang PMN menunjukkan intravitalitas.

Tentukan pula umur janin atau usia kehamilan, karena sekalipun undang-undang tidak permasalahkan usia kehamilan, namun penentuan usia kehamilan kadang kala diperlukan oleh penyidik dalam rangka penyidikan perkara secara keseluruhan. PEMERIKSAAN LABORATORIUM Hasil Sucction Pemeriksaan Darah Di antara berbagai cairan tubuh, darah merupakan yang paling penting karena merupakan cairan biologik dengan sifat-sifat potensial lebih spesifik untuk golongan manusia tertentu. Tujuan utama pemeriksaan darah forensik sebenarnya adalah untuk membantu identifikasi pemilik darah tersebut, dengan membandingkan bercak darah yang ditemukan di Tempat Kejadian Perkara (TKP) pada objek-objek tertentu seperti lantai, meja, kursi, karpet, senjata dan pakaian yang dilumuri dengan darah korban atau darah tersangka pelaku kejahatan. Hasil pemeriksaan laboratorium tersebut penting untuk menunjang atau menyingkirkan keterlibatan seseorang dengan TKP. Walaupun dengan uji yang modern dan dengan peralatan yang canggih sekalipun, masih sulit untuk memastikan bahwa darah tersebut berasal dari individu tertentu. 2 Dari bercak yang dicurigai harus dibuktikan bahwa bercak tersebut benar darah, darah dari manusia atau hewan, golongan darahnya bila darah tersebut berasal dari manusia, dan sama ada darah tersebut merupakan darah menstruasi atau bukan. Untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut, harus dilakukan pemeriksaan-pemeriksaan laboratorium sebagai berikut : 2 (1). Pemeriksaan mikroskopik Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat morfologi sel-sel darah merah. Cara ini tidak dapat dilakukan bila telah terjadi kerusakan pada sel-sel darah tersebut. Darah yang masih basah atau baru mengering ditaruh pada kaca objek dan ditambahkan 1 tetes larutan garam faal, kemudian ditutup dengan kaca penutup. Cara lain adalah dengan membuat sediaan apus dengan pewarnaan Wright atau Giemsa. Dari kedua sediaan tersebut, dapat dilihat bentuk dan inti sel darah merah. Pemeriksaan mikroskopik terhadap kedua sediaan tersebut hanya dapat menentukan kelas dan bukan spesies darah tersebut. Kelas mamalia mempunyai sel darah merah berbentuk cakram dan tidak berinti, sedangkan kelas-kelas lainnya berbentuk oval/elips dan berinti. Dari kelas mamalia,

genus Cannelidae(golongan unta) merupakan perkecualian dengan sel darah merah berbentuk oval/elips tetapi tidak berinti. 4 Keuntungan sediaan apus dibandingkan dengan sediaan tanpa pewarnaan adalah dapat terlihatnya sel-sel lekosit berinti banyak. Bila terlihat drum stick dalam jumlah lebih dari 0,05%, dapatlah dipastikan bahwa darah tersebut berasal dari seorang wanita. (2). Pemeriksaan kimiawi Cara ini digunakan bila ternyata sel darah merah sudah dalam keadaan rusak sehingga pemeriksaan mikroskopik tidak bermanfaat lagi. Pemeriksaan kimiawi terdiri dari pemeriksaan penyaring darah dan pemeriksaan penentuan darah. Pemeriksaan penyaring darah Prinsip pemeriksaan penyaring adalah : H2O2H2O + On Reagen Perubahan warna( teroksidasi) Pemeriksaan penyaring yang biasa dilakukan adalah reaksi benzidin dan reaksi fenoftalin. Reagen yang digunakan dalam reaksi benzidin adalah larutan jenuh kristal benzidin dalam asam asetat glacial, sedangkan pada reaksi fenolftalin digunakan reagens yang dibuat dari fenolftalein 2g + 100ml. NaOH 20% dan dipanaskan dengan biji-biji zinc sehingga terbentuk fenolftalin yang tidak berwarna. Cara pemeriksaan: Sepotong kertas saring digosokkan pada bercak yang dicurigai kemudian diteteskan 1 tetes H2O2 20% dan 1 tetes reagen benzidin. Hasil positif pada reaksi benzidin adalah timbul warna biru gelap pada kertas saring. Sedangkan pada reaksi fenolftalin, kertas saring yang telah digosokkan pada bercak yang dicurigai langsung diteteskan dengan reagen fenolftalin yang akan memberikan warna merah muda bila positif. Hasil negatif pada kedua reaksi tersebut memastikan bahwa bercak tersebut bukan darah, sedangkan hasil positif menyatakan bahwa bercak tersebut mungkin darah sehingga perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.

Pemeriksaan penentuan darah Pemeriksaan penentuan darah berdasarkan terdapatnya pigmen/Kristal hematin (hemin) dan hemokhromogen. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah reaksi Teichman dan reaksi Wagenaar. 4 Reaksi Teichman Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca objek, tambahkan 1 butir Kristal NaCl dan 1 tetes asam asetat glasial, tutup dengan kaca penutup dan dipanaskan. Hasil positif dinyatakan dengan tampaknya Kristal hemin-HCl yang berbentuk batang berwarna coklat yang terlihat dengan mikroskop. Reaksi Wagenaar Seujung jarum bercak kering diletakkan pada kaca objek, letakkan juga sebutir pasir, lalu tutup dengan kaca penutup sehingga antara kaca objek dengan kaca penutup terdapat celah untuk penguapan zat. Pada satu sisi diteteskan aceton dan pada sisi berlawanan diteteskan HCl encer, kemudian dipanaskan. Hasil positif bila terlihat Kristal aceton-hemin berbentuk batang berwarna coklat. Hasil positif pada pemeriksaan penentuan darah memastikan bahwa bercak adalah darah. Hasil yang negatif selain menyatakan bahwa bercak tersebut bukan bercak darah, juga dapat dijumpai pemeriksaan terhadap bercak darah yang struktur kimianya telah rusak misalnya bercak darah yang sudah lama sekali, terbakar dan sebagainya. (3). Pemeriksaan spektroskopik Pemeriksaan spektroskopik memastikan bahan yang diperiksa adalah darah bila dijumpai pitapita absorpsi yang khas dari hemoglobin atau turunannya. Bercak kering dilarutkan dengan akuades dalam tabung reaksi dan kemudian dilihat dengan spektroskop. Hemoglobin dan

derivatnya akan menunjukkan pita-pita absorpsi yang khas spektrum warna.

Suspensi yang mengandungi oksihemoglobin berwarna merah terang dengan dua pita absorpsi berwarna hitam di daerah kuning yaitu pada panjang gelombang 54 dan 59. Bila ditambahkan reduktor, Na-ditionit, akan terbentuk hemoglobin ter-reduksi yang berwarna merah keunguan dengan satu pita absorpsi yang lebarcdi daerah kuning yaitu pada panjang gelombang 54-59. Bila ditambahkan lagi dengan alkali encer(NaOH atau KOH) akan terbentuk hemokhromogen berwarna merah jingga dengan dua pita absorpsi yang menempati daerah kuning yaitu pada panjang gelombang 56 dan daerah perbatasan dengan hijau yaitu pada panjang gelombang 52. (3). Pemeriksaan Serologik Pemeriksaan ini berguna untuk menentukan spesies dan golongan darah. Untuk itu dibutuhkan antisera terhadap protein manusia (anti human globulin) serta terhadap protein hewan dan juga antisera terhadap golongan darah tertentu. Prinsip pemeriksaan adalah suatu reaksi antara antigen (bercak darah) dengan antibodi (antiserum) yang merupakan reaksi presipitasi atau reaksi aglutinasi. Penentuan Spesies Lakukan ekstraksi bercak atau darah kering dengan larutan garam faal. Dianjurkan untuk memakai 1cm2 bercak atau 1g darah kering tetapi tidak melebihi separuh bahan yang tersedia. Cara-cara yang dapat dipergunakan adalah : Reaksi Cincin (reaksi presipitin dalam tabung) Ke dalam tabung reaksi kecil dimasukkan serum anti globulin manusia dan keatasnya dituangkan ekstrak darah perlahan-lahan melalui tepi tabung. Biarkan pada temperatur ruang kurang lebih 1.5 jam. Hasil positif tampak sebagai cincin presipitasi yang keruh pada perbatasan kedua cairan. Reaksi Presipitasi dalam Agar Gelas obyek dibersihkan dengan spiritus sampai bebas lemak, dilapisi dengan selapis tipis agar buffer. Setelah agak mengeras, dibuat lubang pada agar dengan diameter kurang lebih 2mm, yang dikelilingi oleh lubang-lubang sejenis. Masukkan serum anti-globulin manusia ke lubang di tengah dan ekstrak darah dengan berbagai derajat pengenceran di lubang-lubang sekitarnya. Letakkan gelas obyek ini dalam ruang lembab (moist chamber) pada temperatur ruang selama satu malam. Hasil positif memberikan presipitum jernih pada perbatasan lubang tengah dan tepi lubang. Penentuan Golongan Darah

Diantara sistem-sistem golongan darah, yang paling lama bertahan adalah antigen dari sistem golongan darah ABO. Darah yang telah mengering dapat berada dalam pelbagai tahap kesegaran. a. Bercak dengan sel darah merah masih utuh. b. Bercak dengan sel darah merah sudah rusak tetapi dengan aglutinin dan antigen yang masih dapat di deteksi c. Sel darah merah sudah rusak dengan jenis antigen yang masih dapat dideteksi namun sudah terjadi kerusakan aglutinin. d. Sel darah merah sudah rusak dengan antigen dan agglutinin yang juga sudah tidak dapat dideteksi. Cara yang biasa dilakukan adalah cara absoropsi elusi dengan prosedur sebagai berikut : 1) 2-3 helai benang mengandung bercak kering difiksasi dengan metal alcohol selama 15 menit. Benang diangkat dan dibiarkan mengering. Selanjutnya dialakukan penguraian benang terbebut menjadi serat-serat halus dengan menggunakan 2 buah jarum. 2) Lakukan juga pada benang yang tidak mengandung bercak darah untuk sebagai control negative. 3) Serat benang dimasukkan kedalam 2 tabung reaksi. Ke dalam tabung pertama diteteskan serum anti-A dan pada tabung kedua diberi anti-B hingga serabut benang tersebut terendam seluruhnya. Kemudian tabung-tabung tersebut disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4 derajat selsius selama satu malam. 4) Kemudian lakukan pencucian dengan menggunakan larutan garam faal dingin (4oC) sebanyak 5-6 kali, lalu tambahkan 2 tetes suspensi 2 % sel indicator, pusing dengan kecepatan 1000 RPM selama 1 menit. Bila tidak terjadi aglutinasi, cuci sekali lagi dan kemudian tambahkan 1-2 tetes garam faal. Panaskan pada suhu 56oC selama 10 menit dan pindahkan eluat pada tabung lain. Tambahkan satu tetes suspense sel indicator ke dalam masing-masing tabung, biarkan selama 5 menit pada kecepatan 1000 RPM. 5) Pembacaan hasil dilakukan secara makroskopik. Bila terjadi aglutinasi berarti darah mengandung antigen yang sesuai dengan antigen sel indikator.

Bila didapatkan sel darah merah dalam keadaan utuh, penentuan golongan darah dapat dilakukan secara langsung seperti pada penentuan golongan darah orang hidup, yaitu dengan meneteskan 1 tetes antiserum ke atas 1 tetes darah dan dilihat terjadinya aglutinasi. Aglutinasi yang terjadi pada suatu antiserum merupakan golongan darah bercak yang diperiksa, contoh bila terjadi aglutinasi pada antiserum A maka golongan darah bercak darah tersebut adalah A. Pemeriksaan golongan darah juga dapat membantu mengatasi kasus paternitas. Hal ini berdasarkan Hukum Mendel yang mengatakan bahwa antigen tidak mungkin muncul pada anak, jika antigen tersebut tidak terdapat pada salah satu atau kedua orang tuanya. Orang tua yang homozigotik pasti meneruskan gen untuk antigen tersebut kepada anaknya. (Anak dengan golongan darah O tidak mungkin mempunyai orang tua yang bergolongan darah AB). Komplikasi medis yang dapat timbul pada ibu 3 Perforasi Dalam melakukan dilatasi dan kerokan harus diingat bahwa selalu ada kemungkinan terjadinya perforasi dinding uterus, yang dapat menjurus ke rongga peritoneum, ke ligamentum latum, atau ke kandung kencing. Oleh sebab itu, letak uterus harus ditetapkan lebih dahulu dengan seksama pada awal tindakan, dan pada dilatasi serviks tidak boleh digunakan tekanan berlebihan. Kerokan kuret dimasukkan dengan hati-hati, akan tetapi penarikan kuret ke luar dapat dilakukan dengan tekanan yang lebih besar. Bahaya perforasi ialah perdarahan dan peritonitis. Apabila terjadi perforasi atau diduga terjadi peristiwa itu, penderita harus diawasi dengan seksama dengan mengamati keadaan umum, nadi, tekanan darah, kenaikan suhu, turunnya hemoglobin, dan keadaan perut bawah. Jika keadaan meragukan atau ada tanda-tanda bahaya, sebaiknya dilakukan laparatomi percobaan dengan segera. Luka pada serviks uteri Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks. Pelekatan pada kavum uteri Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya

10

kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi. Perdarahan Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina. Infeksi Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. [sunting] Lainlain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian

prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin: Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. 3 Luka pada serviks uteri Apabila jaringan serviks keras dan dilatasi dipaksakan maka dapat timbul sobekan pada serviks uteri yang perlu dijahit. Apabila terjadi luka pada ostium uteri internum, maka akibat yang segera timbul ialah perdarahan yang memerlukan pemasangan tampon pada serviks dan vagina. Akibat jangka panjang ialah kemungkinan timbulnya incompetent cerviks. Pelekatan pada kavum uteri Melakukan kerokan secara sempurna memerlukan pengalaman. Sisa-sisa hasil konsepsi harus dikeluarkan, tetapi jaringan miometrium jangan sampai terkerok, karena hal itu dapat mengakibatkan terjadinya perlekatan dinding kavum uteri di beberapa tempat. Sebaiknya kerokan dihentikan pada suatu tempat apabila pada suatu tempat tersebut dirasakan bahwa jaringan tidak begitu lembut lagi.

11

Perdarahan Kerokan pada kehamilan yang sudah agak tua atau pada mola hidatidosa terdapat bahaya perdarahan. Oleh sebab itu, jika perlu hendaknya dilakukan transfusi darah dan sesudah itu, dimasukkan tampon kasa ke dalam uterus dan vagina. Infeksi Apabila syarat asepsis dan antisepsis tidak diindahkan, maka bahaya infeksi sangat besar. Infeksi kandungan yang terjadi dapat menyebar ke seluruh peredaran darah, sehingga menyebabkan kematian. Bahaya lain yang ditimbulkan abortus kriminalis antara lain infeksi pada saluran telur. Akibatnya, sangat mungkin tidak bisa terjadi kehamilan lagi. Lain-lain Komplikasi yang dapat timbul dengan segera pada pemberian NaCl hipertonik adalah apabila larutan garam masuk ke dalam rongga peritoneum atau ke dalam pembuluh darah dan menimbulkan gejala-gejala konvulsi, penghentian kerja jantung, penghentian pernapasan, atau hipofibrinogenemia. Sedangkan komplikasi yang dapat ditimbulkan pada pemberian

prostaglandin antara lain panas, rasa enek, muntah, dan diare. Komplikasi yang Dapat Timbul Pada Janin: Sesuai dengan tujuan dari abortus itu sendiri yaitu ingin mengakhiri kehamilan, maka nasib janin pada kasus abortus provokatus kriminalis sebagian besar meninggal. Kalaupun bisa hidup, itu berarti tindakan abortus gagal dilakukan dan janin kemungkinan besar mengalami cacat fisik. Metode hisapan sering digunakan pada aborsi yang merupakan cara yang ilegal secara medis walaupun dilakukan oleh tenaga medis. Tabung suntik yang besar dilekatkan pada ujung kateter yang dapat dilakukan penghisapan yang berakibat ruptur dari chorionic sac dan mengakibatkan abortus. Cara ini aman asalkan metode aseptic dijalankan, jika penghisapan tidak lengkap dan masih ada sisa dari hasil konsepsi maka dapat mengakibatkan infeksi. Tujuan dari merobek kantong kehamilan adalah jika kantong kehamilan sudah rusak maka secara otomatis janin akan dikeluarkan oleh kontraksi uterus. Ini juga dapat mengakibatkan dilatasi

12

saluran cerviks, yang dapat mengakhiri kehamilan. Semua alat dapat digunakan dari pembuka operasi sampai jari-jari dari ban sepeda. Paramedis yang melakukan abortus suka menggunakan kateter yang kaku. Jika digunakan oleh dokter maupun suster, yang melakukan mempunyai pengetahuan anatomi dan menggunakan alat yang steril maka resikonya semakin kecil. Akan tetapi orang awam tidak mengetahui hubungan antara uterus dan vagina. Alat sering digunakan dengan cara didorong ke belakang yang orang awam percayai bahwa keadaan cerviks di depan vagina. Permukaan dari vagina dapat menjadi rusak dan alat mungkin masuk ke usus bahkan hepar. Penetrasi dari bawah atau tengah vagina dapat juga terjadi perforasi. Jika cerviks dimasuki oleh alat, maka cerviks dapat ruptur dan alat mungkin masuk lewat samping. Permukaan luar dapat cedera dengan pengulangan, usaha yang ceroboh yang berusaha mengeluarkan benda yang terlalu tebal ke saluran yang tidak membuka. Jika sukses melewati saluran dari uterus, mungkin langsung didorong ke fundus, yang akan merusak peritoneal cavity. Bahaya dari penggunaan alat adalah pendarahan dan infeksi. Perforasi dari dinding vagina atau uterus dapat menyebabkan pendarahan, yang mungkin diakibatkan dari luar atau dalam. Sepsis dapat terjadi akibat penggunaan alat yang tidak steril atau kuman berasal dari vagina dan kulit. Bahaya yang lebih ringan(termasuk penggunaan jarum suntik) adalah cervical shock. Ini dapat membuat dilatasi cerviks, dalam keadaaan pasien yang tidak dibius, alat mungkin menyebabkan vagal refleks, yang melalui sistem saraf parasimpatis, yang dapat mengakibatkan cardiac arrest. Ini merupakan mekanisme yang berpotensi menimbulkan ketakutan yang dapat terjadi pada orang yang melakukan abortus kriminalis. Kekerasan Kimiawi / Obat-obatan atau Bahan-bahan yang Bekerja Pada Uterus Berbagai macam zat yang digunakan baik secara lokal maupun melalui mulut telah banyak digunakan untuk menggugurkan kandungan. Beberapa zat mempunyai efek yang baik sedangkan beberapa lainnya berbahaya. Zat yang digunakan secara lokal contohnya fenol dan lysol, merkuri klorida, potassium permagnat, arsenik, formaldehid, dan asam oxalat. Semua mempunyai bahaya sendiri, baik dari korosi lokal maupun efek sistemik jika diserap. Pseudomembran yang nekrotik mungkin berasal dari vagina dan kerusakan cerviks mungkin terjadi. Potasium permangat adalah zat yang muncul selama perang yang terakhir dan berlangsung beberapa tahun, 650 kasus dilaporkan hingga tahun 1959, yang parah hanya beberapa. Ini dapat menyebabkan nekrosis pada vagina jika diserap yang dapat mempunyai efek sistemik yang fatal termasuk kerusakan ginjal. Permanganat dapat menyebabkan pendarahan vagina dari nekrosis, yang mana dapat membahayakan janin.

13

Jenis obat-obatan yang dipakai untuk menginduksi abortus antara lain. : Emmenagogum : obat untuk melancarkan haid Cara kerja : Indirect Congesti + engorgement.. Direct : Bekerja langsung pada uterus/saraf motorik uterus. Misal : Aloe, Cantharides (racun irritant), Caulopylin, Borax, Apiol, Potassium permanganate, Santonin, Senega, Mangan dioksida. Purgativa/Emetica :obat-obatan yang menimbulkan kontraksi GI tract Misal :Colocynth : Aloe, Castor oil : Magnesim sulfate, Sodium sulfate. Ecbolica : menimbulkan kontraksi uterus secara langsung. Misal : Apiol, Ergot, Ergometrine, Extract secale, Extract pituatary, Pituitrine, Exytocin. Cara kerja ergot : Merangsang alpha 1 receptor pada uterus

INTERPRETASI PEMERIKSAAN.
Daripada jalur pemeriksaan yang dilakukan bermula dengan anamnesis terhadap dokter dan 3 wanita yang terlibat dalam kasus pengguguran bayi sehingga pemeriksaan penunjang, untuk mengenakan tindakan pidana haruslah mendapatkan bukti-bukti yang kukuh. Daripada anamnesis mungkin agak sukar untuk mendapatkan pengakuan daripada pelaku yang terlibat. Maka dengan itu penting untuk kita memeriksa barang bukti yaitu hasil suction yang dijumpai. Hasil suction itu dapat dilakukan dengan memeriksa DNA dan darah si pelaku. Dengan dunia modern , serba canggih maka walaupun hasil suction itu bercampur-campur antara 3 wanita, dunia kedokteran dapat memisahkan sehingga bukti yang jelas dapat terlihat. Selain itu

pemeriksaan fisik dan ginekologi dapat dilakukan dari ketiga-tiga wanita itu dengan melihat tanda-tanda kehamilan dan pasca aborsi. Dengan itu dapat menyokong kasus pengguguran kandungan criminal.

14

ASPEK HUKUM 1
PASAL 346 KUHP. Seorang wanita yang sengaja menggugurkan atau mematikan kandungannya atau menyuruh orang lain untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama 4 tahun. Pasal 347KUHP Barang siapa dengan sengaja menggugurkan atau mematikan kandungan seorang wanita tanpa persetujuannya, diancam dengan pidana penjara paling lama 12 tahun Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara aling lama 15 tahun. Pasal 348 KUHP. Barangsiapa dengan sengaja menggugurkkan atau mematikan kandungan seorang wanita dnegan persetujuannya diancam dengan pidana penjara paling lama 5 tahun 6 bulan. Jika perbuatan itu mengakibatkan matinya wanita tersebut, dikenakan pidana penjara paling lama 7 tahun. HR 1 November 1897 Pengguguran dalam kandungan hanya dapat pidana apabila pada waktu perbuatan itu dilakukan , kandungan hidup. Undang-undang tidak mengenal suatu dugaan menurut hokum, darimana dapat disimpulkan bahwa ada kehidupan atau kepekaan hidup. HR 12 April 1898. Untuk pengguguran yang dapat dihukum vide pasal-pasal 346, 348 KUHP disyaratkan kandungan ketika perbuatan dilakukan masih hidup dan adalah tidak perlu bahwa kandungan itu mati karena pengguguran. Keadaan bahwa anak itu lahir hidup tidak menghalangi bahwa kejahatan telah selesai dilakukan, undangundang tidak membedakan antara tingkat kehidupan kandungan yang jauh atau kecil, akan tetapi mengancam dengan hukuman pengguguran yang tidak tepat.

15

HR 20 Disember 1943. Dari bukti-bukti yang dipakai oleh hakim dalam keputusannya harus dapat disimpulkan bahwa wanita itu mengandung kandungan yang hidup dan bahwa terdakwa mempunyai niat dengan snegaja hendak menyebabkan pengguguran dan kematian. Pasal 349 KUHP. Jika seorang dokter, bidan atau juru obat membantu melakukan kejahatan yang tersebut pasal 346 ataupun melakukan atau membantu melakukan salah satu kejahatan yang diterangkan dalam pasal 347 dan 348 maka pidana yang ditentukan dalam pasal itu dapat ditambah dengan sepertiga dan dapat dicabut hak untuk menjalankan pencaharian dalam kejahatan dilakukan.

ASPEK MEDIKOLEGAL 1
Di Indonesia, baik menurut pandangan agama, Undang-Undang Negara, maupun Etik Kedokteran, seorang dokter tidak diperbolehkan untuk melakukan tindakan pengguguran kandungan (abortus provokatus). Bahkan sejak awal seseorang yang akan menjalani profesi dokter secara resmi disumpah dengan Sumpah Dokter Indonesia yang didasarkan atas Deklarasi Jenewa yang isinya menyempurnakan Sumpah Hippokrates, di mana ia akan menyatakan diri untuk menghormati setiap hidup insani mulai dari saat pembuahan. Dari aspek etika, Ikatan Dokter Indonesia telah merumuskannya dalam Kode Etik Kedokteran Indonesia mengenai kewajiban umum, pasal Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makhluk insani. Pada pelaksanaannya, apabila ada dokter yang melakukan pelanggaran, maka penegakan implementasi etik akan dilakukan secara berjenjang dimulai dari panitia etik di masing-masing RS hingga Majelis Kehormatan Etika Kedokteran (MKEK). Sanksi tertinggi dari pelanggaran etik ini berupa "pengucilan" anggota dari profesi tersebut dari kelompoknya. Sanksi administratif tertinggi adalah pemecatan anggota profesi dari komunitasnya. Ditinjau dari aspek hukum, pelarangan abortus justru tidak bersifat mutlak. Abortus buatan atau abortus provokatus dapat digolongkan ke dalam dua golongan yakni: 1. Abortus

16

buatan legal Yaitu pengguguran kandungan yang dilakukan menurut syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Populer juga disebut dengan abortus provocatus therapeticus, karena alasan yang sangat mendasar untuk melakukannya adalah untuk menyelamatkan nyawa ibu. Abortus atas indikasi medik ini diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: PASAL 15: 1) Dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu hamil dan atau janinnya, dapat dilakukan tindakan medis tertentu. 2) Tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat(1) hanya dapat dilakukan: Berdasarkan indikasi medis yang mengharuskan diambilnya tindakan tersebut; Oleh tenaga kesehatan yang mempunyai keahlian dan kewenangan untuk itu dan dilakukan sesuai dengan tanggung jawab profesi serta berdasarkan pertimbangan tim ahli Dengan persetujuan ibu hamil yang bersangkutan atau suami atau keluarganya Pada sarana kesehatan tertentu

. 3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tindakan medis tertentu sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah. Pada penjelasan UU no 23 tahun 1992 pasal 15 dinyatakan sebagai berikut: Ayat (1) : Tindakan medis dalam bentuk pengguguran kandungan dengan alasan apapun, dilarang karena bertentangan dengan norma hukum, norma agama, norma kesusilaan dan norma kesopanan. Namun dalam keadaan darurat sebagai upaya untuk menyelamatkan jiwa ibu atau janin yang dikandungnya dapat diambil tindakan medis tertentu Ayat (2) Butir a : Indikasi medis adalah suatu kondisi yang benar-benar mengharuskan diambil tindakan medis tertentu sebab tanpa tindakan medis tertentu itu,ibu hamil dan janinnya terancam bahaya maut.

17

Butir b : Tenaga kesehatan yang dapat melakukan tindakan medis tertentu adalah tenaga yang memiliki keahlian dan wewenang untuk melakukannya yaitu seorang dokter ahli kandungan seorang dokter ahli kebidanan dan penyakit kandungan.

Butir c : Hak utama untuk memberikan persetujuan ada ibu hamil yang bersangkutan kecuali dalam keadaan tidak sadar atau tidak dapat memberikan persetujuannya ,dapat diminta dari semua atau keluarganya.

Butir d : Sarana kesehatan tertentu adalah sarana kesehatan yang memiliki tenaga dan peralatan yang memadai untuk tindakan tersebut dan ditunjuk oleh pemerintah.

Ayat (3) : Dalam Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanan dari pasal ini dijabarkan antara lain mengenal keadaan darurat dalam menyelamatkan jiwa ibu hamil atau janinnya,tenaga kesehatan mempunyai keahlian dan wewenang bentuk persetujuan, sarana kesehatan yang ditunjuk. 2. Abortus Provocatus Criminalis ( Abortus buatan illegal ) Yaitu pengguguran kandungan yang tujuannya selain untuk menyelamatkan atau menyembuhkan si ibu, dilakukan oleh tenaga yang tidak kompeten serta tidak memenuhi syarat dan cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang. Abortus golongan ini sering juga disebut dengan abortus provocatus criminalis karena di dalamnya mengandung unsur kriminal atau kejahatan. Beberapa pasal yang mengatur abortus provocatus dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana (KUHP): PASAL 299 ; 1) Barang siapa dengan sengaja mengobati seorang wanita atau menyuruh supaya diobati, dengan diberitahukan atau ditimbulkan harapan, bahwa karena pengobatan itu hamilnya dapat digugurkan, diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau denda paling banyak empat pulu ribu rupiah. 2) Jika yang bersalah, berbuat demikian untuk mencari keuntungan, atau menjadikan perbuatan tersebut sebagai pencaharian atau kebiasaan atau jika dia seorang tabib, bidan atau juru obat, pidananya dapat ditambah sepertiga. 3) Jika yang bersalah melakukan kejahatan tersebut dalam menjalankan pencaharian, maka dapat dicabut haknya untuk melakukan pencaharian.

18

PASAL 535 Barang siapa secara terang-terangan mempertunjukkan suatu sarana untuk menggugurkan kandungan, maupun secara terang-terangan atau tanpa diminta menawarkan, ataupun secara terang-terangn atau dengan menyiarkan tulisan tanpa diminta, menunjuk sebagai bisa didapat, sarana atau perantaraan yang demikian itu, diancam dengan kurungan paling lama tiga bulan atau denda paling banyak empat ribu lima ratus rupiah. Dari rumusan pasal-pasal tersebut diatas dapat ditarik kesimpulan : 1. Seorang wanita hamil yang sengaja melakukan abortus atau ia menyuruh orang lain, diancam hukuman empat tahun. 2. Seseorang yang sengaja melakukan abortus terhadap ibu hamil, dengan tanpa persetujuan ibu hamil tersebut diancam hukuman 12 tahun, dan jika ibu hamil itu mati diancam 15 tahun . 3. Jika dengan persetujuan ibu hamil, maka diancam hukuman 5,5 tahun penjara dan bila ibu hamil tersebut mati diancam hukuman 7 tahun penjara. 4. Jika yang melakukan dan atau membantu melakukan abortus tersebut seorang dokter, bidan atau juru obat (tenaga kesehatan) ancaman hukumannya ditambah sepertiganya dan hak untuk praktek dapat dicabut. Meskipun dalam KUHP tidak terdapat satu pasal pun yang memperbolehkan seorang dokter melakukan abortus atas indikasi medik, sekalipun untuk menyelamatkan jiwa ibu, dalam prakteknya dokter yang melakukannya tidak dihukum bila ia dapat mengemukakan alasan yang kuat dan alasan tersebut diterima oleh hakim (Pasal 48). Selain KUHP, abortus buatan yang ilegal juga diatur dalam Undang Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan: PASAL 80 Barang siapa dengan sengaja melakukan tindakan medis tertentu terhadap ibu hamil yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 15 ayat (1) dan ayat (2), dipidana dengan penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan pidana denda paling banyak Rp. 500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).

19

ETIK PROFESI KEDOKTERAN. 6


Di dalam praktek kedokteran terdapat aspek etik dan aspek hukum yang sangat luas, yang sering tumpang-tindih pada suatu issue tertentu, seperti pada informed consent, wajib simpan rahasia kedokteran, profesionalisme, dll. Bahkan di dalam praktek kedokteran, aspek etik seringkali tidak dapat dipisahkan dari aspek hukumnya, oleh karena banyaknya norma etik yang telah diangkat menjadi norma hukum, atau sebaliknya norma hukum yang mengandung nilai-nilai etika. Aspek etik kedokteran yang mencantumkan juga kewajiban memenuhi standar profesi mengakibatkan penilaian perilaku etik seseorang dokter yang diadukan tidak dapat dipisahkan dengan penilaian perilaku profesinya. Etik yang memiliki sanksi moral dipaksa berbaur dengan keprofesian yang memiliki sanksi disiplin profesi yang bersifat administratif. Keadaan menjadi semakin sulit sejak para ahli hukum menganggap bahwa standar prosedur dan standar pelayanan medis dianggap sebagai domain hukum, padahal selama ini profesi menganggap bahwa memenuhi standar profesi adalah bagian dari sikap etis dan sikap profesional. Dengan demikian pelanggaran standar profesi dapat dinilai sebagai pelanggaran etik dan juga sekaligus pelanggaran hukum. Kemungkinan terjadinya peningkatan ketidakpuasan pasien terhadap layanan dokter atau rumah sakit atau tenaga kesehatan lainnya dapat terjadi sebagai akibat dari (a) semakin tinggi pendidikan rata-rata masyarakat sehingga membuat mereka lebih tahu tentang haknya dan lebih asertif, (b) semakin tingginya harapan masyarakat kepada layanan kedokteran sebagai hasil dari luasnya arus informasi, (c) komersialisasi dan tingginya biaya layanan kedokteran dan kesehatan sehingga masyarakat semakin tidak toleran terhadap layanan yang tidak sempurna, dan (d) provokasi oleh ahli hukum dan oleh tenaga kesehatan sendiri. Etik Profesi Kedokteran Etik profesi kedokteran mulai dikenal sejak 1800 tahun sebelum Masehi dalam bentuk Code of Hammurabi dan Code of Hittites, yang penegakannya dilaksanakan oleh penguasa pada waktu itu. Selanjutnya etik kedokteran muncul dalam bentuk lain, yaitu dalam bentuk sumpah

20

dokter yang bunyinya bermacam-macam, tetapi yang paling banyak dikenal adalah sumpah Hippocrates yang hidup sekitar 460-370 tahun SM. Sumpah tersebut berisikan kewajibankewajiban dokter dalam berperilaku dan bersikap, atau semacam code of conduct bagi dokter. World Medical Association dalam Deklarasi Geneva pada tahun 1968 menelorkan sumpah dokter (dunia) dan Kode Etik Kedokteran Internasional. Kode Etik Kedokteran Internasional berisikan tentang kewajiban umum, kewajiban terhadap pasien, kewajiban terhadap sesama dan kewajiban terhadap diri sendiri. Selanjutnya, Kode Etik Kedokteran Indonesia dibuat dengan mengacu kepada Kode Etik Kedokteran Internasional Selain Kode Etik Profesi di atas, praktek kedokteran juga berpegang kepada prinsipprinsip moral kedokteran, prinsip-prinsip moral yang dijadikan arahan dalam membuat keputusan dan bertindak, arahan dalam menilai baik-buruknya atau benar-salahnya suatu keputusan atau tindakan medis dilihat dari segi moral. Pengetahuan etika ini dalam perkembangannya kemudian disebut sebagai etika biomedis. Etika biomedis memberi pedoman bagi para tenaga medis dalam membuat keputusan klinis yang etis (clinical ethics) dan pedoman dalam melakukan penelitian di bidang medis. Nilai-nilai materialisme yang dianut masyarakat harus dapat dibendung dengan memberikan latihan dan teladan yang menunjukkan sikap etis dan profesional dokter, seperti autonomy (menghormati hak pasien, terutama hak dalam memperoleh informasi dan hak membuat keputusan tentang apa yang akan dilakukan terhadap dirinya), beneficence (melakukan tindakan untuk kebaikan pasien), non maleficence (tidak melakukan perbuatan yang memperburuk pasien) dan justice (bersikap adil dan jujur), serta sikap altruisme (pengabdian profesi). Pendidikan etik kedokteran, yang mengajarkan tentang etik profesi dan prinsip moral kedokteran, dianjurkan dimulai dini sejak tahun pertama pendidikan kedokteran, dengan memberikan lebih ke arah tools dalam membuat keputusan etik, memberikan banyak latihan, dan lebih banyak dipaparkan dalam berbagai situasi-kondisi etik-klinik tertentu (clinical ethics), sehingga cara berpikir etis tersebut diharapkan menjadi bagian pertimbangan dari pembuatan keputusan medis sehari-hari. Tentu saja kita pahami bahwa pendidikan etik belum tentu dapat mengubah perilaku etis seseorang, terutama apabila teladan yang diberikan para seniornya bertolak belakang dengan situasi ideal dalam pendidikan.

21

IDI (Ikatan Dokter Indonesia) memiliki sistem pengawasan dan penilaian pelaksanaan etik profesi, yaitu melalui lembaga kepengurusan pusat, wilayah dan cabang, serta lembaga MKEK (Majelis Kehormatan Etik Kedokteran) di tingkat pusat, wilayah dan cabang. Selain itu, di tingkat sarana kesehatan (rumah sakit) didirikan Komite Medis dengan Panitia Etik di dalamnya, yang akan mengawasi pelaksanaan etik dan standar profesi di rumah sakit. Bahkan di tingkat perhimpunan rumah sakit didirikan pula Majelis Kehormatan Etik Rumah Sakit (Makersi). Pada dasarnya, suatu norma etik adalah norma yang apabila dilanggar hanya akan membawa akibat sanksi moral bagi pelanggarnya. Namun suatu pelanggaran etik profesi dapat dikenai sanksi disiplin profesi, dalam bentuk peringatan hingga ke bentuk yang lebih berat seperti kewajiban menjalani pendidikan / pelatihan tertentu (bila akibat kurang kompeten) dan pencabutan haknya berpraktik profesi. Sanksi tersebut diberikan oleh MKEK setelah dalam rapat/sidangnya dibuktikan bahwa dokter tersebut melanggar etik (profesi) kedokteran. Majelis Kehormatan Etik Kedokteran Dalam hal seorang dokter diduga melakukan pelanggaran etika kedokteran (tanpa melanggar norma hukum), maka ia akan dipanggil dan disidang oleh Majelis Kehormatan Etik Kedokteran (MKEK) IDI untuk dimintai pertanggung-jawaban (etik dan disiplin profesi)nya. Persidangan MKEK bertujuan untuk mempertahankan akuntabilitas, profesionalisme dan keluhuran profesi. Saat ini MKEK menjadi satu-satunya majelis profesi yang menyidangkan kasus dugaan pelanggaran etik dan/atau disiplin profesi di kalangan kedokteran. Di kemudian hari Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), lembaga yang dimandatkan untuk didirikan oleh UU No 29 / 2004, akan menjadi majelis yang menyidangkan dugaan pelanggaran disiplin profesi kedokteran. MKDKI bertujuan menegakkan disiplin dokter / dokter gigi dalam penyelenggaraan praktik kedokteran. Domain atau yurisdiksi MKDKI adalah disiplin profesi, yaitu permasalahan yang timbul sebagai akibat dari pelanggaran seorang profesional atas peraturan internal profesinya, yang menyimpangi apa yang diharapkan akan dilakukan oleh orang (profesional) dengan pengetahuan dan ketrampilan yang rata-rata. Dalam hal MKDKI dalam sidangnya menemukan adanya pelanggaran etika, maka MKDKI akan meneruskan kasus tersebut kepada MKEK.

22

Proses persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan terpisah dari proses persidangan gugatan perdata atau tuntutan pidana oleh karena domain dan jurisdiksinya berbeda. Persidangan etik dan disiplin profesi dilakukan oleh MKEK IDI, sedangkan gugatan perdata dan tuntutan pidana dilaksanakan di lembaga pengadilan di lingkungan peradilan umum. Dokter tersangka pelaku pelanggaran standar profesi (kasus kelalaian medik) dapat diperiksa oleh MKEK, dapat pula diperiksa di pengadilan tanpa adanya keharusan saling berhubungan di antara keduanya. Seseorang yang telah diputus melanggar etik oleh MKEK belum tentu dinyatakan bersalah oleh pengadilan, demikian pula sebaliknya. Persidangan MKEK bersifat inkuisitorial khas profesi, yaitu Majelis (ketua dan anggota) bersikap aktif melakukan pemeriksaan, tanpa adanya badan atau perorangan sebagai penuntut. Persidangan MKEK secara formiel tidak menggunakan sistem pembuktian sebagaimana lazimnya di dalam hukum acara pidana ataupun perdata, namun demikian tetap berupaya melakukan pembuktian mendekati ketentuan-ketentuan pembuktian yang lazim. Dalam melakukan pemeriksaannya, Majelis berwenang memperoleh : 1. Keterangan, baik lisan maupun tertulis (affidavit), langsung dari pihak-pihak terkait (pengadu, teradu, pihak lain yang terkait) dan peer-group / para ahli di bidangnya yang dibutuhkan 2. Dokumen yang terkait, seperti bukti kompetensi dalam bentuk berbagai ijasah/ brevet dan pengalaman, bukti keanggotaan profesi, bukti kewenangan berupa Surat Ijin Praktek Tenaga Medis, Perijinan rumah sakit tempat kejadian, bukti hubungan dokter dengan rumah sakit, hospital bylaws, SOP dan SPM setempat, rekam medis, dan surat-surat lain yang berkaitan dengan kasusnya. Majelis etik ataupun disiplin umumnya tidak memiliki syarat-syarat bukti seketat pada hukum pidana ataupun perdata. Bars Disciplinary Tribunal Regulation, misalnya, membolehkan adanya bukti yang bersifat hearsay dan bukti tentang perilaku teradu di masa lampau. Cara pemberian keterangan juga ada yang mengharuskan didahului dengan pengangkatan sumpah, tetapi ada pula yang tidak mengharuskannya. Di Australia, saksi tidak perlu disumpah pada informal hearing, tetapi harus disumpah pada formal hearing (jenis persidangan yang lebih tinggi daripada yang informal) Sedangkan bukti berupa dokumen umumnya disahkan dengan

23

tandatangan dan/atau stempel institusi terkait, dan pada bukti keterangan diakhiri dengan pernyataan kebenaran keterangan dan tandatangan (affidavit). Dalam persidangan majelis etik dan disiplin, putusan diambil berdasarkan bukti-bukti yang dianggap cukup kuat. Memang bukti-bukti tersebut tidak harus memiliki standard of proof seperti pada hukum acara pidana, yaitu setinggi beyond reasonable doubt, namun juga tidak serendah pada hukum acara perdata, yaitu preponderance of evidence. Pada beyond reasonable doubt tingkat kepastiannya dianggap melebihi 90%, sedangkan pada preponderance of evidence dianggap cukup bila telah 51% ke atas. Banyak ahli menyatakan bahwa tingkat kepastian pada perkara etik dan disiplin bergantung kepada sifat masalah yang diajukan. Semakin serius dugaan pelanggaran yang dilakukan semakin tinggi tingkat kepastian yang dibutuhkan. Perkara yang dapat diputuskan di majelis ini sangat bervariasi jenisnya. Di MKEK IDI Wilayah DKI Jakarta diputus perkara-perkara pelanggaran etik dan pelanggaran disiplin profesi, yang disusun dalam beberapa tingkat berdasarkan derajat pelanggarannya. Di Australia digunakan berbagai istilah seperti unacceptable conduct, unsatisfactory professional conduct, unprofessional conduct, professional misconduct dan infamous conduct in professional respect. Namun demikian tidak ada penjelasan yang mantap tentang istilah-istilah tersebut, meskipun umumnya memasukkan dua istilah terakhir sebagai pelanggaran yang serius hingga dapat dikenai sanksi skorsing ataupun pencabutan ijin praktik. Putusan MKEK tidak ditujukan untuk kepentingan peradilan, oleh karenanya tidak dapat dipergunakan sebagai bukti di pengadilan, kecuali atas perintah pengadilan dalam bentuk permintaan keterangan ahli. Salah seorang anggota MKEK dapat memberikan kesaksian ahli di pemeriksaan penyidik, kejaksaan ataupun di persidangan, menjelaskan tentang jalannya persidangan dan putusan MKEK. Sekali lagi, hakim pengadilan tidak terikat untuk sepaham dengan putusan MKEK. Eksekusi Putusan MKEK Wilayah dilaksanakan oleh Pengurus IDI Wilayah dan/atau Pengurus Cabang Perhimpunan Profesi yang bersangkutan. Khusus untuk SIP, eksekusinya diserahkan kepada Dinas Kesehatan setempat. Apabila eksekusi telah dijalankan maka dokter teradu menerima keterangan telah menjalankan putusan.

24

KEWAJIBAN UMUM Pasal1 Setiap dokterharus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan sumpah dokter. Pasal2 Seorang dokter harus senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai dengan standar profesi yang tertinggi. Pasal3 Dalam melakukan pekerjaan kedokterannya, seorang dokter tidak boleh dipengaruhi oleh sesuatu yang mengakibatkan hilangnya kebebasan dan kemandirian profesi. Pasal4 Setiap dokter harus menghindarkan diri dari perbuatan yang bersifat memuji diri. Pasal5 Tiap perbuatan atau nasehat yang mungkin melemahkan daya tahan psikis maupun fisik hanya diberikan untuk kepentingan dan kebaikan pasien, setelah memperoleh persetujuan pasien. Pasal6 Setiap dokter harus senantiasa berhati-hati dalam mengumumkan dan menerapkan setiap penemuan teknik atau pengobatan baru yang belum diuji kebenarannya dan hal-hal yang dapat menimbulkan keresahan masyarakat. Pasal7 Seorang dokter hanya memberi surat keterangan dan pendapat yang telah kebenarannya. Pasal7a Seorang dokter harus, dalam setiap praktik medisnya, memberikan pelayanan medis yang kompeten dengan kebebasan teknis dan moral sepenuhnya, disertai rasa kasih sayang (compassion) dan penghormatan atas martabat manusia. Pasal7b Seorang dokter harus bersikap jujur dalam berhubungan dengan pasien dan sejawatnya, dan berupaya untuk mengingatkan sejawatnya yang dia ketahui memiliki kekurangan dalam karakter atau kompetensi, atau yang melakukan penipuan atau penggelapan, dalam menangani pasien diperiksa sendiri

25

Pasal7c Seorang dokter harus menghorrnati hak-hak pasien, hak-hak sejawatnya, dan hak tenaga kesehatan lainnya, dan harus menjaga kepercayaan pasien Pasal7d Setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup makluk insani. Pasal8 Da Iam mel aku k an pek erj aan nya seo ran 9 do kter h aru s m em perh ati kan kepentingan masyarakat dan memperhatikan semua aspek pelayanan kesehatan yang menyeluruh (promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif), baik fisik maupun psiko-sosial, serta berusaha menjadi pendidik dan pengabdi masyarakat yang sebenar-benarnya. Pasal9 Setiap dokter dalam bskerja sama dengan para pejabat di bidang kesehatan dan bidang lainnya serta masyarakat, harussaling menghormati.

KESIMPULAN.
Sebagai seorang manusia yang berpegang kepada profesi kedokteran, kita diberi tanggungjawab yang besar terhadap masyarakat dengan menggunakan ilmu sebaik mungkin untuk berbakti kepada masyarakat. Ilmu yang dipelajari haruslah digunakan ke jalan yang benar . maka di sini etika sebagai dokter amat berperan sehingga kita dapat berfikir secara kritis dan releven dalam menangani kasus pasien. Tindakan tindakan pidana seperti pengguguran kandungan dengan sebab criminal haruslah difikir secara beretika walaupun di sini hak pasien untuk menutup malu dan ingin menggugurkan kandungan , kita harus fikir di aspek lain bahawa ini adalah suatu tindakan pidana yang tidak harus dilakukan oleh seorang dokter. Maka komunikasi antara dokter dan pasien amat penting karena di samping kita mengobati luaran pasien kita juga bias harus mengobati jiwa dan fikiran pasien.

26

VISUM ET REPERTUM.
Visum et Repertum pengguguran kandungan ilegal contoh Bahagian Ilmu Kedokteran Forensik Fakultas Kedokteran UKRIDA Jl. Arjuna Utara, Jakarta Barat

Nomor : 3456-SK.III/2345/2-95. Lamp. : Satu sampul tersegel. Perihal : Hasil Pemeriksaan Medis atas wanita pasca aborsi. Projustitia

Jakarta, 20 Januari 2011.

Visum Et Repertum

Yang bertanda tangan di bawah ini, Noor Faraain, dokter ahli kedokteran forensik menerangkan bahawa atas permintaan tertulis dari Kepolisian Resort Polisi Jakarta Selatan No. Pol.:B/789/VR/XII/2010/Serse tertanggal 10 Januari 2011, maka pada tanggal tiga belas januari tahun dua ribu sebelas, pukul delapan lewat tiga puluh menit waktu Indonesia Barat, bertempat di ruang pemeriksaan medis Fakultas Kedokteran UKRIDA telah melakukan pemeriksaan ke atas korban menurut surat permintaan tersebut adalah :

Nama : NY N ---------------------------------------------------------------------------------------Jenis Kelamin : Perempuan -------------------------------------------------------------------------Umur : 23tahun ---------------------------------------------------------------------------------------Kebangsaan : Indonesia ------------------------------------------------------------------------------Agama : -------------------------------------------------------------------------------------------------Pekerjaan : ----------------------------------------------------------------------------------------------Alamat : ---------------------------------------------------------------------------------------------------

27

HASIL PEMERIKSAAN. Pemeriksaan Luar 1. pelaku wanita -------------------------------------------------------------------------2. pelaku wanita berpakaian seperti berikut : --------------------------------------------------------------3. pemeriksaan fisik : --------------------------------------------------------------------------4. pada pemeriksaan ginekologi : ------------------------------------------------------------------------

Pemeriksaan Laboratorium 1. Penentuan tipedarah dari hasil suction : ----------------------------------------------------------------------------2. Penentuan DNA dari hasil suction : ----------------------------------------------------------------------------

Kesimpulan Pada pelaku wanita tersebut terdapat tanda pasca aborsi dan kesan dari hasil kuratase. Pemeriksaan lanjut menunjukkan tipe darah dan DNA hasil suction sesuai dengan DNA dan jenis darah si pelaku. Demikianlah saya uraikan dengan sebenar benarnya berdasarkan keilmuan saya yang sebaik baiknya mengingat sumpah sesuai dengan KUHAP.

Dokter yang memeriksa,

-----------------------------Noor Faraain Abd Gafar

28

REFERENSI.
1. Peraturan undang-undangan bidang kedokteran. Pengguguran Kandungan, bahagian kedokteran forensik, fakultas kedokteran universitas Indonesia, cetakan kedua, 1994. 201, p 159-164 2. Ilmu kedokteran forensik, bahagian kedokteran forensic. Pemeriksaan Laboratorium Sederhana. fakultas kedokteran universitas Indonesia, cetakan kedua,1997. 179-85 3. Pemeriksaan Kedokteran Forensik Klinik. Diunduh dari

http://www.scribd.com/doc/17381449/Pemeriksaan-Kedokteran-Forensik-Klinik. Juli 15, 2009. 4. Pemeriksaan laboratorium forensic sederhana. Diunduh dari

http://yumizone.wordpress.com/2009/03/19/pemeriksaan-laboratorium-forensiksederhana. Maret 19, 2009. 5. DNA Testing: An Introduction For Non-Scientist. Diunduh dari

http://www.scientific.org/tutorials/articles/riley/riley.html. April 6, 2005. 6. Etika Kedokteran Indonesia. Diunduh dari URL :

http://www.freewebs.com/etikakedokteranindonesia/.2007 7. Pengguguran Kandungan. Diunduh dari URL :

http://www.scribd.com/doc/12030805/edisi-64. 2005

29

Вам также может понравиться