Вы находитесь на странице: 1из 15

Profil 7 Suku di Kabupaten Mimika

Nama : Ni putu Chintya Eka Pratiwi Kelas : XII IPA 2

I. SUKU KAMORO
A. Letak Kabupaten Mimika yang ibu kotanya di Timika, terletak antara 13431-13831 Bujur Timur dan 460-518 Lintang Selatan. Memiliki luas wilayah 20.039 km atau 4,75 % luas provinsi Papua. Kabupaten ini terdiri dari 12 distrik atau kecamatan, yaitu : Mimika Barat, Mimika Barat Tengah, Mimika Barat Jauh, Mimika Timur, Mimika Tengah, Mimika Timur Jauh dan Jita. Wilayah kabupaten Mimika bertopografi dataran tinggi dan rendah. Distrik yang bertopografi dataran tinggi adalah Tembagapura, Jila dan Akimuga, sedangkan yang lainnya bertopografi dataran rendah. Suku Kamoro sendiri adalah kelompok adat yang mendiami sepanjang 300 km pesisir selatan Papua, di kawasan ujung timur Indonesia. Batas wilayah Kamoro, mulai dari Ufuk Barat (Potowaiburu) sampai Ufuk Timur (Nakai). Daerah Kamoro terdiri atas 8 Distrik : 1. Distrik Jita : Kampung Nakai Kampung Wapu Kampung Sumapro Kampung Fakafuku Kampung Pece Distrik Ayuka Kampung Ohoitya Kampung Fanamo Kampung Omawita Kampung Ayuka Distrik Mimika Timur (Mapurujaya) Kampung Mapurujaya Kampung Tipuka Kampung Muare Kampung Kaugapu Kampung Hiripau Kampung Pigapu Distrik Mimika Timur Tengah (Atuka) Kampung Atuka Kampung Aikawapuka Kampung Kamora Kampung Timuka Kampung Keakwa/Kekwa Distrik Mimika Baru (Kampung Asli) Kampung Nawaripi Kampung Nayaro Kampung Koperapoka Kampung Iwaka Kampung Sempan

2.

3.

4.

5.

A. Pola Hidup Suku Kamoro


Orang Kamoro memiliki ciri-ciri fisik seperti, wanita dan pria rata-rata memiliki postur tubuh yang tinggi dan tegap karena keadaan alam (di pesisir pantai), warna kulit hitam, hidung mancung dan rambut keriting.

a. Mata Pencaharian
Orang Kamoro tidak mengenal sistem pertanian sehingga mereka kembali kepada kehidupan mereka sebagai nelayan dan hidup berpindah-pindah dari satu tempat ketempat yang lain (nomaden). Mereka memiliki semboyan, yaitu 3S (sungai,sampan,sagu). Sungai merupakan salah satu arus utama aktivitas suku Kamoro, sehingga mereka membutuhkan sampan untuk melakukan aktifitas sehari-hari. Rasa sosial yang begitu kuat, membuat masyarakat Kamoro selalu berbagi dengan sesamanya. Untuk memenuhi kebutuhan masyarakat Kamoro sehari-hari, mereka biasanya melakukan aktivitas seperti : Memangkur sagu (amata wapuru) Melaut (menangkap hasil laut) Meramu

I.Seni Budaya Tradisional Suku Kamoro


Adapun beberapa jenis seni budaya yang dimiliki oleh suku kamoro adalah sebagai berikut : 1. Seni Suara dan Seni Tari Suku Kamoro Menurut legenda lama adat kebudayaan suku Kamoro berasal dari dalam tanah dan air. Konon ceritanya nenek moyang suku Kamoro hanya memberikan alat-alat kebudayaan dan tidak mewariskan alat pertanian, sehingga suku kamoro lebih pandai bermain musik dari pada mengolah tanah.Seni tari dan seni suara oleh suku Kamoro dijadikan sebagai bahan media dalam berbagai pesta untuk segala kepentingan. Orang yang memiliki keahlian menyusun syair dan mendendangkannya disebut bakipiare. Bakipiare sangat peka dalam memperoleh ilham dari keadaan alam sekitarnya. Ilham yang diterimanya kemudian diimajinasikan dan diekspresikan dalam bentuk syair lagu.Syair lagu itu kemudian dilagukan dengan ditimpa oleh bunyi tifa yang lembut dan kadang-kadang menyentak iramanya. Jika irama lagu menyentak, iramanya akan segera mendapat sambutan dari dnikiarawe (pengiring lagu), maupun jagwari pikara (penegas atau penutup lagu). Alat-alat musik yang digunakan adalah tifa (eme) dan kaiyaro (alat musik dari bambu). Kaiyaro ini biasa dibunyikan dalam pesta adat karapao.

Jenis tari suku Kamoro seperti : Tari Seka Tari Ular Tari Mbitoro Jenis seni suara (lagu) suku Kamoro seperti : Tapare Mimika Iwoto Korani Nikya Yesus 2..Pakaian Pakaian adat atau tradisional suku kamoro dibuat dari kulit peura (sejenis pohon genemo) yang disebut waura. Waura digunakan untuk laki-laki yang dipakai sebagai cawat disebut tapena. Ada juga yang terbuat dari daun sagu yaitu tauri, mono dan piki. Tauri biasa digunakan oleh ibu-ibu. Mono yaitu daun sagu yang dikupas, ditumbuk, dicuci yang kemudian dipakai. Sedangkan piki biasa digunakan oleh bapak-bapak, ibu-ibu dan anak-anak sebagai kain sarung. 3. Agama
Pada awalnya, orang Kamoro menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Namun setelah masuknya agama Katolik pada tahun 1928 yang dibawa oleh seorang pastor, masyarakat Kamoro mulai mengenal agama. Oleh sebab itu, sebagian besar masyarakat Kamoro memeluk agama Kristen Katolik dan sebagian kecilnya menganut agama Kristen Protestan, tetapi ada juga masyarakat yang masih menganut kepercayaan animisme dan dinamisme dan hal itu masih berlanjut hingga saat ini.

II.Amugme
Suku Amungme adalah kelompok Melanesia terdiri dari 13.000 orang yang tinggal di dataran tinggi Papua Indonesia. Mata pencaharian suku Amungme umumnya berburu karena ditunjang faktor alam dengan berbagai jenis flora yang tumbuh lebat dan terdapat berbagai jenis fauna seperti babi hutan, burung kasuari, burung mambruk, kakaktua dan lain-lain, bertani dan bercocok tanam serta beternak, banyak di antara mereka telah bekerja di kota sebagai pedagang, pegawai maupun karyawan swasta. Banyak senjata yang digunakan oleh masyarakat Amungme dalam bertahan hidup, seperti halnya pisau belati yang merupakan senjata tradisional. Selain itu mereka juga sering menggunakan tombak serta panah untuk berburu. Umumnya suku Amungme telah menggunakan uang tukar resmi (rupiah) sebagai alat jual-beli, sedangkan sistem barter atau eral sudah hampir tidak dipergunakan lagi. Salah satu keunikan suku Amungme adalah dengan adanya upacara tradisional yang dinamakan dengan Bakar Batu. Tradisi ini merupakan salah satu tradisi terpenting masyarakat suku amungme yang berfungsi sebagai tanda rasa syukur, menyambut kebahagiaan atas kelahiran, kematian, atau untuk mengumpulkan prajurit untuk berperang. Persiapan awal tradisi ini masing - masing kelompok menyerahkan hewan babi sebagai persembahan, sebagain ada yang menari, lalu ada yang menyiapkan batu dan kayu untuk dibakar. Proses ini awalnya dengan cara menumpuk batu sedemikian rupa lalu mulai dibakar sampai kayu habis terbakar dan batu menjadi panas. Setelah itu, babi yang telah di persiapkan tadi dipanah terkebih dahulu. Biasanya yang memanah adalah kepala suku dan dilakukan secara bergantian. pada Tradisi ini ada pemandangan yang cukup unik dalam ritual memanah babi. Ketika semua kepala suku sudah memanah babi dan langsung mati, pertanda acara akan sukses dan bila tidak babi yang di panah tadi tidak langsung mati, diyakini acara tidak akan sukses.

DEMOGRAFI
Penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga adalah orang Damal. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun. Marga Alom menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai Towengki. Marga Murib (mom)menduduki daerah Towengki dan bagian muarah kali Ilogong menduduki oleh Hagabal, Dang, dan Dewelek. Mualai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal. Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan. Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka. Orang Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo). Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo. Mereka ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu dengan lain hal mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari suku Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku Damal, suku Dani, dan suku Wonno.

III. SUKU DAMAL


Suku Pedalaman Puncak Papua
Suku Damal adalah salah satu suku di pegunungan Papua. Bahasa Damal adalah media komunikasi antara sesama orang Damal. Orang Damal pada zaman dahulu telah memasak makanan dengan menggunakan api. Api dibuat dengan Hagan yaitu kayu kecil kering yang dibela tengah dan menggunakan tali rotan yang kering, tali rotan dijepit dengan kaju kering yang tengahnya dibela itu, lalu ke dua ujung tali rotannya di tarik terus menerus hingga gesekan antara tali rotan dan kayu mulai panas, kemudian panas itu mengeluarkan asap sampai tali rotan itu putus dan menghasilkan api.

SEJARAH Menurut legenda orang Damal berasal dari daerah Mepingama Lembah Baliem Wamena. Hal ini dapat ditelusuri dari kata kurima yang artinya tempat pertama kali nenek moyang orang Damal berkumpul dan "Hitigima yang berarti nenek moyang orang Damal pertama kali mendirikan honai dari alang-alang. Honai merupakan rumah adat suku damal secara turun-temuruan sampai kini. Honai yang terbuat dari alang-alang ini berarti bukan semuanya dari alang-alang melainkan atapnya saja yang dari alang-alang, kalau yang lain semuanya dari kayu-kayu tertentu yang bisa bertahan hingga puluhan tahun lamanya. Dari tempat kurima inilah pendiri berbagai suku tinggal, dari sini mereka meninggalkan kurima satu persatu menju ke arah barat. Orang Mee pertama kali keluar dari daerah ini, diikuti oleh suku Moni setelah itu suku Damal dan suku Dani. Orang Damal Memasuki Daerah Ilaga dan Beoga Orang Damal mulai memasuku daerah Ilop yang sekarang disebut Ilaga dan Beoga. Daerah Beoga ini merupakan pusatnya suku Damal, mereka mendiami di sepanjang sungai Beogong dari hilir sampai dengan hulu. Dari daerah Beoga dan Ilaga inilah orang Damal kemudian menyebar ke Jila, Alama, Bella, Stinga, Hoeya, Temabagapura ( kampung Waa), Aroanop, Timika, dan Agimuga. Daerah-daerah ini secara turun-temurun mereka hidup menetap.

DEMOGRAFI Penduduk asli daerah Ilaga dan Beoga adalah orang Damal. Pembagian menurut marga Damal yang memiliki hak ulayat di daerah Ilaga adalah marga Magai yang menduduki daerah mulai dari kali Kungnomun sampai Owinomun. Marga Alom menduduki daerah mulai dari Namungku Wanin sampai Towengki. Marga Murib (mom)menduduki daerah Towengki dan bagian muarah kali Ilogong menduduki oleh Hagabal, Dang, dan Dewelek. Mulai dari Tagaloan sampai kelebet didiami oleh marga Kiwak. Daerah yang pertama kali didiami orang Damal adalah Ilaga dan Beoga yang merupakan pusat perkembangan orang Damal. Masyarakat Damal menyatu dengan alam, mereka sulit sekali untuk merantau di daerah suku kerabat lainnya. Mereka sangat mencintai daerah mereka sebagai pemberian sang pencipta yang berlimpah dengan kekayaan alam yang begitu subur, dan menyimpan mutiara kehidupan. Gunung-gunung dan lembah-lembah menyimpan kekayaan alam seperti tambang, emas, perak, tembaga, minyak bumi, kayu gaharu, hewan-hewan dan tumbuh-tumbuhan. Alam tempat tinggal mereka menyediakan berbagai bahan sandang dan pangan untuk menyambung kehidupan mereka. Orang Damal percaya bahwa mereka adalah keturunan pertama dari anak sulung nenek moyang bangsa manusia. Mereka hidup di sebela utara dan selatan pegunungan kartens dan juga di sepanjang sungai Nogolonogong (Mambramo). Dari suku Damal ini terpecah menjadi dua suku bangsa, yaitu yang pertama adalah suku Damal yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Puncak Papua, Ilaga dan Beoga, yang ke dua adalah suku Amungme yang hidup dan bertempat tinggal di kabupaten Mimika, dan anak sukunya adalah suku Delem yang hidup dan bertempat tinggal di sepanjang sungai Mambramo. Mereka ini hanya satu suku dan satu nenek moyang namun satu dengan lain hal mereka terpecah. Suku Delem dan Amungme adalah anak suku dari suku Damal. Sebenarnya suku Delem ini gabungan dari tiga suku, yaitu suku Damal, suku Dani, dan suku Wonno.

IV.Dani
LETAK GEOGRAFIS Suku bangsa Dani bermukim di lembah Baliem (138030 139030 BT dan 3400 4200LS)., Irian Jaya. Lembah ini berada di tengah-tengah pegunungan Jaya Wijaya pada ketinggian 1600 meter di atas permukaan laut. Lembah Baliem memiliki luas sekitar 1200 km2. Suku Dani lebih senang disebut bangsa Parim atau orang Baliem. Suku ini sangat menghormati nenek moyangnya, biasanya dilakukan melalui upacara pesta babi. Setidaknya ada 5.000 Dani tinggal di lembah dan lain lima puluh ribu lainnya atau lebih menghuni permukiman curam-sisi sepanjang lembah . Suhunya ringan, curah hujan sedang, dan terdapat satwa liar berbahaya dan penyakit-penyakit langka. Kesenian masyarakat suku Dani dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman,seperti disebutkan di atas dalam satu silimo ada beberapa bangunan, seperti : Honai,Ebeai, dan Wamai.Selain membangun tempat tinggal, masyarakat Dani mempunyai seni kerajinan khas, anyaman kantong jaring penutup kepala dan pegikat kapak. Orang Dani juga memiliki berbagai peralatan yang terbuat dari bata, peralatan tersebut antara lain : Moliage, Valuk,Sege, Wim, Kurok, dan Panah sege

V.Moni
Suku moni berasal dari berasal dari dua bahasa yaitu bahasa moni dan ugindini. moni dalam bahasa moni ada dua kata Modia dan Ni modia artinya kunya dann Ni artinya kelompok,jadi kelompok suku Moni adalah suku yang menghargai orang lain,mengunyak lalu memberi makan.suku Moni yang kaih sayangnya sangat besar kepada suku lain.sedangkan Moni dalanm bahasa ugindoni rerdapat du kata yaitu Mo dan Ni.Mo artinya keladi dan Ni artinya kelompok suku.jadi moni dalam bahasa ugindoni adalah suku moni adalah Kelompok suku yang berasal dari keladi. Mengapa diberikan nama demikian? Ada cerita turun temurun dari moyang ke moyang samapai dari generasi ke generasi,bahwa dua dari salah satu klen dari Moni yang bernama Bondege Kimegame,Ia sampai sebuah tempat yang di sebut Wase sekarang orang menyebut kampung Wa di wilayah tembagapura.kedatangan kesana mencari bekas kaki adik perenpuan yang telah hilang.adik perenpuan tersebut bernama Zitugumina yang menemukan atau membuat kulit bia menyatakan alat tukar dan sistem barter. Putri ini seorang putri trakhir dari enam orang bersaudara.meninggalkan saudara-saudaranya melarikan diri ke pegunungan karena kaitan dengan masalah keluaraga.saudara yang pertama mulai mengejar adikanya hingga sampai di kampung Wa atau tembagapura.tempat diman pernah terjadi pembunuhan terhadap Wagaholo.waktu itu tidak ada nama kampung Wa.Mereka mulai melakukan segala aktivitasnay di sana.Wagaholo memandang sekelilingnya kemudian melihat sebuah gunung yang tinggi ini di beri nama Puyapigu yang sekarang di sebut Grasberg Pada saat keluar dari Mbamogo.wagahlogo membawah serta juga dua anak lak-laki.setelah mereka berada di sini mereka banyak mengalami kesulitan terutama kebutuhan hidup mereka yaitu terutama makanan oleh karena itu Wagahlogo selalu berusaha mencari makanan mulai bereaksi untuk mencari jalan keluar untuk mendapatkan makanan untuk kedua anaknya Wagahlogo berbicara dengan alam dengan bahasa magic untuk memberikan makanan kepadanya,akhirnya permintaan selalu dikabulkan.permintaan tersebut adalah untuk meamas dirinya sendiri untuk mengeluarkan keadi dari tubuhnya untuk dapat memberi makan sehari kepada mereka.setelah itu memberi nasehat kepada kedua anaknya untuk segera membangun kebun nanti akan mengalami kelaparan.beberapa hari kemudian melakukan aktivitasnya dengan apa yang di katakan itu.ketika kebun sedang terbuka,maka batang keladi yang berasal dari peremasan dari tubuhnya Wagahlogo di ambil umbinya untuk di makan dan batang untuk menanam di kebun yang dibangun tersebut . Pada bulan berikutnya batang keladi sudah selesai di tanam sejara vegetatif berikut ayahnya sedang pulang istrahat karena kecapehan,memanggil kedua anak dana berkata:kamu berdua menyelasaikan sisa pekerjaan ini,lalu pulang kata ayahnya,ayahnya pulang mendahului mereka,setelah kembali bapak

mulai meramas tubuhnya,dan mengeluarkan dua buah keladi dan keladi yang ketiga tidak sempat keluar ia tergrak hati bahwa anakay yang mirip dia,hal ini memnebabkan karena kedua anaknya ingin mengetahui kegiatan ayahnya.Meninggalkan pekerjaan dana pergi mengintip ayahnya dari celah lubang. Bepak/Pondok yang dibangun untuk mereka tinggal sehingga Wagahlogo menderita kesakita dan tidak bisa keluar keladi dari tubuhnaya lagi karena kedua anaknya mengitip,maka Wagahlogo berkat kepada kedua anaknya bahwa,kamu sudah melakukan kesalahan terhadap saya dan kamu telah mengintip saya dan sudah mengetahui rahasia saya,oleh karena itu jangan takut terhadap saya tetapi datang dan mengikuti apa yang saya sampaikan,saya tidak layak hidup bersama kamu berdua karena sudah tidak dapat mengeluarkan keladi dari tubuh ayahmu ini dan memberi makan kepada kamu.jadi kamu dua membawa Holo (tali) ikat leherku,gantung di pohon.jika saya meninggal,kamu melakukan sesuai apa yang saya menyampaikan kepada kamu,sebagai berikut 1.membunuh saya dengan menggunakan Holo(tali) 2.setelah saya meninggal kamu boleh belah saya menjadi lima bagian.3 empat bagian yakni kedua tangan dan kedua kaki harus kubur di setiap bagian sudut kebun.4Kepala,perut, hati dan jantung semuanya di tanam di tengah kebun.5) kamu boleh masuk kesana(kekebun) setelah empat hari

VI.Mee
Suku MEE adalah komunitas masyarakat tertentu yang hidup di pegunungan tengah Papua khususnya Kabupaten Paniai sekarang telah terbagi menjadi pemekaran baru di beberapa kabupaten daerah yakni DOGIYAI ,DEIYAI , dan INTANJAYA dimana suku ini selalu kompak dalam melakukan sesuatu kegiatan dan kehidupannya sangat erat dengan hasil perkebunan dan pemeliharan ternak binatang untuk memenuhi kebutuhan hidup seharihari.

Apabila Suku MEE telah merasa bangga atas terbangunnya gedung baru maka mereka biasanya mengadakan upacara adat YUWO sebagai rasa Syukur dan terimakash. Dengan demikian, semua aktivitas yang di laksanakan dapat terhidup di tempat tersebut, semua hasil yang telah di kumpulkan di atas

Suku ME terletak didataran tinggi pegunungan papua yang kini disebut kabupaten paniai, panai mempunyai keaneka alam yang sangat menarik dan sangat alami yang terdiri dari danau, sungai dan pegunungan. Mata pencaharian suku ME yaitu sebagi Nelayan Dan berkebun atau bercocok tanam, agama yang dianut yaitu agama Kristen Protestan, Katolik, dan agama Bunani yaitu kepercayaan dahulu sebelum injil masuk sampai kini tua-tua orang Suku ME sebagian masih menganutnya. Mengapa kepercayaan Bunani ini masih dianut oleh tua-tua suku ME? Kepercayaan bunani ini bukan kepercayaan berhala tetapi dahulu kala sebalum injil masuk di paniai pernah hidup seseorang yaitu dalam bahasa ME (Koya Daba) yang perbuatan / mujizatNya sama dengan Alkitabia dan ke 10 hukum taurat apabila diterjemakan, sehingga mereka menyadari sebelum injil masuk kepercayaan kepada yang maha kuasa (Allah, Koya Daba ) sudah dianut. Dipaniai. 1. Pesta Adat Yuwo yaitu Pesta adat Acara Kaum Orang Kaya, pesta ini diadakan apabila setiap orang yang mau memamerkan kekayaan kepada orang lain ( seperti potong babi atau Ekina ). 2. Pesta Adat Emaida Yaitu Pesta adat cari jodoh, Pesta ini diadakan kapan saja tergantung desa atau kampung mana yang mengundang muda-mudi atau laki-laki yang ingin mengawini istri lebih dari satu tetapi dibatasi kaum wanita yang sudah mempunyai suami pesta ini diadakan di dalam rumah/ Emawa. Tempat rumahadatkhusus 3. Pesta Adat Yibu yaitu pesta adat dalam ikatan keluarga seperti ulang tahun, anak lahir, orang meninggal, nikah., yang diadakan pada rumah adat atau rumah sendiri. 4. Peata Adat Tauwan Yuwo yaitu pesta Natal / hari besar keagamaan. Yang biasa dilakukan pada lingkungan keluarga, gereja / Bunani. Tadi telah diuraiakn diatas bahwa pesta adat Tauwan Yuwo sejak dahulu tua-tua suku ME telah mengenal

kelahiran dan kematian Sang Pencipta yaitu Koya Daba ( Ugatame ) dengan mempunyai sejarah Sang Pencipta yang telah Lahir di daerah Suku Dani dan Mati dibunuh Dipaniai dengan itu ada bukti jejak kaki yang bermula dari wamena sampai kepaniai. Cara perhitung bulan tua-tua suku ME untuk mengadakan pesta adat Tauwan Yuwo atau natal yaitu Dilihat Bulan Pada Malam Hari yang terbit tepat diujung timur, itulah yang menandakan pergantian bulan sampai bulan ke 12 barulah diadakan pesta adat Tauwan Yuwo atau natal. Dari ke empat Pesta Adat diatas yang masih dilakukan sampai saat ini yaitu Pesta Adat Emaida, Yibu, dan Tauwan Yuwo sedangkan Yuwo tidak dilakukan lagi karena sudah banyak orang yang mempunyai banyak kekayaan sehingga malu untuk memamerkan kekayaannya kepada orang lain.

VII.NDUGA
Suku Nduga adalah salah satu suku yang berdomisili di daerah pegunungan tengah papua.mereka tinggal di wilayah tepatnya di kabupaten Nduga .keberadaan wilayah suku Nduga berada sekitar ketinggian 2000 meter di atas permukaan laut .sebagaian wilayah ini terdiri dari gunung,bukit berbatu,lembah,jurang.dan pantai membentang dari timur ke barat.Asal mulanya suku Nduga tergolong dalam satu kategori sub suku besar dari suku dani yang di dalamnya terdapat beberapa sub-sub suku yaitu : Sub suku Lani Sub suku Yali sub suku Ngalik sub suku Nayak Sub suku Nduga

Nduga pada umumnya mempunyai ciri khas tertentu dalam pembawahan hidupnya yang dipengaruhi oleh nenekmoyang hingga sekarang yaitu berwatak keras dan tidak mau mengalah .orang Nduga secara cultur mempunyai kelebihan tersendiri dari suku-suku yang ada di daerah pegunungan tengah yaitu mereka di ibaratkan sama halnya dengan bungloncepat menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana mereka tinggal baik bahasa maupun adat istiadat suku yang lain. Orang Nduga secara tradisional disebelah timur berbatasan dengan kabupaten yahukimo,dan wamena,disebelah barat dengan kabupaten puncak papua dan puncak jaya disebelah selatan dengan agats,masyarakat suku Nduga bahasa sehari-hari mereka menggunakan bahasa Nduga ,bahasa ini termasuk keluarga bahasa Melanesia dan bahasa papua .suku Nduga sebagai suku minoritas dari 360an suku suku yang ada di seleruh tanah papua baik dari pegunungan maupun pesisir . Sistem kerajinan dan kesenian masyarakat suku Nduga dapat dilihat dari cara membangun tempat kediaman seperti bentuk bangunan ,simbol bangunan dan bentuk-bentuk ukiran pada senjata tradisional seperti panah, tombak, dan kampak batu .masyarakat suku Nduga mempunyai seni kerajinan khas ,yaitu anyaman kantong(tas) atau terkenal dengan sebutan sum/noken berfungsi untuk isi hasil buruan atau hasil panen kebun dan bayi yang baru lahir .masyarakat suku Nduga juga memilki berbagai peralatan yang terbuat dari kayu maupun bambu, peralatan tesebut antara lain :Mingin,Male,Sop.kapak batu,sebagai alat buruan dan alat perlindungan diri dari musuh dan mereka juga mempunyai tarian tradisional yaitu Ndawi-Ndawi .Ndawi-ndawi biasanya dilakukan pada saat upacara upacara adat,seperti pesta bakar batu,perkawinan dan upacara lainnya .

Mata pencarian pokok suku Nduga adalah bercocok tanam ,mereka berani dengan membuka suatu areal huatan dengan membakar lalu mencangkul kemudian menanam jenis-jenis tanaman seperti pisang,umbi-umbian dan sayur-sayuran di lakukan secara berpindah pindah dari daerah ke daerag yang lain (nomaden ) sedangkan buruan di lakukan pada hutan-hutan lembat berupa pencarian kuskus,babi hutan,binatang berkantung dan lainlain dengan menggunakan senjata tradisional yaitu panah,tombak,dan jerat .

Вам также может понравиться