Вы находитесь на странице: 1из 15

ASFIKSIA NEONATORUM

I.

PENDAHULUAN Asfiksia neonatorum merupakan kegagalan nafas secara spontan dan

teratur pada saat lahir atau beberapa saat setelah lahir yang ditandai dengan keadaan PaO2 yang rendah dalam darah (hipoksemia), hiperkarbia (PaCO2) meningkat dan asidosis.1 Asfiksia pada BBL menjadi penyebab kematian 19% dari 5 juta kematian BBL setiap tahun. Asfiksia merupakan penyebab kematian neonatus yang paling tinggi. Penyebab asfikisia dapat berasal dari faktor ibu, janin, dan plasenta. Dengan kata lain, asfiksia perinatal dapat terjadi selama antepartum, intrapartum, maupun postpartum.1,2

II.

EPIDEMIOLOGI Di Indonesia, angka kejadian asfiksia neonatorum di rumah sakit di Jawa

Barat ialah sekitar 25,2%, dan angka kematian karena asfiksia di rumah sakit pusat rujukan propinsi di Indonesia sekitar 41,94%.1,2 Data mengungkapkan bahwa kira-kira 10% BBL membutuhkan bantuan untuk mulai bernafas, baik dari bantuan ringan sampai resusitasi lanjut yang ekstensif. Dari jumlah tersebut, hanya kira-kira 1% saja yang membutuhkan resusitasi yang ekstensif. Penulis lain menyebutkan kira-kira 5% BBL membutuhkan tindakan resusitasi yang ringan untuk dapat mulai bernafas. Antara 1-10% BBL di rumah sakit yang membutuhkan bantuan ventilasi dan sedikit saja yang membutuhkan bantuan kompresi dada dan intubasi. Sebagian besar BBL yaitu sekitar 90% tidak membutuhkan atau hanya sedikit memerlukan bantuan untuk memantapkan pernafasannya setelah lahir dan akan melalui masa transisi dari kehidupan intrauterin ke ekstrauterin tanpa masalah.2

III.

ETIOLOGI Pengembangan paru bayi baru lahir terjadi pada menit-menit pertama

kelahiran dan kemudian disusul pernapasan teratur. Bila terdapat gangguan

pertukaran gas untuk pengangkutan oksigen dari ibu ke janin, akan terjadi asfiksia janin atau neonatus. Gangguan ini dapat timbul pada masa kehamilan, persalinan atau segera setelah lahir.3 Penyebab asfiksia dapat berasal dari faktor ibu, janin, dan plasenta. Adanya hipoksia dan iskemia jaringan menyebabkan perubahan fungsional dan biokimia pada janin. Faktor ini yang berperan pada kejadian asfiksia. Janin sangat bergantung pada pertukaran plasenta untuk oksigen, asupan nutrisi dan pembuangan produk sisa sehingga gangguan pada aliran darah umbilikal maupun plasental hampir selalu akan menyebabkan asfiksia. 3,4 Berikut faktor risiko yang mungkin berperan dalam terjadinya asfiksia neonatorum.2,3,4 1. Faktor Risiko Antepartum. o Diabetes pada ibu o Hipertensi dalam kehamilan dan hipertensi kronik o Anemia janin atau isoimunisasi o Riwayat kematian janin atau neonatus o Perdarahan pada trimester kedua dan ketiga o Infeksi ibu o Ibu dengan penyakit jantung, ginjal, paru, dan tiroid o Polihidramnion dan oligohidramnion o KPD o Hidrops fetalis o Kehamilan lewat waktu o Kehamilan ganda o Berat janin tidak sesuai masa kehamilan o Terapi obat seperti beta blocker, dan magnesium karbonat o Ibu pengguna obat bius o Malformasi atau anomali janin o Berkurangnya gerakan janin o Tanpa pemeriksaan antenatal o Usia < 16 tahun atau > 35 tahun

2. Faktor Risiko Intrapartum. o Seksio sesaria darurat o Kelahiran dengan ekstraksi forsep atau vakum o Letak sungsang atau persentasi abnormal o Kelahiran kurang bulan o Partus presipitatus o Korioamnionitis o Ketuban pecah lama (> 18 jam sebelum persalinan) o Partus lama (> 24 jam) o Kala dua lama (> 2 jam) o Makrosomia o Bradikardia janin persisten atau frekuensi jantung janin tidak beraturan o Penggunaan anestesi umum o Hiperstimulasi uterus o Penggunaan obat narkotika pada ibu dalam 4 jam sebelum persalinan o Air ketuban bercampur mekonium o Prolaps tali pusat o Solusio plasenta dan plasenta previa o Perdarahan intrapartum

3. Faktor Risiko Janin. o Prematuritas o BBLR o Pertumbuhan janin terhambat o Kelainan kongenital

IV.

PATOFISIOLOGI BBL mempunyai karakeristik yang unik. Transisi dari kehidupan janin

intrauterin ke kehidupan bayi ekstrauterin menunjukka perubahan sebagai berikut. Alveoli paru janin berisi cairan paru. Pada saat lahir dan bayi mengambil nafas pertama, udara memasuki alveoli paru dan cairan paru diabsorpsi oleh jaringan

paru. Pada nafas kedua dan berikutnya, udara yang masuk alveoli bertambah banyak dan cairan paru yang diabsorpsi juga bertambah sehingga kemudian seluruh alveoli mengandung udara yang berisi oksigen. Aliran darah paru meningkat dramatis. Hal ini disebabkan ekspansi paru yang membutuhkan tekanan puncak inspirasi dan tekanan akhir ekspirasi yang lebih tinggi. Ekspansi paru dan peningkatan tekanan oksigen alveoli menyebabkan penurunan resistensi vaskuler paru dan peningkatan aliran darah paru setelah lahir. Aliran intrakardial dan ekstrakardial mulai beralih arah yang kemudian diikuti penutupan duktus arteriosus.2 Kegagalan penurunan vaskuler paru menyebabkan hipertensi pulmonal persisten pada BBL, dengan aliran darah paru yang inadekuat dan hipoksemia relatif. Ekspansi paru yang inadekuat menyebabkan terjadinya gagal nafas.2

V.

MANIFESTASI KLINIS Manifestasi klinis BBL yang mengalami asfiksia, yaitu bayi tidak bernafas

atau nafas megap-megap segera setelah lahir, denyut jantung kurang dari 100 x/menit, kulit sianosis dan pucat, tonus otot menurun, dan tidak ada respon terhadap refleks rangsangan.4

VI.

DIAGNOSIS Menurut Ikatan Dokter Indoensia, BBL dikatakan asfiksia jika gagal

bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir, yang ditandai dengan hipoksemia, hiperkarbia, dan asidosis.4 Menurut AAP dan ACOG, neonatus disebut mengalami asfiksia bila memenuhi kondisi sebagai berikut.2,4 1. Nilai Apgar pada menit kelima 0-3 2. Adanya asidosis pada pemeriksaan darah tali pusat (pH<7.0) 3. Gangguan neurologis (misalnya: kejang, hipotonia atau koma) 4. Adanya gangguan sistem multiorgan (misalnya: gangguan kardiovaskular, gastrointestinal, hematologi, pulmoner, atau sistem renal). Pemantauan nilai apgar dilakukan pada menit ke-1 dan menit ke-5, bila nilai apgar 5 menit masih kurang dari 7 penilaian dilanjutkan tiap 5 menit sampai

skor mencapai 7. Nilai Apgar berguna untuk menilai keberhasilan resusitasi bayi baru lahir dan menentukan prognosis, bukan untuk memulai resusitasi karena resusitasi dimulai 30 detik setelah lahir bila bayi tidak menangis (bukan 1 menit seperti penilaian skor Apgar).3,4

Klinis Appearance (warna kulit) Pulse (frekuensi jantung) Grimace (refleks) Activity (Tonus otot) Respiration (usaha nafas)

0 Biru pucat Tidak ada Tidak ada Lumpuh Tidak ada

1 Tubuh merah, ekstrimitas biru <100/menit Gerakan sedikit Fleksi ekstremitas, lemah Lambat, tidak teratur

2 Merah seluruh tubuh >100/menit Refleks melawan Gerakan aktif Baik

Tabel 1. APGAR score. (dikutip dari kepustakaan 4)

o Nilai 0-3 : Asfiksia berat o Nilai 4-6 : Asfiksia sedang o Nilai 7-10 : Normal Pemeriksaan Penunjang4 Foto polos dada USG kepala Laboratorium: darah rutin, analisa gas darah, serum elektrolit

VII.

PENATALAKSANAAN Langkah awal resusitasi pada BBL yang mengalami asfiksia, yaitu:2 Memberikan kehangatan Memposisikan bayi dan membersihkan jalan nafas Mengeringkan, sambil merangsang Memposisikan kembali Menilai bayi

Berikut algoritma resusitasi pada asfiksia neonatorum.4

Penilaian Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut: (1) Pernapasan

Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan dalamnya pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang megapmegap adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi lanjutan.9 (2) Frekuensi jantung Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan dengan stetoskop selama 6 detik kemudian dikalikan 10 sehingga akan dapat diketahui frekuensi jantung permenit.9 (3) Warna kulit Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah frekuensi jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang menandakan hipoksemia. Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi kemerahan adalah petanda yang paling cepat akan adanya pernapasan dan sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis sentral belum tentu menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi oksigen. Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi.

Pemberian oksigen Bila bayi masih terlihat sianosis sentral, maka diberikan tambahan oksigen.

Pemberian oksigen aliran bebas dapat dilakukan dengan menggunakan sungkup oksigen, sungkup dengan balon tidak mengembang sendiri, T-piece resuscitator dan selang/pipa oksigen. Pada bayi cukup bulan dianjurkan untuk menggunakan oksigen 100%. Penghentian pemberian oksigen dilakukan secara bertahap bila tidak terdapat sianosis sentral lagi yaitu bayi tetap merah atau saturasi oksigen tetap baik walaupun konsentrasi oksigen sama dengan konsentrasi oksigen ruangan. Bila bayi kembali sianosis, maka pemberian oksigen perlu dilanjutkan sampai sianosis sentral hilang. Kemudian secepatnya dilakukan pemeriksaan gas darah arteri dan oksimetri untuk menyesuaikan kadar oksigen mencapai normal.

Ventilasi Tekanan Positif Ventilasi tekanan positif (VTP) dilakukan sebagai langkah resusitasi lanjutan

bila semua tindakan diatas tidak menyebabkan bayi bernapas atau frekuensi jantungnya tetap kurang dari 100x/menit. Sebelum melakukan VTP harus dipastikan tidak ada kelainan congenital seperti hernia diafragmatika, karena bayi dengan hernia diafragmatika harus diintubasi terlebih dahulu sebelum mendapat VTP. Bila bayi diperkirakan akan mendapat VTP dalam waktu yang cukup lama, intubasi endotrakeal perlu dilakukan atau pemasangan selang orogastrik untuk menghindari distensi abdomen. Kontra indikasi penggunaan ventilasi tekanan positif adalah hernia diafragma. Terdapat beberapa jenis alat yang dapat digunakan untuk melakukan ventilasi pada bayi baru lahir, masing-masing memiliki cara kerja yang berbeda dengan keuntungan dan kerugian yang berbeda seperti dirangkum pada tabel berikut. 4

Kompresi dada Kompresi dada dimulai jika frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah

dilakukan ventilasi tekanan positif selama 30 detik. Tindakan kompresi dada (cardiac massage) terdiri dari kompresi yang teratur pada tulang dada, yaitu menekan jantung ke arah tulang belakang, meningkatkan tekanan intratorakal, dan memperbaiki sirkulasi darah ke seluruh organ vital tubuh. Kompresi dada hanya bermakna jika paru-paru diberi oksigen, sehingga diperlukan 2 orang untuk melakukan kompresi dada yang efektifsatu orang menekan dada dan yang lainnya melanjutkan ventilasi.Orang kedua juga bisa melakukan pemantauan frekuensi jantung, dan suara napas selama ventilasi tekanan positif. Ventilasi dan kompresi harus dilakukan secara bergantian. Teknik ibu jari lebih

direkomendasikan pada resusitasi bayi baru lahir karena akan menghasilkan puncak sistolik dan perfusi koroner yang lebih besar Prinsip dasar pada kompresi dada adalah: (1) Posisi bayi : Topangan yang keras pada bagian belakang bayi dengan leher sedikit tengadah. (2) Kompresi (lokasi ibu jari atau dua jari) : pada bayi baru lahir tekanan diberikan pada 1/3 bawah tulang dada yang terletak antara processus xiphoideus dan garis khayal yang menghubungkan kedua puting susu (3) Kedalaman: diberikan tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada sedalam kurang lebih 1/3 diameter anteroposterior dada, kemudian tekanan dilepaskan untuk memberi kesempatan jantung terisi. Satu kompresi terdiri dari satu tekanan ke bawah dan satu pelepasan. Lamanya tekanan ke bawah harus lebih singkat daripada lamanya pelepasan untuk memberi curah jantung yang maksimal. Ibu jari atau ujung-ujung jari (tergantung metode yang digunakan) harus tetap bersentuhan dengan dada selama penekanan dan pelepasan.16 (4) Frekuensi : kompresi dada dan ventilasi harus terkoordinasi baik, dengan aturan satu ventilasi diberikan tiap selesai tiga kompresi, dengan frekuensi 30

ventilasi dan 90 kompresi permenit. Satu siklus yang berlangsung selama 2 detik, terdiri dari satu ventilasi dan tiga kompresi. (5) Penghentian kompresi setelah 30 detik, untuk menilai kembali frekuensi jantung ventilasi dihentikan selama 6 detik. Penghitungan frekuensi jantung selama ventilasi dihentikan. frekuensi jantung dihitung dalam waktu 6 detik kemudian dikalikan 10. Jika frekuensi jantung telah diatas 60 x/menit kompresi dada dihentikan, namun ventilasi diteruskan dengan kecepatan 40-60 x/menit. Jika frekuensi jantung tetap kurang dari 60 x/menit, maka pemasangan kateter umbilikal untuk memasukkan obat dan pemberian epinefrin harus dilakukan. jika frekuensi jantung lebih dari 100 x/menit dan bayi dapat bernapas spontan, ventilasi tekanan positif dapat dihentikan, tetapi bayi masih mendapat oksigen alir bebas yang kemudian secara bertahap dihentikan. Setelah observasi beberapa lama di kamar bersalin bayi dapat dipindahkan ke ruang perawatan.

Intubasi endotrakeal Intubasi endotrakeal dapat dilakukan pada setiap tahapan resusitasi sesuatu

dengan keadaan, antara lain beberapa keadaan berikut saat resusitasi: (1) Jika terdapat mekoneum dan bayi mengalami depresi pernapasan, maka intubasi dilakukan sebagai langkah pertama sebelum melakukan tindakan resusitasi yang lain, untuk membersihkan mekoneum dari jalan napas. (2) Jika ventilasi tekanan positif tidak cukup menghasilkan perbaikan kondisi, pengembangan dada, atau jika ventilasi tekanan positif berlangsung lebih dari beberapa menit, dapat dilakukan intubasi untuk membantu memudahkan ventilasi. (3) Jika diperlukan kompresi dada, intubasi dapat membantu koordinasi antara kompresi dada dan ventilasi, serta memaksimalkan efisiensi ventilasi tekanan positif.

10

(4) Jika epinefrin diperlukan untuk menstimulasi frekuensi jantung maka cara yang umum adalah memberikan epinefrin langsung ke trakea melalui pipa endotrakeal sambil menunggu akses intravena. (5) Jika dicurigai ada hernia diafragmatika, mutlak dilakukan pemasangan selang endotrakeal. Cara pemasangan selang endotrakeal perlu dikuasai diantaranya melalui pelatihan khusus. Pemberian obat-obatan Obat-obatan jarang diberikan pada resusitasi bayi baru lahir.40 Bradikardi pada bayi baru lahir biasanya disebabkan oleh ketidaksempurnaan pengembangan dada atau hipoksemia, dimana kedua hal tersebut harus dikoreksi dengan pemberian ventilasi yang adekuat. Namun bila bradikardi tetap terjadi setelah VTP dan kompresi dada yang adekuat, obat-obatan seperti epinefrin, atau volume ekspander dapat diberikan.16 Obat yang diberikan pada fase akut resusitasi adalah epinefrin. Obat-obat lain digunakan pada pasca resusitasi atau pada keadaan khusus lainnya. (1) Epinefrin Indikasi pemakaian epinefrin adalah frekuensi jantung kurang dari 60x/menit setelah dilakukan VTP dan kompresi dada secara terkoordinasi selama 30 detik. Epinefrin tidak boleh diberikan sebelum melakukan ventilasi adekuat karena epinefrin akan meningkatkan beban dan konsumsi oksigen otot jantung. Dosis yang diberikan 0,10,3 ml/kgBB larutan1:10.000 (setara dengan 0,01-0,03 mg/kgBB) intravena atau melalui selang endotrakeal. Dosis dapat diulang 3-5 menit secara intravena bila frekuensi jantung tidak meningkat. Dosis maksimal diberikan jika pemberian dilakukan melalui selang endotrakeal.16 (2) Volume Ekspander Volume ekspander diberikan dengan indikasi sebagai berikut: bayi baru lahir yang dilakukan resusitasi mengalami hipovolemia dan tidak ada respon dengan

11

resusitasi, hipovolemia kemungkinan akibat adanya perdarahan atau syok. Klinis ditandai adanya pucat, perfusi buruk, nadi kecil atau lemah, dan pada resusitasi tidak memberikan respon yang adekuat. Dosis awal 10 ml/kg BB IV pelan selama 5-10 menit. Dapat diulang sampai menunjukkan respon klinis. Jenis cairan yang diberikan dapat berupa larutan kristaloid isotonis (NaCl 0,9%, Ringer Laktat) atau tranfusi golongan darah O negatif jika diduga kehilangan darah banyak.9 (3) Bikarbonat Indikasi penggunaan bikarbonat adalah asidosis metabolik pada bayi baru lahir yang mendapatkan resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik. Penggunaan bikarbonat pada keadaan asidosis metabolik dan hiperkalemia harus disertai dengan pemeriksaan analisa gas darah dan kimiawi. Dosis yang digunakan adalah 2 mEq/kg BB atau 4 ml/kg BB BicNat yang konsentrasinya 4,2 %. Bila hanya terdapat BicNat dengan konsetrasi 7,4 % maka diencerkan dengan aquabides atau dekstrosa 5% sama banyak. Pemberian secara intra vena dengan kecepatan tidak melebihi dari 1 mEq/kgBB/menit. (4) Nalokson Nalokson hidroklorida adalah antagonis narkotik diberikan dengan indikasi depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang ibunya menggunakan narkotik dalam waktu 4 jam sebelum melahirkan. Sebelum diberikan nalokson ventilasi harus adekuat dan stabil. Jangan diberikan pada bayi baru lahir yang ibunya dicurigai sebagai pecandu obat narkotika, sebab akan menyebabkan gejala putus obat pada sebagian bayi. Cara pemberian intravena atau melalui selang endotrakeal. Bila perfusi baik dapat diberikan melalui intramuskuler atau subkutan. Dosis yang diberikan 0,1 mg/kg BB, perlu diperhatikan bahwa obat ini tersedia dalam 2 konsentrasi yaitu 0,4 mg/ml dan 1 mg/ml.

VIII. PENCEGAHAN Pencegahan terhadap asfiksia neonatorum adalah dengan menghilangkan atau meminimalkan faktor risiko penyebab asfiksia.4

12

Derajat kesehatan wanita, khususnya ibu hamil harus baik. Upaya peningkatan derajat kesehatan ini tidak mungkin dilakukan dengan satu intervensi saja karena penyebab rendahnya derajat kesehatan wanita adalah akibat banyak faktor seperti kemiskinan, pendidikan yang rendah, kepercayaan, adat istiadat dan lain sebagainya. Untuk itu dibutuhkan kerjasama banyak pihak dan lintas sektoral yang saling terkait.4 Adanya kebutuhan dan tantangan untuk meningkatkan kerjasama antar tenaga obstetri di kamar bersalin. Perlu diadakan pelatihan untuk penanganan situasi yang tak diduga dan tidak biasa yang dapat terjadi pada persalinan. Setiap anggota tim persalinan harus dapat mengidentifikasi situasi persalinan yang dapat menyebabkan kesalahpahaman atau menyebabkan keterlambatan pada situasi gawat.4 Pada bayi dengan prematuritas, perlu diberikan kortikosteroid untuk meningkatkan maturitas paru janin.4 Berikut langkah promotif/preventif yang dapat dilakukan untuk mencegah kejadian asfiksia neonatorum.1 o Pemeriksaan kehamilan yang berkualitas secara teratur o Meningkatkan status nutrisi ibu o Manajemen persalinan yang baik dan benar o Melaksanakan pelayanan neonatal esensial terutama dengan melakukan resusitasi yang baik dan benat sesuai standar.

IX.

KOMPLIKASI Berikut komplikasi dari asfikia neonatorum yang tidak membaik setelah

dilakukan resusitasi.4

13

X.

PROGNOSIS Pada BBL yang mengalami asfiksia berat, setelah pulang dari RS perlu

pemantauan selanjutnya untuk tumbuh kembang selama masih bayi dan balita.1 Paska perawatan bayi yang mendapat terapi ventilasi mekanik yang lebih dari 2 minggu, dapat berisiko mengalami retinopathy of prematurity dan gangguan pendengaran.1

14

DAFTAR PUSTAKA

1.

Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas : Standar Pelayanan Medik Bagian Ilmu Kesehatan Anak FK Unhas/SMF Anak RS. Dr. Wahidin Sudirohusodo Makassar. Makassar, 2009 ;131-6

2.

Wiknjosastro, Hanifa et al. Ilmu Kebidanan. Jakarta : PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroardjo, 2008.

3.

Staf Pengajar Ilmu Kesehatan Anak FKUI : Asfiksia Neonatorum. In : Buku Kuliah Ilmu Kesehatan Anak Jilid 3. Jakarta :Infomedika, 2007;1072-81.

4.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Pencegahan dan Penatalaksanaan


Asfiksia Neonatorum. [online]. 2008. [cited 10 Maret 2011]. Available from: http://yanmedik.depkes.go.id/buk/index.php?option=com_docman

15

Вам также может понравиться

  • Prosedur Rumah Sakit Jantung
    Prosedur Rumah Sakit Jantung
    Документ494 страницы
    Prosedur Rumah Sakit Jantung
    Cahya
    100% (4)
  • E7 Manajemen Kasus Gizi Buruk
    E7 Manajemen Kasus Gizi Buruk
    Документ4 страницы
    E7 Manajemen Kasus Gizi Buruk
    SriAyhu
    Оценок пока нет
  • 311 354 1 SM
    311 354 1 SM
    Документ3 страницы
    311 354 1 SM
    Ferry Farizky
    Оценок пока нет
  • Prosedur Rumah Sakit Jantung
    Prosedur Rumah Sakit Jantung
    Документ494 страницы
    Prosedur Rumah Sakit Jantung
    Cahya
    100% (4)
  • Pembacaan PKMRS
     Pembacaan PKMRS
    Документ2 страницы
    Pembacaan PKMRS
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • PELATIHAN P3GD
    PELATIHAN P3GD
    Документ3 страницы
    PELATIHAN P3GD
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Longcase Kaki Diabetik
    Longcase Kaki Diabetik
    Документ18 страниц
    Longcase Kaki Diabetik
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Anti Trom Oli Tik
    Anti Trom Oli Tik
    Документ12 страниц
    Anti Trom Oli Tik
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • KESELAMATAN KERJA
    KESELAMATAN KERJA
    Документ2 страницы
    KESELAMATAN KERJA
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • MENGENAL HIPERTENSI
    MENGENAL HIPERTENSI
    Документ3 страницы
    MENGENAL HIPERTENSI
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Manajemen Kasus Tuberkulosis
     Manajemen Kasus Tuberkulosis
    Документ18 страниц
    Manajemen Kasus Tuberkulosis
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Infeksi Ruang Temporal
    Infeksi Ruang Temporal
    Документ15 страниц
    Infeksi Ruang Temporal
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Manajemen Bencana
    Manajemen Bencana
    Документ3 страницы
    Manajemen Bencana
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • PELATIHAN P3GD
    PELATIHAN P3GD
    Документ3 страницы
    PELATIHAN P3GD
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Manajemen Puskesmas
    Manajemen Puskesmas
    Документ14 страниц
    Manajemen Puskesmas
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Penyuluhan Napza
    Penyuluhan Napza
    Документ4 страницы
    Penyuluhan Napza
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Diktat Urogenitalia
    Diktat Urogenitalia
    Документ37 страниц
    Diktat Urogenitalia
    Syukri La Ranti
    100% (3)
  • Slide Anatomi Dan Fisiologi
    Slide Anatomi Dan Fisiologi
    Документ8 страниц
    Slide Anatomi Dan Fisiologi
    amel015
    Оценок пока нет
  • Embriologi Viscera Abdominis
    Embriologi Viscera Abdominis
    Документ31 страница
    Embriologi Viscera Abdominis
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • TOPOGRAFI ANATOMI
    TOPOGRAFI ANATOMI
    Документ39 страниц
    TOPOGRAFI ANATOMI
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Presentasi Portofolio
     Presentasi Portofolio
    Документ35 страниц
    Presentasi Portofolio
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Diktat Thorax
    Diktat Thorax
    Документ34 страницы
    Diktat Thorax
    Saniaty Tuankotta
    Оценок пока нет
  • TOPOGRAFI ANATOMI
    TOPOGRAFI ANATOMI
    Документ39 страниц
    TOPOGRAFI ANATOMI
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Diktat Urogenitalia
    Diktat Urogenitalia
    Документ37 страниц
    Diktat Urogenitalia
    Syukri La Ranti
    100% (3)
  • Embriologi Viscera Abdominis
    Embriologi Viscera Abdominis
    Документ31 страница
    Embriologi Viscera Abdominis
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Ontogeni Pharynx dan Organ Mulut
    Ontogeni Pharynx dan Organ Mulut
    Документ31 страница
    Ontogeni Pharynx dan Organ Mulut
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Embriologi Viscera Abdominis
    Embriologi Viscera Abdominis
    Документ31 страница
    Embriologi Viscera Abdominis
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Malformasi Anorektal
    Malformasi Anorektal
    Документ13 страниц
    Malformasi Anorektal
    arwitarahayu
    Оценок пока нет
  • Em Briolo Gi
    Em Briolo Gi
    Документ27 страниц
    Em Briolo Gi
    arwitarahayu
    Оценок пока нет